Anda di halaman 1dari 14

MAFHUM: Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Yudharta Pasuruan

P-ISSN (Cetak) : 2527-6506 http://yudharta.ac.id/jurnal/index.php/mafhum


E-ISSN (Online) : 2549-9688
Achmat Mubarok :: 165
Volume 2, Nomor 2, November 2017

MANAJEMEN WAKTU DAN PERENCANAAN DALAM


PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(Tinjauan Al-Qur’an Surat Al-Ashr: 1-3 Dan Al-Hashr: 18)

Achmat Mubarok
Universitas Yudharta Pasuruan
achmatmubarok@gmail.com

Abstrak: Manajemen waktu dan perencanaan merupakan


kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan, waktu merupakan entitas
yang harus dimanfaatkan dengan sebagaik-baiknya. Waktu harus
di isi dengan hal-hal yang benar, tepat dan produktif. Berkenaan
dengan manajemen waktu yang terdapat di dalam surat Al-Ashr:
1-3 terandung tiga dimensi, yakni: 1) Potensi, berupa tersedianya
kesempatan, waktu yang harus di isi dengan catatan berkmakna,
melalui perencanaan yang benar dan realistis, 2) Aksi, harus
melakukan tindakan nyata dengan mengoptimalkan pelaksanaan
program kerja yang telah direncanakan. 3) Prestasi, merupakan
capaian dari sebuah proses panjang. Prestasi sebagai bentuk
apresiasi atas adanya komitmen, kerja nyata yang tepat, dan
kerjasama yang baik.
Adapun konsep perencanaan sebagai fungsi manajemen yang
terdapat dalam Surat Al-Hashr: 18, melalui tiga tahap
perencanaan sebagai berikut: 1) Tujuan, perumusan tujuan dalam
perspektif Al-Quran dan Hadits harus juga berorientasi penguatan
dimensi ibadah. Sehingga nilai-nilai kebenaran harus selalu
dijunjung tinggi. niat menjadi tolok ukur dalam perumusan
tujuan; 2) Program, tujuan yang benar, harus diberengi dengan
cara yang benar; 3) Evaluasi, dalam perspektif Islam, evaluasi
tidak hanya dilakukan terhadap dilakukan secara formal, terhadap
rencana tertulis, tapi lebih pada intropeksi personal terhadap
tujuan-tujuan pengelolaan, sepertihalnya niatan dalam melakukan
program sudah benar memiliki dimensi ibadah berupa keikhlasan
atau tidak.
Kata kunci: Manajemen Waktu, Perencanaan, Tinjauan Al-
Qur‟an

Pendahuluan
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan mengatur
urusan rumah tangga, organisasi sampai dengan urusan terbesar seperti
165
Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.
Volume 2 Nomor 2, November 2017
166 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

mengatur urusan sebuah negara, semua itu diperlukan pengaturan yang baik,
tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak
dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, manajemen mula-mula tidak dikenal
dengan baik oleh kalangan tertentu, namun secara praktis telah banyak yang
menerapkannya. Manajemen, dikenal sebagai sebuah konsep yang dibuat
untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya dalam korporasi. Sehingga,
secara konsep masih banyak yang masih perlu diperbaharui, dengan cara
menyelipkan nilai-nilai humanistic, Islami, budaya dan lainnya. Hal ini
sangat diperlukan untuk lebih membawa konsep manajemen pada ruang yang
tidak hanya berbicara tentang produktiftias dan efektifitas, melainkan juga
harus tetap memperhatikan proses dan tujuan secara tepat dan benar.
Upaya untuk menyelipkan nilai-nilai tersebut, dalam epistimologi
dikenal dengan istilah integrasi. Untuk memperoleh petunjuk tersebut
diperlukan adanya pengkajian terhadap al-Qur‟an itu sendiri, sehingga kaum
muslimin benar-benar bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya
terhadap kandungan al-Qur‟an, yang kompleks membahas permasalahan-
permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang belum terjadi.
Semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Maupun keberadaan
alam ini sudah termaktub dalam al-Qur‟an. Termasuk permasalahan mulai
dari asal kejadian manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan manusia
dalam hal ini tentang Perencanaan, hal tersebut sudah tertulis di dalam al-
Qur‟an.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini penulis mencoba
mensinergiskan dan mengungkap secara langsung bahwa perencanaan
sesungguhnya dapat kita kaji dan kita interpretasikan dengan Al-Qur‟an jika
akal kita mau berpikir. Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam sebuah
pekerjaan, dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan
dimaksud, agar mendapatkan hasil yang optimal.
Dalam diskursus ini, secara lebih spesifik konsep perencanaan sebagai
fungsi manajemen akan diintegrasikan dengan ayat-ayat yang memiliki
relevansi dengan konsep perencanaan dalam manajemen, khususnya
manajemen pendidikan Islam. Adapun fokus kajian yang akan di bahas pada
makalah ini meliputi: Konsep perencanaan dalam perspektif Al-Qur‟an Surat
Al-Ashr: 1-3 tentang manajemen waktu, dan Konsep Perencanaan dalam
perspektif Al-Qur‟an Surat Al-Hashr: 18 tentang perencanaan

