Non elektrolit
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya),
tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya berukuran sama
(baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa
berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
➢ Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
➢ Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
Contoh soal:
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:
❖ Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, larutan
dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer, massa larutan
sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis pelarutnya.
Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada beberapa proses
melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat-zat
cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala
perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2 H5 - OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap
kelarutan. Contohnya CH3 Cl (polar) dengan CCl4 (non-polar). Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam
zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut
menyelimuti (mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan-cairan dipengaruhi juga oleh
ikatan Hidrogen.
Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar
molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non-polar (sedikit
polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.
Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non-
polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).
Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:
a) Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas
dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
b) Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat
mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan
kelarutannya makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur
menguntungkan proses endotermis, sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses
eksotermis. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm
akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam cair
berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses kesetimbangan,
Solute + Solvent Larutan DH = - (eksoterm)
DH = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini
dijelaskan dengan Hukum Henry, yaitu Cg = k. Pg (tekanan berbanding lurus dengan
konsentrasi). Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/panas yang diserap atau dilepaskan jika
suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut.
Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:
Tahap 1: Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul-molekulnya berikatan
masing- masing.
Tahap 2: Molekul-molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga hanya
terdiri dari satu molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul-molekul yang terdapat di
dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.
Tahap 3: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul pada zat
pelarut.
Pada umumnya:
Tahap 1 memerlukan panas.
Tahap 2 memerlukan panas.
Tahap 3 menghasilkan panas.
Eksoterm: 1+2 < 3 dengan DH = - (eksoterm)
Endoterm: 1+2 > 3 dengan DH = + (endoterm)
Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuan-
satuan konsentrasi:
1) Fraksi mol (X)
2) Persentase :
a) Persentase berat per berat (% b/b)
b) Persentase berat per volume (% b/v)
c) Persentase volume per volume (% v/v)
3) Bagian per sejuta (ppm)
4) Kemolaran atau molaritas (M)
5) Kemolalan atau molalitas (m)
Persen b/b adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
% (b/b) = b/b x100%
Contoh:
Larutan cuka sebanyak 40 gram mengandung asam asetat sebanyak 2 gram. Hitunglah
konsentrasi larutan itu dalam satuan % b/b?
Solusi:
% (b/b) = 2/40 x 100%= 5%
b) Persentase berat per volume (% b/v)
Persentase (b/v) adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%(b/v) = b/v x 100%
Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat terlarut padat dalam pelarut cair.
Contoh:
Untuk membuat larutan infus glukosa, 45 gram glukosa murni dilarutkan dalam akuades
hingga volume larutan menjadi 500 ml. Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan
%b/v?
Solusi:
%(b/v) = 45/100 x 100%= 90 %
c) Persentase volume per volume (% v/v)
Persentase v/v adalah jumlah ml zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%(v/v) = v/v x100%
Satuan %(v/v) umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam pelarut cair.
Contoh:
Etanol sebanyak 150 ml dicampur dengan 350 ml akuades. Hitunglah konsentrasi etanol
dalam satuan %v/v?
Solusi:
Volume larutan = 150 + 350 = 500 ml.
%v/v= 150/500 x 100%= 30 %
Bagian per sejuta (ppm/ part per million)
Satuan ppm menyatakan satu gram zat terlarut dalam satu juta gram pelarut. ppm = mg/ L
x100% atau mg/Kg x 100%
Dalam rumus di atas satu gram zat terlarut dibagi massa larutan karena massa jenis larutan
sama dengan massa jenis pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.
Kemolaran atau molaritas (M)
Kemolaran atau konsentrasi molar adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan
atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap ml larutan.
M = mol/L
mol = gram/Mr
Keterangan: gr = massa zat terlarut (gram)
Mr= Mr zat terlarut
L = volume larutan (mL)
Kemolalan atau molalitas (m)
Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m = mol/Kg
Keterangan: Kg = gram pelarut
Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut).
Sifat koligatif meliputi:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.
Menurut RAOULT: P P X B
o
dimana:
P = tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P P o 1 X A
P Po Po X A
Po P Po X A
Sehingga:
P Po X A
dimana:
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
Contoh:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 90/18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048
Penurunan tekanan uap jenuh air:
Tb m.Kb
dimana:
ΔTb = kenaikan titik didih (o C)
m = molalitas larutan
K b = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena: m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)
Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
W 1000
Tb m.K b Kb
Mr p
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb 100 Tb oC
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel
(proses osmosis).
Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal, yaitu PV nRT
Karena tekanan osmotik = π , maka:
n
MRT
VRT
dimana :
π = tekanan osmotik (atmosfir)
M = konsentrasi larutan (mol/liter = M)
▪ Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan
Hipotonis.
▪ Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan
Hipertonis.
▪ Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat
ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
α = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula- mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk
elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1).
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.
1) Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
Tb m.Kb 1 n 1 Kb 1 n 1
W 1000
Mr p
T f m.K f 1 n 1 K f 1 n 1
W 1000
Mr p
3) Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
MRT 1 n 1
Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur
(Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab:
Jumlah ion: n = 2.
Senyawa ΔGo
C6H6(l) 124,50
f kJ/mol
C6H6(g) 129,66 kJ/mol
CCl4(l) - 65,21 kJ/mol
CCl4(g) - 60,59 kJ/mol
14. Suatu analis mempunyai dua senyawa volatile, A dan B (asumsikan keduanya larutan
ideal). Senyawa A mempunyai tekanan uap murni sebesar 350 torr sedangkan tekanan uap
murni senyawa B sebesar 100 torr pada temperatur tertentu. Tekanan uap pada
kesetimbangan pada campuran senyawa A dan B mempunyai nilai dua kali fraksi mol zat
A. Berapakah fraksi mol zat senyawa A pada larutan ?
15. Suatu tumbuhan yang hidup di dalam lingkungan air masin harus mempunyai larutan di
dalam sel yang bersifat isotonik (mempunyai tekanan osmotik yang sama) dengan larutan
di lingkungannya. Daunnya harus mampu untuk bertahan tumbuh pada lingkungan air
masin yang mempunyai titik beku –0,621 o C pada suhu 25 o C. Dengan menggunakan
informasi ini kita bisa menghitung tekanan osmotik larutan di dalam sel.
a) Untuk menghitung tekanan osmotik dengan menggunakan penurunan titik beku,
asumsi apa yang harus kita buat ?
b) Dalam kondisi apa asumsi di atas dapat diterima ?
c) Hitunglah tekanan osmotik pada suhu 25 o C dari larutan di dalam sel tumbuhan tersebut
?
d) Daun tumbuhan tersebut diletakkan di dalam larutan air masin yang pada suhu 25
o C mempunyai titik didih 102,0 o C. Apa yang akan terjadi di dalam sel tumbuhan pada
daun tersebut ?
16. Beberapa daerah di jakarta utara airnya sangat sadah. Contohnya di ancol air dari PAM nya
terdapat padatan terlarut sampai 560 μg per milimeter. Dari realitas ini banyak perusahaan
menjual alat reverse osmosis unit untuk memurnikan. Satu unit alat tersebut dapat
memberikan tekanan 8 atm dan memproses sebanyak 45 liter air per hari.
a) Asumsikan semua padatan terlarutnya berupa MgCO3 , dan asumsikan temperatur
ruangannya 27 o C, berapa total air sadah yang harus di proses untuk menghasilkan 45
liter air murni?
b) Apakah sistem alat tersebut bakal bekerja untuk memproses air laut? (asumsikan air
laut di utara jakarta mengandung garam NaCl 0,6 M)
17. Eritrosit adalah sel darah merah yang mengandung hemoglobin. Eritrosit dalam larutan
saline akan mengkerut ketika konsentrasi garam tinggi dan akan mengembang ketika
konsentrasi garam rendah. Pada suhu 25 o C larutan NaCl, yang titik bekunya –0,406 o C,
eritrosit tidak mengkerut ataupun mengembang. Jika kita ingin mengukur tekanan osmotik
pada keadaan ini di dalam sel eritrosit, apa yang harus kita asumsikan? Mengapa?
Perkirakan masuk akalkah asumsi yang anda berikan dan buatlah perhitungan untuk
menghitung tekanan osmotik yang ada dalam sel eritrosit?
18. Suatu sampel yang terdiri dari 0,05 mol Fe2 (SO 4)3 dilarutkan dalam air sampai 1 liter.
Larutan ini terdiri dari SO4 2– terhidrasi dan ion Fe(H2 O)6 3+, Ion tersebut bersifat sebagai
sebuah asam:
Fe H 2 O 6 Fe OH H 2 O 5 +H +
3+ 2+
a) Hitunglah tekanan osmotik dari larutan ini pada suhu 25 o C jika dissosiasinya
diabaikan?
b) Tekanan osmotik sebenarnya dari larutan di atas adalah 6,73 atm pada suhu 25 o C.
Hitunglah Ka untuk reaksi disossiasi Fe(H2 O)6 3+? (asumsikan tidak ada ion yang
melewati membran semipermeable, sebenarnya asumsi ini tidaklah begitu tepat karena
ion H+ sangatlah kecil, tapi asumsikan saja begitu)
19. Senyawa VCl4 mengalami dimerisasi dalam larutannya: 2VCI4 ↔ V2 CI8+
Sejumlah 6,6834 gram dari VCl4 dilarutkan ke dalam 100 gram karbon tetraklorida, titik
bekunya jadi turun sebesar 5,97 o C. Hitunglah nilai konstanta keseimbangan dimerisasi
dari VCl4 pada temperatur tersebut ? (massa jenis pada keseimbangan 1,696 g/cm3 dan Kf
= 29,8 o C kg/mol untuk CCl4 )
20. Suatu larutan aquaous NaCl 1% (persen massa) mempunyai massa jenis 1,071 g/cm pada
suhu 25 o C. Tekanan osmotik larutan ini adalah 7,83 atm pada suhu 25 o C.
a) Berapakah fraksi mol dari NaCl dalam larutan ini sebagai ion yang berpasangan?
b) Hitunglah titik beku yang akan terukur untuk laruutan ini ?
JAWABAN SOAL LARUTAN
C1 C2
1. =
P1 P2
C1P2 0,025 g/L 1,4 atm
C2 = = =0,035 g/L
P2 1,0 atm
2. Energi kisi dari KCl :
K + g +Cl- g KCl s ΔH o =-715 kJmol-1
a) KCl s K g +Cl g ΔHo =+715 kJmol-1
+ -
b) K g +Cl g K aq +Cl aq
+ -
ΔH o =-686 kJmol-1
KCl s K + aq +Cl- aq ΔHo =+29 kJmol-1
3. Hukum Henry menyatakan bahwa konsentrasi gas terlarut pada suhu tertentu akan
sebanding dengan tekanan gas di atas larutan C k Pgas . Jadi kita dapat
membandingkan kelarutan yang terobservasi dengan kelarutan yang akan kita
dapatkan menggunakan hukum Henry. Jika kelarutan yang terobservasi sesuai dengan
nilai kelarutan menggunakan hukum Henry dapat kita simpulkan bahwa gas tersebut
sesuai dengan hukum Henry.
C1 C2
=
P1 P2
C1P2 0,015 g/L 620 torr
C2 = = =0,015 g/L
P2 740 torr
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa C2 yang didapatkan sama dengan nilai yang
terobservasi sehingga bisa disimpulkan nitrogen mematuhi hukum Henry.
4. Yang akan memberikan titik didih yang lebih tinggi adalah zat terlarut yang di dalam
larutannya memberikan jumlah ion yang lebih besar, sehingga Na 2CO3 >NaI .
(lihatlah kedua senyawa dalam konsentrasi yang sama)
5. (a) suspense
(b) larutan atau suspensi tergantung jenis jus
(c) larutan
(d) larutan
(f) suspensi
6. Jika kita misalkan dalam 1 kg pelarut yang didalamnya terdapat 0,363 mol NaNO3 ,
maka jumlah mol pelarut dapat kita hitung:
1 mol H 2 O
mol H 2 O= 1000 g =55,6 mol H 2 O
18,02 g H 2 O
Sekarang kita bisa mengkonversikan dari mol → gram,
NaNO3 0,036 mol 85 g/mol 30,9 gram
H2O 55,6 mol 18 g/mol 1000 gram
Sehingga kita bisa menghitung persen berat (w/w)
w 30,9 g
% NaNO3 100% 3,00 %
w 1030 g
w 1000 g
% H 2O 100% 97,0 %
w 1030 g
Untuk menentukan konsentrasi molar (Molaritas) dari NaNO3 kita membutuhkan data
massa jenis untuk mengetahui volum total larutan,
0,363 mol NaNO3 1,0185 g larutan 1000 ml larutan
M 0,359 M
1031 g larutan 1 ml larutan 1 L larutan
Dan yang terkhir kita bisa menghitung fraksi mol dengan mudah,
0,363 mol NaNO3
X NaNO3 6, 49 103
55, 6 mol H 2O 0,363 mol NaNO3
7. Ptotal 84 torr Pbenzena
o
X benzena Ptoluena
o
X toluena
Hubungan antara dua fraksi mol benzena dan toluena adalah sebagai berikut:
X benzena X toluena 1
X benzena 1 X toluena
Kita memerlukan tekanan uap murni Po untuk menghitung tekanan uap larutan.
C6 H 6 l C6 H 6 g K PC6 H6 PCo6 H6 pada suhu 25 o C
ΔG o rxn ΔG o f C6 H 6 g ΔG o f C6 H 6 l 129, 66 kJ/mol 124,50 kJ/mol
5,16 kJ/mol
ΔG o 5,16 103 J/mol
ΔG RT ln K ln K
o
2, 08
RT 8,3145 JK 1mol1 298 K
K PCo6 H6 e208 0,125 atm
Untuk CCl4 :
ΔG o rxn ΔG o f CCl4 g ΔG o f CCl4 l 60,59 kJ/mol 65, 21 kJ/mol
4, 62 kJ/mol
G o 4620 J/mol
K PCCl exp 0,155 atm
o
exp
4
RT 8,3145 JK 1
mol 1
298 K
PC6 H6 0, 0625
X CV6 H6 0, 446
Ptotal 0, 0625 0, 0775
V
X CCl4
1 X CV6 H6 1 0, 446 0,554
L
14. X A = fraksi mol A dalam larutan
Jadi, 1 X A X B
L L
PA X AL 350 torr
X
V
Ptotal X AL 350 torr 1 X AL 100 torr
A
350 torr X AL
X VA 2 X AL 250 torr X AL 75
250 torr A
X L
100 torr
X AL 0,3
Jadi, mol fraksi A dalam larutan adalah sebesar 0,3.
15. (a) Penurunan titik beku ditentukan menggunakan molalitas, sedangkan molaritas
digunakan untuk menentukan tekanan osmotik. Kita perlu untuk mengasumsikan
bahwa molaritas larutan sama dengan molalitas larutannya.
mol pelarut mol pelarut
(b) molaritas ; molalitas ;
liter larutan kg larutan
Saat liter larutan sama dengan kg larutan dalam suatu larutan, pada kondisi seperti
itulah molaritas larutan akan sama dengan molalitas larutan. Hal ini akan terjadi jika
massa jenis larutan sama dengan massa jenis air, 1,00 g/cm3. Massa jenis larutan
akan mendekati massa jenis air jika zat terlarut yang terlarut dalam larutan tidaklah
banyak(hanya sedikit zat terlarut).
T 0,621 o C
(c) T Kfm; m 0,334 mol/kg
Kf 1,86 o Ckg/mol
Asumsikan, 0,334 mol/kg = 0,334 mol/L
MRT 0,334 mol/L 0, 08206 L atm/K mol 298 K 8,17 atm
T 2,0 o C
(d) M 3,92 mol/kg
Kb 0,51 o Ckg/mol
Larutan ini sangat pekat dibandingkan larutan isotonik pada poin c. Didalam kasus ini
air akan keluar dari sel tanaman untuk menyeimbangkan konsentrasi di dalam dan di
luar sel. Karena ada ketidakseimbangan konsentrasi yang besar, semua air akan keluar
dari sel tanaman sehingga tanaman akan menjadi layu dan mati.
16. (a) Asumsikan MgCO3 (s) tidak terdisosiasi, konsentrasi zat terlarut di dalam air:
560 g MgCO3 s 560 mg 560 103 g 1 mol MgCO3
6,6 103 mol MgCO3 /L
mL L L 84,32 g
Dengan tekanan 8 atm akan memurnikan airr sampai konsentrasi zat terlarutnya:
8,0 atm
M 0,32 mol/L
RT 0,08206 L atm K 1 mol1 300 K
Ketika konsentrasi MgCO 3 mencapai 0,32 mol/L, kemampuan osmosis alat tersebut
sudah mecapai batasnya dan tidak bisa untuk memurnikan air.
Misal kita lambangkan V = volum air setelah memurnikan 45 L H2O. Ketika V + 45 L
air telah diproses, mol zat terlarut akan menjadi:
6,6 x 10-3 mol/L x (45 L + V) = 0,32 mol/L x V
Penyelesaian dari persamaan di atas menjadi:
0,3 = (0,32 – 0,0066) x V; V = 0,96 L
Jumlah total volum minimum air yang dapat diproses adalah 45 L + 0,96 L = 45,96 L
Atau kita bulatkan menjadi 46 L.
Catatan: Hasil di atas kita asumsikan bahwa MgCO3 tidak terjadi disosiasi menjadi ion
Mg+ dan CO 3 2-, Jika terjadi disosiasi maka konsentrasi menjadi 1,3 x 10 - 2 , dan
sekurangnya 47 L air dapat diproses.
(b) Tidak, air laut tidak akan bisa diproses alat tersebut.
Sistem reverse osmosis alat tersebut berjalan pada tekanan 8 atm hanya dapat
memurnikan air dengan jumlah konsentrasi padatan terlarut di bawah 0,32 mol/L. Air
laut mempunyai konsentrasi zat terlarut sebesar 2(0,60 M) = 1,2 mol/L ion. Nilai itu
terlalu tinggi untuk alat ini.
T 0, 406 oC
17. m 0, 218 mol/kg
Kf 1,86 o C/molal
π = MRT, M adalah molaritas (mol/L), disini kita harus mengasumsikan bahwa
molaritas = molalitas sehingga bisa menghitung tekanan osmotiknya. Asumsi ini
mungkin untuk pelarut yang 1 kg air ≈ 1 L larutan. Asumsikan NaCl mengalami
disosiasi sempurna, larutan 0,218 m sesuai dengan 6,37 g NaCl terlarut dalam 1 kg air.
Volum larutannya mungin sedikit lebih besar dari 1 L tetapi tidak terlalu banyak
sehingga asumsi molaritas = molalitas akan mendekati kenyataan.
π = (0,218 M)(0,08206 L atm mol–1 K –1)(298 K) = 5,33 atm
18. (a) Asumsikan tidak ada hubungan antara ion SO4 2- (aq) dan Fe3+ (aq), i = 5 untuk Fe2
(SO4 )3
π = i MRT = 5(0,05 mol/L)(0,08206 L atm K–1mol–l)(298 K) = 6,11 atm
(b) Fe2 SO4 3 aq 2Fe aq +3SO4 aq
3+ 2-
Dalam kondisi ideal kondisi ideal tekanan osmotik yang didapatkan seperti perhitungan
poin (a) diatas berasal dari kontribusi dua ion yaitu 2/5 π dari ion Fe3+ dan 3/5 dari ion
SO4 3-. Besarnya kontribusi dari ion SO4 3- sebesar 3/5 x 6,11 atm = 3,67 atm.
Karena ion SO4 3- diasumsikan tidak berubah dalam larutan, kontribusi ion SO4 3-
dalam pengukuran sebenarnya juga tidak akan berubah yaitu sebesar 3,67 atm.
Sehingga bisa kita ketahui kontribusi nilai π sebenarnya dari Fe(H2 O)6 3+ adalah 6,73 –
3,67 = 3,06 atm.
Konsentrasi awal untuk Fe(H2 O)6 3+ adalah 2(0,05) = 0,1 M.
Penyelesaian untuk asam lemah adalah sebagai berikut:
H + Fe OH H 2O 5
2
Fe H 2 O 6 H + +Fe OH H 2 O 5
3 2
Ka
Fe H 2O 3
6
Awal : 0,100 M ~0 0
Reaksi : x x x
Akhir : 0,1 – x x x
3,06 atm
Konsentrasi ion total = iM 0,125 M
RT 0,08206 L atm K 1 mol1 298 K
0,125 M = 0,100 – x + x + x = 0,100 + x, x = 0,025 M
H + Fe OH H 2O 5
2
0, 025 0, 025
2 2
x2
Ka 8,3 103
Fe H 2O 3 0,100 x 0,100 0, 025 0, 075
6
19. mol awal VCl4 = 6,6834 gram VCl4 x 1 mol VCl4 / 192,74 g VCl4 = 3,4676 x 10-2 mol
VCl4
T 5,97 o C
Molalilats total dari partikel terlarut = im 0, 2 mol/kg
Kf 29,8 o C kg/mol
Karena kita mempunyai 0,1 kg CCl4 , total mol partikel terlarutnya adalah 0,2 mol/kg
(0,1 kg) = 0,02 mol
2VCl4 V2Cl8 K
V2Cl8
VCl4
2
K=
V2Cl8 0, 234 33
VCl4 0, 084
2
7,83 atm
20. (a) iMRT , iM 0,320 mol/L
RT 0,08206 L atm K 1 mol1 298 K
Asumsikan 1 liter larutan;
Total mol partikel terlarut = mol Na+ + mol Cl– + mol NaCl = 0,320 mol
Massa larutan = 1000 mL x 1,071 g/mL = 1071 gram larutan
Massa NaCl dalam larutan = 0,01 x 1071 gram = 10,7 g NaCl
Mol NaCl dalam larutan = 10,7 gram ÷ 58,44 gram/mol = 0,183 mol NaCl
Beberapa dari NaCl ini terdisosiasi menjadi Na+ dan Cl- (2 mol ion per NaCl), dan
sisanya tetap dalam bentuk NaCl (tidak terdisosiasi).
Kita beri lambang x = mol NaCl yang tak terdisosiasi = mol pasangan ion
Mol partikel terlarut =
0,320 mol = 2 (0,183 – x ) + x
0,320 = 0,366 – x,
x = 0,046 mol pasangan ion
Fraksi pasangan ion = 0,046/0,183 = 0,25 atau 25 %
(b) ΔT = Kf m, dimana Kf = 1,86 o C kg/mol;
1 liter larutan = 0,320 mol partikel terlarut.
Untuk menghitung molalitas larutan, kita memerlukan massa pelarut dalam 1 liter
larutan. Massa 1 liter larutan = 1071 gram; massa dari NaCl = 10,7 gram
Massa dari pelarut dalam 1 liter larutan = 1071 gram – 10,7 gram = 1060 gram
0,320 mol
T 1,86 oC kg/mol 0,562 oC
1,060 kg
Asumsikan air mendidih pada suhu 0 oC, oleh karena itu Tf = – 0,562 oC
KINETIKA KIMIA
KINETIKA KIMIA
Tips dan Trik Menyelesaikan Perhitungan Kinetika Kimia
1. Untuk menghitung laju reaksi ketika hukum laju diketahui, gunakan persamaan laju reaksi.
Laju reaksi v k A B
m n
...
2. Untuk menentukan laju reaksi ketika hukum laju tidak diberikan, gunakan
• Gradien grafik [A] versus t
A
• Persamaan untuk selang waktu t yang sangat singkat
t
1 A
a
laju
a t
3. Untuk menentukan orde reaksi, gunakan salah satu dari metode berikut:
• Gunakan metode laju awal jika data eksperimen diberikan dalam bentuk laju reaksi pada
konsentrasi awal yang berbeda.
• Temukan grafik dari data laju reaksi yang menghasilkan garis lurus (lihat tabel 1 di
atas). Jika grafik berupa garis lurus yang ditemukan adalah [A] vs. waktu, maka reaksi
tersebut adalah reaksi orde 0; jika ln[A] vs. waktu, maka reaksi tersebut adalah reaksi
orde 1; jika 1/[A] vs. waktu, maka reaksi tersebut adalah reaksi orde 2.
• Lakukan uji terhadap waktu paruh. Bila waktu paruh konstan, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 1; bila waktu paruh bertambah semakin besar, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 2; bila waktu paruh bertambah semakin kecil, maka reaksi tersebut
adalah reaksi orde 0.
• Bila satuan k (tetapan laju) diketahui dalam soal, maka orde reaksi dapat ditentukan
dengan sangat mudah (lihat tabel 1 di atas).
4. Untuk menemukan nilai tetapan laju, k, gunakan salah satu metode berikut
• Dapatkan nilai k dari gradien grafik garis lurus.
✓ Untuk reaksi orde 0, garis lurus diperoleh dari hasil plot konsentrasi [A] terhadap
waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut.
y mx C
At kt Ao
Dimana:
y At
xt
C Ao
mk
✓ Untuk reaksi orde 1, garis lurus diperoleh dari hasil plot ln konsentrasi (ln[A])
terhadap waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut
y mx C
ln At kt ln Ao
Dimana
y ln At
xt
C ln Ao
mk
✓ Untuk reaksi orde 2, garis lurus diperoleh dari hasil plot 1/konsentrasi (1/[A])
terhadap waktu t, sehingga di peroleh persamaan garis lurus tersebut
y mx C
1 1
kt
ln At ln Ao
Dimana:
1
y
At
xt
1
C
Ao
mk
• Substitusi data konsentrasi dan waktu ke persamaan laju terintegrasi
• Dapatkan nilai k dari waktu paruh reaksi
5. Untuk mencari konsentrasi A [A] setelah t detik pada reaksi “A produk” dapat
menggunakan persamaan laju terintegrasi setelah menentukan nilai k.
Eo
k Ae RT
Dimana :
▪ p adalah faktor sterik
▪ Z adalah frekuensi tumbukan yang terjadi
▪ Eq adalah energi aktivasi
▪ R adalah tetapan gas ideal (8,314 J/mol K)
▪ T adalah temperatur (K)
▪ A adalah faktor frekuensi atau tetapan Arrhenius
Untuk menentukan nilai Ea dan tetapan Arrhenius, A, maka persamaan Arrhenius di atas
harus diubah menjadi bentuk linear
Eo
ln k ln A ln e RT
E 1
ln k ln A o ln e
RT T
E 1
ln k ln A o 1
RT T
E 1
ln k ln A o
RT T
Bila diketahui data nilai tetapan laju, k, dan temperature, T, dalam soal, maka dapat dibuat
grafik dengan membuat plot antara nilai ln k dan 1/T, sehingga diperoleh persamaan garis lurus
y = mx + C
E 1
ln k o ln A
RT T
Dimana,
y = ln k
x = 1/T
C = ln A
m = -Ea/R
dan diperoleh nilai
A eC
Ea m R
Bila dalam suatu reaksi diketahui nilai k 1 pada temperatur T1 dan k 2 pada temperatur T2,
maka nilai energi aktivasi, Ea dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Pada saat T1 , k = k1
E 1
ln k1 ln A o 1
R T1
Pada saat T2 , k = k2
E 1
ln k2 ln A o 2
R T2
E 1 E 1 E 1 1
ln k1 ln k2 ln A a ln A a a
R T1 R T2 R T1 T2
k1 E 1 1
ln a
k2 R T1 T2
Contoh Soal 1:
Diketahui nilai k suatu reaksi pada temperatur 25 o C adalah 4,61 x 10-1 Ms-1 dan pada
temperatur 50 o C adalah 4,64 x 10-1 Ms-1 . Berapakah energi aktivasi dari reaksi tersebut?
