Anda di halaman 1dari 12

Pantun kasih sayang ibu bapa Lokan dikumpul di atas batu;

Limpahan wang anak tidak didambakan,


Sedap sungguh makan serawa, Hanya kepulangan anak dinanti selalu.
Sambil makan bersama keluarga;
Menghormati ibu bapa amalan mulia, Duduk menyanyi sambil berbuai,
Sayangilah mereka hingga ke syurga. Bagi menghilang penat dan lelah;
Keakraban hubungan anak amat dirind
Pagi-pagi menjemur gelama, ui,
Gelama disimpan di dalam raga; Untuk ketenangan di alam barzakh.
Kasih saudara semasa berada,
Kasih ibubapa hingga ke syurga.
Susun bertingkat kayu dan papan,
Kuning sungguh seludang kelapa, Kayu dan papan dikerat-kerat;
Mayang mengurai di puput bayu; Dari kecil ilmu agama dititipkan,
Pintunya syurga di tangan si bapa, Moga hidup bahagia dunia, akhirat
Syurga pula ditelapak kaki ibu.
Harum wangi si bunga kenanga, Nasihat Ibu
Hiasan sanggul si anak dara;
Hormati ibubapa semasa hidupnya,
Doakan mereka hingga ke syurga. Inilah nasihat daripada ibu,

Ke kota Melaka mencari sutera, Dengarlah engkau wahai anakku,


Sutera indah dari Negara China; Sematkanlah di dalam hatimu,
Kesejahteraan hidup harapan ibubapa,
Doa dititipkan setiap masa. Jadikan pedoman ingatlah selalu.

Selasih diraut sambil bersenda,


Buat mengubat hati yang lara; Patuhlah kepada ibu bapa,
Ibubapa rela berkorban harta , Nescaya selamat hidup di dunia,
Untuk kesejahteraan hidup anak tercinta.
Itulah juga pedoman utama,

Petunjuk jalan ke pintu syurga.


Indah sungguh si bunga kelawang,
Untuk hiasan si bubur pengat;
Lawati ibubapa ketika terluang,
Amal ibadat jangan lupakan,
Sayangi mereka sepanjang hayat.
Barulah hidup dikasihi Tuhan,
Mudik ke hulu mencari lokan,
Jikalau ibadat selalu diabaikan, Kami yang masih sering jemu

Ibarat hidup dalam kegelapan. Masih enggan untuk membantu

Dari rumah hanya termangu

Jadilah orang berakhlak mulia,

Nescaya dikasihi semua manusia, Ini syair untuk ayah

Jikalau akhlak rosak binasa, Yang selalu bersusah payah

Kelak hidup menjadi hina. Bekerja tak kenal lelah

Mengeluh pun juga tak pernah

Hendaklah gigih mencari ilmu,

Dengarlah segala nasihat guru, Maafkan diriku sebagai anak

Penuhkan ilmu di dalam dadamu, Aku berjanji niscaya kelak

Barulah hidup menjadi maju. Berbakti untuk bergerak

Dengan semangat yang bergejolak

Taburkan bakti berbuat kebajikan,

Berikan pertolongan sesama insan, Untuk ibuku yang tersayang

Kelak di akhirat memperoleh balasan, Yang setiap pagi berjuang

Mendapat rahmat daripada Tuhan. Memberikan kasih sayang

Syair untuk Ayah Ibu Meski kami berdiri siang

Ketika hari masih pagi Mengajari kami tak kenal henti

Engkau sudah bersiap pergi Sepenuh jiwa sepenuh hati

Menuju ladang tiap hari Jadikan kami manusia berbudi

Mengusir lelah dalam diri Menjadi baik kami berjanji

Demi kami anak-anakmu Kepada ayah ibu tercinta


Janji kami ucapkan setia Pikiran berat mengalahkan gedung-gedung
tinggi
Pengorbanan penuh segala
Sisi-sisi gelisah terpenuhi debu yang semakin
Kan kami balas semua padat

Tuhan berikan kami kekuatan Oh sahabat


Ubah niat jadi perbuatan Aku ingin engkau di sini
Untuk balas pengorbanan Temani hati yang seakan mati suri
Ayah Ibu kami sekalian Temani jemari yang hendak menggenggam
harapan

Jadikan mereka penuh bahagia Temani jiwa dan raga untuk menggapai impian

Dengan segala daya dan upaya

Di seluruh sisa usianya Sahabat

Hingga nanti hingga ke surge Kelembutan hatimu mampu

Contoh 1 : melenyapkan kerasnya egoku

Sahabat Sejati lihatlah pelangi dengan ragam warnanya

Sesaat malam sunyi nan nan sendiri sedikitpun tak akan mampu menggantikan
warnamu
Hanya terdengar begitu nyaringnya
yang senantiasa mewarnai hari-hariku
Bisikan serangga malam saling bersahutan

