Anda di halaman 1dari 287

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Non elektrolit
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya),
tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya berukuran sama
(baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa
berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
➢ Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
➢ Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
Contoh soal:
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:
❖ Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.

Zat terlarut = 25 % x 100 gram = 25 gram (alkohol)


Zat pelarut = 75% x 100 gram = 75 gram ( air)
❖ Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.

Zat terlarut = 25% x 100 gram = 25 gram (air)


Zat pelarut = 75% x 100gram = 75 gram (alkohol)
Jadi, untuk larutan cair maka pelarutnya adalah volume terbesar.

Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, larutan
dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer, massa larutan
sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis pelarutnya.
Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada beberapa proses
melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat-zat
cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2 H5 - OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap
kelarutan. Contohnya CH3 Cl (polar) dengan CCl4 (non-polar). Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam
zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut
menyelimuti (mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan-cairan dipengaruhi juga oleh
ikatan Hidrogen.
Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non-polar (sedikit
polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.
Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non-
polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).
Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:
a) Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas
dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
b) Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat
mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.

Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan
kelarutannya makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur
menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses
eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm
akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam cair
berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses kesetimbangan,
Solute + Solvent Larutan DH = - (eksoterm)
DH = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini
dijelaskan dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k. Pg (tekanan berbanding lurus dengan
konsentrasi). Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/panas yang diserap atau dilepaskan jika
suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut.
Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:
Tahap 1: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul-molekulnya berikatan
masing- masing.
Tahap 2: Molekul-molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga hanya
terdiri dari satu molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul-molekul yang terdapat di
dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.
Tahap 3: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul pada zat
pelarut.
Pada umumnya:
Tahap 1 memerlukan panas.
Tahap 2 memerlukan panas.
Tahap 3 menghasilkan panas.
Eksoterm: 1+2 < 3 dengan DH = - (eksoterm)
Endoterm: 1+2 > 3 dengan DH = + (endoterm)
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuan-
satuan konsentrasi:
1) Fraksi mol (X)
2) Persentase :
a) Persentase berat per berat (% b/b)
b) Persentase berat per volume (% b/v)
c) Persentase volume per volume (% v/v)
3) Bagian per sejuta (ppm)
4) Kemolaran atau molaritas (M)
5) Kemolalan atau molalitas (m)

Fraksi mol (X)


Fraksi mol suatu zat adalah perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol
seluruh zat yang menyusun suatu larutan.
X = Xpelarut + Xterlarut = 1
Persentase (%)
a) Persentase berat per berat (% b/b)

Persen b/b adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
% (b/b) = b/b x100%
Contoh:
Larutan cuka sebanyak 40 gram mengandung asam asetat sebanyak 2 gram. Hitunglah
konsentrasi larutan itu dalam satuan % b/b?
Solusi:
% (b/b) = 2/40 x 100%= 5%
b) Persentase berat per volume (% b/v)

Persentase (b/v) adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%(b/v) = b/v x 100%
Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat terlarut padat dalam pelarut cair.
Contoh:
Untuk membuat larutan infus glukosa, 45 gram glukosa murni dilarutkan dalam akuades
hingga volume larutan menjadi 500 ml. Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan
%b/v?
Solusi:
%(b/v) = 45/100 x 100%= 90 %
c) Persentase volume per volume (% v/v)

Persentase v/v adalah jumlah ml zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%(v/v) = v/v x100%
Satuan %(v/v) umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam pelarut cair.
Contoh:
Etanol sebanyak 150 ml dicampur dengan 350 ml akuades. Hitunglah konsentrasi etanol
dalam satuan %v/v?
Solusi:
Volume larutan = 150 + 350 = 500 ml.
%v/v= 150/500 x 100%= 30 %
Bagian per sejuta (ppm/ part per million)
Satuan ppm menyatakan satu gram zat terlarut dalam satu juta gram pelarut. ppm = mg/ L
x100% atau mg/Kg x 100%
Dalam rumus di atas satu gram zat terlarut dibagi massa larutan karena massa jenis larutan
sama dengan massa jenis pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.
Kemolaran atau molaritas (M)
Kemolaran atau konsentrasi molar adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap ml larutan.
M = mol/L
mol = gram/Mr
Keterangan: gr = massa zat terlarut (gram)
Mr= Mr zat terlarut
L = volume larutan (mL)
Kemolalan atau molalitas (m)
Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m = mol/Kg
Keterangan: Kg = gram pelarut
Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut).
Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh Dan Kenaikan Titik Didih

Penurunan Tekanan Uap Jenuh


Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah
tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.

Menurut RAOULT: P  P X B
o

dimana:
P = tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:

P  P o 1  X A 
P  Po  Po X A
Po  P  Po X A

Sehingga:

P  Po X A
dimana:
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 90/18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048
Penurunan tekanan uap jenuh air:

P  Po X A  18  0,048  0,864 mmHg

Kenaikan Titik Didih


Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi
dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan
dengan:

Tb  m.Kb
dimana:
ΔTb = kenaikan titik didih (o C)
m = molalitas larutan
K b = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena: m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
W 1000
Tb  m.K b  Kb
Mr p
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:

Tb  100  Tb  oC

Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik


Penurunan Titik Beku
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:
W 1000
T f  m.K f  Kf
Mr p
dimana:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
K f = tetapan penurunan titik beku molal

W = massa zat terlarut


Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
T f   0  T f  o
C

Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel
(proses osmosis).
Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal, yaitu PV  nRT
Karena tekanan osmotik = π , maka:
n
  MRT
VRT
dimana :
π = tekanan osmotik (atmosfir)
M = konsentrasi larutan (mol/liter = M)

R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK

T = suhu mutlak (oK)

▪ Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan
Hipotonis.
▪ Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan
Hipertonis.
▪ Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis.

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai
jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
❖ Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
❖ Untuk larutan garam dapur: NaCL  aq   Na  aq   CL  aq  karena terurai menjadi 2

ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat
ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula- mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk
elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.
1) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:

Tb  m.Kb 1    n  1   Kb 1    n  1 
W 1000
Mr p

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.


2) Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:

T f  m.K f 1    n  1   K f 1    n  1 
W 1000
Mr p
3) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
  MRT 1    n  1 

Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur
(Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab:

Larutan garam dapur, NaCL  aq   NaF  aq   CL  aq 


 

Jumlah ion: n = 2.

0,52 1  1 2  1   0, 208  2  0, 416 oC


5,85 1000
Tb 
5,85 250

0,86 1  1 2  1   0,744  2  1, 488 oC


5,85 1000
Tf 
5,85 250
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita
mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya
dianggap 1.

BANK SOAL LARUTAN & SIFAT KOLIGATIF


1. Kelarutan metana (salah satu gas pengisi tabung elpiji) dalam air pada suhu 20 oC dan
tekanan 1 atm adalah 0,025 g/L. Tentukanlah kelarutan gas metana dalam air pada tekanan
1,4 atm pada suhu yang sama ?
2. Dari proses pembentukan larutan KCI, Tulislah persamaan termokimia untuk:
a) Konversi padatan KCI ke ion gas dan,
b) Pembentukan larutan dengan proses hidrasi ion. Energi kisi KCI adalah sebesar -715 kJ
mol-1 , dan energi hidrasi dari ion adalah sebesar -686 kJ mol-1 . Hitunglah entalpi dari
larutan KCI dalam kJ mol-1.
3. Pada tekanan 740 torr dan suhu 20 oC, Nitrogen mempunyai kelarutan dalam air sebesar
0,018 g L-1 . Pada tekanan 620 torr dan suhu 20 o C, kelarutannya menjadi 0,015 g L-1 .
Tunjukkan bahwa nitrogen mengikuti hukum Henry?
4. Larutan yang manakah yang mempunyai titik didih paling tinggi; 0,5 m NaI atau 0,5 m
Na 2 CO3 ?
5. Tentukanlah apakah masing- masing zat di bawah ini termasuk larutan, suspensi atau koloid:
a) Jus jeruk
b) Jus apel
c) Parfum kenzo batang
d) The
e) Ice lemon tea
f) Saos tomat
6. Natrium nitrat, NaNO 3, seringkali ditambahkan ke dalam tembakau untuk meningkatkan
aroma. Suatu larutan natrium nitrat di dalam laboratorium RND perusahaan tembakau
mempunyai konsentrasi 0,363 m, massa jenisnya sebesar 1,0185 g mL-1 . Hitunglah
konsentrasi molar dari natrium nitrat dan persen massa natrium nitrat dalam larutan?
Berapakah fraksi mol natium nitrat dalam larutan ?
7. Benzena dan toluena adalah senyawa yang membantu performa mesin menjadi lebih baik
dari bahan bakar bebas timbal. Pada suhu 40 o C, tekanan uap benzena adalah sebesar 180
torr dan tekanan uap toluena adalah sebesar 60 torr. Jika kita ingin membuat larutan dari
dua senyawa ini mempunyai tekanan uap total 84 torr pada suhu 40 o C. Berapakah
presentasi mol dari masing-masing senyawa?
8. Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat yang dilarutkan dalam asam sulfat panas
menghasilkan nitrobenzena, C6 H5 NO2 . Hasil samping yang dihasilkan dari proses tersebut
biasanya terdiri dari 42,86% C, 2,40% H, dan 16,67% N (dalam massa). 5,5 gram hasil
samping produk tersebut dalam 45 gram benzena mempunyai titik didih 1,84 o C lebih besar
daripada benzena.
a) Hitunglah rumus emiris senyawa hasil samping tersebut?
b) Hitunglah massa molekul (Mr) dan tentukan rumus molekulnya ?
9. Berapa banyak gram AlCl3 yang harus dilarutkan ke dalam 0,150 liter air sehingga
memberikan tekanan uap sebesar 38,7 torr pada suhu 35 o C? Asumsikan bahwa AlCl
terlarut sempurna dan mempunyai sifat larutan ideal (pada suhu tersebut, tekanan uap air
murni adalah sebesar 42,2 torr)
10. Tekanan uap campuran 0,4 kg karbon tetra klorida dan 43,3 gram senyawa tak dikenal
adalah 137 torr pada suhu 30 o C. Pada suhu yang sama tekanan uap karbon tetraklorida
yang murni adalah sebesar 143 torr, sedangkan nilai tekanan uap murni senyawa murni tak
dikenal adalah sebesar 85 torr. Perkirakan besar massa molekular senyawa tak dikenal
tersebut?
11. Suatu larutan etanol dalam air mempunyai konsentrasi 4,613 mol L-1 . Pada suhu 20 o C
massa jenis larutan ini adalah sebesar 0,9677 g mL- 1 . Hitunglah:
a) Molalitas dari larutan?
b) Presentasi massa alkohol di dalam larutan?
12. Suatu sampel yang hanya terdiri dari besi(II)nitrat dan kalium klorida dilarutkan dalam air
dan titik didih dari campuran pada suhu 104,6 o C. Larutan tersebut direaksikan dengan 36,3
mL K 2 Cr2 O7 0,220 M sehingga seluruh besi(II) dioksidasi seluruhnya menjadi besi(III).
Berapakah molaritas besi(II)nitrat dan kalium klorida pada larutan awal? (densitas dari
larutan adalah 1,032 g/mL dan asumsikan semua zat terlarutnya terdisosiasi sempurna)
13. Karbon tetraklorida (CCI4) dan benzena (C6H6) membentuk suatu larutan ideal. Pada suhu
25 o C uap campuran senyawa tersebut di ambil dan dikondensasikan. Dengan
menggunakan data di bawah ini, tentukanlah komposisi fraksi mol dari uap yang
terkondensasi ?

Senyawa ΔGo
C6H6(l) 124,50
f kJ/mol
C6H6(g) 129,66 kJ/mol
CCl4(l) - 65,21 kJ/mol
CCl4(g) - 60,59 kJ/mol
14. Suatu analis mempunyai dua senyawa volatile, A dan B (asumsikan keduanya larutan
ideal). Senyawa A mempunyai tekanan uap murni sebesar 350 torr sedangkan tekanan uap
murni senyawa B sebesar 100 torr pada temperatur tertentu. Tekanan uap pada
kesetimbangan pada campuran senyawa A dan B mempunyai nilai dua kali fraksi mol zat
A. Berapakah fraksi mol zat senyawa A pada larutan ?
15. Suatu tumbuhan yang hidup di dalam lingkungan air masin harus mempunyai larutan di
dalam sel yang bersifat isotonik (mempunyai tekanan osmotik yang sama) dengan larutan
di lingkungannya. Daunnya harus mampu untuk bertahan tumbuh pada lingkungan air
masin yang mempunyai titik beku –0,621 o C pada suhu 25 o C. Dengan menggunakan
informasi ini kita bisa menghitung tekanan osmotik larutan di dalam sel.
a) Untuk menghitung tekanan osmotik dengan menggunakan penurunan titik beku,
asumsi apa yang harus kita buat ?
b) Dalam kondisi apa asumsi di atas dapat diterima ?
c) Hitunglah tekanan osmotik pada suhu 25 o C dari larutan di dalam sel tumbuhan tersebut
?
d) Daun tumbuhan tersebut diletakkan di dalam larutan air masin yang pada suhu 25
o C mempunyai titik didih 102,0 o C. Apa yang akan terjadi di dalam sel tumbuhan pada

daun tersebut ?
16. Beberapa daerah di jakarta utara airnya sangat sadah. Contohnya di ancol air dari PAM nya
terdapat padatan terlarut sampai 560 μg per milimeter. Dari realitas ini banyak perusahaan
menjual alat reverse osmosis unit untuk memurnikan. Satu unit alat tersebut dapat
memberikan tekanan 8 atm dan memproses sebanyak 45 liter air per hari.
a) Asumsikan semua padatan terlarutnya berupa MgCO3 , dan asumsikan temperatur
ruangannya 27 o C, berapa total air sadah yang harus di proses untuk menghasilkan 45
liter air murni?
b) Apakah sistem alat tersebut bakal bekerja untuk memproses air laut? (asumsikan air
laut di utara jakarta mengandung garam NaCl 0,6 M)
17. Eritrosit adalah sel darah merah yang mengandung hemoglobin. Eritrosit dalam larutan
saline akan mengkerut ketika konsentrasi garam tinggi dan akan mengembang ketika
konsentrasi garam rendah. Pada suhu 25 o C larutan NaCl, yang titik bekunya –0,406 o C,
eritrosit tidak mengkerut ataupun mengembang. Jika kita ingin mengukur tekanan osmotik
pada keadaan ini di dalam sel eritrosit, apa yang harus kita asumsikan? Mengapa?
Perkirakan masuk akalkah asumsi yang anda berikan dan buatlah perhitungan untuk
menghitung tekanan osmotik yang ada dalam sel eritrosit?
18. Suatu sampel yang terdiri dari 0,05 mol Fe2 (SO 4)3 dilarutkan dalam air sampai 1 liter.
Larutan ini terdiri dari SO4 2– terhidrasi dan ion Fe(H2 O)6 3+, Ion tersebut bersifat sebagai
sebuah asam:
Fe  H 2 O 6  Fe  OH  H 2 O 5 +H +
3+ 2+

a) Hitunglah tekanan osmotik dari larutan ini pada suhu 25 o C jika dissosiasinya
diabaikan?
b) Tekanan osmotik sebenarnya dari larutan di atas adalah 6,73 atm pada suhu 25 o C.
Hitunglah Ka untuk reaksi disossiasi Fe(H2 O)6 3+? (asumsikan tidak ada ion yang
melewati membran semipermeable, sebenarnya asumsi ini tidaklah begitu tepat karena
ion H+ sangatlah kecil, tapi asumsikan saja begitu)
19. Senyawa VCl4 mengalami dimerisasi dalam larutannya: 2VCI4 ↔ V2 CI8+

Sejumlah 6,6834 gram dari VCl4 dilarutkan ke dalam 100 gram karbon tetraklorida, titik
bekunya jadi turun sebesar 5,97 o C. Hitunglah nilai konstanta keseimbangan dimerisasi
dari VCl4 pada temperatur tersebut ? (massa jenis pada keseimbangan 1,696 g/cm3 dan Kf
= 29,8 o C kg/mol untuk CCl4 )
20. Suatu larutan aquaous NaCl 1% (persen massa) mempunyai massa jenis 1,071 g/cm pada
suhu 25 o C. Tekanan osmotik larutan ini adalah 7,83 atm pada suhu 25 o C.
a) Berapakah fraksi mol dari NaCl dalam larutan ini sebagai ion yang berpasangan?
b) Hitunglah titik beku yang akan terukur untuk laruutan ini ?
JAWABAN SOAL LARUTAN

C1 C2
1. =
P1 P2
C1P2  0,025 g/L 1,4 atm 
C2 = = =0,035 g/L
P2 1,0 atm
2. Energi kisi dari KCl :
K +  g  +Cl-  g   KCl  s  ΔH o =-715 kJmol-1
a) KCl  s   K  g  +Cl  g  ΔHo =+715 kJmol-1
+ -

b) K  g  +Cl  g   K  aq  +Cl  aq 
  + -
ΔH o =-686 kJmol-1
KCl  s   K +  aq  +Cl-  aq  ΔHo =+29 kJmol-1
3. Hukum Henry menyatakan bahwa konsentrasi gas terlarut pada suhu tertentu akan
sebanding dengan tekanan gas di atas larutan C  k  Pgas . Jadi kita dapat
membandingkan kelarutan yang terobservasi dengan kelarutan yang akan kita
dapatkan menggunakan hukum Henry. Jika kelarutan yang terobservasi sesuai dengan
nilai kelarutan menggunakan hukum Henry dapat kita simpulkan bahwa gas tersebut
sesuai dengan hukum Henry.
C1 C2
=
P1 P2
C1P2  0,015 g/L  620 torr 
C2 = = =0,015 g/L
P2 740 torr
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa C2 yang didapatkan sama dengan nilai yang
terobservasi sehingga bisa disimpulkan nitrogen mematuhi hukum Henry.
4. Yang akan memberikan titik didih yang lebih tinggi adalah zat terlarut yang di dalam
larutannya memberikan jumlah ion yang lebih besar, sehingga Na 2CO3 >NaI .
(lihatlah kedua senyawa dalam konsentrasi yang sama)
5. (a) suspense
(b) larutan atau suspensi tergantung jenis jus
(c) larutan
(d) larutan
(f) suspensi
6. Jika kita misalkan dalam 1 kg pelarut yang didalamnya terdapat 0,363 mol NaNO3 ,
maka jumlah mol pelarut dapat kita hitung:
 1 mol H 2 O 
mol H 2 O= 1000 g    =55,6 mol H 2 O
 18,02 g H 2 O 
Sekarang kita bisa mengkonversikan dari mol → gram,
NaNO3  0,036 mol  85 g/mol  30,9 gram
H2O  55,6 mol 18 g/mol  1000 gram
Sehingga kita bisa menghitung persen berat (w/w)
 w 30,9 g
%   NaNO3  100%  3,00 %
 w 1030 g
 w 1000 g
%   H 2O  100%  97,0 %
 w 1030 g
Untuk menentukan konsentrasi molar (Molaritas) dari NaNO3 kita membutuhkan data
massa jenis untuk mengetahui volum total larutan,
 0,363 mol NaNO3   1,0185 g larutan  1000 ml larutan 
M     0,359 M
 1031 g larutan   1 ml larutan  1 L larutan 
Dan yang terkhir kita bisa menghitung fraksi mol dengan mudah,
0,363 mol NaNO3
X NaNO3   6, 49 103
55, 6 mol H 2O  0,363 mol NaNO3
7. Ptotal  84 torr   Pbenzena
o
 X benzena    Ptoluena
o
 X toluena 

Hubungan antara dua fraksi mol benzena dan toluena adalah sebagai berikut:
X benzena  X toluena  1
X benzena  1  X toluena

Substitusikan persamaan diatas dengan persamaan sebelumnya.


84 torr   Pbenzena
o
 X benzena    Ptoluena
o
 X toluena 
84 torr   Pbenzena
o
 1  X toluena     Ptoluena
o
 X toluena 
84 torr  180 torr  1  X toluena     60 torr  X toluena 

Sehingga di dapatkan fraksi mol masing- masing senyawa:

X toluena  0,80 dan X benzena  0,20


Sehingga bisa didapatkan presentasi mol dari masing- masing senyawa;
% mol toluena = 80 %
% mol benzena = 20 %
8. (a). Kita bisa misalkan dalam 100 gram senyawa, kita konversikan dari massa → mol.

C, 42,86 g ÷ 12,01 g/mol = 3,569 mol C


H, 2,40 g ÷ 1,01g/mol = 2,38 mol H
N, 16,67 g ÷ 14,01 g/mol = 1,190 mol
N O, 38,07 g ÷ 16,00 g/mol = 2,379 mol O
Untuk mencari rumus empiris, masing- masing mol di atas di bagi dengan mol terkecil;
C, 3,569 mol ÷ 1,190 mol = 2,99
H, 2,38 mol ÷ 1,190 mol = 1,99
N, 1,190 mol ÷ 1,190 mol = 1,00
O, 2,379 mol ÷ 1,190 mol = 1,99
Sehingga rumus empirisnya adalah C3 H2 NO2

(b). ΔTb = 1,84 oC = Kb x m = 2,53 oC kg mol–1 x m


m = 0,727 mol/kg benzene
Jumlah mol zat terlarut adalah sebesar 0,727 mol/kg benzena x 0,045 kg benzena =
0,0327 mol, dan Mr dari senyawa tersebut adalah 5,5 g/0.0327 mol = 168 g/mol.
Karena massa dari rumus empiris adalah 84 maka rumus molekul sebenarnya adalah
dua kali dari rumus empirisnya, rumus molekulnya C6 H4 N2 O4
P 38,7 torr
9. X H2O    0,917
Po 42, 2 torr
 1 gram   1 mol 
mol H 2 O  175 mL      9,71 mol
 1 mL   18,02 gram 
9, 71 mol
0,917 
9, 71 mol  x mol
x  0,883 mol
Faktor Van’t Hoff untuk AlCl3 adalah 4, sehingga 0,883 mol/4 = 0,221 mol AlCl3
 133,3 gram 
gram AlCl3   0,221 mol     29,4 gram AlCl3
 1 mol 
10. A = CCl4 dan B = senyawa tak di kenal
Ptotal  PA  PB
Ptotal  X A PAo  X B PBo

Persamaan yang harus diingat adalah XA  XB 1


Jadi, Ptotal  1  X B  PA  X B PB
o o

Ptotal  PAo  X B  PBo  PAo 


Ptotal  PAo 137 torr  143 torr
XB    0,103
PBo  PAo 85 torr  143 torr
X A  1  0,103  0,897
Mol CCl4 = 400 gram / 153,8 mol/gram = 2,6 mol CCl4
mol CCl4
X CCl4 
mol CCl4  mol tak diketahui
 1   1 
mol tak diketahui  mol CCl4   1  2, 60 mol    1  0, 299
 X CCl   0,897 
 4 
43,3 gram
massa molar   145 g/mol
0, 299 mol
11. (a) Molaritas larutan 4,613 mol/L, jadi untuk 1 Liter larutan terdapat, 4,613 mol x 46,07
g/mol = 212,5 gram etanol.
Massa 1 Liter larutan: 1000 mL x 0,9677 g/mL = 967,7 gram
Massa air di dalamnya: (967,7 – 212,5) gram = 755,2 gram H2 O
Molalitas = 4,613 mol etanol / 0,7552 kg H2O = 6,108 m
(b) % (w/w) etanol = (212,5 g/967,7 g) x 100 % = 21,96 %
12. Dari kenaikan titik didih kita dapat menentukan molalitas total dari larutan;
ΔTf  i  K f  m T
4,6 o C  5  0,51 o C/molal  mT
mT  1,804 m
Molalitas dari larutan KCl adalah 2/5 x 1,804 m = 0,7216 m
Molalitas dari Fe(NO3 )2 adalah 3/5 x 1,804 m = 1,0824 m
dari titrasi kita dapat menentukan molaritas dari Besi(II)nitrat;
6Fe2  Cr2O7 2  14H   6Fe3  2Cr 3  7H 2O
0, 220 mmol Cr2O72 6 mmol Fe2
36,3 mL    47,916 mmol Fe2
mL mmol Cr2O72
atau  47,916 103 mol Fe2
Kita dapat menentukan massa pelarut yang didalamnya terdapat 4,7916 x 10 - 2 mol Fe2+
1 kg pelarut
 0, 04792 mol  4, 427 102 kg pelarut
1, 0824 mol Fe  NO3 2
atau 44,27 gram pelarut
179,857 gram
Massa dari Fe  NO3 2  0,04792 mol   8,62 gram
mol Fe  NO3 2
Massa dari larutan = 8,62 gram Fe(NO 3 )2 + 44,27 gram H2 O = 52,89 gram
Volume larutan = (52,89 gram x 1 mL) / 1,032 gram = 51,25 mL
47,916 mmol Fe  NO3 2
M  Fe  NO3 2    0,93 M
51,25 mL
Sehingga polaritas KCl dapat dihitung:

  4, 427 102 kg pelarut  


0,7216 mol KCl 1
M  KCl   0,62 M
kg pelarut 5,125 102 L
13. X C6 H6  X CCl4  0,5
L L

Kita memerlukan tekanan uap murni Po untuk menghitung tekanan uap larutan.
C6 H 6  l   C6 H 6  g  K  PC6 H6  PCo6 H6 pada suhu 25 o C
ΔG o rxn  ΔG o f C6 H 6  g   ΔG o f C6 H 6  l   129, 66 kJ/mol  124,50 kJ/mol
 5,16 kJ/mol
ΔG o 5,16 103 J/mol
ΔG   RT ln K  ln K  
o
  2, 08
RT 8,3145 JK 1mol1   298 K 
K  PCo6 H6  e208  0,125 atm

Untuk CCl4 :
ΔG o rxn  ΔG o f CCl4  g   ΔG o f CCl4  l   60,59 kJ/mol   65, 21 kJ/mol 
 4, 62 kJ/mol
 G o   4620 J/mol 
K  PCCl     exp    0,155 atm
o
exp
4
 RT    8,3145 JK 1
mol 1
  298 K  

PC6 H6  X CL6 H6 PCo6 H6  0,5  0,125  0,0625 atm


PCCl4  0,5  0,155  0,0775 atm

PC6 H6 0, 0625
X CV6 H6    0, 446
Ptotal 0, 0625  0, 0775
V
X CCl4
 1  X CV6 H6  1  0, 446  0,554

L
14. X A = fraksi mol A dalam larutan

Jadi, 1  X A  X B
L L

Dari soal diketahui X A  2 X A


V L

PA X AL  350 torr 
X 
V

Ptotal X AL  350 torr   1  X AL  100 torr 
A

 350 torr  X AL
X VA  2 X AL   250 torr  X AL  75
 250 torr  A 
X L
 100 torr 
X AL  0,3
Jadi, mol fraksi A dalam larutan adalah sebesar 0,3.
15. (a) Penurunan titik beku ditentukan menggunakan molalitas, sedangkan molaritas
digunakan untuk menentukan tekanan osmotik. Kita perlu untuk mengasumsikan
bahwa molaritas larutan sama dengan molalitas larutannya.
mol pelarut mol pelarut
(b) molaritas  ; molalitas  ;
liter larutan kg larutan
Saat liter larutan sama dengan kg larutan dalam suatu larutan, pada kondisi seperti
itulah molaritas larutan akan sama dengan molalitas larutan. Hal ini akan terjadi jika
massa jenis larutan sama dengan massa jenis air, 1,00 g/cm3. Massa jenis larutan
akan mendekati massa jenis air jika zat terlarut yang terlarut dalam larutan tidaklah
banyak(hanya sedikit zat terlarut).
T 0,621 o C
(c) T  Kfm; m   0,334 mol/kg
Kf 1,86 o Ckg/mol
Asumsikan, 0,334 mol/kg = 0,334 mol/L
  MRT  0,334 mol/L  0, 08206 L atm/K mol  298 K  8,17 atm
T 2,0 o C
(d) M    3,92 mol/kg
Kb 0,51 o Ckg/mol
Larutan ini sangat pekat dibandingkan larutan isotonik pada poin c. Didalam kasus ini
air akan keluar dari sel tanaman untuk menyeimbangkan konsentrasi di dalam dan di
luar sel. Karena ada ketidakseimbangan konsentrasi yang besar, semua air akan keluar
dari sel tanaman sehingga tanaman akan menjadi layu dan mati.
16. (a) Asumsikan MgCO3 (s) tidak terdisosiasi, konsentrasi zat terlarut di dalam air:
560  g MgCO3  s  560 mg 560 103 g 1 mol MgCO3
    6,6 103 mol MgCO3 /L
mL L L 84,32 g
Dengan tekanan 8 atm akan memurnikan airr sampai konsentrasi zat terlarutnya:
 8,0 atm
M   0,32 mol/L
RT 0,08206 L atm K 1 mol1  300 K
Ketika konsentrasi MgCO 3 mencapai 0,32 mol/L, kemampuan osmosis alat tersebut
sudah mecapai batasnya dan tidak bisa untuk memurnikan air.
Misal kita lambangkan V = volum air setelah memurnikan 45 L H2O. Ketika V + 45 L
air telah diproses, mol zat terlarut akan menjadi:
6,6 x 10-3 mol/L x (45 L + V) = 0,32 mol/L x V
Penyelesaian dari persamaan di atas menjadi:
0,3 = (0,32 – 0,0066) x V; V = 0,96 L
Jumlah total volum minimum air yang dapat diproses adalah 45 L + 0,96 L = 45,96 L
Atau kita bulatkan menjadi 46 L.
Catatan: Hasil di atas kita asumsikan bahwa MgCO3 tidak terjadi disosiasi menjadi ion
Mg+ dan CO 3 2-, Jika terjadi disosiasi maka konsentrasi menjadi 1,3 x 10 - 2 , dan
sekurangnya 47 L air dapat diproses.
(b) Tidak, air laut tidak akan bisa diproses alat tersebut.
Sistem reverse osmosis alat tersebut berjalan pada tekanan 8 atm hanya dapat
memurnikan air dengan jumlah konsentrasi padatan terlarut di bawah 0,32 mol/L. Air
laut mempunyai konsentrasi zat terlarut sebesar 2(0,60 M) = 1,2 mol/L ion. Nilai itu
terlalu tinggi untuk alat ini.
T 0, 406 oC
17. m    0, 218 mol/kg
Kf 1,86 o C/molal
π = MRT, M adalah molaritas (mol/L), disini kita harus mengasumsikan bahwa
molaritas = molalitas sehingga bisa menghitung tekanan osmotiknya. Asumsi ini
mungkin untuk pelarut yang 1 kg air ≈ 1 L larutan. Asumsikan NaCl mengalami
disosiasi sempurna, larutan 0,218 m sesuai dengan 6,37 g NaCl terlarut dalam 1 kg air.
Volum larutannya mungin sedikit lebih besar dari 1 L tetapi tidak terlalu banyak
sehingga asumsi molaritas = molalitas akan mendekati kenyataan.
π = (0,218 M)(0,08206 L atm mol–1 K –1)(298 K) = 5,33 atm
18. (a) Asumsikan tidak ada hubungan antara ion SO4 2- (aq) dan Fe3+ (aq), i = 5 untuk Fe2
(SO4 )3
π = i MRT = 5(0,05 mol/L)(0,08206 L atm K–1mol–l)(298 K) = 6,11 atm
(b) Fe2  SO4 3  aq   2Fe  aq  +3SO4  aq 
3+ 2-

Dalam kondisi ideal kondisi ideal tekanan osmotik yang didapatkan seperti perhitungan
poin (a) diatas berasal dari kontribusi dua ion yaitu 2/5 π dari ion Fe3+ dan 3/5 dari ion
SO4 3-. Besarnya kontribusi dari ion SO4 3- sebesar 3/5 x 6,11 atm = 3,67 atm.
Karena ion SO4 3- diasumsikan tidak berubah dalam larutan, kontribusi ion SO4 3-
dalam pengukuran sebenarnya juga tidak akan berubah yaitu sebesar 3,67 atm.
Sehingga bisa kita ketahui kontribusi nilai π sebenarnya dari Fe(H2 O)6 3+ adalah 6,73 –
3,67 = 3,06 atm.
Konsentrasi awal untuk Fe(H2 O)6 3+ adalah 2(0,05) = 0,1 M.
Penyelesaian untuk asam lemah adalah sebagai berikut:
 H +   Fe  OH  H 2O 5 
2

Fe  H 2 O 6  H + +Fe  OH  H 2 O 5
3 2
Ka   
 Fe  H 2O 3 
 6 

Awal : 0,100 M ~0 0

Reaksi : x x x

Akhir : 0,1 – x x x

 3,06 atm
Konsentrasi ion total = iM    0,125 M
RT 0,08206 L atm K 1 mol1  298 K
0,125 M = 0,100 – x + x + x = 0,100 + x, x = 0,025 M
 H +   Fe  OH  H 2O 5 
2
 0, 025   0, 025 
2 2
  x2
Ka      8,3 103
 Fe  H 2O 3  0,100  x  0,100  0, 025  0, 075
 6 

19. mol awal VCl4 = 6,6834 gram VCl4 x 1 mol VCl4 / 192,74 g VCl4 = 3,4676 x 10-2 mol
VCl4
T 5,97 o C
Molalilats total dari partikel terlarut = im    0, 2 mol/kg
Kf 29,8 o C kg/mol
Karena kita mempunyai 0,1 kg CCl4 , total mol partikel terlarutnya adalah 0,2 mol/kg
(0,1 kg) = 0,02 mol
2VCl4  V2Cl8 K
 V2Cl8 
 VCl4 
2

Mol awal : 3,467 x 10-2 mol 0


Reaksi : 2x mol VCl4 bereaksi untuk mencapai kesetimbangan
Kesetimbangan: 3,467 x 10-2 – 2x x
Total mol partikel yang terlarut =
0,02 mol = mol VCl4 + mol V2 Cl8
0,02 = 3,467 x 10-2 – 2x + x
X = 0,0147 mol V2 Cl8 ; mol VCl4 = 0,0053 mol
Massa larutan total = 100 g + 6,6834 g = 106,6834 gram
Volume total = massa total ÷ massa jenis larutan = 106,7 g ÷ 1,696g/cm3= 0,06291 L
0,0147 mol
V2Cl8    0, 234 mol/L
0,06291 L
0, 0053 mol
 VCl4    0, 084 mol/L
0, 06291 L

K=
 V2Cl8   0, 234  33
 VCl4  0, 084
2

 7,83 atm
20. (a)   iMRT , iM    0,320 mol/L
RT 0,08206 L atm K 1 mol1  298 K
Asumsikan 1 liter larutan;
Total mol partikel terlarut = mol Na+ + mol Cl– + mol NaCl = 0,320 mol
Massa larutan = 1000 mL x 1,071 g/mL = 1071 gram larutan
Massa NaCl dalam larutan = 0,01 x 1071 gram = 10,7 g NaCl
Mol NaCl dalam larutan = 10,7 gram ÷ 58,44 gram/mol = 0,183 mol NaCl
Beberapa dari NaCl ini terdisosiasi menjadi Na+ dan Cl- (2 mol ion per NaCl), dan
sisanya tetap dalam bentuk NaCl (tidak terdisosiasi).
Kita beri lambang x = mol NaCl yang tak terdisosiasi = mol pasangan ion
Mol partikel terlarut =
0,320 mol = 2 (0,183 – x ) + x
0,320 = 0,366 – x,
x = 0,046 mol pasangan ion
Fraksi pasangan ion = 0,046/0,183 = 0,25 atau 25 %
(b) ΔT = Kf m, dimana Kf = 1,86 o C kg/mol;
1 liter larutan = 0,320 mol partikel terlarut.
Untuk menghitung molalitas larutan, kita memerlukan massa pelarut dalam 1 liter
larutan. Massa 1 liter larutan = 1071 gram; massa dari NaCl = 10,7 gram
Massa dari pelarut dalam 1 liter larutan = 1071 gram – 10,7 gram = 1060 gram
0,320 mol
T  1,86 oC kg/mol   0,562 oC
1,060 kg
Asumsikan air mendidih pada suhu 0 oC, oleh karena itu Tf = – 0,562 oC
KINETIKA KIMIA
KINETIKA KIMIA
Tips dan Trik Menyelesaikan Perhitungan Kinetika Kimia
1. Untuk menghitung laju reaksi ketika hukum laju diketahui, gunakan persamaan laju reaksi.
Laju reaksi  v  k  A  B
m n
...
2. Untuk menentukan laju reaksi ketika hukum laju tidak diberikan, gunakan
• Gradien grafik [A] versus t
  A
• Persamaan  untuk selang waktu t yang sangat singkat
t

Tabel 1. Kinetika reaksi untuk reaksi aA  Produk

 1  A 
a
laju     
 a  t 
3. Untuk menentukan orde reaksi, gunakan salah satu dari metode berikut:
• Gunakan metode laju awal jika data eksperimen diberikan dalam bentuk laju reaksi pada
konsentrasi awal yang berbeda.
• Temukan grafik dari data laju reaksi yang menghasilkan garis lurus (lihat tabel 1 di
atas). Jika grafik berupa garis lurus yang ditemukan adalah [A] vs. waktu, maka reaksi
tersebut adalah reaksi orde 0; jika ln[A] vs. waktu, maka reaksi tersebut adalah reaksi
orde 1; jika 1/[A] vs. waktu, maka reaksi tersebut adalah reaksi orde 2.
• Lakukan uji terhadap waktu paruh. Bila waktu paruh konstan, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 1; bila waktu paruh bertambah semakin besar, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 2; bila waktu paruh bertambah semakin kecil, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 0.
• Bila satuan k (tetapan laju) diketahui dalam soal, maka orde reaksi dapat ditentukan
dengan sangat mudah (lihat tabel 1 di atas).
4. Untuk menemukan nilai tetapan laju, k, gunakan salah satu metode berikut
• Dapatkan nilai k dari gradien grafik garis lurus.
✓ Untuk reaksi orde 0, garis lurus diperoleh dari hasil plot konsentrasi [A] terhadap
waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut.
y  mx  C
 At  kt   Ao
Dimana:
y   At
xt
C   Ao
mk
✓ Untuk reaksi orde 1, garis lurus diperoleh dari hasil plot ln konsentrasi (ln[A])
terhadap waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut
y  mx  C
ln  At  kt  ln  Ao
Dimana
y  ln  At
xt
C  ln  Ao
mk
✓ Untuk reaksi orde 2, garis lurus diperoleh dari hasil plot 1/konsentrasi (1/[A])
terhadap waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut
y  mx  C
1 1
  kt 
ln  At ln  Ao
Dimana:
1
y
 At
xt
1
C
 Ao
mk
• Substitusi data konsentrasi dan waktu ke persamaan laju terintegrasi
• Dapatkan nilai k dari waktu paruh reaksi
5. Untuk mencari konsentrasi A [A] setelah t detik pada reaksi “A  produk” dapat
menggunakan persamaan laju terintegrasi setelah menentukan nilai k.

TEORI TUMBUKAN REAKSI


Agar reaksi dapat terjadi, tiga kondisi harus dipenuhi, yaitu :
➢ Partikel-partikel reaktan harus saling bertumbukan
➢ Energi tumbukan harus cukup untuk memutuskan ikatan kimia
➢ Partikel-partikel harus memiliki orientasi yang benar sehingga dapat terjadi pembentukan
ikatan kimia yang baru.

Diagram Energi Potensial


Catatan :
▪ Bila energi produk lebih besar jika dibandingkan dengan energi reaktan, maka perubahan
entalpi reaksi bernilai positif, dan reaksi tersebut adalah reaksi endoterm.
▪ Bila energi produk lebih kecil jika dibandingkan dengan energi reaktan, maka perubahan
entalpi reaksi bernilai negatif, dan reaksi tersebut adalah reaksi eksoterm.
▪ Semakin tinggi energi aktivasi suatu reaksi, laju reaksi akan semakin lambat.
▪ Semakin rendah energi aktivasi suatu reaksi, laju reaksi akan semakin cepat.

