Achmat Mubarok
Universitas Yudharta Pasuruan
achmatmubarok@gmail.com
Pendahuluan
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan mengatur
urusan rumah tangga, organisasi sampai dengan urusan terbesar seperti
165
Jurnal MAFHUM .:: Ilmu al-Qur’an dan Tafsir ::.
Volume 2 Nomor 2, November 2017
166 :: Manajemen Waktu dan Perencanaan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan Islam
mengatur urusan sebuah negara, semua itu diperlukan pengaturan yang baik,
tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak
dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, manajemen mula-mula tidak dikenal
dengan baik oleh kalangan tertentu, namun secara praktis telah banyak yang
menerapkannya. Manajemen, dikenal sebagai sebuah konsep yang dibuat
untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya dalam korporasi. Sehingga,
secara konsep masih banyak yang masih perlu diperbaharui, dengan cara
menyelipkan nilai-nilai humanistic, Islami, budaya dan lainnya. Hal ini
sangat diperlukan untuk lebih membawa konsep manajemen pada ruang yang
tidak hanya berbicara tentang produktiftias dan efektifitas, melainkan juga
harus tetap memperhatikan proses dan tujuan secara tepat dan benar.
Upaya untuk menyelipkan nilai-nilai tersebut, dalam epistimologi
dikenal dengan istilah integrasi. Untuk memperoleh petunjuk tersebut
diperlukan adanya pengkajian terhadap al-Qur‟an itu sendiri, sehingga kaum
muslimin benar-benar bisa mengambil manfaat yang sebesar-besarnya
terhadap kandungan al-Qur‟an, yang kompleks membahas permasalahan-
permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang belum terjadi.
Semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Maupun keberadaan
alam ini sudah termaktub dalam al-Qur‟an. Termasuk permasalahan mulai
dari asal kejadian manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan manusia
dalam hal ini tentang Perencanaan, hal tersebut sudah tertulis di dalam al-
Qur‟an.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini penulis mencoba
mensinergiskan dan mengungkap secara langsung bahwa perencanaan
sesungguhnya dapat kita kaji dan kita interpretasikan dengan Al-Qur‟an jika
akal kita mau berpikir. Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam sebuah
pekerjaan, dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan
dimaksud, agar mendapatkan hasil yang optimal.
Dalam diskursus ini, secara lebih spesifik konsep perencanaan sebagai
fungsi manajemen akan diintegrasikan dengan ayat-ayat yang memiliki
relevansi dengan konsep perencanaan dalam manajemen, khususnya
manajemen pendidikan Islam. Adapun fokus kajian yang akan di bahas pada
makalah ini meliputi: Konsep perencanaan dalam perspektif Al-Qur‟an Surat
Al-Ashr: 1-3 tentang manajemen waktu, dan Konsep Perencanaan dalam
perspektif Al-Qur‟an Surat Al-Hashr: 18 tentang perencanaan
1
Izzuddin bin Abd al salam, Tafsir Abd al Salam, Jilid, VIII, (Maktabah Syamilah), hlm.
111, Lihat juga di: Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm.
451
2
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm. 451
diwajibkan oleh Allah dan sabar dalam menghindari dari sesuatu yang
diharamkan Allah.3
2. Perspektif Manajemen Pendidikan Islam
Konsep manajemen pendidikan Islam sejatinya hingga saat ini masih
belum memiliki formulasi yang baku. Proto konsep yang ada hanya dapat
dijadikan sebagai penyempurna konsep manajemen pendidikan yang telah
ada. Karena konsep manajemen pendidikan yang berkembang pun
merupakan adopsi dari Corporation Management.
Pendidikan dan perusahaan memiliki paradigma berbeda, sehingga
senyatanya kurang etis untuk menggunakan manajemen perusahaan secara
total terhadap pengelolaan lembaga pendidikan. Namun demikian,
pendidikan dari perusahaan berarti tidak memiliki sisi persamaan yang
menjadi titik temu. Kedisiplinan, produktifitas, efektifitas dan efisiensi
merupakan ruh bagi keduanya.
