Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A DENGUE
HAEMORAGIC FEVER DILt. IIA RUANGAN
CENDRAWASIH V
RSU.SARI MUTIARA LUBUK PAKAM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
1.Mei Melda Napitupulu
2.Sri Wulandari
3.Frisila Sitompul
4.Kristian Nababan
5.Obet Rianto Silitonga
A6.Mitro Munthe
7.Jesica Lumbantoruan

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA DemamBerdarah Dengue (DBD) atau DHF
(Dengue Haemoragic Fever)”dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaannya.
Harapan penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penulis pada khususnya.

Lubuk Pakam, 23 Januari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi DHF 3
2.2 Etiologi DHF 4
2.3 Epidemiologi DHF 5
2.4 Patofisiologi DHF 6
2.5 Patologi DHF 6
2.6 Patogenesis DHF 7
2.7 ManifestasiKlinis DHF 8
2.8 Pencegahan DHF 8
2.9 Penatalaksanaan DHF 9
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian 14
3.2 Analisa Data 18
3.3 Diagnosa Keperawatan 18
3.4 Intervensi Keperawatan 19
3.5 Inplementasi Keperawatan 21
3.6 Evaluasi 22
BAB IV PEMBAHASAN 24
BAB V PENUTUP 26
DAFTAR PUSTAKA 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,
dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti (infodatin, 2016).Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur.Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2014) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada
tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Sebelum tahun 1970,
hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit
endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Jumlah
kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun
2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak
2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat. Perkembangan
kasusu DBD ditingkat global semangkin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612
kasus dihampir 60 negara tahun 2000-2009 (WHO, 2014).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan mengalami epidemic
sekali dalam 4-5 tahun.Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan air bersih dan
menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi dan cepatnya transportasi antar
daerah, menyebabkan sering terjadinya DBD.Indonesia termasuk dalam salah satu Negara
yang edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terus-menerus bertambah dan
penyebarannya semakin luas.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty dan aedes albopictus yang
tersebar luas di rumah-rumah dan tempat umum diseluruh wilayah indonesia,kecuali yang
ketinggiannya lebih 1000meter diatas permukaan laut ( Dinkes,2010).
Penyakit ini terutama menyerang ank yang ditandai dengan panas tinggi,perdarahan dan
dapat mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah (Djunaedi,2006).
Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya adalah dengan
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dengan berperilaku hidup
sehat, namun hal ini ternyata belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat
( Kusumawati,2004).
Tercapainya kesehatan yang optimal tergantung pada potensi biologis yang merupakan hasil
interaksi antara keadaan pasien ( Imunitas,usia,penyakit dasar kronik,dan lingkungan ).
Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya penyakit,terutama penyakit infeksi
salah satu nya adalah penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Hemorhagic
Fever ( DHF ).Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi virus dengue yang masih menjadi
problem kesehatan masyarakat.
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit yng disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada system pembekuan darah sehingga mengakibatkan
perdarahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat
kompleks,antara lain iklim dan pergantian musim,kepadatan penduduk,mobilitas penduduk
dan transportasi.
Melihat tingginya tingkat kejadian penyakit DHF,bahaya yang ditimbulkan serta mengetahui
kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan besarnya pengaruh
penyakit DHF terhadap masyarakat maka penulis tertarik mengambil kasus tersebut dengan
judul : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An.A DENGAN DENGUE
HEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUANG CENDRAWASIH V RSU.SARI
MUTIARA,TANGGAL 20 JANUARI 2020’’

1.1 Tujuan Penulisan


A.Tujuan Umum
Agar dapat memperoleh gambaran umum tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan DHF
B.Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi penyakit DHF
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi DHF
3. Mahasiswa dapat menjelaskan epidemiologi DHF
4. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi DHF
5. Mahasiswa dapat menjelaskan patologi
6. Mahasiswa dapat menjelaskan patogenesis
7. Mampu melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF
8. Mampu menyusun Diagnosa Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF
9. Mampu melaksanakan Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF
10. Mampu Melaksanakan Implementasi Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF
11. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien DHF
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi DHF


Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)

2.2 Etiologi DHF


1. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab ib=ni termasuk ke dalam arbovirus (arthropodborn
virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 dari keempat tipe
virus tersebut di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus
dengue yang termasuk dalam genus flavorivirus ini berdeameter 40 nonometer dapat
berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari
sel-sel mamalia misalnya sel BHK(Babby Homsster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus.
2. Vektor
Virus dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vector yaitu nyamuk sedes
aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesisiensis dan beberapa spesies lain yang
merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype yang
menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada
perlidungan terhadap serotype jenis lainnya. (Arief Mansjoer & Suprohaita;2000;420)
2.3 Epidemiologi DHF
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling
ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau dengue
shock syndrome (DSS), ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terinfeksi.
Host alami DBD adalah manusia, agentnyaadalah virus dengue yang termasuk ke dalam
famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan
Den-4. Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan
ekspansi geografis ke negaranegara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke lokasi pedesaan.
Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar
50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000
kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia,
tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat.
Jumlah kasus DBDtidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan
cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak90% di antaranya
menyerang anak di bawah 15 tahun.Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di
beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480
orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus
terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya
jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case
fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian
1.384 orang atau CFR 0,89%.
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae.albopictus sebagai vektor primer dan Ae.
polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu juga
terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta
penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus dengue
melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari
penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi
adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti.Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.
Penelitian di Jepara dan Ujungpandang menunjukkan bahwa nyamuk Aedes spp.
berhubungan dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di masyarakat; tetapi infeksi
tersebut tidak selalu menyebabkan DBD pada manusia karena masih tergantung pada faktor
lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue, status kekebalan host dan lain-lain.Vector
capacity dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang terpengaruh iklim mikro dan makro,
frekuensi gigitan per nyamuk per hari, lamanya siklus gonotropik, umur nyamuk dan lamanya
inkubasi ekstrinsik virus dengue serta pemilihan Hospes. Frekuensi nyamuk menggigit
manusia, di antaranya dipengaruhi oleh aktivitas manusia; orang yang diam (tidak bergerak),
3,3 kali akan lebih banyak digigit nyamuk Ae. aegyptidibandingkan dengan orang yang lebih
aktif, dengan demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular
virus dengue. Selain itu, frekuensi nyamuk menggigit manusia juga dipengaruhi keberadaan
atau kepadatan manusia; sehingga diperkirakan nyamuk Ae.aegyptidi rumah yang padat
penghuninya, akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia dibanding yang
kurang padat. Kekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah usia dan status gizi, usia lanjut akan menurunkan respon imun dan penyerapan
gizi. Status status gizi yang salah satunya dipengaruhi oleh keseimbangan asupan dan
penyerapan gizi, khususnya zat gizi makro yang berpengaruh pada sistem kekebalan
tubuh.Selain zat gizi makro, disebutkan pula bahwa zat gizi mikro seperti besi dan seng
mempengaruhi respon kekebalan tubuh, apabila terjadi defisiensi salah satu zat gizi mikro,
maka akan merusak sistem imun.
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi makanan, tubuh manusia dan
lingkungan yang merupakan hasil interaksi antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh
manusia dan penggunaannya. Tanda-tanda atau penampilan status gizi dapat dilihat melalui
variabel tertentu [indikator status gizi] seperti berat badan, tinggi badan, dan lain lain.Sumber
lain mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan [requirement] oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis: [pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lain lain].
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi
mempengaruhi fungsi kinerja berbagai sistem dalam tubuh. Secara umum berpengaruh pada
fungsi vital yaitu kerja otak, jantung, paru, ginjal, usus; fungsi aktivitas yaitu kerja otot
bergaris; fungsi pertumbuhan yaitu membentuk tulang, otot & organ lain, pada tahap tumbuh
kembang; fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh agar tak mudah sakit; fungsi perawatan
jaringan yaitu mengganti sel yang rusak; serta fungsi cadangan gizi yaitu persediaan zat gizi
menghadapi keadaan darurat.
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur <15 tahun
(95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita pada
kelompok umur 15 -44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada kelompok umur >45
tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.
Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya kesakitan
karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang
rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk Aedes
spp. Selain itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas
penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup,
golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.