Jawab:
Anggap nilai k pada temperatur 25 o C (25 + 273 = 298 K) adalah k 1 = 4,61 x 10-1 Ms-1
Dan nilai k pada temperatur 50 o C (50 + 273 = 323 K) adalah k 2 = 4,64 x 10-1 Ms-1
Maka energi aktivasi reaksi tersebut adalah
k1 E 1 1
ln o
k2 R T1 T2
4, 61101 Ms 1 Eo 1 1
ln 1 1
1 1
4, 64 10 Ms 8,314 J mol K 298 K 323 K
Ea 208 J/mol
Contoh Soal 2 :
Diberikan data nilai k suatu reaksi pada beberapa temperatur. Tentukan nilai k pada
temperatur 75 o C, nilai Energi aktivasi (Ea), dan tetapan Arrhenius (A) reaksi tersebut?
k (Ms -1 ) T°C
0.000886 25
0.000894 50
0.000918 150
0.000908 100
Jawab :
Tambahkan data pada tabel di atas menjadi seperti tabel berikut
Kemudian buat grafik dengan mengeplot ln k terhadap 1/T (K). Hasil grafik yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Diperoleh persamaan garis lurus grafik tersebut, yaitu y 36, 02 x 6,908 atau ln k = -
36,02/T – 6,908, sehingga diperoleh nilai
Tetapan Arrhenius
A e6,908 0,001
Energi Aktivasi
Ea m R
Ea 36, 02 8,314 J mol 1 K 1
Ea 299, 47 J mol 1
Ea 299, 47 J mol 1
k pada temperatur 75 o C
36, 02
ln k 6, 908
75 273
ln k 7, 0115
k 0, 00090145 Ms 1
MEKANISME REAKSI
Poin-poin penting:
▪ Mekanisme reaksi didefinisikan sebagai urutan reaksi-reaksi elementer yang harus
memenuhi dua persyaratan berikut:
✓ Jumlah dari reaksi-reaksi elementer haruslah reaksi kimia yang setara.
✓ Mekanisme reaksi haruslah sesuai dengan hukum laju yang ditentukan
secara eksperimen.
Contoh:
Reaksi
2 NO2 g F2 g 2 NO2 F g x
Terdiri dari 2 tahap reaksi elementer
k1
NO2 F2 NO2 F F lambat y
k2
F NO2 NO2 F cepat z
Bila persamaan reaksi (y) dan (z) digabungkan maka akan menghasilkan persamaan
reaksi (x).
▪ Dalam mekanisme reaksi yang melibatkan reaksi elementer, tahap yang paling
lambat adalah tahap penentu laju reaksi total. Pada kasus reaksi (x) di atas, tahap
penentu laju reaksi (x) adalah reaksi elementer (y), sehingga hukum laju reaksi (x)
dapat dinyatakan dengan hukum laju reaksi (y).
Sehingga mekanisme reaksi (y) dan (z) untuk menghasilkan reaksi (x) dapat diterima
karena hukum laju yang dihasilkan sesuai untuk reaksi (x).
▪ Reaksi elementer dapat didefinisikan sebagai reaksi yang persamaan hukum laju
reaksinya dapat ditulis dari molekularitasnya. Molekularitas suatu reaksi elementer
didefinisikan sebagai jumlah spesi yang harus bertumbukan sehingga dihasilkan
produk reaksi. Suatu reaksi elementer disebut sebagai reaksi unimolekular bila reaksi
tersebut hanya melibatkan 1 molekul untuk menghasilkan produk reaksi; bila reaksi
elementer melibatkan 2 molekul untuk menghasilkan produk reaksi, maka reaksi
elementer tersebut disebut reaksi bimolekular. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada tabel berikut
▪ Seperti yang sudah kita pelajari bahwa persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi
yang hanya melibatkan 2 pereaksi, A dan B, adalah
Laju reaksi v k A B
m n
Dimana m dan n adalah orde reaksi; A dan B adalah pereaksi yang terlibat dalam
suatu reaksi. Nilai m dan n hanya bisa ditentukan melalui eksperimen. Namun, untuk
reaksi elementer, nilai m dan n sama dengan koefisien pereaksi pada persamaan
reaksi setara, yang mana dapat dilihat pada tabel di atas.
▪ Bila dalam tahap reaksi elementer tidak ditentukan reaksi yang mana yang merupakan
tahap penentu laju (rate determining step), maka untuk menentukan persamaan hukum
laju reaksi total dapat digunakan metode “pendekatan steady state”
Contoh:
Reaksi berikut
2NO g H 2 g N 2O g H 2O g t
Memiliki mekanisme reaksi yang terdiri dari 2 tahap reaksi elementer yaitu
N 2O2 u
k1
2 NO
k1
N 2O2 H 2
k2
N 2O H 2O v
Spesi N2 O2 pada reaksi (u) dan (v) adalah “intermediet”. Pada pendekatan steady
state¸ diasumsikan bahwa konsentrasi intermediet selalu konstan atau laju pembentukan
intermediet sama dengan laju penggunaan intermediet. Jadi, pada pendekatan steady
state,
aA bB cC dD p
Persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi tersebut dapat dinyatakan dengan
1 A 1 A 1 A 1 A
v 3
a t b t c t d t
Untuk perubahan konsentrasi dan perubahan waktu yang sangat kecil, persamaan
(3) menjadi
1 d A 1 d A 1 d A 1 d A
v 4
a dt b dt c dt d dt
Persamaan hukum laju reaksi untuk reaksi (p) dapat juga ditulis
v k A B 5
m n
a dt
1 d B
k A B 6
m n
b dt
1 d C
k A B 7
m n
c dt
1 d D
k A B 8
m n
d dt
Pada reaksi (u), terdapat dua reaksi, yaitu reaksi ke kanan (ke arah produk) dengan
nilai tetapan laju, k 1, dan reaksi ke kiri (ke arah reaktan) dengan nilai tetapan laju, k -1
2 NO
k1
N 2O2 u.1
2 NO
k1
N 2O2 u.2
Untuk reaksi (u.1), dimana N 2O2 bertindak sebagai produk, gunakan persamaan (8)
atau persamaan (9) untuk menentukan nilai d[N 2O2]/dt. Untuk reaksi (u.2),
dimana N2O 2 bertindak sebagai pereaksi, gunakan persamaan (6) atau persamaan (7)
untuk menentukan nilai d[N 2O 2]/dt. Nilai m dan n pada persamaan (6) atau (7) atau
(8) atau (9) dapat ditulis sama dengan koefisien pereaksi karena reaksi (u.1) dan (u.2)
adalah reaksi elementer, sehingga diperoleh
d N 2O2
k1 NO 10
2
dt
d N 2O2
k1 NO 11
2
dt
Persamaan (10) adalah persamaan laju pembentukan N 2O2 dan persamaan (11) adalah
persamaan laju penggunaan atau laju pengurangan N 2O2. Selanjutnya, kita tinjau reaksi
(v) dimana N 2O2 bertindak sebagai pereaksi, sehingga untuk menentukan d[N 2O2]/dt
digunakan persamaan (6) atau (7) yang merupakan persamaan laju penggunaan atau
pengurangan pereaksi. Nilai m dan n pada persamaan (6) atau (7) dapat ditulis sama
dengan koefisien pereaksi karena reaksi (v) adalah reaksi elementer.
d N2O2
k2 N 2O2 H 2 12
dt
Persamaan (12) di atas merupakan persamaan laju penggunaan N 2O2. Karena
d[N2O 2]/dt = 0 atau laju pembentukan N2O2 = laju penggunaan N 2O2, dari persamaan
(10), (11), dan (12) diperoleh
1 d NO d H 2 d N 2O d H 2O
v 14
2 dt dt dt dt
1. Laju reaksi (t) dinyatakan sebagai -d[NO]/2dt
1 d NO
k1 NO 15
2
2 dt
1 d NO
k1 N 2O2 16
2 dt
1 d NO
k1 NO k1 N 2O2 17
2
2 dt
Nilai [N 2 O2 ] diperoleh dari persamaan (13)
k NO
2
N2O2 1 18
k1 k2 H 2
Dan persamaan (17) ditulis menjadi
1 d NO k NO
2
k1 NO k1 1
2
2 dt k1 k2 H 2
1 d NO k1 NO k1 k2 H 2 k1 k2 H 2
2 2
2 dt k1 k2 H 2
1 d NO k1k1 NO k1k2 NO H 2 k1k1 NO
2 2 2
2 dt k1 k2 H 2
k1k1 NO k1k1 NO 0 , sehingga diperoleh
2 2
1 d NO k1k2 NO H 2
2
19
2 dt k1 k2 H 2
k2 1 H2
dt k1 k2 H 2
d H 2 k1k2 NO H 2
2
21
dt k1 k2 H 2
3. Laju reaksi (t) dinyatakan sebagai –d[N 2 O]/dt atau d[H2 O]/dt
d N 2 O d H 2O
k2 N 2O2 H 2 22
dt dt
Ganti [N2 O2 ] yang diperoleh dari persamaan (18)
d N 2O d H 2O k NO
2
k2 1 H2
dt dt k1 k2 H 2
d N 2O d H 2O k1k2 NO H 2
2
23
dt dt k1 k2 H 2
Jadi, persamaan hukum laju reaksi (t) adalah
k k NO H 2
2
v 1 2 24
k1 k2 H 2
d NO d H 2 d N 2O d H 2O
Baik dinyatakan sebagai , , , atau
2dt dt dt dt
Bila [H2 ] sangat besar sehingga k2 H 2 k1
Maka persamaan (24) menjadi
k k NO H 2
2
v 1 2 k1 NO 25
2
k2 H 2
Pada saat konsentrasi H2 sangat besar, reaksi (t) adalah reaksi orde 2 terhadap
konsentrasi NO. Bila [H2 ] sangat kecil sehingga k1 k2 H 2
Maka persamaan (24) menjadi
k k NO H 2
2
v 1 2
k1
v k2 NO H 2 k NO H 2 26
2 2
Pada saat konsentrasi H2 sangat kecil, reaksi (t) memiliki orde 2 terhadap konsentrasi
NO dan orde 1 terhadap konsentrasi H2 sehingga orde total reaksi (t) adalah 3 atau
reaksi (t) adalah reaksi orde 3.
▪ Bila reaksi elementer melibatkan reaksi kesetimbangan untuk penentuan persamaan
hukum laju reaksi total dan diketahui reaksi yang merupakan tahap penentu laju reaksi,
maka penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
Contoh:
Reaksi
2O3 g 3O2 g d
Memiliki mekanisme reaksi yang terdiri dari 2 tahap reaksi elementer yaitu
O2 O e
k1
O3 cepat
k1
O O3
k2
2O2 lambat f
Persamaan hukum laju reaksi total, reaksi (d), ditentukan oleh reaksi elementer yang
laju reaksinya lambat, yaitu reaksi (f), sehingga persamaan hukum laju reaksi (d) adalah
v k2 O O3 27
Karena spesi O adalah spesi intermediet dan tidak terdapat pada persamaan reaksi (d),
maka persamaan (27) harus diubah sehingga spesi O pada persamaan (27) terganti oleh
spesi yang terdapat pada persamaan reaksi (d). Caranya adalah dengan menentukan laju
reaksi untuk reaksi (e) dan reaksi (f).
Untuk reaksi (e), laju reaksi ke kanan adalah
v k1 O3 28
dan laju reaksi ke kiri adalah
v k1 O2 O 29
Pada saat kesetimbangan, laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke kiri,
k1 O3 k1 O2 O
k1 O3
O 30
k1 O2
Ganti nilai [O] pada persamaan (27) dengan nilai [O] pada persamaan (30), sehingga
diperoleh
k1 O3
v k2 O3 31
k1 O2
k k O
2
v 1 2 3 32
k1 O2
O
2
vk 3 33
O2
Jadi, laju reaksi (d) adalah
O
2
vk 3
O2
BANK SOAL KINETIKA
1. Reaksi katalisis penguraian etanol menjadi etilen dan hidrogen pada temperatur 427 o C
memiliki tetapan laju 4 x 10-5 L.mol-1 .s-1 . Plot konsentrasi etanol terhadap waktu
menghasilkan kurva lurus. Persamaan setara untuk reaksi katalisis penguraian etanol
adalah sebagai berikut:
C2 H 5OH g C2 H 4 g H 2 g
Jika konsentrasi awal etanol adalah 0,02 mol.L-1 , berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai tekanan total 2 atm pada temperatur 427 o C?
2. Suatu reaksi terjadi dengan mekanisme reaksi sebagai berikut:
(1) 2 B B2k1
cepat
k1
(2) B2 E C D Lambat
Reaksi pertama adalah tahap reaksi yang cepat dengan laju reaksi ke kanan (forward
reaction) sama dengan laju reaksi ke kiri (reverse reaction), laju reaksi ke kanan
memiliki tetapan laju k1 dan laju reaksi ke kiri memiliki tetapan laju k-1. Reaksi ke dua
adalah tahap reaksi yang lambat. Tentukan:
a. Tuliskan hukum laju untuk reaksi ke kanan (forward reaction) pada tahap 1!
b. Tuliskan hukum laju untuk reaksi ke kiri (reverse reaction) pada tahap 1!
c. Tuliskan hukum laju untuk tahap penentu laju!
d. Bagaimanakah persamaan kimia untuk reaksi secara keseluruhan (net reaction) dari
kedua reaksi di atas dan tuliskan hukum lajunya!
3. Jangkrik yang mengeluarkan suara ‘krik-krik-krik’ adalah hewan berdarah dingin,
sehingga suhu tubuhnya mengikuti suhu udara disekitarnya. Akibatnya jangkrik
mengerik (mengeluarkan suara ‘krik’) dengan kecepatan yang bergantung pada suhu
disekitarnya. Suatu penelitian menemukan bahwa suhu dapat diperkirakan dari
kecepatan suara ‘krik’ yang dihasilkan oleh jangkrik dengan persamaan:
T(o C) = v + 5, dengan v = jumlah ‘krik’ pada suara jangkrik dalam 10 detik.
a. Hitung jumlah suara ‘krik’ per 10 detik (v) pada suhu 10, 15, 20, dan 25 o C?
b. Ternyata, jumlah suara ‘krik’ per satuan waktu berbanding lurus dengan tetapan
laju reaksi (k) dari suatu reaksi biokimia yang terjadi ketika jangkrik mengerik, v ≈
k. Berdasarkan fakta ini, gambarkan kurva ln terhadap (1/T), T dalam K?
c. Hitung energi pengaktifan (Ea) untuk reaksi biokimia tersebut?
d. Pada lingkungan dengan suhu berapa jangkrik harus dipelihara agar laju reaksi
biokimia tersebut menjadi empat kali lebih cepat dibandingkan laju reaksinya pada
25 o C. Asumsikan jangkrik masih tetap hidup normal pada suhu hasil perhitungan
ini?
4. Studi mengenai laju disproporsionasi ion hipobromit di dalam larutan aqua pada
temperatur 80 o C menghasilkan ion Bromat (BrO3 -) dan ion bromida (Br-). Pembentukan
ion bromat tersebut memberikan perubahan konsentrasi bromit terhadap waktu, sesuai
dengan grafik di bawah ini:
t (menit) 0 12 36 84
Waktu, menit. 0 30 60
b. Berdasarkan pada set data eksperimen pertama, tentukan orde reaksi terhadap ozone
dan hitunglah tetapan laju, k?
c. Hitunglah nilai orde a dan b, dan juga tetapan laju, k, untuk persamaan laju
deferensial:
d O3
k O3 B
a b
dt
7. Gas N 2 O5 pada temperatur 25 o C mengalami penguraian sebagai berikut:
2 N 2O5 g 4 NO2 g O2 g
Setelah dilakukan percobaan, ternyata laju penguraian N2O5 adalah reaksi orde satu.
a. Tuliskan persamaan laju (r) reaksi tersebut terhadap konsentrasi N2 O 5 ?
b. Tuliskan persamaan laju reaksi terhadap perubahan konsentrasi pereaksi dan
perubahan konsentrasi hasil reaksi terhadap perubahan waktu (t) dari reaksi tersebut?
Dari percobaan yang diperoleh bahwa tetapan laju adalah 1,68 x 10 - 2 detik-1 . Pada
suhu yang sama, sebanyak 2,5 mol gas N 2 O5 dimasukkan ke dalam wadah yang
volumenya 5 Liter.
c. Berapa mol N2 O5 yang tersisa pada periode waktu 1 menit?
d. Setelah 1 menit, berapa mol gas O2 yang terbentuk?
e. Tentukan waktu paruh (t1/2 ) dari reaksi tersebut?
f. Berapa lama waktu paruh (t1/2 ) dari reaksi tersebut bila konsentrasinya 0,25 M ?
g. Bagaimana tekanan total gas di dalam wadah setelah gas N 2 O5 terurai sesuai dengan
persamaan reaksi di atas?
8. Untuk reaksi 2 NO2Cl 2 NO2 Cl2 pada temperatur 100 K diperoleh data sebagai
berikut:
t(s) 0 4 8 12 29 ....
t (menit) 0 12 36 84
k2
Cl CO ClCO cepat
k2
ClCO
k3
Cl2CO Cl lambat
11. Salah satu tahap mekanisme reaksi pembentukan HI dari H2 dan I2 adalah:
2 I g H 2 g 2 HI g
Tahap ini mempunyai tetapan laju k pada 418 K dan 738 K berturut-turut adalah 1,12 x
105 M-2 s-1 dan 3,5 x 105 M-2 s-1 .
a. Tuliskan persamaan laju reaksi tersebut?
b. Tentukan kemolekulan reaksi tersebut?
c. Hitung energi pengaktifan Ea tersebut dalam J?
d. Gambarkan kurva energi terhadap koordinat reaksi untuk reaksi tersebut?
e. Jika mekanisme lengkap pembentukan HI tersebut di atas adalah
I g 2I g
2 I g H 2 g 2 HI g lambat
Turunkan persamaan laju reaksi pembentukan HI?
12. Kinetika reaksi redoks antara larutan (NH2 )2 S2 O8 dan larutan KI diamati di
laboratorium. Hasil pengamatan yang diperoleh dirangkum dalam tabel berikut.
Konsentrasi larutan merupakan konsentrasi di awal pencampuran.
a. Tuliskan persamaan reaksi ion yang setara antara 2 larutan di atas (S2O82-
tereduksi menjadi SO4 2-)?
b. Tentukan orde reaksi terhadap KI, terhadap (NH2 )2 S2 O8 dan orde reaksi total?
c. Tentukan nilai k (dengan satuan laju yang tepat) dan tuliskan hukum lajunya?
d. Tentukan laju reaksi pada percobaan ke-4?
e. Pengamatan waktu reaksi dilakukan dengan cara mengamati waktu mulai
dicampurkannya kedua reaktan hingga timbulnya warna biru. Zat apa yang
ditambahkan ke dalam campuran tersebut sehingga menimbulkan warna biru?
Jelaskan?
13. Pembentukan ozon dari oksigen di atmosfer sangat dipengaruhi oleh beberapa spesi
lain yang ada. Pengaruh gas NO pada reaksi ini dapat dilihat pada mekanisme reaksi
berikut:
O2 2 NO
k1
2 NO2
k1
2 NO2 2 NO 2O
k2
2O 2O2
k3
2O3
a. Tuliskan persamaan reaksi totalnya?
b. Tentukan zat antara dan katalis pada reaksi di atas?
c. Tentukan kemolekulan reaksi tahap penentu laju?
d. Tentukan hukum laju berdasarkan mekanisme reaksi di atas?
14. Hidrogen peroksida mudah mengalami penguraian menjadi air dan gas oksigen.
2 H 2O2 aq 2 H 2Ol O2 g
Larutan dengan konsentrasi awal 1,0 M dibiarkan mengurai pada temperature 25 o C.
Larutan dengan konsentrasi awal 1,0 M dibiarkan mengurai pada temperatur 25 o C dan
dilakukan penentuan konsentrasi pada berbagai waktu t. Hasil percobaan tersebut
diberikan pada tabel berikut:
0 1,00 1,00 0
Awal 0,02
Bereaksi x X x
Sisa 0,02-x X x
2. Soal 2
r1
a. r1 k1 B k1
2
B
2
r1
b. r1 k1 B k1
B
2
c. r r2 k2 B2 E
k B
2
r k2 1 2 E
k1
r k B E
2
d. Reaksi keseluruhan: 2B E C D
3. Termometer jangkrik
a. V (10) = 10 – 5 = 5 suara krik dalam 10 detik
Ea
7720;
8,314
Ea 7720 8,314 J/mol.K 64.184, 08 J/mol; d.
Ea 64.184, 08 J/mol
4. Disproporsionasi hipobromit
a. 3BrO aq BrO3 aq 2 Br aq
b. Berdasarkan grafik:
Untuk menentukan order reaksi dari grafik adalah dengan melihat ketergantungan
waktu paruh , t1/2 terhadap konsntrasi BrO-. Untuk reaksi order pertama: t1/2 tidak
tergantung terhadap konsentrasi. Untuk reaksi orde dua, t½ bergantung pada
konsentrasi (secara berbanding terbalik).
Ambil sembarang 2 pasang titik dari grafik, dimana c2 = c1/2 , contohnya: Pasangan
pertama:
c1 = 0.68 M, t1 = 4,0 min.
c2 = 0.68/2 = 0.34 M,
dari grafik c vs t diperoleh t2 = t1/2 = 30.0 min.
Pasangan kedua:
c1 = 0.52 M, t1 = 12.0 min.
c2 = 0.52/2 = 0.26 M,
dari grafik c vs t, diperoleh t2 = t1/2 = 46,5 min.
Melalui data t1/2 yang diperoleh : menunjukkan bahwa reaksi adalah order kedua
(karena t1/2 tergantung pada konsentrasi)
c. Reaksi orde kedua: k = 1/(cot1/2);
k = 0.057 L/(mol·min) berdasarkan pada 2 titik pada pasangan pertama , dan
k =0.056 L/( mol·min) berdasarkan 2 titik pada pasangan kedua.
d. Reaksi order ke 2:
Langkah elemeter akan melibatkan tumbukan dua partikel hiperbromit. Dalam
tumbukan ini elektron dan ion oksigen ditransfer, tetapi partikel yang terbentuk lebih
reaktif, dan intermediete ini tidak stabil dan cepatt bereaksi dengan ion hypobromit
lainnya:
2 BrO Br BrO2 lambat
BrO BrO Br BrO
2 3 cepat
Mekanisme ini sesuai dengan data eksperimen.
e. Untuk mendapatkan kurva, maka harus dimungkinkan metoda untuk menentukan
ketergantungan konsentrasi setiap reagen terhadap waktu. Karena mengandung ion
Br-, maka cara paling sederhana adalah menentukan konsentrasi Br- melalui titrasi
menggunakan larutan AgNO 3 sesuai reaksi:
AgNO3 KBr AgBr KNO3
Sample diambil dari campuran reaksi, didinginkan segera dari 80ºC menjadi
temperatur kamar dan dititrasi dengan larutan AgNO 3 membentuk endapan AgBr.
5. Penguraian gas NO 2 menjadi NO dan O 2 .
6. Penguraian Ozon
7. Penguraian N2 O5
a. r k N 2O5
d N2O5 d NO2 d O2
b. r k N 2O5
dt 2dt dt
c. N2O5 awal 0,5M ; t 1 menit 60 detik ; k 1,68 102 detik 1
ln N 2O5 akhir ln N 2O5 awal kt ln 0,5 1, 68 102 60 1, 7011
N2O5 akhir 0,1825 M
d. N 2O5 bereaksi 0,5 0,1825 0,3175
1
O2 terbentuk N 2O5 bereaksi 0,15875 M
2
Mol O2 terbentuk 0,15875 M 5 L 0, 79375 mol
1 2 2
e. t ln ln 41, 26 detik
2 k 1,68 102
f. Tetap 41,26 detik karena pada reaksi orde pertama, waktu paruh tidak
dipengaruhi konsentrasi.
g. Tekanan total wadah akan meningkat.
8. Penguraian NO 2 Cl
a. Jika [NO2 Cl] = 0,16 M, waktu paruh = 4 detik. Jika [NO2 Cl] = 0,08 M, waktu
paruh = 8 detik. Waktu paruh meningkat 2x lipat ketika [NO2 Cl] turun menjadi ½
nya. Reaksi ini adalah reaksi orde 2.