Efek Temperatur pada Tetapan Laju Reaksi


Perubahan temperatur dapat mempengaruhi nilai tetapan laju reaksi, k¸ menurut persamaan
Arrhenius :
Eo

k  pZe RT

Eo

k  Ae RT

Dimana :
▪ p adalah faktor sterik
▪ Z adalah frekuensi tumbukan yang terjadi
▪ Eq adalah energi aktivasi
▪ R adalah tetapan gas ideal (8,314 J/mol K)
▪ T adalah temperatur (K)
▪ A adalah faktor frekuensi atau tetapan Arrhenius

Untuk menentukan nilai Ea dan tetapan Arrhenius, A, maka persamaan Arrhenius di atas
harus diubah menjadi bentuk linear
Eo

ln k  ln A  ln e RT

 E 1
ln k  ln A    o   ln e
 RT T 
 E 1
ln k  ln A   o   1
 RT T 
 E 1
ln k  ln A   o  
 RT T 
Bila diketahui data nilai tetapan laju, k, dan temperature, T, dalam soal, maka dapat dibuat
grafik dengan membuat plot antara nilai ln k dan 1/T, sehingga diperoleh persamaan garis lurus
y = mx + C

 E 1
ln k    o    ln A
 RT T 
Dimana,
y = ln k
x = 1/T
C = ln A
m = -Ea/R
dan diperoleh nilai
A  eC
Ea   m  R

Bila dalam suatu reaksi diketahui nilai k 1 pada temperatur T1 dan k 2 pada temperatur T2,
maka nilai energi aktivasi, Ea dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Pada saat T1 , k = k1
E 1
ln k1  ln A   o   1
 R T1 

Pada saat T2 , k = k2
E 1
ln k2  ln A   o    2
 R T2 

Dengan mengurangkan persamaan (1) dan (2), maka diperoleh:

E 1   E 1  E 1 1
ln k1  ln k2  ln A   a     ln A   a      a   
 R T1    R T2   R  T1 T2 
k1 E 1 1
ln  a   
k2 R  T1 T2 

Contoh Soal 1:
Diketahui nilai k suatu reaksi pada temperatur 25 o C adalah 4,61 x 10-1 Ms-1 dan pada
temperatur 50 o C adalah 4,64 x 10-1 Ms-1 . Berapakah energi aktivasi dari reaksi tersebut?
Jawab:
Anggap nilai k pada temperatur 25 o C (25 + 273 = 298 K) adalah k 1 = 4,61 x 10-1 Ms-1
Dan nilai k pada temperatur 50 o C (50 + 273 = 323 K) adalah k 2 = 4,64 x 10-1 Ms-1
Maka energi aktivasi reaksi tersebut adalah

k1 E 1 1
ln  o  
k2 R  T1 T2 
4, 61101 Ms 1 Eo  1 1 
ln 1 1
 1 1 
 
4, 64 10 Ms 8,314 J mol K  298 K 323 K 
Ea  208 J/mol

Contoh Soal 2 :
Diberikan data nilai k suatu reaksi pada beberapa temperatur. Tentukan nilai k pada
temperatur 75 o C, nilai Energi aktivasi (Ea), dan tetapan Arrhenius (A) reaksi tersebut?

k (Ms -1 ) T°C

0.000886 25

0.000894 50

0.000918 150

0.000908 100

Jawab :
Tambahkan data pada tabel di atas menjadi seperti tabel berikut

k T (o C) T (K) ln k 1/T (K)

0.00088625 298 -7.0287936070.003355705

0.00089450 323 -7.0198047830.003095975

0.000918150 423 -6.9933131670.002364066

0.000908100 373 -7.0042661790.002680965

Kemudian buat grafik dengan mengeplot ln k terhadap 1/T (K). Hasil grafik yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Diperoleh persamaan garis lurus grafik tersebut, yaitu y  36, 02 x  6,908 atau ln k = -
36,02/T – 6,908, sehingga diperoleh nilai
Tetapan Arrhenius

A  e6,908  0,001
Energi Aktivasi
 Ea  m  R
 Ea  36, 02  8,314 J mol 1 K 1
 Ea  299, 47 J mol 1
Ea  299, 47 J mol 1
k pada temperatur 75 o C
36, 02
ln k    6, 908
75  273
ln k  7, 0115
k  0, 00090145 Ms 1

MEKANISME REAKSI
Poin-poin penting:
▪ Mekanisme reaksi didefinisikan sebagai urutan reaksi-reaksi elementer yang harus
memenuhi dua persyaratan berikut:
✓ Jumlah dari reaksi-reaksi elementer haruslah reaksi kimia yang setara.
✓ Mekanisme reaksi haruslah sesuai dengan hukum laju yang ditentukan
secara eksperimen.
Contoh:
Reaksi
2 NO2  g   F2  g   2 NO2 F  g   x
Terdiri dari 2 tahap reaksi elementer
k1
NO2  F2  NO2 F  F lambat  y 
k2
F  NO2  NO2 F cepat  z 
Bila persamaan reaksi (y) dan (z) digabungkan maka akan menghasilkan persamaan
reaksi (x).
▪ Dalam mekanisme reaksi yang melibatkan reaksi elementer, tahap yang paling
lambat adalah tahap penentu laju reaksi total. Pada kasus reaksi (x) di atas, tahap
penentu laju reaksi (x) adalah reaksi elementer (y), sehingga hukum laju reaksi (x)
dapat dinyatakan dengan hukum laju reaksi (y).
Sehingga mekanisme reaksi (y) dan (z) untuk menghasilkan reaksi (x) dapat diterima
karena hukum laju yang dihasilkan sesuai untuk reaksi (x).
▪ Reaksi elementer dapat didefinisikan sebagai reaksi yang persamaan hukum laju
reaksinya dapat ditulis dari molekularitasnya. Molekularitas suatu reaksi elementer
didefinisikan sebagai jumlah spesi yang harus bertumbukan sehingga dihasilkan
produk reaksi. Suatu reaksi elementer disebut sebagai reaksi unimolekular bila reaksi
tersebut hanya melibatkan 1 molekul untuk menghasilkan produk reaksi; bila reaksi
elementer melibatkan 2 molekul untuk menghasilkan produk reaksi, maka reaksi
elementer tersebut disebut reaksi bimolekular. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada tabel berikut

Reaksi Elementer Molekularitas Hukum Laju

A → Produk Unimolekular Rate = k[A]

A + A → Produk Bimolekular Rate = k[A]2


A + B → Produk Rate = k[A][B]

A + A + B → Produk Termolekular Rate = k[A]2 [B]


3A → Produk Rate = k[A]3
A + B + C → Produk Rate = k[A][B][C]

▪ Seperti yang sudah kita pelajari bahwa persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi
yang hanya melibatkan 2 pereaksi, A dan B, adalah
Laju reaksi  v  k  A  B
m n

Dimana m dan n adalah orde reaksi; A dan B adalah pereaksi yang terlibat dalam
suatu reaksi. Nilai m dan n hanya bisa ditentukan melalui eksperimen. Namun, untuk
reaksi elementer, nilai m dan n sama dengan koefisien pereaksi pada persamaan
reaksi setara, yang mana dapat dilihat pada tabel di atas.
▪ Bila dalam tahap reaksi elementer tidak ditentukan reaksi yang mana yang merupakan
tahap penentu laju (rate determining step), maka untuk menentukan persamaan hukum
laju reaksi total dapat digunakan metode “pendekatan steady state”
Contoh:
Reaksi berikut
2NO  g   H 2  g   N 2O  g   H 2O  g  t 
Memiliki mekanisme reaksi yang terdiri dari 2 tahap reaksi elementer yaitu


 N 2O2 u 
k1
2 NO 
k1

N 2O2  H 2 
k2
 N 2O  H 2O v 
Spesi N2 O2 pada reaksi (u) dan (v) adalah “intermediet”. Pada pendekatan steady
state¸ diasumsikan bahwa konsentrasi intermediet selalu konstan atau laju pembentukan
intermediet sama dengan laju penggunaan intermediet. Jadi, pada pendekatan steady
state,

d int ermediet  d  N 2O2 


 0
dt dt
Untuk menentukan nilai d[N2 O 2 ]/dt, kita harus meninjau kedua reaksi (u) dan (v) di
atas. Untuk suatu reaksi :

aA  bB  cC  dD  p
Persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi tersebut dapat dinyatakan dengan

1   A 1   A 1   A 1   A
v     3
a t b t c t d t
Untuk perubahan konsentrasi dan perubahan waktu yang sangat kecil, persamaan
(3) menjadi

1 d  A 1 d  A 1 d  A 1 d  A
v     4
a dt b dt c dt d dt
Persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi (p) dapat juga ditulis

v  k  A  B  5
m n

Dari persamaan (4) dan persamaan (5) diperoleh


1 d  A
  k  A  B   5
m n

a dt
1 d  B
  k  A  B   6
m n

b dt
1 d C 
 k  A  B  7
m n

c dt
1 d  D
 k  A  B  8
m n

d dt
Pada reaksi (u), terdapat dua reaksi, yaitu reaksi ke kanan (ke arah produk) dengan
nilai tetapan laju, k 1, dan reaksi ke kiri (ke arah reaktan) dengan nilai tetapan laju, k -1

2 NO 
k1
 N 2O2 u.1
2 NO 
k1
 N 2O2 u.2
Untuk reaksi (u.1), dimana N 2O2 bertindak sebagai produk, gunakan persamaan (8)
atau persamaan (9) untuk menentukan nilai d[N 2O2]/dt. Untuk reaksi (u.2),
dimana N2O 2 bertindak sebagai pereaksi, gunakan persamaan (6) atau persamaan (7)
untuk menentukan nilai d[N 2O 2]/dt. Nilai m dan n pada persamaan (6) atau (7) atau
(8) atau (9) dapat ditulis sama dengan koefisien pereaksi karena reaksi (u.1) dan (u.2)
adalah reaksi elementer, sehingga diperoleh
d  N 2O2 
 k1  NO  10 
2

dt
d  N 2O2 
  k1  NO  11
2

dt
Persamaan (10) adalah persamaan laju pembentukan N 2O2 dan persamaan (11) adalah
persamaan laju penggunaan atau laju pengurangan N 2O2. Selanjutnya, kita tinjau reaksi
(v) dimana N 2O2 bertindak sebagai pereaksi, sehingga untuk menentukan d[N 2O2]/dt
digunakan persamaan (6) atau (7) yang merupakan persamaan laju penggunaan atau
pengurangan pereaksi. Nilai m dan n pada persamaan (6) atau (7) dapat ditulis sama
dengan koefisien pereaksi karena reaksi (v) adalah reaksi elementer.

d  N2O2 
  k2  N 2O2  H 2  12
dt
Persamaan (12) di atas merupakan persamaan laju penggunaan N 2O2. Karena
d[N2O 2]/dt = 0 atau laju pembentukan N2O2 = laju penggunaan N 2O2, dari persamaan
(10), (11), dan (12) diperoleh

k1  NO   k1  N 2O2   k2  N 2O2  H 2  13


2

Persamaan laju reaksi (t) dapat ditulis

1 d  NO d  H 2  d  N 2O d  H 2O 
v    14
2 dt dt dt dt
1. Laju reaksi (t) dinyatakan sebagai -d[NO]/2dt
1 d  NO 
  k1  NO  15
2

2 dt
1 d  NO 
 k1  N 2O2  16 
2 dt
1 d  NO 
  k1  NO   k1  N 2O2  17 
2

2 dt
Nilai [N 2 O2 ] diperoleh dari persamaan (13)
k  NO
2

 N2O2   1 18
k1  k2  H 2 
Dan persamaan (17) ditulis menjadi
1 d  NO  k  NO 
2

  k1  NO   k1 1
2

2 dt k1  k2  H 2 

1 d  NO  k1  NO   k1  k2  H 2   k1  k2  H 2 
2 2

 
2 dt k1  k2  H 2 
1 d  NO  k1k1  NO   k1k2  NO   H 2   k1k1  NO 
2 2 2

 
2 dt k1  k2  H 2 
k1k1  NO   k1k1  NO   0 , sehingga diperoleh
2 2

1 d  NO k1k2  NO   H 2 
2

  19
2 dt k1  k2  H 2 

2. Laju reaksi (t) dinyatakan sebagai –d[H2 ]/dt


d  H2 
  k2  N 2O2  H 2   20
dt
Ganti [N2 O2 ] yang diperoleh dari persamaan (18)
d H2  k  NO 
2

  k2 1 H2 
dt k1  k2  H 2 
d  H 2  k1k2  NO   H 2 
2

   21
dt k1  k2  H 2 
3. Laju reaksi (t) dinyatakan sebagai –d[N 2 O]/dt atau d[H2 O]/dt
d  N 2 O  d  H 2O 
   k2  N 2O2  H 2   22
dt dt
Ganti [N2 O2 ] yang diperoleh dari persamaan (18)
d  N 2O  d  H 2O  k  NO 
2

  k2 1 H2 
dt dt k1  k2  H 2 
d  N 2O  d  H 2O  k1k2  NO   H 2 
2

   23
dt dt k1  k2  H 2 
Jadi, persamaan hukum laju reaksi (t) adalah
k k  NO   H 2 
2

v 1 2  24
k1  k2  H 2 
d  NO d  H 2  d  N 2O d  H 2O 
Baik dinyatakan sebagai  , , , atau
2dt dt dt dt
Bila [H2 ] sangat besar sehingga k2  H 2  k1
Maka persamaan (24) menjadi
k k  NO   H 2 
2

v 1 2  k1  NO  25
2

k2  H 2 
Pada saat konsentrasi H2 sangat besar, reaksi (t) adalah reaksi orde 2 terhadap
konsentrasi NO. Bila [H2 ] sangat kecil sehingga k1 k2  H 2 
Maka persamaan (24) menjadi
k k  NO   H 2 
2

v 1 2
k1
v  k2  NO   H 2   k  NO   H 2   26 
2 2

Pada saat konsentrasi H2 sangat kecil, reaksi (t) memiliki orde 2 terhadap konsentrasi
NO dan orde 1 terhadap konsentrasi H2 sehingga orde total reaksi (t) adalah 3 atau
reaksi (t) adalah reaksi orde 3.
▪ Bila reaksi elementer melibatkan reaksi kesetimbangan untuk penentuan persamaan
hukum laju reaksi total dan diketahui reaksi yang merupakan tahap penentu laju reaksi,
maka penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
Contoh:
Reaksi
2O3  g   3O2  g  d 
Memiliki mekanisme reaksi yang terdiri dari 2 tahap reaksi elementer yaitu
  O2  O e
k1
O3   cepat
k1

O  O3 
k2
 2O2 lambat f
Persamaan hukum laju reaksi total, reaksi (d), ditentukan oleh reaksi elementer yang
laju reaksinya lambat, yaitu reaksi (f), sehingga persamaan hukum laju reaksi (d) adalah
v  k2 O O3   27 
Karena spesi O adalah spesi intermediet dan tidak terdapat pada persamaan reaksi (d),
maka persamaan (27) harus diubah sehingga spesi O pada persamaan (27) terganti oleh
spesi yang terdapat pada persamaan reaksi (d). Caranya adalah dengan menentukan laju
reaksi untuk reaksi (e) dan reaksi (f).
Untuk reaksi (e), laju reaksi ke kanan adalah
v  k1 O3   28
dan laju reaksi ke kiri adalah
v  k1 O2 O   29 
Pada saat kesetimbangan, laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri,
k1 O3   k1 O2 O 
k1 O3 
O    30 
k1 O2 
Ganti nilai [O] pada persamaan (27) dengan nilai [O] pada persamaan (30), sehingga
diperoleh
k1 O3 
v  k2 O3   31
k1 O2 
k k O 
2

v 1 2 3  32 
k1 O2 
O 
2

vk 3  33
O2 
Jadi, laju reaksi (d) adalah
O 
2

vk 3
O2 
BANK SOAL KINETIKA

1. Reaksi katalisis penguraian etanol menjadi etilen dan hidrogen pada temperatur 427 o C
memiliki tetapan laju 4 x 10-5 L.mol-1 .s-1 . Plot konsentrasi etanol terhadap waktu
menghasilkan kurva lurus. Persamaan setara untuk reaksi katalisis penguraian etanol
adalah sebagai berikut:
C2 H 5OH  g   C2 H 4 g   H 2 g 
Jika konsentrasi awal etanol adalah 0,02 mol.L-1 , berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tekanan total 2 atm pada temperatur 427 o C?
2. Suatu reaksi terjadi dengan mekanisme reaksi sebagai berikut:

(1) 2 B  B2k1
cepat
k1

(2) B2  E  C  D Lambat

Reaksi pertama adalah tahap reaksi yang cepat dengan laju reaksi ke kanan (forward
reaction) sama dengan laju reaksi ke kiri (reverse reaction), laju reaksi ke kanan
memiliki tetapan laju k1 dan laju reaksi ke kiri memiliki tetapan laju k-1. Reaksi ke dua
adalah tahap reaksi yang lambat. Tentukan:
a. Tuliskan hukum laju untuk reaksi ke kanan (forward reaction) pada tahap 1!
b. Tuliskan hukum laju untuk reaksi ke kiri (reverse reaction) pada tahap 1!
c. Tuliskan hukum laju untuk tahap penentu laju!
d. Bagaimanakah persamaan kimia untuk reaksi secara keseluruhan (net reaction) dari
kedua reaksi di atas dan tuliskan hukum lajunya!
3. Jangkrik yang mengeluarkan suara ‘krik-krik-krik’ adalah hewan berdarah dingin,
sehingga suhu tubuhnya mengikuti suhu udara disekitarnya. Akibatnya jangkrik
mengerik (mengeluarkan suara ‘krik’) dengan kecepatan yang bergantung pada suhu
disekitarnya. Suatu penelitian menemukan bahwa suhu dapat diperkirakan dari
kecepatan suara ‘krik’ yang dihasilkan oleh jangkrik dengan persamaan:
T(o C) = v + 5, dengan v = jumlah ‘krik’ pada suara jangkrik dalam 10 detik.
a. Hitung jumlah suara ‘krik’ per 10 detik (v) pada suhu 10, 15, 20, dan 25 o C?
b. Ternyata, jumlah suara ‘krik’ per satuan waktu berbanding lurus dengan tetapan
laju reaksi (k) dari suatu reaksi biokimia yang terjadi ketika jangkrik mengerik, v ≈
k. Berdasarkan fakta ini, gambarkan kurva ln terhadap (1/T), T dalam K?
c. Hitung energi pengaktifan (Ea) untuk reaksi biokimia tersebut?
d. Pada lingkungan dengan suhu berapa jangkrik harus dipelihara agar laju reaksi
biokimia tersebut menjadi empat kali lebih cepat dibandingkan laju reaksinya pada
25 o C. Asumsikan jangkrik masih tetap hidup normal pada suhu hasil perhitungan
ini?
4. Studi mengenai laju disproporsionasi ion hipobromit di dalam larutan aqua pada
temperatur 80 o C menghasilkan ion Bromat (BrO3 -) dan ion bromida (Br-). Pembentukan
ion bromat tersebut memberikan perubahan konsentrasi bromit terhadap waktu, sesuai
dengan grafik di bawah ini:

a. Tuliskan persamaan reaksi disproporsionasi ion hipobromit!


b. Tentukan orde reaksi dan tunjukkan dengan perhitungan!
c. Tentukan konstanta laju (k) untuk reaksi ini!
d. Berikan usulan mekanisme reaksi ini, yang berhubungan dengan data eksperimen!
5. Reaksi penguraian gas NO 2 menjadi gas NO dan O 2 diamati dengan cara mengukur
tekanan total (pt) pada berbagai waktu. Pada saat awal reaksi hanya ada gas NO 2. Data
pengamatan yang diperoleh, disusun dalam tabel berikut:

t (menit) 0 12 36 84

tekanan total (atm) 2,000 2,500 2,750 2,875

a. Tuliskan persamaan reaksi penguraian gas NO2 tersebut!


b. Berapa tekanan awal (po) gas NO2?
c. Bila tekanan gas NO pada saat t dianggap sebagai q atm, maka turunkan
persamaan yang menyatakan hubungan p total (pt) terhadap q?
d. Tuliskan hubungan tekanan gas NO 2 sisa pada saat t terhadap tekanan gas total?
e. Hitung tekanan gas NO 2 sisa setelah 12 menit, 36 menit, dan 84 menit?
f. Dari perhitungan tersebut, tentukan orde reaksi penguraian gas NO2 dan berikan
penjelasannya?
g. Tentukan persamaan laju reaksi penguraian gas tersebut?
h. Hitung nilai tetapan laju (k) reaksi penguraian tersebut?
6. Gas CO2 bukan hanya sebagai gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di atmosfir, keberadaan gas CO2 juga berfungsi
sebagai katalis penguraian ozon (O 3 ) menjadi O2 melalui pembentukan molekul CO3 .
Diperkirakan mekanisme reaksi melalui pembentukan molekul CO3 yaitu:
CO2  O3  CO3  O2
CO3  O3  CO2  O2
a. Tuliskanlah reaksi total perubahan O3 menjadi O2, dan jelaskan mengapa CO2
adalah katalis!
Karbon dioksida adalah salah satu katalis untuk dekomposisi (penguraian) ozone
menjadi oksigen:
Kinetika dekomposisi: 2O3  g   3O2  g 
Reaksi penguraian tersebut dipelajari dengan pengukuran tekanan campuran reaksi
pada 50 o C, dan dilakukan dengan dua konsentrasi katalis CO2 yang berbeda. Pada
titik awal reaksi, campuran terdiri dari O3 dan CO 2 , dan pada titik akhir reaksi O3
terdekomposisi sempurna menjadi O 2 .
Data pengamatan eksperimen berikut ini :
Set data (1) : [CO2 (g)] = 0,01 mol/L

Waktu, menit. 0 30 60 

Ptotal (x105 )Pa 0,533 0,599 0,633 0,666

Set data (2) [CO2(g)] = 0,005 mol/L

Waktu, menit. 0 30 60 120 

Ptotal (x105 )Pa 0,399 0,440 0,466 0,500 0,533

b. Berdasarkan pada set data eksperimen pertama, tentukan orde reaksi terhadap ozone
dan hitunglah tetapan laju, k?
c. Hitunglah nilai orde a dan b, dan juga tetapan laju, k, untuk persamaan laju
deferensial:
d O3 
 k O3   B 
a b

dt
7. Gas N 2 O5 pada temperatur 25 o C mengalami penguraian sebagai berikut:

2 N 2O5  g   4 NO2  g   O2  g 

Setelah dilakukan percobaan, ternyata laju penguraian N2O5 adalah reaksi orde satu.
a. Tuliskan persamaan laju (r) reaksi tersebut terhadap konsentrasi N2 O 5 ?
b. Tuliskan persamaan laju reaksi terhadap perubahan konsentrasi pereaksi dan
perubahan konsentrasi hasil reaksi terhadap perubahan waktu (t) dari reaksi tersebut?
Dari percobaan yang diperoleh bahwa tetapan laju adalah 1,68 x 10 - 2 detik-1 . Pada
suhu yang sama, sebanyak 2,5 mol gas N 2 O5 dimasukkan ke dalam wadah yang
volumenya 5 Liter.
c. Berapa mol N2 O5 yang tersisa pada periode waktu 1 menit?
d. Setelah 1 menit, berapa mol gas O2 yang terbentuk?
e. Tentukan waktu paruh (t1/2 ) dari reaksi tersebut?
f. Berapa lama waktu paruh (t1/2 ) dari reaksi tersebut bila konsentrasinya 0,25 M ?
g. Bagaimana tekanan total gas di dalam wadah setelah gas N 2 O5 terurai sesuai dengan
persamaan reaksi di atas?
8. Untuk reaksi 2 NO2Cl  2 NO2  Cl2 pada temperatur 100 K diperoleh data sebagai
berikut:

t(s) 0 4 8 12 29 ....

[NO2Cl] 0,16 0,08 X 0,04 0,02 ....

a. Tentukan harga waktu paruh jika [NO2 Cl] = 0,06 M?


b. Tentukan orde reaksi terhadap NO2 Cl?
c. Tuliskan hukum laju reaksi tersebut?
d. Hitung berapa tetapan laju (k) dengan satuan yang benar?
e. Hitung konsentrasi NO 2 Cl setelah reaksi berlangsung dalam 8 detik?
9. Reaksi penguraian gas NO2 menjadi gas NO dan O 2 diamati dengan cara mengukur
tekanan total pada berbagai waktu. Pada saat awal reaksi hanya ada gas NO 2 . Hasil
pengamatan adalah sebagai berikut:

t (menit) 0 12 36 84

P total (atm) 2,000 2,500 2,750 2,875

a. Tuliskan reaksi penguraian gas NO 2 terlarut?


b. Tentukan tekanan awal gas NO2?
c. Tuliskan hubungan antara tekanan gas NO2 dengan tekanan total (Pt)?
d. Hitung tekanan gas NO 2 yang masih tersisa setelah 12, 36, dan 84 menit?
e. Gunakan hasil (d) untuk menentukan orde reaksi dan tuliskan hukum laju reaksi
penguraian tersebut?
f. Hitung harga tetapan laju untuk reaksi tersebut?
10. Diketahui bahan karbon monoksida (CO) dan klor dapat membentuk fosgen (Cl2 CO)
dengan reaksi: Cl2 g   CO g   Cl2CO g 
a. Dari data berikut diperoleh hasil eksperimen pada temperatur 35 o C. Tuliskan orde
reaksi untuk Cl2 dan CO?
[Cl2] (M) [CO] (M) Laju awal pembentukan Cl2 CO (mol/L.s)

0,0040 0,0020 7,07 x 10-4

0,0020 0,0040 5,00 x 10-4

0,0020 0,0020 2,50 x 10-4

b. Tuliskan ungkapan hukum laju dan orde total reaksi?


c. Hitung nilai tetapan laju (k) lengkap dengan satuannya?
d. Bila energi aktivasi di atas adalah 4,25 kj/mol, berapakah tetapan arhenius dan
tetapan laju pada 50 o C?
e. Tunjukkan bahwa mekanisme berikut konsisten dengan hukum laju hasil penentuan
pada poin soal (b)?

Cl2 
k1
 2Cl
 cepat
k1


k2
Cl  CO   ClCO cepat
k2

ClCO 
k3
 Cl2CO  Cl lambat
11. Salah satu tahap mekanisme reaksi pembentukan HI dari H2 dan I2 adalah:
2 I  g   H 2 g   2 HI  g 
Tahap ini mempunyai tetapan laju k pada 418 K dan 738 K berturut-turut adalah 1,12 x
105 M-2 s-1 dan 3,5 x 105 M-2 s-1 .
a. Tuliskan persamaan laju reaksi tersebut?
b. Tentukan kemolekulan reaksi tersebut?
c. Hitung energi pengaktifan Ea tersebut dalam J?
d. Gambarkan kurva energi terhadap koordinat reaksi untuk reaksi tersebut?
e. Jika mekanisme lengkap pembentukan HI tersebut di atas adalah
I g   2I g 
2 I  g   H 2 g   2 HI  g  lambat
Turunkan persamaan laju reaksi pembentukan HI?
12. Kinetika reaksi redoks antara larutan (NH2 )2 S2 O8 dan larutan KI diamati di
laboratorium. Hasil pengamatan yang diperoleh dirangkum dalam tabel berikut.
Konsentrasi larutan merupakan konsentrasi di awal pencampuran.

Percobaan ke- [KI] (M) [(NH2)2S2O8] (M) Laju (M/detik)

1 0,100 0,200 1,8 x 10-4

2 0,200 0,200 2,21 x 10-4

3 0,200 0,400 4,38 x 10-4


4 0,400 0,400 ….

a. Tuliskan persamaan reaksi ion yang setara antara 2 larutan di atas (S2O82-
tereduksi menjadi SO4 2-)?
b. Tentukan orde reaksi terhadap KI, terhadap (NH2 )2 S2 O8 dan orde reaksi total?
c. Tentukan nilai k (dengan satuan laju yang tepat) dan tuliskan hukum lajunya?
d. Tentukan laju reaksi pada percobaan ke-4?
e. Pengamatan waktu reaksi dilakukan dengan cara mengamati waktu mulai
dicampurkannya kedua reaktan hingga timbulnya warna biru. Zat apa yang
ditambahkan ke dalam campuran tersebut sehingga menimbulkan warna biru?
Jelaskan?
13. Pembentukan ozon dari oksigen di atmosfer sangat dipengaruhi oleh beberapa spesi
lain yang ada. Pengaruh gas NO pada reaksi ini dapat dilihat pada mekanisme reaksi
berikut:

O2  2 NO 
k1
 2 NO2
 k1

2 NO2  2 NO  2O
k2

2O  2O2 
k3
 2O3
a. Tuliskan persamaan reaksi totalnya?
b. Tentukan zat antara dan katalis pada reaksi di atas?
c. Tentukan kemolekulan reaksi tahap penentu laju?
d. Tentukan hukum laju berdasarkan mekanisme reaksi di atas?
14. Hidrogen peroksida mudah mengalami penguraian menjadi air dan gas oksigen.
2 H 2O2 aq   2 H 2Ol   O2 g 
Larutan dengan konsentrasi awal 1,0 M dibiarkan mengurai pada temperature 25 o C.
Larutan dengan konsentrasi awal 1,0 M dibiarkan mengurai pada temperatur 25 o C dan
dilakukan penentuan konsentrasi pada berbagai waktu t. Hasil percobaan tersebut
diberikan pada tabel berikut:

Waktu, t (detik) Konsentrasi, (M) 1/[H2 O 2 ], (M-1 ) ln [H2 O2 ]

0 1,00 1,00 0

300 0,78 1,28 -0,25

835 0,50 2,00 -0,69

1200 0,37 2,70 -0,99

1670 0,25 4,00 -1,39

2460 0,13 7,69 -2,04


a. Gambarkan kurva antara [H2 O2 ] terhadap t, 1/[H2 O2 ] terhadap t, dan ln [H2 O2 ]
terhadap t?
b. Tentukan orde reaksi dan tuliskan hukum laju reaksi tersebut?
c. Tentukan nilai tetapan laju reaksi, k, dan satuannya?
d. Reaksi di atas memiliki mekanisme yang melibatkan tiga tahap reaksi
elementer. Reaksi tahap ke-2 dan ke-3 berturut-turut adalah
H 2O2  OH  H 2O  HO dan OH  H 2O  O2
Tuliskan reaksi tahap pertama?
e. Agar sesuai dengan persamaan laju yang diperoleh pada soal 4b, tentukan tahap
manakah yang merupakan tahap penentu laju?
f. Tentukan waktu yang diperlukan agar setengah H2O2 terurai?
g. Jika energi pengaktifan reaksi penguraian H2 O2 adalah 50 kj.mol-1 , tentukan nilai
tetapan laju, k, pada 80 o C?
h. Jika reaksi penguraian H2 O 2 tersebut bersifat eksoterm, gambarkan diagram energi
potensial terhadap koordinat reaksinya!?
i. Tunjukkan perubahan yang terjadi pada diagram (h) di atas, jika reaksi dipercepat
dengan katalis?
15. Perhatikanlah reaksi berikut ini:
2ClO2  aq   2OH   aq   ClO3  aq   ClO2  aq   H 2O  l 
Dan diperoleh data laju awal sebagai berikut:

[ClO2 ], mol/L [OH-], mol/L Laju awal, mol/L detik

0,0500 0,100 5,77 x 10-2

0,100 0,100 2,32 x 10-1

0,100 0,050 1,15 x 10-1

a. Apa jenis reaksi diatas?


b. Tentukan order reaksi terhadap reaktan dan total order reaksinya?
c. Tentukanlah persamaan laju reaksinya?
d. Hitunglah nilai tetapan laju reaksinya,k, (termasuk unitnya)?
e. Apakah reaksi tersebut dipengaruhi oleh pH larutan? Bagaimana pengaruhnya
terhadap laju reaksi bila pH larutan diturunkan?
f. Bagaimana laju reaksinya bila [ClO 2 ] dinaikkan menjadi 3 kali dan [OH- ] dinaikkan
2 kali?
g. Tentukanlah laju reaksinya bila [ClO 2 ] = 0,2 M dan pH larutan = 12
JAWABAN SOAL KINETIKA
1. Satuan dari tetapan laju menjelaskan bahwa reaksi tersebut adalah reaksi orde 2 dimana
Laju reaksi = k[C2 H5 OH]2
Oleh karena semua spesi kimia berada dalam fasa gas, tekanan total sistem pada
waktu tertentu adalah
PT = P(C2 H5 OH) + P(C2 H4 ) + P(H2 )
Kita dapat menghubungkan tekanan dan konsentrasi menggunakan persamaan gas ideal
PV = nRT, dimana P = (n/V)RT = [X]RT atau [X] = P/(RT)
Pada waktu t, konsentrasi etanol berkurang sebanyak sebanyak –x akibat penguraian
etanol menjadi etilen dan hidrogen dan konsentrasi masing-masing produk yang
dihasilkan akan bertambah sebanyak +x
Selanjutnya buat tabel yang menunjukkan konsentrasi awal dan konsentrasi pada waktu
t.

[C2H5OH] [C2H4] [H2]

Awal 0,02

Bereaksi x X x

Sisa 0,02-x X x

Dengan menggunakan persamaan tekanan total, PT, kita dapat menulis


2 atm   0, 02  x  RT  xRT  xRT
2
 0, 02  x
RT
2
x  0, 02
0, 0821  427  273
x  0, 0148 M
Jadi, untuk mencapai tekanan 2 atm pada temperatur 427 o C, banyaknya etanol yang
bereaksi adalah 0,0148M, sehingga
[C2 H5 OH]0 = 0,02 M [C2 H5 OH]t = 0,02 – 0,0148 = 0,0052 M
Dengan menggunakan persamaan hukum laju terintegrasi untuk reaksi orde 2, maka
diperoleh nilai t.
1 1
  kt
 At  Ao
1 1
  4, 00 105 L mol1 s 1  t
0, 0052 0, 02
t  3.557.692,308 s

2. Soal 2
r1
a. r1  k1  B   k1 
2

 B
2

r1
b. r1  k1  B   k1 
 B
2

c. r  r2  k2  B2  E 

k B 
2

r  k2 1 2  E 
k1
r  k  B  E 
2

d. Reaksi keseluruhan: 2B  E  C  D
3. Termometer jangkrik
a. V (10) = 10 – 5 = 5 suara krik dalam 10 detik

V (15) = 15 – 5 = 10 suara krik dalam 10 detik


V (20) = 20 – 5 = 15 suara krik dalam 10 detik
V (25) = 25 – 5 = 20 suara krik dalam 10 detik
b. k  Ae Ea / RT 
Ea
ln k    ln A
RT
karena k sebanding dengan v, maka
Ea
ln v    ln A
RT
1/T
ln v
0,003534
1,609438
0,003472
2,302585
0,003413
2,70805
0,003356
2,995732
c.  Ea  m
R

Ea
  7720;
8,314
 Ea  7720  8,314 J/mol.K  64.184, 08 J/mol; d.
Ea  64.184, 08 J/mol
4. Disproporsionasi hipobromit
a. 3BrO  aq   BrO3  aq   2 Br  aq 
  

b. Berdasarkan grafik:
Untuk menentukan order reaksi dari grafik adalah dengan melihat ketergantungan
waktu paruh , t1/2 terhadap konsntrasi BrO-. Untuk reaksi order pertama: t1/2 tidak
tergantung terhadap konsentrasi. Untuk reaksi orde dua, t½ bergantung pada
konsentrasi (secara berbanding terbalik).
Ambil sembarang 2 pasang titik dari grafik, dimana c2 = c1/2 , contohnya: Pasangan
pertama:
c1 = 0.68 M, t1 = 4,0 min.
c2 = 0.68/2 = 0.34 M,
dari grafik c vs t diperoleh t2 = t1/2 = 30.0 min.
Pasangan kedua:
c1 = 0.52 M, t1 = 12.0 min.
c2 = 0.52/2 = 0.26 M,
dari grafik c vs t, diperoleh t2 = t1/2 = 46,5 min.
Melalui data t1/2 yang diperoleh : menunjukkan bahwa reaksi adalah order kedua
(karena t1/2 tergantung pada konsentrasi)
c. Reaksi orde kedua: k = 1/(cot1/2);
k = 0.057 L/(mol·min) berdasarkan pada 2 titik pada pasangan pertama , dan
k =0.056 L/( mol·min) berdasarkan 2 titik pada pasangan kedua.
d. Reaksi order ke 2:
Langkah elemeter akan melibatkan tumbukan dua partikel hiperbromit. Dalam
tumbukan ini elektron dan ion oksigen ditransfer, tetapi partikel yang terbentuk lebih
reaktif, dan intermediete ini tidak stabil dan cepatt bereaksi dengan ion hypobromit
lainnya:
2 BrO   Br   BrO2 lambat
   
BrO  BrO  Br  BrO
2 3 cepat
Mekanisme ini sesuai dengan data eksperimen.
e. Untuk mendapatkan kurva, maka harus dimungkinkan metoda untuk menentukan
ketergantungan konsentrasi setiap reagen terhadap waktu. Karena mengandung ion
Br-, maka cara paling sederhana adalah menentukan konsentrasi Br- melalui titrasi
menggunakan larutan AgNO 3 sesuai reaksi:
AgNO3  KBr  AgBr  KNO3
Sample diambil dari campuran reaksi, didinginkan segera dari 80ºC menjadi
temperatur kamar dan dititrasi dengan larutan AgNO 3 membentuk endapan AgBr.
5. Penguraian gas NO 2 menjadi NO dan O 2 .
6. Penguraian Ozon
7. Penguraian N2 O5
a. r  k  N 2O5 
d  N2O5  d  NO2  d O2 
b. r  k  N 2O5     
dt 2dt dt
c.  N2O5 awal  0,5M ; t  1 menit  60 detik ; k  1,68 102 detik 1
ln  N 2O5 akhir  ln  N 2O5 awal  kt  ln  0,5   1, 68 102  60   1, 7011
 N2O5 akhir  0,1825 M
d.  N 2O5 bereaksi  0,5  0,1825  0,3175
1
O2 terbentuk   N 2O5 bereaksi  0,15875 M
2
Mol O2 terbentuk  0,15875 M  5 L  0, 79375 mol
1 2 2
e. t  ln  ln  41, 26 detik
2 k 1,68 102
f. Tetap 41,26 detik karena pada reaksi orde pertama, waktu paruh tidak
dipengaruhi konsentrasi.
g. Tekanan total wadah akan meningkat.
8. Penguraian NO 2 Cl
a. Jika [NO2 Cl] = 0,16 M, waktu paruh = 4 detik. Jika [NO2 Cl] = 0,08 M, waktu
paruh = 8 detik. Waktu paruh meningkat 2x lipat ketika [NO2 Cl] turun menjadi ½
nya. Reaksi ini adalah reaksi orde 2.
1 1
k   1,5625 M 1s 1
t 1  NO2Cl  4 s  0,16 M
2

b. Order reaksi = 2
c. r  k  NO2Cl 
2

1 1
d. k    1,5625 M 1s 1
t 1  NO2Cl  4 s  0,16 M
2

1 1
e.   kt
 NO2Cl t  NO2Cl o
1 1
  1,5625 M 1s 1  8 s
 NO2Cl t  NO2Cl o
 NO2Cl t  0,05333 M
9. Penguraian gas NO 2
a. Reaksi: NO2  g   NO  g   1 O2  g 
2
b. Tekanan awal gas NO2 = tekanan saat t 0 menit, yaitu 2 atm.
c. Ptotal  Pt  P  NO2   P  NO   P  O2 

NO2 (g)  NO (g) ½ O 2 (g)

M: 2 atm - -

B: X x ½x

S: (2 - x) x ½x

1 1
Pt   2  x   x  x  2 x
2 2
1
Pt  P  NO2 awal  P  NO2 bereaksi
2
1
d. P  NO2 sisa  2  x dan Pt  2  x
2

T (menit) Pt = 2 + ½ x x P(NO 2 )sisa = 2 - x


12 2,5 1 1
36 2,75 1,5 0,5

84 2,875 1,75 0,25

e. t½ berubah menjadi lebih besar ketika P(NO 2 ) menurun, t½ berbanding terbalik


dengan P(NO 2 ) sisa. Hal ini sesuai dengan rumus waktu paruh untuk reaksi orde 2:
1
t1 
2 k  Ao 
Orde reaksi = 2. Hukum laju: r  k  NO2  atau r  kp  NO2 
2 2

f. Ambil data saat t = 12 menit : p(NO 2 ) = 1 atm dan t ½ = 24 menit


1 1
k   4,167 102 atm 1 menit 1
t 1 . p  NO2  24 menit 1 atm
2

10. Kinetika pembentukan fosgen


a. Orde reaksi terhadap Cl2:
r1 k Cl2  CO 
x y


r3 k Cl2 x CO  y
x y
7, 07 104  0, 004   0, 002 

2,50 104  0, 002   0, 002 
2,828  2 x1y
x  1,5
Orde reaksi terhadap CO:
r1 k Cl2  CO 
x y


r3 k Cl2 x CO  y
x y
5, 00 104  0, 002   0, 004 

2,50  104  0, 002   0, 002 
2  1x 2 y
y 1
b. Hukum laju: r  k Cl2  CO 
1,5 1

Orde reaksi total = x + y = 1,5 + 1 = 2,5


c. Ambil salah satu data, misalnya data 1: (lebih akurat apabila hitung k untuk ketiga
data lalu dirata-ratakan).
r 7, 07 104 M/s
k   1397,33 M 1,5 s 1
Cl2  CO   0, 004 M   0, 002 M 
1,5 1 1,5

Ea

d. k  Ae RT , pada 35 o C (308 K)
k 1397,33 M 1,5 s 1
A  Ea
  4250 J
 7348, 75
RT 8,314308
e e
Tetapan laju pada 50 o C (323 K) = k2
e. Hukum laju dari reaksi lambat (tahap penentu laju): r  k3 ClCO Cl2 
ClCO harus disubstitusi karena merupakan intermediet. Substitusi melibatkan reaksi
kesetimbangan (persamaan tetapan kesetimbangan) pada reaksi tahap 1 dan 2:
Cl   Cl  K 0,5 Cl 0,5
2

K1    1  2
Cl2 
ClCO   ClCO  K Cl CO  K K 0,5 Cl 0,5 CO
K2    2    2  1  2    
Cl CO 
Maka hukum laju reaksi:
 
r  k3 ClCO Cl2   k3 k 2 k10,5 Cl2 
0,5
 CO  Cl  2

r   k3  k2  k10,5  Cl2  CO   k Cl2  CO 


1,5 1 1,5 1

Hukum laju dari mekanisme reaksi konsisten dengan poin b.