2.4 Patofisiologi DHF


Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes daan infeksi pertama kali
mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan reaksi yang
biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot dan atau sendi,
sakit kepala, dengan/tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus dengue
pertama kali, mendaapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi komplek
antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terdapat komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan aktivitas sistem
komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatiksin C 3a dan C 5a, dua peptida
yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma-leakage), dan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara adekuat akan menimbulkan
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir kematian.
Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agfegaasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi
trombositopenia hebat dan pendarahan.
Terjadinya aktivasi faktor hegemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivitasi ini maka plasminogen akan
berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi Fibrin Degradation Prodect (FDP).

2.5 Patologi DHF


Pada autopsi, semua pasien yang telah mati karena DHF menunjukkan suatu tingkatan
hemoragi ; berdasarkan frekuensi, hemoragi ditemukan pada kulit dan jaringan subkutan,
pada mukosa saluran gastrointestinal, dan pada jantung serta hati. Hemoragi gastrointestinal
mungkin hebat, tetapi tetapi hemoragi subaraknoid atau serebral jarang terjadi.Efusi serosa
dengan kandungan protein tinggi (kebanyakan albumim) umumnya terdapat pada rongga
pleural dan abdomen, tetapi jarang terjadi pada rongga pericardial.
Mikroskopi cahaya terhadap pembuluh darah tidak menunjukkan adanya perubahan
bermakna pada dinding vaskular.Kapiler dan venula pada sistem organ terkena dapat
menunjukkan perdarahan ekstravaskular oleh diapedisis dan hemoragi perivascular, dengan
infiltrasi perivaskular oleh limfosit dan sel-sel mononuklear.Adanya morfologis dari
pembentukan bekuan intravaskular di pembuluh darah kecil telah ditemukan pada pasien
dengan perdarahan berat.
Pada kebanyakan kasus fatal, jaringan limfosit menunjukkan peningkatan aktivitas sistem
limfosit-B, dengan proliferasi aktif sel-sel plasma dan sel-sel limfoblastoid, dan pusat
germinal aktif.Terdapat bukti yang menunjukkan terjadinya proliferasi imunoblas besar dan
pergantian limfosit yang sangat besar. Pergantian limfosit ini dimanifestasikan oleh reduksi
pulps splenik putih, limfositolisis, dan fagositosis limfositik nyata.
Pada hati, terdapat nekrosis fokal dari sel-sel hepar, pembengkakan, adanya badan
Councilman dan nekrosis hialin dari sel-sel Kupffer. Proliferasi leukosit monoklulear, dan
(jarang terjadi) leukosit polimorfonukleun, terjadi pada sinusoid dan kadang-kadang pada
area portal.Lesi di hepar secara khas menyerupai 72-96 jam setelah infeksi dengan virus
demam kuning, bila sel parenkim yang rusak terbatas.
Pada autopsi, antigen virus dengue telah ditemukan terutama dihepar, limpa, timus, nodus
limfa, dan sel-sel paru. Virus juga telah diisolasi pada autopsi dari sumsum tulang, otak,
jantung, ginjal,hati, paru, nodus limfa, dan slauran gastrointestinal.
Pemeriksaan patologis terhadap sumsum tulang, ginjal, dan kulit telah dilakukan pada
pasien yang mengalami DHF non-fatal.Pada sumsum tulang, tampak depresi semua sel-sel
hematopoeitik, yang secara cepat membaik dengan penurunan demam. Studi pada ginjal telah
menunjukkan tipe glomerulonefritis kompleks-imun yang ringan, yang akan membaik setelah
kira-kira 3 minggu dengan tidak ada perubahan residual. Biopsi terhadap ruam kulit telah
menunjukkan edema perivaskular dari mikrovaskuler termial papila dermal dan infiltrasi
limfosit dan monosit.Fagosit mononuklear pembawa antigen telah ditemukan pada sekitar
edema ini.Deposisi komplemen serum, immunoglobulin dan fibrinogen pada dinding
pembuluh darah juga telah ditemukan.