1 1
k 1,5625 M 1s 1
t 1 NO2Cl 4 s 0,16 M
2
b. Order reaksi = 2
c. r k NO2Cl
2
1 1
d. k 1,5625 M 1s 1
t 1 NO2Cl 4 s 0,16 M
2
1 1
e. kt
NO2Cl t NO2Cl o
1 1
1,5625 M 1s 1 8 s
NO2Cl t NO2Cl o
NO2Cl t 0,05333 M
9. Penguraian gas NO 2
a. Reaksi: NO2 g NO g 1 O2 g
2
b. Tekanan awal gas NO2 = tekanan saat t 0 menit, yaitu 2 atm.
c. Ptotal Pt P NO2 P NO P O2
M: 2 atm - -
B: X x ½x
S: (2 - x) x ½x
1 1
Pt 2 x x x 2 x
2 2
1
Pt P NO2 awal P NO2 bereaksi
2
1
d. P NO2 sisa 2 x dan Pt 2 x
2
r3 k Cl2 x CO y
x y
7, 07 104 0, 004 0, 002
2,50 104 0, 002 0, 002
2,828 2 x1y
x 1,5
Orde reaksi terhadap CO:
r1 k Cl2 CO
x y
r3 k Cl2 x CO y
x y
5, 00 104 0, 002 0, 004
2,50 104 0, 002 0, 002
2 1x 2 y
y 1
b. Hukum laju: r k Cl2 CO
1,5 1
Ea
d. k Ae RT , pada 35 o C (308 K)
k 1397,33 M 1,5 s 1
A Ea
4250 J
7348, 75
RT 8,314308
e e
Tetapan laju pada 50 o C (323 K) = k2
e. Hukum laju dari reaksi lambat (tahap penentu laju): r k3 ClCO Cl2
ClCO harus disubstitusi karena merupakan intermediet. Substitusi melibatkan reaksi
kesetimbangan (persamaan tetapan kesetimbangan) pada reaksi tahap 1 dan 2:
Cl Cl K 0,5 Cl 0,5
2
K1 1 2
Cl2
ClCO ClCO K Cl CO K K 0,5 Cl 0,5 CO
K2 2 2 1 2
Cl CO
Maka hukum laju reaksi:
r k3 ClCO Cl2 k3 k 2 k10,5 Cl2
0,5
CO Cl 2
b. Termolecular
k2 Ea 1 1
c. ln
k1 R T2 T1
3,5 105 Ea 1 1
ln
1,12 10 5
8,314 738 418
Ea 9132,34 J/mol
d. Kurva energi terhadap koordinat reaksi: (jika reaksinya eksoterm).
e. Jika tahap 2 merupakan reaksi yang lambat, maka reaksi tahap pertama akan
I
2
r2 k KI x NH S O y
2 2 2 8
x y
1,8 104 0,1 0, 2
4
2, 2110 0, 2 0, 2
0,81 0,5 1
x y
x 0,3
Orde reaksi terhadap (NH2 )2 S2 O8
r2 k KI NH 2 2 S 2O8
x y
r3 k KI x NH S O y
2 2 2 8
x y
2, 21104 0, 2 0, 2
4,38 104 0, 2 0, 4
0,5 1 0,5
x y
y 1
Orde reaksi total adalah x + y = 0,3 + 1 = 1,3
c. Tetapan laju, k, dapat dihitung dengan menggunakan salah satu data. Tapi jika
ingin lebih akurat, hitung dari semua data kemudian dirata-ratakan. Misal ambil data
1.
r1 1,8 104 M/s
k 0,0018 M 0,3 s 1
KI NH 2 2 S2O8 0,1 M 0, 2 M
x y 0,3 1
Hukum laju :
r k KI NH 2 2 S2O8
0,3 1
15. Soal 15
a. Jenis reaksi tersebut adalah reaksi autoredoks/disproporsionasi.
b. Orde reaksi terhadap ClO2 adalah 2 dan orde reaksi terhadap OH- adalah 1, orde
total = 3
c. r k ClO2 OH
2
k 232 M 2 s 1
e. Ya, karena orde 1 terhadap konsentrasi OH- . Jika pH diturunkan (makin asam)
maka konsentrasi OH- akan mengecil, sehingga laju reaksi akan makin lambat.
f. ro k ClO2 o2 OH
o
r k ClO2 OH k 3ClO2 o 2 OH 18 k ClO
2
OH 18ro
2 2
o 2 o o
C D
c d
Q
A B
a b
C D
c d
Kc
A B
a b
Catatan :
❖ K c digunakan ketika konsentrasi untuk semua spesi (A, B, C, dan D) dinyatakan dalam
Molar.
❖ Nilai Kc diukur pada temperatur tertentu. Jika temperatur berubah, maka nilai K c juga
akan berubah.
❖ Tiap reaksi memiliki nilai Kc tertentu yang spesifik.
❖ Suatu persamaan reaksi memiliki tetapan kesetimbangan, K. Jika persamaan reaksi
tersebut dikalikan dengan suatu konstanta, n, maka tetapan kesetimbangan untuk
persamaan reaksi yang baru adalah Kn .
❖ Suatu persamaan reaksi memiliki tetapan kesetimbangan, K. Jika persamaan reaksi
tersebut dibalik, maka nilai tetapan kesetimbangan untuk persamaan reaksi yang baru
adalah 1/K.
❖ Suatu persamaan reaksi I memiliki tetapan kesetimbangan, K I , dan persamaan
reaksi II memiliki tetapan kesetimbangan, KII. Jika persamaan reaksi I dan II dijumlah,
maka tetapan kesetimbangan untuk persamaan reaksi hasil penjumlahan kedua reaksi
tersebut adalah K I x KII.
Untuk reaksi-reaksi gas (A, B, C, dan D dalam fasa gas), tekanan parsial dapat
digunakan untuk menggantikan konsentrasi, sehingga tetapan kesetimbangannya menjadi
K p . Namun, nilai Kp tidak sama dengan nilai Kc.
P P
c d
Kp C a D b
PA PB
Jika, PV=nRT, maka P/RT = n/V.
Substitusi P/RT untuk konsentrasi pada persamaan tetapan kesetimbangan, K c.
C D
c d
KC
A B
a b
c d
Pc PD
RT RT
KC a b
PA PB
RT RT
P P
c d
1
KC C a D b c d a b
PA PB RT
Kp
KC
RT
n
Catatan:
❖ Δn = (jumlah nol gas di produk) – (jumlah mol gas di reaktan) atau Δn = (jumlah
koefisien spesi gas di produk) – (jumlah koefisien spesi gas di reaktan)
❖ Bila tekanan dalam persamaan K p menggunakan satuan Tan, maka nilai R adalah
0,0821 L.atm.mol-1 .K-1 . Bila tekanan dalam persamaan Kp menggunakan satuan N/m2 ,
maka nilai R adalah 8,314 J.mol-1 .K-1
Kesetimbangan Heterogen
❖ Melibatkan lebih dari satu fase
❖ Fasa larutan dinyatakan dalam M (molar)
❖ Fasa gas dinyatakan dalam M (molar)
❖ K = Kc
❖ Padatan dan cairan bernilai “1” dalam persamaan tetapan kesetimbangan
Contoh Soal:
Jawab:
1
Q
Ag Cl
HCl HI Cl2
Bereaksi -2x 2x x
Sisa 0,150-2x 2x x
HI Cl2 2x x
2 2
Kc
HCl 0,15 2 x
2 2
Karena nilai K C sangat kecil yaitu 1,6 x 10-34 maka kita dapat melakukan simplifikasi
dengan asumsi bahwa 0,150 – 2x ≈ 0,150, sehingga
2x x
2
Kc
0,15
2
2x x
2
34
1, 6 10
0,15
2
x 9, 65 1013
Karena nilai x sangat kecil, simplifikasi yang kita lakukan di atas dengan mengabaikan
nilai x adalah benar. Dengan memasukkan nilai x, maka diperoleh
HI 2 x 1,93 1013 M
Cl2 x 9, 65 1013 M
HCl 0,150 2 x 0,150 M
Contoh Soal 1:
Sebuah reaksi: CH 4 g H 2O g CO g 3H 2 g
adalah reaksi endoterm dengan nilai Kc = 5,67 pada temperatur 1500 o C. Bagaimana jumlah
CO pada keadaan setimbang ketika
a. Menambah konsentrasi H2 O
b. Menurunkan tekanan sistem dengan menaikkan volume wadah
c. Meningkatkan temperatur campuran reaksi
d. Menambah katalis pada system
Dari keempat faktor tersebut, faktor yang mana yang akan mengubah tetapan
kesetimbangan (K c) dan apakah nilai Kc akan bertambah atau berkurang?
Jawab:
CO H 2
3
Hanya perubahan temperatur yang dapat mengubah nilai K. Pada kasus reaksi endoterm
di atas, menaikkan temperatur (menambah kalor ke sistem) akan memperbesar nilai K C.
Catatan :
Untuk reaksi: aA bB cC dD
❖ Bila [A] atau [B] atau [A] dan [B] bertambah, maka nilai Q < K, kesetimbangan akan
bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Bila [A] atau [B] atau [A] dan [B] berkurang, maka nilai Q > K, kesetimbangan akan
bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila [C] atau [D] atau [C] dan [D] bertambah, maka nilai Q > K, kesetimbangan akan
bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila [C] atau [D] atau [C] dan [D] berkurang, maka nilai Q < K, kesetimbangan akan
bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Bila tekanan sistem bertambah atau volume sistem berkurang, kesetimbangan
akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil.
❖ Bila tekanan sistem berkurang atau volume sistem bertambah, maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar .
❖ Bila reaksi endoterm, temperatur dinaikkan, maka nilai K akan bertambah, sehingga
nilai Q < K, dan kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau ke arah produk. Bila
temperatur diturunkan, nilai K akan berkurang , sehingga nilai Q > K, dan
kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan.
❖ Bila reaksi eksoterm, temperatur dinaikkan, maka nilai K akan berkurang, sehingga
nilai Q > K, dan kesetimbangan akan bergeser ke kiri atau ke arah reaktan. Bila
temperatur diturunkan, nilai K akan bertambah , sehingga nilai Q < K, dan
kesetimbangan bergeser ke kanan atau ke arah produk.
❖ Perubahan konsentrasi, volume dan tekanan mengubah nilai Q tetapi tidak mengubah
nilai K sedangkan perubahan temperatur mengubah nilai K.
G G o RT ln K
Pada saat kesetimbangan, nilai ΔG = 0, sehingga
G o RT ln K
G o
Pada saat T1 , ln K1 1
RT1
G o
Pada saat T2 , ln K 2 2
RT2
Dengan mengurangkan persamaan (1) dan (2), diperoleh
G o
G o G o G o
ln K1 ln K 2
RT2
RT1 RT1 RT2
K G o 1 1
ln 1
2
K R T1 T2
Contoh Soal 2 :
Diketahui persamaan reaksi kesetimbangan:
Bagaimana jumlah H3 PO4 pada kesetimbangan jika volume wadah dibuat menjadi lebih
kecil?
Jawab :
Reaksi kesetimbangan di atas adalah reaksi kesetimbangan heterogen. Hanya spesi gas saja
yang dipengaruhi oleh perubahan volume wadah. Namun, karena perbandingan stoikiometri
(jumlah koefisien) produk dan reaktan adalah 5 : 5 , ketika volum wadah berubah, jumlah
mol gas tidak akan berubah. Oleh karena itu, tidak terjadi pergeseran kesetimbangan dan
jumlah H3PO4 tidak berubah.
Contoh Soal 3:
Diketahui persamaan reaksi kesetimbangan:
Dan bagaimana nilai Kp reaksi akibat masing-masing gangguan tersebut, apakah nilai Kp
berubah atau tidak? Jika berubah, apakah perubahan nilai Kp tersebut menjadi lebih besar
atau lebih kecil?
Jawab:
a. Kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan jumlah Cl2 akan berkurang pada saat
kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.
b. Kesetimbangan akan bergeser ke kiri dan jumlah Cl2 akan bertambah pada saat
kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.
c. Untuk reaksi eksoterm, ketika temperatur dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke
kiri dan jumlah Cl2 akan bertambah pada saat kesetimbangan. Nilai KP akan menjadi
lebih kecil.
d. Bila volume wadah diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah
koefisiennya lebih kecil, yaitu ke kanan atau ke arah produk. Jumlah Cl2 akan berkurang
pada saat kesetimbangan. Nilai KP tidak akan berubah.
A B C D
Mula-mula (M) p q 0 0
C D cx dx
c d c d
KC
A B p ax q bx
a b a b
Bila nilai 1000 x K C << konsentrasi awal, Maka kita dapat melakukan simplifikasi
perhitungan dengan menganggap bahwa nilai ax << p dan bx << q, sehingga
p ax p dan q bx q
cx dx
c d
KC
p q
a b
▪ Bila p = q = 0, maka tabel konsentrasi untuk reaksi (1) di atas adalah sebagai berikut
A B C D
Mula-mula (M) 0 0 r s
KC
A B ax bx
a b a b
Bila nilai 1000 x K C << konsentrasi awal, maka kita dapat melakukan simplifikasi
perhitungan dengan menganggap bahwa nilai cx << r dan dx << s, sehingga
r cx r dan s dx s
r s
c d
KC
ax bx
a b
▪ Bila Q < Kc, maka kesetimbangan bergeser ke kanan. Tabel konsentrasi untuk reaksi (1)
di atas adalah sebagai berikut
A B C D
Mula-mula (M) p q r s
C D r cx s dx
c d c d
KC
A B p ax q bx
a b a b
▪ Bila Q > Kc, maka kesetimbangan bergeser ke kiri. Tabel konsentrasi untuk reaksi (1)
di atas adalah sebagai berikut
A B C D
Mula-mula (M) p q r s
C D r cx s dx
c d c d
KC
A B p ax q bx
a b a b
Contoh Soal:
H 2O HCl H3O Cl
HCl adalah asam karena mendonorkan proton (H+) ke H2 O. H2 O adalah basa karena
menerima proton (H+) dari asam (HCl)
Contoh 1:
HCN aq OH aq H 2O I CN aq
HCN = Asam
OH- = Basa
Contoh 2:
HCHO 2 = Asam
CHO2 - = Basa konjugasi dari HCHO2
H2 O = Basa
H3 O+ = Asam konugasi dari H2O
Contoh 1:
HCO3 - adalah spesi yang bersifat amfoter. Bila dalam kondisi basa (direaksikan dengan
basa), HCO3 - akan bertindak sebagai asam.
HCO3 aq OH aq CO32 H 2O
Bila dalam kondisi asam (direaksikan dengan asam), HCO3 - akan bertindak sebagai basa.
HCO3 aq H 3O aq H 2CO3 aq H 2O
Contoh 2 :
H2 O adalah spesi yang juga bersifat amfoter. Bila H2O direaksikan dengan asam, maka
H2 O akan bertindak sebagai basa
H 2O HCl g H 3O aq Cl aq
H 2O NH 3 aq NH 4 aq OH aq
Contoh:
HC2 H3 O2 (asam asetat) merupakan asam lemah. Maka basa konjugasinya, C2 H3 O2 - bersifat
basa kuat. Dan H2 O dalam kasus ini adalah basa lemah dan asam konjugasinya, H3 O+
adalah asam kuat. Sehingga pada bagian kanan (produk) terdapat asam kuat dan basa kuat,
sedangkan pada bagian reaktan terdapat asam lemah dan basa lemah, sehingga arah
kesetimbangan adalah ke arah kiri.
❖ Kekuatan relatif asam – basa Brønsted-Lowry
AS AM BAS A KONJUGAS I
aKombinasi Ion hidronium – air terjadi karena proton dilewatkan dari molekul air yang satu
ke molekul air yang lainnya menurut persamaan reaksi:
H3O H 2O H 2O H3O
➢ Dari bawah ke atas (dari ammonia ke asam perklorat), kekuatan asam semakin kuat
➢ Dari atas ke bawah (dari ion perklorat ke ion amida), kekuatan basa konjugasi semakin
kuat
❖ Asam biner (binary acid) biasanya terbentuk dari hidrogen dan unsur golongan 16
atau 17, biasanya dilambangkan dengan H2X atau HX, seperti H2O, H2S, H2Se, H2Te,
HF, HCl, HBr, HI.
❖ Kekuatan asam biner bertambah dari kiri ke kanan dalam periode yang sama pada
tabel sistem periodik unsur. Padas asam HnX, semakin ke kanan, atom X bersifat
semakin elektrongatif, sehingga elektron yang dipakai bersama untuk berikatan kovalen
dengan atom hidrogen akan lebih tertarik ke atom X, dan atom H akan menjadi lebih
bermuatan parsial positif. Akibatnya, atom H akan lebih mudah lepas sebagai H+, dan
sifat asam dari spesi HnX akan semakin kuat.
❖ Kekuatan asam biner bertambah dari atas ke bawah dalam golongan yang sama
pada tabel sistem periodik unsur. Pada asam biner HnX, semakin ke bawah, jari-jari
atom X semakin besar, sehingga panjang ikatan H-X semakin besar. Akibatnya atom H
mudah putus sebagai ion H+, dan sifat asam HnX akan semakin kuat.
Contoh Soal 1
Urutkan asam-asam di bawah ini mulai dari asam yang paling lemah sampai asam yang
paling kuat:
a. HI, HF, HBr
b. HCl, PH3 , H2 S
c. H2 Te, H2 O, H2 Se
d. AsH3 , HBr, H2 Se
e. HI, PH3 , H2 Se
Jawab :
a. Dalam tabel sistem periodik, atom F, Br, dan I berada dalam 1 golongan, yaitu
golongan 17. Urutan dari atom-atom tersebut dari atas ke bawah: F, Br, dan I,
sehingga urutan untuk kekuatan asam binernya mulai dari yang paling lemah adalah
HF < HBr < HI
b. Atom Cl, P, dan S berada dalam satu periode, yaitu periode 3. Pada asam HnX, bila X
semakin elektronegatif, maka semakin kuat asam Hn X. Dalam satu periode pada tabel
sistem periodik, semakin ke kanan sifat keelektronegatifan atom X akan semakin besar.
Elektron yang dipakai bersama untuk ikatan kovalen antara atom H dan X semakin
tertarik ke atom X. Akibatnya, atom H akan lebih mudah lepas sebagai ion H+, dan
sifat asam Hn X akan semakin kuat. Urutan atom Cl, P, dan S dalam satu periode pada
tabel sistem periodik dari kiri ke kanan adalah P, S, Cl. Urutan kekuatan asam mulai dari
yang paling lemah sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2 S < HCl
c. Atom Te, O, dan Se berada dalam satu golongan yaitu golongan 16. Sama seperti
nomor a, dalam satu golongan, semakin ke bawah, kekuatan ikatan H-X pada asam Hn X
akan semakin lemah, dan atom H akan semakin mudah terlepas menjadi ion H+,
akibatnya kekuatan asam Hn X akan semakin kuat. Urutan atom-atom tersebut dari atas
ke bawah adalah O, Se, Te, sehingga urutan kekuatan asam mulai dari yang paling lemah
sampai yang paling kuat adalah
H2 O < H2 Se < H2 Te
d. As, Br, dan Se berada dalam satu periode, yaitu periode 4. Urutan atom-atom tersebut
dari kiri ke kanan adalah As, Se, dan Br, sehingga urutan kekuatan asamnya adalah
AsH3 < H2 Se < HBr
e. Pada kasus ini, kita meninjau dua hal, yaitu keelektronegatifan dan ukuran atom. Urutan
keelektronegatifan atom I, P, dan Se mulai dari yang keelektronegatifan paling kecil
sampai yang paling besar adalah P, Se, dan I, dan urutan ukuran atom mulai dari yang
ukurannya paling kecil sampai yang paling besar adalah P, Se, dan I. Dari urutan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa urutan kekuatan asam mulai dari yang paling lemah
sampai yang paling kuat adalah
PH3 < H2 Se < HI
Karena semakin elektronegatif atom X pada asam Hn X, kekuatan asam Hn X akan
semakin kuat, dan semakin besar ukuran atom X pada asam Hn X, kekuatan asam Hn X
akan semakin kuat.
Contoh Soal:
Hanya dengan menggunakan tabel sistem periodik, pilihlah asam yang lebih kuat pada
pasangan asam berikut:
c. H2 O atau H2 S
a. H2 Se atau HBr b. H2 Se atau H2 Te
Jawab:
a. HBr, karena Br lebih elektronegatif dibandingkan Se.
b. H2 Te, karena ukuran atom Te lebih besar jika dibandingkan dengan atom Se.
c. H2 S, karena ukuran atom S lebih besar jika dibandingkan atom O.
▪ Asam Selenat dan atom X bertambah, densitas elektron pada ikatan O-H akan tertarik ke
atom X, sehingga ikatan O-H akan melemah, dan atom H mudah putus sebagai ion H+.
Akibatnya, sifat asam akan semakin kuat.
Ketika atom pusat X mengikat jumlah oksigen yang sama, kekuatan asam bertambah
dari bawah ke atas dalam golongan yang sama dan dari kiri ke kanan dalam periode
yang sama pada tabel sistem periodik.
Contoh:
HIO4 < HBrO4 < HClO4
H3 PO 4 < H2 SO4 < HClO4
Contoh Soal:
Yang manakah asam yang lebih kuat : (a) HClO3 atau HBrO3 ; (b) H3 PO 4 atau H2 SO4 ?
Jawab :
a) HClO3 , karena atom Cl lebih elektronegatif jika dibandingkan atom Br
b) H2 SO4 , karena atom S lebih elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P
Contoh Soal:
Pada pasangan asam berikut, manakah asam yang lebih lemah? (a) H3 PO 4 atau H3 AsO4 ,
(b) HIO 4 atau H2 TeO4 ?
Jawab :
a) H3 AsO4 , karena atom As kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom P
b) H2 TeO4 , karena atom Te kurang elektronegatif jika dibandingkan dengan atom I
▪ Untuk suatu atom pusat X pada asam okso, kekuatan asam bertambah seiring
bertambahnya jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat X. Definisi oksigen
bebas adalah oksigen yang tidak mengikat atom H.
Contoh:
Contoh Soal:
Pada pasangan asam berikut, asam manakah yang lebih kuat : (a) HIO3 atau HIO4 ;
(b) H2 TeO3 atau H2 TeO4 ; (c) H3 AsO3 atau H3 AsO4 ?
Jawab :
a) HIO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat I lebih banyak.
b) H2 TeO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat Te lebih banyak.
c) H3 AsO4 , karena jumlah oksigen bebas yang terikat pada atom pusat As lebih banyak.
Contoh:
CH3 COOH < CH2 ClCOOH < CHCl2 COOH < CCl3 COOH
Contoh Soal:
Bagaimana kekuatan asam berikut jika dibandingkan satu dengan yang lainnya :
CH2 ClCOOH; CH2 FCOOH; CH2 BrCOOH
Jawab:
CH2 BrCOOH < CH2 ClCOOH < CH2 FCOOH
Karena atom keelektronegatifan atom F > Cl > Br
Asam Lewis ➢ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang tidak sempurna
(belum duplet atau oktet). Contohnya BF3 dimana atom pusat B hanya
memiliki 6 buah elektron (belum oktet) dan masih memiliki 1 orbital
kosong 2p yang dapat ditempati pasangan elektron dari spesi lain.
(basa Lewis). Contoh lainnya adalah H+, dimana atom H kehilangan 1
elektron, sehingga orbital 1s dari atom H kosong dan dapat diisi oleh
pasangan elektron dari spesi basa Lewis.
➢ Spesi molekul atau ion dengan kulit valensi yang lengkap, tetapi
memiliki ikatan rangkap yang dapat “dipindah” untuk membuat ruang
kosong bagi pasangan elektron yang didonorkan oleh spesi basa
Lewis. Contohnya CO 2 .
➢ Spesi molekul atau ion yang memiliki atom pusat yang mampu
menampung kelebihan elektron, yang mana atom pusatnya melebihi
oktet (biasanya unsur-unsur periode 3 sampai 7. Contohnya SO 2 .
Basa Lewis ➢ Spesi molekul atau ion yang dapat memberikan pasangan elektron dan
yang memiliki kulit valensi yang lengkap (Contohnya NH3 , O2-)
Jawab:
a) Asam Lewis = H+; Basa Lewis = NH3
b) Asam Lewis = SeO3 ; Basa Lewis = Na2 O
c) Asam Lewis = Ag+; Basa Lewis = NH3
Contoh Soal:
a) Apakah ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!
b) Apakah molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!
c) Apakah molekul SO3 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis atau basa Lewis?
Jelaskan!
Jawab:
a) Ion Fluorida lebih suka bertindak sebagai basa Lewis karena kulit valensinya telah terisi
elektron sampai oktet sehingga dapat bertindak sebagai pendonor elektron.
b) Molekul BeCl2 lebih suka bertindak sebagai asam Lewis karena kulit valensi atom pusat
Be belum terisi penuh oleh elektron (belum oktet) sehingga Be masih dapat menerima
pasangan elektron dari spesi basa Lewis.
c) Molekul SO 3 dapat bertindak sebagai basa Lewis, karena struktur molekul SO 3 terdiri
dari 3 buah atom oksigen yang masing-masing memiliki pasangan elektron bebas dan
muatan parsial negatif sehingga berpotensi untuk mendonorkan elektron. Namun, SO3
akan lebih efektif bertindak sebagai asam Lewis, karena atom pusat S bermuatan parsial
positif.
Keasaman Ion Logam Terhidrasi
❖ Ketika senyawa ionik dilarutkan di dalam air, senyawa ionik tersebut akan terionisasi
dan ion-ion dari senyawa ionik tersebut akan dikelilingi oleh molekul air atau ion-ion
tersebut terhidrasi oleh molekul air membentuk M(H2O)n+, dimana n dapat bervariasi
bergantung pada muatan ion Mn+.
❖ Spesi M(H2O)n+ bersifat asam Brønsted-Lowry sesuai persamaan reaksi berikut:
M H 2O H 2O MOH n 1 H 3O
n
Muatan positif dari ion logam M menarik molekul air dan densitas elektron dari ikatan
O-H pada molekul air, menyebabkan ikatan O-H tersebut menjadi lebih polar, muatan
parsial positif atom H akan bertambah, ikatan O-H melemah dan atom H mudah putus
sebagai ion H+ dimana ion H+ tersebut ditransfer ke molekul air terdekat membentuk ion
hidronium.
• Kekuatan asam spesi M(H2O)n+ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu muatan ion
logam M dan ukuran ion logam M.
• Semakin besar muatan positif ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin
kuat. Semakin kecil ukuran ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.
• Kekuatan asam M(H2O)n+ juga dipengaruhi oleh densitas muatan, dimana densitas
muatan dinyatakan sebagai muatan ion per volum ion. Semakin besar densitas
muatan ion logam Mn+, kekuatan asam M(H2O)n+ semakin kuat.
Contoh Soal:
Kebanyakan garam kromium mengkristal dalam bentuk hidrat yang mengandung ion
Cr(H2 O)6 3+. Larutan dari garam ini cenderung bersifat asam. Mengapa?
Jawab:
Ion logam Cr3+ dapat menarik densitas elektron ikatan O-H pada molekul air dan ikatan O-H
menjadi lebih polar. Hal tersebut menyebabkan ikatan O-H melemah dan atom H dapat
mudah putus sebagai ion H+ dan ion H+ tersebut kemudian ditransfer ke molekul air terdekat
membentuk ion hidronium menurut persamaan reaksi kesetimbangan berikut:
Cr H 2O 6 H 2O Cr H 2O 5 OH 2 H 2O
3
Contoh Soal:
Ion yang mana yang diharapkan memberikan larutan yang bersifat lebih asam, Fe2+ atau
Fe3+? Jelaskan!
Jawab:
Ion Fe3+, karena memiliki densitas muatan yang lebih besar jika dibandingkan ion Fe2+.
Contoh Soal:
Diberikan oksida sebagai berikut: CrO, Cr2 O3 , CrO 3
a) Oksida mana yang paling asam?
b) Oksida mana yang paling basa?
c) Oksida mana yang bersifat amfoter?
Jawab:
a) CrO 3 , karena bilangan oksidasi Cr paling tinggi, yaitu +6.
b) CrO, karena biloks Cr paling rendah, yaitu +2.
c) Cr2 O3 , biloks Cr adalah +3.