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 167

Konsep Perencanaan dalam Perspektif al-Qur’an Surat al-Ashr: 1-3


Tentang Manajemen Waktu
ِ ِ َّ ‫) إََِّّل الَّ ِذين آمنُوا و َع ِملُوا‬2( ‫اْلنْسا َن ل َِفي ُخس ٍر‬
َ ‫اص ْوا بِال‬
)3( ‫ْح ِّق و‬ َ ‫الصال َحات َوتَ َو‬ َ َ َ ْ ِ
َ ِْ ‫) إ َّن‬1( ‫ص ِر‬
ْ ‫َوال َْع‬
Demi masa, Sungguh manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
(QS. Al-Ashr: 1-3)
1. Perspektif Tafsir Klasik
Dalam literatur klasik, ayat pertama dalam surah ini memiliki ragam
makna, namun dari sekian makna yang sering dikutip oleh para mufassir
adalah: 1) Masa/waktu, baik waktu sore, siang, pagi, senja atau malam.
sehingga jika buat redaksi yang lebih lengkap, maka maknanya adalah
“Demi Masa/waktu”; 2) Senja, yaitu waktu yang berada antara
tergelincirnya matahari sampai terbenamnya. Dengan demikian maknanya
adalah „Demi Wakatu Senja‟; 3) Generasi sekarang/umat nabi
Muhammad, sehingga maknanya adalah “Demi Generasi Sekarang ini”.1
Ayat kedua dalam surah ini menjelaskan tentang kerugian manusia.
Al-Mawardi menjelaskan bahwa kerugian yang dimaksud ayat tersebut
memiliki empat sisi makna, yaitu: 1) Celaka, yakni orang tersebut akan
celaka; 2) Keburukan, yakni orang tersebut berada dalam keburukan; 3)
Kekurangan, yakni orang tersebut akan berada dalam kekurangan; 4)
Siksa, orang tersebut akan mendapat siksa dari Allah. 2
Sebagai penutup dari surah ini, Allah menjelaskan tentang beberapa
orang, golongan, criteria orang yang tidak akan berada dalam kerugian.
Yaitu: 1) Orang yang beriman, dengan iman yang benar terhadap Allah
dan rasulnya, serta terhadap seluruh yang dibawanya. 2) Melakukan amal
kebajikan, sesuatu yang mengandung kemanfaatan baik bagi diri sendiri
dan orang lain, 3) memotovasi untuk melakukan dan meyakini kebenaran,
hal ini berkaitan dengan Ke-Esa-an Allah, Kebenaran Al Quran sebagai
Mu‟jizat dan bahwa Al-Quran berasal dari Allah SWT., 4) dan kesabaran,
sabar dalam taat kepada Allah, sabar dalam melakukan apa yang

1
Izzuddin bin Abd al salam, Tafsir Abd al Salam, Jilid, VIII, (Maktabah Syamilah), hlm.
111, Lihat juga di: Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm.
451
2
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm. 451

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
168 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