Dalam pengelolaan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan
Islam, nampaknya prinsip-prinsip tersebut masih belum dapat
diimplementasikan secara maksimal dalam menjalankan roda organisasi.
Padahal, konsep tersebut seharunya menjadi senjata lembaga pendidikan
islam dalam mengembangkan pendidikan, karena sangat selaras dengan
pesan Al- Quran. Al-Quran sebagai kitab yang mengandung pesan
universal sudah sangat jelas dalam memberikan garis-garis besar bagi
pengelolaan pendidikan.
Salah satu diskursus yang di gariskan oleh Al-Quran adalah waktu.
Terlepas dari perbedatan kebahasaan dikalangan ahli tafsir, bagi Al-Quran,
waktu merupakan entitas yang harus dimanfaatkan sebagaik-baiknya.
Waktu harus di isi dengan hal-hal yang benar, tepat dan produktif.
Berkaitan dengan pemanfaatan waktu, tafsir teologis di atas tidaklah
cukup untuk dapat difahami secara mudah oleh sebagian kalangan. Oleh
sebab itu, tafsir manajemen terhadap surat tersebut diharapakan dapat
mendekatkan nilai-nilai Al-Quran dalam ranah manajemen pendidikan
Islam.
Surah Al-Ashr dalam ayat pertama telah menunjukkan betapa
pentingnya menghargai waktu. Jika Allah telah bersumpah atas nama
sesuatu maka hal itu menunjukkan bahwa obyek tersebut memiliki tingkat
urgensitas yang tinggi. Waktu adalah potensi yang diberikan oleh Allah
kepada mahluknya, guna untuk di isi dengan makna yang berarti. Dalam
3
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid IV, (Maktabah Syamilah), hlm. 451
4
Ahmad Sonhadji, Manusia, Teknologi dan Pendidikan, (Malang: UM PRESS, 2014), hlm.
189
5
Veithzal Rivai, Education Management, (Jakarta: Rajawali PRESS, 2009), hlm. 60
6
S. Shoimatul Ula, Manajemen Pendidikan Efektif, (Yogyakarta: Berlian, 2013), hlm. 182
7
S. Shoimatul Ula, Manajemen Pendidikan Efektif, hlm. 183
8
Sylviana Murni, Education Management, hlm. 60
9
Syamsuddin al Qurtubi, Al Jami’ al Ahkam li Al Qurtubi, (Maktabah Syamilah), hlm. 5559
10
Syamsuddin al Qurtubi, Al Jami’ al Ahkam li Al Qurtubi, hlm. 5559
yang benar, dengan cara yang benar. Tidak sebagaimana praktik sebagian
orang yang merencankan sesuatu yang buruk dengan cara yang tepat.
Mengingat, apa saja yang telah direncankan dan akan dilaksanakan telah
mendapat pengawasan dari Allah sebagai manajer sejati.
1. Unsur-unsur Perencanaan
Berkaitan dengan unsur perencanaan, terdapat banyak versi yang
dikemukakan oleh tokoh manajemen. Namun demikian terdapat beberapa
unsur wajib dalam perencanaan yang keberadaanya disepakati oleh
banyak kalangan. Berikut adalah unsur manajemen yang harus ada dalam
proses perencanaan:
a. Tujuan
Secara sederhana, tujuan dapat dipahami sebagai target yang
hendak dituju. Namun secara normatif, tujuan dapat difahami lebih
luas lagi, yaitu visi. Visi bermakna cita-cita yang hendak dicapai oleh
seseorang atau instansi. Dalam Al-Quran Allah telah mencontohkan
bahwa dibalik penciptaan manusia terdapat tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Sebagaimana ayat berikut ini.