Persen Ionisasi
terionisasi 100%
awal
❖ Kriteria untuk Menyederhanakan Perhitungan
CH A 100 K a atau CB 100 Kb
Pendekatan ini dapat digunakan dengan error maksimum sebesar 5% untuk [H+] atau
[OH-].
❖ Asam Poliprotik
Salah satu contohnya adalah H3 PO4 yang memiliki tiga atom H yang dapat terionisasi
dalam 3 tahap.
H 3O H 2 PO4
(1) H 3 PO4 H 2O H 3O H 2 PO K a1 7,1103
4
H3 PO4
2
H 3O HPO42
(2) H 2 PO4 H 2O H 3O HPO Ka2 6,3 108
4
H 2 PO4
2 3
H 3O PO43
(3) HPO H 2O H 3O PO Ka3 4, 2 1013
HPO4 2
4 4
Dimana Ka1 > K a2 > Ka3 . Untuk menentukan pH, kita dapat menggunakan
penyederhanaan perhitungan dimana semua H3 O+ dihasilkan pada tahap 1 karena nilai
K >> K (K bernilai 100000 x lebih besar dari K ) dan [H PO - ] = [H O+].
a1 a2 a1 a2 2 4 3
Contoh Soal:
Tentukan konsentrasi larutan H2 SO4 yang memiliki pH =2,15 pH larutan = 2.15,
[H3 O+] = 10-pH = 10-2,15 = 0,0071M.
1. Spesi-spesi yang terlibat di dalam sistem : H2 SO4 , H3 O+, HSO 4 -, SO 4 2-, OH-
Kita dapat mengeliminasi spesi H2 SO4 , karena spesi tersebut terionisasi sempurna
pada tahap pertama, dan juga kita dapat mengeliminasi OH- karena [OH-] sangat
kecil dalam larutan dengan pH 2,15.
2. Spesi Unknown
[HSO 4 -], [SO 4 2-], dan M (molaritas H2 SO4 (aq))
3. Persamaan
a. Persamaan kesetimbangan tahap Ii penguraian HSO 4 - menjadi H3 O+ dan SO 4 2-
H 3O SO42
Ka 2 1,1102 (a)
HSO4
b. Persamaan mass balance
[HSO 4 -] + [SO 42-] = M (b)
c. Persamaan elekronetralitas
[H3 O+] = [HSO 4 -] + (2 x [SO 4 2-]) = 0,0071 (c)
Dibutuhkan dua molekul H3 O+ untuk berikatan dengan SO 4 2- untuk menghasilkan
molekul netral sehingga konsentrasi H3 O+ yang diperlukan untuk berikatan dengan
SO 4 2- adalah 2 x [SO 4 2-].
4. Selesaikan ketiga persamaan tersebut
Selesaikan persamaan c, dan diperoleh
[HSO 4 -] = 0,0071 – 2[SO 42-] (d)
+
Substitusi persamaan (c) ke persamaan (a) dan gunakan nilai [H3 O ] = 0,0071 M,
sehingga diperoleh
0,0071 SO42
1,1102 (e)
0,0071 2 SO4 2
Selesaikan persamaan (d) untuk mendapatkan [SO 4 2-], yang mana diperoleh [SO 4 2-] =
0,0027 M. Kemudian substitusi nilai [SO 4 2-] ke persamaan (c) untuk mendapatkan
[HSO 4 -] dan diperoleh [HSO 4 -] = 0,0017M. Untuk mendapatkan konsentrasi
[H2 SO4 ], selesaikan persamaan (b) dengan memasukkan nilai [SO 4 2-] dan [HSO 4 -]
dan didapatkan [H2 SO4 ] = 0,0044 M.
❖ Hidrolisis dan pH Larutan Garam
1. Garam dari basa kuat dan asam kuat (seperti NaCl), TIDAK TERHIDROLISIS, dan
pH larutan = 7.
2. Garam dari basa kuat dan asam lemah (seperti CH3 COONa) akan terhidrolsis dan pH
larutan >7 (anion bertindak sebagai basa).
3. Garam dari basa lemah dan asam kuat (seperti NH4 Cl) akan terhidrolisis dan pH
larutan < 7 (kation bertindak sebagai asam).
4. Garam dari basa lemah dan asam lemah (seperti NH4 CH3 COO) akan terhidrolisis
dan pH larutan bergantung pada nilai Ka atau Kb kedua ion. (Kation bertindak
sebagai asam dan anion bertindak sebagai basa).
❖ Larutan Buffer
Larutan buffer terbentuk dari campuran asam lemah dan garamnya (basa konjugasi) atau
campuran basa lemah dan garamnya (asam konjugasi). Contohnya: Larutan yang terdiri
dari campuran CH3 COOH dan CH3 COO -. Berikut skema cara kerja larutan buffer dalam
mempertahankan pH ketika larutan buffer ditambahkan asam atau basa.
Persamaan Henderson-Hasselbalch
pH pK a log
basa konjugasi atau pH pK log basa konjugasi
asamlemah a
asamlemah
pH pK w pKb log
basa lemah
asam konjugasi
Skema Perhitungan Perubahan pH pada Larutan Buffer
Titrasi Asam-basa
(1) Titrasi asam kuat oleh basa kuat
(2) Titrasi basa kuat oleh asam kuat
(3) Titrasi asam lemah oleh basa kuat
(4) Titrasi basa lemah oleh asam kuat
1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Terdapat 4 keadaan, yaitu :
1. Sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam kuat
2. Saat titrasi berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH asam
kuat yang tidak bereaksi dengan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = 7.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.
Contoh kasus:
Titrasi 50 mL HCl 0,1 M dengan 0,2 M NaOH.
Penyelesaian:
Tahap pertama adalah menentukan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen. Pada titik ekivalen,
Mol HCl = Mol NaOH atau MaVa = MbVb
Dimana subscript ‘a’ mengindikasikan asam, HCl dan subscript ‘b’ mengindikasikan basa,
NaOH. Volume NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen adalah
M aVa 0,1 M 50 ml
Veq Vb 25 mL
Mb 0, 2 M
Keadaan I, sebelum titrasi dimulai
pH = -log [H3 O+] = -log[HCl] = -log(0,1) = 1
Keadaan II, saat titrasi sedang berlangsung dan sebelum tercapai titik ekivalen
(penambahan 10 mL NaOH)
mol HCl yang berlebihan M aVa M bVb 0,1 M 50 mL 0, 2 M 10 mL
HCl 0, 05 M
Volume total Va Vb 50 mL 10 mL
pH log 0, 05 1,3
25.00 7.00
Contoh kasus:
Hitunglah pH larutan selama titrasi 50 mL NaOH 0,05 M dengan 0,1 M HCl setelah
penambahan HCl sebanyak a. 0 mL; b. 10 mL; c. 25 mL; dan 30 mL.
25.00 7.00
OH
M bVb M aVa 0, 05 M 50 mL 0,1 M 10 mL 0, 025 M
Va Vb 50 mL 10 mL
pOH log 0, 025 1, 6
pH 14 1, 6 12, 4
Keadaan III, pada saat tercapai titik ekivalen (pada penambahan 25 mL HCl)
pH = 7
Keadaan IV, pada saat melewati titik ekivalen (pada penambhaan 30 mL HCl)
H
M bVb M aVa 0,1 M 30 mL 0,05 M 50 mL 0,00625 M
Va Vb 30 mL 50 mL
pH log 0,00625 2, 2
3. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat
Sama seperti titrasi asam kuat oleh basa kuat dan titrasi basa kuat oleh asam kuat, pada
titrasi asam lemah oleh basa kuat juga terdapat 4 keadaan, yaitu:
1. Saat sebelum titrasi dimulai, pH larutan = pH asam lemah.
2. Saat titrasi berlangsung, sebelum tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH larutan
buffer yang dibentuk oleh sisa asam lemah yang tidak bereaksi dengan basa kuat
dan garam hasil reaksi asam lemah dan basa kuat.
3. Saat tercapai titik ekivalen, pH larutan = pH hidrolisis garam hasil reaksi asam
lemah dengan basa kuat.
4. Saat melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih.
Contoh kasus:
Titrasi 50 mL asam asetat 0,1 M dengan 0,1 M NaOH.
50.00 8.73
M aVa M bVb
M aVa 0,1 M 50 mL
Veq Vb 50 mL
Mb 0,1 M
Keadaan I, sebelum penambahan NaOH , pH larutan = pH larutan asam asetat 0,1 M
Mula-mula 0,1 M
Bereaksi X X X
Sisa 0,1 – X X X
H 3O CH 3COO x x
Ka 1, 75 105
CH 3COOH 0,1 x
x H 3O 1,32 103
pH 2,88
Keadaan II, Saat titrasi sedang berlangsung pada penambahan 10 mL NaOH, pH larutan =
pH larutan buffer yang terbentuk dari asam lemah dan garamnya
CH 3COO
pH pK a log
CH 3COOH
M aVa M bVb 0,1 M 50 mL 0,1 M 10 mL
CH 3COOH 0, 0667 M
Va Vb 50 mL 10 mL
MV
CH 3COO b b
0,1 M 10 mL 0, 0167 M
Va Vb 50 mL 10 mL
0, 0167
pH 4, 76 log 4,16
0, 0667
Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, pada penambahan 20 mL NaOH,
pH larutan = 4,58.
Keadaan III, Saat tercapai titik ekivalen, pada penambahan 50 mL NaOH, pH larutan = pH
hidrolisis larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, dimana yang
terhidrolisis adalah spesi yang berasal dari asam lemah.
Keadaan IV, Setelah melewati titik ekivalen, pH larutan = pH basa kuat yang berlebih
Pada penambahan 60 mL NaOH, konsentrasi OH- adalah
OH
0,1 M 60 mL 0,1 M 50 mL 0,00909 M
60 mL 50 mL
pH 11,96
Contoh kasus:
50 mL aliquot larutan NaCN 0,05 M dititrasi dengan HCl 0,1 M. Reaksi nya adalah sebagai
berikut:
CN H3O HCN H 2O
Hitunglah pH larutan setelah penambahan a. 0,00; b. 10,00; c. 25,00 dan d. 26 mL asam
H 3O K a
HCN 6, 2 1010 1 60 4,13 1010
CN 60 1,5
pH log 4,13 1010 9,38
H 3O HCl
26 0,1 50 0, 05 1,32 103 M
76
pH log 1,32 10 2,88
3
Indikator Titrasi Asam Basa
Indikator Warna di larutan asam Warna di larutan basa pH Range pKa
Kurva titrasi di atas membandingkan penggunaan 2 indikator pada titrasi asam asetat oleh
NaOH, yaitu bromtimol biru dan phenolphthalein. Indikator yang paling tepat untuk
digunakan pada titrasi tersebut adalah phenolphthalein karena range pH untuk
phenolphthalein adalah 8,3 -10,0. Sedangkan range pH untuk bromtimol biru adalah
6,0-7,6. Jadi, bila digunakan bromtimol biru sebagai indikator, maka akan terjadi
perubahan warna dari kuning menjadi biru ketika pH larutan belum mencapai titik ekivalen
dan range pH bromtimol biru masih jauh dari titik ekivalen. Pada kurva di atas terlihat
bahwa range pH untuk phenolphthalein berada pada daerah yang “sharp” (curam),
sedangkan untuk bromtimol biru berada pada daerah yang lebih landai jika dibandingkan
phenolphthalein. Dengan demikian, pada penggunaan phenolphthalein sebagai indikator,
perbedaan antara volum titran pada titik ekivalen dan titik akhir titrasi akan jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan penggunaan bromtimol biru sebagai indikator, sehingga
kesalahan pengukuran yang dihasilkan pada penggunaan phenolphthalein sebagai
indikator juga akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kesalahan pengukuran pada
penggunaan bromtimol biru sebagai indikator. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
phenolphthalein adalah indikator yang paling tepat untuk kasus titrasi 50 mL asam asetat 0,1
M dengan NaOH 0,1 M.
BANK SOAL
1. Asam Malat, C3 H5 O3 COOH, adalah asam lemah yang memberikan rasa masam dalam
setiap minuman yang mengandung buah anggur atau apel. Asam ini juga banyak
digunakan sebagai larutan buffer.
a) Tentukan pH larutan yang dibuat dari 8,20 gram natrium malat (berat molekul =
156.07 g/mol) yang ditambahkan ke dalam 500,0 mL larutan 0,125 M asam malat
(Ka = 4,00 x 10-4 )!
b) Hitunglah pH larutan bila ke dalam larutan (a) tersebut ditambahkan 45,0 mL larutan
0,500 M HBr!
c) Apakah sistem buffer yang dibuat pada (a) merupakan buffer yang efektif? Jelaskan
dengan singkat!
2. Aniline, C 6 H5 NH2 , bereaksi dengan air dan memberikan sifat basa sesuai persamaan
berikut : C6 H5 NH 2 aq H 2O C6 H 5 NH 3 aq OH aq
(
Dalam larutan aqueous aniline 0,180 M, konsentrasi [OH-] = 8,80 x 10-6
a) Tuliskan pernyataan konstanta ionisasi (Kb) untuk reaksi ini!
b) Tentukan nilai konstanta ionisasi, Kb, untuk C 6 H5 NH2(aq)!
c) Hitung persen ionisasi C 6 H5 NH2 dalam larutan!
d) Tentukan nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi netralisasi:
C6 H5 NH 2 aq H3O C6 H5 NH 3 aq H 2Ol
e) Tentukan nilai C6 H5 NH3 aq C6 H5 NH 2 aq yang dibutuhkan untuk
menghasilkan larutan Mh = 7,75!
f) Hitung volum larutan 0,050 M HCl yang harus ditambahkan ke 250,0 mL larutan
0,180 M C6 H5 NH2(aq) untuk mencapai rasio tersebut!
3. Asam fosfat adalah asam lemah berproton tiga dengan Ka 1 = 7 x 10-3 , Ka2 = 6 x 10-8 , Ka3
= 4 x 10-13 .
a) Ion-ion apa saja yang mungkin terbentuk dalam larutan asam fosfat?
b) Hitung semua konsentrasi ion-ion tersebut dalam asam fosfat 1 M!
4. Natrium hipoklorit, NaOCl banyak digunakan sebagai bahan pemutih dan zat antiseptik.
Suatu larutan antiseptik dibuat dengan melarutkan 0,745 gram NaOCl di dalam air
sampai volume tepat 100 mL. Tetapan ionisasi (Ka) asam hipoklorit, HOCl = 10 -8 .
a) Tuliskan reaksi pengionan NaOCl dan reaksi hidrolisis yang terjadi!
b) Tuliskan pasangan asam-basa konjugasi yang terlibat!
c) Hitung konsentrasi Na+, OCl-, HOCl, dan OH- di dalam larutan tersebut setelah
tercapai kesetimbangan, nyatakan dalam mol/L!
Larutan antiseptik dengan pH tertentu dapat dihasilkan dengan mencampurkan
larutan HOCl dengan larutan NaOH.
d) Hitung pH larutan antiseptik yang dihasilkan dari pencampuran 100 mL larutan
HOCl 0,1 M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M!
e) Larutan d ditambahkan 1 mmol HCl dengan meneteskan beberapa tetes larutan HCl
pekat (volume larutan HCl dapat diabaikan). Hitung pH larutan setelah penambahan
HCl!
5. Anilin (C6 H5 NH2 ) adalah suatu senyawa organik-nitrogen yang didalam air memberikan
sifat basa. Bila direaksikan dengan larutan HCl, akan membentuk konjugasi asamnya,
ion anilinium, sesuai reaksi:
C6 H5 NH2 (aq) + HCl (aq) C6 H5 NH3 + (aq) + Cl- (aq)
a) Tuliskan reaksi asam-basa C6 H5 NH2 dalam air?
b) Bila K b untuk anilin adalah 4,0 x 10-10 , berapa nilai K a untuk ion anilinium?
c) Berapa pH dari larutan 0,080 M larutan anilinium chlorida?
d) Berapa pH larutan yang anda akan peroleh bila kedalam 100 mL larutan ‘c’
ditambahkan 150 mL larutan anilin 0,10M?
6. Ketika natrium etanoat (CH3 COONa) dilarutkan dalam air terjadi reaksi kesetimbangan
sebagai berikut:
Definisi kelarutan
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
tertentu atau dalam sejumlah larutan tertentu.
Kelarutan dilambangkan dengan s (solubility), dan dinyatakan dalam mol L-1 .
Jika terdapat larutan dan padatan pada suatu kesetimbangan heterogen, dalam penentuan
harga tetapan kesetimbangan, hanya konsentrasi ion-ion saja yang diperhitungkan, maka
pada:
a. K1 = [Ag+][Cl-]
b. K2 = [Ag+]2 [CrO 4 2-]
c. K3 = [Mg2+][ OH-]2
Dari uraian diatas, maka tetapan kesetimbangan yang berlaku yaitu tetapan hasil kali
kelarutan (solubility product constant) yang disingkat dengan K sp . Dengan kata lain, tetapan
hasil kali kelarutan adalah tetapan kesetimbangan dari keseimbangan antara garam atau basa
yang sedikit larut.
Maka pada:
a. Ksp AgCl = [Ag+][Cl-]
b. Ksp Ag2 CrO 4 = [Ag+]2 [CrO 4 2-]
c. Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH-]2
Harga Ksp merupakan perkalian antara konsentrasi kation dan konsentrasi anion pangkat
koefisiennya. Perhatikanlah persamaan reaksi berikut:
K x Ay s Kyaq yAxaq
Jawab:
a. Ksp AgBr = [Ag+][Br-]
b. Ksp Ag2 CO3 = [Ag+]2 [CO 3 2-]
c. Ksp PbI2 = [Pb2+] [I-]2
d. Ksp Ba3 (PO 4 )2 = [Ba2+]3 [PO 4 3-]2
Ax By s xAyaq yBxaq
Kelarutan S XS YS
x y
K sp Ax By A y B x
XS YS
x y
X x S x Y y S y
X x Y y S x y
K sp
S x y
X Y yx
Contoh :
1. Diketahui K sp Ag2 CrO 4 pada suhu 25 o C adalah 2,4 x 10-12 . Tentukanlah kelarutan
Ag2 CrO 4 dalam air pada suhu 25 o C dan tentukan konsentrasi [Ag+] dalam keadaan
jenuh!
Jawab:
K 2, 4 1012
S x y x sp y 21 8, 4 105 mol/L
X Y 22 11
Jadi, kelarutan Ag2 CrO 4 dalam air adalah 8,4 x 10-5 mol/L. Konsentrasi [Ag+] = 2s = 2 x
8,4 x 10-5 mol/L = 1,68 x 10-4 mol/L.
2. Pada suhu tertentu, kelarutan Ca(OH)2 adalah 0.074 g dalam 100 mL larutan.
Tentukanlah K sp Ca(OH)2 jika Mr Ca(OH)2 = 74.
Jawab:
Jumlah mol Ca(OH)2 = 0.074 / 74 = 10-3 mol
Kelarutan Ca(OH)2 = 10-3 mol / 0.1 L = 10-2 mol/L
K K
S 21 2 sp 1 3 sp
2 1 4
K sp 4S 3 4 102 4 106 mol/L
3
Jawab:
a. Larutan AgNO 3 (aq) Ag+(aq) + NO 3 -(aq)
0,1 M 0,1 M 0,1 M
+
Konsentrasi 0.1M Ag dalam larutan merupakan konsentrasi awal. Kemudian, kedalam
larutan ditambahkan AgCl. Jika yang larut adalah s, maka:
Claq
AgCl aq
Ag aq
Mula-mula: 0,1 M
sM
Kelarutan: s sM
sM
Kesetimbangan: (s + 0,1) M
Pada keadaan setimbang, konsentrasi Ag+ = (s+0.1) M. karena harga s kecil sekali
sehingga dapat diabaikan, maka konsentrasi Ag+ menjadi 0.1 M.
K sp AgCl = [Ag+][Cl-]
1,6 x 10-10 = (0.1) (s)
s = 1,6 x 10-9 M
jadi, kelarutan AgCl dalam larutan AgNO 3 0.1M adalah 1,6 x 10-9 M
b. Larutan NaCl
Ion senama adalah Cl- yang memiliki konsentrasi 0.2 M.
K sp AgCl = [Ag+][Cl-]
1,6 x 10-10 = (s) (0.2)
s = 8 x 10-10 M
jadi, kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0.2 M adalah 8 x 10-10 M
Pengendapan
Hasil kali kelarutan disebut Qc. Jadi jika dua jenis larutan elektrolit dicampur, maka ada 3
kemungkinan yang akan terajdi, yaitu:
1. Jika Qc < K sp -nya maka terbentuk larutan belum jenuh (tidak terbentuk endapan)
2. Jika Qc = K sp -nya, maka terbentuk larutan tepat jenuh (tidak terbentuk endapan)
3. Jika Qc > K sp -nya, maka terbentuk larutan lewat jenuh (terbentuk endapan)
2. Diketahui K sp Ag2 CrO 4 = 2.4 x 10-12 . Jika 25 mL larutan AgNO 3 10-3 M dicampur
dengan 75 mL larutan Na2 CrO 4 10-3 M, apakah terjadi endapan?
Jawab:
Setelah dicampurkan:
VM 25 103
AgNO3 Ag 1 1 2,5 104 M
V1 V2 100
V1M 1 75 103
NaCl Cl 7,5 104 M
V1 V2 100
Qc AgCl Ag CrO4 2 2,5 104 7,5 104 46,8 1012
2 2
f) Zn(CN)2
d) Ni(OH)2 e) PbBr2
2. Kelarutan molar dari senyawa BaSO 3 dalam BaCl2 0,10 M adalah 8,0 x 10–6 M.
Berapakah nilai Ksp dari BaCO 3 ?
3. Seorang Kimiawan mempunyai larutan yang di dalamnya terdapat ion Ag+ dan Ni2+,
Kimiawan tersebut ingin memisahkan kedua ion dengan jalan pengendapan dengan
membentuk endapan karbonat. Jika gas karbon dioksida dimasukkan sampai jenuh ke
dalam larutan sampai konsentrasi jenuhnya 0,03 M, di range pH berapakah Perak(I)
karbonat akan mengendap sehingga di dalam larutan hanya tertinggal ion Ni2+?
(K sp = [Ag+][Co3 2-] = 8,5 x 10-12 , K sp = [Ni2+][CO 3 2-] = 8,5 x 10-7 , Asumsikan
konsentrasi larutan ion sama 0,1 M)
4. Tembaga(I) Klorida mempunyai nilai K sp = 1,7 x 10-7 . Hitunglah berapa besar kelarutan
molar Tembaga(I)klorida di dalam:
b) 0,020 M Larutan HCl
a) Air Murni
d) 0,150 M Larutan CaCl2
c) 0,200 M Larutan HCl
5. Apakah endapan dari PbBr2 akan terbentuk jika 50 mL dari larutan Pb(NO3)2 0,0100 M
di campur dengan...
a) 50 mL larutan KBr 0,0100 M
b) 50 mL larutan NaBr 0,1000 M
6. AgCI dan AgI adalah dua garam yang sukar larut, akan tetapi kelarutan dari AgI
sangatlah lebih kecil di bandingkan kelarutan AgCI yang bisa dilihat dari nilai K sp nya.
Suatu larutan terdiri dari ion CI- dan I- dengan [CI-] = 0,050 M dan [I-] = 0,050 M. Jika
padatan AgNO 3 ditambahkan ke dalam 1 liter larutan tersebut, hitunglah nilai
konsentrasi ion [I-] ketika AgCI mulai mengendap?
(K sp AgCI = 1,8 x 10-10 , Ksp AgI = 8,5 x 10-17 )
7. Garam Na2 SO 4 secara bertahap di tambahkan ke dalam 100 mL larutan yang terdiri dari
ion Ca2+ (0,15 M) dan ion Sr2+ (0,15 M).
a) Berapa konsentrasi ion Sr2+ dalam mol L-1 ketika mulai terbentuk endapan CaSO 4 ?
b) Berapa presentase dari ion Sr2+ ketika mulai terbentuk endapan CaSO 4 ?
8. Berapa range nilai pH yang di butuhkan untuk mengendapkan selektif hanya ke ion Cu2+
menjadi Cu(OH)2 dari larutan yang terdiri 0,10 M Cu2+ dan 0,10 M Mn2+?
(K sp Cu(OH)2 = 4,8 x 10-20 , Ksp Mn(OH)2 = 1,6 x 10-13 )
9. Batu ginjal sering terdiri dari kalsium oksalat yang tak larut (CaC 2 O4 ) yang mempunyai
nilai K sp = 2,3 x 10-9. Kalsium oksalat sangat kurang larut dibandingkan magnesium
oksalat (MgC2 O4 ) yang mempunyai nilai K sp = 4,8 x 10-6 . Larutan yang terdiri dari ion
Ca2+ dan Mg2+ dengan konsentrasi 0,10 M. Berapa pH yang dibutuhkan untuk
memisahkan kedua ion dengan pengendapan CaC 2 O 4 jika di dalam larutan juga terdapat
asam oksalat (H2 C2 O4 ) dengan konsentrasi 0,10 M ? (H2 C2 O4 , nilai Ka1 = 6,5 x 10-2 , Ka2
= 6,1 x 10-5 )
10. Dalam Industri plating logam, limbah yang dihasilkan seringkali terdapat ion Zn2+ dan
ion Ni2+. Usaha yang bisa dilakukan untuk mendapatkan logam tersebut adalah dengan
mengendapkannya sebagai endapan garam karbonat. Pada range pH berapa mungkin
didapatkan pemisahan dan endapan dari ion Seng(II) dan Nikel(II) jika konsentrasi CO 2
adalah sebesar 0,030 M ?
11. Didalam fotografi, sisa dari perak bromida dihilangkan dari film dengan merendam
dalam larutan Natrium tiosulfat (Na2 S2 O 3 ). Ion perak akan membentuk kompleks dengan
ion tiosulfat (S2 O 3 -) sehingga terbentuk ion Ag(S 2 O 3 )2 3- dan membentuk kompleks
karena AgBr dalam film akan terlarut. Kompleks Ag(S 2 O3 )2 3- mempunyai nilai K form =
2,0 x 1013 . Berapa banyak AgBr (K sp = 5,4 x 10-13 ) akan terlarut didalam 125 mL dari
1,20 M larutan Na2 S2 O 3 .
12. Perak Iodida sangat tak larut dalam air dan susah dihilangkan dari peralatan gelas tetapi
membentuk ion kompleks yang relatif stabil, AgI2– (Kform = 1 x 1011 ). Hal ini membuat
AgI larut dalam larutan yang terdapat ion I– . Ketika larutan yang terdiri dari ion AgI2 –
dilarutkan ke dalam air, AgI mengendap. Jelaskan mengapa hal ini bisa terjadi
berdasarkan kesetimbangan yang terjadi. Berapa banyak AgI akan terlarut dalam 100 mL
larutan KI 1,0 M?