Dibalik jendela kaca jendela


Sahabat
Hening malam menusuri liku jalan
Cinta dan kasih selalu kau beri
Ku tinggalkan sejenak riuh itu
Tak kau biarkan pahit di ujung lidahku

Kau beri madu sebagai penawarnya


Dimalam ini ku hanya mampu
Tak kau biarkan sebilah bambu melukaiku
berlalu lalang dalam ruang
Kau beri tubuhmu sebagai tamengnya
Bayang-bayang semu temani raga seseorang
Demi diriku Kau berikan jemarimu untuk mengusapnya

Garanganya samudera dengan gagah kan kau Saat darah bercucuran dari tubuh ini
seberangi
Kau balut dengan kapas putihmu
Tingginya bukit himalaya kan kau daki
Saat keringat bercucuran
Sahabat, sungguh ku ingin bisa seperti dirimu
Kau seka dengan sapu tanganmu
Melindungi sahabat sepanjang waktu
Saat tubuh ini menggigil
Seumur hidupmu dan seumur hidupku
Kau hangatkan dengan selimut hatimu
Sahabat sejati
Kawanku, sungguh tiada yang mampu

Menggantikanmu di saat aku membutuhkanmu


Contoh 2 :

Mimpi di Ujung Jalan


Di ujung jalan sana
Seiring berjalan dalam langkah yang sama
Terbayang berjuta harapan
Menanti cita di ujung asa
Yang akan kita raih
Bersamamu teman ku raih mimpi
Di masa mendatang
Berjuta angan di depan mata

Kawanku, berjanjilah
Aral rintangan menghadang jalan
Bahwa kita akan bersama-sama
Bersamamu kawan kita singkirkan
Sampai ke ujung jalan itu
Hujan badai menerjang
Tempat di mana mimpiku dan mimpimu
Bersama kita teduhkan hati
Terwujud dalam satu kesatuan
Dengan segala apa yang kita miliki
Kebersamaan dalam persahabatan

Lelah kaki berjalan


Contoh 3 :
Kau berikan punggungmu
Aku Sahabatmu
demi menopang ragaku
Sejauh yang kuingat
Saat tetesan air keluar dari kelopak mata
Dahulu kita saling bergandengan tangan tentang hal-hal kecil

Saat kita menyusuri pematang sawah yang teramat menyenangkan

Dan pinggiran sungai

Untuk menuju ke sekolah

Sejauh yang kuingat sejauh yang kuingat

Dahulu senantiasa kulibatkan engkau kita selalu bertengkar kecil

dalam setiap masalah-masalahku terhadap hal-hal remeh-temeh

dahulu senantiasa engkau terjermus namun kau selalu mendahulukan uluran


tanganmu
dalam masalah atas segala kualami
demi hubungan persahabatan indah kita
tak peduli sesakit apapun itu

kau rela berada di depanku


sejauh yang kuingat
demi melindungiku
kata-kata indah pernah keluar dari lisanmu

demi agar diriku tak tersesat dalam melangkah


Sejauh yang kuingat
sejauh yang kuingat
Kau menuntunku agar tubuh mungil ini
kini kau pun masih mengatakan hal yang sama
Tak terjerembab ke dalam gundukan tanah
penuh lumpur

Dengan tanaman padi ini dimanakah dirimu berada saat ini

Kau memegang erat tanganku wahai sahabat

Ketika kaki kecil ini sungguh, aku merindukanmu

hampir terpeleset ke dalam derasnya air sungai dan segala apa yanga ada padamu

dari hati kecil yang terdalam

sejauh yang kuingat sungguh, ingin kubisikkan sesuatu

kita selalu bertukar mainan yang berbeda untuk sekedar menyakinkanmu bahwa

kita juga seringkali bertukar cerita aku, sahabatmu


kau tawarkan mantel berbulu domba itu pada
diriku
Contoh 4 :
demi rasa hangat pembunuh hawa dingin
Secangkir Teh Panas

Secangkir teh panas


secangkir teh panas
Yang kini kunikmati
perlahan mampu mengusir rasa gelisah
Membuat ingatanku melayang
serta hawa dingin yang menggigit tulang
Pada suatu hari
secangkir teh panas awal dari suatu ikatan
Ketika diriku dan dirimu
sebuah persahabatan yang terjalin erat
Mulai saling menyapa
yang bermula pada
Di kala rintiknya hujan
secangkir teh panas
Dan dinginnya hawa pegunungan

Contoh 5 :
Secangkir teh panas
Anugerah Sahabat
yang kita nikmati di kala hujan itu
Anugerah terindah di dunia
di suatu gubuk tua
Adalah memiliki sahabat
di kaki pegunungan
Untuk saling berbagi cerita
adalah kenangan terindah
dan bercengkrama
ketika pertama kali kita dipertemukan
Memiliki sosok sahabat yang baik