2.6 Patogenesis DHF


Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DHF/DSS.Pertama adalah
peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen
vascular.Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan sangat
membahayakan.Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vascular, trombositopenia, dan koagulopati.
Temuan konstan pada DHF/DSS adalah aktivasi sistem komplemen, dengan depresi besar
kadar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan permeabilitas vascular dan mekanisme pasti
fenomena perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum teridentidikasi sehingga,
diperlukan studi lebih lanjut.Kompleks imun telah ditemukan pada DHF tetapi peran mereka
belum jelas.
Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif, yaitu beberapa trombosit yang
bersirkulasi selama fase akut DHF mungkin kelelahan (tidak mampu berfungsi
normal).Karenanya, meskipun pasien dengan jumlah trombosit lebih besar dari 100.000 per
mm3 mungkin masih mengalami masa perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapatmenunjang terjadinya DHF/DSS adalah peningkatan replica virus
dalam makrofag oleh anti bodi heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus dari serotype
yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif-silang yang gagal
untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit terinfeksi saat kompleks
antibodi-virus dengue masuk kedalam sel ini. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan
aktivasi reaktif-silang CD4+ dan CD8+ limfosit sitotoksik.Pelepasan cepat sitokin yang
disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi dimedia oleh limfosit
sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan plasma dan perdarahan yang terjadi pada
DHF.

2.7 Manifestasi Klinis DHF


Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
antara 13 – 15 hari, rata- rata 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:
a. Deman akut atau suhu meningkat tiba – tiba (selama 2 – 7 hari)
b. Sering di sertai menggigil.
c. Perdaran pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti
epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melena.
d. Keluhan pada saluran pernafasan (batuk, pilek, sakit waktu menelan)
e. Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi)
f. Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal – pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotopobia, otot – otot sekitar mata sakit bila di sentuh.
g. Hepatomegali, splenomegali.

2.8 Pencegahan DHF


Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas
sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada.Cara yang tepat dalam pencegahan penyakit
DBD adalah dengan pengendalian vector, yaitu nyamuk aedes aegypti.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk aedes aegypti adalah memberantas jentik-
jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan pemberantasan sarang
nyamuk DBD (PSN-DBD).Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di
rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M plus:
a. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es, dan lain-lain.
b.Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
kendi, toren air, dan sebagainya.
c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi
untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
d. Plus, adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
3) Menggunakan kelambu saat tidur.
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk.
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

3. Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan nyamuk.

2.9 Penatalaksanaan DHF


Pengderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian
jika terlambat diatasi.Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah sakit (terutama
penderita DHF derajat II, II, IV). Penderita sebaiknya dipisagkan dari pasien penyakit lain
dan diruang yang bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan penderita dengan DHF
menurut Christantie (1995) adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/ 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan interval (biasanya ringer laktat, NaCl daali) ringer Laktat merupakan
cairan interval yang paling sering digunakan mengandung Na+ 130 mEq/liter Cl 109
mEq/liter dan Ca++ 3mEq/liter.
e. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g. Pemberian obat antiseptic sebaiknya dari golongan aseteminofen, eukinin atau dipiron
(kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian kompres dingin.
h. Monitor tanda – tanda pendarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotic bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter)
j. Monitor tanda – tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahantanda – tanda
vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk,
k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)
Penderita yang mengalami renjatan (DSS) dan penurunan kesadaran biasanya dirawat di
unit perawatan intensif.Pada penderita DSS, cairan diberikan dengan diguyur dan bila tak
Nampak perbaikan, penderita perlu mendapatkan plasma atau ekspander plasma atau dextran
antara 15 – 20 ml/kg BB.Disamping itu penderita mungkin perlu mendapatkan Na-
bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolic.
Pemberian cairan intervena baik berupa plasma maupun elektrolit (untuk menjaga
keseimbangan volume intravascular) dipertahankan 12 -48 jam setelah renjatan teratasi.
Transfuse darah diberikan penderita yang mengalami pendarahan yang membahayakan
seperti hementemesis, mellena serta penderitaa yang menunjukan penurunan kadar HB, HT
pada pemeriksaan berkala (curiga adanya pendarahan intraabdominal). Indikasi pemberiak
transfuse pada penderita DHF yaitu jika ada pendarahan yang jelas secara klinis, dan
abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolol. Tujuan pemberian
trasnfusi antara lain untuk mempertahankan jumlah sirkulasi darah, mempertahankan
kemampuan pengangkutan oksigen oleh darah.
Pada penatalaksanaan penderita dengan DHF diperlukan tindakan – tindakan perawatan
invasive seperti pemasangan infuse, pengambilan darah vena dan arteri, kompres dingin, uji
turniket dan pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) atau Sonde lambung jika perlu

a. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerja sama dengan
klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya.(Damayanti D 2013).

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dengan infeksi demam berdarah dengue adalah :
a. Identitas klien
1. meliputi :nama,umur,jenis kelamin,alamat,tanggal lahir,tanggal masuk,tanggal
pengkajian,agama,alamat,dan diagnosa medis
2. Identitas penanggung jawab meliputi : nama,umur,pekerjaan,hubungan dengan
klien dan alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 1-3 hari,sakit kepala,nyeri,lemah,mual,dan nafsu makan berkurang
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala,nyeri otot,pegal seluruh
tubuh,lemah,panas,mual,dan nafsu makan menurun
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ada kemungkinan klien yang telah terinfeksi penyakit DHF bisa terulang
terjangkit lagi,tetapi penyakit yang pernah diderita dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan ,penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota
keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran :compos mentis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TD,S,N,RR)

2.Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda 2015 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan proses penyakitnya

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakitnya
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2. Beri kompres hangat pada bagian lipatan tubuh
Rasional :kompres hangat dapat menurunkan dan mengembalikan suhu normal
3. Monitor intake dan output
Rasional : untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh
4. Berikan obat analgesik
Rasional : dapat menurunkan demam
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat
Rasional : pakaian yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan ,membantu,memberikan askep,tujuannya
berpusat pada klien,mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan,dengan
keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien
b. Menglarifikasi rencana yang sudah ada
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga,pengetahuan,serta
keterampilan
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan

2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon klien,tanggal dan waktu
serta nama dan paraf perawat yang jelas.
5. Evaluasi keperawatan
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi
sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KEPERAWATAN ANAK
Nama Anak :An.A
Tanggal :20 January 2020
Ruangan :Lantai II A
3.1.1 IDENTITAS
1. Nama :An. A
2. Tgl.lahir :12 January 2010
3. Usia :10 Tahun
4. Pendidikan :SD
5. Alamat :Lubuk Pakam
6. Nama Ayah :Salomo Situmorang
7. Nama Ibu :Sondang Renita Sinaga
8. Pekerjaan Ayah :Wiraswasta
9. Pekerjaan Ibu :Ibu Rumah Tangga
10. Alamat :Lubuk Pakam
11. Suku/Bangsa :Batak,Indonesia
12. Diagnosa Medis : DBD

3.1.2 Keluhan Utama


Demam

3.1.3 Riwayat Penyakit sekarang


Ibu klien mengatakan klien demam dengan suhu 38,70C sejak 2 hari Klien tampak
lemas,mukosa bibir klien tampak kering.