13. Perak membentuk garam iodida yang sedikit larut, AgI, dan juga membentuk kompleks
iodida yang larut, AgI2 – (Kform = 1 x 1011 ). Berapa banyak (gram) Kalium iodida harus
ditambahkan ke dalam 100 mL aquadest untuk melarutkan 0,020 mol AgI?
14. Suatu Kation M2+ dapat membentuk kompleks ion dengan Ligan L dengan mengikuti
persamaan:
M2+ + 2L ↔ M(L)2 2+
Kation M2+ juga membentuk garam yang sedikit larut, MCl2 . Dalam kondisi bagaimana
jumlah dari ligan mempengaruhi jumlah garam yang terlarut di dalam larutan? Jelaskan
dan sertakan perhitungannya?
a) Kform = 1 x 102 dan K sp = 1 x 10-15
b) Kform = 1 x 1010 dan K sp = 1 x 10-20
15. Seorang mahasiswa mempunyai larutan yang terdiri dari ion Pb2+, Ni2+, dan Cd2+ dan
ingin memisahkan ion-ion tersebut. Mahasiswa tersebut menambahkan H2 S dan
mengasamkan larutan hingga pH 0,5. Endapan yang terbentuk dipisahkan kemudian pH
dinaikkan sampai pH 8,0 dan endapan lain terbentuk. Mahasiwa tersebut kemudian
menambahkan HCl, berharap akan mendapatkan Timbal(II) klorida. Apakah mahasiwa
tersebut berhasil mendapatkan PbCl2 ? Garam apakah yang terbentuk pada endapan
pertama dan kedua?
16. Seorang dosen kimia meminta salah satu mahasiswinya untuk mengukur K sp dari
Mg(OH)2 , akan tetapi dosen tersebut hanya memberikan 1 liter box susu. Mahasiswi
tersebut menyadari adanya hubungan antara Ksp dan kelarutan, kemudian mahasiswi
tersebut mengukur kelarutan Mg(OH)2 di dalam air susu, dan didapatkan nilai
kelarutannya sebesar 7,05 x 10-3 g L-1 pada suhu 25 o C. Bantulah mahasiswi untuk
menghitung K sp untuk Mg(OH)2 dari data kelarutan yang dia dapat?
17. Suatu sampel air sadah ditemukan mengandung 278 ppm ion Ca 2+. Ke dalam 1 liter
larutan ini dilarutkan 1 gram Na2 CO3 . Berapakah konsentrasi dari Ca2+ dalam ppm?
(Asumsikan tidak ada perubahan volum pada penambahan Na2 CO3 dan asumsikan massa
jenis larutan 1 g/mL).
18. Ketika padatan NH4 Cl ditambahkan ke dalam suspensi Mg(OH)2 (s), beberapa Mg(OH)2
larut;
a) Tuliskan semua reaksi kimia yang mungkin pada larutan setelah penambahan
NH4 Cl?
b) Berapa banyak mol NH4 Cl harus ditambahkan ke dalam 1 Liter suspensi Mg(OH)2
untuk melarutkan 0,1 mol Mg(OH)2 ?
c) Berapakah pH larutan setelah 0,1 mol Mg(OH)2 larut didalam larutan yang
mengandung NH4 Cl ?
19. Jika 100 mL NH3 2,0 M ditambahkan ke dalam 0,4 L larutan yang mengandung Mn2+
0,1 M dan Sn2+ 0,1 M, berapakah jumlah minimum gram HCl yang harus ditambahkan
ke dalam larutan untuk mencegah Mn(OH)2 mengendap?
K sp Mn(OH)2 = 1,6 x 10–13 , Asumsikan semua timah mengendap sebagai Sn(OH)2
seperti reaksi yang terjadi di bawah ini;
Sn2+ (aq) + 2 NH3 (aq) + 2H2 O → Sn(OH)2 (s) + 2NH4 + (aq)
20. Seorang mahasiswa mempunyai larutan yang terdiri dari campuran ion-ion Cu2+, Co2+,
Ba2+, Pb2+, Ag+, Mn2+, Ca2+, dan Bi3+. Bagaimana mahasiswa inimemisahkan ion-ion
tersebut? Dapatkah semuanya dipisahkan? Ion mana yang tidak dapat dipisahkan dari ion
yang lain?
Ag2 CO 3 akan mengendap dan NiCO 3 tidak akan mengendap jika [CO 3 2-] > 8,5 x 10-10
dan [CO 3 2-] < 1,4 x 10-6
H CO 3
2 2
Ka
H 2CO3
0, 03
Dari persamaan diatas: H 2, 4 1017
2
CO32
NiCO 3 akan mengendap jika:
0, 03
H 2, 4 1017
2
6
5,5 1013
1, 4 10
H 7, 4 107
Ag2 CO 3 akan mengendap jika:
0, 03
H 2, 4 1017
2
10
8,5 1010
8,5 10
H 2,9 105
Jadi Ag2 CO3 akan mengendap dan NiCO 3 tidak akan mengendap jika pH dijaga pada
rentang pH 4,54 – 6,13.
Cu2+ Cl-
Awal - -
Reaksi +x +x
Akhir +x +x
(b) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7
Cu2+ Cl-
Awal - 0,0175
Reaksi +x +x
Akhir +x 0,0175 + x
(c) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7
Cu2+ Cl-
Awal - 0,0175
Reaksi +x +x
Akhir +x 0,0175 + x
(d) CuCl (s) ↔ Cu2+ (aq) + Cl- (aq) Ksp = [Cu2+][Cl-] = 1,7 x 10-7
Cu2+ Cl-
Awal - 0,350
Reaksi +x +x
Akhir +x 0, 350 + x
7. Pertama kita menentukan jumlah minimum SO42– yang harus ditambahkan untuk
membuat endapan CaSO4. CaSO4 akan mengendap setelah SrSO4 terlampaui nilai Ksp
nya, Ksp CaSO4 =
4,9 x 10–5 dan Ksp SrSO4 = 3,4 x 10–7.
(a)
Misalkan x = [Ca2+]; Ksp = [Ca2+][ SO42-] = (0,15)(x) = 4,9 x 10–5
x = [ SO42-] = 3,3 x 10-4 M
Ketika [ SO42-] = 3,3 x 10-4 M, CaSO4 akan mulai mengendap. Sekarang kita mencari nilai
Sr2+. SrSO4 (s) ↔ Sr2+(aq) + SO42-(aq) Ksp = [Sr2+][ SO42–]
[Sr2+] [SO42–]
Awal - 3,3 x 10-4
reaksi +x 3,3 x 10-4 + x
akhir +x 3,3 x 10-4 + x
Oleh karena itu, dari pH 4,8 – 8,1 Mn(OH)2 akan larut, tetapi Cu(OH)2 akan mengendap
dalam larutan tersebut.
ZnCO3 akan mengendap dan NiCO3 tidak akan mengendap jika [CO32–] > 1,5 x 10–9 dan
[CO32–
] < 1,4 x 10–6.
Ka =
[H+]2
NiCO3= akan
(2,4 xmengendap
10–17) jika
:
[H+]2 = (2,4 x 10–17) = 5,5 x 10–13
[H+] = 7,4 x 10–7 pH = 6,14
ZnCO3 akan mengendap;
[H+] = 2,2 x 10–5
Jadi ZnCO3 akan mengendap dan NiCO3 tidak akan mengendap jika pH dijaga pada
pH = 4,66
rentang
pH 4,66 – 6,14.
Kc = = 10
x = 0,518 M = [Ag(S2O3)23–]
karena 1 mol AgBr menghasilkan 1 mol Ag(S2O3)23–, kita dapat menentukan jumlah AgBr
yang harus dilarutkan dalam 125 mL.
gram AgBr = (0,125 L)(o,518 mol/L)(187,77 g/mol) = 12,2 gram AgBr
Ketika AgI2– larut, semua konsentrasi spesies yang ada dalam Kform di atas berkurang.
Akan tetapi pengurangan ion [I–] mempunyai efek yang lebih besar dalam kesetimbangan
karena ada faktor pangkat. Oleh karena itu denominator pada persamaan jauh lebih
berkurang dibandingkan numerator dalam persamaan, Q. Sitem berekasi sesuai prinsip
LeChatelier, yaitu kesetimbangan bergerak ke arah kiri untuk meningkatkan [I–].
Karena sistem bergeser ke arah kiri akibatnya ion [Ag+] juga bertambah, yang berefek ke
persamaan pertama sehingga persamaan diatasnya juga akan bergeser ke arah kiri sehingga
endapan AgI(s) bertambah.
Kombinasi dari 2 persamaan di atas akan menghasilkan Kc:
Untuk menjawab pertanyaan kedua kita akan membuat tabel. Kita akan isi I- = 1,0 M.\
[I–] [AgI2–]
awal 1,0 -
reaksi -x +x
akhir 1,0 – x +x
Kc = = 8,5 x 10–6
Kc = = 8,5 x 10–6
x = 8,5 x 10–6
Nilai ini merepresentaskan perubahan konsentrasi dari [I–] yang mana sesuai dengan
persamaan reaksinya akan seimbang dengan perubahan AgI(s). Volum yang diberikan
adalah
0,1 l, sehingga kita bisa menemukan AgI yang bereaksi :
0,125 L (8,5 x 10–6 mol/L) = 1,1 x 10–6 mol AgI
1,1 x 10–6 mol AgI (234,8 gram/mol) = 2,5 x 10–4 gram AgI
Jika semua AgI larut, akan larut dalam bentuk AgI2–, oleh karena itu konsentrasi AgI2–
adalah: [AgI2–] = = 0,160 M AgI2–
[CN–] = = 1,9 x 104 M
Jumlah KI yang harus ditambahkan adalah : (1,9 x 104 M)(0,125 L) = 2350 mol KI Gram
KI = (2350 mol KI)(166 gram/mol) = 3,91 x 105 gram KI
14. (a)
Pada kasus a, konstanta pembentukan relatif kecil yang menyatakan bahwa kompleksnya
sangat tidak stabil. Nilai Ksp yang sangat kecil menyatakan bahwa padatan ML2
adalah sangat stabil. Konsekuensinya dalam larutan akan terdapat ion M2+ dalam
jumlah yang sangat kecil sekali.
(b)
Pada kasus b, kelarutan ML2 sangat lebih kecil dari kasus a, akan tetapi nilai konstatnta
pembentukan yang besar menyatakan bahwa hanya sedikit ion M2+ dalam larutan akan
bereaksi dengan ligan untuk membentuk ion kompleks. Sehingga dapat disimpulkan, akan
lebih banyak padatan ML2 yang akan larut yang akan menambah jumlah ion M2+ dalam
larutan.
15. Mahasiswa tersebut tidak akan mendapatkan PbCl2 dengan menambahkan HCl ke
larutan akhir. Ion Pb2+ akan mengendap pada proses (I) ketika H2S ditambahakan dalam
kondisi asam. Endapan ini dipisahkan pada proses selanjutnya.
Endapan (I) terdiri dari Pbs dan CdS, endapan (II) adalah NiS.
17. Untuk menyelesaikan soal ini perhatikan dengan teliti bahwa larutan mempunyai massa
jenis 1 g/mL, 1 ppm = 1 mg/L. Oleh karena itu konsentrasi awal larutan air sadah
mempunyai konsentrasi 278 mg Ca2+/1 L. Konversikan ke dalam konsentrasi molar:
. =
. =
18. (a)
Mg(OH)2(s) ↔ Mg2+ + 2OH–
NH4+ + OH– ↔ NH3 + H2O
Mg(OH)2(s) + 2NH4+(aq) ↔ Mg2+(aq) + 2 H2O + 2NH3(aq) (b)
Dalam soal diinginkan semua Mg(OH)2 larut ke dalam larutan. NH4+ bereaksi dengan
OH–
yang dihasilkan dari disosiasi Mg(OH)2 yang menyebabkan kesetimbangan bergeser ke
arah kanan. Dengan menggunakan nlai Ksp Mg(OH)2 kita dapat menghitung konsentrasi
ion hidroksida seperti persamaan di bawah ini:
Mg(OH)2(s) ↔ Mg2+ + 2OH–
Ksp = [Mg2+][OH–]2
5,6 x 10–12 = [0,10] [OH–]2
[OH–] = 7,5 x 10–6
Sekarang kita bisa menggunakan nilai ini untuk kesetimbangan NH4+: NH4+ + OH– ↔
NH3 + H2O
Kc = 1/Kb NH3 = 1/1,8 x 10–5 = 5,6 x 104
Kc = = = 5,6 x 104
[NH4+] = 0,48
(Kita tahu bahwa [NH3]= 0,20 M karena dalam persamaan reaksi kimia di bawah 2 mol
ammonia terbentuk setiap 1 mol ion magnesium)
Mg(OH)2(s) + 2NH4+(aq) ↔ Mg2+(aq) + 2 H2O + 2NH3(aq)
Jadi total = [NH3]+[ NH4+] = 0,2 + 0,48 = 0,68 M
Jadi harus ditambahkan 0,68 M NH4Cl ke dalam larutan. (c)
Di dalam larutan terdapat 0,2 mol NH3. Dengan menggunakan perhitungan basa lemah akan
didapatkan pH = 11,28
19. Konsentrasi Mn2+ adalah (0,400 L)(0,10 M Mn2+)/(0,500 L) = 0,080 M Mn2+ Ksp =
[Mn2+][OH-]2
1,6 x 10–13 = [0,080][OH–]2
[OH–] = 1,4 x 10–6
Ketika [OH–] = 1,4 x 10–6, Mn(OH)2 mengendap.
0,100 L(2,0 mol/L) = 0,20 mol NH3 ditambahkan ke dalam 400 mL larutan yang
akan membuat konsentrasi awal NH3 = 0,20 mol/0,5 L = 0,40 M NH3. Dengan persamaan
kesetimbangannya :
H2O + NH3 ↔ NH4+(aq) + OH– (aq) Kb = 1,8 x 10–5
Dalam soal telah dijelaskan bahwa semua Sn2+ telah mengendap semuanya menjadi
Sn(OH)2:
Sn2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2H2O → Sn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
Konsentrasi Sn2+ adalah (0,400 L)(0,10 M Sn2+)/(0,500 L) = 0,080 M Sn2+,
sebelummengendap. Sn2+ menggunakan OH- yang dihasilkan dari reaksi air dengan
ammonia yang konsentrasinya
2(0,080 M) = 0,16 M OH–. Sehingga konsentrasi awal NH3 menjadi 0,24 M.
Sekarang kita akan menghitung berapa banyak NH3 menghasilkan [OH–] = 1,3 x 10–6 M
H2O + NH3 ↔ NH4+(aq) + OH– (aq) Kb = 1,8 x 10–5
Kb =
1,8 x 10–5 =
Oleh karena itu, konsentrasi awal [NH3] adalah 8,7 x 10–8 + 1,2 x 10-6 = 1,3 x 10-6. Jadi
kita akan mengurangi konsentrasi [NH3] yaitu 0,24 - 1,3 x 10-6 = 0,239999 M ≈ 0,24 M.
Ammonia ini akan membutuhkan molar HCl sebesar:
0,500 L(0,24 NH3/L)(1 mol HCl/1 mol NH3)(36,5 g HCl/ 1 mol HCl) = 4,4 g HCl
20. Untuk menjawab soal ini kita dapat menggunakan group katon dari analisis qualitative.
Ag+ dan Pb+ adalah ion group I. Ion ini dapat dipisahkan dengan menambahkan Cl– ke
dalam larutan. AgCl dan PbCl2 akan mengendap dan dapat disaring untuk dipisahkan dari
larutan. AgCl dapat dipisahkan dari PbCl2 dengan menambahkan NH3 6 M. AgCl akan
bereaksi membentuk Ag(NH3)2+ yang larut sedangkan PbCl2 tetap endapan.
Cu2+ dan Bi3+ dapat dipisahkan dengan menambahkan H2S 0,1 M dan HCl 6 M.
Akan terbentuk endapan CuS dan Bi2S3yang dapat dipisahkan dari larutan dengan
penyaringan. Endapan yang didapat dilarutkan dengan penambahan HNO3. Kemudian basa
ditambahkan untuk membentuk endapan hidroksida; Cu(OH)2 dan Bi(OH)3. Penambahan
NH3 6M akan mengkonversi Cu(OH)2 menjadi Cu(NH3)42+ yang larut sehingga dapat
dipisahkan dari Bi(OH)3
Kemudian tambahkan basa dan H2S kedalam larutan yang tersisa untuk mengendapkan CoS
dan MnS. Saring endapan dan larutkan dengan asam. Kobalt dan dipisahkan dengan
penambahan KNO2 yang akan membentuk endapan kuning sedangkan Mn2+ akan
tetap dalam larutan.
Akhirnya, Ba2+ dan Ca2+ dapat dipisahkan dengan penambahan asam untuk
membuat suasana asam lemah dalam larutan yang kemudian di tambahkan Na2CrO4.
BaCrO4 akan mengendap sedangkan Ca2+ tetap dalam larutan
LISTRIK DAN PERUBAHAN KIMIA
(ELEKTROKIMIA DAN ELEKTROLISIS)
Sel Elektrokimia
Defini
si
Poin-poin Penting:
1. Definisi
Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan arus listrik dari reaksi kimia (reaksi redoks).
Pada dasarnya, reaksi redoks melibatkan serah-terima elektron, yaitu elektron dilepas oleh spesi
yang mengalami oksidasi dan diterima oleh spesi yang mengalami reduksi. Pada sel
elektrokimia, aliran elektron ini difasilitasi agar mengalir melalui kawat konduktor sehingga
terjadi arus listrik dengan cara memisahkan wadah reaksi reduksi dan oksidasi.
Reaksi elektroda: reaksi pada masing-masing elektroda (katoda dan anoda). Ingat KRAO
a.k.a Katoda-Reduksi dan Anoda-Oksidasi. Reduksi: terjadi penurunan bilangan oksidasi akibat
menangkap elektron, sedangkan oksidasi: terjadi peningkatan bilangan oksidasi akibat melepas
elektron.
Reaksi sel: reaksi total pada sel elektrokimia, yaitu reaksi anoda ditambah katoda. Ingat! Jumlah
elektron di anoda dan katoda harus sama sehingga saling menghilangkan. Reaksi sel tidak boleh
mengandung elektron. Contoh untuk diagram sel elektrokimia berikut (Sumber gambar:
Petrucci. General Chemistry 10th edition):
Reaksi elektrodanya meliputi: reaksi katoda : Cu2+ (aq) + 2e Cu (s) Reaksi anoda: Zn (s)
Zn2+ (aq) + 2e
4. Notasi Sel
Notasi sel merupakan gambaran singkat reaksi sel. Aturan dalam menuliskan notasi sel antara
lain:
a. Setengah sel anoda (reaksi oksidasi) ditulis di sebelah kiri, di mana material elektroda
anoda ditulis paling pertama (paling kiri),
b. Setengah sek katoda (reaksi reduksi) ditulis di sebelah kanan, di mana material yang
menjadi elektroda katoda ditulis terakhir (sisi paling kanan),
c. Setengah sel anoda dan katoda dipisahkan oleh garis tegak ganda ( II )
yang
merepresentasikan jembatan garam,
d. Spesi-spesi yang berbeda fasa dipisahkan oleh satu garis tegak ( I ), sementara spesi
yang berfasa sama dipisahkan oleh tanda baca koma ( , ),
e. Jika pada suatu setengah sel, bentuk dari reaktan dan produk adalah zat larut dalam air, gas,
atau oksida yang bersifat nonkonduktor, maka digunakan elektroda inert (Pt, C, Au) sebagai
tempat terjadinya reaksi.
Contoh untuk diagram sel di atas, notasi selnya dapat ditulis sebagai berikut:
Potensial reduksi adalah suatu ukuran kecenderungan dari suatu spesi untuk
mengalami reduksi. Semakin besar nilai potensial reduksi suatu spesi, maka semakin mudah
(makin cenderung) spesi tersebut untuk mengalami reduksi. Nilai potensial reduksi standar
diukur nilainya terhadap elektroda hidrogen standar (SHE) pada keadaan standar yang mana
nilai potensial reduksi SHE ditetapkan = 0,00 V. Keadaan standar: T = 25 0C, P = 1 atm, dan
M = 1 Molar. Nilai dapat dilihat pada tabel berikut (Sumber tabel: Zumdahl. Chemical
Principles 6th edition):
Potensial sel adalah nilai beda potensial antara katoda dan anoda. Nilai beda potensial
dapat dihitung dengan menggunakan nilai potensial reduksi masing-masing spesi di katoda dan
anoda, kemudian dihitung selisihnya dengan:
Nilai harus positif untuk sel elektrokimia, maka setengah sel yang memiliki nilai
lebih besarharus dijadikan sebagai katoda, dan setengah sel yang nya kecil harus
dijadikan anoda.
yang positif menandakan bahwa reaksi dapat berjalan (reaksi spontan).
Jika negatif berarti spesi yang di-set up pada anoda dan katoda terbalik.
103
6. Energi Bebas Gibbs, Tetapan Kesetimbangan, dan Persamaan Nernst
104
7. Diagram Latimer
Diagram latimer adalah diagram yang merangkum potensial reduksi, diagram ini
dapat menghubungkan harga potensial reduksi spesi-spesi yang saling berhubungan. Contoh
diagram:
Diagram di atas adalah versi singkat (digram latimer) untuk persamaan elektrokimia: Versi
lengkap dari diagram Latimer spesi Fe antara lain:
-0,036V
Pada diagram latimer dan pada setiap reaksi kimia berantai berlaku:
105
Pada diagram di atas, mol elektron yang terlibat pada proses pertama = 1, proses kedua n = 2,
proses total n=3.
8. Sel Konsentrasi
Sel konsentrasi adalah sel elektrokimia yang mana jenis elektroda dan elektrolit di anoda dan
katoda adalah sama, yang berbeda hanyalah konsentrasi elektrolitnya saja (atau dapat juga
berbeda besar
106
tekanan gas apabila terdapat spesi gas). Pada sel konsentrasi, nilai , tetapi nilai
akibat perbedaan konsentrasi (ingat persamaan Nernst).
Contoh: pada suatu sel, anoda dibuat dengan mencelupkan logam tembaga pada larutan
CuSO 4 0,1
M (mengandung Cu2+ 0,1 M), sedangkan katoda dibuat dengan mencelupkan logam tembaga
pada larutan CuSO4 1 M (mengandung Cu2+ 1 M). Sel ini merupakan sel konsentrasi dengan
notasi sel:
Pada sel konsentrasi di atas, jenis elektroda anoda = katoda, yaitu Cu dalam Cu2+, sehingga:
Tetapi nilai , karena setelah dihitung dengan persamaan Nernst pada 298 K: Reaksi
anoda :
Reaksi katoda :
Reaksi sel :
107
Arus listrik merupakan banyaknya muatan elektron yang mengalir tiap detik. Arus
dihasilkan dari aliran elektron pada sel elektrokimia, dari anoda ke katoda. Dari arus listrik
yang dihasilkan oleh
baterai dan lama waktu pemakaian, kita dapat mengetahui mol elektron yang telah bereaksi:
Mol dari reaktan yang bereaksi dan produk yang terbentuk kembali mengikuti prinsip
stoikiometri:
perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.
10. Korosi
Korosi dapat diartikan sebagai proses oksidasi suatu logam oleh oksigen menjadi
oksidanya. Misalnya logam besi dapat terkorosi menjadi Fe2O 3. Reaksi korosi logam (kecuali
emas) pada umumnya bersifat spontan, karena potensial reduksi logam pada umumnya
bernilai lebih negatif dari potensial reduksi oksigen, sehingga setengah reaksi oksidasi logam
digabung dengan setengah reaksi reduksi oksigen akan menghasilkan nilai E0sel yang
positif. Reaksi redoks logam dengan oksigen (korosi) dapat terjadi pada udara lembab/dengan
kehadiran air.
108
Korosi dapat dicegah dengan cara fisika yaitu dengan melapisi logam dengan cat atau zat lain
yang menghindarkan kontak logam dengan oksigen. Pencegahan korosi juga bisa dilakukan
dengan cara kimia yaitu proteksi/perlindungan katodik. Perlindungan katodik dilakukan dengan
menghubungkan logam yang ingin dilindungi dari korosi dengan logam lain yang akan menjadi
“korban”, dikorbankan untuk teroksidasi (anoda). Logam yang dapat digunakan untuk proteksi
katodik adalah logam yang memiliki potensial reduksi yang lebih negatif dari logam yang
ingin dilindungi. Misalkan untu k melindungi besi (E0red=-0,44 V), dapat digunakan logam
Zn (E0red=-0,76) sebagai anoda “korban”. Logam korban harus berada di sebelah kiri dari
logam yang ingin dilindungi pada deret volta:
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – Zn – Fe – Ni – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag – Pt - Au
Berdasarkan deret volta di atas, ogam yang dapat melindungi Fe dari korosi dengan cara
perlindungan katodik adalah Zn, Mn, Al, Mg, Na, Ca, Ba, dan K.
109
BANK SOAL ELEKTROKIMIA
Jika dua buah setengah sel di atas dihubungkan untuk membentuk sel
elektrokimia, tentukanlah:
a. Reaksi yang terjadi di anoda dan katoda, serta tuliskan reaksi selnya. b. Potensial sel
standar ( sel elektrokimia tersebut.
c. Nilai untuk reaksi selnya.
d. Nilai reaksi selnya.
Pada 250C, elektroda Zn yang dicelupkan pada larutan ZnSO4 0,1 M dihubungkan dengan
elektroda platina yang dialiri gas H2 dengan tekanan 1 atm dan dicelupkan ke dalam larutan H+
yang tidak diketahui konsentrasinya. Potensial sel terukur sebesar 0,70 V. Tentukan berapa
konsentrasi H+ yang tidak diketahui tersebut.
3. Watt adalah suatu satuan daya listrik yang setara dengan satu joule per detik (1 watt = 1
J/s).
Berapa jam suatu kalkulator yang memakan daya 0,02 watt dapat beroperasi dengan
menggunakan baterai raksa dengan potensial 1,34 V dan massa HgO yang tersedia di katoda
adalah 21,66 gram? Reaksi sel yang terjadi antara lain:
110
4. Suatu sel Galvani memiliki dan reaksi elektroda sebagai berikut: Katoda
:
Anoda :
Konsentrasi awal Ag+ dan Zn2+ masing-masing adalah 1 M, dengan volume masing-masing
100 mL. Jika sel ini memberikan arus konstan pada 0,1 Ampere, berapa nilai potensial sel
setelah digunakan selama 15 jam?