diwajibkan oleh Allah dan sabar dalam menghindari dari sesuatu yang
diharamkan Allah.3
2. Perspektif Manajemen Pendidikan Islam
Konsep manajemen pendidikan Islam sejatinya hingga saat ini masih
belum memiliki formulasi yang baku. Proto konsep yang ada hanya dapat
dijadikan sebagai penyempurna konsep manajemen pendidikan yang telah
ada. Karena konsep manajemen pendidikan yang berkembang pun
merupakan adopsi dari Corporation Management.
Pendidikan dan perusahaan memiliki paradigma berbeda, sehingga
senyatanya kurang etis untuk menggunakan manajemen perusahaan secara
total terhadap pengelolaan lembaga pendidikan. Namun demikian,
pendidikan dari perusahaan berarti tidak memiliki sisi persamaan yang
menjadi titik temu. Kedisiplinan, produktifitas, efektifitas dan efisiensi
merupakan ruh bagi keduanya.
Dalam pengelolaan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan
Islam, nampaknya prinsip-prinsip tersebut masih belum dapat
diimplementasikan secara maksimal dalam menjalankan roda organisasi.
Padahal, konsep tersebut seharunya menjadi senjata lembaga pendidikan
islam dalam mengembangkan pendidikan, karena sangat selaras dengan
pesan Al- Quran. Al-Quran sebagai kitab yang mengandung pesan
universal sudah sangat jelas dalam memberikan garis-garis besar bagi
pengelolaan pendidikan.
Salah satu diskursus yang di gariskan oleh Al-Quran adalah waktu.
Terlepas dari perbedatan kebahasaan dikalangan ahli tafsir, bagi Al-Quran,
waktu merupakan entitas yang harus dimanfaatkan sebagaik-baiknya.
Waktu harus di isi dengan hal-hal yang benar, tepat dan produktif.
Berkaitan dengan pemanfaatan waktu, tafsir teologis di atas tidaklah
cukup untuk dapat difahami secara mudah oleh sebagian kalangan. Oleh
sebab itu, tafsir manajemen terhadap surat tersebut diharapakan dapat
mendekatkan nilai-nilai Al-Quran dalam ranah manajemen pendidikan
Islam.
Surah Al-Ashr dalam ayat pertama telah menunjukkan betapa
pentingnya menghargai waktu. Jika Allah telah bersumpah atas nama
sesuatu maka hal itu menunjukkan bahwa obyek tersebut memiliki tingkat
urgensitas yang tinggi. Waktu adalah potensi yang diberikan oleh Allah
kepada mahluknya, guna untuk di isi dengan makna yang berarti. Dalam
3
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm. 451

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 169

konteks manajemen pendidikan, rencana-rencana untuk mengisi waktu


dengan aktifitas-akitifitas organisasi harus tergambar dalam rencana
strategi (Strategic planning) dan rencana oprasional (operational
planning). Hal ini selaras dengan pandangan Prof. Shonhaji yang
mengatakan bahwa Perencanaan terbagai dalam dua model, yaitu strategic
planning dan operational planning. Strategic Planning adalah
mengerjakan, melakukan, melaksanakan dan mengemplementasikan
sesuatu yang benar, (doing the right things), sedangkan Oprational
planning adalah adalah mengerjakan, melakukan dan
4
mengimplementasikan sesuatu secara benar, (doing things right).
Strategic Planning lebih dikenal dengan istilah RENSTRA harus
menggambarkan rencana, capaian, tahapan, posisi organisasi yang
dikelolah. Mulai dari rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Keseluruhan target-target tersebut harus terukur secara jelas pada
saat perencanaan dilakukan, rasionaliasi, timing, haruslah menjadi
pertimbangan mendasar, karena program yang bagus harus terjadi pada
waktu dan posisi yang tepat. Rencana yang bagus dan mapan harus sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Sehingga program yang direncanakan tidak
terkesan menjadi aksesoris papan dinding.
Ayat berikutnya menjelaskan tentang vonis Allah bagi manusia
bahwa mereka akan merugi. Namun demikian, jika hendak keluar dari
vonis tersebut Allah menyakatan bahwa manusia yang tidak akan merugi
adalah mereka yang beriman, beramal shaleh, memotivasi dalam
kebenaran dan kesabaran. Dalam konteks manajemen, rencana yang
mapan dan realistis harus dibarengi dengan aksi. Melalui ayat tersebut
Allah sebenarnya menyuruh kita untuk selalu melakukan kegiatan-
kegiatan nyata. Aksi nyata yang seharunya ditampilkan adalah:
a. Keimanan merupakan cerminan dari adanya komitmen keberagamaan
dari seorang mahluk terhadap tuhanya. Sehingga dalam konteks
berorganisasi, adanya komitmen merupakan syarat mutlak bagi
keberhasilan. Bahkan Veithzal Rivai mengatakan bahwa keberhasilan
Good Management Practice dapat diketahui dari terlihatnya komitmen
yang tinggi. Lebih lanjut ia mengatakan, dalam manajemen
pendidik/guru harus sudah diataur sejak proses rekrutmen,