ض َخلِي َف ًة قَالُوا أَتَ ْج َع ُل فِ َيها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِ َيها ِ ك لِلْم ََلئِ َك ِة إِنِّي ج
ِ اع ٌل فِي ْاْل َْر َ َ ََوإِ ْذ ق
َ َ ُّال َرب
)30( ال إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما ََّل تَ ْعلَ ُمو َن َ ََك ق َ ِّس ل ِ ِ ُ َويَ ْس ِف
ُ اء َونَ ْح ُن نُ َسبِّ ُح ب َح ْمد َك َونُ َقد
َ ِّم
َ ك الد
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."(QS. Al-Baqarah: 30)
Mengenai makna ayat ini, dikatakan oleh Al-Mawardi bahwa
kata khalifah berkmakna orang yang mengganti. Dalam konteks ayat
ini, Allah dengan sifat kemaha kuasaannya hendak menjadikan
sesuatu atau hendak menciptakan sesuatu untuk menggantikan
sesuatu. Dengan demikian, pada dasarnya terdapat mahluk lain yang
ada dimuka bumi ini sebelum adam. Menurut Al Mawardi, yang
dikutip dari pendapatnya Ibnu Abbas bahwa mahluk tersebut adalah
Jin. Hanya sanya tatkala jin tersebut menempati bumi, ia selalu
melakukan kerusakan dan melakukan permusuhan sehingga
11
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid I, (Maktabah Syamilah), hlm. 31
12
Al Mawardi, Al Nuktu wa al Uyun, jilid I, (Maktabah Syamilah), hlm. 31
13
Ibnu Asyur, Al Tahrir wa Al tanwir, Juz 14 (Maktabah Syamilah), hlm. 121
14
Abu bakar ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz I, (Maktabah Syamilah),
hlm. 41
15
Abu Ya‟lah, Musnad Abi Ya‟lah (Maktabah Syamilah), hlm.
16
Syihabuddin Ibnu Hajar al Atsqolani, Fath Al Bari, juz V, (Maktabah Syamilah), hlm. 400
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
waktu yang terdapat di dalam surat Al-Ashr: 1-3 terandung tiga dimensi,
yakni: 1) Potensi, berupa tersedianya kesempatan, waktu yang harus di isi
dengan catatan berkmakna, melalui perencanaan yang benar dan realistis, 2)
Aksi, harus melakukan tindakan nyata dengan mengoptimalkan pelaksanaan
program kerja yang telah direncanakan. 3) Prestasi, merupakan capaian dari
sebuah proses panjang. Prestasi sebagai bentuk apresiasi atas adanya
komitmen, kerja nyata yang tepat, dan kerjasama yang baik.
Adapun konsep perencanaan sebagai fungsi manajemen yang terdapat
dalam Surat Al-Hashr: 18, melalui tiga tahap perencanaan sebagai berikut: 1)
Tujuan, perumusan tujuan dalam perspektif Al-Quran da Hadits harus juga
berorientasi penguatan dimensi ibadah. Sehingga nilai-nilai kebenaran harus
selalu dijunjung tinggi. niat menjadi tolok ukur dalam perumusan tujuan
dalam pandangan Islam; 2) Program, tujuan yang benar, harus diberengi
dengan cara yang benar, oleh sebab itu program yang disusun tidak hanya
berbicara tentang keberhasilan kognitif yang berujuang pada kesuksesan
materi; 3) Evaluasi, dalam perspektif Islam, evaluasi tidak hanya dilakukan
terhadap dilakukan secara formal, terhadap rencana tertulis, tapi lebih pada
intropeksi personal terhadap tujuan-tujuan pengelolaan juga harus dilakukan,
seperti, apakah niatan dalam melakukan program sudah benar memiliki
dimensi ibadah berupa keikhlasan atau tidak.
Daftar Pustaka
Abu Bakar Ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz I, (Maktabah
Syamilah),
17
Abu bakar ahmad bin Hasan Al Baihaki, Sunan Al Qubra, Juz III, hlm. 369