5. Sebuah kawat perak yang dilapisi dengan AgCl bersifat sensitif terhadap adanya
ion klorida akibat dari adanya setengah reaksi berikut:
Seorang siswa ingin mengukur konsentrasi ion klorida dalam beberapa sampel air. Siswa
tersebut merangkai sel galvani menggunakan setengah sel elektroda AgCl yang dihubungkan
ke setengah sel kawat tembaga yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO4 1 M. Dalam suatu
analisis sampel air, potensial sel yang terukur adalah sebesar 0,0895 V yang mana elektroda
tembaga bertindak sebagai katoda. Berapa konsentrasi ion klorida dalam sampel air
yang diukur? (
111
6. Pada 25 0C, suatu sel galvani dibuat dari dua buah setengah sel berikut:
Elektrolit pada setengah sel tembaga adalah 100 mL CuSO4 1 M. Elektrolit pada setengah
sel besi adalah 50 mL FeSO 4 0,1 M. Pada elektrolit setengah sel besi ditambahkan 50 mL
larutan NaOH 0,5 M.Campuran kemudian diaduk dan terukur potensial selnya sebesar 1,175 V.
Hitung konsentrasi Fe2+ dalam larutan dan nilai Ksp Fe(OH)2.
8. Suatu sel konsentrasi pada 25 0C terdiri dari dua batang perak yang dicelupkan paka dua
larutan
AgNO 3 dengan konsentrasi yang berbeda, masing-masing 0,015 M dan 0,5 M. a. Berapa nilai
potensial reduksi masing- masing setengah sel?
b. Tuliskan notasi selnya.
112
9. Nilai untuk AgBr adalah 5,4 x 10-13. Bila suatu sel galvani disusun dengan
menghubungkan setengah sel elektroda hidrogen standar dengan kawat perak berlapis AgBr
yang dicelupkan dalam larutan HBr 0,1 M, berapakah potensial sel dari sel galvani ini?
Diketahui
10. Berapakah massa H2 dan O 2 dalam gram yang bereaksi setiap detiknya di dalam suatu sel
bahan bakar pada 150 0C agar menghasilkan daya 1 kilowatt (kW) dengan asumsi
efisiensi termodinamik sebesar 80%? (Petunjuk: Gunakan data untuk reaksi H2 (g)+ ½
O 2 (g) H2O(g)
11. Suatu sel galvani disusun dari dua buah setengah sel elektroda. Setengah sel yang
pertama terdiri dari elektroda perak yang yang dilapisi perak klorida dan dicelupkan pada
larutan yang mengandung 0,05 M Cl- . Sementara itu, setengah sel yang lainnya terdiri dari
elektroda nikel yang dicelupkan pada larutan yang diberi buffer hingga pH 12 yang
mengandung padatan Ni(OH)2 yang tak larut. Reaksi setengah sel dan potensial reduksinya
antara lain:
113
b. Hitung nilai potensial sel untuk sel galvani di atas (K sp Ni(OH)2 = 5,48 x 10-16).
12. Umpamakan ada suatu sel galvani yang dibuat mengikuti reaksi sel berikut:
a. Tuliskan reaksi sel yang telah setara untuk sel volta tersebut.
b. Berapakah nilai , konstanta kesetimbangan, dan Esel sel volta pada saat awal akan
digunakan? (
c. Jika sel tersebut beroperasi secara spontan, apakah seiring dengan berjalannya waktu
nilai Esel dari sel tersebut akan meningkat, menurun, atau konstan? Jelaskan.
d. Berapakah nilai Esel sel di atas ketika [Pb2+] turun menjadi 0,5 M?
14. Seorang kimiawan ingin menentukan konsentrasi CrO42- secara elektrokimia. Sebuah sel
disusun dengan menggunakan elektroda kalomel jenuh (SCE, terdiri dari raksa dalam
larutan jenuh Hg2Cl2 dengan larutan 1 M KCl sebagai elektrolit, = +0,2680 V) dan
kawat perak yang dilapisi Ag2CrO 4. Potensial standar untuk setengah reaksi dibawah ini
adalah +0,446 V:
114
a. Tuliskan reaksi sel yang terjadi setelah setengah sel perak dicelupkan pada suatu
sampel air yang mengandung ion CrO 42- .
b. Hitunglah Esel dan ΔG pada 25 0C untuk reaksi sel ketika [CrO42- ] = 1 mol/L.
d. Jika kawat perak berlapis dicelupkan dalam larutan yang mengandung [CrO 42- ] = 1 x 10-
5M
e. Pada suatu pengukuran, terukur potensial sel sebesar 0,504 V pada 25 0C ketika kawat
perak berlapis dicelupkan pada larutan dengan konsentrasi CrO42- yang tidak diketahui.
Berapakah konsentrasi CrO42- pada larutan ini?
f. Hitunglah nilai K sp untuk Ag2CrO4. (Diketahui = +0,80 V).
15. Suatu sel konsentrasi terdiri dari dua buah elektroda yang sama-sama terbuat dari
logam M.
Larutan A pada salah satu wadah setengah sel mengandung 1 mol/Liter M 2+. Larutan B pada
wadah setengah sel yang lain memiliki volume 1 L. Pada awal percobaan, ke dalam larutan B
dilarutkan 0,01 mol M(NO3)2 dan 0,01 mol Na2SO4 (abaikan perubahan volume), yang
mana terjadi reaksi:
115
Kesetimbangan reaksi di atas tercapai dengan cepat, kemudian terukur potensial selnya sebesar
16. Suatu sel elektrokimia terdiri dari elektroda hidrogen standar dan elektroda logam
tembaga.
a. Berapakah nilai potensial sel pada 250C jika elektroda tembaga dicelupkan pada
larutan yang mengandung [Cu2+] = 2,5 x 10-4 M?
b. Jika elektroda tembaga ditempatkan pada larutan NaOH 0,1M yang jenuh oleh Cu(OH)2,
berapa nilai potensial selnya? Diketahui Ksp Cu(OH)2 = 1,6 x 10-19.
c. Elektroda tembaga ditempatkan pada larutan dengan konsentrasi Cu2+ yang tidak
diketahui.
potensial sel yang terukur adalah 0,195 V pada 250C. Berapakah konsentrasi Cu2+?
d. Jika ingin dibuat kurva kalibrasi untuk menunjukkan bahwa potensial sel bergantung pada
[Cu2+], besaran apa yang harus di-plotkan untuk mendapatkan garis lurus? Besaran apakah
yang akan menjadi kemiringan dari kurva ini?
17. Suatu sel volta terdiri dari elektroda logam nikel yang dicelupkan pada larutan di mana
[Ni2+] =
1M yang dipisahkan oleh piringan berpori dari elektroda logam alumunium yang tercelup pada
larutan yang mengandung Al3+ 1M. NaOH ditambahkan pada larutan setengah sel
alumunium yang menyebabkan Al(OH)3 mengendap. Setelah pengendapan Al(OH)3
berhenti, konsentrasi OH- adalah 1 x 10-4 M, dan potensial sel yang terukur adalah 1,82 V.
Hitung K sp Al(OH)3.
18. Baterai Zn-Ag lebih ringan dibandingkan dengan baterai Pb yang banyak digunakan
sekarang ini.
Tetapi harganya jauh lebih mahal. Pada prinsipnya, baterai ini dibuat berdasarkan reaksi
setengah sel berikut ini:
116
Elektrolit yang digunakan adalah larutan KOH, dan elektroda Zn/Zn(OH) 2 dipisahkan oleh
plastik yang semipermeabel terhadap ion OH- .
19. Kluster berukuran nanometer memiliki sifat khas yang berbeda dari material berukuran
normal.
Untuk meneliti perilaku elektrokimia kluster nano perak, diperlukan data berikut: Ag(s)|
AgCl(jenuh) | | Ag+(0,01M) | Ag(s) E1 = 0,170 V Pt(s) | Ag5(s, nano),
Ag+(0,01M) | | AgCl(jenuh) | Ag(s) E2 = 1,030 V
117
(R = 8,314 J/mol K, T = 298,15 K, F = 96485 C/mol)
a. Hitung Ksp AgCl.
Nano Ag5 mengandung logam perak tetapi potensial standar nya berbeda b. Hitung potensial
standar nano Ag5
c. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan dengan pH = 13.
d. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan dengan pH = 5.
e. Apa yang terjadi bila nano Ag5 dimasukkan dalam larutan pH = 7 yang mengandung
[Cu2+]
20. Korosi adalah peristiwa alam dimana logam mengalami kerusakan akibat terbentuknya
oksida yang lebih stabil. Di alam, korosi besi adalah proses elektrokimia yang melibatkan
oksigen di atmosfer dan potensial reduksi standard (Eo pada 25 °C, 1atm):
i. Hitung potensial standard (Eosel) sel elektrokimia yang mewakili reaksi korosi tersebut. ii.
Hitung potensial (Esel) sel elektrolkimia yang mewakili reaksi korosi tersebut untuk
kondisi gas O 2 di udara yang jenuh dengan CO2 dan besi dalam keadaan standar. Untuk reaksi:
Fe(OH)2(s) + 2e → Fe(s) + 2OH–(aq), Eo = –0,88 V.
Dengan menggunakan informasi reaksi ini dan nilai-nilai potensial di atas maka:
c. Hitunglah nilai Ksp Fe(OH)2.
118
21. (Diagram latimer) Reaksi reduksi BrO4- menjadi BrO 3- memiliki potensial
sebesar 1,025 V.
Pernyataan ini dapat diringkas dalam bentuk diagram potensial elektroda (diagram latimer):
Lengkapilah data potensial reduksi pada diagram latimer berikut pada larutan dengan
[OH-
]=1M.
1,065V
0,766 V
119
JAWABAN SOAL ELEKTROKIMIA
1. Pada sel elektrokimia, Esel > 0, maka S2O82- harus menjadi katoda (karena nilai Erednya
lebih positif) dan ClO 3- menjadi anoda.
a. Reaksi katoda :
Reaksi anoda : Reaksi sel :
b.
c. n = jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi = 10 mol
d.
2. Untuk reaksi sel pada soal ini, persamaan untuk reaction quotient:
120
3.
4. Selesaikan dengan persamaan Nernst, tapi harus dicari dulu konsentrasi Ag+ dan Zn2+
setelah dipakai selama 15 jam, melalui perhitungan mol elektron yang terlibat:
121
Lalu dengan MBS, cari mol Ag+ dan Zn2+ sisa setelah 15 jam:
Maka, konsentrasi Ag+ dan Zn2+ setelah dipakai selama 15 jam adalah:
5. Elektroda tembaga bertindak sebagai katoda dan elektroda AgCl sebagai anoda, maka Esel:
122
6. Penambahan OH- pada larutan Fe2+ akan mengubah konsentrasi Fe2+ dalam
larutan karena terbentuknya endapan Fe(OH)2 sesuai reaksi:
Karena konsentrasi Fe2+ berubah dari konsentrasi awal, kita dapat menghitung konsentrasi
123
Didapatkan
Cara 1
Cara 2
Karena konsentrasi sangat kecil sehingga kurang praktis untuk menghitung x dari
(0,05-x) tanpa pembulatan. Oleh karena itu, anggap saja Fe2+ bereaksi tuntas dengan OH-
kemudian Fe(OH)2 mengalami kesetimbangan dengan ion-ionnya.
124
7. Elektroda tembaga dihubungkan dengan elektroda hidrogen, dengan
dan
, sehingga Cu menjadi katoda dan hidrogen menjadi anoda. ,
dan reaksi sel:
a.
b.
c.
125
Untuk setengah sel dengan konsentrasi AgNO3 = 0,5 M
b. Setengah sel dengan konsentrasi AgNO3 = 0,5 M memiliki potensial reduksi yang lebih
besar sehingga dijadikan sebagai katoda, dibandingkan dengan yang konsentrasinya
0,015 M dijadikan anoda. Notasi sel:
c. Pada 250C,
9. Katoda :
Anoda : Sel :
Elektroda hidrogen standar : , pH2 = 1 atm
10.
126
Untuk menghasilkan energi sebanyak 223 kJ atau 223 kiloWatt.sekon, dibutuhkan 1 mol H2
dan
0,5 mol O 2 (lihat koefisien reaksi pada persamaan reaksi).
Jika diinginkan dihasilkan energi 1 kilowatt setiap detiknya, maka mol H2 dan mol O2
yang dibutuhkan adalah:
127
12.
a.
128
[ ] yang bereaksi = 2x = 0,0836 M
Mol yang bereaksi = M x V = 0,0836 M x 1L = 0,0836 mol
Mol elektron yang bereaksi = mol = 0,0836 mol
c. Tidak akan berubah, karena tidak ada zat yang keluar dari sel (sebagai gas, dll),
hanya berubah bentuk dari padatan ke larutan (dan sebaliknya) saja.
129
c. Seiring dengan berjalannya waktu bila sel dioperasikan konsentrasi Sn2+ akan
meningkat dan konsentrasi Pb2+ akan berkurang sehingga nilai Q akan meningkat, In Q
meningkat, dan nilai Esel akan menurun.
e.
f.
130
14. Ag2CrO 4 menjadi katoda, SCE menjadi anoda a. Katoda :
Anoda : Sel :
c.
d.
e.
131
Anoda : Sel :
15. Pada larutan B, konsentrasi M2+ tidak akan 1 M karena bereaksi dengan SO42- .
Asumsikan larutan
B adalah anoda. Karena sel konsentrasi, maka =0.
132
Karena pH2 = 1.0 atm dan [H+] = 1.0 M, maka
a.
c. Esel=0,195 V
d.
Kita dapat membuat garis lurus y=mx+b dengan membuat plot Esel versus In dengan
gradien = 0,0128V dan intercept = 0,34V. Atau:
133
Kita dapat membuat garis lurus y=mx+b dengan membuat plot Esel versus log dengan
gradien = 0,0296V dan intercept = 0,34V.
18. Ag2O memiliki potensial reduksi yang lebih positif sehingga dijadikan sebagai katoda. a.
Reaksi katoda :
Reaksi anoda :
b. Reaksi sel :
c. pH larutan elektrolit di katoda meningkat (makin basa), sedangkan pH larutan
elektrolit di anoda akan menurun (makin asam). Jika katoda dan anoda berada
pada wadah/
kompartemen elektrolit yang sama, maka pH elektrolit tidak akan berubah (tetap).
d.
Elektroda positif = Ag2O, elektroda negatif = Zn. e.
f.
134
g. Jika wadah elektrolit katoda menyatu dengan katoda, ,
potensial tidak dipengaruhi oleh konsentrasi OH- .
19. Nano Ag5
b.
135
c. Reaksi reduksi H+ : , pH 13 maka [H+] = 10-13 M
Jika nano Ag5 dicelupkan pada larutan ini, maka nano Ag5 tidak akan teroksidasi oleh H+
karena nilai potensial reduksi nano Ag5 lebih positif dari potensial reduksi H+. Tidak terjadi
reaksi.
Jika nano Ag5 dicelupkan pada larutan ini, maka nano Ag5 akan teroksidasi (akan larut) oleh
H+ secara spontan karena nilai potensial reduksi nano Ag5 lebih negatif dari potensial reduksi
H+. Reaksi Ag5 + 5H+ 5Ag+ + 2,5 H2 memiliki
(positif).
136
Potensial reduksi Ag5 paling negatif, maka Ag5 akan teroksidasi membentuk Ag+ sehingga
konsentrasi Ag+ meningkat. Potensial reduksi Cu2+ paling positif nilainya, sehingga Cu2+
akan tereduksi. Lama-kelamaan, konsentrasi Cu2+ menurun sehingga potensial reduksinya
menurun lebih rendah dari potensial red Ag+ karena konsentrasi Ag+ meningkat secara
bersamaan, sehingga yang tereduksi selanjutnya adalah Ag+ membentuk Ag
20. Korosi a.
b. i.
ii. 0,8826 – (-0,44) = 1,3226 V
c. Reaksi:
137
b.
121
ELEKTROLISIS
Definisi
Elektroplating
& Pemurnian Elektrolisis
Logam Lelehan
Elektrolisis
122
Elektrolisis
Poin-poin penting:
Elektrolisis adalah reaksi kimia yang terjadi akibat diberikannya arus listrik pada suatu lelehan
atau larutan. Elektrolisis merupakan kebalikan dari elektrokimia. Berikut perbedaan elektrolisis
dengan
elektrokimia.
Elektrolisis Elektrokimia
Reaksi tidak akan terjadi jika tidak Reaksi kimia (redoks)
diberikan berlangsung
listrik/dihubungkan ke baterai; spontan sehingga dihasilkan arus listrik;
Kutub negatif baterai dihubungkan denganAnoda merupakan kutub negatif karena
katoda agar terjadi reduksi, anoda denganmenghasilkan elektron, sedangkan
kutub positif baterai (KNAP); katoda adalah elektroda positif (KPAN);
Katoda dan anoda dapat disimpan dalam satu Katoda dan anoda harus dalam wadah
wadah yang sama karena aliran listrik bukanterpisah agar elektron mengalir melalui
berasal dari reaksi, tapi dari baterai. kawat penghantar.
(reaksi tidak (reaksi spontan)
spontan), potensial listrik yang diberikan harus >
2. Reaksi pada Sel Elektrolisis: Elektrolisis Lelehan
Pada lelehan suatu senyawa ionik, hanya terdapat dua jenis spesi/zat yang terkandung di
dalamnya, yaitu lelehan kation dan anion. Misalnya NaCl padat dipanaskan hingga menjadi
lelehan, dalam bentuk lelehan, Na2SO4 terionisasi menjadi Na+(l) dan SO42- (l). Apabila lelehan
senyawa ionik dielektrolisis, maka langsung saja:
123
Hal ini terjadi karena kation bermuatan positif sehingga akan menerima elektron sehingga
tereduksi, sedangkan anion yang bermuatan negatif akan melepas elektron (teroksidasi). Pada
kasus lelehan NaCl:
Pada larutan senyawa ionik, terdapat tiga spesi/zat yang terkandung di dalamnya, yaitu kation
(aq), anion (aq), dan pelarut (air). Misalnya pada larutan Na2SO4, akan terdapat Na+ (aq),
SO 42- (aq), dan air. Pelarut, khususnya air, dapat mengalami reaksi reduksi maupun oksidasi
sehingga air dapat menjadi kandidat untuk mengalami resuksi dan oksidasi (terjadi
persaingan). Persaingan antara
124
kation, anion, dan air ditentukan oleh nature masing-masing spesi pada reaksi redoks, yaitu
nilai potensial reduksinya.
Pada kasus larutan Na2SO4, kandidat reaksi reduksi adalah Na+ (aq) dan air. Potensial
reduksinya:
H2O memiliki nilai potensial reduksi yang lebih positif, maka yang bereduksi adalah air.
Sedangkan untuk reaksi oksidasi, kandidatnya adalah SO42- (aq) dan air:
125
H2O memiliki nilai potensial oksidasi yang lebih positif, maka yang teroksidasi adalah air.
Jadi reaksi elektrolisis yang terjadi pada larutan Na2SO 4 adalah:
• Kation golongan 1A, 2A, Al, dan Mn memiliki nilai potensial reduksi yang lebih
negatif dari air(sulit direduksi). Maka yang direduksi adalah air.
• Kation lain (selain yang disebutkan di atas), maka kation yang akan tereduksi. Misalnya
kationnya adalah M2+, maka:
126
Reaksi di anoda bergantung pada jenis elektroda/anoda (karena elektroda biasanya logam
yang mudah teroksidasi) dan jenis anion. Jika anoda yang digunakan adalah:
• Elektroda tak-inert (elektroda selain Pt, Au, atau C), maka elektrodalah yang akan
teroksidasi. Misalkan jika digunakan logam M yang tak-inert sebagai elektroda, maka reaksi
yang terjadi di anoda adalah:
• Elektroda inert (Pt, Au, atau C), elektroda ini sangat sulit bereaksi (sulit dioksidasi)
sehingga reaksi di anoda bergantung pada jenis anion yang ada. Jika anion adalah:
• Anion sisa asam oksi (SO 42- , ClO4- , NO3- , PO 43- , dan sebagainya), anion ini sulit
dioksidasi, sehingga yang teroksidasi adalah air:
• Anion lain (selain sisa asam oksi), maka anionlah yang teroksidasi. Misalkan
anionnya adalah Y- bukan asam oksi, maka:
Arus yang berasal dari baterai menuju elektroda adalah muatan-muatan elektron yang mengalir
tiap detiknya. Untuk suatu waktu elektrolisis tertentu, jumlah muatan elektron yang
terpakai reaksi adalah sebanyak arus (i dalam ampere atau Coulomb/detik) dikali waktu
(t dalam detik). Mol elektron yang terlibat dalam reaksi adalah sebanyak muatan elektron
dibagi konstanta Faraday (F =
96500 C/mol, konstanta muatan elektron per mol elektron).
127
Pengerjaan selanjutnya merupakan stoikiometri biasa, yaitu perbandingan mol = perbandingan
koefisien reaksi, massa = mol x Ar atau Mr, volume STP = mol x 22,4 liter, dan sebagainya.
Elektroplating adalah proses pelapisan logam dengan cara elektrolisis, misalnya kita ingin
melapisi sendok besi dengan perak. Proses elektroplating dilakukan dengan menjadikan logam
yang ingin dilapiskan sebagai anoda dan logam yang ingin dilapisi sebagai katoda. Setelah
dialirkan listrik, logam yang ingin dilapiskan (anoda) akan teroksidasi menjadi ion logamnya
dan masuk ke larutan elektrolit. Sementara itu di bagian logam yang ingin dilapisi (katoda)
akan terjadi reaksi reduksi ion logam tadi menjadi logamnya yang kemudian akan menempel
pada katoda. Tebal logam pelapis dapat disesuaikan dengan arus listrik dan lamanya waktu
elektrolisis.
128
Pemurnian logam dilakukan dengan cara yang mirip dengan elektroplating, hanya saja
dengan tujuan berbeda sehingga elektrodanya perlu disesuaikan. Logam yang tidak murni
(ingin dimurnikan) harus dijadikan sebagai anoda, sementara pada katoda dipasang logam
yang telah murni. Logam yang belum murni akan teroksidasi menjadi ion-ionnya. Dengan
menyesuaikan voltase listrik yang dialirkan, ioan logam yang diinginkan untuk mengendap
menjadi logam murni akan tereduksi pada katoda sehingga jumlah logam murni akan
bertambah (Sumber gambar: Zumdahl, Chemical Principles 6th edition (kiri) dan Brady,
Chemistry 6th edition (kanan)) .
129
BANK SOAL ELEKTROLISIS
2. Konsentrasi normal ion klorida dalam serum darah berkisar antara 0,096 hingga
0,106 M.
Sebuah perlengkapan elektrolisis dirangkai untuk membentuk ion perak dari anoda perak
untuk mengendapkan ion klorida dalam serum darah. Jika arus yang digunakan dalam
eksperimen adalah 0,5 ampere, dan jika 3 mL serum dimasukkan dalam sel elektrolisis:
a. Tuliskan reaksi oksidasi anoda perak menjadi ion perak.
b. Tuliskan reaksi yang terjadi antara ion perak dengan ion klorida yang terkandung
dalam serum darah.
c. Hitunglah rentang jumlah mol ion Ag+ yang dibutuhkan untuk mengendapkan ion
klorida
yang ada dalam serum darah.
d. Hitunglah rentang waktu elektrolisis (dalam detik) yang diperlukan untuk
mengendapkan ion klorida tersebut.
3. Arus sebesar 1,25 Ampere dialirkan pada larutan H2SO4 3 M selama 30 menit. Gas
H2 yang terbentuk pada katoda dikumpulkan di atas air pada 27 0C, dalam wadah 288 mL
pada tekanan total 767 torr.
a. Berapakah mol gas H2 kering yang dihasilkan pada elektrolisis (tekanan uap air pada
27
0C adalah 26,7 torr)?
130
b. Hitunglah jumlah muatan listrik yang digunakan dalam elektrolisis. c. Hitunglah
jumlah elektron yang bereaksi membentuk gas hidrogen. d. Hitunglah besar muatan satu
elektron dari data yang diberikan.
4. Suatu larutan yang mengandung ion vanadium yang tidak diketahui biloksnya
dielektrolisis menggunakan arus 3 Ampere selama 15 menit. Padatan vanadium yang
terendapkan di katoda kemudian ditimbang, dan ditemukan seberat 0,475 gram. Tentukan
bilangan oksidasi dari ion vanadium awal sebelum dielektrolisis.
5. Dalam suatu sel elektrolisis, larutan elektrolit terdiri dari 250 mL larutan NaCl pekat
dialirkan arus listrik.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda untuk elektrolisis larutan NaCl
pekat tersebut.
b. Berapakah pH larutan jika elektrolisis dilakukan selama 20 menit menggunakan
arus sebesar 1 Ampere?
131
c. Berapa mililiter gas H2 (diukur pada STP) yang akan dibebaskan jika sel
dioperasikan pada arus 5 Ampere selama 10 menit?
6. Coulometer adalah suatu alat yang dapat mengukur jumlah muatan listrik. Pada
suatu coulometer perak, Ag+(aq) direduksi menjadi Ag(s) pada katoda Pt. Jika 1,206 gram
Ag terdeposisi dalam waktu 1412 detik oleh sejumlah muatan listrik.
a. Berapa banyak muatan listrik (dalam Coulomb) yang telah terpakai?
b. Berapakah besarnya arus listrik yang diberikan alat tersebut dalam satuan Ampere?
7. Elektrolisis dilakukan sselama 2 jam pada sel berikut. Katoda platina yang memiliki
massa
25,0782 gram, berubah massanya menjadi 25,8639 gram setelah elektrolisis. Anoda platina
memiliki berat yang sama sebelum dan setelah elektrolisis.
a. Tuliskan persamaan reaksi yang masuk akal untuk setengah reaksi yang terjadi
pada kedua elektroda.
b. Berapakah besar arus listrik yang digunakan dalam elektrolisis?
c. Suatu gas terbentuk di anoda. Gas apakah yang terbentuk? Berapakah volume gas
ini yang akan dihasilkan jika gas tersebut disimpan pada 230C dan tekanan 755 mmHg?
132
Jika massa total endapan logam adalah 3,5 gram, berapakah persen massa perak di
dalam produk endapan?
133
c. Berapakah pH masing-masing larutan pada kompartmen anoda dan katoda
setelah elektrolisis?
10. Asumsikan volume masing-masing larutan pada gambar sel elektrolisis berikut
adalah 100 mL. Elektrolisis dijalankan dengan menggunakan arus 2,5 ampere selama 2 jam.
Setelah elektrolisis selesai, sel tersebut difungsikan sebagai sel volta.
b. Tentukan konsentrasi Zn2+ dan Cu2+ yang ada pada larutan setelah elektrolisis. c.
Tuliskan reaksi yang terjadi saat sel tersebut difungsikan sebagai sel volta.
d. Tentukan berapakah nilai Esel yang akan dihasilkan oleh sel volta ini saat awal
dijalankan.