11. Kinetika pembentukan HI
a. r  k  I   H 2 
2

b. Termolecular
k2  Ea  1 1 
c. ln    
k1 R  T2 T1 
3,5  105  Ea  1 1 
ln    
1,12  10 5
8,314  738 418 
Ea  9132,34 J/mol
d. Kurva energi terhadap koordinat reaksi: (jika reaksinya eksoterm).

e. Jika tahap 2 merupakan reaksi yang lambat, maka reaksi tahap pertama akan
I 
2

membentuk kesetimbangan dengan K 2 . Hukum laju dari tahap 2:


 I2 

r  k  I   H2   k K  I 
2 2
 H   k I H 
2 2 2

12. Kinetika reaksi KI dan (NH2 )2 S2 O8


a. I   aq   S2O82  aq   I 2  2SO42  aq 
b. Orde reaksi terhadap KI:
r1 k  KI   NH 2 2 S 2O8 
x y


r2 k  KI x  NH  S O  y
 2 2 2 8
x y
1,8 104  0,1   0, 2 
4
   
2, 2110  0, 2   0, 2 
0,81   0,5  1
x y

x  0,3
Orde reaksi terhadap (NH2 )2 S2 O8

r2 k  KI   NH 2 2 S 2O8 
x y


r3 k  KI x  NH  S O  y
 2 2 2 8
x y
2, 21104  0, 2   0, 2 

4,38 104  0, 2   0, 4 
0,5  1  0,5 
x y

y 1
Orde reaksi total adalah x + y = 0,3 + 1 = 1,3
c. Tetapan laju, k, dapat dihitung dengan menggunakan salah satu data. Tapi jika
ingin lebih akurat, hitung dari semua data kemudian dirata-ratakan. Misal ambil data
1.
r1 1,8 104 M/s
k   0,0018 M 0,3 s 1
 KI   NH 2 2 S2O8  0,1 M 0, 2 M
x y 0,3 1

Hukum laju :
r  k  KI   NH 2 2 S2O8 
0,3 1

d. r  k  KI 0,3  NH 2 2 S2O8   0, 0018  0, 40,3  0, 41  5, 47 104 M/s


1

e. Amilum I2 terperangkap di dalam amilum membentuk kompleks yang berwarna biru.


13. Pembentukan ozon
a. Reaksi total: 3O2  2O3
b. Zat antara : NO 2 , dan katalis : NO.
c. Bimolekuler
d. r  k  NO2   k O2  NO 
2 2

14. Penguraian hidrogen peroksida


a. Kurva
b. Orde reaksi = 1, karena kurva t vs on [H2 O2 ] Lay yang membentuk garis lurus.
c. Gradien = -k, maka tetapan laju k = 0,00083 s-1
d. Reaksi tahap 1: H 2O2  2OH
e. Tahap penentu laju adalah tahap pertama
2
f. Waktu paruh H2 O2 adalah ln  835 detik
k
k2  Ea  1 1 
g. ln    
k1 R  T2 T1 
k2 50000  1 1 
ln    
0, 00083 8,314  353 298 
k2  0, 01926 s 1
h. Dan i. Diagram energi:

15. Soal 15
a. Jenis reaksi tersebut adalah reaksi autoredoks/disproporsionasi.
b. Orde reaksi terhadap ClO2 adalah 2 dan orde reaksi terhadap OH- adalah 1, orde
total = 3
c. r  k ClO2  OH  
2

d. Ambil salah satu data, misalkan data kedua:


2, 32  101  k  0,1  0,1
2

k  232 M 2 s 1
e. Ya, karena orde 1 terhadap konsentrasi OH- . Jika pH diturunkan (makin asam)
maka konsentrasi OH- akan mengecil, sehingga laju reaksi akan makin lambat.
f. ro  k ClO2 o2 OH  
o


r  k ClO2  OH    k 3ClO2 o   2 OH    18  k ClO 
2

OH    18ro
2 2
o 2 o o

Laju akan meningkat 18 kali laju normalnya.


KESETIMBANGAN KIMIA
KONSEP-KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA
Quosien reaksi (Q) dan tetapan kesetimbangan (K)

Jika terdapat reaksi :


aA  bB cC  dD

maka nilai Quosien reaksi, Q, adalah

C   D 
c d

Q
 A  B
a b

Pada saat kesetimbangan, Q = K, sehingga

C   D 
c d

Kc 
 A  B 
a b

Catatan :
❖ K c digunakan ketika konsentrasi untuk semua spesi (A, B, C, dan D) dinyatakan dalam
Molar.
❖ Nilai Kc diukur pada temperatur tertentu. Jika temperatur berubah, maka nilai K c juga
akan berubah.
❖ Tiap reaksi memiliki nilai Kc tertentu yang spesifik.
❖ Suatu persamaan reaksi memiliki tetapan kesetimbangan, K. Jika persamaan reaksi
tersebut dikalikan dengan suatu konstanta, n, maka tetapan kesetimbangan untuk
persamaan reaksi yang baru adalah Kn .
❖ Suatu persamaan reaksi memiliki tetapan kesetimbangan, K. Jika persamaan reaksi
tersebut dibalik, maka nilai tetapan kesetimbangan untuk persamaan reaksi yang baru
adalah 1/K.
❖ Suatu persamaan reaksi I memiliki tetapan kesetimbangan, K I , dan persamaan
reaksi II memiliki tetapan kesetimbangan, KII. Jika persamaan reaksi I dan II dijumlah,
maka tetapan kesetimbangan untuk persamaan reaksi hasil penjumlahan kedua reaksi
tersebut adalah K I x KII.

Untuk reaksi-reaksi gas (A, B, C, dan D dalam fasa gas), tekanan parsial dapat
digunakan untuk menggantikan konsentrasi, sehingga tetapan kesetimbangannya menjadi
K p . Namun, nilai Kp tidak sama dengan nilai Kc.

P  P 
c d

Kp  C a D b
 PA   PB 
Jika, PV=nRT, maka P/RT = n/V.
Substitusi P/RT untuk konsentrasi pada persamaan tetapan kesetimbangan, K c.

C   D 
c d

KC 
 A  B 
a b

c d
 Pc   PD 
   
RT   RT 
KC   a b
 PA   PB 
   
 RT   RT 
P  P 
c d
1
KC  C a D b  c  d   a  b 
 PA   PB   RT 
Kp
KC 
 RT 
n

Catatan:
❖ Δn = (jumlah nol gas di produk) – (jumlah mol gas di reaktan) atau Δn = (jumlah
koefisien spesi gas di produk) – (jumlah koefisien spesi gas di reaktan)
❖ Bila tekanan dalam persamaan K p menggunakan satuan Tan, maka nilai R adalah
0,0821 L.atm.mol-1 .K-1 . Bila tekanan dalam persamaan Kp menggunakan satuan N/m2 ,
maka nilai R adalah 8,314 J.mol-1 .K-1

Temperatur (T) memiliki satuan Kelvin.

Kesetimbangan Heterogen
❖ Melibatkan lebih dari satu fase
❖ Fasa larutan dinyatakan dalam M (molar)
❖ Fasa gas dinyatakan dalam M (molar)
❖ K = Kc
❖ Padatan dan cairan bernilai “1” dalam persamaan tetapan kesetimbangan

Contoh Soal:

1. Tuliskan quosien reaksi untuk reaksi: Ag  aq   Cl  aq  AgCl  s 


 

Jawab:
1
Q
 Ag  Cl  

2. Reaksi heterogen: 2 HCl  g   I 2  s  2 HI  g   Cl2  g 


Memiliki nilai Kc = 1,6 x 10-34 pada temperatur 25 o C. Jika terdapat 0,150 mol HCl
dan I2 yang ditempatkan pada wadah 1,00 L. Berapakah konsentrasi HI dan Cl2 dalam
wadah pada saat tercapai kesetimbangan?
Jawab:
I2 berupa solid (padatan) sehingga memiliki konsentrasi yang tetap dalam reaksi,
sehingga I 2 dapat diabaikan dalam perhitungan.

HCl HI Cl2

Mula-mula 0,150 mol/1,00L = 0,150 M - -

Bereaksi -2x 2x x

Sisa 0,150-2x 2x x

 HI  Cl2   2x  x 
2 2

Kc  
 HCl   0,15  2 x 
2 2

Karena nilai K C sangat kecil yaitu 1,6 x 10-34 maka kita dapat melakukan simplifikasi
dengan asumsi bahwa 0,150 – 2x ≈ 0,150, sehingga
 2x  x
2

Kc 
 0,15
2

 2x   x
2
34
1, 6 10 
 0,15
2

x  9, 65 1013
Karena nilai x sangat kecil, simplifikasi yang kita lakukan di atas dengan mengabaikan
nilai x adalah benar. Dengan memasukkan nilai x, maka diperoleh
 HI   2 x  1,93 1013 M
Cl2   x  9, 65 1013 M
 HCl    0,150  2 x   0,150 M

Pergeseran Kesetimbangan (Le Châtelier’s principle)


Bila sistem berada dalam kesetimbangan dimana Q = K dan kemudian sistem mengalami
gangguan yang menyebabkan nilai Q ≠ K, maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan
pada sistem tersebut.
❖ Kesetimbangan bergeser ke kanan atau ke arah produk bila nilai Q < K
❖ Kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan bila nilai Q > K

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Q sehingga terjadi pergeseran kesetimbangan antara


lain:
(1) Konsentrasi
(2) Tekanan dan Volume
(3) Temperatur

Contoh Soal 1:

Sebuah reaksi: CH 4  g   H 2O  g  CO  g   3H 2  g 

adalah reaksi endoterm dengan nilai Kc = 5,67 pada temperatur 1500 o C. Bagaimana jumlah
CO pada keadaan setimbang ketika
a. Menambah konsentrasi H2 O
b. Menurunkan tekanan sistem dengan menaikkan volume wadah
c. Meningkatkan temperatur campuran reaksi
d. Menambah katalis pada system

Dari keempat faktor tersebut, faktor yang mana yang akan mengubah tetapan
kesetimbangan (K c) dan apakah nilai Kc akan bertambah atau berkurang?
Jawab:

CO H 2 
3

a. Pada keadaan setimbang, nilai Q = K. Karena nilai Q


CH 4  H 2O
Maka ketika konsentrasi H2 O ditambah, maka nilai Q akan menjadi lebih kecil daripada
nilai K (Q < K) sehingga kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau dengan kata lain
jumlah CO akan bertambah ketika konsentrasi H2 O ditingkatkan. Ketika konsentrasi
CH4 ditingkatkan maka kesetimbangan juga akan bergeser ke kanan sehingga jumlah
CO juga akan meningkat.
Prinsipnya adalah ketika konsentrasi reaktan ditingkatkan maka nilai Q akan lebih kecil
daripada nilai K. Untuk mengembalikan keadaan sistem agar setimbang dimana Q = K,
maka sistem harus meningkatkan jumlah produk agar nilai Q menjadi sama dengan nilai
K. Akibatnya, kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau ke arah produk.
b. Bila tekanan sistem diturunkan, maka sistem akan melakukan respon dengan cara
memperbanyak jumlah molekul gas untuk meningkatkan tekanan sistem sampai keadaan
sistem kembali setimbang. Pada reaksi di atas, jumlah molekul produk lebih banyak
dibandingkan jumlah molekul reaktan karena ada dua molekul reaktan (satu molekul
CH4 dan satu molekul H2 O) dan empat molekul produk (satu molekul CO dan tiga
molekul H2 ). Akibatnya, system akan meningkatkan jumlah produk sehingga tekanan
sistem meningkat sampai keadaan system kembali setimbang.
Kesetimbangan akan bergeser ke kanan (ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar)
dan jumlah CO akan bertambah ketika tekanan sistem diturunkan. Begitupula
sebaliknya, jika tekanan sistem dinaikkan dengan memperkecil volume wadah, maka
sistem akan merespon dengan cara mempersedikit jumlah molekul gas sehingga tekanan
sistem berkurang sampai keadaan kembali setimbang. Pada kasus reaksi di atas, karena
jumlah molekul reaktan lebih sedikit dibandingkan jumlah molekul produk, maka
sistem akan mengurangi jumlah molekul produk untuk menurunkan tekanan sistem
sampai keadaan sistem kembali setimbang. Akibatnya, kesetimbangan bergeser ke kiri
(ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil) dan jumlah CO akan berkurang ketika
tekanan sistem dinaikkan.
Catatan:
Perubahan tekanan atau volum sistem hanya akan mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan ketika terdapat perbedaan antara jumlah molekul di produk dan jumlah
molekul di reaktan atau terdapat perbedaan antara jumlah koefisien di produk dan
reaktan. Bila jumlah molekul atau jumlah koefisien di bagian produk dan reaktan
adalah sama, maka perubahan tekanan atau volum sistem tidak akan menggeser
kesetimbangan.
c. Reaksi pembentukan CO di atas adalah reaksi endoterm. Bila temperatur sistem
dinaikkan, maka sistem akan merespon dengan cara menyerap kalor/panas dari
lingkungan. Akibatnya, kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau ke arah produk,
dan jumlah CO yang terbentuk akan bertambah. Apabila temperatur sistem diturunkan,
maka sistem akan merespon dengan melepaskan kalor ke lingkungan. Akibatnya,
kesetimbangan akan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan sehingga perubahan entalpi
sistem menjadi negatif dan kalor akan dilepaskan oleh sistem ke lingkungan, dan
jumlah CO yang terbentuk akan berkurang.
Bila reaksi di atas adalah reaksi eksoterm, maka pembentukan CO akan melepaskan
kalor ke lingkungan. Apabila temperatur sistem diturunkan, maka sistem akan merespon
dengan cara melepaskan kalor ke lingkungan. Kesetimbangan akan bergeser ke arah
produk dan jumlah CO yang terbentuk akan bertambah. Apabila temperatur sistem
dinaikkan, maka sistem akan merespon dengan cara menyerap kalor dari lingkungan.
Kesetimbangan akan bergeser ke arah reaktan dan jumlah CO yang terbentuk akan
berkurang.
d. Katalis menyebabkan reaksi mencapai kesetimbangan lebih cepat. Namun, katalis
tidak dapat menggeser kesetimbangan. Oleh karena itu jumlah CO yang dihasilkan tidak
dipengaruhi oleh katalis.

Hanya perubahan temperatur yang dapat mengubah nilai K. Pada kasus reaksi endoterm
di atas, menaikkan temperatur (menambah kalor ke sistem) akan memperbesar nilai K C.
Catatan :
Untuk reaksi: aA  bB cC  dD

❖ Bila [A] atau [B] atau [A] dan [B] bertambah, maka nilai Q < K, kesetimbangan akan
bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Bila [A] atau [B] atau [A] dan [B] berkurang, maka nilai Q > K, kesetimbangan akan
bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila [C] atau [D] atau [C] dan [D] bertambah, maka nilai Q > K, kesetimbangan akan
bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila [C] atau [D] atau [C] dan [D] berkurang, maka nilai Q < K, kesetimbangan akan
bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Bila tekanan sistem bertambah atau volume sistem berkurang, kesetimbangan
akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.
❖ Bila tekanan sistem berkurang atau volume sistem bertambah, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar .
❖ Bila reaksi endoterm, temperatur dinaikkan, maka nilai K akan bertambah, sehingga
nilai Q < K, dan kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau ke arah produk. Bila
temperatur diturunkan, nilai K akan berkurang , sehingga nilai Q > K, dan
kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila reaksi eksoterm, temperatur dinaikkan, maka nilai K akan berkurang, sehingga
nilai Q > K, dan kesetimbangan akan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan. Bila
temperatur diturunkan, nilai K akan bertambah , sehingga nilai Q < K, dan
kesetimbangan bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Perubahan konsentrasi, volume dan tekanan mengubah nilai Q tetapi tidak mengubah
nilai K sedangkan perubahan temperatur mengubah nilai K.
G  G o  RT ln K
Pada saat kesetimbangan, nilai ΔG = 0, sehingga
G o   RT ln K
G o
Pada saat T1 , ln K1   1
RT1
G o
Pada saat T2 , ln K 2    2
RT2
Dengan mengurangkan persamaan (1) dan (2), diperoleh
 G o 
G o G o G o
ln K1  ln K 2       
 RT2 
RT1 RT1 RT2
K  G o  1 1 
ln  1      
 2
K R  T1 T2 

Contoh Soal 2 :
Diketahui persamaan reaksi kesetimbangan:

PCl5  g   4 H 2O  g  H 3 PO4  l   5HCl  g 

Bagaimana jumlah H3 PO4 pada kesetimbangan jika volume wadah dibuat menjadi lebih
kecil?
Jawab :
Reaksi kesetimbangan di atas adalah reaksi kesetimbangan heterogen. Hanya spesi gas saja
yang dipengaruhi oleh perubahan volume wadah. Namun, karena perbandingan stoikiometri
(jumlah koefisien) produk dan reaktan adalah 5 : 5 , ketika volum wadah berubah, jumlah
mol gas tidak akan berubah. Oleh karena itu, tidak terjadi pergeseran kesetimbangan dan
jumlah H3PO4 tidak berubah.

Contoh Soal 3:
Diketahui persamaan reaksi kesetimbangan:

PCl3  g   Cl2  g  PCl5  l  H o  88 kJ

Bagaimana jumlah Cl2 pada kesetimbangan jika


a. PCl3 ditambahkan ke dalam system
b. PCl5 ditambahkan ke dalam sistem
c. Temperatur sistem dinaikkan
d. Volume wadah diperkecil

Dan bagaimana nilai Kp reaksi akibat masing-masing gangguan tersebut, apakah nilai Kp
berubah atau tidak? Jika berubah, apakah perubahan nilai Kp tersebut menjadi lebih besar
atau lebih kecil?
Jawab:
a. Kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan jumlah Cl2 akan berkurang pada saat
kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.
b. Kesetimbangan akan bergeser ke kiri dan jumlah Cl2 akan bertambah pada saat
kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.
c. Untuk reaksi eksoterm, ketika temperatur dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke
kiri dan jumlah Cl2 akan bertambah pada saat kesetimbangan. Nilai KP akan menjadi
lebih kecil.
d. Bila volume wadah diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah
koefisiennya lebih kecil, yaitu ke kanan atau ke arah produk. Jumlah Cl2 akan berkurang
pada saat kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.

Perhitungan Kesetimbangan (Equilibrium Calculations)


➢ Menggunakan tabel konsentrasi MBS (Mula-mula, Bereaksi, Sisa) Point-point penting
dalam pembuatan tabel konsentrasi MBS:
a. Semua entri dalam tabel harus menggunakan satuan Molar (mol.L-1 ) untuk
perhitungan yang melibatkan nilai KC atau satuan atm untuk perhitungan yang
melibatkan nilai KP .
b. Bila konsentrasi awal suatu reaktan atau produk yang tidak disebutkan dalam soal,
maka konsentrasi awal produk atau reaktan tersebut dinyatakan dengan nilai “0”.
c. Bila suatu spesi memiliki konsentrasi awal = 0, maka perubahan konsentrasi spesi
tersebut haruslah bernilai positif (nilai B dalam tabel konsentrasi MBS adalah
positif).
d. Perubahan konsentrasi (B dalam tabel konsentrasi MBS) memiliki rasio yang sama
dengan koefisien spesi dalam persamaan reaksi yang setara. Bila perubahan
konsentrasi tidak diketahui, maka dapat menggunakan variabel x dengan rasio yang
sama dengan koefisien spesi dalam persamaan reaksi setara.
e. Hanya kuantitas pada bagian akhir saja (S dalam tabel konsentrasi MBS) yang
memenuhi hukum kesetimbangan.

Untuk reaksi: aA  bB cC  dD 1


Dengan konsentrasi awal [A] = p M, [B] = q M, [C] = r M, dan [D] = s M.
▪ Bila r = s = 0, maka tabel konsentrasi untuk reaksi (1) di atas adalah sebagai berikut

A B C D

Mula-mula (M) p q 0 0

Bereaksi (B) -ax -bx +cx +dx

Sisa (S) p-ax q-bx cx dx

 C   D  cx   dx 
c d c d

KC  
 A  B  p  ax   q  bx 
a b a b

Bila nilai 1000 x K C << konsentrasi awal, Maka kita dapat melakukan simplifikasi
perhitungan dengan menganggap bahwa nilai ax << p dan bx << q, sehingga
 p  ax   p dan  q  bx   q
 cx   dx 
c d

KC 
 p q
a b

▪ Bila p = q = 0, maka tabel konsentrasi untuk reaksi (1) di atas adalah sebagai berikut

A B C D

Mula-mula (M) 0 0 r s

Bereaksi (B) +ax +bx -cx -dx

Sisa (S) ax bx r-cx s-dx


 C   D  r  cx   s  dx 
c d c d

KC  
 A  B  ax   bx 
a b a b

Bila nilai 1000 x K C << konsentrasi awal, maka kita dapat melakukan simplifikasi
perhitungan dengan menganggap bahwa nilai cx << r dan dx << s, sehingga
 r  cx   r dan  s  dx   s
 r  s
c d

KC 
 ax   bx 
a b

▪ Bila Q < Kc, maka kesetimbangan bergeser ke kanan. Tabel konsentrasi untuk reaksi (1)
di atas adalah sebagai berikut

A B C D

Mula-mula (M) p q r s

Bereaksi (B) -ax -bx +cx +dx

Sisa (S) p-ax q-bx r+cx s+dx

 C   D  r  cx   s  dx 
c d c d

KC  
 A  B  p  ax   q  bx 
a b a b

▪ Bila Q > Kc, maka kesetimbangan bergeser ke kiri. Tabel konsentrasi untuk reaksi (1)
di atas adalah sebagai berikut

A B C D

Mula-mula (M) p q r s

Bereaksi (B) +ax +bx -cx -dx

Sisa (S) p+ax q+bx r-cx s-dx

 C   D  r  cx   s  dx 
c d c d

KC  
 A  B  p  ax   q  bx 
a b a b

BANK SOAL KESETIMBANGAN


1. Untuk reaksi di bawah ini, Kp = 1,6 x 106 pada temperatur 400,0 o C.
HCHO2  g  CO  g   H 2O  g 
Suatu campuran CO (g) dan H2 O (l) disiapkan dalam wadah 2,00 L pada
temperatur 25 o C dan tekanan CO adalah 0,177 atm. Di dalam campuran juga terdapat
0,391 g H2 O. Wadah kemudian ditutup rapat dan dipanaskan sampai mencapai
temperature 400 o C. Berapakah tekanan parsial HCHO 2 pada saat tercapai
kesetimbangan pada temperatur 400 o C?
2. Pada temperatur 2000 o C, CO2 terdekomposisi menurut persamaan reaksi berikut:
2CO2  g  2CO  g   O2  g 
Dan memiliki nilai KC = 6,4 x 10-7 . Jika 1 Liter wadah mengandung 1,00 x 10-2 mol
CO 2 dipanaskan sampai temperatur 2000 o C.
a. Berapakah tekanan parsial CO (dalam atm) pada saat tercapai kesetimbangan?
b. Berapa banyak molekul O2 pada saat tercapai kesetimbangan?
c. Apakah densitas campuran pada saat tercapai kesetimbangan mengalami
perubahan jika dibandingkan dengan densitas campuran pada kondisi awal reaksi?
d. Berapa banyak kalor (dalam Joule) yang diserap atau dilepaskan pada saat
tercapai kesetimbangan?
Energi ikatan rata-rata
C  0  1072 kj/mol
O  0  494 kj/mol
C  0  799 kj/mol
3. Pada temperatur 460 o C, reaksi: SO2  g   NO2  g  NO  g   SO3  g 
Memiliki nilai KC = 85,0. Jika 0,0255 mol SO2 , 0,0600 mol NO2 , 0,0800 mol NO, dan
0,0446 mol SO 3 ditempatkan dalam wadah 10 Liter dan pada temperatur 460 o C,
a. Berapa massa masing-masing gas dalam campuran (dalam gram) pada saat
tercapai kesetimbangan?
b. Berapa tekanan total sistem pada saat tercapai kesetimbangan?
4. Pada temperatur 200 o C, K c = 1,4 x 10-10 untuk reaksi: N 2O  g   NO2  g  3NO  g 
Jika 300 mL NO yang diukur pada tekanan 800 torr dan 25 o C, ditempatkan dalam
wadah 4 Liter
a. Berapakah konsentrasi (dalam molar) NO pada saat kesetimbangan?
b. Berapa tekanan total sistem (dalam torr) pada saat kesetimbangan?
5. Pada temperatur 500 o C, K c = 2,9 x 104 untuk reaksi: HCHO2  g  CO  g   H 2O  g 
Suatu campuran disiapkan dengan kondisi berikut: [CO] = 0,20 M, [H2 O]= 0,30 M, dan
tidak terdapat asam format pada kondisi awal reaksi.
a. Berapakah konsentrasi HCHO2 pada saat kesetimbangan?
b. Berapakah densitas campuran pada saat kesetimbangan?
6. Reaksi: N 2O4  g  2 NO2  g 
Memiliki nilai KP = 0,140 pada temperatur 25,0 o C. Ke dalam wadah 4,50 Liter
pada temperatur tersebut, dimasukkan 0,0245 mol N 2 O 4 dan 0,0116 mol N2 O.
a. Berapakah densitas campuran gas (dalam satuan gram per liter) sebelum reaksi
terjadi, dan
b. Pada saat kesetimbangan?
7. Gas CCl4 pada temperature 700 K dapat terurai sesuai reaksi berikut:
CCl4  g  C  s   2Cl2  g 
Dimana reaksi tersebut memiliki nilai KP = 0,76 dan ΔHo = +106,7 kJ. Pada
temperature 700 K, sejumlah gas CCl4 dimasukkan ke dalam wadah sehingga
tekanannya 2 atm. Gas tersebut kemudian didiamkan hingga mencapai kesetimbangan
pada temperatur 700 K.
a. (i) tulislah pernyataan KP untuk reaksi tersebut! (ii) Bagaimana nilai K P untuk
kesetimbangan tersebut bila suhunya dinaikkan menjadi 800 K, lebih besar atau
lebih kecil? Berikan penjelasan!
b. Dalam keadaan setimbang pada 700 K: (i) Berapa fraksi mol CCl4 yang berubah
menjadi C(s) dan Cl2 (g)? (ii) Tentukan tekanan parsial CCl4 dan Cl2 !
Bila reaksi tersebut dilakukan dalam wadah yang volumnya 5 liter, maka:
c. (i) tentukan berapa mol gas CCl4 yang dimasukkan ke dalam wadah tersebut? (iii)
Berapa banyak C(s) yang terbentuk setelah tercapai kesetimbangan pada 700 K?
Diketahui tetapan gas universal, R = 8,315 J.mol-1 K -1 = 0,08205 L.atm.mol-1 K-1
8. Pada temperatur tertentu, Nitrosyl bromida terurai sesuai dengan reaksi:
2 NOBr  g  2 NO  g   Br2  g  H  16,1 kJ
Bila dalam suatu wadah tertutup rapat pada awalnya terdapat NOBr dengan tekanan
0,500 atm, setelah didiamkan dan mencapai kesetimbangan ternyata NOBr telah terurai
sebanyak 18% .
a. Tuliskan pernyataan tetapan kesetimbangan KP ?
b. Berapa tekanan parsial gas NOBr, NO, dan Br2 setelah tercapai kesetimbangan
keadaan kesetimbangan?
c. Berapa tekanan total sesudah tercapai kesetimbangan?
d. Berapa nilai tetapan kesetimbangan Kp pada temperatur trersebut?
e. Bagaimana pengaruh perubahan kondisi sistem berikut ini terhadap kesetimbangan
tersebut:
i. Ditambahkan gas Br2 :
ii. Gas NOBr dikeluarkan sebagian:
iii. Temperatur diturunkan:
iv. Volume wadah diperbesar:
9. Di dalam ruang tertutup dan temperatur tinggi, gas ClF3 akan terurai dan menghasilkan
kesetimbangan campuran gas ClF3 , ClF, dan F2 . Bila 9,25 gram ClF3 dimasukkan ke
dalam wadah hampa yang volumnya 2 liter dan temperatur 700 K, maka sebanyak
19,8% gas ClF3 akan terurai dan menghasilkan kesetimbangan campuran gas ClF3 , ClF,
dan F2 .
a. Berapakah tekanan awal gas ClF3?
b. Tuliskan reaksi kesetimbangan dan bagaimana pernyataan konstanta kesetimbangan
konsentrasi (Kc) dan tekanannya (K p)?
c. Berapa nilai kedua konstanta kesetimbangan tersebut pada 700 K?
10. Kedalam suatu wadah yang berisi gas CO2 dengan tekanan 0,824 atm, ditambahkan
sejumlah karbon padat. Setelah didiamkan beberapa lama, dihasilkan gas CO dan
setelah tercapai kesetimbangan, tekanan wadah naik menjadi 1,366 atm.
a. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan tersebut?
b. Tuliskan pernyataan kesetimbangannya dalam tekanan parsial?
c. Hitunglah nilai tetapan kesetimbangan KP dari reaksi tersebut?
d. Bagaimana jumlah gas CO bila volume sistem diperkecil?
Bila reaksi kesetimbangan tersebut adalah reaksi endoterm, maka
e. Bagaimana nilai Kp bila temperatur reaksi dinaikkan?
Gas CO bersifat racun karena dapat menggantikan O2 dalam haemoglobin (Hb).
Haemoglobin (Hb) dapat membentuk kompleks dengan O2 ataupun CO sesuai
reaksi:
HbO2 aq   CO g  HbCO aq   O2 g 
Yang pada temperatur tubuh, nilai tetapan kesetimbangan K adalah 200. Bila rasio
HbCO aq 
didalam darah mendekati 1 (satu), maka manusia dapat mengalami
HbO2 aq 
kematian. Bila dianggap tekanan parsial O2 diudara 0,2 atm, maka: Berapa
minimum tekanan parsial gas CO yang dapat mengakibatkan kematian?
ASAM BASA
DAN
KESETIMBANGAN ASAM BASA
ASAM-BASA
Asam Basa Brønsted-Lowry
❖ Asam adalah pendonor proton
❖ Basa adalah penerima proton

Contoh Soal:

NaOH  HCl  NaCl  H 2O


HCl adalah asam karena mendonorkan proton (H+) ke basa (NaOH) NaOH adalah basa
karena menerima proton (H+) dari asam (HCl).
Contoh Soal:
Di dalam air,

H 2O  HCl  H3O  Cl 
HCl adalah asam karena mendonorkan proton (H+) ke H2 O. H2 O adalah basa karena
menerima proton (H+) dari asam (HCl)

Pasangan Asam-Basa Konjugasi


❖ Pasangan asam-basa konjugasi hanya dibedakan oleh satu H+.
❖ Asam memiliki lebih banyak satu H+ dibandingkan basa konjugasi.

Contoh 1:

HCN  aq   OH   aq   H 2O  I   CN   aq 

HCN = Asam

CN- = Basa konjugasi dari HCN

OH- = Basa

H2O = Asam konjugasi dari OH-

Contoh 2:

HCHO2  H 2O H3O  CHO2

HCHO 2 = Asam
CHO2 - = Basa konjugasi dari HCHO2
H2 O = Basa
H3 O+ = Asam konugasi dari H2O

Spesi-Spesi yang Bersifat Amfoter


❖ Spesi yang bersifat amfoter adalah spesi yang mampu bertindak sebagai Asam
Brønsted-Lowry atau Basa Brønsted-Lowry.

Contoh 1:
HCO3 - adalah spesi yang bersifat amfoter. Bila dalam kondisi basa (direaksikan dengan
basa), HCO3 - akan bertindak sebagai asam.

HCO3  aq   OH   aq   CO32  H 2O

Bila dalam kondisi asam (direaksikan dengan asam), HCO3 - akan bertindak sebagai basa.

HCO3  aq   H 3O   aq   H 2CO3  aq   H 2O

Contoh 2 :
H2 O adalah spesi yang juga bersifat amfoter. Bila H2O direaksikan dengan asam, maka
H2 O akan bertindak sebagai basa

H 2O  HCl  g   H 3O   aq   Cl   aq 

Bila H2 O direaksikan dengan basa, maka H2 O akan bertindak sebagai asam

H 2O  NH 3  aq  NH 4  aq   OH   aq 

Kekuatan Asam-Basa Brønsted-Lowry


❖ Suatu asam HA dikatakan asam kuat jika asam HA terurai sempurna menjadi H+ dan
A- di dalam air menurut persamaan reaksi berikut:
HA  H 2O  H3O  A
❖ Suatu asam HA dikatakan asam lemah jika asam HA tidak terurai sempurna menjadi H+
dan A- di dalam air menurut persamaan reaksi berikut:
HA  H 2O H3O  A
❖ Jika suatu spesi asam HA semakin mudah melepaskan H+, artinya semakin
banyak H+ yang dilepaskan oleh asam HA, maka semakin kuat sifat asam dari asam
HA tersebut.
❖ Jika suatu spesi asam HA semakin sulit melepaskan H+, artinya semakin sedikit H+
yang dilepaskan oleh asam HA, maka semakin lemah sifat asam dari asam HA tersebut.
❖ Suatu basa B dikatakan sebagai basa kuat jika basa B bereaksi sempurna dengan air
membentuk BH+ dan OH- menurut persamaan reaksi berikut:
B H 2O BH   OH 
❖ Suatu basa B dikatakan sebagai basa lemah jika basa B tidak bereaksi sempurna dengan
molekul H2 O membentuk BH+ dan OH- menurut persamaan reaksi berikut:
B H 2O BH   OH 
❖ Jika suatu asam HA bersifat asam kuat, maka basa konjugasinya adalah basa lemah
dan jika suatu basa adalah basa kuat, maka asam konjugasinya adalah asam kuat. Jika
suatu asam adalah asam lemah, maka basa konjugasinya adalah basa kuat dan jika suatu
basa adalah basa lemah, maka asam konjugasinya adalah asam kuat  Hubungan
Resiprok Kekuatan Asam-Basa
❖ Hubungan resiprok kekuatan asam-basa dapat digunakan untuk
meramalkan arah kesetimbangan suatu reaksi kesetimbangan asam-basa, dimana arah
kesetimbangan reaksi tersebut selalu berada pada bagian yang terdapat asam lemah
dan basa lemah.

Contoh:

HC2 H 3O2  aq   H 2O H 3O   aq   C2 H 3O2  aq 

HC2 H3 O2 (asam asetat) merupakan asam lemah. Maka basa konjugasinya, C2 H3 O2 - bersifat
basa kuat. Dan H2 O dalam kasus ini adalah basa lemah dan asam konjugasinya, H3 O+
adalah asam kuat. Sehingga pada bagian kanan (produk) terdapat asam kuat dan basa kuat,
sedangkan pada bagian reaktan terdapat asam lemah dan basa lemah, sehingga arah
kesetimbangan adalah ke arah kiri.
❖ Kekuatan relatif asam – basa Brønsted-Lowry

Tabel 1. Kekuatan Relatif Asam Basa Brønsted-Lowry

AS AM BAS A KONJUGAS I

Asam perklorat HClO4 Ion perklorat ClO4-

Asam Iodida HI Ion iodide I-

Asam Bromida HBr Ion Bromida Br-

Asam Klorida HCl Ion Klorida Cl-

Asam Sulfat H2SO4 Ion Hidrogen Sulfat HSO4-

Asam Nitrat HNO3 Ion Nitrat NO3-

Ion Hidronium H 3O + Air H 2O

Ion Hidrogen Sulfat HSO 4- Ion Sulfat SO 42-

Asam Nitrit HNO2 Ion Nitrit NO 2-

Asam Asetat CH 3COOH Ion Asetat CH 3COO -

Asam Karbonat H2CO3 Ion Hidrogen Karbonat HCO 3-


Ion Amonium NH 4+ Amonia NH 3

Ion Hidrogen Karbonat HCO3- Ion Karbonat CO 32-

Air H 2O Ion Hidroksida OH -

M etanol CH 3OH Ion M etoksida CH 3O-

Amonia NH 3 Ion Amida NH 2-

aKombinasi Ion hidronium – air terjadi karena proton dilewatkan dari molekul air yang satu
ke molekul air yang lainnya menurut persamaan reaksi:

H3O  H 2O H 2O  H3O
➢ Dari bawah ke atas (dari ammonia ke asam perklorat), kekuatan asam semakin kuat
➢ Dari atas ke bawah (dari ion perklorat ke ion amida), kekuatan basa konjugasi semakin
kuat

❖ Asam biner (binary acid) biasanya terbentuk dari hidrogen dan unsur golongan 16
atau 17, biasanya dilambangkan dengan H2X atau HX, seperti H2O, H2S, H2Se, H2Te,
HF, HCl, HBr, HI.
❖ Kekuatan asam biner bertambah dari kiri ke kanan dalam periode yang sama pada
tabel sistem periodik unsur. Padas asam HnX, semakin ke kanan, atom X bersifat
semakin elektrongatif, sehingga elektron yang dipakai bersama untuk berikatan kovalen
dengan atom hidrogen akan lebih tertarik ke atom X, dan atom H akan menjadi lebih
bermuatan parsial positif. Akibatnya, atom H akan lebih mudah lepas sebagai H+, dan
sifat asam dari spesi HnX akan semakin kuat.
❖ Kekuatan asam biner bertambah dari atas ke bawah dalam golongan yang sama
pada tabel sistem periodik unsur. Pada asam biner HnX, semakin ke bawah, jari-jari
atom X semakin besar, sehingga panjang ikatan H-X semakin besar. Akibatnya atom H
mudah putus sebagai ion H+, dan sifat asam HnX akan semakin kuat.