4
Ahmad Sonhadji, Manusia, Teknologi dan Pendidikan, (Malang: UM PRESS, 2014), hlm.
189

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
170 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

pengembangan profesi, motivasi guna untuk menciptakan pendidikan


yang memiliki kometmen tinggi. 5
b. Beramal shaleh adalah bahasa agamis yang jika menggunakan
termenologi manajemen, kata yang bisa mewakili adalah Kreatif,
inovatif, produktif, efektif dan efisien. Abudin Nata mengatakan bahwa
konsep manajemen pendidikan islam harus mampu malakukan
pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada tujuan, efektif, efisien,
mandiri dan produktif.6 Prinsip ini nampaknya tidak mengenal jenis
kelamin yang melekat pada organ tertentu, karena telah di amini oleh
organ dan lembaga manapun. Organisasi pendidikan, korporasi liberal,
korporasi sosialis, atau bahkan islam sendiri memiliki prinsip yang
sama. Dengan demikian dalam menjalankan organisasi sepatutnya
mengacu pada prinsip-prinsip tersebut.
c. Memotivasi dalam kebenaran dan kesabaran. Dalam konteks
manajemen ayat ini secara redaksi menghendaki adanya kerjasama
yang baik (tim work) dan melakukan mental pushing. Menurut
Azyumardi Azra, dalam tataran perencanaan dan implementasi,
lembaga pendidikan Islam, harus dapat membangun kerjasama, dengan
seluruh elemen pendidikan dan stakeholder terkait. Ia juga menjelaskan
bahwa reintegrasi ilmu dalam pendidikan juga harus dilakukan guna
menghilangkan corak keilmuan yang dikotomis.7 Hal ini juga didukung
oleh pendapat Sylviana Murni yang mengakatakan bahwa konsep
manajemen, dalam tataran praktis harus menyentuh pada aspek afektif.8
Supaya pendidikan dapat menampilkan manusia yang memiliki
kepedulian sosial yang tinggi, kerjasama yang baik, saling bantu dalam
menjalankan tugas, saling memotivasi dalam kebaikan.
Sebagai konsekwensi logis dari adanya perencanaan yang baik,
pelaksanaan yang tepat, maka lembaga pendidikan, melalui manajemen
yang baik berhak mendulang prestasi berupa keberhasilan kerja. Dalam
ayat tersebut di atas, secara tersirat mengatakan bahwa mereka yang telah
memiliki komitmen, melakukan proses yang baik dan tepat, melakukan
kerjasama yang sinergi maka ia tidak akan menjadi orang yang rugi,

5
Veithzal Rivai, Education Management, (Jakarta: Rajawali PRESS, 2009), hlm. 60
6
S. Shoimatul Ula, Manajemen Pendidikan Efektif, (Yogyakarta: Berlian, 2013), hlm. 182
7
S. Shoimatul Ula, Manajemen Pendidikan Efektif, hlm. 183
8
Sylviana Murni, Education Management, hlm. 60

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 171

sehingga capaian yang ditergetkan akan diberengi dengan keberhasilan


yang nyata.

Konsep Perencanaan dalam Perspektif al-Qur’an Surat Al-Hashr: 18


Tentang Perencanaan
)18( ‫ت لِغَ ٍد َواتَّ ُقوا اللَّ َو إِ َّن اللَّ َو َخبِ ٌير بِ َما تَ ْع َملُو َن‬
ْ ‫َّم‬
َ ‫س َما قَد‬ َّ
ٌ ‫آمنُوا اتَّ ُقوا الل َو َولْتَ نْظُْر نَ ْف‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Hashr: 18)
Makna umum dari teks ini adalah, peringatan dan seruan, khususnya
kepada orang yang bertakwa, hendaklah ia mengamati, terhadap kebaikan
dan keburukan apa yang telah ia lakukan pada kesempatan sebelumnya. Hal
ini dilakukan untuk kepentingan di hari esok. Menurut Al Qurtubi, kata [ ‫] ِل َغ ٍد‬
digunakan dalam penggunaan yang beragam. Pertama, dalam konteks ayat ini
dapat bermakna hari kiamat, sehingga maknanya adalah, wahai orang-orang
yang beriman hendaklah kalian takut kepada Allah dan hendaklah amati dan
renungkan apa yang telah engkau lakukan di dunia ini untuk bekal akhiratmu.
Kedua, orang arab sering menggunakan [ ‫ ] ِل َغ ٍد‬untuk waktu yang akan datang,
sehingga tidak mesti dikonotasikan kiamat. Jika demikian, maka maknanya
adalah amati dan renungkanlah apa yang telah engkau lakukan kemaren
sebagai bekal proses yang selanjutnya. Ketiga, kata [ ‫ ] ِل َغ ٍد‬digunakan untuk
menggambarkan bahwa begitu dekatnya waktu terjadinya kiamat sehingga
sampai menggunakan kata [ ‫ ] ِل َغ ٍد‬yang bermakna besok.9
Dalam konteks manajemen, ayat ini lebih menekankan pada adanya
analisis, need assistment terhadap apa saja yang hendak dilakukan dalam
organisasi
Lebih lanjut lagi Al-Qurtubi menjelaskan tentang kandungan makna
ayat ini. Menurutnya, perintah Taqwa yang di ulangi oleh Allah memiliki
penekanan makna yang berbeda. Perintah takwa yang pertama bermakna
perintah untuk melakukan taubat terhadap kesalahan di masa lalu. Sedangkan
perintah taqwa yang kedua adalah untuk selalu menghindari dari kesalahan di
masa yang akan datang.10 Jika makna ini ditarik dalam konteks manajemen
perencanaan, maka dalam melakukan perencanaan, harus memuat hal-hal

