BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi sehingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
tradisional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,dimana trimester 1 berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015).
Kehamilan Trimester III adalah priode kehamilan tiga bulan terakhir atau
pada sepertiga masa kehamilan terakhir antara 29-40 minggu. ( Hutahaean,2013)
b. Fisiologi Kehamilan
Adapun subjek berkesinambungan yang saya kaji mulai Trimester III,
sehingga perubahan fisiologis kehamilan trimester III sebagai berikut :
1. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
Menurut (Kusmiati,2013) perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu
hamil adalah sebagai berikut:
a) Sistem Reproduksi
Pada trimester III istmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena
kontraksi otot-otot uterus, segmen bawah rahim (SBR) menjadi lebih lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas lebih tebal dan bagian bawah
lebih tipis. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara kira-kira antara
½ jarak pusat dan prosesus xifoideus yaitu 27 cm.
7
2. Protein
Tambahan protein diperlukan selama kehamilan untuk persediaan nitroden
esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan ibu dan janin. Asupan yang
dianjurkan adalah 60g/hari. Dianjurkan mengkonsumsi protein 3 porsi sehari (1
porsi protein = 2 butir telur atau 200g daging/ikan). Sumber protein mengandung
amino esensial. Daging, susu, telur, keju, produk susu dan ikan.
3. Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam
perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect,
yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam folat juga dapat
menyebabkan kelahiran tidak cukup bulan (prematur), bayi berat lahir rendah
(BBLR), dan pertumbuhan janin kurang optimal. Konsumsi 400µg folat
disarankan untuk ibu hamil. Folat dapat didapatkan dari suplementasi asam folat,
seperti sayuran berwarna hijau, jus jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti
gandum.
4. Zat Besi
Jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal normal adalah
sekitar 1.000mg, 350mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk
peningkatan massa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan basal. Zat
besi adalah salah satu nutrien yang tidak dapat diperoleh dalam jumlah yang
adekuat dalam makanan. Tambahan zat besi dengan dosis 30 mg perhari, biasanya
dimulai sejak kunjungan prenatal pertama guna mempertahankan cadangan ibu
dalam memenuhi kebutuhan janin. Wanita yang beresiko tinggi mengalami
defisiensi zat besi memerlukan dosis yang lebih tinggi (60mg/hari).
5. Kalsium
Janin mengkonsumsi 250-300mg kalsium per hari dari suplai darah ibu.
Metabolisme kalsium dalam tubuh ibu mengalami perubahan pada awal masa
kehamilan. Perubahan ini membuat simpanan kalsium dalam tubuh ibu
meningkat. Simpanan dibutuhkan pada trimester III dan masa laktasi.
(Mandriwati, 2017)
10
6. Oksigen
Kebutuhan oksigen berkaitan dengan perubahan sistem pernafasan pada
masa kehamilan. Kebutuhan oksigen meningkat sebagai respons tubuh terhadap
akselarasi laju metabolisme, untuk menambah massa jaringan pada payudara,
hasil konsepsi dan massa uterus, dan lainnya. Ibu hamil bernapas lebih dalam
karena peningkatan volume tidal paru dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali
bernapas.
7. Personal Hygiene
Personal Hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu
hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, ibu hamil harus melakukan
gerakan membersihkan dari depan ke belakang ketika selesai berkemih atau
defekasi dan harus menggunakan tisu yang bersih, lembut, menyerap air,
berwarna putih, dan tidak mengandung parfum. (Mandriwati, 2017)
8. Pakaian
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya longgar yang
nyaman digunakan, bahan yang mudah dicuci dan menyerap keringat, hindari
pakaian yang ketat dan celana yang ketat, ikat pinggang sebaiknya tidak
digunakan, dan gunakan sepatu yang nyaman dan memberi sokongan yang
mantap serta membuat postur tubuh lebih baik.
11
Tabel 2.2
Tanda bahaya dan jenis penyulit kehamilan
– Leopold 3
Untuk menetukan bagian janin yang berada di bawah (presentasi)
– Leopold 4
Untuk menentukan apakah janin sudah masuk panggul atau belum.