Contoh Soal 1
Urutkan asam-asam di bawah ini mulai dari asam yang paling lemah sampai asam yang
paling kuat:
a. HI, HF, HBr
b. HCl, PH3 , H2 S
c. H2 Te, H2 O, H2 Se
d. AsH3 , HBr, H2 Se
e. HI, PH3 , H2 Se

Jawab :
a. Dalam tabel sistem periodik, atom F, Br, dan I berada dalam 1 golongan, yaitu
golongan 17. Urutan dari atom-atom tersebut dari atas ke bawah: F, Br, dan I,
sehingga urutan untuk kekuatan asam binernya mulai dari yang paling lemah adalah
HF < HBr < HI
b. Atom Cl, P, dan S berada dalam satu periode, yaitu periode 3. Pada asam HnX, bila X
semakin elektronegatif, maka semakin kuat asam Hn X. Dalam satu periode pada tabel
sistem periodik, semakin ke kanan sifat keelektronegatifan atom X akan semakin besar.
Elektron yang dipakai bersama untuk ikatan kovalen antara atom H dan X semakin
tertarik ke atom X. Akibatnya, atom H akan lebih mudah lepas sebagai ion H+, dan
sifat asam Hn X akan semakin kuat. Urutan atom Cl, P, dan S dalam satu periode pada
tabel sistem periodik dari kiri ke kanan adalah P, S, Cl. Urutan kekuatan asam mulai dari
yang paling lemah sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2 S < HCl
c. Atom Te, O, dan Se berada dalam satu golongan yaitu golongan 16. Sama seperti
nomor a, dalam satu golongan, semakin ke bawah, kekuatan ikatan H-X pada asam Hn X
akan semakin lemah, dan atom H akan semakin mudah terlepas menjadi ion H+,
akibatnya kekuatan asam Hn X akan semakin kuat. Urutan atom-atom tersebut dari atas
ke bawah adalah O, Se, Te, sehingga urutan kekuatan asam mulai dari yang paling lemah
sampai yang paling kuat adalah
H2 O < H2 Se < H2 Te
d. As, Br, dan Se berada dalam satu periode, yaitu periode 4. Urutan atom-atom tersebut
dari kiri ke kanan adalah As, Se, dan Br, sehingga urutan kekuatan asamnya adalah
AsH3 < H2 Se < HBr
e. Pada kasus ini, kita meninjau dua hal, yaitu keelektronegatifan dan ukuran atom. Urutan
keelektronegatifan atom I, P, dan Se mulai dari yang keelektronegatifan paling kecil
sampai yang paling besar adalah P, Se, dan I, dan urutan ukuran atom mulai dari yang
ukurannya paling kecil sampai yang paling besar adalah P, Se, dan I. Dari urutan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa urutan kekuatan asam mulai dari yang paling lemah
sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2 Se < HI
Karena semakin elektronegatif atom X pada asam Hn X, kekuatan asam Hn X akan
semakin kuat, dan semakin besar ukuran atom X pada asam Hn X, kekuatan asam Hn X
akan semakin kuat.

Contoh Soal:
Hanya dengan menggunakan tabel sistem periodik, pilihlah asam yang lebih kuat pada
pasangan asam berikut:
c. H2 O atau H2 S
a. H2 Se atau HBr b. H2 Se atau H2 Te

Jawab:
a. HBr, karena Br lebih elektronegatif dibandingkan Se.
b. H2 Te, karena ukuran atom Te lebih besar jika dibandingkan dengan atom Se.
c. H2 S, karena ukuran atom S lebih besar jika dibandingkan atom O.

Kekuatan Asam Okso


▪ Contoh Asam Okso

Tabel 2. Beberapa Contoh Asam Okso Nonmetal dan Metalloid

Golongan 14 Golongan 15 Golongan 16 Golongan 17

H2 CO3 (Asam Karbonat) HNO3 (Asam Nitrat) HFO ( Asam Hipofluorit)

HNO2 (Asam Nitrit)

H3 PO4 (Asam Fosfat) H2 SO4 (Asam Sulfat) HClO4 (Asam Perklorat)

H3 PO3 (Asam Fosfit) H2 SO3 (Asam Sulfit) HClO3 (Asam Klorat)

HClO2 (Asam Klorit)

HClO (Asam Hipoklorit)

H3 AsO4 (Asam Arsenat) H2 SeO4 (Asam Selenat) HBrO4 (Asam Perbromat)

H3 AsO3 (Asam Arsenit) H2 SeO3 (Asam Selenit) HBrO3 (Asam Bromat)

Te(OH)6 (Asam HIO4 (Asam Periodat)


Tellurat)

H2 TeO3 (Asam Tellurit) HIO3 (Asam Iodat)

▪ Contoh struktur molekul asam okso

▪ Asam Selenat dan atom X bertambah, densitas elektron pada ikatan O-H akan tertarik ke
atom X, sehingga ikatan O-H akan melemah, dan atom H mudah putus sebagai ion H+.
Akibatnya, sifat asam akan semakin kuat.
Ketika atom pusat X mengikat jumlah oksigen yang sama, kekuatan asam bertambah
dari bawah ke atas dalam golongan yang sama dan dari kiri ke kanan dalam periode
yang sama pada tabel sistem periodik.
Contoh:
HIO4 < HBrO4 < HClO4
H3 PO 4 < H2 SO4 < HClO4
Contoh Soal:
Yang manakah asam yang lebih kuat : (a) HClO3 atau HBrO3 ; (b) H3 PO 4 atau H2 SO4 ?
Jawab :
a) HClO3 , karena atom Cl lebih elektronegatif jika dibandingkan atom Br
b) H2 SO4 , karena atom S lebih elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P

Contoh Soal:
Pada pasangan asam berikut, manakah asam yang lebih lemah? (a) H3 PO 4 atau H3 AsO4 ,
(b) HIO 4 atau H2 TeO4 ?
Jawab :
a) H3 AsO4 , karena atom As kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P
b) H2 TeO4 , karena atom Te kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom I
▪ Untuk suatu atom pusat X pada asam okso, kekuatan asam bertambah seiring
bertambahnya jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat X. Definisi oksigen
bebas adalah oksigen yang tidak mengikat atom H.

Contoh:

Contoh Soal:
Pada pasangan asam berikut, asam manakah yang lebih kuat : (a) HIO3 atau HIO4 ;
(b) H2 TeO3 atau H2 TeO4 ; (c) H3 AsO3 atau H3 AsO4 ?
Jawab :
a) HIO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat I lebih banyak.
b) H2 TeO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat Te lebih banyak.
c) H3 AsO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat As lebih banyak.

Kekuatan Asam Organik


Semakin elektronegatif atom X, densitas elektron
yang terdapat pada ikatan O-H akan semakin tertarik
ke atom X, kepolaran ikatan O-H semakin bertambah,
ikatan O-H semakin lemah, atom H semakin mudah
putus menjadi ion H+, dan kekuatan asam semakin
bertambah.

Contoh:
CH3 COOH < CH2 ClCOOH < CHCl2 COOH < CCl3 COOH
Contoh Soal:
Bagaimana kekuatan asam berikut jika dibandingkan satu dengan yang lainnya :
CH2 ClCOOH; CH2 FCOOH; CH2 BrCOOH
Jawab:
CH2 BrCOOH < CH2 ClCOOH < CH2 FCOOH
Karena atom keelektronegatifan atom F > Cl > Br

Asam Basa Lewis


▪ Asam lewis adalah spesi ion atau molekul yang dapat menerima pasangan
elektron dalam pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
▪ Basa Lewis adalah spesi ion atau molekul yang dapat mendonorkan pasangan
elektron dalam pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
▪ Netralisasi adalah pembentukan ikatan kovalen koordinasi antara donor (basa) dan
akseptor (asam)

Tabel 3. Tipe Spesi yang bersifat Asam-Basa Lewis

Asam Lewis ➢ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang tidak sempurna
(belum duplet atau oktet). Contohnya BF3 dimana atom pusat B hanya
memiliki 6 buah elektron (belum oktet) dan masih memiliki 1 orbital
kosong 2p yang dapat ditempati pasangan elektron dari spesi lain.
(basa Lewis). Contoh lainnya adalah H+, dimana atom H kehilangan 1
elektron, sehingga orbital 1s dari atom H kosong dan dapat diisi oleh
pasangan elektron dari spesi basa Lewis.
➢ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang lengkap, tetapi
memiliki ikatan rangkap yang dapat “dipindah” untuk membuat ruang
kosong bagi pasangan elektron yang didonorkan oleh spesi basa
Lewis. Contohnya CO 2 .
➢ Spesi molekul atau ion yang memiliki atom pusat yang mampu
menampung kelebihan elektron, yang mana atom pusatnya melebihi
oktet (biasanya unsur-unsur periode 3 sampai 7. Contohnya SO 2 .

Basa Lewis ➢ Spesi molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektron dan
yang memiliki kulit valensi yang lengkap (Contohnya NH3 , O2-)

Contoh-contoh reaksi Asam – Basa Lewis:


1. Reaksi Kalsium Oksida dan Silikon Dioksida menghasilkan Kalsium Silikat.
CaO  s   SiO2  l   CaSiO3  l 
2. Reaksi NH3 dan BF3 menghasilkan NH3 -BF3

3. Reaksi CO2 dan OH- menghasilkan HCO3-

4. Reaksi SO2 dan CaO membentuk CaSO 3


SO2  g   CaO  s   CaSO3  s 
Yang bertindak sebagai Asam Lewis adalah SO2 dan yang bertindak sebagai basa
Lewis adalah Ion Oksida (O2- ).
Contoh Soal:
Identifikasi asam Lewis dan basa Lewis pada reaksi-reaksi berikut:

a) NH3  H NH 4
b) SeO3  Na2O Na2 SeO4
Ag  NH 3 2

c) Ag   2 NH 3

Jawab:
a) Asam Lewis = H+; Basa Lewis = NH3
b) Asam Lewis = SeO3 ; Basa Lewis = Na2 O
c) Asam Lewis = Ag+; Basa Lewis = NH3

Contoh Soal:
a) Apakah ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!
b) Apakah molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!
c) Apakah molekul SO3 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!

Jawab:
a) Ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai basa Lewis karena kulit valensinya telah terisi
elektron sampai oktet sehingga dapat bertindak sebagai pendonor elektron.
b) Molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis karena kulit valensi atom pusat
Be belum terisi penuh oleh elektron (belum oktet) sehingga Be masih dapat menerima
pasangan elektron dari spesi basa Lewis.
c) Molekul SO 3 dapat bertindak sebagai basa Lewis, karena struktur molekul SO 3 terdiri
dari 3 buah atom oksigen yang masing-masing memiliki pasangan elektron bebas dan
muatan parsial negatif sehingga berpotensi untuk mendonorkan elektron. Namun, SO3
akan lebih efektif bertindak sebagai asam Lewis, karena atom pusat S bermuatan parsial
positif.
Keasaman Ion Logam Terhidrasi
❖ Ketika senyawa ionik dilarutkan di dalam air, senyawa ionik tersebut akan terionisasi
dan ion-ion dari senyawa ionik tersebut akan dikelilingi oleh molekul air atau ion-ion
tersebut terhidrasi oleh molekul air membentuk M(H2O)n+, dimana n dapat bervariasi
bergantung pada muatan ion Mn+.
❖ Spesi M(H2O)n+ bersifat asam Brønsted-Lowry sesuai persamaan reaksi berikut:
M  H 2O   H 2O MOH  n 1  H 3O 
n

Muatan positif dari ion logam M menarik molekul air dan densitas elektron dari ikatan
O-H pada molekul air, menyebabkan ikatan O-H tersebut menjadi lebih polar, muatan
parsial positif atom H akan bertambah, ikatan O-H melemah dan atom H mudah putus
sebagai ion H+ dimana ion H+ tersebut ditransfer ke molekul air terdekat membentuk ion
hidronium.

• Kekuatan asam spesi M(H2O)n+ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu muatan ion
logam M dan ukuran ion logam M.
• Semakin besar muatan positif ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin
kuat. Semakin kecil ukuran ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.
• Kekuatan asam M(H2O)n+ juga dipengaruhi oleh densitas muatan, dimana densitas
muatan dinyatakan sebagai muatan ion per volum ion. Semakin besar densitas
muatan ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.

Contoh Soal:
Kebanyakan garam kromium mengkristal dalam bentuk hidrat yang mengandung ion
Cr(H2 O)6 3+. Larutan dari garam ini cenderung bersifat asam. Mengapa?
Jawab:
Ion logam Cr3+ dapat menarik densitas elektron ikatan O-H pada molekul air dan ikatan O-H
menjadi lebih polar. Hal tersebut menyebabkan ikatan O-H melemah dan atom H dapat
mudah putus sebagai ion H+ dan ion H+ tersebut kemudian ditransfer ke molekul air terdekat
membentuk ion hidronium menurut persamaan reaksi kesetimbangan berikut:

Cr  H 2O 6  H 2O Cr  H 2O 5 OH 2  H 2O 
3

Contoh Soal:
Ion yang mana yang diharapkan memberikan larutan yang bersifat lebih asam, Fe2+ atau
Fe3+? Jelaskan!
Jawab:
Ion Fe3+, karena memiliki densitas muatan yang lebih besar jika dibandingkan ion Fe2+.

Contoh Soal:
Diberikan oksida sebagai berikut: CrO, Cr2 O3 , CrO 3
a) Oksida mana yang paling asam?
b) Oksida mana yang paling basa?
c) Oksida mana yang bersifat amfoter?

Jawab:
a) CrO 3 , karena bilangan oksidasi Cr paling tinggi, yaitu +6.
b) CrO, karena biloks Cr paling rendah, yaitu +2.
c) Cr2 O3 , biloks Cr adalah +3.

KESETIMBANGAN ASAM BASA


Tools Untuk Menyelesaikan Perhitungan Kesetimbangan Asam-Basa
❖ Tetapan Ionisasi Air
K w   H   OH   atau K w   H 3O   OH  
Pada temperatur 25 o C, nilai K w adalah 1.0 x 10-14 . Persamaan ini, dapat kita gunakan
untuk mengkonversi konsentrasi ion hydrogen (ion hidronium) dan konsentrasi ion
hidroksida. Telah dibuktikan secara eksperimen bahwa konsentrasi ion hidrogen (ion
hidronium) berbanding terbalik dengan konsentrasi ion hidroksida.
❖ Fungsi p
pX = -log X
❖ pH
pH = -log [H+]
❖ pOH
pOH = -log [OH-]
❖ pKw
pK w = -log Kw
Pada temperatur 25 o C, nilai K w adalah 1.0 x 10-14 sehingga nilai pKw = -log (1.0 x 10-
14 ) = 14

❖ Hubungan pH, pOH, dan pKw


pH + pOH = pKw
Pada temperatur 25 o C, nilai pH + pOH = 14. Dengan persamaan ini, kita dapat
dengan mudah mengkonversi nilai pH dan pOH.
❖ Persamaan Umum Ionisasi Asam Lemah di dalam Air
HA  H2O H3O  A atau HA H   A
Dengan nilai tetapan kesetimbangan ionisasi asam lemah di dalam air yaitu
 H 3O   A   H    A 
Ka  atau Ka 
 HA  HA
❖ Persamaan Umum Ionisasi Basa Lemah di dalam Air
B  H 2O BH   OH 
Dengan nilai tetapan kesetimbangan ionisasi basa lemah di dalam air yaitu
 BH   OH  
Kb 
 B
❖ Hubungan Ka, Kb, Kw, pKa , pKb, pKw
K a  Kb  K w
pK a  pK b  pK w
❖ Persen Ionisasi

Persen Ionisasi 
terionisasi  100%
 awal 
❖ Kriteria untuk Menyederhanakan Perhitungan
CH A  100  K a atau CB  100  Kb
Pendekatan ini dapat digunakan dengan error maksimum sebesar 5% untuk [H+] atau
[OH-].
❖ Asam Poliprotik
Salah satu contohnya adalah H3 PO4 yang memiliki tiga atom H yang dapat terionisasi
dalam 3 tahap.

 
 H 3O   H 2 PO4 
(1) H 3 PO4  H 2O H 3O  H 2 PO K a1   7,1103
4
 H3 PO4 
 2
 H 3O   HPO42 
(2) H 2 PO4  H 2O H 3O  HPO Ka2   6,3 108
4
 H 2 PO4 
2  3
 H 3O    PO43 
(3) HPO  H 2O H 3O  PO Ka3   4, 2 1013
 HPO4  2
4 4

Dimana Ka1 > K a2 > Ka3 . Untuk menentukan pH, kita dapat menggunakan
penyederhanaan perhitungan dimana semua H3 O+ dihasilkan pada tahap 1 karena nilai
K >> K (K bernilai 100000 x lebih besar dari K ) dan [H PO - ] = [H O+].
a1 a2 a1 a2 2 4 3

Tips dan Trik menyelesaikan Perhitungan Kesetimbangan Asam Basa


1. Identifikasi spesi-spesi yang terdapat dalam larutan yang memiliki konsentrasi
yang signifikan (kecuali molekul H2O)!
2. Tulislah persamaan yang melibatkan spesi-spesi tersebut. Tentukan spesi yang
konsentrasinya tidak diketahui (spesi unknown). Persamaan tersebut ada tiga
tipe, yaitu:
a. Persamaan tetapan kesetimbangan
b. Persamaan mass balance
c. Persamaan kondisi elektronetralitas dimana total konsentrasi spesi
bermuatan positif = total konsentrasi spesi bermuatan negatif.
3. Selesaikan semua persamaan untuk mendapatkan nilai konsentrasi spesi
unknown tersebut.

Contoh Soal:
Tentukan konsentrasi larutan H2 SO4 yang memiliki pH =2,15 pH larutan = 2.15,
[H3 O+] = 10-pH = 10-2,15 = 0,0071M.
1. Spesi-spesi yang terlibat di dalam sistem : H2 SO4 , H3 O+, HSO 4 -, SO 4 2-, OH-
Kita dapat mengeliminasi spesi H2 SO4 , karena spesi tersebut terionisasi sempurna
pada tahap pertama, dan juga kita dapat mengeliminasi OH- karena [OH-] sangat
kecil dalam larutan dengan pH 2,15.

2. Spesi Unknown
[HSO 4 -], [SO 4 2-], dan M (molaritas H2 SO4 (aq))

3. Persamaan
a. Persamaan kesetimbangan tahap Ii penguraian HSO 4 - menjadi H3 O+ dan SO 4 2-
 H 3O    SO42 
Ka 2   1,1102 (a)
 HSO4 
b. Persamaan mass balance
[HSO 4 -] + [SO 42-] = M (b)
c. Persamaan elekronetralitas
[H3 O+] = [HSO 4 -] + (2 x [SO 4 2-]) = 0,0071 (c)
Dibutuhkan dua molekul H3 O+ untuk berikatan dengan SO 4 2- untuk menghasilkan
molekul netral sehingga konsentrasi H3 O+ yang diperlukan untuk berikatan dengan
SO 4 2- adalah 2 x [SO 4 2-].
4. Selesaikan ketiga persamaan tersebut
Selesaikan persamaan c, dan diperoleh
[HSO 4 -] = 0,0071 – 2[SO 42-] (d)
+
Substitusi persamaan (c) ke persamaan (a) dan gunakan nilai [H3 O ] = 0,0071 M,
sehingga diperoleh
0,0071  SO42 
 1,1102 (e)
0,0071  2  SO4  2

Selesaikan persamaan (d) untuk mendapatkan [SO 4 2-], yang mana diperoleh [SO 4 2-] =
0,0027 M. Kemudian substitusi nilai [SO 4 2-] ke persamaan (c) untuk mendapatkan
[HSO 4 -] dan diperoleh [HSO 4 -] = 0,0017M. Untuk mendapatkan konsentrasi
[H2 SO4 ], selesaikan persamaan (b) dengan memasukkan nilai [SO 4 2-] dan [HSO 4 -]
dan didapatkan [H2 SO4 ] = 0,0044 M.
❖ Hidrolisis dan pH Larutan Garam
1. Garam dari basa kuat dan asam kuat (seperti NaCl), TIDAK TERHIDROLISIS, dan
pH larutan = 7.
2. Garam dari basa kuat dan asam lemah (seperti CH3 COONa) akan terhidrolsis dan pH
larutan >7 (anion bertindak sebagai basa).
3. Garam dari basa lemah dan asam kuat (seperti NH4 Cl) akan terhidrolisis dan pH
larutan < 7 (kation bertindak sebagai asam).
4. Garam dari basa lemah dan asam lemah (seperti NH4 CH3 COO) akan terhidrolisis
dan pH larutan bergantung pada nilai Ka atau Kb kedua ion. (Kation bertindak
sebagai asam dan anion bertindak sebagai basa).
❖ Larutan Buffer

Larutan buffer terbentuk dari campuran asam lemah dan garamnya (basa konjugasi) atau
campuran basa lemah dan garamnya (asam konjugasi). Contohnya: Larutan yang terdiri
dari campuran CH3 COOH dan CH3 COO -. Berikut skema cara kerja larutan buffer dalam
mempertahankan pH ketika larutan buffer ditambahkan asam atau basa.

Persamaan Henderson-Hasselbalch

pH  pK a  log
basa konjugasi  atau pH  pK  log basa konjugasi 
 asamlemah a
 asamlemah
pH   pK w  pKb   log
basa lemah
 asam konjugasi 
Skema Perhitungan Perubahan pH pada Larutan Buffer

Skema Pembuatan Larutan Buffer dengan pH Tertentu yang Diinginkan

Titrasi Asam-basa
(1) Titrasi asam kuat oleh basa kuat
(2) Titrasi basa kuat oleh asam kuat
(3) Titrasi asam lemah oleh basa kuat
(4) Titrasi basa lemah oleh asam kuat
1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Terdapat 4 keadaan, yaitu :
1. Sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam kuat
2. Saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH asam
kuat yang tidak bereaksi dengan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = 7.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.

Contoh kasus:
Titrasi 50 mL HCl 0,1 M dengan 0,2 M NaOH.
Penyelesaian:
Tahap pertama adalah menentukan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Pada titik ekivalen,
Mol HCl = Mol NaOH atau MaVa = MbVb
Dimana subscript ‘a’ mengindikasikan asam, HCl dan subscript ‘b’ mengindikasikan basa,
NaOH. Volume NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen adalah
M aVa  0,1 M  50 ml 
Veq  Vb    25 mL
Mb  0, 2 M 
Keadaan I, sebelum titrasi dimulai
pH = -log [H3 O+] = -log[HCl] = -log(0,1) = 1
Keadaan II, saat titrasi sedang berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen
(penambahan 10 mL NaOH)
mol HCl yang berlebihan M aVa  M bVb  0,1 M  50 mL    0, 2 M 10 mL 
 HCl      0, 05 M
Volume total Va  Vb 50 mL  10 mL
pH   log  0, 05  1,3

Keadaan III, saat tercapai titik ekivalen (penambahan 25 mL NaOH)


pH = 7
Keadaan IV, saat melewati titik ekivalen (penambahan 30 mL NaOH)
mol NaOH berlebihan M aVa  M bVb  0, 2 M  30 mL    0,1 M  50 mL 
OH       0, 0125 M
Volume total Va  Vb 30 mL  50 mL
Kw 11014
 H 3O      8 1013
OH  0, 0125

pH   log  8 1013   12,10

Volume Titran pH Volume Titran pH

0.00 1.00 26.00 11.42


5.00 1.14 28.00 11.89

10.00 1.30 30.00 12.50

15.00 1.51 35.00 12.37

20.00 1.85 40.00 12.52

22.00 2.08 45.00 12.62

24.00 2.57 50.00 12.70

25.00 7.00

2. Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat


Sama seperti titrasi asam kuat oleh basa kuat, pada titrasi basa kuat oleh asam kuat juga
terdapat 4 keadaan, yaitu:
(1) Sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH basa kuat
(2) Saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat
yang tidak bereaksi dengan asam kuat
(3) Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = 7.
(4) Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH asam kuat yang berlebih

Contoh kasus:

Hitunglah pH larutan selama titrasi 50 mL NaOH 0,05 M dengan 0,1 M HCl setelah
penambahan HCl sebanyak a. 0 mL; b. 10 mL; c. 25 mL; dan 30 mL.

Volum Titran pH Volum Titran pH

0.00 12.70 26.00 2.88


5.00 12.56 28.00 2.41

10.00 12.40 30.00 2.20

15.00 12.19 35.00 1.93

20.00 11.85 40.00 1.78

22.00 11.62 45.00 1.68

24.00 11.13 50.00 1.6

25.00 7.00

Titik ekivalen pada saat volum HCl mencapai


Vb  M b  Va  M a
Vb  M b  50 mL  0,05 M 
Va    25 mL
Ma  0,1 M 
Keadaan I, pH larutan pada saat sebelum HCl ditambahkan (penambahan 0 mL HCl).
pOH = -log [OH-] = -log (0,05) = 1,3
pH = 14 - 1,3 = 12,7
Keadaan II, pH larutan pada saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen
(penambahan 10 mL HCl)

OH   
 M bVb    M aVa    0, 05 M  50 mL    0,1 M 10 mL   0, 025 M
Va  Vb 50 mL  10 mL
pOH   log  0, 025   1, 6
pH  14  1, 6  12, 4
Keadaan III, pada saat tercapai titik ekivalen (pada penambahan 25 mL HCl)
pH = 7
Keadaan IV, pada saat melewati titik ekivalen (pada penambhaan 30 mL HCl)

 H   
 M bVb    M aVa    0,1 M  30 mL    0,05 M  50 mL   0,00625 M
Va  Vb 30 mL  50 mL
pH   log  0,00625  2, 2
3. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat
Sama seperti titrasi asam kuat oleh basa kuat dan titrasi basa kuat oleh asam kuat, pada
titrasi asam lemah oleh basa kuat juga terdapat 4 keadaan, yaitu:
1. Saat sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam lemah.
2. Saat titrasi berlangsung, sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH larutan
buffer yang dibentuk oleh sisa asam lemah yang tidak bereaksi dengan basa kuat
dan garam hasil reaksi asam lemah dan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH hidrolisis garam hasil reaksi asam
lemah dengan basa kuat.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.

Contoh kasus:
Titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan 0,1 M NaOH.

Volum Titran pH Volum Titran pH

0.00 2.88 52.00 11.29

5.00 3.81 55.00 11.68

10.00 4.16 60.00 11.96

15.00 4.39 65.00 12.12

20.00 4.58 70.00 12.22

25.00 4.76 75.00 12.3

30.00 4.94 80.00 12.36


35.00 5.13 85.00 12.41

40.00 5.36 90.00 12.46

45.00 5.71 95.00 12.49

48.00 6.14 100.00 12.52

50.00 8.73

Tentukan volume NaOH pada titik ekivalen,


Mol CH3COOH = mol NaOH

M aVa  M bVb
M aVa  0,1 M  50 mL 
Veq  Vb    50 mL
Mb 0,1 M
Keadaan I, sebelum penambahan NaOH , pH larutan = pH larutan asam asetat 0,1 M

CH3 COOH(aq) + H2 O(l) ↔ H3 O+(aq) + CH3 COO-(aq)

Mula-mula 0,1 M

Bereaksi X X X

Sisa 0,1 – X X X

 H 3O   CH 3COO    x  x 
Ka    1, 75 105
CH 3COOH   0,1  x 
x   H 3O    1,32 103
pH  2,88
Keadaan II, Saat titrasi sedang berlangsung pada penambahan 10 mL NaOH, pH larutan =
pH larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dan garamnya

CH 3COO  
pH  pK a  log
CH 3COOH 
M aVa  M bVb  0,1 M  50 mL    0,1 M 10 mL 
CH 3COOH     0, 0667 M
Va  Vb 50 mL  10 mL
MV
CH 3COO    b b 
 0,1 M 10 mL   0, 0167 M
Va  Vb 50 mL  10 mL
0, 0167
pH  4, 76  log  4,16
0, 0667
Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, pada penambahan 20 mL NaOH,
pH larutan = 4,58.

Keadaan III, Saat tercapai titik ekivalen, pada penambahan 50 mL NaOH, pH larutan = pH
hidrolisis larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, dimana yang
terhidrolisis adalah spesi yang berasal dari asam lemah.

CH3COO aq   H 2Ol  OH  aq   CH 3COOH  aq 

OH   CH 3COOH   x  x   5, 711010


Kb  
CH 3COO    0, 05  x 
x  OH    5,34 106 M
 H 2O    1,87 109
pH  8, 73

Keadaan IV, Setelah melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih
Pada penambahan 60 mL NaOH, konsentrasi OH- adalah

OH   
 0,1 M  60 mL    0,1 M  50 mL   0,00909 M
60 mL  50 mL
pH  11,96

4. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat


Ada 4 keadaan juga :
1. Saat sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH basa lemah.
2. Saat titrasi berlangsung, sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH larutan buffer
yang dibentuk oleh sisa basa lemah yang tidak bereaksi dengan asam kuat dan garam
hasil reaksi basa lemah dan asam kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH hidrolisis garam hasil reaksi basa lemah
dengan asam kuat.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH asam kuat yang berlebih.

Contoh kasus:
50 mL aliquot larutan NaCN 0,05 M dititrasi dengan HCl 0,1 M. Reaksi nya adalah sebagai
berikut:
CN   H3O HCN  H 2O
Hitunglah pH larutan setelah penambahan a. 0,00; b. 10,00; c. 25,00 dan d. 26 mL asam

Volum Titran pH Volum Titran pH

0.00 10.95 28.00 2.41

5.00 9.81 30.00 2.20

10.00 9.38 40.00 1.78

15.00 9.03 50.00 1.60

20.00 8.61 60.00 1.50

22.00 8.34 70.00 1.43

24.00 7.83 80.00 1.37

25.00 5.34 90.00 1.33

26.00 2.88 100.00 1.30

Keadaan I, penambahan 0,00 mL HCl


CN   H 2O HCN  OH 
OH    HCN  K 11014
Kb   w
  1, 61105
CN   K a 6, 2 1010
OH     HCN 
CN     NaCN   OH     NaCN   0, 05 M

OH    K b  NaCN   1, 6 10   0, 05  8,97 10


5 4

pH  14    log 8,97  104   10,95

Keadaan II, pada penambahan 10 mL HCl

 50  0, 05  10  0,1  1,5 M


 NaCN  
60 60
10  0,1 1
 HCN    M
60 60

 H 3O    K a
 HCN   6, 2 1010  1  60  4,13 1010
CN   60 1,5
pH   log  4,13 1010   9,38

Keadaan III, pada penambahan 25 mL HCl (pada titik ekivalen)


25  0,1
 HCN    0, 0333 M
75
 H 3O    K a  HCN   6, 2 1010  0, 0333  4, 45 106 M
pH   log  4, 45 106   5,34

Keadaan IV, pada penambahan 26 mL HCl

 H 3O     HCl  
 26  0,1   50  0, 05  1,32 103 M
76
pH   log 1,32 10   2,88
3
Indikator Titrasi Asam Basa
Indikator Warna di larutan asam Warna di larutan basa pH Range pKa

Kresol merah Merah Kuning 0,2-1,8 -

Timol biru Merah Kuning 1,2-2,8 1,7

Bromfenol biru Kuning Biru 3,0-4,6 4,1

Metil Jingga Merah Jingga 3,1-4,4 3,7

Kongo merah Biru Merah 3,0-5,0 -

Bromcresol hijau Kuning Biru 3,8-5,4 4,7

Metil merah Merah Kuning 4,2-6,3 5,0

Bromcresol ungu Kuning Ungu 5,2-6,8 6,1

Litmus Merah Biru 5,0-8,0 -

Bromtimol biru Kuning Biru 6,0-7,6 7,1

Fenol merah Kuning Merah 6,8-8,4 7,8

Kresol merah Kuning Merah 7,2-8,8 8,2

Timol biru Kuning Biru 8,0-9,6 8,9

Phenolphthalein Tidak berwarna Merah 8,3-10,0 9,6

Alizarin kuning R Kuning Jingga/merah 10,1-12,0 -


Pemilihan indikator dalam titrasi asam basa harus memperhatikan range pH dari indikator
tersebut dan pH titik ekivalen dalam titrasi asam basa, supaya eror (kesalahan pengukuran)
antara perbedaan titik ekivalen dan titik akhir titrasi dapat diminimalisasi. Misalkan dalam
kasus titrasi asam lemah dengan basa kuat, yaitu titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan
NaOH 0,1 M (seperti pada contoh di atas), dimana pH pada titik ekivalen adalah
8,73. Perhatikan kurva titrasi di bawah untuk kasus titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan
NaOH
0,1 M.

Kurva titrasi di atas membandingkan penggunaan 2 indikator pada titrasi asam asetat oleh
NaOH, yaitu bromtimol biru dan phenolphthalein. Indikator yang paling tepat untuk
digunakan pada titrasi tersebut adalah phenolphthalein karena range pH untuk
phenolphthalein adalah 8,3 -10,0. Sedangkan range pH untuk bromtimol biru adalah
6,0-7,6. Jadi, bila digunakan bromtimol biru sebagai indikator, maka akan terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi biru ketika pH larutan belum mencapai titik ekivalen
dan range pH bromtimol biru masih jauh dari titik ekivalen. Pada kurva di atas terlihat
bahwa range pH untuk phenolphthalein berada pada daerah yang “sharp” (curam),
sedangkan untuk bromtimol biru berada pada daerah yang lebih landai jika dibandingkan
phenolphthalein. Dengan demikian, pada penggunaan phenolphthalein sebagai indikator,
perbedaan antara volum titran pada titik ekivalen dan titik akhir titrasi akan jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan penggunaan bromtimol biru sebagai indikator, sehingga
kesalahan pengukuran yang dihasilkan pada penggunaan phenolphthalein sebagai
indikator juga akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kesalahan pengukuran pada
penggunaan bromtimol biru sebagai indikator. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
phenolphthalein adalah indikator yang paling tepat untuk kasus titrasi 50 mL asam asetat 0,1
M dengan NaOH 0,1 M.
BANK SOAL

1. Asam Malat, C3 H5 O3 COOH, adalah asam lemah yang memberikan rasa masam dalam
setiap minuman yang mengandung buah anggur atau apel. Asam ini juga banyak
digunakan sebagai larutan buffer.
a) Tentukan pH larutan yang dibuat dari 8,20 gram natrium malat (berat molekul =
156.07 g/mol) yang ditambahkan ke dalam 500,0 mL larutan 0,125 M asam malat
(Ka = 4,00 x 10-4 )!
b) Hitunglah pH larutan bila ke dalam larutan (a) tersebut ditambahkan 45,0 mL larutan
0,500 M HBr!
c) Apakah sistem buffer yang dibuat pada (a) merupakan buffer yang efektif? Jelaskan
dengan singkat!
2. Aniline, C 6 H5 NH2 , bereaksi dengan air dan memberikan sifat basa sesuai persamaan
berikut : C6 H5 NH 2 aq   H 2O C6 H 5 NH 3 aq   OH aq 
(
Dalam larutan aqueous aniline 0,180 M, konsentrasi [OH-] = 8,80 x 10-6
a) Tuliskan pernyataan konstanta ionisasi (Kb) untuk reaksi ini!
b) Tentukan nilai konstanta ionisasi, Kb, untuk C 6 H5 NH2(aq)!
c) Hitung persen ionisasi C 6 H5 NH2 dalam larutan!
d) Tentukan nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi netralisasi:
C6 H5 NH 2 aq   H3O C6 H5 NH 3 aq   H 2Ol 
e) Tentukan nilai C6 H5 NH3 aq   C6 H5 NH 2 aq   yang dibutuhkan untuk
   
menghasilkan larutan Mh = 7,75!
f) Hitung volum larutan 0,050 M HCl yang harus ditambahkan ke 250,0 mL larutan
0,180 M C6 H5 NH2(aq) untuk mencapai rasio tersebut!
3. Asam fosfat adalah asam lemah berproton tiga dengan Ka 1 = 7 x 10-3 , Ka2 = 6 x 10-8 , Ka3
= 4 x 10-13 .
a) Ion-ion apa saja yang mungkin terbentuk dalam larutan asam fosfat?
b) Hitung semua konsentrasi ion-ion tersebut dalam asam fosfat 1 M!
4. Natrium hipoklorit, NaOCl banyak digunakan sebagai bahan pemutih dan zat antiseptik.
Suatu larutan antiseptik dibuat dengan melarutkan 0,745 gram NaOCl di dalam air
sampai volume tepat 100 mL. Tetapan ionisasi (Ka) asam hipoklorit, HOCl = 10 -8 .
a) Tuliskan reaksi pengionan NaOCl dan reaksi hidrolisis yang terjadi!
b) Tuliskan pasangan asam-basa konjugasi yang terlibat!
c) Hitung konsentrasi Na+, OCl-, HOCl, dan OH- di dalam larutan tersebut setelah
tercapai kesetimbangan, nyatakan dalam mol/L!
Larutan antiseptik dengan pH tertentu dapat dihasilkan dengan mencampurkan
larutan HOCl dengan larutan NaOH.
d) Hitung pH larutan antiseptik yang dihasilkan dari pencampuran 100 mL larutan
HOCl 0,1 M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M!
e) Larutan d ditambahkan 1 mmol HCl dengan meneteskan beberapa tetes larutan HCl
pekat (volume larutan HCl dapat diabaikan). Hitung pH larutan setelah penambahan
HCl!
5. Anilin (C6 H5 NH2 ) adalah suatu senyawa organik-nitrogen yang didalam air memberikan
sifat basa. Bila direaksikan dengan larutan HCl, akan membentuk konjugasi asamnya,
ion anilinium, sesuai reaksi:
C6 H5 NH2 (aq) + HCl (aq)  C6 H5 NH3 + (aq) + Cl- (aq)
a) Tuliskan reaksi asam-basa C6 H5 NH2 dalam air?
b) Bila K b untuk anilin adalah 4,0 x 10-10 , berapa nilai K a untuk ion anilinium?
c) Berapa pH dari larutan 0,080 M larutan anilinium chlorida?
d) Berapa pH larutan yang anda akan peroleh bila kedalam 100 mL larutan ‘c’
ditambahkan 150 mL larutan anilin 0,10M?
6. Ketika natrium etanoat (CH3 COONa) dilarutkan dalam air terjadi reaksi kesetimbangan
sebagai berikut:

CH3COOaq   H 2Ol  CH3COOH  aq   OH aq 

Larutan natrium etanoat 0,01 M memiliki pH = 8,87


a) Hitung konsentrasi H+ dalam larutan!
b) Hitung pula konsentrasi OH- dalam larutan!
c) Hitung konsentrasi asam etanoat dalam larutan!
d) Tentukan tetapan disosiasi asam, Ka untuk asam etanoat!
e) Hitung massa (dalam gram) natrium etanoat yang harus ditambahkan ke dalam
1 Liter larutan asam etanoat 0,10 M (dengan nilai Ka yang diperoleh dari jawaban
soal (d). Jika tidak diperoleh jawaban (d), gunakan nilai Ka asam etanoat = 2 x 10-5
untuk menghasilkan larutan buffer dengan pH 4,7!
7. Anda melarutkan 1 gram NaCl dalam campuran 90 mL larutan HCl pH = 1 dan 10 mL
larutan asam asetat 0,1 M (Ka = 1,8 x 10-5)
a) Perkirakan berapa pH campuran larutan tersebut!
b) Berapa mL larutan NaOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk menetralkan semua
kandungan asam dalam campuran larutan tersebut. Tuliskan reaksi yang terjadi!
c) Setelah semua asam dinetralkan, bagaimana pH larutan tersebut? Bersifat asam, basa,
atau netral? Jelaskan jawaban anda!
8. Nilai pH darah dalam tubuh manusia dijaga dalam rentang yang sempit yaitu dari 7,35
sampai 7,45 oleh sistem buffer alami yang terdiri dari asam karbonat, H2 CO3 (aq) dan ion
hidrogenkarbonat HCO 3 - (aq)
a) Larutan buffer yang konsentrasi H2 CO3 (aq) dan HCO 3 - (aq) sama, mempunyai
pH = 6,10. Hitunglah konstanta disosiasi, Ka, untuk H2CO3(aq)!
b) Hitunglah rasio (perbandingan) konsentrasi HCO 3 - (aq) dan H2 CO 3 (aq) dalam darah
pada pH =7,40!
9. Suatu larutan mengandung asam nikotinat (Hnik) yang konsentrasinya 0,001 M Hnik.
Bila Ka asam nikotinat, Hnik adalah 1,4 x 10-5, maka :
a) Berapa pH –nya?
b) Berapa derajat ionisasinya?
Ke dalam 500 mL larutan tersebut ditambahkan 22 mg NaOH (40 gram/mol)
c) Bila volum larutan tidak berubah setelah penambahan NaOH :
i. Tuliskanlah reaksi yang terjadi!
ii. Hitunglah berapa pH larutan setelah penambahan NaOH tersebut!
10. Berikut ini adalah dua grafik kurva titrasi dari asam lemah monoprotik HA yang dititrasi
dengan basa kuat

a) Tentukan reaksi ionisasi asam lemah tersebut!


b) Tentukan pH awal larutan asam lemah!
c) Tentukan nilai Ka asam lemah monoprotik HA!
d) Tentukan molaritas asam lemah monoprotik tersebut!
KELARUTAN
KELARUTAN

Definisi kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
tertentu atau dalam sejumlah larutan tertentu.
Kelarutan dilambangkan dengan s (solubility), dan dinyatakan dalam mol L-1 .