11. Jumlah konsumsi energi yang terpakai dalam proses elektrolisis bergantung pada
hasil perkalian antara voltase dan muatan listrik (volt x coulomb = joule). Tentukan jumlah
konsumsi energi secara teoritis per 1000 kg gas Cl2 yang diproduksi dalam sel
134
diafragma alkali-klor yang beroperasi pada 3,45 volt. Ekspresikan nilai konsumsi energi
dalam kJ dan kWh (kilowatt-hours).
12. Salah satu teknik pengujian dari sempurna tidaknya proses elektrodeposisi logam Cu
dari larutan Cu2+ adalah dengan menambahkan NH3 (aq). Munculnya warna biru
mengindikasikan terbentuknya ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ (Kf = 1,1 x 1013). Jika 500
mL larutan CuSO 4 0,05 M dielektrolisis dengan menggunakan arus 7 A selama 650 detik.
Setelah itu, sejumlah larutan NH3 ditambahkan pada larutan untuk mengkomplekskan sisa
Cu2+ dan untuk mempertahankan [NH3] = 0,1M dalam larutan. Jika warna biru dari
Cu(NH3)42+ dapat
2+ -5
terdeteksi pada konsentrasi [Cu(NH3)4 ] minimum 1 x M, apakah warna biru
10 akan
terlihat?
13. Sebuah anoda Ni dan katoda Fe ditempatkan di dalam larutan yang mengandung
[Ni2+] = 1
M, kemudian dehubungkan dengan baterai. Katoda Fe memiliki bentuk seperti gambar
di bawah:
135
trolisis harus dilakukan dengan arus 1,5 A untuk me
14. Suatu logam M yang tidak diketahui, dielektrolisis. Untuk mengendapkan 0,107 gram
logam M dari larutan yang mengandung M(NO3)3 dengan arus 2 A, diperlukan waktu
selama 74,1 detik. Identifikasilah logam M.
15. Dibutuhkan energi listrik sebesar 15 kWh untuk memproduksi 1 kg logam alumunium
dari alumunium oksida melalui proses Hall-Heroult. Bandingkan nilai energi ini dengan
energi yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 kg logam alumunium! Jelaskan mengapa
mendaur ulang kaleng alumunium lebih ekonomis? (entalpi peleburan logam alumunium
adalah 10,7 kJ/mol dan 1 watt = 1J/s).
17. Suatu lelehan garam kalium fluorida, KF, dielektrolisis menggunakan arus 10 A selama
2 jam. a. Berapakah volume gas F2 yang dihasilkan pada suhu 250C dan tekanan 1
atm?
b. Berapakah massa logam kalium yang dihasilkan?
c. Pada elektroda manakah masing- masing reaksi terjadi?
18. Elektrolisis larutan Na2SO 4 dilakukan dalam dua setengah-reaksi yang dihubungkan
dengan jembatan garam. Logam Pt digunakan sebagai elektroda inert pada kedua setengah-
reaksi tersebut.
Pada suatu percobaan, selama elektrolisis berlangsung larutan di dalam ruang anoda
menjadi semakin asam dan larutan di ruang katoda menjadi semakin basa.
a. Tuliskan reaksi yang terjadi di anoda dan di katoda pada elektrolisis tersebut.
137
Ketika elektrolisis dihentikan larutan hasil elektrolisis dari ruang anoda dicampurkan
dengan larutan dari ruang katoda.
Pada percobaan kedua menggunakan sel elektrolisis seperti yang dijelaskan di atas, 10 mL
larutan H2SO4 yang konsentrasinya tidak diketahui dan beberapa tetes fenolftalin
ditambahkan ke dalam larutan Na2SO4 di ruang katoda. Elektrolisis kemudian dilakukan
dengan mengalirkan arus sebesar 21,5 A sampai larutan di katoda berubah warna menjadi
pink. Larutan di katoda berubah warna setelah elektrolisis berlangsung selama 683 detik.
19. Proses elektroplating (pelapisan logam) adalah salah satu cara melindungi besi dari
korosi (pembentukan karat). Benda dari besi permukaannya dilapisi dengan logam
yang relatif kurang reaktif dibandingkan besi, misalnya zinc (Zn). Selembar lempeng besi
hendak dilapisi dengan zinc dengan cara elektrolisis (proses electroplating). Sebagai
sumber listrik yang digunakan untuk elektrolisis adalah baterei.
a. Identifikasi (tunjukkan) elektroda mana yang dihubungkan dengan kutub negatif
dan
mana dihubungkan dengan kutub positif baterei, dan jelaskan.
b. i. Identifikasi apa yang akan bertindak sebagai elektroda dalam proses tersebut ii.
setengah reaksi pada setiap elektroda, serta reaksi keseluruhan
c. i. Elektrolit yang digunakan untuk proses elektrolisis
ii. konsentrasi elektrolit sesudah proses elektrolisis
20. Teknik yang umum untuk mencegah terjadinya pengkaratan (korosi) logam adalah
dengan cara melapiskan logam lain (elektrodeposisi) di permukaan logam yang rentan
korosi tersebut. Anda mempunyai sebatang pipa logam besi yang berbentuk silinder
dengan panjang 26 cm dan radius 1,7 cm. Untuk memperlambat korosi, anda hendak
melapiskan logam Ni dengan tebal 300 μm (0,03 cm) dipermukaan pipa besi silinder
tersebut (termasuk ujungnya) dengan cara elektrodeposisi (elektrolisis). Sel elektrokimia
yang digunakan untuk proses pelapisan ini mengandung 4,20 kg NiSO4.7H2O dan 6,80 L
air. Arus yang digunakan untuk proses elektrodeposisi ini adalah 2,1 Ampere.
138
Diketahui densitas air = 1 g cm-3 ; densitas Ni(s) = 8,9 g cm-3. Luas lingkaran A = π r2
; Isi
silinder, V = π r2 h ; π = 3,142857
a. Tuliskan persamaan setengah reaksi yang terjadi di masing-masing elektroda dan
reaksi keseluruhan yang terjadi dalam sel elektrolisis ini
b. Hitunglah persentase massa Nikel Sulfat dalam larutan elektrolit pada saat awal dan
akhir reaksi.
c. Berapa jam waktu yang dibutuhkan untuk melapiskan batang silinder
tersebut.
Anggaplah sel tersebut bekerja dengan efisiensi 88 %.
139
BANK SOAL ELEKTROLISIS
1. a. Anoda :
Katoda :
b.
c. Mol OH- = mol elektron = 0,025 mol, maka untuk mencapai titik ekivalen
titrasi, dibutuhkan mol H+= mol OH- = 0,025 mol = mol HCl
2. a. b.
c. Karena perbandingan koefisien Ag+ dan Cl- adalah 1:1, maka rentang mol Ag+
adalah
sebanyak rentang konsentrasi x volume serum.
Rentang mol Ag+ adalah (0,096 M x 3.10-3L) hingga (0,106 M x 3.10-3L) atau 2,88.10-4
mol hingga 3,18.10-4 mol.
140
3. a.
b.
c. Katoda :
Mol e = 2 x mol H2= 0,0228 mol
4.
141
5. Elektrolisis 250 mL NaCl pekat a. Reaksi katoda :
Reaksi anoda :
b.
[OH- ] =
133
c. Gas oksigen.
8.
a. Yang lebih mudah tereduksi adalah Ag+ maka logam yang mengendap lebih dulu
adalah logam Ag.
b.
Total massa endapan Cu+Ag=3,5 gram. Misalkan elektron yang terpakai untuk
pengendapan Ag = x dan elektron untuk Cu = 0,07-x. Reaksi:
(0,07-x)mol ½(0,07-x)
134
Maka massa Ag + Cu =
b. Anoda :
Katoda :
c.
Mol H+ yang dihasilkan di anoda = mol elektron = 0,165 mol Mol OH- yang dihasilkan di
katoda = mol elektron = 0,165 mol Anoda
135
Katoda
b.
Pertambahan mol Cu2+ = pengurangan mol Zn2+ = ½ mol elektron = 0,0933 mol
136
c. Saat dijadikan sel volta, reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari elektrolisis: Anoda
:
Katoda :
d. 1,143 V
11. Reaksi :
Reaksi:
Mula2 : 0,025 mol
Bereaksi: 0,023575 mol 0,0 0,023575 mol
137
Sisa: 0,023575 mol
M: 0,1+4x -
B: x 4x x
S: 0,1 M x
138
14. Reaksi :
139
Energi yang dibutuhkan untuk melelehkan (mendaur ulang) alumunium lebih hemat energi
(ekonomis) yaitu hanya 0,11 kWh per kg Al, sementara jika melalui proses Hall-
Heroult butuh 15 kWh (lebih tidak ekonomis).
Pada saat awal pengendapan Pt, potensial reduksi: Ketika 99% Pt telah mengendap:
140
Pada saat awal pengendapan Ir, potensial reduksi: Ketika 99% Ir telah mengendap:
Rentang potensial masing-masing logam untuk mulai mengendap hingga 99% mengendap
(mengendap sempurna) tidak saling overlap/beririsan. Maka seharusnya ketiga logam
tersebut dapat dipisahkan dengan baik. Nilai potensial baterai yang harus dipakai dalam
elektrolisis bergantung pada setengah sel oksidasi yang menyertainya.
b. Mol H+ = mol elektron = mol OH- , maka ketika kedua larutan dicampurkan, pH
= 7 (netral).
137
kembali di katoda. Agar Fe terlapisi oleh Zn, maka Fe harus ditempatkan di katoda,
tempat
Zn terbentuk kembali.
a. Kutub negatif (katoda) = besi (Fe) Kutub positif (anoda) = zinc (Zn)
b. i. Logam Fe sebagai katoda, Zn sebagai anoda.
ii. Anoda : Katoda :
Reaksi keseluruhan :
138
c. i. Elektrolit yang digunakan harus mengandung dan merupakan elektrolit
kuat, misalnya larutan Zn(NO3)2.
139
c. Mol elektron = 2 x mol Ni yang mengendap = 2 x 1,3592 mol = 2,7184 mol
Karena efisiensi 88%, butuh waktu lebih lama untuk elektrolisis, yaitu:
140
KIMIA INTI
Kimia Inti
Kestabilan
Penyetaraan Jenis-jenis
Reaksi Inti Reaksi Inti
Poin-poin penting:
141
Hukum kekekalan massa-energi: jumlah semua energi dan semua massa materi (yang
diekspresikan dalam besaran energi yang ekuivalen) di alam semesta adalah konstan. Maka,
setiap adanya perubahan massa pada suatu proses terjadi pula perubahan energi:
Inti atom terdiri dari proton-proton yang bermuatan positif, dan neutrun yang netral. Tetapi,
meskipun di dalam suatu inti atom terdapat beberapa proton yang bermuatan sama-sama positif,
proton-proton tersebut tidak saling menjauh/berpencar sehingga inti atom pecah akibat gaya
tolak- menolak antar sesama muatan positif. Mengapa? Karena adanya gaya/energi ikat inti.
Untuk memecah suatu inti atom menjadi partikel-partikel penyusunnya (nukleon a.k.a proton
dan neutron), diperlukan energi sebesar energi ikat inti. Energi yang diperlukan untuk memecah
satu nukleon dari inti atom disebut energi ikat per nukleon. Semakin besar nilai energi ikat
per nukleon suatu inti, maka semakin stabil inti tersebut di alam.
142
Dengan = massa nukleon – massa inti atom.
Contoh soal: Massa atom adalah 55,9349 sma, massa neutron = 1,00866 sma, massa proton =
1,00728, dan massa elektron = 5,486 x 10-4 sma. Hitunglah energi ikat inti dan energi ikat per nukleon
dari atom Fe!
E ikat = Δm.c2 = [0,5285 sma (x 1,6605.10-27 kg/sma)] x (3.108 m/s)2 = 7,887 x 10-11 J E ikat per
nukleon =
3. Reaksi Inti
3.1 Penyetaraan Reaksi Inti
i. Jumlah nomor massa reaktan harus sama dengan jumlah nomor massa produk,
ii. Jumlah nomor atom (muatan) reaktan harus sama dengan jumlah nomor massa produk.
Lambang suatu inti atom mengikuti lambang atom yang bersesuaian dengan nomor atom inti
tersebut pada tabel periodik. Misal 13X = 13Al, karena pada tabel periodik, nomor atom 13 adalah Al.
143
LambangJ dan muatan beberapa partikel yang terlibat dalam reaksi inti dapat dilihat pada tabel berikut.
Terdapat setidaknya tiga jenis reaksi inti yang memiliki nama khusus, yaitu transmutasi inti, reaksi
fisi, dan reaksi fusi. Reaksi transmutasi inti adalah reaksi inti yang mengakibatkan terjadinya
perubahan jenis (lambang) inti atom. Contoh transmutasi inti (perubahan inti kobalt menjadi besi):
144
Reaksi fisi adalah reaksi pemecahan suatu inti atom menjadi beberapa inti atom lain yang lebih kecil.
Sementara reaksi fusi adalah reaksi penggabungan beberapa inti atom membentuk suatu inti atom
lain yang lebih besar. Contoh:
Di dalam inti atom, adanya sejumlah proton dalam volume inti yang kecil akan menyebabkan tolakan
antar muatan positif. Neutron membantu mengisolasi proton satu dengan yang lainnya, gaya/energi
ikat inti mengatasi tolakan tersebut. Inti menjadi tidak stabil jika terdapat perbed aan antara gaya
tolakan dan gaya ikat inti. Inti yang tidak stabil akan melalui peluruhan radioaktif.
Jumlah
neutron
Emisi positron
Emisi elektron
145
Radioaktivitas
adalah emisi
partikel dan atau
radiasi
Jumlah proton elektromagnetik
oleh inti atom
yang tidak
stabil dalam
upaya mencapai
bentuk yang lebih
stabil. Jenis
radioaktifitas
yang terjadi pada
inti radioaktif
bergantung pada
letak inti tersebut
dalam pita
kestabilan
(Gambar 8). Inti
radioaktif yang
berada di atas pita
kestabilan
memiliki neutron
berlebih,
sehingga untuk
mencapai
kestabilan, ia
akan cenderung
mengemisikan
elektron atau
mengemisikan
neutron.
Pita Kestabilan (diambil dari Brady, Chemistry 10th
edition)
Inti radioaktif yang berada di bawah pita kestabilan akan cenderung mengemisikan positron atau
mengemisikan proton untuk mengurangi kelebihan protonnya dan menjadi lebih stabil. Sementara
inti radioaktif yang memiliki nomor atom lebih (Z) dari 84 (di luar jangkauan pita kestabilan) akan
mengemisikan partikel alfa untuk mengurangi nomor massa dan nomor atomnya sekaligus. Berikut
jenis radioaktifitas:
147
b. Radiasi (emisi) beta atau
Inti radioaktif buatan biasanya mengemisikan positron. Positron terbentuk dari konversi proton
ke neutron.
Radiasi gamma ( atau foton berenergi tinggi biasanya mengikuti radiasi alfa dan
beta. Gamma memiliki kecepatan, energi, dan kemampuan penetrasi yang tinggi. Sinar-X
biasanya diemisikan oleh radionuklida sintetik.
e. Emisi neutron
Contoh reaksi:
f. Penangkapan elektron
Contoh reaksi:
148
5. Aktivitas Radioaktif dan Intensitas Radiasi
Aktivitas radioaktif (A) merupakan istilah bagi laju peluruhan radioaktif, yang didefinisikan
sebagai jumlah disintegrasi (peluruhan) per detik. Satuan SI dari aktivitas adalah Becquerel
(Bq) yang setara dengan satu disintegrasi per detik. Satuan lainnya adalah Curie (Ci) dengan
1 Ci = 3,7 x 1010 Bq. Aktivitas radioaktif mengikuti persamaan laju orde satu (ingat bab
kinetika kimia) terhadap jumlah inti radioaktif/nuklida (N).
Dengan pengintegralan:
149
Intensitas radiasi (I) pada suatu tempat akan bergantung pada seberapa jauh jarak (d)
tempat tersebut dari sumber radiasi. Semakin jauh jarak, maka semakin kecil intensitas radiasi.
6. Dating
Dating atau penentuan umur suatu benda melalui pengukuran aktivitas radioaktif dilakukan
melalui prinsip/perhitungan aktivitas radioaktif:
Dengan mengukur aktivitas sampel yang ingin diketahui umurnya (N t) dan membandingkannya
dengan aktivitas sampel pada saat awal terbentuk (N 0) kemudian menghitung tetapan laju
dari waktu paruh radioaktif tersebut, umur sampel (t) dapat diketahui.
150
BANK SOAL KIMIA INTI
1. Radon, gas mulia yang bersifat radioaktif, merupakan masalah lingkungan pada
beberapa daerah. Terpaparnya tubuh oleh radon-222 dapat meningkatkan resiko terkena
kanker paru- paru. Radon merupakan pengemisi partikel alfa dengan waktu paruh
3,823 hari. Terpaparnya tubuh pada level 4 pCi per liter mengakibatkan resiko kematian
akibat kanker paru-paru sekitar 6,2% pada perokok dan 0,73% pada bukan perokok.
Diketahui udara di suatu perumahan memiliki aktivitas radioaktif sebesar 4 pCi/liter.
a. Berapa Bq (disintegrasi per detik) per liter aktivitas radioaktif di perumahan tersebut?
c. Berapa banyak atom 222Rn yang ada dalam setiap liter udara perumahan?
d. Jika perumahan tersebut memiliki penduduk sebanyak 1000 orang yang terdiri dari 500
orang perokok dan 500 orang bukan perokok, perkirakan banyaknya resiko kematian akibat
kanker paru-paru di perumahan ini.
2. Iodin-131 biasa digunakan untuk pengobatan penyakit Graves, yaitu penyakit pada
kelenjar tiroid. Jumlah 131I yang digunakan bergantung pada ukuran kelenjar tiroid pasien.
Jika dosis pemakaian 131I adalah 86 mikrocurie per gram kelenjar tiroid, dan dengan
asumsikan semua iodin yang diberikan akan terakumulasi pada kelenjar tiroid, maka:
a. Berapakah dosis aktivitas dari 131I yang harus diberikan pada pasien yang
memiliki
kelenjar tiroid seberat 15 gram?
b. Berapakah nilai konstanta laju peluruhan I-131 jika waktu paruhnya = 8,07 hari?
3. Ion kompleks kromium (III) dengan ion oksalat dibuat dari K 2Cr2O 7 di mana
atom Cr di dalamnya adalah 51Cr dengan aktivitas spesifik 1000 cpm/gram (counts
per minute per gram), dengan asam oksalat H2C2O4 yang mengandung 14C dengan
aktivitas 333 cpm/gram. Kromium-51 meluruh dengan cara menangkap elektron dan
151
mengemisikan radiasi gamma, sedangkan karbon-14 adalah murni pengemisi partikel beta.
Gamma dan beta yang diemisikan dapat dideteksi masing-masing menggunakan detektor
sehingga jumlah masing- masing isotop dapat dihitung secara independen. Suatu sampel ion
kompleks diketahui memberikan deteksi gamma sebesar 147 cpm dan deteksi beta sebesar
60 cpm.
a. Hitunglah nilai aktivitas untuk tiap mol Cr dan aktivitas untuk tiap mol C2O42- !
b. Hitunglah jumlah mol Cr dan mol C2O 42- yang bereaksi satu sama lain!
c. Dari perbandingan mol Cr dan mol C2O42- , tentukanlah jumlah ion oksallat yang
terikat pada setiap ion Cr(III) dalam ion tersebut.
152
mm memiliki aktivitas sekitar 30-130 MBq/cm. Diameter aktif kawat tersebut
(diameter iridiumnya) adalah 0,15 mm dan diameter luarnya (diameter platina) adalah 0,3
mm.
a. Berapa jumlah Ir-192 yang meluruh tiap detiknya di dalam kawat jika aktivitasnya
40
MBq/cm?
b. Jika kawat disematkan selama 40 jam, berapa banyak radiasi yang diserap oleh
tumor? (waktu paruh = 73,83 hari)
c. Dalam pengiriman, kawat Ir-192 disimpan dalam tabung timbal, mengapa?
5. Stronsium-90, suatu penggemisi beta, memiliki waktu paruh 28,1 tahun. Jika 36,2 mg
Sr-90 dimasukkan ke dalam tulang anak yang masih dalam masa pertumbuhan, berapa
banyak partikel beta yang diserap oleh anak tersebut yang bersumber dari stronsium selama
1 hari?
7. Seorang pekerja di suatu laboratorium secara tidak sadar terpapar sampel radioaktif
natrium iodida yang terbut dari iodin-131 (pengemisi beta dengan waktu paruh 8,07 hari).
Kelalaian ini baru disadari 28 hari setelah kejadian terpaparnya radioaktif, yang mana
aktivitasnya 35 x
10-5 Ci/g. Pekerja tersebut ingin mengetahui seberapa aktifkah sampel pada saat
waktu
kejadian terpapar. Hitung aktivitas dalam satuan Ci/g.
8. Sebuah alat yang besar dan kompleks memiliki sistem pendinginan yang mengandung
cairan pendingin dengan volume yang tidak diketahui. volume zat pendingin perlu diukur
tanpa mengeluarkannya dari alat. Oleh karena itu, pada zat pendingin ditambahkan 10 mL
metanol yang mana molekulnya mengandung atom C-14 yang memiliki aktivitas spesifik
(aktivitas per gram) sebesar 580 cpm/gram. Cairan pendingin dan metanol dibiarkan hingga
tercampur sempurna. Kemudian sampel pendingin diambil dan diukur aktivitasnya sebesar
29 cpm/gram. Hitunglah volume pendingin (mL) dalam sistem alat tersebut. Densitas
metanol =
0,792 g/mL, densitas pendingin = 0,884 g/mL.
153
9. Isotop Pr-145 meluruh dengan mengemisikan partikel-partikel beta dengan energi
masing- masing 1,8 MeV. Misalkan seseorang secara tidak sengaja menelan 1 mg isotop Pr
yang memiliki aktivitas spesifik 140 Bq/gram. Berapkah dosis energi yang terserap oleh
orang tersebut setelah selang waktu 10 menit yang berasal dari Pr-145 dalam satuan Gy dan
rad? Asumsikan semua prtikel beta diserap oleh badan orang tersebut, berat badan orang
= 70 kg, 1 Gy = 1 Joule/kg absorben, dan 1 rad = 100 Gy.)
10. Suatu jenis detektor asap komersial mengandung sejumlah radioaktif amerisium-241
(241Am) yang meluruh dengan menghasilkan partikel alfa. Partikel alfa mengionisasi
molekul di udara yang menyebabkan udara mengkonduksikan arus listrik. Ketika partikel
asap melewati detektor, konduktivitas udara berubah, kemudian alarm berbunyi.
a. Tuliskan persamaan reaksi untuk peluruhan dengan menghasilkan partikel alfa.
b. Peluruhan tuntas dari melibatkan produksi berturut-turut partikel α, α, β, α, α, β,
α, α, α, β, α, dan β. Inti stabil apakah yang dihasilkan dari rangkaian peluruhan ini?
c. Identifikasikanlah 11 inti intermediet yang terbentuk dalam rangkaian peluruhan.
154
11. Radioaktif Cu-64 meluruh dengan waktu paruh 12,8 hari. a. Berapakah nilai tetapak
laju peluruhan (k) dalam s-1?
b. Suatu sampel mengandung 32 mg Cu-64. Berapa banyak peluruhan yang akan
terjadi pada detik pertama? Asumsikan massa atom Cu-64 adalah 64.
c. Seorang kimiawan mendapatkan suatu sampel Cu-64 dan mengukur
radioaktivitasnya.
Dia kemudian menentukan bahwa untuk melakukan eksperimen pada radioaktif ini,
aktivitas sampel tidak boleh turun di bawah 20% dari nilai aktivitas awal. Berapa
lamakah dia harus menyelesaikan eksperimennya?
12. Di suatu pasar loak kamu menemukan suatu lukisan yang sangat menarik,
diselesaikan dengan gaya Rembrandt ala zaman “Dark Period” (1642-1672). Kamu
mencurigai bahwa lukisan ini bukanlah lukisan Reambrandt asli, kemudian kamu membawa
lukisan ini ke kampus untuk diuji. Kayu yang masih hidup memiliki aktivitas C-14 sebesar
15,3 cpm/gram. Lukisan tersebut memiliki aktivitas C-14 sebesar 14,8 cpm/gram. Apakah
lukisan ini lukisan asli Rembrandt? (Waktu paruh C-14 adalah 5730 tahun).
13. Hitunglah energi ikat inti dalam Joule/nukleon untuk Karbon-12 (massa atom 12,0000)
dan uranium-235 (massa atom 235,0439) jika diketahui massa atom adalah 1,00782 sma
dan massa neutron adalah 1,00866 sma. Inti atom yang paling stabil di alam semesta
adalah Fe-
56. Apakah energi ikat inti per nukleon daro Fe-56 akan lebih besar atau lebih kecil dari C-
12
atau U-235? Jelaskan.
14. Selama Perang Dunia II, tritium (3H) merupakan komponen dari jam yang
dapat berfluoresensi. Asumsikan kamu memiliki jam sejenis ini yang dibuat pada Januari
1944. Jika dibutuhkan minimum 17% dari jumlah tritium awal agar angka pada jam masih
dapat dibaca di ruang gelap, sampai tahun berapakah kamu dapat membaca waktu di jam
tersebut pada malam hari? (waktu paruh 3H = 12,3 tahun).
Diketahui massa-massa atom yang terlibat dalam reaksi adalah sebagai berikut: 2,01410
sma; 3,01605 sma; 4,00260 sma, elekron 5,4858 x 10-4 sma, dan neutron
155
1,00866 sma. Hitunglah energi yang dihasilkan per satu inti He yang dihasilkan dan per mol
He yang dihasilkan.
16. Rasio massa Ar-40 terhadap K-40 dapat digunakan untuk menentukan umur dari
suatu material geologi. K-40 meluruh melalui dua macam proses:
a. Mengapa yang digunakan untuk penentuan umur adalah rasio Ar/K, bukan Ca/K?
b. Asumsi apakah yang harus dibuat apabila menggunakan teknik ini?
c. Suatu batu sedimen memiliki rasio Ar-40/K-40 = 0,95. Hitunglah umur dari batuan ini.
d. Bagaimanakah umur batuan yang terukur dibandingkan dengan umur asli batuan jika
sejumlah Ar-40 keluar dari sampel?
