Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut
Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala dan Leher
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Disusun oleh:
Ali Rifqi Alkaff
30101306860
Pembimbing:
dr. Hj. Andriana S, Sp. THT-KL, M.Si, Med
2017
1
IDENTITAS PENDERITA :
UMUR : 11 Tahun
PEKERJAAN : Pelajar
NO.RM : 133.47.xx
2
ANAMNESIS:
Keluhan Utama:
o Onset
o Lokasi
o Kronologi
9 hari yang lalu pasien batuk pilek, lalu tiba tiba sejak 7 hari yang lalu
o Kualitas
Pasien mengeluh susah untuk makan dan menelan serta sakit ketika
o Kuantitas
3
o Faktor memperingan dan memperberat
Pasien mengatakan nyerinya sudah lebih ringan setelah diberi obat oleh
o Keluhan Penyerta
Pasien mengatakan batuk pilek disertai nyeri tenggorokan ini sudah berulang
sejak pasien kelas 2 SD, biasanya dengan obat beli sendiri di apotik dan dari
dokter keluarga nyerinya mereda dengan sendiri. Orang tua pasien juga
Pasien tidak punya riwayat penyakit sistemik, Diabetes melitus dan Hipertensi
Pasien tidak memliki riwayat alergi makanan namun tidak tahu mengenai alergi
obatnya.
o Riwayat Kebiasaan
Olahraga (-)
4
PEMERIKSAAN:
A. PEMERIKSAAN FISIK
*Lain-Lain :-
5
A.2. Status Lokalis (THT)
1. Telinga:
AD AS
6
2. Hidung dan Sinus Paranasal:
a) Pemeriksaan luar
maxillaris (-/-)
b) Rinoskopi anterior
Dextra Sinistra
c) Diafanoskopi
Tidak dilakukan
7
3. Tenggorok
3.a. Faring:
3.a.1 Orofaring:
Tonsil :
o Ukuran : T3 – T3
o Detritus : (+/+)
o Membran : (-)
o Lain-lain :-
8
3.a.2 Nasofaring (rinoskopi posterior)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lain-lain: (-)
9
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM/PENUNJANG/KHUSUS
10
RINGKASAN
Seorang anak perempuan usia 11 tahun datang ke poli THT-KL RSI Islam Sultan
Agung Semarang bersama dengan kedua orang tuanya dengan keluhan nyeri telan sejak
satu minggu yang lalu. Keluhan dirasakan berulang sejak pasien kelas dua sd, biasanya
tidak mengganggu aktifitas tetapi kali ini sangat mengganggu sampai pasien susah
untuk makan dan berbicara. Pasien sebelumnya sudah minum obat dari apotik karena
tidak sembuh ke dokter keluarga dan dirujuk ke Rumah sakit Sultan Agung karena
disarankan untuk dilakukan tonsilektomi. Pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek
berulang. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan telinga dalam batas normal. Pada
pemeriksaan hidung didapatkan mukosa hiperemis (+/+), hipertrofi konka (-/+) dan
hidung mengeluarkan sekret serous (+/+). Pada pemeriksaan gigi dan mulut dalam
T3-T3, kripte melebar, detritus (+), dengan permukaan granuler, dan teraba
DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsillitis kronik
2. Tonsilofaringitis kronis
DIAGNOSIS SEMENTARA
11
RENCANA PENGELOLAAN
Terapi :
Pro Tonsilektomi
Penyuluhan:
tonsilektomi
PROGNOSIS
1. Ad vitam: Bonam
2. Ad functionam: Bonam
3. Ad sanationam: Bonam
12
TINJAUAN PUSTAKA
TONSILITIS
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring/
Gerlach’s tonsil).
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila
palatina yang menetap . Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari
Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang
lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
13
Etiologi
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptenya secara aerogen
yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus
masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan.
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang
mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila
Pada pendería Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah Streptokokus beta
Abdulrahman AS, Kholeif LA, dan Beltagy di mesir tahun 2008 mendapatkan kuman
Patofisiologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripte melebar. Secara klinik
kripte ini tampak diisi oleh detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris,
bila bercak detritus berdekatan menjadi satumaka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila
bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
14
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radangberulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronik
Kripte yang melebar, pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yang
mengalami perlengkatan.
Hiperemis pada plika anterior, pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris
15
Gambar 1. Ukuran tonsil
16
Tabel 1. Perbedaan tonsilitis (Nurjanna, 2011)
Penatalaksanaan
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus di mana penatalaksanaan medis atau
termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha
untuk mernbersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi atau oral. Ukuran jaringan
17
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical
yaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat.
pertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak
hemoliticus
Kontraindikasi
Kontraindikasi absolute :
dan sebagainya.
Kontraindikasi relative :
b. Infeksi akut saluran nafas atau tonsil (tidak termasuk abses peritonsiler)
18
c. Poliomyelitis epidemic
Komplikasi
19
DAFTAR PUSTAKA
telinga hidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-3
2. Adam, Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC,
Jakarta,1997
3. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Sinusitis Itzhak Brook, MD, MSc Arch Otolaryngol Head Neck Surg.
2006;132(10):1099-1101. doi:10.1001/archotol.132.10.1099
20