Hasil kali kelarutan


Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut terionisasi menghasilkan kation dan anion.
Jika keadaan sudah lewat jenuh, akan terdapat endapan dari zat tersebut. Antara ion-ion
yang dihasilkan dan endapan yang terbentuk, maka akan terjadi kesetimbangan heterogen.
Contoh:

a. AgCl s  Agaq   Claq 


b. Ag2CrO4 2 Agaq   CrO42aq 
c. Mg  OH 2 Mg2aq   2OH aq 

Jika terdapat larutan dan padatan pada suatu kesetimbangan heterogen, dalam penentuan
harga tetapan kesetimbangan, hanya konsentrasi ion-ion saja yang diperhitungkan, maka
pada:
a. K1 = [Ag+][Cl-]
b. K2 = [Ag+]2 [CrO 4 2-]
c. K3 = [Mg2+][ OH-]2

Dari uraian diatas, maka tetapan kesetimbangan yang berlaku yaitu tetapan hasil kali
kelarutan (solubility product constant) yang disingkat dengan K sp . Dengan kata lain, tetapan
hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan dari keseimbangan antara garam atau basa
yang sedikit larut.
Maka pada:
a. Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]
b. Ksp Ag2 CrO 4 = [Ag+]2 [CrO 4 2-]
c. Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2

Harga Ksp merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan konsentrasi anion pangkat
koefisiennya. Perhatikanlah persamaan reaksi berikut:
K x Ay  s  Kyaq   yAxaq 

Dari persamaan reaksi tersebut maka


K sp K x Ay = [Ky+]x [Ax-]y
Dengan x = bilangan yang menunjukkan jumlah kation
y = bilangan yang menunjukkan jumlah anion
Contoh:
Tulislah rumusan Ksp garam-garam berikut ini:
a. AgBr
b. Ag2 CrO 4
c. PbI2
d. Ba3 (PO 4 )2

Jawab:
a. Ksp AgBr = [Ag+][Br-]
b. Ksp Ag2 CO3 = [Ag+]2 [CO 3 2-]
c. Ksp PbI2 = [Pb2+] [I-]2
d. Ksp Ba3 (PO 4 )2 = [Ba2+]3 [PO 4 3-]2

Hubungan kelarutan (s) dengan hasil kali kelarutan (Ksp)


Jumlah zat yang terlarut dapat dihitung dari harga Ksp, sedangkan harga K sp dapat dapat
ditentukan jika harga kelarutan (s) zat diketahui.

Ax By  s  xAyaq   yBxaq 

Kelarutan S XS YS
x y
K sp Ax By   A y    B x  

  XS  YS 
x y

 X x  S x Y y  S y
 X x  Y y  S x y
K sp
S  x y
X Y yx

Contoh :
1. Diketahui K sp Ag2 CrO 4 pada suhu 25 o C adalah 2,4 x 10-12 . Tentukanlah kelarutan
Ag2 CrO 4 dalam air pada suhu 25 o C dan tentukan konsentrasi [Ag+] dalam keadaan
jenuh!
Jawab:
K 2, 4 1012
S  x  y x sp y  21  8, 4 105 mol/L
X Y 22 11
Jadi, kelarutan Ag2 CrO 4 dalam air adalah 8,4 x 10-5 mol/L. Konsentrasi [Ag+] = 2s = 2 x
8,4 x 10-5 mol/L = 1,68 x 10-4 mol/L.
2. Pada suhu tertentu, kelarutan Ca(OH)2 adalah 0.074 g dalam 100 mL larutan.
Tentukanlah K sp Ca(OH)2 jika Mr Ca(OH)2 = 74.
Jawab:
Jumlah mol Ca(OH)2 = 0.074 / 74 = 10-3 mol
Kelarutan Ca(OH)2 = 10-3 mol / 0.1 L = 10-2 mol/L
K K
S  21 2 sp 1  3 sp
2 1 4
K sp  4S 3  4  102   4 106 mol/L
3

Jadi, K sp Ca(OH)2 adalah 4 x 10-6 mol/L

Pengaruh ion senama terhadap kelarutan


Jika suatu zat elektrolit yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan larutan elektrolit, zat
yang terlarut akan terionisasi membentuk ion-ionnya. Jika AgCl dimasukkan dalam larutan
AgNO 3 , berarti sebelum terbentuk ion Ag+ dan ion Cl-, dalam larutan sudah terdapat ion Ag+
dari AgNO 3 . Ion Ag+ yang sudah ada dalam larutan tersebut ion senama. Begitu juga jika
kita melarutkan AgCl dalam larutan NaCl, ion Cl- dalam larutan disebut ion senama.
Menurut asas kesetimbangan, keberadaan ion senama akan mempengaruhi reaksi
kesetimbangan.
AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)
Jika dalam larutan sudah terdapat Ag+ atau sudah terdapat Cl-, reaksi kekanan akan sukar,
berarti elektrolit akan semakin sukar larut. Jadi, intinya dengan adanya ion senama akan
memperkecil kelarutan.
Contoh soal:
Diketahui K sp AgCl = 1,6 x 10-10 . Tentukanlah kelarutan AgCl dalam:
a. Larutan AgNO 3 0.1M
b. Larutan NaCl 0.2M

Jawab:
a. Larutan AgNO 3 (aq)  Ag+(aq) + NO 3 -(aq)
0,1 M 0,1 M 0,1 M
+
Konsentrasi 0.1M Ag dalam larutan merupakan konsentrasi awal. Kemudian, kedalam
larutan ditambahkan AgCl. Jika yang larut adalah s, maka:
Claq 
AgCl  aq  
Ag   aq  

Mula-mula: 0,1 M
sM
Kelarutan: s sM
sM
Kesetimbangan: (s + 0,1) M

Pada keadaan setimbang, konsentrasi Ag+ = (s+0.1) M. karena harga s kecil sekali
sehingga dapat diabaikan, maka konsentrasi Ag+ menjadi 0.1 M.
K sp AgCl = [Ag+][Cl-]
1,6 x 10-10 = (0.1) (s)
s = 1,6 x 10-9 M
jadi, kelarutan AgCl dalam larutan AgNO 3 0.1M adalah 1,6 x 10-9 M
b. Larutan NaCl
Ion senama adalah Cl- yang memiliki konsentrasi 0.2 M.
K sp AgCl = [Ag+][Cl-]
1,6 x 10-10 = (s) (0.2)
s = 8 x 10-10 M
jadi, kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0.2 M adalah 8 x 10-10 M

Pengaruh pH terhadap kelarutan


Sesuai dengan pengaruh ion senama, suatu basa akan sukar larut dalam larutan bersifat basa,
dan suatu asam akan sukar larut dalam larutan bersifat asam.
Contoh soal:
Berapa kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan yang memiliki pH= 12? Ksp Mg(OH)2 = 6 x 10-
12. Jawab:
pH = 12
pOH = 2
[OH-] = 10-2 (ion senama)
K sp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2
6 x 10-12 = (s)(10-2 )2
s = 6 x 10-8 M
jadi, kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan yang memiliki pH= 12 adalah 6 x 10 -8 M.

Pengendapan
Hasil kali kelarutan disebut Qc. Jadi jika dua jenis larutan elektrolit dicampur, maka ada 3
kemungkinan yang akan terajdi, yaitu:
1. Jika Qc < K sp -nya maka terbentuk larutan belum jenuh (tidak terbentuk endapan)
2. Jika Qc = K sp -nya, maka terbentuk larutan tepat jenuh (tidak terbentuk endapan)
3. Jika Qc > K sp -nya, maka terbentuk larutan lewat jenuh (terbentuk endapan)

Catatan: dalam perhitungan harus digunakan konsentrasi setelah pencampuran.


Contoh soal:
1. Jika 500 mL larutan AgNO 3 10-4 M dicampur dengan 500 mL larutan NaCl 2x10-6 M dan
K sp AgCl = 1.6x10-10 , apakah terbentuk endapan AgCl?
Jawab:
Setelah dicampurkan:
 V1M 1 500 104
AgNO3  Ag    5 105 M
V1  V2 1000
V1M 1
 500  2 106
NaCl  Cl    106 M
V1  V2 1000
Qc AgCl   Ag   Cl    5 105 106  5 1011
Qc < K sp sehingga tidak terjadi endapan

2. Diketahui K sp Ag2 CrO 4 = 2.4 x 10-12 . Jika 25 mL larutan AgNO 3 10-3 M dicampur
dengan 75 mL larutan Na2 CrO 4 10-3 M, apakah terjadi endapan?
Jawab:
Setelah dicampurkan:
VM 25 103
AgNO3  Ag   1 1   2,5 104 M
V1  V2 100
V1M 1 75 103
NaCl  Cl     7,5 104 M
V1  V2 100
Qc AgCl   Ag   CrO4 2    2,5 104    7,5 104   46,8 1012
2 2

Qc > Ksp sehingga terjadi endapan Ag2CrO4

3. Diketahui K sp Ca(OH)2 = 4 x 10-6 . Tentukanlah pH pada saat mulai terbentuk endapan


jika pada larutan CaCl2 0.1M ditambahkan larutan NaOH!
Jawab:
Saat mulai terbentuk endapan merupakan keadaan tepat jenuh sehingga perkalian ion-ion
akan sesuai dengan harga K sp .
K sp Ca(OH)2 = [Ca2+][OH-]2
4 x 10-6 = [0.1] [OH-]2
[OH-]2 = 4 x 10-5
[OH-]2 = 2 x 10-2.5 M
pOH = 2,5 – log 2
pH = 11.5 + log 2 = 11.8,
Jadi, endapan mulai terbentuk pada pH 11.8.
BANK SOAL KELARUTAN

1. Tuliskan persamaan Ksp dari masing- masing senyawa di bawah ini:


a) BaF 2 b) MnCO c) SrSO 4
3

f) Zn(CN)2
d) Ni(OH)2 e) PbBr2
2. Kelarutan molar dari senyawa BaSO 3 dalam BaCl2 0,10 M adalah 8,0 x 10–6 M.
Berapakah nilai Ksp dari BaCO 3 ?
3. Seorang Kimiawan mempunyai larutan yang di dalamnya terdapat ion Ag+ dan Ni2+,
Kimiawan tersebut ingin memisahkan kedua ion dengan jalan pengendapan dengan
membentuk endapan karbonat. Jika gas karbon dioksida dimasukkan sampai jenuh ke
dalam larutan sampai konsentrasi jenuhnya 0,03 M, di range pH berapakah Perak(I)
karbonat akan mengendap sehingga di dalam larutan hanya tertinggal ion Ni2+?
(K sp = [Ag+][Co3 2-] = 8,5 x 10-12 , K sp = [Ni2+][CO 3 2-] = 8,5 x 10-7 , Asumsikan
konsentrasi larutan ion sama 0,1 M)
4. Tembaga(I) Klorida mempunyai nilai K sp = 1,7 x 10-7 . Hitunglah berapa besar kelarutan
molar Tembaga(I)klorida di dalam:
b) 0,020 M Larutan HCl
a) Air Murni
d) 0,150 M Larutan CaCl2
c) 0,200 M Larutan HCl
5. Apakah endapan dari PbBr2 akan terbentuk jika 50 mL dari larutan Pb(NO3)2 0,0100 M
di campur dengan...
a) 50 mL larutan KBr 0,0100 M
b) 50 mL larutan NaBr 0,1000 M
6. AgCI dan AgI adalah dua garam yang sukar larut, akan tetapi kelarutan dari AgI
sangatlah lebih kecil di bandingkan kelarutan AgCI yang bisa dilihat dari nilai K sp nya.
Suatu larutan terdiri dari ion CI- dan I- dengan [CI-] = 0,050 M dan [I-] = 0,050 M. Jika
padatan AgNO 3 ditambahkan ke dalam 1 liter larutan tersebut, hitunglah nilai
konsentrasi ion [I-] ketika AgCI mulai mengendap?
(K sp AgCI = 1,8 x 10-10 , Ksp AgI = 8,5 x 10-17 )
7. Garam Na2 SO 4 secara bertahap di tambahkan ke dalam 100 mL larutan yang terdiri dari
ion Ca2+ (0,15 M) dan ion Sr2+ (0,15 M).
a) Berapa konsentrasi ion Sr2+ dalam mol L-1 ketika mulai terbentuk endapan CaSO 4 ?
b) Berapa presentase dari ion Sr2+ ketika mulai terbentuk endapan CaSO 4 ?
8. Berapa range nilai pH yang di butuhkan untuk mengendapkan selektif hanya ke ion Cu2+
menjadi Cu(OH)2 dari larutan yang terdiri 0,10 M Cu2+ dan 0,10 M Mn2+?
(K sp Cu(OH)2 = 4,8 x 10-20 , Ksp Mn(OH)2 = 1,6 x 10-13 )
9. Batu ginjal sering terdiri dari kalsium oksalat yang tak larut (CaC 2 O4 ) yang mempunyai
nilai K sp = 2,3 x 10-9. Kalsium oksalat sangat kurang larut dibandingkan magnesium
oksalat (MgC2 O4 ) yang mempunyai nilai K sp = 4,8 x 10-6 . Larutan yang terdiri dari ion
Ca2+ dan Mg2+ dengan konsentrasi 0,10 M. Berapa pH yang dibutuhkan untuk
memisahkan kedua ion dengan pengendapan CaC 2 O 4 jika di dalam larutan juga terdapat
asam oksalat (H2 C2 O4 ) dengan konsentrasi 0,10 M ? (H2 C2 O4 , nilai Ka1 = 6,5 x 10-2 , Ka2
= 6,1 x 10-5 )
10. Dalam Industri plating logam, limbah yang dihasilkan seringkali terdapat ion Zn2+ dan
ion Ni2+. Usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan logam tersebut adalah dengan
mengendapkannya sebagai endapan garam karbonat. Pada range pH berapa mungkin
didapatkan pemisahan dan endapan dari ion Seng(II) dan Nikel(II) jika konsentrasi CO 2
adalah sebesar 0,030 M ?
11. Didalam fotografi, sisa dari perak bromida dihilangkan dari film dengan merendam
dalam larutan Natrium tiosulfat (Na2 S2 O 3 ). Ion perak akan membentuk kompleks dengan
ion tiosulfat (S2 O 3 -) sehingga terbentuk ion Ag(S 2 O 3 )2 3- dan membentuk kompleks
karena AgBr dalam film akan terlarut. Kompleks Ag(S 2 O3 )2 3- mempunyai nilai K form =
2,0 x 1013 . Berapa banyak AgBr (K sp = 5,4 x 10-13 ) akan terlarut didalam 125 mL dari
1,20 M larutan Na2 S2 O 3 .
12. Perak Iodida sangat tak larut dalam air dan susah dihilangkan dari peralatan gelas tetapi
membentuk ion kompleks yang relatif stabil, AgI2– (Kform = 1 x 1011 ). Hal ini membuat
AgI larut dalam larutan yang terdapat ion I– . Ketika larutan yang terdiri dari ion AgI2 –
dilarutkan ke dalam air, AgI mengendap. Jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi
berdasarkan kesetimbangan yang terjadi. Berapa banyak AgI akan terlarut dalam 100 mL
larutan KI 1,0 M?
13. Perak membentuk garam iodida yang sedikit larut, AgI, dan juga membentuk kompleks
iodida yang larut, AgI2 – (Kform = 1 x 1011 ). Berapa banyak (gram) Kalium iodida harus
ditambahkan ke dalam 100 mL aquadest untuk melarutkan 0,020 mol AgI?
14. Suatu Kation M2+ dapat membentuk kompleks ion dengan Ligan L dengan mengikuti
persamaan:
M2+ + 2L ↔ M(L)2 2+
Kation M2+ juga membentuk garam yang sedikit larut, MCl2 . Dalam kondisi bagaimana
jumlah dari ligan mempengaruhi jumlah garam yang terlarut di dalam larutan? Jelaskan
dan sertakan perhitungannya?
a) Kform = 1 x 102 dan K sp = 1 x 10-15
b) Kform = 1 x 1010 dan K sp = 1 x 10-20
15. Seorang mahasiswa mempunyai larutan yang terdiri dari ion Pb2+, Ni2+, dan Cd2+ dan
ingin memisahkan ion-ion tersebut. Mahasiswa tersebut menambahkan H2 S dan
mengasamkan larutan hingga pH 0,5. Endapan yang terbentuk dipisahkan kemudian pH
dinaikkan sampai pH 8,0 dan endapan lain terbentuk. Mahasiwa tersebut kemudian
menambahkan HCl, berharap akan mendapatkan Timbal(II) klorida. Apakah mahasiwa
tersebut berhasil mendapatkan PbCl2 ? Garam apakah yang terbentuk pada endapan
pertama dan kedua?
16. Seorang dosen kimia meminta salah satu mahasiswinya untuk mengukur K sp dari
Mg(OH)2 , akan tetapi dosen tersebut hanya memberikan 1 liter box susu. Mahasiswi
tersebut menyadari adanya hubungan antara Ksp dan kelarutan, kemudian mahasiswi
tersebut mengukur kelarutan Mg(OH)2 di dalam air susu, dan didapatkan nilai
kelarutannya sebesar 7,05 x 10-3 g L-1 pada suhu 25 o C. Bantulah mahasiswi untuk
menghitung K sp untuk Mg(OH)2 dari data kelarutan yang dia dapat?
17. Suatu sampel air sadah ditemukan mengandung 278 ppm ion Ca 2+. Ke dalam 1 liter
larutan ini dilarutkan 1 gram Na2 CO3 . Berapakah konsentrasi dari Ca2+ dalam ppm?
(Asumsikan tidak ada perubahan volum pada penambahan Na2 CO3 dan asumsikan massa
jenis larutan 1 g/mL).
18. Ketika padatan NH4 Cl ditambahkan ke dalam suspensi Mg(OH)2 (s), beberapa Mg(OH)2
larut;
a) Tuliskan semua reaksi kimia yang mungkin pada larutan setelah penambahan
NH4 Cl?
b) Berapa banyak mol NH4 Cl harus ditambahkan ke dalam 1 Liter suspensi Mg(OH)2
untuk melarutkan 0,1 mol Mg(OH)2 ?
c) Berapakah pH larutan setelah 0,1 mol Mg(OH)2 larut didalam larutan yang
mengandung NH4 Cl ?
19. Jika 100 mL NH3 2,0 M ditambahkan ke dalam 0,4 L larutan yang mengandung Mn2+
0,1 M dan Sn2+ 0,1 M, berapakah jumlah minimum gram HCl yang harus ditambahkan
ke dalam larutan untuk mencegah Mn(OH)2 mengendap?
K sp Mn(OH)2 = 1,6 x 10–13 , Asumsikan semua timah mengendap sebagai Sn(OH)2
seperti reaksi yang terjadi di bawah ini;
Sn2+ (aq) + 2 NH3 (aq) + 2H2 O → Sn(OH)2 (s) + 2NH4 + (aq)
20. Seorang mahasiswa mempunyai larutan yang terdiri dari campuran ion-ion Cu2+, Co2+,
Ba2+, Pb2+, Ag+, Mn2+, Ca2+, dan Bi3+. Bagaimana mahasiswa inimemisahkan ion-ion
tersebut? Dapatkah semuanya dipisahkan? Ion mana yang tidak dapat dipisahkan dari ion
yang lain?

JAWABAN SOAL KELARUTAN


1. Persamaan Ksp dari masing- masing senyawa:
(a) BaF2 (s) ↔ Ba2+ + 2F- Ksp = [Ba2+][F-]2
(b) MnCO 3 (s) ↔ Mn2+ + CO 3 2- Ksp = [Mn2+][CO 3 2-]
(c) SrSO 4 (s) ↔ Sr2+ + SO 4 2- Ksp = [Sr2+][SO 4 2-]
(d) Ni(OH)2 (s) ↔ Ni2+ + 2OH- Ksp = [Ni2+][OH-]2
(e) PbBr2 (s) ↔ Pb2+ + 2Br- Ksp = [Pb2+][Br-]2
(f) Zn(CN)2 (s) ↔ Zn2+ + 2CN - Ksp = [Zn2+][CN -]2

2. BaSO 4 (s) ↔ Ba2+ + SO 4 2-


K sp = (0,10)(8 x 10-6 ) = 8 x 10-7
Dalam kasus ini semua Ba2+ berasal dari BaSO 4 .

3. K sp = [Ag+][CO 3 2-] = 8,5 x 10-12


K sp = [Ni2+][CO 3 2-] = 1,4 x 10-7
Asumsikan larutan mempunyai konsentrasi 0,10 M.
K sp 1, 4 107
NiCO 3 lebih stabil dan akan mengendap saat: CO32     1, 4 106
 Ni 2  0,10
K sp 8,5 107
Ag2 CO 3 akan mengendap saat: CO32     8,5 1010
 Ag    0,10 
2

Ag2 CO 3 akan mengendap dan NiCO 3 tidak akan mengendap jika [CO 3 2-] > 8,5 x 10-10
dan [CO 3 2-] < 1,4 x 10-6
 H   CO 3
2 2

Ka 
 H 2CO3 
 0, 03 
Dari persamaan diatas:  H     2, 4 1017  
2

 CO32  
 
NiCO 3 akan mengendap jika:
 0, 03 
 H     2, 4 1017  
2
6 
 5,5 1013
 1, 4 10 
 H    7, 4 107
Ag2 CO 3 akan mengendap jika:
 0, 03 
 H     2, 4 1017  
2
10 
 8,5 1010
 8,5 10 
 H    2,9 105
Jadi Ag2 CO3 akan mengendap dan NiCO 3 tidak akan mengendap jika pH dijaga pada
rentang pH 4,54 – 6,13.

4. Berapa besar kelarutan molar Tembaga(I)klorida


(a) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7

Cu2+ Cl-

Awal - -

Reaksi +x +x

Akhir +x +x

Ksp = x2 = 1,7 x 10-7 x = kelarutan molar = 4,1 x 10-4 M

(b) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7

Cu2+ Cl-

Awal - 0,0175

Reaksi +x +x

Akhir +x 0,0175 + x

Ksp = (x) (0,0175) = 1,7 x 10-7 Asusmsikan x <<< 0,0175


x = kelarutan molar = 9,7 x 10-6 M

(c) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7

Cu2+ Cl-

Awal - 0,0175

Reaksi +x +x

Akhir +x 0,0175 + x

Ksp = (x) (0,0175) = 1,7 x 10-7 Asusmsikan x <<< 0,0175


x = kelarutan molar = 9,7 x 10-6 M

(d) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7
Cu2+ Cl-

Awal - 0,350

Reaksi +x +x

Akhir +x 0, 350 + x

Ksp = (x) (0,0175) = 1,7 x 10-7 Asusmsikan x <<< 0, 350


x = kelarutan molar = 4,9 x 10-7 M

5. Untuk menyelesaikan soal ini, tentukan nilai Q dengan prinsip LeChatelier:


(a) [Pb2+] = (50,0 mL)(0,0100 mol/L)/(75,0 mL) = 6,67 x 10 –3
[Br – ] = (25,0 mL)(0,0200 mol/L)/(75,0 mL) = 6,67 x 10 –3
Q = [Pb2+][Br– ]2 = (6,67 x 10–3 )( 6,67 x 10–3 )2 = 2,96 x 10–7
Untuk PbBr2 , Ksp = 6,6 x 10–6
Karena nila Q < Ksp, maka tidak terjadi endapan.
(b) [Pb2+] = (50,0 mL)(0,0100 mol/L)/(75,0 mL) = 6,67 x 10 –3
[Br– ] = (25,0 mL)(0,200 mol/L)/(75,0 mL) = 6,67 x 10 –2
Q = [Pb2+][Br– ]2 = (6,67 x 10–3)( 6,67 x 10–2)2 = 2,96 x 10–5
Untuk PbBr2 , Ksp = 6,6 x 10–6
Karena nila Q < Ksp, maka tidak terjadi endapan.

6. AgCl(s) ↔ Ag+ +Cl– Ksp = [Ag+][Cl– ] = 1,8 x 10–10


AgI(s) ↔ Ag +I
+ – Ksp = [Ag+][I– ] = 8,5 x 10–17
Ketika AgNO 3 ditambahkan ke dalam larutan, AgI akan mengendap terlebih dahulu
sebelum AgCl dapat dilihat dari kelarutan yang lebih rendah. Untuk menjawab
pertanyaan berapakah konsentrasi [I– ] ketika AgCl mulai mengendap, kita perlu mencari
konsentrasi minimum dari Ag+ yang harus ditambahakan untuk mengendapkan AgCl.
Kita misalkan x = [Ag+]; K sp = (x)(0,050) = 1,8 x 10–10; x = 3,6 x 10–9 M
Ketika AgCl mulai mengendap, konsentrasi [Ag+] dalam larutan 3,6 x 10 –9 M.
Sekarang kita bisa mencari [I– ] ?
Ksp = [Ag+][I– ] = (3,6 x 10–9 )(x) = 8,5 x 10– 17 x = 2,3 x 10–8 M = [I– ]

7. Pertama kita menentukan jumlah minimum SO42– yang harus ditambahkan untuk
membuat endapan CaSO4. CaSO4 akan mengendap setelah SrSO4 terlampaui nilai Ksp
nya, Ksp CaSO4 =
4,9 x 10–5 dan Ksp SrSO4 = 3,4 x 10–7.
(a)
Misalkan x = [Ca2+]; Ksp = [Ca2+][ SO42-] = (0,15)(x) = 4,9 x 10–5
x = [ SO42-] = 3,3 x 10-4 M
Ketika [ SO42-] = 3,3 x 10-4 M, CaSO4 akan mulai mengendap. Sekarang kita mencari nilai
Sr2+. SrSO4 (s) ↔ Sr2+(aq) + SO42-(aq) Ksp = [Sr2+][ SO42–]

[Sr2+] [SO42–]
Awal - 3,3 x 10-4
reaksi +x 3,3 x 10-4 + x
akhir +x 3,3 x 10-4 + x

Ksp = [Sr2+][ SO42–] = (x)( 1,6 x 10-4 + x) = 3,4 x 10–7


Asumsikan x <<< 0,175 x = [Sr2+] = 4,4 x 10–4 M, nilai [Sr2+] = 4,4 x 10–4 M ketika
CaSO4 mulai mengendap.
(b)
Awalnya larutan mempunyai konsentrasi 0,15 M. Sekarang mempunyai konsentrasi [Sr2+] =
4,4 x 10–4 M. Jadi presentase dari ion [Sr2+] adalah

% [Sr2+] = x 100 % = 99,7 %

8. Cu(OH)2(s) ↔ Cu2+(aq) + 2 OH-(aq)


Ksp = [Cu2+][OH-]2
4,8 x 10–20 = [0,10] [OH-]2
[OH-] = 6,9 x 10–10
pOH = – log[OH-] = – log[6,9 x 10–10] = 9,2 pH = 14 – 9,2 = 4,8
pH 4,8 adalah pH dimana dibawah pH itu semua Cu(OH)2 akan larut.

Mn(OH)2(s) ↔ Mn2+(aq) + 2 OH-(aq)


Ksp = [Mn2+][OH-]2
1,6 x 10–13 = [0,10] [OH-]2
[OH-] = 1,3 x 10–6
pOH = – log[OH-] = – log[1,3 x 10–6] = 5,9 pH = 14 – 5,9 = 8,1

pH 8,1 adalah pH dimana dibawah pH itu semua Cu(OH)2 akan larut.

Oleh karena itu, dari pH 4,8 – 8,1 Mn(OH)2 akan larut, tetapi Cu(OH)2 akan mengendap
dalam larutan tersebut.

9. Reaksi yang mungkin terjadi :


CaC2O4(s) ↔ Ca2+(aq) + 2 C2O42-
(aq)
MgC2O4(s) ↔ Mg2+(aq) + 2 C2O42-Ksp Ksp == [Mg2+][C2O42-]
[Ca2+][C2O42-] ==2,3
4,8xx10-9
10-6
H2C2O4(aq)
(aq) ↔ H+(aq) + HC2O4-(aq) Ka1 = [H+][HC2O4-]/[H2C2O4] = 6,5 x
HC2O4 – (aq) ↔ H+(aq) + C2O42-(aq)Ka2
10-2 = [H+][C2O42-]/[HC2O4- ] = 6,1 x
H2C2O4(aq) ↔ 2H+(aq) + C2O42-(aq) Ko10-5= [H+]2[C2O42-]/[H2C2O4] = 4,0 x
Asumsikan konsentrasi H2C2O4 pada proses10-6
akhir adalah 0,10 M
Pertama, hitunglah konsentrasi C2O4–, dimana MgC2O4 akan mengendap.
Ksp = [Mg2+][C2O42-] = 4,8 x 10-6
[Mg2+] = 0,10 M (0,10)(x) = 4,8 x 10-6
x = 4,8 x 10-5 M = [C2O42-]
Selama konsenatrasi [C2O42-] dijaga di bawah 4,8 x 10-5 M, Mg2+ akan tetap dalam
larutan. Untuk konsentrasi oksalat di bawah 4,8 x 10-5 M, pH nya adalah :
H2C2O4(aq) ↔ 2H+(aq) + C2O42-(aq) Ko = [H+]2[C2O42-]/[H2C2O4] =
4,0 x 10-6
Ko = [H+]2[4,8 x 10-5]/[0,10] = 4,0 x 10-6
[H+] = 0,0913 M
pH = 1,04
dengan menjaga pH dibawah 1,04, MgC2O4 tidak akan mengendap. Untuk mengendapkan
CaC2O4,
Ksp = [Ca2+][C2O42-] = 2,3 x 10-9
[Ca2+] = 0,10 M (0,10)(x) = 2,3 x 10-9
x = 2,3 x 10-8 M = [C2O42-]
Selama konsenatrasi [C2O42-] dijaga di atas 2,3 x 10-8 M, Ca2+ akan mengendap dalam
larutan. Untuk menjaga konsentrasi oksalat di atas 2,3 x 10-8 M, pH nya adalah :
H2C2O4(aq) ↔ 2H+(aq) + C2O42-(aq) Ko = [H+]2[C2O42-]/[H2C2O4] =
4,0 x 10-6
Ko = [H+]2[2,3 x 10-8]/[0,10] = 4,0 x 10-6
[H+] = 4,17 M
pH = 0,62

10. Ksp = [Zn2+][CO32–] = 1,5 x 10–10


Ksp = [Ni2+][CO32–]= 1,4 x 10–7
Asumsikan larutan mempuyai konsentrasi 0,10 M NiCO3 lebih stabil dan akan mengendap
saat:

[CO32–] = = = 1,4 x 10–6

ZnCO3 akan mengendap saat:

[CO32–] = = = 1,5 x 10–9

ZnCO3 akan mengendap dan NiCO3 tidak akan mengendap jika [CO32–] > 1,5 x 10–9 dan
[CO32–
] < 1,4 x 10–6.

Ka =

Dari persamaan diatas;

[H+]2
NiCO3= akan
(2,4 xmengendap
10–17) jika
:
[H+]2 = (2,4 x 10–17) = 5,5 x 10–13
[H+] = 7,4 x 10–7 pH = 6,14
ZnCO3 akan mengendap;
[H+] = 2,2 x 10–5
Jadi ZnCO3 akan mengendap dan NiCO3 tidak akan mengendap jika pH dijaga pada
pH = 4,66
rentang
pH 4,66 – 6,14.

11. AgBr(s) ↔ Ag+(aq) + Br-(aq) Ksp = 5,0 x 10-13


Ag+ + 2S2O32– ↔ Ag(S2O3)23– Kf = 2,0 x 10 13
AgBr(s) + 2S2O32–↔ Ag(S2O3)23– + Br - Kc = Ksp*Kf =10
[S2O32–] [Ag(S2O3)23–] [Br -]
awal 1,20 - -
reaksi -2 x +x +x
akhir 1,20 – 2x +x +x

Karena Agbr(s) mempunyai konsentrasi konstan maka bisa diabaikan. Kc =


= 10

Kc = = 10

x = 0,518 M = [Ag(S2O3)23–]
karena 1 mol AgBr menghasilkan 1 mol Ag(S2O3)23–, kita dapat menentukan jumlah AgBr
yang harus dilarutkan dalam 125 mL.
gram AgBr = (0,125 L)(o,518 mol/L)(187,77 g/mol) = 12,2 gram AgBr

12. AgI(s) ↔ Ag+(aq) +I–(aq) Ksp = [Ag+][ I–] = 8,5 x 10–17

Ag+(aq) + 2I–(aq) ↔ AgI2– (aq) Kform = = 1 x 1011

Ketika AgI2– larut, semua konsentrasi spesies yang ada dalam Kform di atas berkurang.
Akan tetapi pengurangan ion [I–] mempunyai efek yang lebih besar dalam kesetimbangan
karena ada faktor pangkat. Oleh karena itu denominator pada persamaan jauh lebih
berkurang dibandingkan numerator dalam persamaan, Q. Sitem berekasi sesuai prinsip
LeChatelier, yaitu kesetimbangan bergerak ke arah kiri untuk meningkatkan [I–].
Karena sistem bergeser ke arah kiri akibatnya ion [Ag+] juga bertambah, yang berefek ke
persamaan pertama sehingga persamaan diatasnya juga akan bergeser ke arah kiri sehingga
endapan AgI(s) bertambah.
Kombinasi dari 2 persamaan di atas akan menghasilkan Kc:

AgI(s) + I–(aq) ↔ AgI2– (aq) Kc = = Ksp x Kform =8,5 x


10–6

Untuk menjawab pertanyaan kedua kita akan membuat tabel. Kita akan isi I- = 1,0 M.\

[I–] [AgI2–]
awal 1,0 -
reaksi -x +x
akhir 1,0 – x +x

Kc = = 8,5 x 10–6

Kc = = 8,5 x 10–6

x = 8,5 x 10–6
Nilai ini merepresentaskan perubahan konsentrasi dari [I–] yang mana sesuai dengan
persamaan reaksinya akan seimbang dengan perubahan AgI(s). Volum yang diberikan
adalah
0,1 l, sehingga kita bisa menemukan AgI yang bereaksi :
0,125 L (8,5 x 10–6 mol/L) = 1,1 x 10–6 mol AgI
1,1 x 10–6 mol AgI (234,8 gram/mol) = 2,5 x 10–4 gram AgI

13. AgI(s) ↔ Ag+(aq) +I–(aq) Ksp = [Ag+][ I–] = 8,5 x 10–17

Ag+(aq) + 2I–(aq) ↔ AgI2– (aq) Kform = = 1 x 1011

Kombinasi dari 2 persamaan di atas akan menghasilkan Kc:

AgI(s) + I–(aq) ↔ AgI2– (aq) Kc = = Ksp x Kform =8,5 x


10–6

Jika semua AgI larut, akan larut dalam bentuk AgI2–, oleh karena itu konsentrasi AgI2–
adalah: [AgI2–] = = 0,160 M AgI2–
[CN–] = = 1,9 x 104 M
Jumlah KI yang harus ditambahkan adalah : (1,9 x 104 M)(0,125 L) = 2350 mol KI Gram
KI = (2350 mol KI)(166 gram/mol) = 3,91 x 105 gram KI
14. (a)
Pada kasus a, konstanta pembentukan relatif kecil yang menyatakan bahwa kompleksnya
sangat tidak stabil. Nilai Ksp yang sangat kecil menyatakan bahwa padatan ML2
adalah sangat stabil. Konsekuensinya dalam larutan akan terdapat ion M2+ dalam
jumlah yang sangat kecil sekali.
(b)
Pada kasus b, kelarutan ML2 sangat lebih kecil dari kasus a, akan tetapi nilai konstatnta
pembentukan yang besar menyatakan bahwa hanya sedikit ion M2+ dalam larutan akan
bereaksi dengan ligan untuk membentuk ion kompleks. Sehingga dapat disimpulkan, akan
lebih banyak padatan ML2 yang akan larut yang akan menambah jumlah ion M2+ dalam
larutan.

15. Mahasiswa tersebut tidak akan mendapatkan PbCl2 dengan menambahkan HCl ke
larutan akhir. Ion Pb2+ akan mengendap pada proses (I) ketika H2S ditambahakan dalam
kondisi asam. Endapan ini dipisahkan pada proses selanjutnya.
Endapan (I) terdiri dari Pbs dan CdS, endapan (II) adalah NiS.

16. Pertama kita harus menghitung kelarutan dalam satuan mol/L;


mol/L = (7,05 x 10–3 g/L) = 1,21 x 10–4 M Mg(OH)2 ↔ Mg2+ +
2OH–
[Mg2+] = 1,21 x 10–4 M
[OH–] = 2,42 x 10–4 M Sehingga Ksp dapat dihitung:
Ksp = [Mg2+][OH–]2 = (1,21 x 10–4)( 2,42 x 10–4)2 = 7,09 x 10–12

17. Untuk menyelesaikan soal ini perhatikan dengan teliti bahwa larutan mempunyai massa
jenis 1 g/mL, 1 ppm = 1 mg/L. Oleh karena itu konsentrasi awal larutan air sadah
mempunyai konsentrasi 278 mg Ca2+/1 L. Konversikan ke dalam konsentrasi molar:

. =

= 6,94 x 10–3 M Ca2+


Konsentrasi CO32- :

. =

= 9,43 x 10–3 M CO32-


Bandingkan konsentrasi ion Ca2+ dan CO32-, kita akan menemukan bahwa ion Ca2+
adalah reaksi pembatas. Karena nilai Ksp yang kecil, kita dapat mengasumsikan bahwa
CaCO3 akan mengendap menggunakan semua Ca2+ yang ada dan akan menyisakan 9,43 x
10–3 M - 6,94 x
10–3 M = 2,49 x 10–3 M CO32-. Pertanyaanya sekarang menjadi, berapa banyak Ca2+
yang akan
ada dalam larutan yang mengandung CO32- 2,49 x 10–3 M ?? gunakan persamaan ksp
untuk menyelesaikan :
Ksp = 3,4 x 10–9 = [Ca2+][ CO32-]
[Ca2+] = Ksp/[ CO32-] = (3,4 x 10–9)/( 2,49 x 10–3) = 1,4 x 10–6 M Konversi lagi dai
molaritas ke ppm (mg/L) :
ppm Ca2+ =

= 5,5 x 10 – 2 ppm Ca2+

18. (a)
Mg(OH)2(s) ↔ Mg2+ + 2OH–
NH4+ + OH– ↔ NH3 + H2O
Mg(OH)2(s) + 2NH4+(aq) ↔ Mg2+(aq) + 2 H2O + 2NH3(aq) (b)
Dalam soal diinginkan semua Mg(OH)2 larut ke dalam larutan. NH4+ bereaksi dengan
OH–
yang dihasilkan dari disosiasi Mg(OH)2 yang menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
arah kanan. Dengan menggunakan nlai Ksp Mg(OH)2 kita dapat menghitung konsentrasi
ion hidroksida seperti persamaan di bawah ini:
Mg(OH)2(s) ↔ Mg2+ + 2OH–
Ksp = [Mg2+][OH–]2
5,6 x 10–12 = [0,10] [OH–]2
[OH–] = 7,5 x 10–6

Sekarang kita bisa menggunakan nilai ini untuk kesetimbangan NH4+: NH4+ + OH– ↔
NH3 + H2O
Kc = 1/Kb NH3 = 1/1,8 x 10–5 = 5,6 x 104

Kc = = = 5,6 x 104

[NH4+] = 0,48

(Kita tahu bahwa [NH3]= 0,20 M karena dalam persamaan reaksi kimia di bawah 2 mol
ammonia terbentuk setiap 1 mol ion magnesium)
Mg(OH)2(s) + 2NH4+(aq) ↔ Mg2+(aq) + 2 H2O + 2NH3(aq)
Jadi total = [NH3]+[ NH4+] = 0,2 + 0,48 = 0,68 M
Jadi harus ditambahkan 0,68 M NH4Cl ke dalam larutan. (c)
Di dalam larutan terdapat 0,2 mol NH3. Dengan menggunakan perhitungan basa lemah akan
didapatkan pH = 11,28
19. Konsentrasi Mn2+ adalah (0,400 L)(0,10 M Mn2+)/(0,500 L) = 0,080 M Mn2+ Ksp =
[Mn2+][OH-]2
1,6 x 10–13 = [0,080][OH–]2
[OH–] = 1,4 x 10–6
Ketika [OH–] = 1,4 x 10–6, Mn(OH)2 mengendap.