9
Syamsuddin al Qurtubi, Al Jami’ al Ahkam li Al Qurtubi, (Maktabah Syamilah), hlm. 5559
10
Syamsuddin al Qurtubi, Al Jami’ al Ahkam li Al Qurtubi, hlm. 5559

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
172 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

yang benar, dengan cara yang benar. Tidak sebagaimana praktik sebagian
orang yang merencankan sesuatu yang buruk dengan cara yang tepat.
Mengingat, apa saja yang telah direncankan dan akan dilaksanakan telah
mendapat pengawasan dari Allah sebagai manajer sejati.
1. Unsur-unsur Perencanaan
Berkaitan dengan unsur perencanaan, terdapat banyak versi yang
dikemukakan oleh tokoh manajemen. Namun demikian terdapat beberapa
unsur wajib dalam perencanaan yang keberadaanya disepakati oleh
banyak kalangan. Berikut adalah unsur manajemen yang harus ada dalam
proses perencanaan:
a. Tujuan
Secara sederhana, tujuan dapat dipahami sebagai target yang
hendak dituju. Namun secara normatif, tujuan dapat difahami lebih
luas lagi, yaitu visi. Visi bermakna cita-cita yang hendak dicapai oleh
seseorang atau instansi. Dalam Al-Quran Allah telah mencontohkan
bahwa dibalik penciptaan manusia terdapat tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Sebagaimana ayat berikut ini.
‫ض َخلِي َف ًة قَالُوا أَتَ ْج َع ُل فِ َيها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِ َيها‬ ِ ‫ك لِلْم ََلئِ َك ِة إِنِّي ج‬
ِ ‫اع ٌل فِي ْاْل َْر‬ َ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َ َ ُّ‫ال َرب‬
)30( ‫ال إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما ََّل تَ ْعلَ ُمو َن‬ َ َ‫َك ق‬ َ ‫ِّس ل‬ ِ ِ ُ ‫َويَ ْس ِف‬
ُ ‫اء َونَ ْح ُن نُ َسبِّ ُح ب َح ْمد َك َونُ َقد‬
َ ‫ِّم‬
َ ‫ك الد‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah: 30)
Mengenai makna ayat ini, dikatakan oleh Al-Mawardi bahwa
kata khalifah berkmakna orang yang mengganti. Dalam konteks ayat
ini, Allah dengan sifat kemaha kuasaannya hendak menjadikan
sesuatu atau hendak menciptakan sesuatu untuk menggantikan
sesuatu. Dengan demikian, pada dasarnya terdapat mahluk lain yang
ada dimuka bumi ini sebelum adam. Menurut Al Mawardi, yang
dikutip dari pendapatnya Ibnu Abbas bahwa mahluk tersebut adalah
Jin. Hanya sanya tatkala jin tersebut menempati bumi, ia selalu
melakukan kerusakan dan melakukan permusuhan sehingga

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 173

menyebabkan pertumpahan darah. Bersamaan dengan itu, kemudian


Allah menempatkan Adam dan keluarganya untuk menggati Jin
menempati bumi.11
Sementara, menurut hasan Al Bashri bahwa Allah menjadikan
Adam sebagai Khalifah atau pengganti Jin di muka bumi ini, untuk
menegakkan kebenaran dan merawat, memakmurkan bumi. Pendapat
ini mengesankan dengan jelas bahwa penciptaan Adam dan
penempatannya di bumi dengan tujuan yang jelas.
Mengingat,menegakkan kebenaran dan mengurus bumi membutuhkan
cara-cara yang baik. Sehingga unsur tujuan yang baik dengan cara
yang tepat telah tertuang dalam maksud penciptaan adam ini.12
Di samping itu, terdapat ayat lain yang menjelaskan tujuan dari
penciptaan manusia dan jin. Allah berfirman melalui Surat Al-
Dzariyat: 56.
ِ ‫اْلنْس إََِّّل لِي ْعب ُد‬ ِ ُ ‫وما َخلَ ْق‬
)56( ‫ون‬ ُ َ َ ِْ ‫ت الْج َّن َو‬ ََ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyat: 56)
Sebagaimana telah maklum dalam ilmu nahwu bahwa
pengecualian yang terjadi setelah naïf bermakna hanya, sehingga
makna umum dari ayat ini bahwa Allah menciptakan jin dan manusia
hanya untuk menyembah, taat kepada Allah. Hal ini juga selaras
dengan pendapat ibnu asyur bahwa Allah menciptakan jin dan
manusia dengan tujuan ibadah kepadanya, dimana seakan-akan
maknanya adalah aku tidak ridlo dengan keberadaan jin dan manusia
kalau ia tidak kenal dengan Allah.13
Berdasarkan dua ayat di atas, dalam penciptaan manusia terdapat
dua dimensi kemanusiaan dari sisi fungsi dan tujuan. Pertama untuk
tujuan manusia ciptakan sebagai khalifah, dan yang kedua sebagai
hamba. Khalifah bertugas menjaga dan melestarikan kehidupan
dimuka bumi, sementara hamba untuk beribadah. Ayat ini sepintas
nampak bertentangan, namun hakekatnya dapat dikompromikan
bahwa seorang khalifah juga harus memiliki dimensi hamba, karena