Dan sabar dalam menemani


ingatkah kawan

kala itu kau tawarkan


Sahabat
racikan teh buatan tanganmu
Hadirmu seperti warna-warni bunga
ingatkan kawan pada saat kau melihat diriku
Semerbak mewangi
menggigil kedinginan
Sesejuk udara pagi menanti hadir mentari
berjuang melawan kejamnya faktor alam
Aku bahagia mempunyai sahabat sejati

Tak bosan merajut kebersamaan setia bersama kini dan dulu,

Sampai ujung tepi

Merangkul pundak menyongsong indah warna tetap seiring bila diperlu.


pelangi

Wujud rasa syukur pada sang ilahi

Wahai sahabat sejati


Sejati berkongsi suka dan duka,
Engkau tahu bagaimana bisa erat persaudaraan
ini?

Perbedaan pendapat tak menjadi pemisah diri tawa seia tangis diseka,

Hati tertanam iman

Hingga lisan tak berani berdusta sakit dirasa bila terluka,

ria dirai tanda sama suka.


Persahabatan ini layaknya sebuah lingkaran

Tidak ada kata putus terus bergandengan

Persahabatan ini layaknya hukum aksi reaksi

Tidak ada kata iri dengki sampai menyakiti

Sahabat terbaik yang kumiliki Biar pun jauh hidup terpisah,

Hingga terkiahkan pada catatan langit


rindu ketemu resah gelisah,

Syair Sahabat
hanyalah doa terus dicurah,

Zaman berzaman telah berlalu,


tanda ikatan jujur dan pasrah.

kisah sahabat ada selalu,


Sentuhanmu menghangatkan

duhai sahabat teman sejati, Saat senja pada peraduan

Ibu tetap ramah senyuman

saya di sini terus mengingati, Bagai gelas-gelas kaca mengkilau

Menggoyahkan hati insan

hajat berjumpa simpan di hati,

Saat dunia berkata

moga tiba jua saat dinanti. Siapakah yang elok dan rupawan itu?

Contoh 1 : Bibir ini hanya mampu berucap

Sajak Indah Untuk Ibu Ya dialah ibuku

Dunia ini sangat memesona

Terangkai kasih bermuara Contoh 2 :

Cantik bagai permasuri raja Rindu Ibu

Cahaya kemerlap hiasi permata Malam belum lagi tergantikan

Masih saja gelap mencekam

Arah mata angin itu memancar Rindu begitu erat mengikat

Terlihat anggun pesonamu ibu Bersama lamunan suara tak teriramakan

Seolah tinta ingin menulis sejarah

Karena cinta ibu berlabuh Terlihat jauh di sana

Tergores sembilu tajam menyayat hati

Wahai ibu Teringat kasih sayang seorang ibu

Perjuanganmu menawan Yang tidak pernah bosan tersenyum

Doa-doamu terlantunkan

Perhatianmu tercurahkan Bersama angin semilir lembut


Hanya mampu terbuai dengan bayang semu Terus kekal abadi dalam suka dan duka

Temani lamunan yang tak tercurahkan

Ibu.. Aku rindu Ibu…

Aku rindu padamu Saat ini aku telah beranjak dewasa

Terimakasih ibu atas perjuanganmu

Andai engkau di sini Terimakasih ibu atas pengorbananmu

Akan ku peluk erat dan tidak terlepaskan Izinkan aku memeluk erat tubuhmu

Malam… Sampaikan padanya Akan aku bisikkan…..

Aku ingin bertemu, ibu yang ku rindu Engkau segalanya untukku oh ibu

Contoh 3 : Contoh 3 :

Terima kasih Ibu Ibu Temani Aku

Ibu … Saat mata terpejam dan langkah terhenti

Saat diriku kecil Seorang hanya terpatri dan terdiam

Engkau mengajari berjalan dan bicara Permaisuri dari kayangan itu tersenyum di sana

Tidak kenal payah akan tubuhmu yang lelah Kemudian berkata ayo kuatkan pundakmu

Melihat tangisan dan kenakalan itu Percepat langkahmu

Senyum manis ibu merona bahagia Kamu pasti bisa nak

Seolah ingin membuka kuncup bunga menawan

Suara yang begitu merdu

Ibu… Laksana sejuk embun pagi

Kini aku beranjak remaja Sosokmu sungguh bijaksana ibu

Kasih sayang itu masih bermuara Langkahku terseok engkau yang menguatkan

Perhatian itu masih seluas samudra Tak tau mengapa pandangan ini beralih tajam

Tak akan surut hingga senja menyapa Kembali kuat ingin terus berjuang
Kesibukan itu menutup pilu padamu