0,100 L(2,0 mol/L) = 0,20 mol NH3 ditambahkan ke dalam 400 mL larutan yang
akan membuat konsentrasi awal NH3 = 0,20 mol/0,5 L = 0,40 M NH3. Dengan persamaan
kesetimbangannya :
H2O + NH3 ↔ NH4+(aq) + OH– (aq) Kb = 1,8 x 10–5
Dalam soal telah dijelaskan bahwa semua Sn2+ telah mengendap semuanya menjadi
Sn(OH)2:
Sn2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2H2O → Sn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
Konsentrasi Sn2+ adalah (0,400 L)(0,10 M Sn2+)/(0,500 L) = 0,080 M Sn2+,
sebelummengendap. Sn2+ menggunakan OH- yang dihasilkan dari reaksi air dengan
ammonia yang konsentrasinya
2(0,080 M) = 0,16 M OH–. Sehingga konsentrasi awal NH3 menjadi 0,24 M.

Sekarang kita akan menghitung berapa banyak NH3 menghasilkan [OH–] = 1,3 x 10–6 M
H2O + NH3 ↔ NH4+(aq) + OH– (aq) Kb = 1,8 x 10–5

[NH3] [NH4+] [OH–]


awal x - 1,0 x 10-7
reaksi - 1,2 x 10-6 + 1,2 x 10-6 + 1,2 x 10-6
akhir ? 1,2 x 10-6 1,3 x 10-6

Kb =

1,8 x 10–5 =

[NH3] = 8,7 x 10–8

Oleh karena itu, konsentrasi awal [NH3] adalah 8,7 x 10–8 + 1,2 x 10-6 = 1,3 x 10-6. Jadi
kita akan mengurangi konsentrasi [NH3] yaitu 0,24 - 1,3 x 10-6 = 0,239999 M ≈ 0,24 M.
Ammonia ini akan membutuhkan molar HCl sebesar:
0,500 L(0,24 NH3/L)(1 mol HCl/1 mol NH3)(36,5 g HCl/ 1 mol HCl) = 4,4 g HCl

20. Untuk menjawab soal ini kita dapat menggunakan group katon dari analisis qualitative.
Ag+ dan Pb+ adalah ion group I. Ion ini dapat dipisahkan dengan menambahkan Cl– ke
dalam larutan. AgCl dan PbCl2 akan mengendap dan dapat disaring untuk dipisahkan dari
larutan. AgCl dapat dipisahkan dari PbCl2 dengan menambahkan NH3 6 M. AgCl akan
bereaksi membentuk Ag(NH3)2+ yang larut sedangkan PbCl2 tetap endapan.

Cu2+ dan Bi3+ dapat dipisahkan dengan menambahkan H2S 0,1 M dan HCl 6 M.
Akan terbentuk endapan CuS dan Bi2S3yang dapat dipisahkan dari larutan dengan
penyaringan. Endapan yang didapat dilarutkan dengan penambahan HNO3. Kemudian basa
ditambahkan untuk membentuk endapan hidroksida; Cu(OH)2 dan Bi(OH)3. Penambahan
NH3 6M akan mengkonversi Cu(OH)2 menjadi Cu(NH3)42+ yang larut sehingga dapat
dipisahkan dari Bi(OH)3
Kemudian tambahkan basa dan H2S kedalam larutan yang tersisa untuk mengendapkan CoS
dan MnS. Saring endapan dan larutkan dengan asam. Kobalt dan dipisahkan dengan
penambahan KNO2 yang akan membentuk endapan kuning sedangkan Mn2+ akan
tetap dalam larutan.

Akhirnya, Ba2+ dan Ca2+ dapat dipisahkan dengan penambahan asam untuk
membuat suasana asam lemah dalam larutan yang kemudian di tambahkan Na2CrO4.
BaCrO4 akan mengendap sedangkan Ca2+ tetap dalam larutan
LISTRIK DAN PERUBAHAN KIMIA
(ELEKTROKIMIA DAN ELEKTROLISIS)

Sel Elektrokimia

Defini
si

Bagian- bagian sel


Korosi

Arus, Waktu, dan


Stoikiometrinya Sel
Elektrokimia
Reaksi Sel & Elektroda

Diagram Latimer & Sel


Konsentrasi
Notasi
Sel

Persamaan Nernst, ΔG, K Potensial Sel & Pot. Reduksi


LISTRIK DAN PERUBAHAN KIMIA
(ELEKTROKIMIA DAN ELEKTROLISIS)

Poin-poin Penting:

1. Definisi

Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan arus listrik dari reaksi kimia (reaksi redoks).
Pada dasarnya, reaksi redoks melibatkan serah-terima elektron, yaitu elektron dilepas oleh spesi
yang mengalami oksidasi dan diterima oleh spesi yang mengalami reduksi. Pada sel
elektrokimia, aliran elektron ini difasilitasi agar mengalir melalui kawat konduktor sehingga
terjadi arus listrik dengan cara memisahkan wadah reaksi reduksi dan oksidasi.

2. Bagian-bagian Sel Elektrokimia

Katoda : tempat terjadinya reaksi reduksi


Anoda : tempat terjadinya reaksi oksidasi
Jembatan garam: berfungsi untuk menyeimbangkan muatan ion di katoda dan anoda. Anion
pada jembatan garam akan pergi ke anoda, kation ke katoda.

3. Reaksi Sel dan Reaksi di Elektroda

Reaksi elektroda: reaksi pada masing-masing elektroda (katoda dan anoda). Ingat KRAO
a.k.a Katoda-Reduksi dan Anoda-Oksidasi. Reduksi: terjadi penurunan bilangan oksidasi akibat
menangkap elektron, sedangkan oksidasi: terjadi peningkatan bilangan oksidasi akibat melepas
elektron.

Reaksi sel: reaksi total pada sel elektrokimia, yaitu reaksi anoda ditambah katoda. Ingat! Jumlah
elektron di anoda dan katoda harus sama sehingga saling menghilangkan. Reaksi sel tidak boleh
mengandung elektron. Contoh untuk diagram sel elektrokimia berikut (Sumber gambar:
Petrucci. General Chemistry 10th edition):
Reaksi elektrodanya meliputi: reaksi katoda : Cu2+ (aq) + 2e Cu (s) Reaksi anoda: Zn (s)
Zn2+ (aq) + 2e

Reaksi selnya: Cu2+ (aq) + Zn (s) Cu (s) + Zn2+ (aq)

4. Notasi Sel

Notasi sel merupakan gambaran singkat reaksi sel. Aturan dalam menuliskan notasi sel antara
lain:

a. Setengah sel anoda (reaksi oksidasi) ditulis di sebelah kiri, di mana material elektroda
anoda ditulis paling pertama (paling kiri),
b. Setengah sek katoda (reaksi reduksi) ditulis di sebelah kanan, di mana material yang
menjadi elektroda katoda ditulis terakhir (sisi paling kanan),
c. Setengah sel anoda dan katoda dipisahkan oleh garis tegak ganda ( II )
yang
merepresentasikan jembatan garam,
d. Spesi-spesi yang berbeda fasa dipisahkan oleh satu garis tegak ( I ), sementara spesi
yang berfasa sama dipisahkan oleh tanda baca koma ( , ),
e. Jika pada suatu setengah sel, bentuk dari reaktan dan produk adalah zat larut dalam air, gas,
atau oksida yang bersifat nonkonduktor, maka digunakan elektroda inert (Pt, C, Au) sebagai
tempat terjadinya reaksi.

Contoh untuk diagram sel di atas, notasi selnya dapat ditulis sebagai berikut:

5. Potensial Sel dan Potensial Reduksi

Potensial reduksi adalah suatu ukuran kecenderungan dari suatu spesi untuk
mengalami reduksi. Semakin besar nilai potensial reduksi suatu spesi, maka semakin mudah
(makin cenderung) spesi tersebut untuk mengalami reduksi. Nilai potensial reduksi standar
diukur nilainya terhadap elektroda hidrogen standar (SHE) pada keadaan standar yang mana
nilai potensial reduksi SHE ditetapkan = 0,00 V. Keadaan standar: T = 25 0C, P = 1 atm, dan
M = 1 Molar. Nilai dapat dilihat pada tabel berikut (Sumber tabel: Zumdahl. Chemical
Principles 6th edition):
Potensial sel adalah nilai beda potensial antara katoda dan anoda. Nilai beda potensial
dapat dihitung dengan menggunakan nilai potensial reduksi masing-masing spesi di katoda dan
anoda, kemudian dihitung selisihnya dengan:

Pada keadaan standar:

Nilai harus positif untuk sel elektrokimia, maka setengah sel yang memiliki nilai
lebih besarharus dijadikan sebagai katoda, dan setengah sel yang nya kecil harus
dijadikan anoda.
yang positif menandakan bahwa reaksi dapat berjalan (reaksi spontan).
Jika negatif berarti spesi yang di-set up pada anoda dan katoda terbalik.

103
6. Energi Bebas Gibbs, Tetapan Kesetimbangan, dan Persamaan Nernst

Ingat Termodinamika semester 1: Hubungannya dengan elektrokimia:


Substitusikan kedua hubungan, maka didapatkan Persamaan Nernst:

Dan hubungan potensial sel dengan tetapan kesetimbangan:

Ringkasan hubungan termodinamika, kesetimbangan, dan elektrokimia:

104
7. Diagram Latimer

Diagram latimer adalah diagram yang merangkum potensial reduksi, diagram ini
dapat menghubungkan harga potensial reduksi spesi-spesi yang saling berhubungan. Contoh
diagram:
Diagram di atas adalah versi singkat (digram latimer) untuk persamaan elektrokimia: Versi
lengkap dari diagram Latimer spesi Fe antara lain:

-0,036V

Pada diagram latimer dan pada setiap reaksi kimia berantai berlaku:

105
Pada diagram di atas, mol elektron yang terlibat pada proses pertama = 1, proses kedua n = 2,
proses total n=3.

8. Sel Konsentrasi

Sel konsentrasi adalah sel elektrokimia yang mana jenis elektroda dan elektrolit di anoda dan
katoda adalah sama, yang berbeda hanyalah konsentrasi elektrolitnya saja (atau dapat juga
berbeda besar

106
tekanan gas apabila terdapat spesi gas). Pada sel konsentrasi, nilai , tetapi nilai
akibat perbedaan konsentrasi (ingat persamaan Nernst).

Contoh: pada suatu sel, anoda dibuat dengan mencelupkan logam tembaga pada larutan
CuSO 4 0,1

M (mengandung Cu2+ 0,1 M), sedangkan katoda dibuat dengan mencelupkan logam tembaga
pada larutan CuSO4 1 M (mengandung Cu2+ 1 M). Sel ini merupakan sel konsentrasi dengan
notasi sel:

Pada sel konsentrasi di atas, jenis elektroda anoda = katoda, yaitu Cu dalam Cu2+, sehingga:

Tetapi nilai , karena setelah dihitung dengan persamaan Nernst pada 298 K: Reaksi
anoda :
Reaksi katoda :

Reaksi sel :

9. Arus Baterai, Waktu Pemakaian, dan Stoikiometrinya

107
Arus listrik merupakan banyaknya muatan elektron yang mengalir tiap detik. Arus
dihasilkan dari aliran elektron pada sel elektrokimia, dari anoda ke katoda. Dari arus listrik
yang dihasilkan oleh
baterai dan lama waktu pemakaian, kita dapat mengetahui mol elektron yang telah bereaksi:

Mol dari reaktan yang bereaksi dan produk yang terbentuk kembali mengikuti prinsip
stoikiometri:
perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.

10. Korosi

Korosi dapat diartikan sebagai proses oksidasi suatu logam oleh oksigen menjadi
oksidanya. Misalnya logam besi dapat terkorosi menjadi Fe2O 3. Reaksi korosi logam (kecuali
emas) pada umumnya bersifat spontan, karena potensial reduksi logam pada umumnya
bernilai lebih negatif dari potensial reduksi oksigen, sehingga setengah reaksi oksidasi logam
digabung dengan setengah reaksi reduksi oksigen akan menghasilkan nilai E0sel yang
positif. Reaksi redoks logam dengan oksigen (korosi) dapat terjadi pada udara lembab/dengan
kehadiran air.

108
Korosi dapat dicegah dengan cara fisika yaitu dengan melapisi logam dengan cat atau zat lain
yang menghindarkan kontak logam dengan oksigen. Pencegahan korosi juga bisa dilakukan
dengan cara kimia yaitu proteksi/perlindungan katodik. Perlindungan katodik dilakukan dengan
menghubungkan logam yang ingin dilindungi dari korosi dengan logam lain yang akan menjadi
“korban”, dikorbankan untuk teroksidasi (anoda). Logam yang dapat digunakan untuk proteksi
katodik adalah logam yang memiliki potensial reduksi yang lebih negatif dari logam yang
ingin dilindungi. Misalkan untu k melindungi besi (E0red=-0,44 V), dapat digunakan logam
Zn (E0red=-0,76) sebagai anoda “korban”. Logam korban harus berada di sebelah kiri dari
logam yang ingin dilindungi pada deret volta:

K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Fe – Ni – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag – Pt - Au

Berdasarkan deret volta di atas, ogam yang dapat melindungi Fe dari korosi dengan cara
perlindungan katodik adalah Zn, Mn, Al, Mg, Na, Ca, Ba, dan K.

109
BANK SOAL ELEKTROKIMIA

1. Diketahui potensial sel standar untuk dua reaksi di bawah ini:

Jika dua buah setengah sel di atas dihubungkan untuk membentuk sel
elektrokimia, tentukanlah:

a. Reaksi yang terjadi di anoda dan katoda, serta tuliskan reaksi selnya. b. Potensial sel
standar ( sel elektrokimia tersebut.
c. Nilai untuk reaksi selnya.
d. Nilai reaksi selnya.

2. Suatu sel elektrokimia memiliki reaksi sebagai berikut:

Pada 250C, elektroda Zn yang dicelupkan pada larutan ZnSO4 0,1 M dihubungkan dengan
elektroda platina yang dialiri gas H2 dengan tekanan 1 atm dan dicelupkan ke dalam larutan H+
yang tidak diketahui konsentrasinya. Potensial sel terukur sebesar 0,70 V. Tentukan berapa
konsentrasi H+ yang tidak diketahui tersebut.

3. Watt adalah suatu satuan daya listrik yang setara dengan satu joule per detik (1 watt = 1
J/s).
Berapa jam suatu kalkulator yang memakan daya 0,02 watt dapat beroperasi dengan
menggunakan baterai raksa dengan potensial 1,34 V dan massa HgO yang tersedia di katoda
adalah 21,66 gram? Reaksi sel yang terjadi antara lain:

110
4. Suatu sel Galvani memiliki dan reaksi elektroda sebagai berikut: Katoda
:
Anoda :

Konsentrasi awal Ag+ dan Zn2+ masing-masing adalah 1 M, dengan volume masing-masing
100 mL. Jika sel ini memberikan arus konstan pada 0,1 Ampere, berapa nilai potensial sel
setelah digunakan selama 15 jam?

5. Sebuah kawat perak yang dilapisi dengan AgCl bersifat sensitif terhadap adanya
ion klorida akibat dari adanya setengah reaksi berikut:

Seorang siswa ingin mengukur konsentrasi ion klorida dalam beberapa sampel air. Siswa
tersebut merangkai sel galvani menggunakan setengah sel elektroda AgCl yang dihubungkan
ke setengah sel kawat tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO4 1 M. Dalam suatu
analisis sampel air, potensial sel yang terukur adalah sebesar 0,0895 V yang mana elektroda
tembaga bertindak sebagai katoda. Berapa konsentrasi ion klorida dalam sampel air
yang diukur? (

111
6. Pada 25 0C, suatu sel galvani dibuat dari dua buah setengah sel berikut:

Elektrolit pada setengah sel tembaga adalah 100 mL CuSO4 1 M. Elektrolit pada setengah
sel besi adalah 50 mL FeSO 4 0,1 M. Pada elektrolit setengah sel besi ditambahkan 50 mL
larutan NaOH 0,5 M.Campuran kemudian diaduk dan terukur potensial selnya sebesar 1,175 V.
Hitung konsentrasi Fe2+ dalam larutan dan nilai Ksp Fe(OH)2.

7. Sebuah sel galvani pada 25 0C dirangkai menggunakan setengah sel Cu/Cu2+


(konsentrasi Cu2+ adalah 1 M) dengan elektroda hidrogen yang memiliki tekanan parsial H2
sebesar 1 atm. Elektroda hidrogen dicelupkan ke dalam larutan dengan konsentrasi ion hidrogen
yang tidak diketahui, kemudian kedua setengah-sel dihubungkan dengan jembatan garam.
(
.
a. Turunkan persamaan untuk pH larutan yang konsentrasi ion hidrogennya tidak
diketahui, nyatakan dalam variabel dan
b. Jika pH larutannya 5,15, berapa nilai potensial sel yang akan terukur untuk sel di atas?
c. Jika potensial sel yang terukur adalah 0,645 V, berapakah pH dari larutan yang
mengandung ion hidrogen tersebut?

8. Suatu sel konsentrasi pada 25 0C terdiri dari dua batang perak yang dicelupkan paka dua
larutan
AgNO 3 dengan konsentrasi yang berbeda, masing-masing 0,015 M dan 0,5 M. a. Berapa nilai
potensial reduksi masing- masing setengah sel?
b. Tuliskan notasi selnya.

c. Berapa nilai potensial selnya pada suhu 25 0C dan 75 0C?

112
9. Nilai untuk AgBr adalah 5,4 x 10-13. Bila suatu sel galvani disusun dengan
menghubungkan setengah sel elektroda hidrogen standar dengan kawat perak berlapis AgBr
yang dicelupkan dalam larutan HBr 0,1 M, berapakah potensial sel dari sel galvani ini?
Diketahui

10. Berapakah massa H2 dan O 2 dalam gram yang bereaksi setiap detiknya di dalam suatu sel
bahan bakar pada 150 0C agar menghasilkan daya 1 kilowatt (kW) dengan asumsi
efisiensi termodinamik sebesar 80%? (Petunjuk: Gunakan data untuk reaksi H2 (g)+ ½
O 2 (g) H2O(g)

pada 150 0C. 1 Watt = 1 J/s. )

11. Suatu sel galvani disusun dari dua buah setengah sel elektroda. Setengah sel yang
pertama terdiri dari elektroda perak yang yang dilapisi perak klorida dan dicelupkan pada
larutan yang mengandung 0,05 M Cl- . Sementara itu, setengah sel yang lainnya terdiri dari
elektroda nikel yang dicelupkan pada larutan yang diberi buffer hingga pH 12 yang
mengandung padatan Ni(OH)2 yang tak larut. Reaksi setengah sel dan potensial reduksinya
antara lain:

a. Tuliskan persamaan reaksi sel untuk reaksi spontan yang terjadi.

113
b. Hitung nilai potensial sel untuk sel galvani di atas (K sp Ni(OH)2 = 5,48 x 10-16).

12. Umpamakan ada suatu sel galvani yang dibuat mengikuti reaksi sel berikut:

a. Berapakah nilai potensial dari sel di atas pada 25 0C? (


b. Jika sel ini menghasilkan arus konstan pada 0,1 A, berapa lama waktu yang diperlukan agar
potensial sel turun sebanyak 10%? (Volume masing- masing kompartemen = 1 Liter).
c. Akankan massa total dari sel galvani berubah?

13. Untuk sel volta berikut, tentukanlah:

a. Tuliskan reaksi sel yang telah setara untuk sel volta tersebut.
b. Berapakah nilai , konstanta kesetimbangan, dan Esel sel volta pada saat awal akan
digunakan? (
c. Jika sel tersebut beroperasi secara spontan, apakah seiring dengan berjalannya waktu
nilai Esel dari sel tersebut akan meningkat, menurun, atau konstan? Jelaskan.

d. Berapakah nilai Esel sel di atas ketika [Pb2+] turun menjadi 0,5 M?

e. Berapakah [Sn2+] ketika nilai Esel = 0,02 V?


f. Berapakah konsentrasi masing-masing ion ketika Esel=0?

14. Seorang kimiawan ingin menentukan konsentrasi CrO42- secara elektrokimia. Sebuah sel
disusun dengan menggunakan elektroda kalomel jenuh (SCE, terdiri dari raksa dalam
larutan jenuh Hg2Cl2 dengan larutan 1 M KCl sebagai elektrolit, = +0,2680 V) dan
kawat perak yang dilapisi Ag2CrO 4. Potensial standar untuk setengah reaksi dibawah ini
adalah +0,446 V:

114
a. Tuliskan reaksi sel yang terjadi setelah setengah sel perak dicelupkan pada suatu
sampel air yang mengandung ion CrO 42- .

b. Hitunglah Esel dan ΔG pada 25 0C untuk reaksi sel ketika [CrO42- ] = 1 mol/L.

c. Tuliskan persamaan Nernst untuk sel di atas (asumsikan konsentrasi-konsentrasi pada


SCE
adalah konstan dan pada kondisi standar).

d. Jika kawat perak berlapis dicelupkan dalam larutan yang mengandung [CrO 42- ] = 1 x 10-
5M

pada 250C, berapakah potensial sel yang akan terukur?

e. Pada suatu pengukuran, terukur potensial sel sebesar 0,504 V pada 25 0C ketika kawat
perak berlapis dicelupkan pada larutan dengan konsentrasi CrO42- yang tidak diketahui.
Berapakah konsentrasi CrO42- pada larutan ini?
f. Hitunglah nilai K sp untuk Ag2CrO4. (Diketahui = +0,80 V).

15. Suatu sel konsentrasi terdiri dari dua buah elektroda yang sama-sama terbuat dari
logam M.

Larutan A pada salah satu wadah setengah sel mengandung 1 mol/Liter M 2+. Larutan B pada
wadah setengah sel yang lain memiliki volume 1 L. Pada awal percobaan, ke dalam larutan B
dilarutkan 0,01 mol M(NO3)2 dan 0,01 mol Na2SO4 (abaikan perubahan volume), yang
mana terjadi reaksi:

115
Kesetimbangan reaksi di atas tercapai dengan cepat, kemudian terukur potensial selnya sebesar

+0,44 V pada 250C. Asumsikan bahwa proses memiliki potensial


reduksi standar +0,80 V, dan tidak ada reaksi redoks lain yang terjadi di dalam sel. Tentukan
nilai K sp untuk MSO 4(s) pada 250C.

16. Suatu sel elektrokimia terdiri dari elektroda hidrogen standar dan elektroda logam
tembaga.

a. Berapakah nilai potensial sel pada 250C jika elektroda tembaga dicelupkan pada
larutan yang mengandung [Cu2+] = 2,5 x 10-4 M?
b. Jika elektroda tembaga ditempatkan pada larutan NaOH 0,1M yang jenuh oleh Cu(OH)2,
berapa nilai potensial selnya? Diketahui Ksp Cu(OH)2 = 1,6 x 10-19.

c. Elektroda tembaga ditempatkan pada larutan dengan konsentrasi Cu2+ yang tidak
diketahui.

potensial sel yang terukur adalah 0,195 V pada 250C. Berapakah konsentrasi Cu2+?
d. Jika ingin dibuat kurva kalibrasi untuk menunjukkan bahwa potensial sel bergantung pada
[Cu2+], besaran apa yang harus di-plotkan untuk mendapatkan garis lurus? Besaran apakah
yang akan menjadi kemiringan dari kurva ini?

17. Suatu sel volta terdiri dari elektroda logam nikel yang dicelupkan pada larutan di mana
[Ni2+] =
1M yang dipisahkan oleh piringan berpori dari elektroda logam alumunium yang tercelup pada
larutan yang mengandung Al3+ 1M. NaOH ditambahkan pada larutan setengah sel
alumunium yang menyebabkan Al(OH)3 mengendap. Setelah pengendapan Al(OH)3
berhenti, konsentrasi OH- adalah 1 x 10-4 M, dan potensial sel yang terukur adalah 1,82 V.
Hitung K sp Al(OH)3.

18. Baterai Zn-Ag lebih ringan dibandingkan dengan baterai Pb yang banyak digunakan
sekarang ini.
Tetapi harganya jauh lebih mahal. Pada prinsipnya, baterai ini dibuat berdasarkan reaksi
setengah sel berikut ini:

116
Elektrolit yang digunakan adalah larutan KOH, dan elektroda Zn/Zn(OH) 2 dipisahkan oleh
plastik yang semipermeabel terhadap ion OH- .

a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda.


b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada sel bila sel tersebut digunakan sebagai sumber listrik. c.
Bagaimanakah pH larutan elektrolit setelah sel tersebut digunakan?
d. Gambarkan notasi dari sel tersebut dan tunjukkan elektroda positif dan negatif. e.
Tentukan nilai potensial sel tersebut dalam keadaan standar.
f. Bila baterai tersebut menghasilkan arus 0,1A, berapa gram perubahan berat
(berkurang atau bertambah) untuk Ag2O (231,8 g/mol) dan Zn (65,4 g/mol) bila digunakan
selama 30 menit.
g. Berapa potensial sel jika digunakan larutan KOH yang pHnya 13.

19. Kluster berukuran nanometer memiliki sifat khas yang berbeda dari material berukuran
normal.
Untuk meneliti perilaku elektrokimia kluster nano perak, diperlukan data berikut: Ag(s)|
AgCl(jenuh) | | Ag+(0,01M) | Ag(s) E1 = 0,170 V Pt(s) | Ag5(s, nano),
Ag+(0,01M) | | AgCl(jenuh) | Ag(s) E2 = 1,030 V

117
(R = 8,314 J/mol K, T = 298,15 K, F = 96485 C/mol)
a. Hitung Ksp AgCl.
Nano Ag5 mengandung logam perak tetapi potensial standar nya berbeda b. Hitung potensial
standar nano Ag5
c. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan dengan pH = 13.
d. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan dengan pH = 5.

e. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan pH = 7 yang mengandung
[Cu2+]

=0,001M dan [Ag+] = 10-10M. Diketahui Eo Ag+|Ag = 0,8 V, Eo Cu2+|Cu =0,345 V, T =


298,15K

20. Korosi adalah peristiwa alam dimana logam mengalami kerusakan akibat terbentuknya
oksida yang lebih stabil. Di alam, korosi besi adalah proses elektrokimia yang melibatkan
oksigen di atmosfer dan potensial reduksi standard (Eo pada 25 °C, 1atm):

O 2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l) Eo = +1,23 V

Fe2+(aq) + 2e → Fe(s) Eo = –0,44 V


Oksigen adalah oksidator yang potensial di alam, terutama bila air disekelilingnya bersifat
asam. Di udara terbuka, tekanan parsial O2 adalah 0,20 atm, dan uap airnya jenuh dengan
CO 2. Gas CO2 yang terlarut membentuk asam karbonat, H2CO3, yang menghasilkan ion H+
dengan konsentrasi 2,0 x 10-6 M.
a. Berdasarkan persamaan Nerst, hitunglah potensial reduksi (E) dari gas O2 di kondisi
udara yang jenuh dengan CO2.

b. Untuk reaksi korosi: 2Fe(s) + O2(g) + 4 H+(aq) → 2Fe2+(aq) + 2H2O(l)

i. Hitung potensial standard (Eosel) sel elektrokimia yang mewakili reaksi korosi tersebut. ii.
Hitung potensial (Esel) sel elektrolkimia yang mewakili reaksi korosi tersebut untuk
kondisi gas O 2 di udara yang jenuh dengan CO2 dan besi dalam keadaan standar. Untuk reaksi:
Fe(OH)2(s) + 2e → Fe(s) + 2OH–(aq), Eo = –0,88 V.
Dengan menggunakan informasi reaksi ini dan nilai-nilai potensial di atas maka:
c. Hitunglah nilai Ksp Fe(OH)2.

118
21. (Diagram latimer) Reaksi reduksi BrO4- menjadi BrO 3- memiliki potensial
sebesar 1,025 V.
Pernyataan ini dapat diringkas dalam bentuk diagram potensial elektroda (diagram latimer):

Yang mewakili reaksi:

Lengkapilah data potensial reduksi pada diagram latimer berikut pada larutan dengan
[OH-
]=1M.

1,065V

0,766 V

119
JAWABAN SOAL ELEKTROKIMIA

1. Pada sel elektrokimia, Esel > 0, maka S2O82- harus menjadi katoda (karena nilai Erednya
lebih positif) dan ClO 3- menjadi anoda.
a. Reaksi katoda :
Reaksi anoda : Reaksi sel :

b.
c. n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi = 10 mol

d.

2. Untuk reaksi sel pada soal ini, persamaan untuk reaction quotient:

Mencari nilai [H+] dapat dilakukan melalui persamaan Nernst:

120
3.

4. Selesaikan dengan persamaan Nernst, tapi harus dicari dulu konsentrasi Ag+ dan Zn2+
setelah dipakai selama 15 jam, melalui perhitungan mol elektron yang terlibat:

121
Lalu dengan MBS, cari mol Ag+ dan Zn2+ sisa setelah 15 jam:

Mula2: 1M, 100 mL - N/A N/A 1M, 100 mL -


= 0,1 mol = 0,1 mol
Bereaksi: 0,056 mol 0,056 mol N/A N/A 0,028mol
0,056
Sisa : 0,044 mol 0,072 mol

Maka, konsentrasi Ag+ dan Zn2+ setelah dipakai selama 15 jam adalah:

Persamaan Nernst untuk sel ini:

5. Elektroda tembaga bertindak sebagai katoda dan elektroda AgCl sebagai anoda, maka Esel:

Reaksi elektroda dan reaksi sel yang terjadi adalah:

122
6. Penambahan OH- pada larutan Fe2+ akan mengubah konsentrasi Fe2+ dalam
larutan karena terbentuknya endapan Fe(OH)2 sesuai reaksi:

M: 0,05M 0,25M - Note: konsentrasi setelah dicampur


NaOH R: x 2x N/A
S: (0,05-x) (0,25-2x) N/A

Karena konsentrasi Fe2+ berubah dari konsentrasi awal, kita dapat menghitung konsentrasi

Fe2+ dalam larutan dengan persamaan nernst:

123
Didapatkan
Cara 1

Cara 2
Karena konsentrasi sangat kecil sehingga kurang praktis untuk menghitung x dari
(0,05-x) tanpa pembulatan. Oleh karena itu, anggap saja Fe2+ bereaksi tuntas dengan OH-
kemudian Fe(OH)2 mengalami kesetimbangan dengan ion-ionnya.

M: 0,05M 0,25M - Note: anggap reaksi tuntas


R: 0,05M 0,10M N/A S: - 0,15M N/A

M: N/A - 0,15M Note: Fe(OH)2 berkesetimbangan


R: s s 2s
S: N/A s (0,15+2s) Maka

124
7. Elektroda tembaga dihubungkan dengan elektroda hidrogen, dengan
dan
, sehingga Cu menjadi katoda dan hidrogen menjadi anoda. ,
dan reaksi sel:

a.

b.

c.

8. Reaksi reduksi kedua elektroda adalah:


a. Untuk setengah sel dengan konsentrasi AgNO3 = 0,015 M

125
Untuk setengah sel dengan konsentrasi AgNO3 = 0,5 M

b. Setengah sel dengan konsentrasi AgNO3 = 0,5 M memiliki potensial reduksi yang lebih
besar sehingga dijadikan sebagai katoda, dibandingkan dengan yang konsentrasinya
0,015 M dijadikan anoda. Notasi sel:

c. Pada 250C,

Pada 750C (348 K), kembali ke persamaan Nernst:

9. Katoda :
Anoda : Sel :
Elektroda hidrogen standar : , pH2 = 1 atm

10.

126
Untuk menghasilkan energi sebanyak 223 kJ atau 223 kiloWatt.sekon, dibutuhkan 1 mol H2
dan
0,5 mol O 2 (lihat koefisien reaksi pada persamaan reaksi).
Jika diinginkan dihasilkan energi 1 kilowatt setiap detiknya, maka mol H2 dan mol O2
yang dibutuhkan adalah:

11. Reaksi elektroda: Katoda :


Anoda :
b. Reaksi sel:
c. Karena kompartemen
nikel diberikan pH basa sehingga terbentuk Ni(OH)2
yang berkesetimbangan dengan Ni2+, konsentrasi Ni2+ dapat dicari melalui Ksp.

pH = 12, maka pOH = 2 [OH- ]= 10-2 M

127
12.

a.

b. Penurunan potensial = 10% dari potensial awal = 10% x 0,42 V = 0,042 V


Potensial akhir = potensial awal – penurunan potensial = 0,42 – 0,042 = 0,378 V (atau =
90%
potensial awal).

Mula-mula: N/A 0,1 M 0,2 M N/A Bereaksi :


x 2x x 2x Sisa : N/A (0,1-2x)
(0,2-x) N/A

128
[ ] yang bereaksi = 2x = 0,0836 M
Mol yang bereaksi = M x V = 0,0836 M x 1L = 0,0836 mol
Mol elektron yang bereaksi = mol = 0,0836 mol

c. Tidak akan berubah, karena tidak ada zat yang keluar dari sel (sebagai gas, dll),
hanya berubah bentuk dari padatan ke larutan (dan sebaliknya) saja.

13. Katoda : Pb, Anoda : Sn a. Reaksi sel:


b. —

129
c. Seiring dengan berjalannya waktu bila sel dioperasikan konsentrasi Sn2+ akan
meningkat dan konsentrasi Pb2+ akan berkurang sehingga nilai Q akan meningkat, In Q
meningkat, dan nilai Esel akan menurun.

d. Ketika konsentrasi Pb2+ turun menjadi 0,5 M:

Mula-mula : 0,6 M 0,075 M


Bereaksi : 0,1 M 0,1 M
Sisa : 0,5 M 0,175 M

e.

Mula-mula : 0,6 M 0,075 M


Bereaksi : x x Sisa :
(0,6-x) (0,075+x)

f.

130
14. Ag2CrO 4 menjadi katoda, SCE menjadi anoda a. Katoda :
Anoda : Sel :

b. Pada 250C, [CrO 42- ] = 1 mol/L keadaan standar

c.

d.

e.

f. Jika setengan sel Ag2CrO4/Agdihubungkan dengan setengah sel Ag+/Ag: Katoda :

131
Anoda : Sel :

15. Pada larutan B, konsentrasi M2+ tidak akan 1 M karena bereaksi dengan SO42- .
Asumsikan larutan
B adalah anoda. Karena sel konsentrasi, maka =0.

Mula-mula : 0,01 M 0,01 M -


Bereaksi x x N/A
Setimbang
: : (0,01-x) (0,01-x) N/A

16. Cu2+(aq) + H2(g) 2H+(aq) + Cu(s) = 0.34 V - 0.00V = 0.34 V , dan n = 2

132
Karena pH2 = 1.0 atm dan [H+] = 1.0 M, maka
a.

b. Cu(OH)2(s) Cu2+(aq) + 2 OH- (aq) Ksp = 1.6 × 10-19 = [Cu2+][OH- ]2

Jika [OH- ]=0,1 M maka [Cu2+]= 1,6 x 10-17 M

c. Esel=0,195 V

d.
Kita dapat membuat garis lurus y=mx+b dengan membuat plot Esel versus In dengan
gradien = 0,0128V dan intercept = 0,34V. Atau:

133
Kita dapat membuat garis lurus y=mx+b dengan membuat plot Esel versus log dengan
gradien = 0,0296V dan intercept = 0,34V.

17. Reaksi sel: 3 Ni2+(aq) + 2 Al(s) → 2 Al3+(aq) + 3 Ni(s)


= - 0.23 V + 1.66 V = 1.43 V; n = 6

18. Ag2O memiliki potensial reduksi yang lebih positif sehingga dijadikan sebagai katoda. a.
Reaksi katoda :
Reaksi anoda :
b. Reaksi sel :
c. pH larutan elektrolit di katoda meningkat (makin basa), sedangkan pH larutan
elektrolit di anoda akan menurun (makin asam). Jika katoda dan anoda berada
pada wadah/
kompartemen elektrolit yang sama, maka pH elektrolit tidak akan berubah (tetap).
d.
Elektroda positif = Ag2O, elektroda negatif = Zn. e.
f.

134
g. Jika wadah elektrolit katoda menyatu dengan katoda, ,
potensial tidak dipengaruhi oleh konsentrasi OH- .
19. Nano Ag5

a. Pada sel elektrokimia pertama, sel konsentrasi Ag+/Ag dengan

b.

135
c. Reaksi reduksi H+ : , pH 13 maka [H+] = 10-13 M

Jika nano Ag5 dicelupkan pada larutan ini, maka nano Ag5 tidak akan teroksidasi oleh H+
karena nilai potensial reduksi nano Ag5 lebih positif dari potensial reduksi H+. Tidak terjadi
reaksi.

d. Pada pH=5, Reaksi reduksi H+ : , [H+] = 10-5 M

Jika nano Ag5 dicelupkan pada larutan ini, maka nano Ag5 akan teroksidasi (akan larut) oleh
H+ secara spontan karena nilai potensial reduksi nano Ag5 lebih negatif dari potensial reduksi
H+. Reaksi Ag5 + 5H+ 5Ag+ + 2,5 H2 memiliki
(positif).

e. Pada pH=7, Reaksi reduksi H+ : , [H+] = 10-7 M

136
Potensial reduksi Ag5 paling negatif, maka Ag5 akan teroksidasi membentuk Ag+ sehingga
konsentrasi Ag+ meningkat. Potensial reduksi Cu2+ paling positif nilainya, sehingga Cu2+
akan tereduksi. Lama-kelamaan, konsentrasi Cu2+ menurun sehingga potensial reduksinya
menurun lebih rendah dari potensial red Ag+ karena konsentrasi Ag+ meningkat secara
bersamaan, sehingga yang tereduksi selanjutnya adalah Ag+ membentuk Ag
20. Korosi a.
b. i.
ii. 0,8826 – (-0,44) = 1,3226 V
c. Reaksi:

Fe(OH)2(s) + 2e → Fe(s) + 2OH–(aq), Eo = –0,88 V

Fe (s) Fe2+ (aq) + 2e Eored = –0,44 V

Fe(OH)2(s) Fe2+ (aq) + 2OH–(aq) —

21. Diagram Latimer a.

137
b.
121
ELEKTROLISIS

Definisi

Elektroplating
& Pemurnian Elektrolisis
Logam Lelehan

Elektrolisis

Arus, Waktu Elektrolisis &


Stoikiometrinya Elektrolisis
Larutan

122
Elektrolisis

Poin-poin penting:

1. Definisi dan Perbedaannya dengan Sel Elektrokimia

Elektrolisis adalah reaksi kimia yang terjadi akibat diberikannya arus listrik pada suatu lelehan
atau larutan. Elektrolisis merupakan kebalikan dari elektrokimia. Berikut perbedaan elektrolisis
dengan
elektrokimia.

Elektrolisis Elektrokimia
Reaksi tidak akan terjadi jika tidak Reaksi kimia (redoks)
diberikan berlangsung
listrik/dihubungkan ke baterai; spontan sehingga dihasilkan arus listrik;
Kutub negatif baterai dihubungkan denganAnoda merupakan kutub negatif karena
katoda agar terjadi reduksi, anoda denganmenghasilkan elektron, sedangkan
kutub positif baterai (KNAP); katoda adalah elektroda positif (KPAN);
Katoda dan anoda dapat disimpan dalam satu Katoda dan anoda harus dalam wadah
wadah yang sama karena aliran listrik bukanterpisah agar elektron mengalir melalui
berasal dari reaksi, tapi dari baterai. kawat penghantar.
(reaksi tidak (reaksi spontan)
spontan), potensial listrik yang diberikan harus >
2. Reaksi pada Sel Elektrolisis: Elektrolisis Lelehan

Pada lelehan suatu senyawa ionik, hanya terdapat dua jenis spesi/zat yang terkandung di
dalamnya, yaitu lelehan kation dan anion. Misalnya NaCl padat dipanaskan hingga menjadi
lelehan, dalam bentuk lelehan, Na2SO4 terionisasi menjadi Na+(l) dan SO42- (l). Apabila lelehan
senyawa ionik dielektrolisis, maka langsung saja:

123
Hal ini terjadi karena kation bermuatan positif sehingga akan menerima elektron sehingga
tereduksi, sedangkan anion yang bermuatan negatif akan melepas elektron (teroksidasi). Pada
kasus lelehan NaCl:

3. Reaksi pada Sel Elektrolisis: Elektrolisis Larutan

Pada larutan senyawa ionik, terdapat tiga spesi/zat yang terkandung di dalamnya, yaitu kation
(aq), anion (aq), dan pelarut (air). Misalnya pada larutan Na2SO4, akan terdapat Na+ (aq),
SO 42- (aq), dan air. Pelarut, khususnya air, dapat mengalami reaksi reduksi maupun oksidasi
sehingga air dapat menjadi kandidat untuk mengalami resuksi dan oksidasi (terjadi
persaingan). Persaingan antara

124
kation, anion, dan air ditentukan oleh nature masing-masing spesi pada reaksi redoks, yaitu
nilai potensial reduksinya.