(Walyani, 2015)
Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan
Tabel 2.4
Pemberian Imunisasi TT
2.2 PERSALINAN
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam
uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat
pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau lebih dengan berat badan
bayi 2500 gr atau lebih dengan lama persalinan kurang 24 jam yang dibantu
dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan.(Sujiyatini, 2015)
Persalinan adalah proses membuka dam menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
(Sukarni,2013)
1. Sebab – sebab mulainya persalinan:
Menurut Sondakh, 2013. ada beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan, antara lain:
19
2. Tanda Persalinan
Menurut Sondakh (2013), tanda- tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya His Persalinan
Sifat his persalinan adalah :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
3) Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang
dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
1) Perlunakan serviks
2) Pendataran serviks
3) Pembukaan serviks
3. Tahapan Persalinan
1. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap.
2. Kala II atau kala pengeluaran yaitu dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi.
3. Kala III atau kala uri yaitu mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
21
4. Kala IV atau kala pengawasan yaitu mulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum.
Tabel 2.5
Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida
f) Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses pesalinan, mungkin dikarenakan
adanya peningkatan cardiac output.
g) Perubahan Gastrointestional
Motalitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang
selama persalinan.
h) Perubahan Hematologis
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum jika
tidak kehilangan darah yang abnormal.
B. Perubahan Fisiologis Kala II
Menurut Sukarni (2013) perubahan fisiologis kala II adalah sebagai berikut:
a. Sistem cardivaskuler.
1) Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah
dalam sirkulasi ibu meningkat
2) Resitensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
3) Saat mengejang, cardiac output meningkat 40-50%
4) TD sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi
5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah.
6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi
dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
b. Respirasi
1) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler. Konsumsi oksigen
meningkat.
2) Percepatan pematangan surfaktan (fetus-labor speeds maturation of
surfactant). Penekanan pada dada selama proses persalinan
membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan.
c. Pengaturan suhu
1) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu.
23
Tabel 2.6
Proses Involusi dengan Perkiraan Urutan Setelah Persalinan
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah 1000 gr
pusat
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber : Saleha, sitti,2013, Asuhan Kebidanana Pada Masa Nifas, Jakarta, halaman 55.
f. Menggigil
Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggigil. Jika timbul rasa dingin
kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal bila
tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakanketegangan syaraf
serta energi yang terkuras selama persalinan.
g. Sistem Gastrointestinal
Rasa mual akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar hal
ini disebabkan karena proses persalinan yang mengeluarkan atau memerlukan
banyak energi.
h. Sistem Renal
Air seni yang tertahan menyebabkan kantung kemih lebih membesar.
Kondisi ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan
pada uretra selama persalinan. Dalam 2 jama post partum ibu harus sudah bisa
BAK, jika ibu belum bisa BAK maka lakukan kateterisasi.
i. Perawatan Hemoroid
Hemoroid pada post partu sangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh
kepala bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan.
c. Partograf
1. Pengertian
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Pencatatan patograf dimulai sejak
fase aktif persalinan. (Kemenkes, 2015).
Patograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala 1 persalinan.
(Sondakh, 2013).
Kegunaan Utama Partograf :
1. Mencatat hasil observasi dan kemjuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks dengan pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian, juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
27
3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan.
Menurut Sari (2014) kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara
seksama yaitu :
1. Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
3. Nadi setiap 30 menit
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
6. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2-4 jam.
b. Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan peristiwa yang normal. Untuk
membantu ibu tetap tenang dan rileks, bidan sedapat mungkin tidak
memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam
persalinannya.
c. Kontak Fisik
Suami dianjurkan untuk memegang tangan pasien, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau hanya
mendekapnya.
d. Pijatan
Pijatan ringan dapat diberikan pada ibu yang mengalami sakit
punggung atau nyeri selama persalinan. (Jannah, 2017)
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi.
a) Memberikan Asuhan Sayang Ibu
1. Pemberian dukungan emosional
Bidan berperan dalam memberikan dukungan emosional kepada ibu,
termasuk melatih keterampilan dalam menanamkan percaya diri,
menyatakan perhatian dan ketergantungan.
2. Pengaturan posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan
dan kelahiran.
3. Pemberian cairan dan nutrisi
Ibu memerlukan energi dan asupan karbohidrat selama persalinan.