11
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid I, (Maktabah Syamilah), hlm. 31
12
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid I, (Maktabah Syamilah), hlm. 31
13
Ibnu Asyur, Al Tahrir wa Al tanwir, Juz 14 (Maktabah Syamilah), hlm. 121

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
174 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

untuk menjadikan dirinya berada dalam ketaatan dan kepetuhan


kepada Allah dalam menegakkan kebenaran.
Sementara dalam hadist dijelaskan bahwa tujuan dari apa yang
dilakukan oleh manusia haruslah baik. Karena hasil dari pekerjaan
tidak akan jauh dari apa yang diniatkan. Sebagaimana hadist berikut
ini.
ِ ِ ْ َ‫ فَمن َكان‬، ‫ وإِنَّما َِّلم ِر ٍئ ما نَوى‬، ‫ات‬
ُ‫ت ى ْج َرتُوُ إِلَى اللَّ ِو َوَر ُسول ِو فَ ِه ْج َرتُو‬ َْ َ َ ْ َ َ
ِ َّ‫ال بِالنِّ ي‬
ُ ‫إِنَّ َما اْلَ ْع َم‬
ٍ ِ ِ ِ ْ َ‫ ومن َكان‬، ‫إِلَى اللَّ ِو ورسولِ ِو‬
َ ‫ت ى ْج َرتُوُ ل ُدنْيَا يُصيبُ َها أَ ِو ْام َرأَة يَتَ َزَّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُوُ إِلَى َما َى‬
‫اج َر‬ ْ ََ ُ ََ
‫إِل َْي ِو‬
Sesungguhnya keabsahan setiap perbuatan tergantung kepada
niatnya, maka barang siapa yang hijrah demi Allah dan rasulnya
makan ia akan dicatata sebagai hijrah karena Allah dan Rasulnya,
dan barang siapa yang hijrah lantaran dunia makan ia akan
mendapatkannya dan hirah lantaran mencari perempuan maka ia
akan mendapatkan sesuai apa yang menjadi tujuannya.(HR. Al
Baihaki)14
Hadist ini berkaitan dengan prosesi hijrahnya kaum muslimin
dari mekkah kemadinah. Nabi menyerukan supaya umatnya yang ikut
bersamanya supaya atas dasar keimanannya kepada Allah dan
Rasulnya. Supaya mereka benar-benar akan mendapatkan
kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman sebagaimana yang
diinginkan oleh Allah dan Rasulnya. Dengan demikian, dalam
konteks hadist ini, Nabi hendak menata niat atau tujuan dari
seseorang supaya dalam melakukan apa saja, harus dengan niat dan
tujuan yang baik. Tujuan yang baik juga harus dibarengi dengan cara
yang benar. Hijrah dalam konteks hadis ini merupakan strategi
perjuangan yang dipandangan cara terbaik saat itu untuk proses
perjuangan umat islam dalam menegakkan kalimat Allah.
Jika spirit dalam hadist ini ditarik dalam konteks manajemen,
maka niat, tujuan, harus di tata saat awal. Sehingga apa yang
dilakukan dan diprogramkan tidak memiliki cabang tujuan yang
tumpang tindih. Hal yang baik dari makna hadist ini, bahwa apa yang
dilakukan harus selalu di dasari oleh keikhlasan, sehingga dapat