Sebaliknya untuk reaksi oksidasi,

Pada kasus larutan Na2SO4, kandidat reaksi reduksi adalah Na+ (aq) dan air. Potensial
reduksinya:

H2O memiliki nilai potensial reduksi yang lebih positif, maka yang bereduksi adalah air.
Sedangkan untuk reaksi oksidasi, kandidatnya adalah SO42- (aq) dan air:

125
H2O memiliki nilai potensial oksidasi yang lebih positif, maka yang teroksidasi adalah air.
Jadi reaksi elektrolisis yang terjadi pada larutan Na2SO 4 adalah:

Singkatnya, bisa dilihat pada rangkuman berikut:

Reaksi di katoda bergantung pada Jenis kation. Jika kation adalah:

• Kation golongan 1A, 2A, Al, dan Mn memiliki nilai potensial reduksi yang lebih
negatif dari air(sulit direduksi). Maka yang direduksi adalah air.

• Kation lain (selain yang disebutkan di atas), maka kation yang akan tereduksi. Misalnya
kationnya adalah M2+, maka:

126
Reaksi di anoda bergantung pada jenis elektroda/anoda (karena elektroda biasanya logam
yang mudah teroksidasi) dan jenis anion. Jika anoda yang digunakan adalah:
• Elektroda tak-inert (elektroda selain Pt, Au, atau C), maka elektrodalah yang akan
teroksidasi. Misalkan jika digunakan logam M yang tak-inert sebagai elektroda, maka reaksi
yang terjadi di anoda adalah:

• Elektroda inert (Pt, Au, atau C), elektroda ini sangat sulit bereaksi (sulit dioksidasi)
sehingga reaksi di anoda bergantung pada jenis anion yang ada. Jika anion adalah:

• Anion sisa asam oksi (SO 42- , ClO4- , NO3- , PO 43- , dan sebagainya), anion ini sulit
dioksidasi, sehingga yang teroksidasi adalah air:

• Anion lain (selain sisa asam oksi), maka anionlah yang teroksidasi. Misalkan
anionnya adalah Y- bukan asam oksi, maka:

4. Arus Listrik, Waktu Elektrolisis, dan Stoikiometrinya

Arus yang berasal dari baterai menuju elektroda adalah muatan-muatan elektron yang mengalir
tiap detiknya. Untuk suatu waktu elektrolisis tertentu, jumlah muatan elektron yang
terpakai reaksi adalah sebanyak arus (i dalam ampere atau Coulomb/detik) dikali waktu
(t dalam detik). Mol elektron yang terlibat dalam reaksi adalah sebanyak muatan elektron
dibagi konstanta Faraday (F =
96500 C/mol, konstanta muatan elektron per mol elektron).

127
Pengerjaan selanjutnya merupakan stoikiometri biasa, yaitu perbandingan mol = perbandingan
koefisien reaksi, massa = mol x Ar atau Mr, volume STP = mol x 22,4 liter, dan sebagainya.

5. Elektroplating dan Pemurnian Logam

Elektroplating adalah proses pelapisan logam dengan cara elektrolisis, misalnya kita ingin
melapisi sendok besi dengan perak. Proses elektroplating dilakukan dengan menjadikan logam
yang ingin dilapiskan sebagai anoda dan logam yang ingin dilapisi sebagai katoda. Setelah
dialirkan listrik, logam yang ingin dilapiskan (anoda) akan teroksidasi menjadi ion logamnya
dan masuk ke larutan elektrolit. Sementara itu di bagian logam yang ingin dilapisi (katoda)
akan terjadi reaksi reduksi ion logam tadi menjadi logamnya yang kemudian akan menempel
pada katoda. Tebal logam pelapis dapat disesuaikan dengan arus listrik dan lamanya waktu
elektrolisis.

128
Pemurnian logam dilakukan dengan cara yang mirip dengan elektroplating, hanya saja
dengan tujuan berbeda sehingga elektrodanya perlu disesuaikan. Logam yang tidak murni
(ingin dimurnikan) harus dijadikan sebagai anoda, sementara pada katoda dipasang logam
yang telah murni. Logam yang belum murni akan teroksidasi menjadi ion-ionnya. Dengan
menyesuaikan voltase listrik yang dialirkan, ioan logam yang diinginkan untuk mengendap
menjadi logam murni akan tereduksi pada katoda sehingga jumlah logam murni akan
bertambah (Sumber gambar: Zumdahl, Chemical Principles 6th edition (kiri) dan Brady,
Chemistry 6th edition (kanan)) .

Diagram pelapisan perak pada sendok Diagram pemurnian logam Cu

129
BANK SOAL ELEKTROLISIS

1. Elektrolisis 0,25 L larutan NaCl dilakukan selama 20 menit menggunakan arus 2


Ampere dalam peralatan yang mencegah Cl2 bereaksi dengan produk elektrolisis
lainnya. Larutan hasil elektrolisis dititrasi dengan HCl 0,62 M.
a. Tentukan reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda.
b. Hitunglah jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi elektrolisis.
c. Berapa mL volume larutan HCl yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen titrasi?
d. Berapa mL gas Cl2 yang terbentuk jika gas dikumpulkan dalam wadah pada suhu 25
0C

dan tekanan 2 atm?

2. Konsentrasi normal ion klorida dalam serum darah berkisar antara 0,096 hingga
0,106 M.
Sebuah perlengkapan elektrolisis dirangkai untuk membentuk ion perak dari anoda perak
untuk mengendapkan ion klorida dalam serum darah. Jika arus yang digunakan dalam
eksperimen adalah 0,5 ampere, dan jika 3 mL serum dimasukkan dalam sel elektrolisis:
a. Tuliskan reaksi oksidasi anoda perak menjadi ion perak.
b. Tuliskan reaksi yang terjadi antara ion perak dengan ion klorida yang terkandung
dalam serum darah.

c. Hitunglah rentang jumlah mol ion Ag+ yang dibutuhkan untuk mengendapkan ion
klorida
yang ada dalam serum darah.
d. Hitunglah rentang waktu elektrolisis (dalam detik) yang diperlukan untuk
mengendapkan ion klorida tersebut.

3. Arus sebesar 1,25 Ampere dialirkan pada larutan H2SO4 3 M selama 30 menit. Gas
H2 yang terbentuk pada katoda dikumpulkan di atas air pada 27 0C, dalam wadah 288 mL
pada tekanan total 767 torr.
a. Berapakah mol gas H2 kering yang dihasilkan pada elektrolisis (tekanan uap air pada
27
0C adalah 26,7 torr)?

130
b. Hitunglah jumlah muatan listrik yang digunakan dalam elektrolisis. c. Hitunglah
jumlah elektron yang bereaksi membentuk gas hidrogen. d. Hitunglah besar muatan satu
elektron dari data yang diberikan.

4. Suatu larutan yang mengandung ion vanadium yang tidak diketahui biloksnya
dielektrolisis menggunakan arus 3 Ampere selama 15 menit. Padatan vanadium yang
terendapkan di katoda kemudian ditimbang, dan ditemukan seberat 0,475 gram. Tentukan
bilangan oksidasi dari ion vanadium awal sebelum dielektrolisis.

5. Dalam suatu sel elektrolisis, larutan elektrolit terdiri dari 250 mL larutan NaCl pekat
dialirkan arus listrik.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda untuk elektrolisis larutan NaCl
pekat tersebut.
b. Berapakah pH larutan jika elektrolisis dilakukan selama 20 menit menggunakan
arus sebesar 1 Ampere?

131
c. Berapa mililiter gas H2 (diukur pada STP) yang akan dibebaskan jika sel
dioperasikan pada arus 5 Ampere selama 10 menit?

6. Coulometer adalah suatu alat yang dapat mengukur jumlah muatan listrik. Pada
suatu coulometer perak, Ag+(aq) direduksi menjadi Ag(s) pada katoda Pt. Jika 1,206 gram
Ag terdeposisi dalam waktu 1412 detik oleh sejumlah muatan listrik.
a. Berapa banyak muatan listrik (dalam Coulomb) yang telah terpakai?
b. Berapakah besarnya arus listrik yang diberikan alat tersebut dalam satuan Ampere?

7. Elektrolisis dilakukan sselama 2 jam pada sel berikut. Katoda platina yang memiliki
massa
25,0782 gram, berubah massanya menjadi 25,8639 gram setelah elektrolisis. Anoda platina
memiliki berat yang sama sebelum dan setelah elektrolisis.

a. Tuliskan persamaan reaksi yang masuk akal untuk setengah reaksi yang terjadi
pada kedua elektroda.
b. Berapakah besar arus listrik yang digunakan dalam elektrolisis?
c. Suatu gas terbentuk di anoda. Gas apakah yang terbentuk? Berapakah volume gas
ini yang akan dihasilkan jika gas tersebut disimpan pada 230C dan tekanan 755 mmHg?

8. Suatu larutan yang mengandung ion Ag+ dan Cu2+ dielektrolisis.


a. Logam manakah yang akan mengendap terlebih dahulu pada katoda?
b. Pengendapan selesai setelah arus 3,75 ampere diberikan pada larutan sellama 30 menit.

132
Jika massa total endapan logam adalah 3,5 gram, berapakah persen massa perak di
dalam produk endapan?

9. 1 liter larutan buffer yang mengandung 1 M NaH2PO4 dan 1 M Na2HPO4.


Larutan ini kemuadian dibagi dua dan dimasukkan dalam dua kompartmen yang
berbeda pada sel elektrolisis. Kedua elektroda yang digunakan adalah Pt.
Asumsikan bahwa yang terelektrolisis adalah air pada kedua kompartmen. Jika arus
sebesar 1,25 ampere melewati
- -8
larutan selama 212 menit : (Ka H2PO4 = 6.3 × 10 )
a. Berapakah pH larutan sebelum elektrolisis?
b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda.

133
c. Berapakah pH masing-masing larutan pada kompartmen anoda dan katoda
setelah elektrolisis?

10. Asumsikan volume masing-masing larutan pada gambar sel elektrolisis berikut
adalah 100 mL. Elektrolisis dijalankan dengan menggunakan arus 2,5 ampere selama 2 jam.
Setelah elektrolisis selesai, sel tersebut difungsikan sebagai sel volta.

a. Tuliskan reaksi elektrolisis yang terjadi pada anoda dan katoda.

b. Tentukan konsentrasi Zn2+ dan Cu2+ yang ada pada larutan setelah elektrolisis. c.
Tuliskan reaksi yang terjadi saat sel tersebut difungsikan sebagai sel volta.
d. Tentukan berapakah nilai Esel yang akan dihasilkan oleh sel volta ini saat awal
dijalankan.

11. Jumlah konsumsi energi yang terpakai dalam proses elektrolisis bergantung pada
hasil perkalian antara voltase dan muatan listrik (volt x coulomb = joule). Tentukan jumlah
konsumsi energi secara teoritis per 1000 kg gas Cl2 yang diproduksi dalam sel

134
diafragma alkali-klor yang beroperasi pada 3,45 volt. Ekspresikan nilai konsumsi energi
dalam kJ dan kWh (kilowatt-hours).

12. Salah satu teknik pengujian dari sempurna tidaknya proses elektrodeposisi logam Cu
dari larutan Cu2+ adalah dengan menambahkan NH3 (aq). Munculnya warna biru
mengindikasikan terbentuknya ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ (Kf = 1,1 x 1013). Jika 500
mL larutan CuSO 4 0,05 M dielektrolisis dengan menggunakan arus 7 A selama 650 detik.
Setelah itu, sejumlah larutan NH3 ditambahkan pada larutan untuk mengkomplekskan sisa
Cu2+ dan untuk mempertahankan [NH3] = 0,1M dalam larutan. Jika warna biru dari
Cu(NH3)42+ dapat
2+ -5
terdeteksi pada konsentrasi [Cu(NH3)4 ] minimum 1 x M, apakah warna biru
10 akan
terlihat?
13. Sebuah anoda Ni dan katoda Fe ditempatkan di dalam larutan yang mengandung
[Ni2+] = 1
M, kemudian dehubungkan dengan baterai. Katoda Fe memiliki bentuk seperti gambar
di bawah:

135
trolisis harus dilakukan dengan arus 1,5 A untuk me

Berapa lamakah elek mbuat


lapisan nikel setebal 0,05 mm terdeposisi pada katoda Fe? (densitas nikel = 8,9 g/cm3)

14. Suatu logam M yang tidak diketahui, dielektrolisis. Untuk mengendapkan 0,107 gram
logam M dari larutan yang mengandung M(NO3)3 dengan arus 2 A, diperlukan waktu
selama 74,1 detik. Identifikasilah logam M.

15. Dibutuhkan energi listrik sebesar 15 kWh untuk memproduksi 1 kg logam alumunium
dari alumunium oksida melalui proses Hall-Heroult. Bandingkan nilai energi ini dengan
energi yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 kg logam alumunium! Jelaskan mengapa
mendaur ulang kaleng alumunium lebih ekonomis? (entalpi peleburan logam alumunium
adalah 10,7 kJ/mol dan 1 watt = 1J/s).

16. Diketahui setengah reaksi berikut dan potensial reduksinya:

sam klorida mengandung platinum, paladium, dan iridium


nya. Larutan tersebut mengandung konsentrasi yang kons 136
an masing-masing kompleks sebanyak 0,02M. Apakah memu
tiga logam tersebut dari larutan dengan elektrolisis? (Asums
Suatu larutan a dalam
bentuk kompleks kloro
tan dari klorida sebanyak 1M, d
ngkinkan untuk memisahkan ke
ikan pemisahan adalah keadaa
am lain mulai mengendap.)

17. Suatu lelehan garam kalium fluorida, KF, dielektrolisis menggunakan arus 10 A selama
2 jam. a. Berapakah volume gas F2 yang dihasilkan pada suhu 250C dan tekanan 1
atm?
b. Berapakah massa logam kalium yang dihasilkan?
c. Pada elektroda manakah masing- masing reaksi terjadi?

18. Elektrolisis larutan Na2SO 4 dilakukan dalam dua setengah-reaksi yang dihubungkan
dengan jembatan garam. Logam Pt digunakan sebagai elektroda inert pada kedua setengah-
reaksi tersebut.
Pada suatu percobaan, selama elektrolisis berlangsung larutan di dalam ruang anoda
menjadi semakin asam dan larutan di ruang katoda menjadi semakin basa.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan di katoda pada elektrolisis tersebut.

137
Ketika elektrolisis dihentikan larutan hasil elektrolisis dari ruang anoda dicampurkan
dengan larutan dari ruang katoda.

b. Tentukan pH larutan hasil pencampuran tersebut.

Pada percobaan kedua menggunakan sel elektrolisis seperti yang dijelaskan di atas, 10 mL
larutan H2SO4 yang konsentrasinya tidak diketahui dan beberapa tetes fenolftalin
ditambahkan ke dalam larutan Na2SO4 di ruang katoda. Elektrolisis kemudian dilakukan
dengan mengalirkan arus sebesar 21,5 A sampai larutan di katoda berubah warna menjadi
pink. Larutan di katoda berubah warna setelah elektrolisis berlangsung selama 683 detik.

c. Hitung konsentrasi larutan H2SO 4 yang ditambahkan.

19. Proses elektroplating (pelapisan logam) adalah salah satu cara melindungi besi dari
korosi (pembentukan karat). Benda dari besi permukaannya dilapisi dengan logam
yang relatif kurang reaktif dibandingkan besi, misalnya zinc (Zn). Selembar lempeng besi
hendak dilapisi dengan zinc dengan cara elektrolisis (proses electroplating). Sebagai
sumber listrik yang digunakan untuk elektrolisis adalah baterei.
a. Identifikasi (tunjukkan) elektroda mana yang dihubungkan dengan kutub negatif
dan
mana dihubungkan dengan kutub positif baterei, dan jelaskan.
b. i. Identifikasi apa yang akan bertindak sebagai elektroda dalam proses tersebut ii.
setengah reaksi pada setiap elektroda, serta reaksi keseluruhan
c. i. Elektrolit yang digunakan untuk proses elektrolisis
ii. konsentrasi elektrolit sesudah proses elektrolisis

20. Teknik yang umum untuk mencegah terjadinya pengkaratan (korosi) logam adalah
dengan cara melapiskan logam lain (elektrodeposisi) di permukaan logam yang rentan
korosi tersebut. Anda mempunyai sebatang pipa logam besi yang berbentuk silinder
dengan panjang 26 cm dan radius 1,7 cm. Untuk memperlambat korosi, anda hendak
melapiskan logam Ni dengan tebal 300 μm (0,03 cm) dipermukaan pipa besi silinder
tersebut (termasuk ujungnya) dengan cara elektrodeposisi (elektrolisis). Sel elektrokimia
yang digunakan untuk proses pelapisan ini mengandung 4,20 kg NiSO4.7H2O dan 6,80 L
air. Arus yang digunakan untuk proses elektrodeposisi ini adalah 2,1 Ampere.

138
Diketahui densitas air = 1 g cm-3 ; densitas Ni(s) = 8,9 g cm-3. Luas lingkaran A = π r2
; Isi
silinder, V = π r2 h ; π = 3,142857
a. Tuliskan persamaan setengah reaksi yang terjadi di masing-masing elektroda dan
reaksi keseluruhan yang terjadi dalam sel elektrolisis ini
b. Hitunglah persentase massa Nikel Sulfat dalam larutan elektrolit pada saat awal dan
akhir reaksi.
c. Berapa jam waktu yang dibutuhkan untuk melapiskan batang silinder
tersebut.
Anggaplah sel tersebut bekerja dengan efisiensi 88 %.

139
BANK SOAL ELEKTROLISIS

1. a. Anoda :
Katoda :

b.

c. Mol OH- = mol elektron = 0,025 mol, maka untuk mencapai titik ekivalen
titrasi, dibutuhkan mol H+= mol OH- = 0,025 mol = mol HCl

d. Mol yang dihasilkan = ½ x mol elektron = 0,0125 mol

2. a. b.

c. Karena perbandingan koefisien Ag+ dan Cl- adalah 1:1, maka rentang mol Ag+
adalah
sebanyak rentang konsentrasi x volume serum.

Rentang mol Ag+ adalah (0,096 M x 3.10-3L) hingga (0,106 M x 3.10-3L) atau 2,88.10-4
mol hingga 3,18.10-4 mol.

d. Rentang mol elektron = rentang mol Ag+


Waktu elektrolisis:
Rentang waktu elektrolisis adalah:

140
3. a.

b.
c. Katoda :
Mol e = 2 x mol H2= 0,0228 mol

Jumlah e = mol x bilangan Avogadro = 0,0228 x 6,02.1023 = 1,37256 x 1022 elektron.


d. Muatan total = muatan 1 elektron x jumlah elektron

4.

Perbandingan mol = perbandingan koefisien


Perbandingan mol vanadium : elektron = :0,028 = 1: 3
Maka bilangan oksidasi ion vanadium adalah +3 sesuai reaksi:

141
5. Elektrolisis 250 mL NaCl pekat a. Reaksi katoda :
Reaksi anoda :

b.

Mol OH- = mol elektron (koefisien sama) = 0,0124 mol

[OH- ] =

pOH = - log [OH- ] = 1,3 pH = 14 – pOH = 12,7


c.

6. mol Ag = gram/Ar = 1,206 gram/107,87 =0,01118 mol


Reaksi yang terjadi:
Mol elektron = mol Ag = 0,01118 mol
a. jumlah muatan listrik = Q = mol elektron x F = 0,01118mol x 96500 C/mol = 1078,88
C
b.

7. Perubahan massa katoda = 25,8639 - 25,0782 gram = 0,7857 gram a. Anoda :


Katoda :

b. Mol Ag = gram/Ar = 0,7857/107,87 = 7,28 . 10-3 mol = mol elektron

133
c. Gas oksigen.

8.

a. Yang lebih mudah tereduksi adalah Ag+ maka logam yang mengendap lebih dulu
adalah logam Ag.
b.
Total massa endapan Cu+Ag=3,5 gram. Misalkan elektron yang terpakai untuk
pengendapan Ag = x dan elektron untuk Cu = 0,07-x. Reaksi:

x mol x mol x mol

(0,07-x)mol ½(0,07-x)

134
Maka massa Ag + Cu =

9. Buffer H2PO4- /HPO42- dengan Ka H2PO4- = 6.3 × 10-8

a. pH larutan sebelum dielektrolisis = pH buffer H2PO 4- /HPO 42-

b. Anoda :
Katoda :

c.

Mol H+ yang dihasilkan di anoda = mol elektron = 0,165 mol Mol OH- yang dihasilkan di
katoda = mol elektron = 0,165 mol Anoda

M: 0,165 mol 1 mol 1 mol


B: 0,165 mol 0,165 mol 0,165 mol
S: - 0,835 mol 1,165 mol

135
Katoda

M: 1 mol 0,165 mol 1 mol


B: 0,165 mol0,165 mol 0,165 mol
S: 1,165 mol
0,835 mol -

10. Elektrolisis 2,5 A; 2 jam a. Anoda :


Katoda :

b.

Pertambahan mol Cu2+ = pengurangan mol Zn2+ = ½ mol elektron = 0,0933 mol

Mol awal Cu2+ = mol awal Zn2+ = M x V = 1M x 0,1 L = 0,1 mol

136
c. Saat dijadikan sel volta, reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari elektrolisis: Anoda
:
Katoda :

d. 1,143 V

11. Reaksi :

12. Mol Cu2+ sebelum elektrolisis = M x V = 0,05 M x 0,5 L = 0,025 mol

Reaksi:
Mula2 : 0,025 mol
Bereaksi: 0,023575 mol 0,0 0,023575 mol

137
Sisa: 0,023575 mol

Reaksi pengkompleksan: (Kf = 1,1 x 1013)

M: 0,1+4x -
B: x 4x x
S: 0,1 M x

Konsentrasi melebihi batas deteksi , berarti warna biru akan terlihat.


13. Untuk mengetahui lama waktu elektrolisis, kita harus tahu berapa banyak logam Ni
yang harus dilapiskan ke katoda Fe yang berbentuk seperti donat.

Setelah dilapisi Ni setebal 0,05 mm (0,005 cm), maka:


Tinggi elektroda= 0,5 cm + (2 x 0,005 cm) = 0,51 cm (lapis ke atas dan bawah). Jari-jari
luar silinder = 2,5 cm + 0,005 cm = 2,505 cm
Jari-jari dalam = 1 cm – 0,005 cm = 0,995 cm (rongga mengecil krn terlapisi).

138
14. Reaksi :

Logam M adalah logam Bi (Ar = 209, biloks +3)

15. Mol 1 kg Alumunium = Kalor pelelehan 1 kg Al =

139
Energi yang dibutuhkan untuk melelehkan (mendaur ulang) alumunium lebih hemat energi
(ekonomis) yaitu hanya 0,11 kWh per kg Al, sementara jika melalui proses Hall-
Heroult butuh 15 kWh (lebih tidak ekonomis).

16. Pada saat awal pengendapan Pd, potensial reduksi:

Ketika 99% Pd telah mengendap dan PdCl42- hanya


tinggal 1%,

Pada saat awal pengendapan Pt, potensial reduksi: Ketika 99% Pt telah mengendap:

140
Pada saat awal pengendapan Ir, potensial reduksi: Ketika 99% Ir telah mengendap:
Rentang potensial masing-masing logam untuk mulai mengendap hingga 99% mengendap
(mengendap sempurna) tidak saling overlap/beririsan. Maka seharusnya ketiga logam
tersebut dapat dipisahkan dengan baik. Nilai potensial baterai yang harus dipakai dalam
elektrolisis bergantung pada setengah sel oksidasi yang menyertainya.

17. Elektrolisis lelehan KF Reaksi anoda : Reaksi katoda:

a. Mol gas = ½ mol elektron = 0,373 mol

b. Mol Kalium = mol elektron = 0,746 mol

c. Reaksi a terjadi di anoda, reaksi b terjadi di katoda.

18. Elektrolisis larutan Na2SO 4 dengan elektroda inert. a. Reaksi di anoda :


Reaksi di katoda :

b. Mol H+ = mol elektron = mol OH- , maka ketika kedua larutan dicampurkan, pH
= 7 (netral).

c. Mol elektron = mol OH- =

Fenolftalin berubah warna saat mol OH- = mol H+ = 0,15217 mol


Mol H2SO 4 = [H2SO4] =
19. Zinc akan dilapiskan pada besi maka, zinc harus dioksidasi di anoda, kemudian
tereduksi

137
kembali di katoda. Agar Fe terlapisi oleh Zn, maka Fe harus ditempatkan di katoda,
tempat
Zn terbentuk kembali.
a. Kutub negatif (katoda) = besi (Fe) Kutub positif (anoda) = zinc (Zn)
b. i. Logam Fe sebagai katoda, Zn sebagai anoda.
ii. Anoda : Katoda :
Reaksi keseluruhan :

138
c. i. Elektrolit yang digunakan harus mengandung dan merupakan elektrolit
kuat, misalnya larutan Zn(NO3)2.

ii. konsentrasi Zn2+ dalam elektrolit akan tetap.


20. Asumsikan anoda merupakan elektroda inert, bukan Ni karena konsentrasi elektrolit
NiSO 4
berubah setelah elektrolisis. a. Reaksi katoda :
Reaksi anoda : Reaksi total :
b. % NiSO4 awal =

Volume Ni yang mengendap = V silinder berlapis – V silinder awal

139
c. Mol elektron = 2 x mol Ni yang mengendap = 2 x 1,3592 mol = 2,7184 mol

Karena efisiensi 88%, butuh waktu lebih lama untuk elektrolisis, yaitu:

140
KIMIA INTI

Perubahan Inti dan Radioaktivitas

Kimia Inti

Persamaan Radioaktivi Aktivitas (A)


Einstein tas dan Intensitas
Energi Ikat Inti
ΔE=Δm.c2 Reaksi Inti & Pita Radiasi

Kestabilan

Penyetaraan Jenis-jenis
Reaksi Inti Reaksi Inti

Poin-poin penting:

1. Persamaan Einstein: massa vs energi

141
Hukum kekekalan massa-energi: jumlah semua energi dan semua massa materi (yang
diekspresikan dalam besaran energi yang ekuivalen) di alam semesta adalah konstan. Maka,
setiap adanya perubahan massa pada suatu proses terjadi pula perubahan energi:

Dengan c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s), = perubahan/defek massa (kg), dan =


perubahan energi (Joule)

2. Energi Ikat Inti dan pengaruhnya pada kestabilan

Inti atom terdiri dari proton-proton yang bermuatan positif, dan neutrun yang netral. Tetapi,
meskipun di dalam suatu inti atom terdapat beberapa proton yang bermuatan sama-sama positif,
proton-proton tersebut tidak saling menjauh/berpencar sehingga inti atom pecah akibat gaya
tolak- menolak antar sesama muatan positif. Mengapa? Karena adanya gaya/energi ikat inti.
Untuk memecah suatu inti atom menjadi partikel-partikel penyusunnya (nukleon a.k.a proton
dan neutron), diperlukan energi sebesar energi ikat inti. Energi yang diperlukan untuk memecah
satu nukleon dari inti atom disebut energi ikat per nukleon. Semakin besar nilai energi ikat
per nukleon suatu inti, maka semakin stabil inti tersebut di alam.

Cara menghitung energi ikat inti:

Dari reaksi pemecahan inti atom: , maka

142
Dengan = massa nukleon – massa inti atom.

Contoh soal: Massa atom adalah 55,9349 sma, massa neutron = 1,00866 sma, massa proton =

1,00728, dan massa elektron = 5,486 x 10-4 sma. Hitunglah energi ikat inti dan energi ikat per nukleon
dari atom Fe!

Δm = 26(1,00728) + 30(1,00866) - 55,9206 sma = 0,5285 sma (x 1,6605.10-27 kg/sma)

E ikat = Δm.c2 = [0,5285 sma (x 1,6605.10-27 kg/sma)] x (3.108 m/s)2 = 7,887 x 10-11 J E ikat per
nukleon =

3. Reaksi Inti
3.1 Penyetaraan Reaksi Inti

Penyetaraan reaksi inti harus memenuhi dua aturan:

i. Jumlah nomor massa reaktan harus sama dengan jumlah nomor massa produk,
ii. Jumlah nomor atom (muatan) reaktan harus sama dengan jumlah nomor massa produk.

Lambang suatu inti atom mengikuti lambang atom yang bersesuaian dengan nomor atom inti
tersebut pada tabel periodik. Misal 13X = 13Al, karena pada tabel periodik, nomor atom 13 adalah Al.

143
LambangJ dan muatan beberapa partikel yang terlibat dalam reaksi inti dapat dilihat pada tabel berikut.

Nama Lambang Nomor atom/muatan Nomor massa


Partikel Alfa/inti Helium 2 4
Proton 1 1
Neutron 0 1
Elektron/beta atau -1 0
Positron +1 0
Gamma 0 0

3.2 Jenis Reaksi Inti

Terdapat setidaknya tiga jenis reaksi inti yang memiliki nama khusus, yaitu transmutasi inti, reaksi
fisi, dan reaksi fusi. Reaksi transmutasi inti adalah reaksi inti yang mengakibatkan terjadinya
perubahan jenis (lambang) inti atom. Contoh transmutasi inti (perubahan inti kobalt menjadi besi):

144
Reaksi fisi adalah reaksi pemecahan suatu inti atom menjadi beberapa inti atom lain yang lebih kecil.
Sementara reaksi fusi adalah reaksi penggabungan beberapa inti atom membentuk suatu inti atom
lain yang lebih besar. Contoh:

4. Radioaktivitas dan Pita Kestabilan

Di dalam inti atom, adanya sejumlah proton dalam volume inti yang kecil akan menyebabkan tolakan
antar muatan positif. Neutron membantu mengisolasi proton satu dengan yang lainnya, gaya/energi
ikat inti mengatasi tolakan tersebut. Inti menjadi tidak stabil jika terdapat perbed aan antara gaya
tolakan dan gaya ikat inti. Inti yang tidak stabil akan melalui peluruhan radioaktif.
Jumlah
neutron

Pita kestabilan adalah kumpulan titik koordinat


atom stabil yang ada di alam (membentuk pita)
pada koordinat jumlah proton (sumbu x) dan
jumlah neutron (sumbu y). Koordinat di
luar pita ini
merupakan daerah atom yang tidak stabil
(radioaktif).

Emisi positron
Emisi elektron

145
Radioaktivitas
adalah emisi
partikel dan atau
radiasi
Jumlah proton elektromagnetik
oleh inti atom
yang tidak
stabil dalam
upaya mencapai
bentuk yang lebih
stabil. Jenis
radioaktifitas
yang terjadi pada
inti radioaktif
bergantung pada
letak inti tersebut
dalam pita
kestabilan
(Gambar 8). Inti
radioaktif yang
berada di atas pita
kestabilan
memiliki neutron
berlebih,
sehingga untuk
mencapai
kestabilan, ia
akan cenderung
mengemisikan
elektron atau
mengemisikan
neutron.
Pita Kestabilan (diambil dari Brady, Chemistry 10th
edition)

Inti radioaktif yang berada di bawah pita kestabilan akan cenderung mengemisikan positron atau
mengemisikan proton untuk mengurangi kelebihan protonnya dan menjadi lebih stabil. Sementara
inti radioaktif yang memiliki nomor atom lebih (Z) dari 84 (di luar jangkauan pita kestabilan) akan
mengemisikan partikel alfa untuk mengurangi nomor massa dan nomor atomnya sekaligus. Berikut
jenis radioaktifitas:

a. Radiasi (emisi) partikel alpha


146
Jenis radioaktivitas ini diadopsi oleh inti dengan nomor atom lebih dari 83. Contoh reaksi radiasi
alfa:
255 4 251
Rf α
104 2  No
102

147
b. Radiasi (emisi) beta atau

Nukleus memancarkan sejumlah elektron (partikel beta). Partikel beta dihasilkan


dari pemecahan neutron ( ) menjadi proton ( ) dan elektron ( ).
Contoh: 234Th 0 β 234Pu 0 ν
90 1 91 0

c. Emisi positron atau

Inti radioaktif buatan biasanya mengemisikan positron. Positron terbentuk dari konversi proton
ke neutron.

d. Emisi tanpa melibatkan massa: radiasi gamma dan sinar-X

Radiasi gamma ( atau foton berenergi tinggi biasanya mengikuti radiasi alfa dan
beta. Gamma memiliki kecepatan, energi, dan kemampuan penetrasi yang tinggi. Sinar-X
biasanya diemisikan oleh radionuklida sintetik.

e. Emisi neutron

Contoh reaksi:

f. Penangkapan elektron

Contoh reaksi:

148
5. Aktivitas Radioaktif dan Intensitas Radiasi

Aktivitas radioaktif (A) merupakan istilah bagi laju peluruhan radioaktif, yang didefinisikan
sebagai jumlah disintegrasi (peluruhan) per detik. Satuan SI dari aktivitas adalah Becquerel
(Bq) yang setara dengan satu disintegrasi per detik. Satuan lainnya adalah Curie (Ci) dengan
1 Ci = 3,7 x 1010 Bq. Aktivitas radioaktif mengikuti persamaan laju orde satu (ingat bab
kinetika kimia) terhadap jumlah inti radioaktif/nuklida (N).

Persamaan laju reaksi orde satu: dengan

Persamaan laju peluruhan/Aktivitas: dengan

Dengan pengintegralan:

Waktu paruh vs konstanta laju:

(Ket: N0 = jumlah nuklida mula-mula, Nt = jumlah nuklida setelah waktu t, k = konstanta


laju, t =
waktu peluruhan, t1/2 = waktu paruh)

149
Intensitas radiasi (I) pada suatu tempat akan bergantung pada seberapa jauh jarak (d)
tempat tersebut dari sumber radiasi. Semakin jauh jarak, maka semakin kecil intensitas radiasi.

6. Dating

Dating atau penentuan umur suatu benda melalui pengukuran aktivitas radioaktif dilakukan
melalui prinsip/perhitungan aktivitas radioaktif:

Dengan mengukur aktivitas sampel yang ingin diketahui umurnya (N t) dan membandingkannya
dengan aktivitas sampel pada saat awal terbentuk (N 0) kemudian menghitung tetapan laju
dari waktu paruh radioaktif tersebut, umur sampel (t) dapat diketahui.

150
BANK SOAL KIMIA INTI

1. Radon, gas mulia yang bersifat radioaktif, merupakan masalah lingkungan pada
beberapa daerah. Terpaparnya tubuh oleh radon-222 dapat meningkatkan resiko terkena
kanker paru- paru. Radon merupakan pengemisi partikel alfa dengan waktu paruh
3,823 hari. Terpaparnya tubuh pada level 4 pCi per liter mengakibatkan resiko kematian
akibat kanker paru-paru sekitar 6,2% pada perokok dan 0,73% pada bukan perokok.
Diketahui udara di suatu perumahan memiliki aktivitas radioaktif sebesar 4 pCi/liter.
a. Berapa Bq (disintegrasi per detik) per liter aktivitas radioaktif di perumahan tersebut?

b. Berapakah nilai tetapan laju peluruhan Radon (dalam s-1)?

c. Berapa banyak atom 222Rn yang ada dalam setiap liter udara perumahan?
d. Jika perumahan tersebut memiliki penduduk sebanyak 1000 orang yang terdiri dari 500
orang perokok dan 500 orang bukan perokok, perkirakan banyaknya resiko kematian akibat
kanker paru-paru di perumahan ini.

2. Iodin-131 biasa digunakan untuk pengobatan penyakit Graves, yaitu penyakit pada
kelenjar tiroid. Jumlah 131I yang digunakan bergantung pada ukuran kelenjar tiroid pasien.
Jika dosis pemakaian 131I adalah 86 mikrocurie per gram kelenjar tiroid, dan dengan
asumsikan semua iodin yang diberikan akan terakumulasi pada kelenjar tiroid, maka:

a. Berapakah dosis aktivitas dari 131I yang harus diberikan pada pasien yang
memiliki
kelenjar tiroid seberat 15 gram?
b. Berapakah nilai konstanta laju peluruhan I-131 jika waktu paruhnya = 8,07 hari?

c. Berapa gram 131I yang harus diberikan?

3. Ion kompleks kromium (III) dengan ion oksalat dibuat dari K 2Cr2O 7 di mana
atom Cr di dalamnya adalah 51Cr dengan aktivitas spesifik 1000 cpm/gram (counts
per minute per gram), dengan asam oksalat H2C2O4 yang mengandung 14C dengan
aktivitas 333 cpm/gram. Kromium-51 meluruh dengan cara menangkap elektron dan

151
mengemisikan radiasi gamma, sedangkan karbon-14 adalah murni pengemisi partikel beta.
Gamma dan beta yang diemisikan dapat dideteksi masing-masing menggunakan detektor
sehingga jumlah masing- masing isotop dapat dihitung secara independen. Suatu sampel ion
kompleks diketahui memberikan deteksi gamma sebesar 147 cpm dan deteksi beta sebesar
60 cpm.

a. Hitunglah nilai aktivitas untuk tiap mol Cr dan aktivitas untuk tiap mol C2O42- !

b. Hitunglah jumlah mol Cr dan mol C2O 42- yang bereaksi satu sama lain!

c. Dari perbandingan mol Cr dan mol C2O42- , tentukanlah jumlah ion oksallat yang
terikat pada setiap ion Cr(III) dalam ion tersebut.

4. Iridium-192, radioaktif pengemisi


partikel beta, biasa digunakan dalam obat
untuk pengobatan beberapa jenis kanker. 192Ir digunakan dalam bentuk kawat yang
kemudian disematkan pada jaringan dekat tumor untuk rentang waktu tertentu, setelah itu
dilepaskan kembali. Kawat Ir-192 dilapisi dengan platina murni, dan biasanya dijual
menurut ukuran diameter dan jumlah radiasi yang dipancarkan. Suatu tipe kawat Ir-192
dengan panjang 140

152
mm memiliki aktivitas sekitar 30-130 MBq/cm. Diameter aktif kawat tersebut
(diameter iridiumnya) adalah 0,15 mm dan diameter luarnya (diameter platina) adalah 0,3
mm.
a. Berapa jumlah Ir-192 yang meluruh tiap detiknya di dalam kawat jika aktivitasnya
40
MBq/cm?
b. Jika kawat disematkan selama 40 jam, berapa banyak radiasi yang diserap oleh
tumor? (waktu paruh = 73,83 hari)
c. Dalam pengiriman, kawat Ir-192 disimpan dalam tabung timbal, mengapa?

5. Stronsium-90, suatu penggemisi beta, memiliki waktu paruh 28,1 tahun. Jika 36,2 mg
Sr-90 dimasukkan ke dalam tulang anak yang masih dalam masa pertumbuhan, berapa
banyak partikel beta yang diserap oleh anak tersebut yang bersumber dari stronsium selama
1 hari?

6. Ketika uranium-238 ditembak oleh suatu partikel, uranium dapat ter-transmutasi


menjadi plutonium-239 dan neutron. Partikel apakah yang menembak uranium? Berapa
banyak neutron yang diproduksi oleh setiap atom plutonium-239? Tuliskan reaksi nuklir
yang terjadi.

7. Seorang pekerja di suatu laboratorium secara tidak sadar terpapar sampel radioaktif
natrium iodida yang terbut dari iodin-131 (pengemisi beta dengan waktu paruh 8,07 hari).
Kelalaian ini baru disadari 28 hari setelah kejadian terpaparnya radioaktif, yang mana
aktivitasnya 35 x

10-5 Ci/g. Pekerja tersebut ingin mengetahui seberapa aktifkah sampel pada saat
waktu
kejadian terpapar. Hitung aktivitas dalam satuan Ci/g.

8. Sebuah alat yang besar dan kompleks memiliki sistem pendinginan yang mengandung
cairan pendingin dengan volume yang tidak diketahui. volume zat pendingin perlu diukur
tanpa mengeluarkannya dari alat. Oleh karena itu, pada zat pendingin ditambahkan 10 mL
metanol yang mana molekulnya mengandung atom C-14 yang memiliki aktivitas spesifik
(aktivitas per gram) sebesar 580 cpm/gram. Cairan pendingin dan metanol dibiarkan hingga
tercampur sempurna. Kemudian sampel pendingin diambil dan diukur aktivitasnya sebesar
29 cpm/gram. Hitunglah volume pendingin (mL) dalam sistem alat tersebut. Densitas
metanol =
0,792 g/mL, densitas pendingin = 0,884 g/mL.