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan ringan dan minum air
selama proses persalinan. (Jannah, 2017)
32
3. Kala III
Asuhan pada kala III dimulai dari pengeluaran aktif plasenta membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Asuhan kala III meliputi:
1. Pemberian Suntikan Oksitosin
Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam 2 menit setelah bayi lahir
dan dapat diulang setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
2. Penegangan Tali Pusat Terkendali
Tempatkan klem pada ujung tali pusat ± 5 cm dari vulva. Saat terjadi
kontraksi yang kuat, plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali
kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan
keatas (dorso cranial) korpus.
3. Rangsangan Taktil ( massase ) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tetapi kukuh
lakukan masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan
gerakan melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi dengan
baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar. Sementara tangan
kiri melakukan masase uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa kotiledon dan membrane sudah lengkap.
4. Memeriksa Plasenta, Selaput Ketuban, dan Tali Pusat
Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan
antisipasi apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya.
5. Pemantauan Kontraksi, Robekan Jalan Lahir dan Perineum, serta tanda-tanda
vital ( TTV ) termasuk Hygiene.
Periksalah kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan
uterus berkontraksi, jika uterus belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase
fundus uteri. (Jannah, 2017)
4. Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada kala IV adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali ke bentuk normal.
33
c. 60 Langkah APN
Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan secara
bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut Modul Widwifery
Update 2016, APN terdiri dari 60 langkah yaitu :
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1) Mengenali tanda dan gejala kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. bu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol dan menipis.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap
dalam wadah nya.
b. Semua pakaian, handuk, selimut dan pakaian untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat.
c. Timbangan, pita ukur, stestoskop bayi, dan termometer dalam kondisi
baik dan bersih.
d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai
di dalam partus set/wadah DTT.
34
e. Untuk resusitasi : tempat tidur, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk
atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi.
f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid, set
infus.
3) Kenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca mata.
4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringakan dengan handuk atau tisu
bersih.
5) Pakai sarung tangan steril/DTT pada tangan yang akan di gunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7) Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang di
basahi air DTT .
8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di
lepaskan. Tutup kembali partus set.
35
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan ke dalam partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES MENERAN
11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
a) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk danpastikan dia merasa
nyaman.
b) Anjurkan ibu untuk cukup minum.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a) Perbaiki cara meneran apabila cara nya tidak sesuai.
b) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
V. PERSIAPAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
a. Lahirnya Kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
36
20) Periksa lilitan pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
a) Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi.
b) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi.
21) Setelah kepala lahir, tunggu hingga bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
b. Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
a) Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis.
b) Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
c. Lahirnya Badan dan Tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
a) Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
a) Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah 3 pertanyaan berikut untuk menilai
apakah ada asfiksia bayi :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Keringkan Tubuh Bayi
26) Bila tidak ada asfiksia, lanjutkan anajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
37
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tangan tanpa membersihkan verniks.
b) Ganti handuk yang sasah dengan handuk yang kering.
c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu.
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
28) Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menuntikkan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di sepertiga paha atas bagia distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia
neonatus,lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31) Potong dan ikat tali pusat.
a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
38
34) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati,
untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu.
a. Mengeluarkan Plasenta
36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan tekanan dorso-kranial.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klen hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
e) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.
f) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
39
2.3 NIFAS
2.3.1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung sekitar 6 minggu (Astutik, 2015).
Masa nifas atau masa pueperium adalah masa dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi, 2014).
Masa nifas atau puerperium adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan. (Ambarwati, 2015).
Menurut Saleha (2013) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uterus dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
42
Tabel 2.7
Involusi Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus
b. Lokea
Lokea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
2. Lokea rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua,
verniks karseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari
postpartum.
2. Lokea sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post partum.
3. Lokea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7
sampai 14 post partum.
4. Lokea alba
Cairan putih, seletah 2 minggu post partum
5. Lokea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Locheastasis
Lokea tidak lancar keluarnya.
44
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksternal dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.
d. Vulva dan vagina
Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi dan beberapa hai pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah
3 minggu vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur, karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke5, perineum sudah mendapat kan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan
f. Payudara.
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
normon prolaktin setelah persalinan.
2. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi. (Walyani, 2015)
4. Sistem perkemian
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfigter dan edema leher. Urine dalam jumlah yang besar
akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
placenta dilahirkan kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurun yang mencolok, keadaan ini menyebabkan
diuresis.
45
5. Sistem gastrointestinal
Kadar progesteron menurun setelah melahirkan, naun asupan makanan
juga mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang
dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema.
6. Sistem endoktrin
Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang.
7. Sistem muskulosklebal
Ambulasi pada umurnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
8. Sistem integumen
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurang hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun. (Walyani, 2015)
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu seceparnya untuk berjalan. Ibu post partum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita megajarkan ibu cara merawat
anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya, memandikan,
mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak
mempunyai pengaruh buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut.
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam ibu belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka di lakukan kateterisasi.
b. Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu
di beri obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah diberi obat
pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
4. Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan disi sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi.
48
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman melakukan hubungan suami
istri.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini tergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
7. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.
Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas
disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan
sangat terganggu. ( Saleha, 2013)
3. Merumuskan Diagnosis
Langkah selanjutnya stelah memperoleh data adalah melakukan analisis data
dan interprestasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis.
4. Merencanakan Asuhan Kebidanan
Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat merencanakan asuhan pada
ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
5. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan dengan tindakan mandiri atau
kolaborasi. Perlu juga pengawasan pada masa nifas untuk memastikan ibu dan
bayi dalam kondisi sehat.
6. Evaluasi dan Asuhan Kebidanan
Evaluasi dan asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui keberhasilan
yang diberikan. (Walyani, 2015)
c. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Untuk itu ASI harus diberikan
kepada bayi minimal sampai usia 6 bulan dan bisa di teruskan sampai 2 tahun.
(Astutik, 2015).
ASI eksklusif adalah bayi hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur dan biskuit. Setelah 6 bulan
baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). (Ambarwati, 2015)
54
2. Tahapan ASI
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-
kuningan, lebih kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga
dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna kuning atau dapat pula
jernih dan lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel
hidup menyerupai darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai ketiga
atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar hanya sedikit
mungkin satu sendok teh saja (sekitar 10-100cc) dan akan terus meningkat
setiap hari sampai sekitar 150-3000 ml/24 jam. (Astutik, 2015)
b. Air susu masa peralihan
Air susu masa peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI matang/matur.
c. Air susu matang (matur)
Ciri-ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut :
1) ASI yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya.
2) ASI matur memiliki komposisi yang relatif konstan.
3) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal ini
dikarenakan ASI merupakan makanan yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai usia 6 bulan.
4) ASI matur berupa cairan berwarna putih kekuning-kuningan.
5) Tidak menggumpal bila dipanaskan.
6) Terdapat anti mikrobial faktor
7) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
55
Tabel 2.8
Komposisi Kolostrum dan ASI
3. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi Bayi.
1) Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan.
2) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan
bayi sampai usia 6 bulan.
3) ASI mengandung zat pelindung/antibiotik yang melindungi terhadap
penyakit.
4) Dengan memberikan ASI saja minimal 6 bulan menyebabkan
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.
5) ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.
6) Dengan diberikannya ASI makan akan memperkuat ikatan batin ibu dan
bayi.
7) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang
sesuai dengan kebutuhan bayi.
8) Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.
(Astutik, 2015)
56
5. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorbsi dan
metabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada beberapa enzim.
Bayi baru lahir sudah mampu mencerna protein dan karbohidrat sederhana
(monosakarida dan disakarida), tetapi produksi enzym amilase pansreas yang
masih rendah dapat mengganggu pemakaian karbohidrat komplek (polisakarida).
6. Adaptasi Imunologi
Bayi baru lahir memperlihatkan kerentanan tinggi terhadap terjadinya
infeksi terutama yang masuk melalui mukosa sistem pernafasan dan
gastrointestinal. Kemampuan melakukan lokalisasi infeksi masih rendah, sehingga
infeksi ringan cepat menjadi infeksi sistemik yang lenih berat.
7. Sistem Reproduksi
Anak laki-laki belum menghasilkan sperma sampai masa pubertas,
sedangkan bayi perempuan mempunyai ovum dalam ovarium sejak lahir.
8. Sistem Muskuloskeletal
Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir dan tubuh melalui proses
hipertropi. Tulang-tulang panjang belum sepenuhnya mengalami osifikasi
sehingga memungkinkan pertumbuhan tulang pada epifise. Tulang pembungkus
otak juga belum mengalami osifikasi sempurna sehingga memungkinkan tumbuh
dam mengalami molase pada saat persalinan.
9. Sistem Neurologi
Pada saat lahir sistem saraf belum berkembang sempurna. Beberapa fungsi
neurologis dapat dilihat dari refleks primitif pada BBL. Pada awal kehidupan
sisitem saraf berfungsi untuk merangsang respirasi awal, membantu
mempertahankan keseimbangan asam basa dan berperan dalam pengaturan suhu.
10. Status Tidur dan Jaga
Bulan pertama kehidupan, bayi banyak tidur, kurang lebih 80% waktunya
digunakan untuk tidur. Status terjaga dengan aktifitas menangis, gerakan moto
kuat dan kantuk. Pada tidur aktif bayi mungkin memperlihatkan berbagai
kedalaman dan kecepatan pernafasan. Gerakan mata sering terlihat dan bayi
terlihat seperti terkejut (Arfiani, 2016)
60
Tabel 2.9
Penilaian APGAR SCORE
SKOR
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
Warna Kulit Eksremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada Kurang dari Lebih dari
Denyut jantung 100x/menit 100x/menit
Grimace Refleks Tidak ada Meringis Batuk, bersin
terhadap
rangsangan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus otot ekstremitas
Respiration Tidak ada Tidak teratur Menangis baik
Upaya Bernafas
Sumber : Arfiana, dan Arum, L., 2016, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta, halaman 5
63
6) Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin k pada bayi baru lahir di
laporkan cukup tinggi, berkisar antara 0,25-0,5%. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut. Diberivitamin K parental dengan dosis
0,5-1 mg secara IM.
7) Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah lima jam bayi
lahir. Pemberian obat mata dianjurkan utuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual). (Ilmiah, 2015)
b. Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam : Asuhan bayi baru lahir normal,
dilaksanakan segera setelah lahir dan diletakkan didekat ibunya dalam
ruangan yang sama.
2. Asuhan bayi bau lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
denga ibunya atau ruangan khusus
3. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
4. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam – 28 jam : pemeriksaan neonatus pada
periode ini dapat dilaksanakan di pukesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes
dan/ atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. (Sari, 2014)
c. Pengkajian Bayi Segera Setelah Lahir :
a. Tahap I
Segera setelah lahir pada menit-menit pertama kelahiran menggunakan
sistem penilaian APGAR, yaitu pada menit pertama, menit kelima dan
menit kesepuluh. Pada bayi baru lahir yang tidak langsung menangis atau
bernafas megap-megap, maka tidak menggunakan nilai APGAR, tetapi
dengan menilai 2 hal yaitu usaha nafas dan tonus otot. Penilaian secara
cepat pada saat bayi lahir merupakan cara yang paling baik untuk
mengetahui apakah bayi memerlukan bentuan untuk bernafas.
(Arfiani, 2016)
64
b. Tahap II
Selama 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalami beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi intra uterus ke ekstra uterus, sehingga
disebut juga periode transisional.
Tabel 2.10
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada Bayi Baru Lahir
Lihat punggung dan raba Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
tulang belakang benjolan pada tulang belakang
Lihat ekstremitas a. Hitung jumlah jari tangan dan kaki
b. Lihat apakah posisinya baik atau bengkok
keluar atau kedalam
c. Lihat gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus a. terlihat lubang anus dan periksa apakah
- Hindari memasukkan mekonium seudah keluar
alat atau jari dalam b. biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
memeriksa anus setelah lahir
- Tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah
buang air besar
Lihat dan raba alat kelamin a. bayi perempuan kadang terlihat cairan
luar vagina berwarna putih atau kemerahan
- tanyakan pada ibu b. bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
apakah bayi sudah ujung penis
buang air kecil c. pastikan bayi sudah buang air kecil dalamn
24 jam setelah lahir.
Timbang bayi a. berat lahir 2,5-4 kg
- timbang bayi dengan b. dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
menggunakan selimut, turun dahulu baru kemudian naik kembali.
hasil dikurangi Penurunan berat badan maksimal 10%
selimut
Mengukur lingkar dan a. panjang lahir normal 48-52 cm
panjang kepala bayi b. lingkar kepala normal 33-37 cm
Menilai cara menyusui, minta a. kepala dan badan dalam garis lurus, wajah
ibu untuk menyusui bayinya bayi menghadap payudara, ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
b. bibir bawah melengkung keluar, sebagian
besar areola berada di dalam mulut bayi
c. menghisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat
Sumber: Sari, E.K, dan Kurnia D.R, 2014, Asuhan Kebidanan Persalinan, Jakarta, halaman 255-
256
c. Pelaksanaan kunjungan neonatus (Maryanti, 2011)
1. Kunjungan I
Dilakukan 6 jam pertama setelah persalinan
a) Menjaga bayi agar tetap hangat dan kering
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan
bayi secara keseluruhan yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatan
66
2. 5 Keluarga Berencana
2. 5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Program Keluarga Berencaana menurut UU No. 10 tahun 1992 ( tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera ) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
( Handayani, 2014 )
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mecapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mecegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim. (Purwoastuti, 2015)
b. Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB di masa yang datang untuk mencapai keluarga
berencana berkualitas tahun 2015. (Handayani, 2014)
Sedangkan tujuan khusus program KB adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
68
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak
langsung pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Handayani, 2014).
d. Kontrasepsi Pasca Persalinan
Pada umumnya lebih dari 95%, klien pasca persalinan klien ingin menunda
kehamilan berikutnya sedikitnya 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambah anak lagi.
Klien pasca persalinan dianjurkan:
1. Memberi ASI Eksklusif (Hanya memberi ASI saja sampai usia bayi 6 bulan)
2. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode Kontrasepsi.
3. Metode Kontrasepsi Klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI
atau Kesehatan bayi.
e. Jenis kontrasepsi yang dapat digunakan pada ibu menyusui yaitu :
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila
menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian ASI hingga 8 kali
sehari. (Affandi, 2011)
a. Keuntungan :
1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98%).
2) Segera efektif.
3) Tidak ada efek samping.
4) Tidak perlu obat, alat dan biaya.
5) Bayi mendapat antibodi perlindungan lewat ASI.
6) Mengurangi perdarahan post partum.
2. Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Efektifitas :
Memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
69
b. Keuntungan :
1) Sangat efektif.
2) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
3) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
c. Keterbatasan :
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: Siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan yng banyak atau sedikit, perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2) Klien harus kembali pada tempat sarana pelayanan kesehatan sesuai
jadwal suntikan.
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu.
4) Penambahan/penurunan berat badan.
5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
3. Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)
a. Efektifitas Efektifitas mini pil mencapai 98,5%, yang perlu diperhatikan
adalah:
1) Jangan sampai ada tablet yang lupa.
2) Sebaiknya diminum pada jam yang sama (malam hari).
3) Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam seteah penggunaan mini pil.
b. Keuntungan :
1) Tidak mempengaruhi ASI.
2) Kesuburan cepat kembali.
3) Nyaman dan mudah digunakan.
4) Dapat dihentikan setiap saat.
5) Mengurangi nyeri haid.
c. Kerugian:
1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid.
2) Peningkatan/penurunan berat badan.
3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
4) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, berjerawat.
5) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
70
4. Kontrasepsi Implan
a. Efektifitas Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan).
b. Keuntungan :
1) Pegembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Dapat diabut setiap saat sesuai kebutuhan.
4) Mengurangi nyeri haid.
c. Keterbatasan :
1) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid.
2) Timbulnya keluhan seperti : nyeri kepala, peningkatan/penurunan
berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pening/pusing kepala.
3) Risiko kehamilan ektopik 1,3 per 100.000 perempuan per tahun.
5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Efektifitas Sangat efektif, yaitu 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan
selama satu tahun pertama penggunaan (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan).
b. Keuntungan :
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
3) Dapat dipasang segera setelah melahirkan.
4) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
c. Kerugian:
1) Efek samping yang umum terjadi : Perubahan siklus haid (umumnya
bulan pertama), haid lebih lama dan banyak, saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain : Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat.
3) Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
4) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena AKDR berfungsi untuk
mencegah kehamila normal (Affandi, 2011).
71
Konseling yang dilakukan bidan kepada klien (calon aksetor KB) meliputi 6
topik:
1. Efektifitas bagaimana kemampuan KB untuk mencegah kehamilan.
2. Untung dan rugi penggunaan kontrasepsi
3. Efeksamping dan komplikasi kontrasepsi
4. Cara penggunaan guna menghindari kegagalan
5. Mencegah IMS
6. Kapan klien harus kembali