14
Abu bakar ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz I, (Maktabah Syamilah),
hlm. 41

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 175

mengesampingkan kepentingan-kepentingan pribadi yang sepintas


menguntungkan tapi mengganggu terhadap jalannya roda organisasi.
b. Program
Pada bagian ini, manajer harus membuat suatu desain progam
yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Perencanaan program tersebut dilengkapi dengan metode, asumsi
capaian jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Melalui ayat
ini, terkandung pesan bahwa merumuskan program harus realistis,
terukur, dan jelas arahnya.
َ ِ‫اد ُك ُّل أُولَئ‬ ِ ِ َ ‫ف ما لَيس ل‬
)36( ‫ك َكا َن َعنْوُ َم ْسئُوًَّل‬ َ ‫ص َر َوالْ ُف َؤ‬
َ َ‫الس ْم َع َوالْب‬ ٌ ‫َك بِو عل‬
َّ ‫ْم إِ َّن‬ َ ْ َ ُ ‫َوََّل تَ ْق‬
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
Ayat ini, pada dasarnya sebagai respon terhadap pekerjaan
orang musyrik yang selalu berbicara tentang ketuhanan padahal mereka
tidak mengetahuinya dan berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Hal ini
sebagaimana dikatan oleh al Alusi bahwa tidak boleh melakukan
sesuatu tanpa ia mengetahui tentangnya. Larangan ini disisi lain
mengaharuskan kepada kita untuk melakukan, merumuskan sesuatu
dengan pertimbangan yang realistis.
Di samping harus realistis, dan benar-benar melalui
pertimbangan yang matang, program yang dijadikan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan, terdapat juga hadits lain yang memiliki
keselarasan makna.
‫حدثنا مصعب حدثني بشر بن السري عن مصعب بن ثابت عن ىشام بن عروة عن أبيو عن‬
‫ إن اهلل يحب إذا عمل أحدكم عمَل أن يتقنو‬: ‫ أن النبي صلى اهلل عليو و سلم قال‬: ‫عائشة‬
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang ketika
melakukan kebaikan ia melakukannya dengan sempurna.[HR.
Abu Ya‟lah]15

Walaupun dari sisi sanad hadits ini dianggap lemah, namun


karena ini berkaitan dengan keutamaan perbuatan, maka spiritnya juga
masih tetap bisa digunakan dana diamalkan. Melalui hadits ini, nabi

15
Abu Ya‟lah, Musnad Abi Ya‟lah (Maktabah Syamilah), hlm.

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
176 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

hendak menjelaskan tentang pentingnya melakukan akfitas dengan cara


yang baik, dan harus tuntas. Melakukan perbuatan dengan sempurna
tidak hanya berbicara pada hasil, atau berbicara pada hilirnya.
Melainkan juga harus berbicara pada hulunya. Di hulu, dalam konteks
manajemen, berbicara tentang perencanaan, need assessment. Dalam
perencanaan berbicara tentang tujuan, program dan evaluasi. Sehingga
dalam merumuskan tujuan, program dan evaluasi harus dilakukan
berkesinambungan.
c. Evaluasi
Dalam islam, perkataan populer yang berkaitan dengan evaluasi
adalah, “hitunglah dirimu sekalian sebelum kamu sekalian di hitung”.
‫اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل ىرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك‬
‫قبل شغلك وحياتك قبل موتك‬
Jagalah lima hal sebelum datang lima hal. Masa mudamu
sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kaya sebelum
miskinmu, hidup sebelum matimu. [HR.Ibnu Hajar] 16
Peringatan nabi melalui hadits ini, mengingatkan kita untuk
senantiasa menggunakan waktu dan kesempatan dengan baik, supaya
apa yang dilakukan selalu jadi investasi kebaikan. Selalu menghitung-
hitung apa yang telah dilakukan untuk kepentingan kebahagian hidup
maupun dunia dan akhirat.
Jika makna hadits ini ditarik dalam konteks manajemen, sangat
jelas bahwa evaluasi harus selalu dilakukan setiap waktu supaya dalam
tahap implementasi tidak terjadi tumpang tindih program yang dapat
menyebabkan kerancuan dari program yang direncanakan. Di samping
hadits ini, terdapat hadits yang selaras juga secara makna.
‫ت فََلَ تَ ْنتَ ِظ ِر‬ َ ‫َصبَ ْح‬ ِ َ َ‫ال وق‬
ْ ‫ إِ َذا أ‬: ‫ال لى ابْ ُن ُع َم َر‬ َ َ َ‫ ق‬.» ‫يل‬ ٍ ِ‫يب أ َْو َعابُِر َسب‬ٌ ‫ك غَ ِر‬ َ َّ‫ُك ْن فِى الدُّنْيَا َكأَن‬
‫ى ِفى‬ ُّ ‫ َرَواهُ الْبُ َخا ِر‬.» ‫يك‬َ ‫ك لِ َم َسا ِو‬ َ ِ‫اح َو ُخ ْذ ِم ْن َح َسنَات‬ َّ ‫ت فََلَ تَ ْنتَ ِظ ِر‬
َ َ‫الصب‬ َ ‫اء َوإِ َذا أ َْم َس ْي‬
َ ‫ال َْم َس‬
.‫يح َع ْن َعلِ ِّى بْ ِن ال َْم ِدينِ ِّى‬ ِ ‫الص ِح‬
َّ
Jadilah engkau di dunia ini seperti perantau atau orang yang
sedang menempuh perjalanan. Jika engkau ada diwaktu sore
maka jangan menunggu pagi dan sebalinya, jika engkau di
waktu sore jangan nunggu pagi dan gunakanlah sehatmu untuk