153
9. Isotop Pr-145 meluruh dengan mengemisikan partikel-partikel beta dengan energi
masing- masing 1,8 MeV. Misalkan seseorang secara tidak sengaja menelan 1 mg isotop Pr
yang memiliki aktivitas spesifik 140 Bq/gram. Berapkah dosis energi yang terserap oleh
orang tersebut setelah selang waktu 10 menit yang berasal dari Pr-145 dalam satuan Gy dan
rad? Asumsikan semua prtikel beta diserap oleh badan orang tersebut, berat badan orang
= 70 kg, 1 Gy = 1 Joule/kg absorben, dan 1 rad = 100 Gy.)

10. Suatu jenis detektor asap komersial mengandung sejumlah radioaktif amerisium-241
(241Am) yang meluruh dengan menghasilkan partikel alfa. Partikel alfa mengionisasi
molekul di udara yang menyebabkan udara mengkonduksikan arus listrik. Ketika partikel
asap melewati detektor, konduktivitas udara berubah, kemudian alarm berbunyi.
a. Tuliskan persamaan reaksi untuk peluruhan dengan menghasilkan partikel alfa.
b. Peluruhan tuntas dari melibatkan produksi berturut-turut partikel α, α, β, α, α, β,
α, α, α, β, α, dan β. Inti stabil apakah yang dihasilkan dari rangkaian peluruhan ini?
c. Identifikasikanlah 11 inti intermediet yang terbentuk dalam rangkaian peluruhan.

154
11. Radioaktif Cu-64 meluruh dengan waktu paruh 12,8 hari. a. Berapakah nilai tetapak
laju peluruhan (k) dalam s-1?
b. Suatu sampel mengandung 32 mg Cu-64. Berapa banyak peluruhan yang akan
terjadi pada detik pertama? Asumsikan massa atom Cu-64 adalah 64.
c. Seorang kimiawan mendapatkan suatu sampel Cu-64 dan mengukur
radioaktivitasnya.
Dia kemudian menentukan bahwa untuk melakukan eksperimen pada radioaktif ini,
aktivitas sampel tidak boleh turun di bawah 20% dari nilai aktivitas awal. Berapa
lamakah dia harus menyelesaikan eksperimennya?

12. Di suatu pasar loak kamu menemukan suatu lukisan yang sangat menarik,
diselesaikan dengan gaya Rembrandt ala zaman “Dark Period” (1642-1672). Kamu
mencurigai bahwa lukisan ini bukanlah lukisan Reambrandt asli, kemudian kamu membawa
lukisan ini ke kampus untuk diuji. Kayu yang masih hidup memiliki aktivitas C-14 sebesar
15,3 cpm/gram. Lukisan tersebut memiliki aktivitas C-14 sebesar 14,8 cpm/gram. Apakah
lukisan ini lukisan asli Rembrandt? (Waktu paruh C-14 adalah 5730 tahun).

13. Hitunglah energi ikat inti dalam Joule/nukleon untuk Karbon-12 (massa atom 12,0000)
dan uranium-235 (massa atom 235,0439) jika diketahui massa atom adalah 1,00782 sma
dan massa neutron adalah 1,00866 sma. Inti atom yang paling stabil di alam semesta
adalah Fe-
56. Apakah energi ikat inti per nukleon daro Fe-56 akan lebih besar atau lebih kecil dari C-
12
atau U-235? Jelaskan.

14. Selama Perang Dunia II, tritium (3H) merupakan komponen dari jam yang
dapat berfluoresensi. Asumsikan kamu memiliki jam sejenis ini yang dibuat pada Januari
1944. Jika dibutuhkan minimum 17% dari jumlah tritium awal agar angka pada jam masih
dapat dibaca di ruang gelap, sampai tahun berapakah kamu dapat membaca waktu di jam
tersebut pada malam hari? (waktu paruh 3H = 12,3 tahun).

15. Reeaksi fusi yang paling mudah diinisiasi adalah:

Diketahui massa-massa atom yang terlibat dalam reaksi adalah sebagai berikut: 2,01410
sma; 3,01605 sma; 4,00260 sma, elekron 5,4858 x 10-4 sma, dan neutron

155
1,00866 sma. Hitunglah energi yang dihasilkan per satu inti He yang dihasilkan dan per mol
He yang dihasilkan.

16. Rasio massa Ar-40 terhadap K-40 dapat digunakan untuk menentukan umur dari
suatu material geologi. K-40 meluruh melalui dua macam proses:

a. Mengapa yang digunakan untuk penentuan umur adalah rasio Ar/K, bukan Ca/K?
b. Asumsi apakah yang harus dibuat apabila menggunakan teknik ini?
c. Suatu batu sedimen memiliki rasio Ar-40/K-40 = 0,95. Hitunglah umur dari batuan ini.
d. Bagaimanakah umur batuan yang terukur dibandingkan dengan umur asli batuan jika
sejumlah Ar-40 keluar dari sampel?

17. Proses fotosintesis dalam tumbuhan dapat direpresentasikan dengan reaksi di bawah ini:

156
18
Alga mbuh di dalam air yang mengandung
yang radioaktif 18 O (dalam b tu
gas oksigen dengan komposisi isotop yang sama dengan oksig
entuk H2 O)
umbuh di dalam air yang hanya mengandung 16O diberikan as
menghasilkan 18 18 en
g mengandung O, tidak ada O yang ditemukan pada gas
dalam air. Ketika alga t
Kesimpulan apakah tentang fotosintesis yang dapat diambil dari eks
upan karbon dioksida yan
oksigen yang dibebaskan.
perimen ini?

18. Untuk menentukan nilai Ksp dari Hg2I2, seorang kimiawan mengambil suatu sampel
padat Hg2I2 yang mana beberapa iodin yang terkandung di dalamnya merupakan radioaktif
I-131. Aktivitas Hg2I2 pada sampel adalah 5 x 1011 cpm per menit per mol I. Sejumlah
alam air, kemudian padatan Hg2I2 dibiarkan mencapai keadaa
Hg2i2 berlebih dilarutkan d
n setimbang dengannnya. Reaksi pelarutan Hg2 I2 adalah:
ion-io

150 mL sampel dari larutan jenuh diambil dan diukur aktivitasnya sebesar 33 cpm per
menit. Dari informasi ini, hitunglah nilai Ksp untuk Hg2I2.

19. Sumber yang paling besar dari radiasi alami adalah radon-222. 222Rn, produk
peluruhan dari
238U, terus-menerus terbentuk di dalam kulit bumi yang menyebabkan gas Rn merembes ke

lantai dasar bangunan. Karena 222Rn adalah penghasil partikel α dengan waktu paruh yang
relatif pendek yaitu 3,82 hari, 222Rn dapat menyebabkan kerusakan biologis ketika terhirup.

a. Berapa banyak partikel α dan partikel β yang dihasilkan ketika 238U meluruh
menjadi
222Rn? Inti apakah yang terbentuk ketika 222Rn meluruh?

b. Radon adalah gas mulia sehingga radon dapat melewati tubuh manusia dengan cepat.

Mengapa terhirupnya 222Rn oleh tubuh menimbulkan kekhawatiran?

157
c. Masalah lainnya yang berhubungan dengan 222Rn adalah peluruhan 222Rn
menghasilkan suatu padatan penghasil partikel α yang lebih potensial (t1/2 = 3,11
menit). Padatan apakah yang terbentuk? Tuliskan persamaan reaksi setara ketika spesi ini
meluruh menghasilkan partikel α! Mengapa padatan ini merupakan penghasil partikel α
yang lebih potensial dari radon-222?
d. U.S. Environmental Protection Agency (EPA) merekomendasikan radioaktivitas
222Rn

tidak boleh melebihi 4 pCi per liter udara (1 Ci = 1 curie = 3,7 x 10 10 peluruhan per detik;

1 pCi = 1 x 10-12 Ci). Konversikanlah 4 pCi per liter udara ke dalam konsentrasi Rn-
222 dalam satuan jumlah atom Rn per liter udara dan jumlah mol Rn per liter udara.

20. Karbon-14, isotop karbon yang radioaktif, seringkali digunakan untuk menentukan
umur suatu sampel geologi dan arkeologi. Waktu paruh 14C adalah 5730 tahun,
tetapi dalam perhitungan umur sampel, digunakan nilai waktu paruh yang berbeda yaitu
5568 tahun. 14C dihasilkan dari nitrogen di atmosfer yang terkena sinar kosmik. Inti ini
biasa terdapat dalam tanaman dan hewan melalui fotosintesis dan rantai makanan.
Radiokarbon yang terdapat dalam organisme hidup memiliki aktivitas yang hampir selalu
konstan yaitu 230 Bq per kg karbon. Seelah organisme mati, jumlah 14C dalam makhluk
hidup mulai berkurang.
a. Tuliskan reaksi setara untuk pembentukan dan peluruhan dari C-14.

158
b. Aktivitas radiokarbon di dalam sampel pakaian dari piramida Mesir memiliki
aktivitas
480 disintegrasi per jam per gram karbon. Berapakah umur pakaian tersebut?
c. Di dalam piramida lain, ditemukan suatu bubuk putih yang ternyata adalah Penicillin
V

murni. Setelah dilakukan pengukuran spektrometri massa, terukur rasio 14C/12C sebesar

6 x 10-13. Tentukanlah umur dan tanggal produksi dari serbuk ini.

159
JAWABAN SOAL KIMIA INTI

1. 1 Ci = 3,7 x 1010 Bq

a. Aktivitas (Bq/liter) =
b. Tetapan laju,

c. A = k.N

d. Resiko kematian pada perokok = 6,2% x 500 orang = 31 orang


Resiko kematian pada bukan perokok = 0,73% x 500 = 3,65 ≈ 4 orang
2. Iodin-131 a.

b. Tetapan laju,

c. A = k.N

3. Aktivitas Cr-51 dalam K2Cr2O7 adalah 1000 cpm/gram, dan aktivitas C2O42- dalam
H2C2O4

160
adalah 333 cpm/gram.
a.
Unruk Cr:

Dalam 1 mol terdapat 2 mol Cr

Untuk C2O42- : Dalam 1 mol H2C2O4 terdapat 1 mol C2O 42-

b.

c. mol 0,001 : 0,002 = 1 : 1


Jumlah ion oksalat yang bereaksi pada tiap ion Cr adalah 2 .

4. Panjang kawat = 150 mm = 15 cm, aktivitas kawat = 40 MBq/cm

161
a. A = 40 MBq/cm x 15 cm = 600 MBq = 6 x 108 Bq = 6 x 108 Ir meluruh tiap detiknya.
b. 40 jam = 40 x 3600 detik = 144.000 detik

Waktu paruh = 73,83 hari = 73,83 x 24 x 3600 detik = 6,38 x 10 6 detik

Jumlah Ir yang meluruh selama 40 jam =

Jumlah radiasi yang terserap = peluruhan.


c. Pb dapat menyerap partikel beta yang diemisikan Ir sehingga radiasi tidak dapat
keluar dari tabung.

5. t ½ = 28,1 tahun = 28,1 x 365 hari = 10.256,5 hari tetapan laju, k = In 2/t ½ = 6,76 x 10-
5 per hari

jumlah atom Sr awal =

setelah 1 hari:

6.
Nomor atom bertambah 2 angka dan nomor massa meningkat lebih dari atau sama dengan

162
2 poin dengan ditembaknya U oleh partikel X. Partikel X tidak mungkin elektron
atau positron karena keduanya tidak akan merubah nomor massa. Tidak mungkin pula
neutron karena nomor atom berubah. Jika X adalah proton, maka perlu ditembakkan 2 buah
proton, dan dihasilkan 1 buah neutron. X dapat pula partikel alfa, dan hanya 1 partikel alfa
saja yang perlu ditembakkan. Karena yang ditembakkan kemungkinan besar hanya 1 buah
partikel, maka partikel yang ditembakkan adalah alfa.

3 neutron dihasilkan oleh tiap atom Pu yang dihasilkan.

7. Ditanyakan aktivitas awal sampel.

8. Massa metanol = ρ x V = 0,792 g/mL x 10 mL = 7,92 gram Aktivitas total awal = 580
cpm/gram x 7,92 gram = 4593,6 cpm Aktivitas campuran pendingin dan metanol = 29
cpm/gram
Massa pendingin + metanol =

163
Massa pendingin = massa pendingin campur metanol – massa metanol = 158,4 – 7,92 =
150,48 gram

9. Aktivitas 1 mg (0,001 g) isotop Pr = 0,001 g x 140 Bq/g = 0,14 Bq


Tidak ada data waktu paruh maka asumsikan saja aktivitasnya (laju peluruhan) konstan. Maka
setelah 10 menit (600 detik) akan terjadi peluruhan sebanyak:
Jumlah peluruhan = A x t =0,14 pel/detik x 600 detik = 84 peluruhan
Dari 84 peluruhan, akan dihasilkan 84 partikel beta dengan energi total: E = 84 x 1,8 MeV = 151,2 MeV
= 2,4192 x 10-11 Joule

10. Am memancarkan partikel alfa atau Helium

Intermediet yang terbentuk antara lain:

164
11. Waktu paruh = 12,8 hari = 12,8 x 24 x 3600 detik = 1.105.920 detik a.

b.

Jumlah atom Cu =
=

Banyak peluruhan pada detik pertama = peluruhan. c. Aktivitas akhir (maksimum


turun 20% dar aktivitas awal) = 80% A0

165
12. Kita harus mengetahui berapa lama C-14 dalam lukisan telah meluruh.

Sekarang adalah tahun 2013.

Tahun pembuatan lukisan = 2013 – 274,7 tahun = sekitar tahun 1738

Lukisan tersebut dibuat setelah Dark Period berakhir.

13. C-12 terdiri dari 6 elektron, 6 proton, 6 neutron. H-1 terdiri dari 1 elektron dan 1
proton. U-
235 terdiri dari 92 proton, 92 elektron, dan 143 neutron.

Untuk C-12, Δm = 6mp + 6me + 6mn – matom = 6mH + 6mn – matom = 6(1,00782) +
6(1,00866) –

12,000 sma = 0,09888 sma x 1,6605.10-27 kg/sma = 1,6419.10-28 kg

Energi ikat inti = 1,6419.10-28 kg x (3.108 m/s)2 = 1,478.10-11 Joule

E ikat per nukleon =

166
Untuk U-235, Δm = 92mp + 92me + 143mn – matom = 92mH + 143mn – matom =
92(1,00782) +

143(1,00866) – 235,0439 sma = 1,91392 sma x 1,6605.10-27 kg/sma = 3,178.10-27 kg

Energi ikat inti = 3,178.10-27 kg x (3.108 m/s)2 = 2,86.10-10 Joule

E ikat per nukleon =

Fe adalah inti atom yang paling stabil sehingga energi ikat intinya(1.408 × 10-12
J/nucleon)
lebih besar dibandingkan energi ikat atom yang lainnya.

14. ,t=?

Awal beli = Januari 1944


Akhir tritium terbaca = Pertengahan Juni 1975

15. Δm = m produk – m reaktan = m.He + m.n – (m.H-2 + m.H-3) = 4,0026 + 1,00866 –


(2,0141 +

3,01605) sma = -0,01889 sma 1,6605.10-27 kg/sma = -3,1367.10-29 kg

Energi = Δm.c2 = -3,1367.10-29 kg x (3.108 m/s)2 = -2,823.10-11 Joule/1 inti He

Energi = -2,823.10-11 Joule/1 inti He x 6,02.1023 inti/mol = -1,7.1012 J/mol

167
16. K meluruh menjadi Ar,

a. Karena sumber Ca tidak hanya berasal dari peluruhan K saja, tapi banyak sumber lain.
b. Peluruhan K adalah satu-satunya sumber adanya atom Ar, dan tidak ada Ar yang
hilang sepanjang tahun.
c. Rasio massa Ar/K=0,95

Karena semua Ar bersumber dari K yang meluruh, maka jumlah K yang telah meluruh
menjadi Ar adalah 0,95 gram. Jumlah K yang meluruh menjadi Ar hanyalah 10,7% dari
total K yang meluruh. Jadi, total jumlah K yang meluruh =

Total massa K pada saat awal batuan terbentuk = massa K yg telah meluruh + massa K
yang masih tersisa =

d. Jika sebagian Ar terlepas dari batuan sehingga jumlahnya tidak terukur (yang
terukur lebih kecil dari seharusnya), maka hasil umur batuan yang dihitung akan lebih muda
dari umur seharusnya.
17. Jika ari mengandung radioaktif, oksigen yang dihasilkan akan mengandung
radioaktif.
Namun ketika CO2 yang mengandung radioaktif, oksigen tidak mengandung radioaktif.
Hal ini memberi informasi bahwa atom oksigen yang membentuk gas oksigen berasal
dari air
(H O), bukan berasal dari CO .
2 2

18.

168
19. Peluruhan Uranium dan Rn.
a. ; dihasilkan 4 partikel α dan 2 partikel β.
; inti yang terbentuk adalah Po-218.
b. Partikel alfa menyebabkan kerusakan yang signifikan pada jarungan makhluk
hidup apabila partikel ini berhasil masuk ke dalam tubuh. Karena waktu paruh Rn
relatif singkat, dapat terbentuk partikel alfa yang cukup banyak meskipun Rn masuk ke
dalam paru-paru dalam waktu yang singkat.

169
c. Rn meluruh menghasilkan padatan Polonium-218. Reaksi peluruhan
polonium menghasilkan partikel alfa: . Po berbentuk padatan
sehingga Po akan terperangkap di dalam paru-paru Rn dalam paru-paru meluruh. Waktu
paruhnya yang jauh lebih pendek dari Rn akan menyebabkan produksi partikel alfa
yang lebih rapid, sehingga mempercepat kerusakan jaringan tubuh (lebih signifikan dari
Rn).
d. A = k.N, dengan k =

20. C-14 dalam piramid a.


b. Umur pakaian = t

c. Jumlah 14C = N
Pada organisme hidup: A0 = 230 Bq/kg

170
Serbuk diproduksi sekitar tahun = 2013-5568=-3555, yaitu sekitar tahun 3555 SM (sebelum
masehi).

171
KIMIA ORGANIK

172
Kimia Organik

173
Senyawa (Tata nama dan Struktur) Isomer
Reaksi Kimia Organik
Makromolekul
Sintesis dan Retrosintesis

1. Senyawa
1.1 Hidrokarbon
Senyawa yang tersusun oleh hanya dua atom, yaitu karbon dan hidrogen.
1.1.1 Hidrokarbon Jenuh
Alkana merupakan suatu senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki rumus empiris,
CnH2n+2. Senyawa alkana berdasarkan jumlah karbonnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Senyawa Alkana

Rumus Molekul Nama Senyawa


CH4 Metana
C2H6 Etana
C3H8 Propana
C4H10 Butana
C5H12 Pentana
C6H14 Heksana
C7H16 Heptana
C8H18 Oktana
C9H20 Nonana
C10H22 Dekana
Beberapa struktur molekul dari senyawa-senyawa alkana tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.1 di bawah ini.
H H C
H
H H

174
H H C H
H H
C C
H C H
H
C
H H
H H H
Propana
Metana Etana
Gambar 1.1 Struktrur senyawa alkana

1.1.2 Hidrokarbon Tak Jenuh

175
Ada dua jenis senyawa hidrokarbon tak jenuh yaitu alkena dan alkuna. Perbedaan kedua
senyawa tersebut dapat dilihat dari jumlah hidrogen dan jenis ikatan rangkapnya. Alkena
memiliki rumus empiris CnH2n , sedangkan alkuna CnH2n-2 . Senyawa alkena dan
alkuna memiliki tata nama yang sama dengan alkana, tetapi memiliki akhiran yang berbeda.
Alkana memiliki akhiran –ana, alkena dengan akhiran –ena, dan alkuna dengan akhiran –
una. Berikut rumus molekul berserta nama senyawanya dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Rumus molekul senyawa alkena dan alkuna


Rumus Molekul Nama Senyawa
C 2 H2 Etuna
C 3 H4 Propuna
C 4 H6 Butuna
Rumus Molekul Nama Senyawa
C 5 H8 Pentuna
C2H4 Etena
C6H10 Heksuna
C3H6 Propena C7H12 Heptuna
C4H8 Butena C8H14 Oktuna
C5H10 Pentena
C9H16 Nonuna
C6H12 Heksena
C10H18 Dekuna
C7H14 Heptena
C8H16 Oktena
C9H18 Nonena
C10H20 Dekena

Beberapa contoh struktur senyawa untuk senyawa alkena dan alkuna dapat dilihat pada
Gambar 1.2 sebagai berikut:
H

C C CH3
C H H3C C
H
H

Etena Butuna
Gambar 1.2 Struktur senyawa alkena dan alkuna

176
1.2 Siklik
Senyawa siklik masih tergolong ke dalam jenis senyawa hidrokarbon, tetapi yang
membedakannya adalah struktur senyawa berbentuk siklik. Senyawa siklik ini memiliki
rumus empiris, CnH2n. Nama senyawa ini diawali dengan kata siklo, misalnya siklopropana,
siklobutana, siklopentana, dan sikloheksana. Beberapa struktur senyawa siklik dapat dilihat
pada Gambar 1.3 di bawah ini.

177
siklopropana siklobutana siklopentana sikloheksana
Gambar 1.3 Struktur senyawa siklik

1.3 Aromatik
Benzena merupakan senyawa aromatik yang memiliki rumus molekul C6H6. Beberapa
senyawa aromatik lain beserta strukturnya dapat dilihat pada Gambar 1.4 di bawah ini.
O

CH3 C
H

Benzena Toluena Benzald ehida

O O

C OH C
CH3 OH

Asetof enon Fenol Asam Benzoat


O

178
NO2 NH2
C
O

CH3
Nitrobenzena Ani Metil Benzoat
lina
Gambar 1.4 Struktur senyawa aromatik
Adapun pengarah orto, meta, dan para pada senyawa aromatik ditunjukkan pada
Gambar 1.5 di bawah ini.
X

X X

Y Y Y

orto- meta- para-


Gambar 1.5 Senyawa aromatik orto, meta, dan para

1.4 Alkohol dan Eter


Alkohol dan eter memiliki rumus empiris yang sama, tetapi memiliki gugus fungsi dan
sifat kimia yang berbeda. Rumus empiris untuk alkohol dan eter adalah CnH2n+2O.
Alkohol memiliki gugus fungsi R-OH, sedangkan eter memiliki gugus fungsi R-O-R’.
Sifat

179
kimia alkohol dan eter berbeda, misalnya dari kepolaran. Alkohol memiliki kepolaran yang
lebih polar dibandingkan eter karena eter merupakan suatu senyawa yang non -polar.
Alkohol dan eter memiliki tata nama yang berbeda, alkohol memiliki tata nama dengan
akhiran –ol, sedangkan eter memiliki tata nama “aloksi alkana” atau “alkil eter”. Beberapa
contoh struktur senyawa alkohol dan eter dapat dilihat pada Gambar 1.6 di bawah
ini.
CH3 CH
3

H2 H2
H2 CH HO C C
CH
C H CH3 H 3C CH3
OH C O
H 3C C H2

CH
3

Propanol 3,4- dimetilpentan-2-ol Etoksi Etana

Gambar 1.6 Struktur senyawa alkohol dan eter

1.5 Aldehida dan Keton


Aldehida dan keton memiliki rumus empiris yang sama (CnH2nO), tetapi gugus fungsi
berbeda. Aldehida memiliki gugus fungsi R-CHO, sedangkan keton memiliki gugus fungsi R-
CO-R’. Beberapa struktur senyawa aldehida dan keton dapat dilihat pada Gambar 1.7 di
bawah ini.
CH 3 O H2
O H2

C
C
H2 CH C H3 CH3
C C
C C
H3 C H
C H2
H 3C C
O
H H2

180
butiraldehida 3-metilbuta nal pentan- 3-on

Gambar 1.7 Struktur senyawa aldehid dan keton

1.6 As. Karboksilat dan Ester


Asam karboksilat dan ester memiliki rumus empiris CnH2nO2. Kemudian asam karboksilat
memiliki gugus fungsi R-COOH, sedangkan ester memiliki gugus fungsi R-COO-R’. Beberapa
struktur senyawa asam karboksilat dan ester dapat dilihat pada Gambar 1.8 di bawah ini.
O O O CH3

H2 C CH C
H3C C CH3 O
C C
H3C H2
C OH C O H2
H 3C H2 CH3

asam butirat metil isopropil propionat


propionat
Gambar 1.8 Struktur senyawa asam karboksilat dan ester

Adapun turunan asam karboksilat yang lain, yaitu asam anhidrida dan asil halida. Struktur
kedua senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.9 di bawah ini.

181
O O O

H 3C O CH3 H3C Cl

Asil klorida
Anhidrida asetat
Gambar 1.9 Struktur senyawa turunan asam karboksilat

1.7 Amina
Amina merupakan senyawa yang tersusun dari atom hidrogen, karbon, dan nitrogen. Amina
memiliki gugus fungsi, R-NH2. Ada tiga jenis amina, yakni amina primer, sekunder, dan
tersier. Ketiga senyawa tersebut dibedakan dari jumlah hidrogen yang terikat pada atom
nitrogen, gugus fungsi amina. Struktur molekul ketiga senyawa amina tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.10 di bawah ini.

NH2 N
H

Etanamin N -metiletanamin N ,N -
dimetiletanamin
Gambar 1.10 Struktur senyawa amina

1.8 Amida
Amida memiliki gugus fungsi R-CO-NH2 . Ikatan amida dalam suatu poli-asam amino disebut
ikatan peptida. Beberapa struktur senyawa amida dapat dilihat pada Gambar 1. 11 di bawah ini.
O O O

CH3
CH3

H 3C NH2 H3C H3C N


NH

182
CH3

N - metilasetamida N ,N -dimetilasetamida
Asetamida Gambar 1.11 Struktur senyawa amida

2. Isomer
Suatu senyawa yang berbeda (sifat fisik dan kimia), tetapi memiliki rumus molekul yang
sama.
2.1 Konstitusional Isomer
Isomer yang atom-atomnya mempunyai struktur berbeda. Salah satu contoh
konstitusional isomer adalah untuk senyawa isobutana dengan butana.
2.2 Stereoisomer
Isomer yang mempuyai struktur sama, tetapi memiliki penataan atom dalam ruang yang
berbeda. Stereoisomer dibagi menjadi dua bagian, yaitu enantiomer dan diastereomer.
2.2.1 Enantiomer

183
Senyawa stereoisomer yang dapat dicerminkan. Contoh senyawa enantiomer dapat dilihat
pada Gambar 2.1 di bawah ini.

F Cl Cl F

Br CH3 H3C Br

Gambar 2.1 Senyawa enantiomer

2.2.2 Diastereomer
Senyawa stereoisomer yang tidak dapat dicerminkan. Contohnya pada senyawa isomer ikatan
rangkap cis- dan trans- (Gambar 2.2a) dan senyawa isomer sikloalkana cis- dan trans-
(Gambar 2.2b).

(a)

(b)
Gambar 2.2 Struktur senyawa isomer cis- dan trans- (a) ikatan rangkap, (b) sikloalkana

184
3. Reaksi
3.1 Asam – Basa Lewis
Reaksi yang terjadi berdasarkan perpindahan pasangan elektron bebas dari suatu basa lewis
(nukleofil) ke suatu asam lewis (elektrofil) membentuk suatu ikatan baru, sehingga
menyatukan dua molekul menjadi satu senyawa baru. Kemudian, reaksi asam-basa lewis ini
dibagi menjadi tiga, yaitu reaksi substitusi, adisi, dan eliminasi.
3.1.1 Substitusi
Reaksi yang terjadi dengan adanya pertukaran atom (nukleofil) antara dua molekul
menghasilkan senyawa baru. Contoh reaksi substitusi dapat dilihat pada Gambar 3.1 di
bawah ini.

185
Gambar 3.1 Reaksi substitusi

3.1.2 Adisi
Reaksi yang terjadi dengan adanya penambahan atom/gugus fungsi ke dalam suatu molekul
menghasilkan senyawa baru. Ada dua jenis adisi yaitu adisi Markovnikov dan Anti-
Markovnikov, yang membedakan keduanya adalah dari jenis reagen yang digunakan. Jika tanpa
reagen peroksida, maka reaksi akan berlangsung sesuai aturan Markovnikov, dimana hidrogen
akan masuk (adisi) ke karbon yang mempunyai paling banyak hidrogen. Contoh
reaksi adisi dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini.
H 3C H3C

+ HBr CH CH3
HC
CH2

Br

Adisi Markovnik
ov
H3C Br
H 3C

H2O2

HC CH2 + HBr CH CH2

Adisi Anti-Markovnikov
Gambar 3.2 Reaksi adisi Markovnikov dan Anti-Markovnikov

186
3.1.3 Eliminasi
Reaksi yang terjadi dengan adanya pelepasan (eliminasi) dua atom dari suatu senyawa
menghasilkan senyawa baru. Ciri-ciri suatu reaksi eliminasi ditandai oleh adanya reagen asam
kuat pekat dan panas (kalor). Contoh reaksi eliminasi dapat dilihat pada
Gambar 3.3 di bawah ini.
H3C H3C

pana
s
H2C CH 2 + H2SO4 C CH2

OH H

Eliminasi
Gambar 3.3 Reaksi eliminasi

3.2 Oksidasi – Reduksi


3.2.1 Oksidasi
Reaksi yang terjadi dengan adanya peningkatan biloks atau bertambahnya atom oksigen
pada senyawa baru yang dihasilkan dari reaksi oksidasi ini. Beberapa reagen

187
2-
oksidator yang biasa dipakai dalam reaksi oksidasi, diantaranya KMnO 4 , , OsO 4 , O3
Cr2O 7 ,
dan PCC. Contoh reaksi oksidasi dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4 Reaksi oksidasi

3.2.2 Reduksi
Reaksi yang terjadi dengan adanya penurunan bilangan oksidasi atau bertambahnya atom
hidrogen pada senyawa baru yang dihasilkan. Contoh reaksi reduksi dapat dilihat pada Gambar
3.5 di bawah ini.

Gambar 3.5 Reaksi reduksi

3.3 Radikal
Reaksi yang terjadi melalui tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi. Contoh reaksi radikal dapat
dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.
Inisiasi
Cl Cl 2 Cl

188
Propagasi

H3C H + Cl CH3 + H Cl
CH3 + Cl Cl H3C Cl + Cl

Terminasi

CH3 + Cl H3
C Cl
H3
CH3 + CH3
C
CH3

Cl + Cl Cl Cl
Gambar 3.6 Reaksi radikal

189
4. Makromolekul
4.1 Karbohidrat
4.1.1 Monosakarida
Dalam senyawa monosakarida ada dua bentuk yaitu aldosa dan ketosa. Bentuk aldosa
ditandai dengan adanya gugus aldehida, sedangkan ketosa ditandai dengan adanya gugus keton.
Dalam pembahasan ini, hanya akan dibahas tiga senyawa monosakarida yaitu glukosa,
frukstosa, dan galaktosa. Struktur ketiga senyawa tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
H O H OH H O

HO H HO H
H OH O H OH
H OH HO H HO H
H OH H OH H OH
H OH

D-GlukosaH OH H D-Fruktosa
OH H D-Galaktosa
OH
Gambar 4.1 Struktur senyawa monosakarida

4.1.2 Disakarida
Ada tiga senyawa disakarida, yaitu maltosa (glukosa + glukosa), sukrosa (fruktosa +
glukosa), dan laktosa (galaktosa + glukosa). Struktur ketiga senyawa tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.2 di bawah ini.
O HO

OH OH OH
HO

HO O OH

190
O OH HO
HO
OH

O
O
O H
HO

HO
O H

OH
maltosa sukrosa
HO

HO O OH

HO OH O OH

OH

OH
laktosa
Gambar 4.2 Struktur senyawa disakarida
191
4.1.3 Polisakarida
Ada tiga senyawa polisakarida, yaitu amilosa, glikogen, dan selulosa. Ketiga struktu r senyawa
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

192
Gambar 4.3 Struktur senyawa polisakarida

4.2 Lipid
4.2.1 Trigliserida
Trigliserida merupakan senyawa hidrofobik (tidak larut dalam air). Adapun struktur senyawa
dan reaksi hidrolisis trigliserida dengan enzim lipase menghasilkan gliserol dan asam
lemak dapat dilihat pada Gambar 4.4, sedangkan reaksi penyabunan trigliserida dapat dilihat
pada Gambar 4.5 di bawah ini.

193
Gambar 4.4 Reaksi hidrolisis trigliserida

Gambar 4.5 Reaksi saponifikasi (penyabunan)

4.2.2 Asam Lemak


Ada dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Kedua jenis
asam lemak ini memiliki perbedaan dalam titik leleh. Titik leleh asam lemak jenuh sangat
tinggi dibandingkan titik leleh asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, asam lemak jenuh
berfasa padat, sedangkan asam lemak tak jenuh berfasa cair dalam suhu kamar. Hal tersebut
disebabkan oleh interaksi antarmolekul (Van der Walls) senyawa asam lemak jenuh yang jauh

194
lebih kuat dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh. Berikut beberapa struktur senyawa
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang diperlihatkan pada Gambar 4.6 di bawah ini.

195
Asam Lemak Jenuh

O OH

Asam Miristat
O OH

Asam Palmitat

Asam Lemak Tak Jenuh

OH

196
Asam Oleat
Gambar 4.6 Struktur senyawa asam lemak jenuh dan tak jenuh

4.2.3 Terpenoid
Senyawa yang memiliki jumlah karbon dalam kerangka senyawanya sebanyak 5, 10,
15, 20, dan 30. C5 , himeterpen atau satu unit isopren memiliki satu kepala dan satu ekor.
Adapun C10 , C15 , C20 , dan C30 secara berurutan disebut monoterpen,
seskuiterpen, diterpen, dan triterpen. Senyawa terpen atau terpenoid ini biasa ditemukan dalam
suatu tumbuhan, contohnya senyawa β-karoten (C40). Struktur senyawa-senyawa terpenoid
dapat dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini.

197
198
Gambar 4.7 Struktur senyawa terpen

4.2.4 Steroid
Steroid merupakan senyawa jenis lipid yang berperan sebagai biological regulators. Steroid
memiliki struktur yang khas dengan empat cincin, yang terdiri dari tiga cincin siklik enam dan
satu cincin siklik lima. Contoh beberapa senyawa yang termasuk ke dalam steroid, diantaranya
kolesterol, testosteron, progesteron, androsteron, dan ergosterol yang dapat berubah menjadi
vitamin D2 untuk pertumbuhan tulang. Struktur senyawa-senyawa steroid tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.8 di bawah ini.

199
200
Gambar 4.8 Struktur senyawa steroid

4.3 Protein (Asam Amino)


Asam amino merupakan suatu monomer dari protein (polipeptida). Struktur senyawa
asam amino terdiri dari gugus asam karboksilat, amina, karbon khiral, dan gugus samping (R)
yang bisa dalam bentuk alifatik, aromatik, asam (karboksilat), dan basa (amina). Bentuk
struktur senyawa asam amino, polipeptida, dan zwitter ion dapat dilihat pada Gambar 4.9 di
bawah ini.

201
H

H2N COOH

Asam Amino
H O H O H O H O H O

H2N C N C N C N C
C N

OH H R5
R1 H R2 H H
R3 R4

Polipeptida

Gambar 4.9 Struktrur senyawa asam amino, polipeptida, dan zwitter ion

4.4 Basa Nitrogen


Purin (adenin dan guanin) memiliki dua cincin siklik (siklik lima dan siklik enam), sedangkan
pirimidin (sitosin dan timin) hanya memiliki satu cincin siklik (siklik enam). Struktur senyawa
dari purin dan pirimidin dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini.

202
Gambar 4.10 Struktur senyawa purin dan pirimidin

203
BANK SOAL KIMIA ORGANIK

1. Berikan nama senyawa-senyawa berikut sesuai dengan tata nama IUPAC !


a.
CH3 H2 CH3
C

H 3C

CH3

H 3C CH2

H3C

b.
H 3C CH3 H3C

CH3

CH 3

c.

CH3

H3C

204
CH3

CH3

d.

e.
OH

NH2

f.

205
H 3C
OH

CH 3

H 3C

CH3

g.

h.

H
i.
O

206
j.
O

OH

k.
O

l.

207
N

m.
O

NH

2. Sebutkan dan gambarkan isomer senyawa berikut !


a. C5H12
b. C4H10O c. C3H6O d. C4H8O2

3. Manakah senyawa-senyawa berikut yang memiliki stereoisomer (enansiomer dan


diastereomer) !
CH3 CH3

H OH HO H

Br H H Br

208
a. CH3
CH3

CH3 CH3

H OH HO H

H OH HO H

b. CH3
CH3

209
CH3 CH3

H Br H Br

H OH HO H

c. CH3
CH3

4. Tuliskan produk-produk senyawa yang dihasilkan dari reaksi berikut !


a.

KMnO4

dingin

KMnO4

panas

b.

210
H2

Pt

c.

CH3
OH

H3C HCl
CH
3

CH3

d.

211
CH3

Cl NaOH

e.

Br2

f.
O

OH-

H2O

H
g.

H2SO 4

OH

212
h.

t-BuOH

OH
i.
O

CH3 LiAlH4

j.

213
OH
OH

CH3

H+

CH3

k.

OH- PCC
Cl

l.

Cl OH- K2Cr2O7

214
m.
O

Cl OH-

H2O

n.
O OH

OH

H+ / H2O

o.

215
NH3

Cl

p.
O
NH2

OH

q.
Cl

HNO 2

H2SO 4

OH
H 3C OH

H+
H

216
O

NH2

[O] Cl2

FeCl3

5. Berapa jumlah asam amino yang terdapat pada polipeptida berikut, lingkari dan beri
keterangan gugus-gugus yang bersifat netral, asam , dan basa pada senyawa polipeptida berikut
!

217
H O H O H O H O H
O

H2N N N N
N OH

H H H H H

CH2 CH CH CH2
2 2

OH C O

N OH
NH

OH
6. Sarankan sintesis untuk produk senyawa-senyawa berikut !
a. Parasetamol
HO
O

NH
b. Ibuprofen

HO

218
O

c. Aspirin
O

OH

d. Parasetamol + ibuprofen

219
JAWABAN SOAL KIMIA ORGANIK

1.

a. 4,6-dietil-2,3-dimetiloktana b. (Z)-3,6,8-trimetilnon-3-ena
c. 3-isopropil-5-metilheks-1-una

d. sec-butilsikloheksana e. m-aminofenol
f. 4,5-dimetilheptan-3-ol g. 2-etoksi-3-metilbutana h. 3-etilpentanal
i. 2,5-dimetilhexan-3-on

j. asam-2,3-dimetilpentanoat k. etil 2-metilbutanoat


l. 3-etil-N,N-dimetilpentan-2-amina

m. N-etil-2-metilbutanamida

2.

a. C5H12
Ada 3 isomer.

220
b. C4H10O
Ada 7 isomer, 4 senyawa alkohol dan 3 senyawa eter. c. C3H6O
Ada 2 isomer, satu senyawa aldehida dan satu senyawa keton.
d. C4H8O 2
Ada 4 isomer, dua senyawa asam karboksilat dan dua senyawa ester.

221
3. a. Enantiomer b. Mesomer (Diastreomer) c. Diastereomer

4. a.

OH
O O
+

(i) OH (ii) H

b.

CH3 Cl

H3C CH3

c. CH3

222
CH3

OH

d.

Br

e. Br

223
CH3 O

f. H3C OH

CH3

g. CH3
H 3C

CH3

h. CH3
H 3C

OH

224
CH 3

i.

CH3

j. CH3

225
H

HO

k. O

HO O

l.

OH

226
m.

n.

NH2

o.

227
O

NH

p.

q.

Cl

(i) NO2

O CH3

228
(ii) O

NO 2

NO 2

(iii) Cl

5. Warna merah : Asam Warna biru : Basa Warna kuning : Netral


Kotak hitam garis putus-putus : Ikatan peptide (ada 4 ikatan peptide = 5 asam amino)

229
H O H O H H O H O
O

H2N N N N
N O H

H H H H H

CH2 C C CH2
H2 H2

OH C O

N OH
NH

OH

6.
a.
HO
HO

HNO 2 LiAlH4
H2SO 4

O NO
2

230
HO HO
O Cl

NH 2 NH

b.

HO
Cl
HO

AlCl3 O

c.

231
O

OH O O
O

OH O
O
H3PO 4

O
OH

d.

HO

O HO

N OH

O
O

232
NH O

233

Anda mungkin juga menyukai