Tanpa aku sadari nasehat dan kasih terus Ibu gimana kabarnya
membersamai
Sehat dan baik-baik sajakah
Bersama angin tersejukkan akan suasana ini
Hal itu tak pernah aku tanyakan
Pada sujud itu terselip doa-doa ibu mengiringi
Lagi-lagi aku tak peduli dengan keadaan
Beralih pandangan ombak berderu kencang

Hingga menabrak karang dilautan


Mulai melangkahkan kaki ini
Namun diriku tetap bertahan
Meniti jalan kecil nan sempit
Langkah tetap terkokohkan
Dari sudut kejauhan

Mata tajam melihat keramaian


Kau tau mengapa

Karena nasehat ibu yang ku jalani


Langkah semakin cepat
Karena perintah ibu yang ku taati
Hati berderu pilu pada seorang ibu
Ibu temani aku sampai nanti
Suasana berbicara ibumu telah terbujur kaku

Air mata berlinang hingga tubuh ini tak berdaya

Ibu Oh ibu
Contoh 4 :
Maafkan aku atas perbuatan ini
Penyesalanku Ibu
Maafkan aku atas kesalahan ini
Ibu
Engkau selalu membimbingku
Sekarang anakmu sudah dewasa
Mengajariku untuk berakhlak mulia
Menikmati indahnya pesona dunia
Kini engkau telah tiada
Hingga jarak jadi pemisah kita
Hanya penyesalan menemani raga
Bercanda bersama tidak lagi ada

Contoh 5 :
Hanya dari kejauhan ku memandang
Kasih Sayang Ibu Senja Menyapa

Berbicara tentang cinta Ibu

Suatu rasa yang tercurah penuh kasih sayang Sekarang kau nampak tua

Dibalut dengan lembut perhatian Wajah yang dulunya merona

Melambai daun tak terpisahkan Kini menjadi keriput tersemai oleh asa

Pancaran sinar berada pada senja

Ibu engkau memberi kasih sayang itu seluas


lautan
Tubuh kuatmu sekarang menjadi lemah
Tidak ada yang membedakan
Meronta-ronta seakan ingin menutupi
Seperti halnya gelombang transversal dan
longitudinal Ingin lebih dekat membuka selimut hati

Kasih sayangmu bagai getaran yang Melindungi ibu dari kegelapan malam
diselaraskan

Berderai air mata ini


Cintamu tak pernah engkau batasi ibu Bersama bayangan semu masa lalu
Saatku terjatuh dari peraduan Penuh kasih sayang ibu membesarkanku
Gaya gravitasi seakan mengikuti Tiada intan permata penanding kilaunya
Seolah engkau membersamaiku wahai ibu

Saat engkau tertidur pulas diranjang tua itu


Terimakasih ibu Ku singkapkan selimut untuk melindungimu
Engkau telah memberi momentum indah hidup Aku tahu dingin sangat menusuk tubuh ibu
ini
Aku ingin disampingmu
Penuh usaha dan menguras energimu
Menemani ibu dalam malam yang mencekam
Hingga menghasilkan resonansi bunyi yang
merdu

Aku pandangi wajah sosok ibu yang mulia

Contoh 6 : Matanya terpejam manja


Bibirnya memancarkan senyum Hingga tak mampu lagi permaisuri bersua

Membuka kuncup bunga di taman surga awan

Ya Rabb Sekadar renungan kita bersama

Aku bangga dengan ibu Suatu cerita penyakit jiwa

Aku bahagia telah bersamanya Bukan sakit kat wad gila

Akan ku simpan indah prasasti sejarah itu Zahir sihat, jiwa merana

Hingga mata ini terlelap sampai surga

Contoh 7 : Pandanglah teman renungkan bersama

Sajak Haru Ibu Manusia dinilai dari iman dan amalnya..

Pagi itu indah menyapa Minta petunjuk moga tak dipersia

Mentari seolah mengikuti langkah kecil ini Selagi pintu taubat masih terbuka

Menapak kaki dan pandang mata ke sana Isikan dada dengan ilmu agama....

Terlihat surau berskala kecil Takkan merana dan rasa sengsara...

Kerana pasti kembali padaNya....

Saat ku datangi nampak seorang ibu tua Kejauhan remang rembulan,

Ia berjalan tertatih-tatih dedaun mengusik jendela,

Matanya sayup sebab usia mengapa lena tiada menyapaku,

Seakan nahkoda tak mampu lagi mengendalikan sedang malam bertandang sudah,
kapal
dan embun menyiram tanah.

haruman bunga segar mengharum,


Ibu tua itu merana
di halaman kelawar berlegar,
Permaisuri yang dulu ia rawat entah ke mana
mengapa bukan aku itu?
Atau ia sudah berhiaskan dengan tahta di sana
marilah malam,
Kemerlap dunia itu melawan masa

Anda mungkin juga menyukai