17. Proses fotosintesis dalam tumbuhan dapat direpresentasikan dengan reaksi di bawah ini:
156
18
Alga mbuh di dalam air yang mengandung
yang radioaktif 18 O (dalam b tu
gas oksigen dengan komposisi isotop yang sama dengan oksig
entuk H2 O)
umbuh di dalam air yang hanya mengandung 16O diberikan as
menghasilkan 18 18 en
g mengandung O, tidak ada O yang ditemukan pada gas
dalam air. Ketika alga t
Kesimpulan apakah tentang fotosintesis yang dapat diambil dari eks
upan karbon dioksida yan
oksigen yang dibebaskan.
perimen ini?
18. Untuk menentukan nilai Ksp dari Hg2I2, seorang kimiawan mengambil suatu sampel
padat Hg2I2 yang mana beberapa iodin yang terkandung di dalamnya merupakan radioaktif
I-131. Aktivitas Hg2I2 pada sampel adalah 5 x 1011 cpm per menit per mol I. Sejumlah
alam air, kemudian padatan Hg2I2 dibiarkan mencapai keadaa
Hg2i2 berlebih dilarutkan d
n setimbang dengannnya. Reaksi pelarutan Hg2 I2 adalah:
ion-io
150 mL sampel dari larutan jenuh diambil dan diukur aktivitasnya sebesar 33 cpm per
menit. Dari informasi ini, hitunglah nilai Ksp untuk Hg2I2.
19. Sumber yang paling besar dari radiasi alami adalah radon-222. 222Rn, produk
peluruhan dari
238U, terus-menerus terbentuk di dalam kulit bumi yang menyebabkan gas Rn merembes ke
lantai dasar bangunan. Karena 222Rn adalah penghasil partikel α dengan waktu paruh yang
relatif pendek yaitu 3,82 hari, 222Rn dapat menyebabkan kerusakan biologis ketika terhirup.
a. Berapa banyak partikel α dan partikel β yang dihasilkan ketika 238U meluruh
menjadi
222Rn? Inti apakah yang terbentuk ketika 222Rn meluruh?
b. Radon adalah gas mulia sehingga radon dapat melewati tubuh manusia dengan cepat.
157
c. Masalah lainnya yang berhubungan dengan 222Rn adalah peluruhan 222Rn
menghasilkan suatu padatan penghasil partikel α yang lebih potensial (t1/2 = 3,11
menit). Padatan apakah yang terbentuk? Tuliskan persamaan reaksi setara ketika spesi ini
meluruh menghasilkan partikel α! Mengapa padatan ini merupakan penghasil partikel α
yang lebih potensial dari radon-222?
d. U.S. Environmental Protection Agency (EPA) merekomendasikan radioaktivitas
222Rn
tidak boleh melebihi 4 pCi per liter udara (1 Ci = 1 curie = 3,7 x 10 10 peluruhan per detik;
1 pCi = 1 x 10-12 Ci). Konversikanlah 4 pCi per liter udara ke dalam konsentrasi Rn-
222 dalam satuan jumlah atom Rn per liter udara dan jumlah mol Rn per liter udara.
20. Karbon-14, isotop karbon yang radioaktif, seringkali digunakan untuk menentukan
umur suatu sampel geologi dan arkeologi. Waktu paruh 14C adalah 5730 tahun,
tetapi dalam perhitungan umur sampel, digunakan nilai waktu paruh yang berbeda yaitu
5568 tahun. 14C dihasilkan dari nitrogen di atmosfer yang terkena sinar kosmik. Inti ini
biasa terdapat dalam tanaman dan hewan melalui fotosintesis dan rantai makanan.
Radiokarbon yang terdapat dalam organisme hidup memiliki aktivitas yang hampir selalu
konstan yaitu 230 Bq per kg karbon. Seelah organisme mati, jumlah 14C dalam makhluk
hidup mulai berkurang.
a. Tuliskan reaksi setara untuk pembentukan dan peluruhan dari C-14.
158
b. Aktivitas radiokarbon di dalam sampel pakaian dari piramida Mesir memiliki
aktivitas
480 disintegrasi per jam per gram karbon. Berapakah umur pakaian tersebut?
c. Di dalam piramida lain, ditemukan suatu bubuk putih yang ternyata adalah Penicillin
V
murni. Setelah dilakukan pengukuran spektrometri massa, terukur rasio 14C/12C sebesar
159
JAWABAN SOAL KIMIA INTI
1. 1 Ci = 3,7 x 1010 Bq
a. Aktivitas (Bq/liter) =
b. Tetapan laju,
c. A = k.N
b. Tetapan laju,
c. A = k.N
3. Aktivitas Cr-51 dalam K2Cr2O7 adalah 1000 cpm/gram, dan aktivitas C2O42- dalam
H2C2O4
160
adalah 333 cpm/gram.
a.
Unruk Cr:
b.
161
a. A = 40 MBq/cm x 15 cm = 600 MBq = 6 x 108 Bq = 6 x 108 Ir meluruh tiap detiknya.
b. 40 jam = 40 x 3600 detik = 144.000 detik
5. t ½ = 28,1 tahun = 28,1 x 365 hari = 10.256,5 hari tetapan laju, k = In 2/t ½ = 6,76 x 10-
5 per hari
setelah 1 hari:
6.
Nomor atom bertambah 2 angka dan nomor massa meningkat lebih dari atau sama dengan
162
2 poin dengan ditembaknya U oleh partikel X. Partikel X tidak mungkin elektron
atau positron karena keduanya tidak akan merubah nomor massa. Tidak mungkin pula
neutron karena nomor atom berubah. Jika X adalah proton, maka perlu ditembakkan 2 buah
proton, dan dihasilkan 1 buah neutron. X dapat pula partikel alfa, dan hanya 1 partikel alfa
saja yang perlu ditembakkan. Karena yang ditembakkan kemungkinan besar hanya 1 buah
partikel, maka partikel yang ditembakkan adalah alfa.
8. Massa metanol = ρ x V = 0,792 g/mL x 10 mL = 7,92 gram Aktivitas total awal = 580
cpm/gram x 7,92 gram = 4593,6 cpm Aktivitas campuran pendingin dan metanol = 29
cpm/gram
Massa pendingin + metanol =
163
Massa pendingin = massa pendingin campur metanol – massa metanol = 158,4 – 7,92 =
150,48 gram
164
11. Waktu paruh = 12,8 hari = 12,8 x 24 x 3600 detik = 1.105.920 detik a.
b.
Jumlah atom Cu =
=
165
12. Kita harus mengetahui berapa lama C-14 dalam lukisan telah meluruh.
13. C-12 terdiri dari 6 elektron, 6 proton, 6 neutron. H-1 terdiri dari 1 elektron dan 1
proton. U-
235 terdiri dari 92 proton, 92 elektron, dan 143 neutron.
Untuk C-12, Δm = 6mp + 6me + 6mn – matom = 6mH + 6mn – matom = 6(1,00782) +
6(1,00866) –
166
Untuk U-235, Δm = 92mp + 92me + 143mn – matom = 92mH + 143mn – matom =
92(1,00782) +
Fe adalah inti atom yang paling stabil sehingga energi ikat intinya(1.408 × 10-12
J/nucleon)
lebih besar dibandingkan energi ikat atom yang lainnya.
14. ,t=?
167
16. K meluruh menjadi Ar,
a. Karena sumber Ca tidak hanya berasal dari peluruhan K saja, tapi banyak sumber lain.
b. Peluruhan K adalah satu-satunya sumber adanya atom Ar, dan tidak ada Ar yang
hilang sepanjang tahun.
c. Rasio massa Ar/K=0,95
Karena semua Ar bersumber dari K yang meluruh, maka jumlah K yang telah meluruh
menjadi Ar adalah 0,95 gram. Jumlah K yang meluruh menjadi Ar hanyalah 10,7% dari
total K yang meluruh. Jadi, total jumlah K yang meluruh =
Total massa K pada saat awal batuan terbentuk = massa K yg telah meluruh + massa K
yang masih tersisa =
d. Jika sebagian Ar terlepas dari batuan sehingga jumlahnya tidak terukur (yang
terukur lebih kecil dari seharusnya), maka hasil umur batuan yang dihitung akan lebih muda
dari umur seharusnya.
17. Jika ari mengandung radioaktif, oksigen yang dihasilkan akan mengandung
radioaktif.
Namun ketika CO2 yang mengandung radioaktif, oksigen tidak mengandung radioaktif.
Hal ini memberi informasi bahwa atom oksigen yang membentuk gas oksigen berasal
dari air
(H O), bukan berasal dari CO .
2 2
18.
168
19. Peluruhan Uranium dan Rn.
a. ; dihasilkan 4 partikel α dan 2 partikel β.
; inti yang terbentuk adalah Po-218.
b. Partikel alfa menyebabkan kerusakan yang signifikan pada jarungan makhluk
hidup apabila partikel ini berhasil masuk ke dalam tubuh. Karena waktu paruh Rn
relatif singkat, dapat terbentuk partikel alfa yang cukup banyak meskipun Rn masuk ke
dalam paru-paru dalam waktu yang singkat.
169
c. Rn meluruh menghasilkan padatan Polonium-218. Reaksi peluruhan
polonium menghasilkan partikel alfa: . Po berbentuk padatan
sehingga Po akan terperangkap di dalam paru-paru Rn dalam paru-paru meluruh. Waktu
paruhnya yang jauh lebih pendek dari Rn akan menyebabkan produksi partikel alfa
yang lebih rapid, sehingga mempercepat kerusakan jaringan tubuh (lebih signifikan dari
Rn).
d. A = k.N, dengan k =
c. Jumlah 14C = N
Pada organisme hidup: A0 = 230 Bq/kg
170
Serbuk diproduksi sekitar tahun = 2013-5568=-3555, yaitu sekitar tahun 3555 SM (sebelum
masehi).
171
KIMIA ORGANIK
172
Kimia Organik
173
Senyawa (Tata nama dan Struktur) Isomer
Reaksi Kimia Organik
Makromolekul
Sintesis dan Retrosintesis
1. Senyawa
1.1 Hidrokarbon
Senyawa yang tersusun oleh hanya dua atom, yaitu karbon dan hidrogen.
1.1.1 Hidrokarbon Jenuh
Alkana merupakan suatu senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki rumus empiris,
CnH2n+2. Senyawa alkana berdasarkan jumlah karbonnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Senyawa Alkana
174
H H C H
H H
C C
H C H
H
C
H H
H H H
Propana
Metana Etana
Gambar 1.1 Struktrur senyawa alkana
175
Ada dua jenis senyawa hidrokarbon tak jenuh yaitu alkena dan alkuna. Perbedaan kedua
senyawa tersebut dapat dilihat dari jumlah hidrogen dan jenis ikatan rangkapnya. Alkena
memiliki rumus empiris CnH2n , sedangkan alkuna CnH2n-2 . Senyawa alkena dan
alkuna memiliki tata nama yang sama dengan alkana, tetapi memiliki akhiran yang berbeda.
Alkana memiliki akhiran –ana, alkena dengan akhiran –ena, dan alkuna dengan akhiran –
una. Berikut rumus molekul berserta nama senyawanya dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Beberapa contoh struktur senyawa untuk senyawa alkena dan alkuna dapat dilihat pada
Gambar 1.2 sebagai berikut:
H
C C CH3
C H H3C C
H
H
Etena Butuna
Gambar 1.2 Struktur senyawa alkena dan alkuna
176
1.2 Siklik
Senyawa siklik masih tergolong ke dalam jenis senyawa hidrokarbon, tetapi yang
membedakannya adalah struktur senyawa berbentuk siklik. Senyawa siklik ini memiliki
rumus empiris, CnH2n. Nama senyawa ini diawali dengan kata siklo, misalnya siklopropana,
siklobutana, siklopentana, dan sikloheksana. Beberapa struktur senyawa siklik dapat dilihat
pada Gambar 1.3 di bawah ini.
177
siklopropana siklobutana siklopentana sikloheksana
Gambar 1.3 Struktur senyawa siklik
1.3 Aromatik
Benzena merupakan senyawa aromatik yang memiliki rumus molekul C6H6. Beberapa
senyawa aromatik lain beserta strukturnya dapat dilihat pada Gambar 1.4 di bawah ini.
O
CH3 C
H
O O
C OH C
CH3 OH
178
NO2 NH2
C
O
CH3
Nitrobenzena Ani Metil Benzoat
lina
Gambar 1.4 Struktur senyawa aromatik
Adapun pengarah orto, meta, dan para pada senyawa aromatik ditunjukkan pada
Gambar 1.5 di bawah ini.
X
X X
Y Y Y
179
kimia alkohol dan eter berbeda, misalnya dari kepolaran. Alkohol memiliki kepolaran yang
lebih polar dibandingkan eter karena eter merupakan suatu senyawa yang non -polar.
Alkohol dan eter memiliki tata nama yang berbeda, alkohol memiliki tata nama dengan
akhiran –ol, sedangkan eter memiliki tata nama “aloksi alkana” atau “alkil eter”. Beberapa
contoh struktur senyawa alkohol dan eter dapat dilihat pada Gambar 1.6 di bawah
ini.
CH3 CH
3
H2 H2
H2 CH HO C C
CH
C H CH3 H 3C CH3
OH C O
H 3C C H2
CH
3
C
C
H2 CH C H3 CH3
C C
C C
H3 C H
C H2
H 3C C
O
H H2
180
butiraldehida 3-metilbuta nal pentan- 3-on
H2 C CH C
H3C C CH3 O
C C
H3C H2
C OH C O H2
H 3C H2 CH3
Adapun turunan asam karboksilat yang lain, yaitu asam anhidrida dan asil halida. Struktur
kedua senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.9 di bawah ini.
181
O O O
H 3C O CH3 H3C Cl
Asil klorida
Anhidrida asetat
Gambar 1.9 Struktur senyawa turunan asam karboksilat
1.7 Amina
Amina merupakan senyawa yang tersusun dari atom hidrogen, karbon, dan nitrogen. Amina
memiliki gugus fungsi, R-NH2. Ada tiga jenis amina, yakni amina primer, sekunder, dan
tersier. Ketiga senyawa tersebut dibedakan dari jumlah hidrogen yang terikat pada atom
nitrogen, gugus fungsi amina. Struktur molekul ketiga senyawa amina tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1.10 di bawah ini.
NH2 N
H
Etanamin N -metiletanamin N ,N -
dimetiletanamin
Gambar 1.10 Struktur senyawa amina
1.8 Amida
Amida memiliki gugus fungsi R-CO-NH2 . Ikatan amida dalam suatu poli-asam amino disebut
ikatan peptida. Beberapa struktur senyawa amida dapat dilihat pada Gambar 1. 11 di bawah ini.
O O O
CH3
CH3
182
CH3
N - metilasetamida N ,N -dimetilasetamida
Asetamida Gambar 1.11 Struktur senyawa amida
2. Isomer
Suatu senyawa yang berbeda (sifat fisik dan kimia), tetapi memiliki rumus molekul yang
sama.
2.1 Konstitusional Isomer
Isomer yang atom-atomnya mempunyai struktur berbeda. Salah satu contoh
konstitusional isomer adalah untuk senyawa isobutana dengan butana.
2.2 Stereoisomer
Isomer yang mempuyai struktur sama, tetapi memiliki penataan atom dalam ruang yang
berbeda. Stereoisomer dibagi menjadi dua bagian, yaitu enantiomer dan diastereomer.
2.2.1 Enantiomer
183
Senyawa stereoisomer yang dapat dicerminkan. Contoh senyawa enantiomer dapat dilihat
pada Gambar 2.1 di bawah ini.
F Cl Cl F
Br CH3 H3C Br
2.2.2 Diastereomer
Senyawa stereoisomer yang tidak dapat dicerminkan. Contohnya pada senyawa isomer ikatan
rangkap cis- dan trans- (Gambar 2.2a) dan senyawa isomer sikloalkana cis- dan trans-
(Gambar 2.2b).
(a)
(b)
Gambar 2.2 Struktur senyawa isomer cis- dan trans- (a) ikatan rangkap, (b) sikloalkana
184
3. Reaksi
3.1 Asam – Basa Lewis
Reaksi yang terjadi berdasarkan perpindahan pasangan elektron bebas dari suatu basa lewis
(nukleofil) ke suatu asam lewis (elektrofil) membentuk suatu ikatan baru, sehingga
menyatukan dua molekul menjadi satu senyawa baru. Kemudian, reaksi asam-basa lewis ini
dibagi menjadi tiga, yaitu reaksi substitusi, adisi, dan eliminasi.
3.1.1 Substitusi
Reaksi yang terjadi dengan adanya pertukaran atom (nukleofil) antara dua molekul
menghasilkan senyawa baru. Contoh reaksi substitusi dapat dilihat pada Gambar 3.1 di
bawah ini.
185
Gambar 3.1 Reaksi substitusi
3.1.2 Adisi
Reaksi yang terjadi dengan adanya penambahan atom/gugus fungsi ke dalam suatu molekul
menghasilkan senyawa baru. Ada dua jenis adisi yaitu adisi Markovnikov dan Anti-
Markovnikov, yang membedakan keduanya adalah dari jenis reagen yang digunakan. Jika tanpa
reagen peroksida, maka reaksi akan berlangsung sesuai aturan Markovnikov, dimana hidrogen
akan masuk (adisi) ke karbon yang mempunyai paling banyak hidrogen. Contoh
reaksi adisi dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini.
H 3C H3C
+ HBr CH CH3
HC
CH2
Br
Adisi Markovnik
ov
H3C Br
H 3C
H2O2
Adisi Anti-Markovnikov
Gambar 3.2 Reaksi adisi Markovnikov dan Anti-Markovnikov
186
3.1.3 Eliminasi
Reaksi yang terjadi dengan adanya pelepasan (eliminasi) dua atom dari suatu senyawa
menghasilkan senyawa baru. Ciri-ciri suatu reaksi eliminasi ditandai oleh adanya reagen asam
kuat pekat dan panas (kalor). Contoh reaksi eliminasi dapat dilihat pada
Gambar 3.3 di bawah ini.
H3C H3C
pana
s
H2C CH 2 + H2SO4 C CH2
OH H
Eliminasi
Gambar 3.3 Reaksi eliminasi
187
2-
oksidator yang biasa dipakai dalam reaksi oksidasi, diantaranya KMnO 4 , , OsO 4 , O3
Cr2O 7 ,
dan PCC. Contoh reaksi oksidasi dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.
3.2.2 Reduksi
Reaksi yang terjadi dengan adanya penurunan bilangan oksidasi atau bertambahnya atom
hidrogen pada senyawa baru yang dihasilkan. Contoh reaksi reduksi dapat dilihat pada Gambar
3.5 di bawah ini.
3.3 Radikal
Reaksi yang terjadi melalui tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi. Contoh reaksi radikal dapat
dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.
Inisiasi
Cl Cl 2 Cl
188
Propagasi
H3C H + Cl CH3 + H Cl
CH3 + Cl Cl H3C Cl + Cl
Terminasi
CH3 + Cl H3
C Cl
H3
CH3 + CH3
C
CH3
Cl + Cl Cl Cl
Gambar 3.6 Reaksi radikal
189
4. Makromolekul
4.1 Karbohidrat
4.1.1 Monosakarida
Dalam senyawa monosakarida ada dua bentuk yaitu aldosa dan ketosa. Bentuk aldosa
ditandai dengan adanya gugus aldehida, sedangkan ketosa ditandai dengan adanya gugus keton.
Dalam pembahasan ini, hanya akan dibahas tiga senyawa monosakarida yaitu glukosa,
frukstosa, dan galaktosa. Struktur ketiga senyawa tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
H O H OH H O
HO H HO H
H OH O H OH
H OH HO H HO H
H OH H OH H OH
H OH
D-GlukosaH OH H D-Fruktosa
OH H D-Galaktosa
OH
Gambar 4.1 Struktur senyawa monosakarida
4.1.2 Disakarida
Ada tiga senyawa disakarida, yaitu maltosa (glukosa + glukosa), sukrosa (fruktosa +
glukosa), dan laktosa (galaktosa + glukosa). Struktur ketiga senyawa tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.2 di bawah ini.
O HO
OH OH OH
HO
HO O OH
190
O OH HO
HO
OH
O
O
O H
HO
HO
O H
OH
maltosa sukrosa
HO
HO O OH
HO OH O OH
OH
OH
laktosa
Gambar 4.2 Struktur senyawa disakarida
191
4.1.3 Polisakarida
Ada tiga senyawa polisakarida, yaitu amilosa, glikogen, dan selulosa. Ketiga struktu r senyawa
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.
192
Gambar 4.3 Struktur senyawa polisakarida
4.2 Lipid
4.2.1 Trigliserida
Trigliserida merupakan senyawa hidrofobik (tidak larut dalam air). Adapun struktur senyawa
dan reaksi hidrolisis trigliserida dengan enzim lipase menghasilkan gliserol dan asam
lemak dapat dilihat pada Gambar 4.4, sedangkan reaksi penyabunan trigliserida dapat dilihat
pada Gambar 4.5 di bawah ini.
193
Gambar 4.4 Reaksi hidrolisis trigliserida
194
lebih kuat dibandingkan dengan asam lemak tak jenuh. Berikut beberapa struktur senyawa
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang diperlihatkan pada Gambar 4.6 di bawah ini.
195
Asam Lemak Jenuh
O OH
Asam Miristat
O OH
Asam Palmitat
OH
196
Asam Oleat
Gambar 4.6 Struktur senyawa asam lemak jenuh dan tak jenuh
4.2.3 Terpenoid
Senyawa yang memiliki jumlah karbon dalam kerangka senyawanya sebanyak 5, 10,
15, 20, dan 30. C5 , himeterpen atau satu unit isopren memiliki satu kepala dan satu ekor.
Adapun C10 , C15 , C20 , dan C30 secara berurutan disebut monoterpen,
seskuiterpen, diterpen, dan triterpen. Senyawa terpen atau terpenoid ini biasa ditemukan dalam
suatu tumbuhan, contohnya senyawa β-karoten (C40). Struktur senyawa-senyawa terpenoid
dapat dilihat pada Gambar 4.7 di bawah ini.
197
198
Gambar 4.7 Struktur senyawa terpen
4.2.4 Steroid
Steroid merupakan senyawa jenis lipid yang berperan sebagai biological regulators. Steroid
memiliki struktur yang khas dengan empat cincin, yang terdiri dari tiga cincin siklik enam dan
satu cincin siklik lima. Contoh beberapa senyawa yang termasuk ke dalam steroid, diantaranya
kolesterol, testosteron, progesteron, androsteron, dan ergosterol yang dapat berubah menjadi
vitamin D2 untuk pertumbuhan tulang. Struktur senyawa-senyawa steroid tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.8 di bawah ini.
199
200
Gambar 4.8 Struktur senyawa steroid
201
H
H2N COOH
Asam Amino
H O H O H O H O H O
H2N C N C N C N C
C N
OH H R5
R1 H R2 H H
R3 R4
Polipeptida
Gambar 4.9 Struktrur senyawa asam amino, polipeptida, dan zwitter ion
202
Gambar 4.10 Struktur senyawa purin dan pirimidin
203
BANK SOAL KIMIA ORGANIK
H 3C
CH3
H 3C CH2
H3C
b.
H 3C CH3 H3C
CH3
CH 3
c.
CH3
H3C
204
CH3
CH3
d.
e.
OH
NH2
f.
205
H 3C
OH
CH 3
H 3C
CH3
g.
h.
H
i.
O
206
j.
O
OH
k.
O
l.
207
N
m.
O
NH
H OH HO H
Br H H Br
208
a. CH3
CH3
CH3 CH3
H OH HO H
H OH HO H
b. CH3
CH3
209
CH3 CH3
H Br H Br
H OH HO H
c. CH3
CH3
KMnO4
dingin
KMnO4
panas
b.
210
H2
Pt
c.
CH3
OH
H3C HCl
CH
3
CH3
d.
211
CH3
Cl NaOH
e.
Br2
f.
O
OH-
H2O
H
g.
H2SO 4
OH
212
h.
t-BuOH
OH
i.
O
CH3 LiAlH4
j.
213
OH
OH
CH3
H+
CH3
k.
OH- PCC
Cl
l.
Cl OH- K2Cr2O7
214
m.
O
Cl OH-
H2O
n.
O OH
OH
H+ / H2O
o.
215
NH3
Cl
p.
O
NH2
OH
q.
Cl
HNO 2
H2SO 4
OH
H 3C OH
H+
H
216
O
NH2
[O] Cl2
FeCl3
5. Berapa jumlah asam amino yang terdapat pada polipeptida berikut, lingkari dan beri
keterangan gugus-gugus yang bersifat netral, asam , dan basa pada senyawa polipeptida berikut
!
217
H O H O H O H O H
O
H2N N N N
N OH
H H H H H
CH2 CH CH CH2
2 2
OH C O
N OH
NH
OH
6. Sarankan sintesis untuk produk senyawa-senyawa berikut !
a. Parasetamol
HO
O
NH
b. Ibuprofen
HO
218
O
c. Aspirin
O
OH
d. Parasetamol + ibuprofen
219
JAWABAN SOAL KIMIA ORGANIK
1.
a. 4,6-dietil-2,3-dimetiloktana b. (Z)-3,6,8-trimetilnon-3-ena
c. 3-isopropil-5-metilheks-1-una
d. sec-butilsikloheksana e. m-aminofenol
f. 4,5-dimetilheptan-3-ol g. 2-etoksi-3-metilbutana h. 3-etilpentanal
i. 2,5-dimetilhexan-3-on
m. N-etil-2-metilbutanamida
2.
a. C5H12
Ada 3 isomer.
220
b. C4H10O
Ada 7 isomer, 4 senyawa alkohol dan 3 senyawa eter. c. C3H6O
Ada 2 isomer, satu senyawa aldehida dan satu senyawa keton.
d. C4H8O 2
Ada 4 isomer, dua senyawa asam karboksilat dan dua senyawa ester.
221
3. a. Enantiomer b. Mesomer (Diastreomer) c. Diastereomer
4. a.
OH
O O
+
(i) OH (ii) H
b.
CH3 Cl
H3C CH3
c. CH3
222
CH3
OH
d.
Br
e. Br
223
CH3 O
f. H3C OH
CH3
g. CH3
H 3C
CH3
h. CH3
H 3C
OH
224
CH 3
i.
CH3
j. CH3
225
H
HO
k. O
HO O
l.
OH
226
m.
n.
NH2
o.
227
O
NH
p.
q.
Cl
(i) NO2
O CH3
228
(ii) O
NO 2
NO 2
(iii) Cl
229
H O H O H H O H O
O
H2N N N N
N O H
H H H H H
CH2 C C CH2
H2 H2
OH C O
N OH
NH
OH
6.
a.
HO
HO
HNO 2 LiAlH4
H2SO 4
O NO
2
230
HO HO
O Cl
NH 2 NH
b.
HO
Cl
HO
AlCl3 O
c.
231
O
OH O O
O
OH O
O
H3PO 4
O
OH
d.
HO
O HO
N OH
O
O
232
NH O
233