3.1.4 Status Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit waktu kecil : Tidak ada
2. Alergi : Tidak ada
3. Imunisasi : Imunisasi lengkap

3.1.5 RIWAYAT KELUARGA


1. penyakit yang pernah /sedang diderita oleh keluarga : Tidak ada

3.1.6RIWAYAT SOSIAL
1. yang mengasuh anak : Ibu kandungnya sendiri
2. pembawaan secara umum : Pemalu
3. lingkungan rumah : Bersih dan aman

3.1.7KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis :Demam Berdarah
2. Tindakan operasi :Tidak ada
3. Obat-obatan : Norages 500 mg/jam
Univit syrp 2x1
L.Bio 2x1
L.Zink syrp 1x5 ml
Infus Nacl 20 tts/m
Ceftriaxone 700 mg/12 jam
Ranitidine 10 mg/12 jam
Pct 150 mg/8 jam
Donperidone syrp 3 x 2,5 mg

4. Tindakan keperawatan Infus Rl 20 tts/m


5. Hasil laboratorium : Hb : 13,0 g/dl
Leukosit : 4.900 /mm3
Eritrosit : 5,0 /mm3
Hematokrit: 39 %
Trombosit : 149.000/mm3

6. Data tambahan :Keluhan klien

3.1.8 PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1.Nutrisi metabolik
a. Makanan yang disukai :coklat
b. Makanan dan minuman selama 24 jam :air mineral
c. Kebiasaan makan :
1. Sebelum sakit :makan nasi 3 x/hari ,habis 1 piring dengan lauk pauk
2. Sesudah sakit : makan 3 x/hari ,habis ½ porsi makan dirumah sakit
d. Alat makan yang digunakan
1. Dirumah :makan dengan tangan
2. Di Rumah sakit :disuapin oleh ibunya
e. Berat badan
1. Sebelum sakit :50 kg
2. Sesudah sakit :49 kg

2.Pola Eliminasi :
a. Pola defekasi :
1.Sebelum sakit : 1 x sehari dengan feses lembek
2. Saat sakit : 3 x sehari dengan feses encer
b. Pola eliminasi urin:
1.Sebelum sakit : 7 x sehari dengan warna urine jernih
2.Saat Sakit : 10 x sehari dengan warna urine kuning
3. Aktivitas dan pola latihan
a.Rutinitas mandi :pagi dan sore,dikamar mandi menggunakan sabun cair
b.Kebersihan sehari-hari :terjaga
c.Kemampuan kemandirian anak :
1.mandi sendiri
2.makan ambil sendiri
3.toileting sendiri
4.berpakaian sendiri
4.Pola istirahat tidur
a. sebelum sakit :7-8 jam/malam,siang 1 jam
b.saat sakit :5 jam/malam,siang 2 jam

3.1.9 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
a. Kesadaran :compos mentis
b. Postur tubuh :kurus
2. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah :100/70 mmHg
b. Nadi :98 x/m
c. Respirasi :20 x/m
d. Suhu tubuh :38,7oC
3. Ukuran anthropometric
a. Tinggi badan :98 cm
b. Berat badan :49 kg
c. Mata : Gerakan bola mata simetris, kelopak mata dapat menutup dan
membuka dengan baik, tidak ada lesi, tidak ada masa, sedikit berair, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, bentuk pupil isokor, tidak ada nyeri tekan. Tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, dan penglihatan sudah berkurang karena
proses penuaan.
d. Hidung : Bentuk lubang hidung simetris, bersih, tidak ada sinus pada
kedua lubang hidung, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, fungsi
penciuman baik.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kemerahan pada lubang telinga, bersih, tidak terdapat gangguan
pendengaran.
f. Mulut : Bibir keliatan kering, warna bibir kecoklatan, tidak ada lesi,
tidak ada masa, tidak terlihat sianosis, fungsi perasa baik.
g. Tengkuk :Tidak ada kelaianan
h. Dada :Tidak ada kelainan
i. Abdomen : Tidak ada kelainan
j. Punggung : Tidak ada kelainan
k. Genitalia : bersih,tidak ada kelainan
l. Ekstremitas : terpasang infuse RL 20 x/menit pada tangan kanan, tangan
kiri dapat bergerak, tidak ada oedem
m. Kulit :bersih ,tugor kulit kering,tidak ada lesi,tidak ada kelainan
1. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