16
Syihabuddin Ibnu Hajar al Atsqolani, Fath Al Bari, juz V, (Maktabah Syamilah), hlm. 400

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
Achmat Mubarok :: 177

sakitmu dan gunakanlah hidupmu untuk matimu. (HR. Al


Baihaki)17
Melalui hadits ini, mengesankan akan pentingnya melakukan
intropeksi, perenungan, evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan
untuk keberlanjutan dari rencana selanjutnya. Jika ditarik dalam
konteks evaluasi perencanaan, maka jika tujuan telah ditetapkan,
program telah dirumuskan, tahap selanjutnya adalah mengivaluasi
target-target tersebut, apakah telah sesuai dengan ketersediaan sumber
daya atau masih jauh dari kemampuan lembaga atau institusi.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
waktu yang terdapat di dalam surat Al-Ashr: 1-3 terandung tiga dimensi,
yakni: 1) Potensi, berupa tersedianya kesempatan, waktu yang harus di isi
dengan catatan berkmakna, melalui perencanaan yang benar dan realistis, 2)
Aksi, harus melakukan tindakan nyata dengan mengoptimalkan pelaksanaan
program kerja yang telah direncanakan. 3) Prestasi, merupakan capaian dari
sebuah proses panjang. Prestasi sebagai bentuk apresiasi atas adanya
komitmen, kerja nyata yang tepat, dan kerjasama yang baik.
Adapun konsep perencanaan sebagai fungsi manajemen yang terdapat
dalam Surat Al-Hashr: 18, melalui tiga tahap perencanaan sebagai berikut: 1)
Tujuan, perumusan tujuan dalam perspektif Al-Quran da Hadits harus juga
berorientasi penguatan dimensi ibadah. Sehingga nilai-nilai kebenaran harus
selalu dijunjung tinggi. niat menjadi tolok ukur dalam perumusan tujuan
dalam pandangan Islam; 2) Program, tujuan yang benar, harus diberengi
dengan cara yang benar, oleh sebab itu program yang disusun tidak hanya
berbicara tentang keberhasilan kognitif yang berujuang pada kesuksesan
materi; 3) Evaluasi, dalam perspektif Islam, evaluasi tidak hanya dilakukan
terhadap dilakukan secara formal, terhadap rencana tertulis, tapi lebih pada
intropeksi personal terhadap tujuan-tujuan pengelolaan juga harus dilakukan,
seperti, apakah niatan dalam melakukan program sudah benar memiliki
dimensi ibadah berupa keikhlasan atau tidak.

Daftar Pustaka
Abu Bakar Ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz I, (Maktabah
Syamilah),

17
Abu bakar ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz III, hlm. 369

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017
178 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam

Abu Ya‟lah, Musnad Abi Ya‟lah (Maktabah Syamilah),


Abd al salam Izzuddin, Tafsir Abd al Salam, Jilid, VIII, (Maktabah
Syamilah)
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah)
Ibnu Asyur, Al Tahrir wa Al tanwir, Juz 14 (Maktabah Syamilah),
Rivai, Veithzal . Education Management, Jakarta: Rajawali PRESS, 2009
Sonhadji, Ahmad . Manusia, Teknologi dan Pendidikan, Malang: UM
PRESS, 2014
Syamsuddin Al Qurtubi, Al Jami’ al Ahkam li Al Qurtubi, (Maktabah
Syamilah),
Syihabuddin Ibnu Hajar al Atsqolani, Fath Al Bari, juz V, (Maktabah
Syamilah),
Titus, Harold H.. Persoalan-Persoalan Filsafat, terj. HM. Rasjidi.
(Yogyakarta: Pustaka, 1984),
Ula, S. Shoimatul. Manajemen Pendidikan Efektif, Yogyakarta: Berlian,
2013

Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.


Volume 2 Nomor 2, November 2017

Anda mungkin juga menyukai