Ds : Ibu klien Infeksi Virus Dengue Peningkatan suhu tubuh
mengatakan klien (Hipertermi)
demam
Do : Klien tampak
lemas,mukosa bibir
klien tampak kering

TTV
TD :100/70 mmHg
Pols :98 x/m
RR :20 x/m
Temp :38,7oC
BB :49 Kg
TB :98 cm

Ds : Ibu klien Mual,muntah Gangguan


mengatakan nafsu ( Anoreksia ) pemenuhannutrisi
makan klien berkurang,
dan klien kadang mual
dan muntah.
Do : Klien hanya
menghabiskan ½ porsi
makanan, nampak klien
mual,klien tampak
lemas
2. Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) berhubungan dengan infeksi virus dengue


2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual,muntah ( anoreksia )

3. Intervensi Keperawatan

Hari No Tujuan&Kriteria Intervensi Rasional


/Tanggal Dx Hasil
Senin 1 Setelah diberikan 1. Observasi TTV. 1. TTV merupakan
20 january asuhan 2. Berikan penjelasan acuan untuk
2020 keperawatan tentang penyebab mengetahui
selama 2 x 24 jam demam atau acuan keadaan
peningkatan suhu peningkatan suhu umum pasien.
tubuh berkurang tubuh 2. Keterlibatan
Kriteria Hasil : 3. anjurkan klien keluarga sangat
1.Klien untuk berarti dalam
mengatakan menggunakan proses
badannya tidak pakaian yang tipis penyembuhan
panas lagi dan menyerap pasien dirumah
keringat sakit
2.Suhu tubuh 4. Kolaborasi dengan 3. Pakaian yang
normal (36-37oC) dokter dalam tipis akan
pemberian obat membantu
3.Badan klien analgesik . mengurangi
teraba tidak panas penguapan
tubuh.
4. analgesik
berfungsi untuk
menurunkan
suhu tubuh
Selasa 2 1. Setelah 1. Monitor intake 1. Memonitor
21 january diberikan makanan intake kalori
2020 asuhan 2. Memberikan dan infufisiensi
keperawatan perawatan mulut kualitas
selama 2 x 24 sebelum dan konsumsi
jam peningkatan sesudah makan makanan
suhu tubuh 3. Anjurkan orang 2. Mengurangi
berkurang tua untuk rasa tidak
2. Kriteria memberikan nyaman dan
Hasil : makanan meningkatkan
3. Adanya kesukaan klien slera makan
minat slera 4. Timbang BB 3. Meningkatkan
makan setiap hari slera makan
4. Porsi 5. Konsul ke ahli sehingga
makan sesuai gizi meningkatkan
kebutuhan intake makanan
4. Memonitor
5. BB kurangnya BB
dipertahankan dan efektifitas
sesuai usia intervensi
nutrisi yang
6. BB diberikan.
meningkat 5. Memberikan
sesuai usia bantuan untuk
menetapkan diet
dan
merencanakan
pertemuan
secara
individual bila
diperlukan
4. Implementasi Keperawatan
Tgl/waktu Diagnosa Implementasi T.Tangan
Keperawatan
Selasa20 Peningkatan 1.Observasi TTV
january suhutubuh TD :100/70mmHg
2020 (hipertermi) Pols :98 x/m
14.00 Wib berhubungan dengan RR :20 x/m
infeksi virus dengue Temp :38,7oC
BB :49 Kg
TB :98 cm
2.Memberikan penjelasan
tentang penyebab demam atau
peningkatan suhu tubuh
3. menganjurkan klien untuk
menggunakan pakaian yang
tipis dan menyerap keringat
4. memberian obat analgesik

 Norages500 mg/jam
 Univit syrp 2x1
 Infus Nacl 20 tts/m
 Ceftriaxone 700 mg/12 jam
 Ranitidine 10 mg/12 jam
 Pct 150 mg/8 jam
 Donperidone syrp 3 x 2,5
mg
Selasa Gangguan pemenuhan 1. Memonitor intake makanan
20 january nutrisi kurang dari 2. Memberikan perawatan
2020 kebutuhan mulut sebelum dan sesudah
14.00 Wib berhubungan dengan makan
mual,muntah 3. Menganjurkan orang tua
( anoreksia ) untuk memberikan makanan
kesukaan klien
4. menimbang BB
BB :49 Kg
TB :98 cm

5. Evaluasi Keperawatan
No. Do. Dx Tanggal/Jam Evaluasi
1 1 Senin S : Ibu klien mengatakan klien demam
20 january 2020 O : Klien tampak lemas,mukosa bibir klien
14.45 Wib tampak kering
TTV
TD :100/70 mmHg
Pols :98 x/m
RR :20 x/m
Temp :38,7oC
BB :49 Kg
TB :98 cm
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dialanjutkan
2 2 Senin S: Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
20 january 2020 berkurang, dan klien kadang mual dan muntah
16.15 Wib O: Klien hanya menghabiskan 1/4 porsi
makanan, nampak klien mual,klien tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan

3 1 Selasa 21 januari 2020 S : Ibu klien mengatakan klien masih demam


08:45 O : Klien masih tampak lemas,mukosa bibir
klien tampak kering
TTV
TD :100/70 mmHg
Pols :98 x/m
RR :20 x/m
Temp :37,8oC
BB :49 Kg
TB :98 cm
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dialanjutkan
4 2 Selasa 21 januari 2020 S: Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
11:45 meningkat,klien tidak mual dan tidak muntah lagi
O: Klien menghabiskan 1/2 porsi makanan
A: Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
5 1 Rabu,22 januari 2020 S : Ibu klien mengatakan klien tidak demam lagi
14.45 O : Klien tampak bersemangat,turgor kulit baik.
TTV
TD :100/70 mmHg
Pols :98 x/m
RR :20 x/m
Temp :36,5oC
BB :49,5 Kg
TB :98 cm
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
6 2 Rabu,22 januari 2020 S: Ibu klien mengatakan nafsu makan klien sudah
15.30 seperti biasa
O: Klien menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan rumah sakit
A: Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan


DHF,adanya demam tinggi,badan lemas,mukosa bibir kering disertai tidak nafsu
makan.terjadi penurunan berat badan hingga 1 kg.
Klien di diagnosa medis DHF akibat terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk
aedes Aegypti.
b. Pada diagnosa keperawatan yang penyusun dapatkan pada An.A ada 2 diagnosa, yaitu
:Peningkatan suhu tubuh ( hipertermi ) berhubungan dengan infeksi virus dengue dan
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual,muntah ( anoreksia )
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan
keperawatan,pada diagnosa hipertermi intervensi yang dibuat adalah ukur tanda-tanda
vital (suhu), Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu
tubuh,anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik .
Intervensi dari diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual,muntah (anoreksia) adalah Monitor intake
makanan,Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan,Anjurkan orang
tua untuk memberikan makanan kesukaan klien,Timbang BB setiap hari,Konsul ke
ahli gizi.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Peningkatan
suhu tubuh ( hipertermi ) berhubungan dengan infeksi virus dengue tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah ukur tanda-tanda vital (suhu), Berikan
penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh,anjurkan klien
untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat analgesik .
Diagnosa dari Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual,muntah ( anoreksia ) dilakukan untuk mengatasinya adalah Monitor
intake makanan,Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan,Anjurkan
orang tua untuk memberikan makanan kesukaan klien,Timbang BB setiap hari,Konsul
ke ahli gizi.
e. Pada tahap akhir ,yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 2 diagnosa yang ada telah diatasi
semua selama tiga hari perawatan pada An.A yaitu diagnosa Peningkatan suhu tubuh
( hipertermi ) berhubungan dengan infeksi virus dengue dan Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,muntah ( anoreksia ) sudah
teratasi .
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,terutama
anak.

Saran
Untuk klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu
dengan melakukan program 3 M,menguras tempat penampungan air,mengubur barang-
barang bekas,membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai