Anda di halaman 1dari 67

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi sehingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
tradisional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,dimana trimester 1 berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015).
Kehamilan Trimester III adalah priode kehamilan tiga bulan terakhir atau
pada sepertiga masa kehamilan terakhir antara 29-40 minggu. ( Hutahaean,2013)
b. Fisiologi Kehamilan
Adapun subjek berkesinambungan yang saya kaji mulai Trimester III,
sehingga perubahan fisiologis kehamilan trimester III sebagai berikut :
1. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III
Menurut (Kusmiati,2013) perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu
hamil adalah sebagai berikut:
a) Sistem Reproduksi
Pada trimester III istmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena
kontraksi otot-otot uterus, segmen bawah rahim (SBR) menjadi lebih lebar dan
tipis, tampak batas yang nyata antara bagian atas lebih tebal dan bagian bawah
lebih tipis. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak antara kira-kira antara
½ jarak pusat dan prosesus xifoideus yaitu 27 cm.
7

b) Sistem Traktus Uranius


Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul.
Keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kemih akan tertekan oleh
pembesaran uterus. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis kanan ginjal dan ureter
mulai berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke
kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
c) Sistem Respirasi
Pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus tertekan uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil derajat kesulitan untuk bernafas.
d) Kenaikan Berat Badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan berat badan dari
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
e) Sirkulasi Darah
Aliran darah meningkat lebih cepat seiring pembesaran uterus. Hemodilusi
penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak usia kehamian 32 minggu.
f) Sistem Muskuloskeletal
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi jaringan
ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan,
hormon relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai tulang
sendi, sambungan sendi Saccrococcigus mengendur membuat tulang cocsigis
bergeser ke arah belakang sendi panggul yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini
menyebabkan sakit pinggang
c. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester III
Menurut Walyani, 2015. Trimester ketiga sering disebut periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran
bayi sebagai makhluk terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran
sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun.
8

Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan


menunggu tanda dan gejala persalinan muncul. Ibu menjadi lebih protektif
terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang ia
anggap berbahaya. Memilih nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti
kelahiran bayinya. Ibu mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan
kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait
persalinan dan pelahiran dan sebagainya.
Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal lain yang
tidak diketahuinya. Ibu akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia merasa canggung, jelek, berantakan
dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.
Pada pertengahan trimester tiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada
trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang besar menjadi
penghalang. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif
untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan
bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan
saat jujur dengan perasaan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat
penting.
d. Kebutuhan Dasar Ibu hamil
Kebutuhan kesehatan ibu menurut Mandriwati, 2017 :
1. Kalori (Energi)
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang
meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan
plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, tambahan kalori
dibutuhan sebagai tenaga untuk proses metabolisme jaringan baru. Tubuh ibu
memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada kehamilan. Dari jumlah
tersebut, berarti setiap harinya sekitar 300 tambahan kalori dibutuhkan ibu hamil.
9

2. Protein
Tambahan protein diperlukan selama kehamilan untuk persediaan nitroden
esensial guna memenuhi tuntutan pertumbuhan ibu dan janin. Asupan yang
dianjurkan adalah 60g/hari. Dianjurkan mengkonsumsi protein 3 porsi sehari (1
porsi protein = 2 butir telur atau 200g daging/ikan). Sumber protein mengandung
amino esensial. Daging, susu, telur, keju, produk susu dan ikan.
3. Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam
perkembangan embrio. Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect,
yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam folat juga dapat
menyebabkan kelahiran tidak cukup bulan (prematur), bayi berat lahir rendah
(BBLR), dan pertumbuhan janin kurang optimal. Konsumsi 400µg folat
disarankan untuk ibu hamil. Folat dapat didapatkan dari suplementasi asam folat,
seperti sayuran berwarna hijau, jus jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti
gandum.
4. Zat Besi
Jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal normal adalah
sekitar 1.000mg, 350mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk
peningkatan massa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan basal. Zat
besi adalah salah satu nutrien yang tidak dapat diperoleh dalam jumlah yang
adekuat dalam makanan. Tambahan zat besi dengan dosis 30 mg perhari, biasanya
dimulai sejak kunjungan prenatal pertama guna mempertahankan cadangan ibu
dalam memenuhi kebutuhan janin. Wanita yang beresiko tinggi mengalami
defisiensi zat besi memerlukan dosis yang lebih tinggi (60mg/hari).
5. Kalsium
Janin mengkonsumsi 250-300mg kalsium per hari dari suplai darah ibu.
Metabolisme kalsium dalam tubuh ibu mengalami perubahan pada awal masa
kehamilan. Perubahan ini membuat simpanan kalsium dalam tubuh ibu
meningkat. Simpanan dibutuhkan pada trimester III dan masa laktasi.
(Mandriwati, 2017)
10

Menurut nutrisi ibu selama kehamilan adalah sebagai berikut :


Tabel 2.1
Kebutuhan makanan sehari-hari wanita tidak hamil dan wanita hamil

Kalori dan zat Tidak hamil Hamil


makanan
Energi (kalori) 2000-2200 300-500
Protein (g) 75g 8-12 g
Kalsium(mg) 500 mg 600 mg
Zat besi (g) 28 g 2-4 g
Vitamin A (SI) 3500 IU 500 IU
Vitamin C 75 g 30 mg
Asam Folat 180 g 400 mg
Lemak 53 g Tetap
Sumber: Sukarni, I, dan Margareth, 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas,
Yogyakarta, halaman 128

6. Oksigen
Kebutuhan oksigen berkaitan dengan perubahan sistem pernafasan pada
masa kehamilan. Kebutuhan oksigen meningkat sebagai respons tubuh terhadap
akselarasi laju metabolisme, untuk menambah massa jaringan pada payudara,
hasil konsepsi dan massa uterus, dan lainnya. Ibu hamil bernapas lebih dalam
karena peningkatan volume tidal paru dan jumlah pertukaran gas pada setiap kali
bernapas.
7. Personal Hygiene
Personal Hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu
hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, ibu hamil harus melakukan
gerakan membersihkan dari depan ke belakang ketika selesai berkemih atau
defekasi dan harus menggunakan tisu yang bersih, lembut, menyerap air,
berwarna putih, dan tidak mengandung parfum. (Mandriwati, 2017)
8. Pakaian
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya longgar yang
nyaman digunakan, bahan yang mudah dicuci dan menyerap keringat, hindari
pakaian yang ketat dan celana yang ketat, ikat pinggang sebaiknya tidak
digunakan, dan gunakan sepatu yang nyaman dan memberi sokongan yang
mantap serta membuat postur tubuh lebih baik.
11

Pada trimester III, pervisnya terdorong kedepan dan lengkung lumbalnya


meningkat. Nyeri dan kram kaki diperburuk pleh sepatu yang tidak memberi
sokongan.
9. Seksual
Psikologi maternal, pembesaran payidara, rasa mual, letih, pembesaran
perineum, dan respons orgasme memengaruhi seksualitas. Melakukan hubungan
seks aman selama tidak menimbulkan rasa tidak nyaman.
10. Istirahat dan Tidur
Pada saat hamil, ibu akan merasa letih pada beberapa minggu awal
kehamilan atau beberapa minggu terakhir ketika ibu hamil menanggung beban
berat bertambah. Oleh sebab itu, ibu hamil, memerlukan istirahat dan tidur
semakin banyak dan sering. Ibu hamil memerlukan istirahat paling sedikit 1 jam
pada siang hari dengan kaki ditempatkan lebih tinggi dari tubuhnya.
(Mandriwati,2017)

e. Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan,
menurut Kusmiyati (2013), yaitu :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala hebat
3) Penglihatan kabur
4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Gerakan janin tidak terasa
12

Tabel 2.2
Tanda bahaya dan jenis penyulit kehamilan

Tanda Bahaya Kemungkinan


Keluhan Ibu Hasil pemeriksaan Penyulit
1. Cepat lelah jika 1. Konjungtiva pucat Anemia
beraktikivitas 2. Bibir atau kuku
2. Pusing/ Sakit kepala kebiruan
3. HB <11g%
1. Sakit kepala (setelah 1. Tekanan darah sistole Preeklamsia ringan
istirahat tidak naik 30 mmHg dari
berkurang) sebelum hamil dan
2. Bengkak pada kaki diastole naik 25
yang menetap mmHg dari sebelum
hamil.
2. Edema pada kaki
3. Pada pemeriksaan lab
ditemukan protein (+1)
pada urine
1. Sakit kepala (setelah 1. Tekanan darah sistole Preeklamsia berat
istirahat tidak naik 30 mmHg dari
berkurang) sebelum hamil dan
2. Bengkak pada kaki diastole naik 25
yang menetap mmHg dari sebelum
3. Nyeri ulu hati hamil.
2. Edema pada kaki
3. Pada pemeriksaan lab
ditemukan protein (+4)
pada urine
Sumber : Mandriawati, G.A, dkk, 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Jakarta, halaman 39-40

2.1.2 Asuhan Kehamilan


a. Pengertian Asuhan Kehamilan
Asuhan Kehamilan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
kehamilan. (Mandriwati, 2017)
13

b. Tujuan Asuhan Kehamilan


Tujuan pemberian asuhan antenatal, antara lain sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan janin.
3. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilah dan persalinan dengan selamat bagi ibu dan bayi
dengan trauma yang seminimal mungkin.
5. Mempersipakan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif dapat
berjalan normal.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk dapat berperan dengan baik
dalam memelihara bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
(Mandriwati, 2017)

c. Pelayanan Asuhan Kehamilan


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standart (10T), (IBI, 2016) terdiri
dari:
1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvis Disproportion).
14

2. Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg Tekanan
darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia (hipertensi dan disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah dan proteinuria)
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK.
Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa/tahun) dimana
LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan usia
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. (Ikatan
Bidan Indonesi, 2016)
Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu. Selain, dengan menggunakan pita pengukur,
pemeriksaan abdomen bisa menggunakan palpasi abdomen dengan
melakukan leopoid 1-4.
– Leopold 1
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada
bagian fundus.
– Leopold 2
Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan
bagian janin yang teraba sebelah kiri atau kanan.
15

– Leopold 3
Untuk menetukan bagian janin yang berada di bawah (presentasi)
– Leopold 4
Untuk menentukan apakah janin sudah masuk panggul atau belum.
(Walyani, 2015)

Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uteri Sesuai Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU) Tinggi Fundus Uteri


(Minggu) Menurut Leopold (TFU)
Menurut Mc.Donald

12 minggu 1-3 jari diatas simfisis 9cm


16 minggu Pertengahan pusat dengan 16-18 cm
simfisis
20 minggu 3 jari dibawah pusat 20 cm
24 minggu Setinggi pusat 24-25cm
28 minggu 3 jari diatas pusat 26,7 cm
32 minggu Pertengahan pusat dengan 30 cm
prosesus xiphoideus (PX)
36 minggu 2-3 jari di bawah prosesus 33 cm
xiphoideus (PX)
40 minggu Pertengahan pusat dengan 37,7 cm
prosesus xiphoideus (PX)
Sumber : Mandriwati, G.A, 2017, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Jakarta, halaman 153-154

5. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
setiap kali kunjungan ANC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke PAP (Primi : usia
kehamialn ≥36 minggu dan Multi : Usia kehamilan ≥34 minggu)
berarti ada kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal usia kehamilan ≥ 13 minggu. DJJ normal 120-
160 kali/menit.
16

6. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus


toksoid (TT), bila diperlukan.
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorium. Ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
TT2 agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi TT5 (TT long life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi. (IBI, 2016)

Tabel 2.4
Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval % Masa Perlindungan


Perlindungan
Pada kunjungan 0% Tidak ada
TT 1 ANC pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 80 % 3 tahun
1
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % 25 tahun/
seumur hidup
Sumber : Walyani, ES, 2015, Asuhan Kebidanan pada Kehamilan, Yogyakarta, halaman 81

7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.


Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada wanita
hamil diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini
diberikan segera mungkin setelah rasa mual hilang, setiap tablet Fe
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg.
Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum
tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan.
17

8. Pemeriksaan tes laboratorium (rutin dan khusus)


a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemerikasaan Haemoglobin Darah (HB)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester I dan sekali pada trismester III.
Pemeriksaan ini di tujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada ibu hamil
pada trimester ke II dilakukan atas indikasi.
Klasifikasi menurut Tarwoto, 2013:
1) Tidak anemia : Hb >11 gr %
2) Anemia ringan : Hb 8-<11 gr %
3) Anemia sedang : Hb 5-<8 gr%
4) Anemia berat : Hb < 5 gr%
c. Pemeriksaan Protein Dalam Urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester ke II dan ke III atas indikasi. Pemeriksaan yang ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinnuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu
hamil.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Ibu hamil yang di curigai menderita diabetes melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal
sekali pada trimester I, sekali pada trimester ke II dan sekali pada
trimester ke III.
18

9. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan


konseling, termasuk keluarga berencana).
10. Tatalaksana kasus. Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi,
pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal
di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24
minggu sampai persalinan). (IBI, 2016)

2.2 PERSALINAN
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam
uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat
pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau lebih dengan berat badan
bayi 2500 gr atau lebih dengan lama persalinan kurang 24 jam yang dibantu
dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan.(Sujiyatini, 2015)
Persalinan adalah proses membuka dam menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
(Sukarni,2013)
1. Sebab – sebab mulainya persalinan:
Menurut Sondakh, 2013. ada beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan, antara lain:
19

a. Teori Penurunan Progesteron


Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot polos uterus
pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum
diketahui secaa pasti penyebabnya, namun terdapat beberapa kemungkinan,
yaitu :
1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.
2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-
otot yang saling bertautan.
3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu
pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
4) Peritinium yang berada di atas fundus mengalami peregangan.
b. Teori Keregangan.
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan
akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin
dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang
pada akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus
berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput, tekanan hidrostatik
kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.
c. Teori Oksitosin Eksternal
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah
tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi
uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron karena
usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin
meningkat.
20

2. Tanda Persalinan
Menurut Sondakh (2013), tanda- tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya His Persalinan
Sifat his persalinan adalah :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
3) Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang
dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
1) Perlunakan serviks
2) Pendataran serviks
3) Pembukaan serviks
3. Tahapan Persalinan
1. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap.
2. Kala II atau kala pengeluaran yaitu dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi.
3. Kala III atau kala uri yaitu mulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
21

4. Kala IV atau kala pengawasan yaitu mulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum.
Tabel 2.5
Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida

Persalinan Primi Multi


Kala I ±12 jam ±8 jam
Kala II 1½-2 jam 1½-1 jam
Kala III 30 menit 30 menit
Sumber : Sondakh, J.J.S, 2013, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta,
halaman 5-6

b. Perubahan Fisiologi pada Persalinan


A. Perubahan Fisiologis Kala I
Menurut Lockhart RN, 2014. Perubahan fisiologis ibu kala I adalah :
a) Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmhg dan kenikan diastolick rata rata 5-10
mmhg.
b) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan
naik secara perlahan. Kenaikan ini disebabkan karena kecemasan serta
kegiatan otot kerangka tubuh.
c) Perubahan Suhu Badan
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, jaga agar peningkatan suhu
tidak lebih dari 0,5-1°C
d) Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Berhubungan dengan
peningkatan metabolisme.
e) Pernapasan
Pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum persalinan.
Kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan teknik pernapasan yang benar.
22

f) Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses pesalinan, mungkin dikarenakan
adanya peningkatan cardiac output.
g) Perubahan Gastrointestional
Motalitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang
selama persalinan.
h) Perubahan Hematologis
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum jika
tidak kehilangan darah yang abnormal.
B. Perubahan Fisiologis Kala II
Menurut Sukarni (2013) perubahan fisiologis kala II adalah sebagai berikut:
a. Sistem cardivaskuler.
1) Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah
dalam sirkulasi ibu meningkat
2) Resitensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
3) Saat mengejang, cardiac output meningkat 40-50%
4) TD sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi
5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah.
6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi
dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
b. Respirasi
1) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler. Konsumsi oksigen
meningkat.
2) Percepatan pematangan surfaktan (fetus-labor speeds maturation of
surfactant). Penekanan pada dada selama proses persalinan
membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan.
c. Pengaturan suhu
1) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu.
23

2) Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat saat persalinan oleh


karenanya meningkatnnya kecepatan dan kedalaman respirasi menjadi
restriksi cairan.
d. Urinaria
1) Perubahan
- Ginjal memekatkan urine
- Berat jenis meningkat
- Ekskresi meningkat
2) Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing
menurun.
e. Musculoskeletal
1) Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang
2) Fleksibilitas pubis meningkat
3) Nyeri punggung
4) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksi maksimal.
f. Saluran cerna
1) Praktis inaktif selama persalinan
2) Proses pencernaan dan pengosongan lambung memanjang.
g. Sistem syaraf
1. Pada janin kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala dan DJJ
menurun.

C. Perubahan Fisiologis Kala III


Menurut Sondakh (2013), tanda- tanda lepasnya plasenta adalah sebagai
berikut :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya turun di bawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk
segitiga atau berbentuk meyerupai buah pir atau alfukat dan fundus berada
diatas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan)
24

b. Tali pusat memanjang


Tali pusat terlihat keluar memanjang (terjulur melalui vulva dan
vagina atau tanda ahfeld)
c. Semburan darah tiba- tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah (retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah
akan tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
D. Perubahan Fisiologis Kala IV
Menurut Hidayat (2015) perubahan fisiologis yang terjadi pada kala IV adalah
sebagai berikut:
a. Involusi Uterus
Terjadi reorganisasi dan pengeluaran desidia/endometrium dan eksfoliasi
tempat perlekatan placenta yang ditandai dengan penurunan dan penyusutan
berat badan serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna
jumlah lokia. Banyak nya lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi pleh
pemberian rangkaian preparat yang hanya mempunyai efek jangka panjang
(Ergotrate, Methergine), akan tetapi menyusui akan mempercepat proses
involusi. Regenerasi endometrium lengkap pada perlekatan placenta memakan
waktu hampir 6 minggu.
Setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira seperti buah
melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus. Setelah itu tinggi
fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama. Sampai
minggu ke enam normal uterus kembali ke bentuk ketika tidak hamil, yaitu
organ kecil berbentuk buah pir yang terdapat dalam pelvik.
25

Tabel 2.6
Proses Involusi dengan Perkiraan Urutan Setelah Persalinan
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah 1000 gr
pusat
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber : Saleha, sitti,2013, Asuhan Kebidanana Pada Masa Nifas, Jakarta, halaman 55.

b. Servik, Vagina dan Perineum


Servik, vagina dan perineum yang dilihat pertama kali adalah perlukaan,
yang kedua adalah luka memar. Setelah plasenta lahir, segera lihat bagian
serviks apakah mengangu, tebal dan lembek, mungkin terjadi oedema. Lihat
bagian pada servik, vagina dan perineum kemungkinan adanya laserasi.
c. Episiotomi
Bidan melakukan inspeksi, tanda-tanda infeksi dan bukti-bukti
penyembuhan tergantung pada letak dan kedalaman insisi.
d. Lokea
Lokea adalah pengeluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari
darah, sel-sel tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin
mengandung bekuan. Warna lokea biasanya digambarkan dengan bahasa latin
rubra untuk merah segar, serosa untuk serum kecoklatan, dan alba untuk
kuning keputihan. Lokea biasa berhenti dalam 2 minggu setelah postpartum.
e. Vital Sign
Tekanan darah, nadi, respirasi harus stabil seperti pada tahap sebelum
bersalin selama 1 jam post partum. Monitor tekanan darah dan nadi penting
selama kal IV untuk mendeteksi adanya syok yang di akibatkan oleh adanya
darah. Pemeriksaan suhu harus cermat dimana suhu tubuh diperiksa satu kali
selama kala IV.
26

f. Menggigil
Tidak semua ibu pasca persalinan akan menggigil. Jika timbul rasa dingin
kemudian ibu menggigil masih dipertimbangkan dalam batas-batas normal bila
tidak disertai infeksi. Menggigil paling banyak dikarenakanketegangan syaraf
serta energi yang terkuras selama persalinan.
g. Sistem Gastrointestinal
Rasa mual akan menghilang. Pertama ibu akan merasa haus dan lapar hal
ini disebabkan karena proses persalinan yang mengeluarkan atau memerlukan
banyak energi.
h. Sistem Renal
Air seni yang tertahan menyebabkan kantung kemih lebih membesar.
Kondisi ini terjadi karena trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan
pada uretra selama persalinan. Dalam 2 jama post partum ibu harus sudah bisa
BAK, jika ibu belum bisa BAK maka lakukan kateterisasi.
i. Perawatan Hemoroid
Hemoroid pada post partu sangat wajar, hal ini disebabkan tekanan oleh
kepala bayi dan upaya meneran ibu pada saat persalinan.

c. Partograf
1. Pengertian
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1 persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Pencatatan patograf dimulai sejak
fase aktif persalinan. (Kemenkes, 2015).
Patograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala 1 persalinan.
(Sondakh, 2013).
Kegunaan Utama Partograf :
1. Mencatat hasil observasi dan kemjuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks dengan pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian, juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
27

3. Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan.
Menurut Sari (2014) kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara
seksama yaitu :
1. Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit
3. Nadi setiap 30 menit
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
6. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2-4 jam.

2. Mencatat Temuan pada Patograf


a) Informasi tentang Ibu
Lengkapi bagian awal atau atas patograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan dan waktu terjadinya pecah ketuban.
b) Kesehatan dan kenyamanan janin
1. Denyut jantung janin
Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin
(DJJ) setiap 30 menit. Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan
waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis
yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kisaran normal
DJJ antara 120-160.
2. Warna dan adanya air ketuban.
Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
a. U : Ketuban utuh (belum pecah)
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mokonium
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
28

3. Penyusupan (Molase) tulang kepala janin. Catat dengan lambang-


lambang sebagai berikut :
0 : Tulang- tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah di
palpasi
1 : Tulang- tulang kepala janin terpisah
2 : Tulang- tulang kepala janin saling menindih namun tidak bisa
dipisahkan.
3 : Tulang- tulang kepala janin tumpah tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
4. Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X)
5. Penurunan bagian terbawah janin
Penulisan “Turunnya kepala” dan garis putus tertera di sisi yang sama
dengan “pembukaan serviks”. Berikan tanda “O” yang ditulis pada
garis sesuai dengan waktu.
6. Jam dan Waktu
Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak
waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi
dibawahnya.
7. Kontraksi Uterus
Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik.
8. Obat-obatan dan cairan yang di berikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV.
9. Kesehatan dan kenyamanan ibu
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri dibagian patograf ini berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit
selama fase aktif persalinan. Nilai dan catat temperatur ibu setiap 2
jam sekali.
29

b. Volume urin, protein atau aseton


Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemi)
10. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi
luar kolom patograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan. (Sari, 2014)

2.2.2 ASUHAN PERSALINAN


a. Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui beberapa
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan. (Sujiyatini, 2015)
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi :
1. Membuat keputusan klinis
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
5. Rujukan
b. Asuhan Yang Diberikan pada Persalinan
Asuhan yang diberikan pada masa persalinan normal adalah sebagai berikut:
1. Kala I
a) Dukungan persalinan
1) Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu
wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap bidan adalah sangat
penting, mungkin lebih penting daripada bentuk fisik lingkungan
tersebut.
30

2) Teman yang Mendukung


Sebagian pasangan pria dari wanita yang sedang menjalani persalinan
tidak bersedia menemani sehingga pasangan harus didorong untuk
bersikap jujur mengenai hal itu. Teman yang mendukung merupakan
sumber kekuatan terbesar dan memberikan kesinambungan yang tidak
diberikan oleh pemberi asuhan.
3) Mobilitas
Apabila didorong tetap tegak dan bergerak, ibu dapat berjalan lebih
cepat dan dapat lebih merasa menguasai keadaan, terutama jika
didorong untuk mengubah posisi dari waktu ke waktu senyaman
mungkin.
4) Pemberian Informasi
Pasangan harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan
persalinan dan semua perkembangannya selama proses persalinan.
5) Teknik Relaksasi
Apabila ibu telah diajarkan teknik relaksasi, ingatkan ibu
melakukannya dan dukung sewaktu ia menggali pengetahuannya
tentang teknik tersebut.
6) Pengurangan Rasa Nyeri
Metode pengurangan rasa nyeri yang diberikan secara terus-menerus
dalam bentuk dukungan, meliputi sederhana, efektif, biaya rendah,
risiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil persalinan
bertambah baik, dan bersifat sayang ibu. (Jannah, 2017)
b) Pemenuhan Kebutuhan Fisik
a. Kebersihan dan Kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun
akan membuat ibu merasa nyaman.
31

b. Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan peristiwa yang normal. Untuk
membantu ibu tetap tenang dan rileks, bidan sedapat mungkin tidak
memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam
persalinannya.
c. Kontak Fisik
Suami dianjurkan untuk memegang tangan pasien, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau hanya
mendekapnya.
d. Pijatan
Pijatan ringan dapat diberikan pada ibu yang mengalami sakit
punggung atau nyeri selama persalinan. (Jannah, 2017)
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi.
a) Memberikan Asuhan Sayang Ibu
1. Pemberian dukungan emosional
Bidan berperan dalam memberikan dukungan emosional kepada ibu,
termasuk melatih keterampilan dalam menanamkan percaya diri,
menyatakan perhatian dan ketergantungan.
2. Pengaturan posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan
dan kelahiran.
3. Pemberian cairan dan nutrisi
Ibu memerlukan energi dan asupan karbohidrat selama persalinan.
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan ringan dan minum air
selama proses persalinan. (Jannah, 2017)
32

3. Kala III
Asuhan pada kala III dimulai dari pengeluaran aktif plasenta membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Asuhan kala III meliputi:
1. Pemberian Suntikan Oksitosin
Oksitosin 10 IU secara IM dapat diberikan dalam 2 menit setelah bayi lahir
dan dapat diulang setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
2. Penegangan Tali Pusat Terkendali
Tempatkan klem pada ujung tali pusat ± 5 cm dari vulva. Saat terjadi
kontraksi yang kuat, plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali
kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan
keatas (dorso cranial) korpus.
3. Rangsangan Taktil ( massase ) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, dengan perlahan tetapi kukuh
lakukan masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan
gerakan melingkar untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontraksi dengan
baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluar. Sementara tangan
kiri melakukan masase uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa kotiledon dan membrane sudah lengkap.
4. Memeriksa Plasenta, Selaput Ketuban, dan Tali Pusat
Pemeriksaan kelengkapan plasenta sangatlah penting sebagai tindakan
antisipasi apabila ada sisa plasenta baik bagian kotiledon ataupun selaputnya.
5. Pemantauan Kontraksi, Robekan Jalan Lahir dan Perineum, serta tanda-tanda
vital ( TTV ) termasuk Hygiene.
Periksalah kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan
uterus berkontraksi, jika uterus belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase
fundus uteri. (Jannah, 2017)
4. Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada kala IV adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali ke bentuk normal.
33

a. Evaluasi Uterus, Konsistensi, dan Atonia


Evaluasi uterus meliputi konsistensi uterus dan atonia. Kontraksi uterus
mutlak diperlukan untuk mencegah pendarahan dam mengembalikan uterus
kebentuk normalnya.
b. Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum
Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum berguna untuk mengetahui
laserasi atau robekan jalan lahir yang dapat diketahui dari perdarahan
pascapartum, plasenta yang lahir lengkap, dan kontraksi uterus.( Jannah, 2017)

c. 60 Langkah APN
Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan secara
bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut Modul Widwifery
Update 2016, APN terdiri dari 60 langkah yaitu :
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1) Mengenali tanda dan gejala kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. bu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol dan menipis.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.
a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap
dalam wadah nya.
b. Semua pakaian, handuk, selimut dan pakaian untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat.
c. Timbangan, pita ukur, stestoskop bayi, dan termometer dalam kondisi
baik dan bersih.
d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai
di dalam partus set/wadah DTT.
34

e. Untuk resusitasi : tempat tidur, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk
atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi.
f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid, set
infus.
3) Kenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih, sepatu tertutup
kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca mata.
4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringakan dengan handuk atau tisu
bersih.
5) Pakai sarung tangan steril/DTT pada tangan yang akan di gunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada
alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7) Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang di
basahi air DTT .
8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan di
lepaskan. Tutup kembali partus set.
35

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan ke dalam partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES MENERAN
11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
a) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk danpastikan dia merasa
nyaman.
b) Anjurkan ibu untuk cukup minum.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a) Perbaiki cara meneran apabila cara nya tidak sesuai.
b) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
V. PERSIAPAN UNTUK KELAHIRAN BAYI
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
a. Lahirnya Kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
36

20) Periksa lilitan pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.
a) Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi.
b) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting di antaranya. Jangan lupa untuk tetap melindungi leher bayi.
21) Setelah kepala lahir, tunggu hingga bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
b. Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
a) Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis.
b) Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
c. Lahirnya Badan dan Tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
a) Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
a) Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR
25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah 3 pertanyaan berikut untuk menilai
apakah ada asfiksia bayi :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Keringkan Tubuh Bayi
26) Bila tidak ada asfiksia, lanjutkan anajemen bayi baru lahir normal.
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
37

a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tangan tanpa membersihkan verniks.
b) Ganti handuk yang sasah dengan handuk yang kering.
c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu.
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
28) Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menuntikkan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit
IM di sepertiga paha atas bagia distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia
neonatus,lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31) Potong dan ikat tali pusat.
a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian
gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi.
VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
38

34) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati,
untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk menstimulasi puting susu.
a. Mengeluarkan Plasenta
36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
melakukan tekanan dorso-kranial.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klen hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
e) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.
f) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
39

b. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi(fundus teraba
keras).
a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
IX. MENILAI PERDARAHAN
39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan
bila lasersi menyebabkan perdarahan aktif.
X. ASUHAN PASCAPERSALINAN
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan katerisasi
a. Evaluasi
43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT
tanpa melepas sarung tangan, kemudian keringkan dengan handuk
44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46) Evaluasi dan eliminasi jumlah kehilangan darah.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60
x/menit)
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
rujukan.
c. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
40

b. Kebersihan dan Keamanan


48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggumnakan
air DTT. Bersihkan cairan ketuban , lendir dan darah di ranjang atau
disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu makanan dan minuman yang diinginkannya.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% , lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi.
56) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir . Pastikan kondisi bayi baik,
pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh normal (36,5-
370C) setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan hepatitis B di paha
kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu dapat disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
c. Dokumentasi
60) Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan.
41

2.3 NIFAS
2.3.1. Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung sekitar 6 minggu (Astutik, 2015).
Masa nifas atau masa pueperium adalah masa dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi, 2014).
Masa nifas atau puerperium adalah masa dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan. (Ambarwati, 2015).
Menurut Saleha (2013) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uterus dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.
42

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Menurut Walyani, 2015 perubahan fisiologis pada masa nifas :
1. Sistem kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula. Dalam 2-3 minggu setelah persalinan
volume darah menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
2. Sistem haemotologi
a. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit
menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan pembekuan darah haematokrit dan
haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan
b. Leokositsis meningkat dapat mencapai 15.000/mm³ selama
persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum
c. Faktor pembekuan yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah
terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini bersamaan dengan tidak
adanya pergerakan trauma.
d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
trombosis ( nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak, kemerahan yang
dirasakan keras atau padat ketika disentuh).
e. Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises vulva umumnya kurang dan akan segera kembali
setelah persalinan.
3. Sistem refroduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kesil (involusi), sehingga
akhir nya kembali seperti sebelum hamil.
43

Tabel 2.7
Involusi Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus

No Waktu TFU Berat uterus


1 Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000 gr
2 Akhir kala III 2 jari bawah pusat 750 gr
3 1 minggu post Teraba pertengahan pusat- simfisis 500 gr
partum
4 2 minggu post Tidak teraba diatas simfisis 350 gr
partum
5 6 minggu post Bertambah kecil dari TFU 2 50 gr
partum minggu post partum
Sumber : Walyani ES dan Endang P, 2015, Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui,
Yogyakarta, halaman 65.

b. Lokea
Lokea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
2. Lokea rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua,
verniks karseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari
postpartum.
2. Lokea sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post partum.
3. Lokea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7
sampai 14 post partum.
4. Lokea alba
Cairan putih, seletah 2 minggu post partum
5. Lokea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Locheastasis
Lokea tidak lancar keluarnya.
44

c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksternal dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan setelah 6
minggu persalinan serviks menutup.
d. Vulva dan vagina
Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi dan beberapa hai pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah
3 minggu vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur, karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke5, perineum sudah mendapat kan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan
f. Payudara.
1. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
normon prolaktin setelah persalinan.
2. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan.
3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi. (Walyani, 2015)
4. Sistem perkemian
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfigter dan edema leher. Urine dalam jumlah yang besar
akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
placenta dilahirkan kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurun yang mencolok, keadaan ini menyebabkan
diuresis.
45

5. Sistem gastrointestinal
Kadar progesteron menurun setelah melahirkan, naun asupan makanan
juga mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak tubuh berkurang
dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema.
6. Sistem endoktrin
Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam post partum.
Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam
darah berangsur-angsur hilang.
7. Sistem muskulosklebal
Ambulasi pada umurnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
8. Sistem integumen
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurang hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun. (Walyani, 2015)

c. Adaptasi Psikologi Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres
pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Fungsi yang memepengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua
2. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dam melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
46

3 Periode adaptasi psikologis ibu masa nifas, yaitu :


a. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari postpartum, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Pada masa ini ibu menjadi lebih sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang
dialami ibu.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu melai secara penuh
menerima tanggung jawab seagai “seorang ibu” dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
(Ambarwati,2015)
d. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
1. Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat memengaruhi penyusunan air susu. (Saleha, 2013)
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a. Mengosumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet yang seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan.
e. Mnum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
47

2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya
dan membimbing ibu seceparnya untuk berjalan. Ibu post partum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita megajarkan ibu cara merawat
anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya, memandikan,
mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak
mempunyai pengaruh buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut.
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika
dalam 8 jam ibu belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka di lakukan kateterisasi.
b. Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu
di beri obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah diberi obat
pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
4. Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan disi sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi.
48

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri


ibu postpartum adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air
c. Saran kan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali sehari.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
e. Jika ibu memiliki luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2013)
5. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur sebagai berikut :
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mengurangi ASI yang di produksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
6. Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual yang dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi
syarat berikut ini :
49

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman melakukan hubungan suami
istri.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan ini tergantung pada pasangan
yang bersangkutan.
7. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.
Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas
disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan
sangat terganggu. ( Saleha, 2013)

e. Peran Bidan Pada Masa Nifas


Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut : ( Walyani, 2015)
1. Memberi dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik
dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan erat atara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah pendarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
50

7. Melakukan manajeman asuhan dengan cara mengumpulkan data,


menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberi asuhan secara profesional.

f. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Menurut Dewi (2014) adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan
kunjungan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Kunjungan 1 (6-8 Jam setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Catatan :Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan 2 ( 6 hari setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
51

3. Kunjungan 3 ( 2 minggu setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:


a. Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba
rahim
4. Kunjungan 4 ( 6 minggu setelah persalinan) dengan tujuan antara lain:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.3.2 Asuhan Masa Nifas


a. Tujuan pemberian
Menurut Walyani, 2015 Tujuan pemberian Asuhan kebidanan pada masa nifas:
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Masa noenatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi. 2/3 kematian
bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi
dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada
ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu:
a. Tujuan umum:
1) Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
b. Tujuan Khusus:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif
3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya
4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat
5) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
52

b. Asuhan yang Diberikan


1. Pengkajian Data Fisik
a. Riwayat Kesehatan
Hal yang perlu dikaji dalma riwayat kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
b) Adakah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, misalnya
pola makanan, BAK, BAB, kebutuhan istirahat, mobilisasi
c) Riwayat tentang persalinan ini
d) Perasaaan ibu saat ini yang berkaitan dengan kelahiran bayi dan
penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua.
e) Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari-hari.
f) Bagaimana perencanaan menyusui nanti (ASI eksklusif atau tidak)
g) Bagaimana dukungan dari suami dan keluarga terhadap ibu
h) Pengetaguan ibu tentang nifas. (Walyani, 2015)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakuan secara menyeluruh dan terutama berfokus pada
masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a) Keadaan umum, kesadaran
b) TTV
c) Payudara : pembesaran, puting susu, ASI sudah keluar, adakah
pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.
d) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uteri
e) Kandung kemih kosong atau penuh.
f) Genetalia dan perineum ; pengeluaran lokea, oedema, peradangan,
keadaan jahitan, nanah, tanda-tanda luka infeksi pada luka jahitan,
kebersihan perineum dan hemoroid pada anus.
g) Ekstremitas bawah : pergerakan, gumpalan darah pada otot kaki yang
menyebabkan nyeri, edema,dan varises
h) Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu.
53

3. Merumuskan Diagnosis
Langkah selanjutnya stelah memperoleh data adalah melakukan analisis data
dan interprestasi sehingga didapatkan rumusan diagnosis.
4. Merencanakan Asuhan Kebidanan
Berdasarkan diagnosis yang didapat, bidan dapat merencanakan asuhan pada
ibu. Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
5. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dilakukan dengan tindakan mandiri atau
kolaborasi. Perlu juga pengawasan pada masa nifas untuk memastikan ibu dan
bayi dalam kondisi sehat.
6. Evaluasi dan Asuhan Kebidanan
Evaluasi dan asuhan kebidanan diperlukan untuk mengetahui keberhasilan
yang diberikan. (Walyani, 2015)

c. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Untuk itu ASI harus diberikan
kepada bayi minimal sampai usia 6 bulan dan bisa di teruskan sampai 2 tahun.
(Astutik, 2015).
ASI eksklusif adalah bayi hanya di berikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur dan biskuit. Setelah 6 bulan
baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). (Ambarwati, 2015)
54

2. Tahapan ASI
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-
kuningan, lebih kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga
dikenal dengan cairan emas yang encer berwarna kuning atau dapat pula
jernih dan lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel
hidup menyerupai darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai ketiga
atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar hanya sedikit
mungkin satu sendok teh saja (sekitar 10-100cc) dan akan terus meningkat
setiap hari sampai sekitar 150-3000 ml/24 jam. (Astutik, 2015)
b. Air susu masa peralihan
Air susu masa peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI matang/matur.
c. Air susu matang (matur)
Ciri-ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut :
1) ASI yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya.
2) ASI matur memiliki komposisi yang relatif konstan.
3) Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, hal ini
dikarenakan ASI merupakan makanan yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai usia 6 bulan.
4) ASI matur berupa cairan berwarna putih kekuning-kuningan.
5) Tidak menggumpal bila dipanaskan.
6) Terdapat anti mikrobial faktor
7) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
55

Tabel 2.8
Komposisi Kolostrum dan ASI

No Zat Gizi Satuan Kolostrum ASI


1 Energi Kkal 58,0 70
2 Protein G 2,3 0,9
3 Kasein Mg 140,0 187,0
4 Laktosa G 5,3 7,3
5 Lemak G 2,9 4,2
6 Vitamin A Ug 151,0 75,0
7 Vitamin B1 Ug 1,9 14,0
8 Vitamin B2 Ug 30,0 40,0
9 Vitamin B12 Mg 0,05 0,1
10 Kalsium Mg 39,0 35,0
11 Zat Besi Mg 70,0 100,0
12 Fosfor Mg 14,0 15,0
Sumber : Astutik, R.Y, 2015, Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui, Jakarta, halaman 35.

3. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi Bayi.
1) Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan.
2) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan
bayi sampai usia 6 bulan.
3) ASI mengandung zat pelindung/antibiotik yang melindungi terhadap
penyakit.
4) Dengan memberikan ASI saja minimal 6 bulan menyebabkan
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat.
5) ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan.
6) Dengan diberikannya ASI makan akan memperkuat ikatan batin ibu dan
bayi.
7) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang
sesuai dengan kebutuhan bayi.
8) Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.
(Astutik, 2015)
56

b. Manfaat ASI bagi Ibu


1) Mencegah pendarahan masa nifas
2) Mempercepat involusi uterus
3) Mengurangi terjadi nya anemia
4) Mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara
5) Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang
ibu dengan bayi yang dilahirkan.
6) Mempercepat kembali ke berat badan semula
7) Sebagai salah satu metode KB sementara.
c. Manfaat ASI bagi Keluarga
1) Mudah pemberiannya
2) Menghemat biaya
3) Bayi sehat dan jarang sakit sehingga mengheat pengeluaran keluarga
dikarenakan tidak sering membawa kesarana kesehatan.
d. Manfaat ASI bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa. ( Astutik, 2015)

2.4 Bayi Baru Lahir


2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam persentase belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram. Nilai apgar > 7 dan
tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013).
Bayi baru lahir dengan berat badan 2500-4000 gram dengan masa
kehamilan 37 minggu- 42 minggu. Bayi baru lahir dengan usia 0-7 hari disebut
neonatal dini, sedangkan 0-28 hari disebut neonatal lanjut. (Sari, 2014).
57

b. Ciri-ciri Bayi Normal


Menurut Marni, 2012 ciri- ciri bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Berat badan 2500-4000 gr
b. Panjang badan 48 - 52 cm.
c. Lingkar dada 30 - 38 cm.
d. Lingkar kepala 33 - 35 cm.
e. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.
f. Pernafasan ± 40 - 60 kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.terbentuk
dan diliputi vernix caseosa
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki - laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Reflek moro atau gerak memeluk bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk.
m. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama
c. Perubahan Fisiologi pada BBL
1. Sistem Pernafasan
Perubahan fisiologis paling awal dan harus segera dilakukan oleh bayi
adalah bernafas. Pada saat janin, plasenta bertanggung jawab dalam pertukaran
gas janin, dan semua fungsi tergantung sepenuhnya pada ibu. Setelah tali pusat
dipotong, bayi harus mendiri secara fisiologis, untuk menjaga kelangsungan
hidupnya.
Organ utama yang berperan dalam pernafasan adalah paru-paru. Agar paru-
paru dapat berfungsi dengan baik diperlukan surfaktan, yaitu lipoprotein yang
berfungsi untuk mengurangi ketegangan permukaan alveoli dalam paru-paru dan
membantu pertukaran gas. Surfaktan diproduksi pada usia kehamilan 20 minggu
dan mencapai kadar makasimal pada usia kehamilan 30-34 minggu.
58

Rangsangan suhu yang membantu bayi bernafas adalah suhu dingin


mendadak pada bayi saat lahir, dengn perubahan suhu antara intra uterus
(±37,7°C) dan pindah ke ekstra uterus yang relatif lebih dingin dengan suhu
berkisar 23°C-27°C. Perubahan suhu mendadak merangsang impuls sensoris
dikulit yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi, dan menyebabkan bayi
bernafas. (Arfiani, 2016)
2. Sistem Kardiovaskuler
Adaptasi pada sistem pernafasan yang organ utamanya adalah paru-paru
sangat berkaitan dengan sistem sirkulasi yang organ utamanya adalah jantung.
Perubahan dari sirkulasi intra uterus kesirkulasi ekstra uterus mencakup
penutupan fungsional jalur pintas sirkulasi janin yang meliputi : foramen ovale,
ductus arteriocuc dan ductus venosus.
Pada saat paru-paru mengembang, oksigen yang masuk melalui proses
inspirasiakan melebarkan pembuluh darah paru, yang akan menurunkan tahanan
vaskuler paru-paru dan mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran darah paru.
Pernafasan normal pada bayi baru lahir rata-rata 40x/menit, dengan jenis
pernafasan diafragma dan abdomen, tanpa ada retraksi dinding dada maupun
pernafasan cuping hidung.
3. Sistem Termoregulasi
Pengaturan suhu pada bayi masih belum baik dalam beberapa hari pertama,
akibat belum maturnya hipotalamus, pengaturan suhu belum efisien dan bayi
rentan terhadap hipotermi terutapa jika terpapar udara dingin, keadaan basah atau
tidak bergerak bebas. Bayi cukup bulan yang normal dan sehat serta tertutup
pakaian hangat akan mampu mempertahankan suhu tubuhnya 36,5-37,5 °C.
4. Sistem Ginjal
Komponen struktural ginjal pada bayi baru lahir sudah terbentuk, tetapi
masih terjadi defisiensi fungsional kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi
urine, cairan elektrolit dan mengatasi keadaan stress ginjal. (Arfiani, 2016).
59

5. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorbsi dan
metabolisme bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada beberapa enzim.
Bayi baru lahir sudah mampu mencerna protein dan karbohidrat sederhana
(monosakarida dan disakarida), tetapi produksi enzym amilase pansreas yang
masih rendah dapat mengganggu pemakaian karbohidrat komplek (polisakarida).
6. Adaptasi Imunologi
Bayi baru lahir memperlihatkan kerentanan tinggi terhadap terjadinya
infeksi terutama yang masuk melalui mukosa sistem pernafasan dan
gastrointestinal. Kemampuan melakukan lokalisasi infeksi masih rendah, sehingga
infeksi ringan cepat menjadi infeksi sistemik yang lenih berat.
7. Sistem Reproduksi
Anak laki-laki belum menghasilkan sperma sampai masa pubertas,
sedangkan bayi perempuan mempunyai ovum dalam ovarium sejak lahir.
8. Sistem Muskuloskeletal
Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir dan tubuh melalui proses
hipertropi. Tulang-tulang panjang belum sepenuhnya mengalami osifikasi
sehingga memungkinkan pertumbuhan tulang pada epifise. Tulang pembungkus
otak juga belum mengalami osifikasi sempurna sehingga memungkinkan tumbuh
dam mengalami molase pada saat persalinan.
9. Sistem Neurologi
Pada saat lahir sistem saraf belum berkembang sempurna. Beberapa fungsi
neurologis dapat dilihat dari refleks primitif pada BBL. Pada awal kehidupan
sisitem saraf berfungsi untuk merangsang respirasi awal, membantu
mempertahankan keseimbangan asam basa dan berperan dalam pengaturan suhu.
10. Status Tidur dan Jaga
Bulan pertama kehidupan, bayi banyak tidur, kurang lebih 80% waktunya
digunakan untuk tidur. Status terjaga dengan aktifitas menangis, gerakan moto
kuat dan kantuk. Pada tidur aktif bayi mungkin memperlihatkan berbagai
kedalaman dan kecepatan pernafasan. Gerakan mata sering terlihat dan bayi
terlihat seperti terkejut (Arfiani, 2016)
60

d. Kebutuhan Bayi Baru Lahir (BBL)


Kebutuhan yang diperlukan oleh Bayi Baru Lahir sebagai berikut(Maryanti 2011):
a. Jagalah agar BBL tetap hangat (tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin). BBL mudah sekali kedinginan, terlalu panas dapat menyebabkan
dehidrasi yang dapat berakhir dengan kematian.
b. Mencegah Infeksi pada BBL :
1. Cuci tangan dengan sabun setiap kali memegang dan sesuda
memengang bayi.
2. Kontak langsung kulit ibu dengan bayi sedini mungkin setelah lahir
akan mengeluarkan kuman-kuman ke bayi, tetapi sekaligus
melindungi bayi dari infeksi kulit dan saluran cerna kerena kuman-
kuman pada ibu tidak berbahaya bagi ibu dan bayi memiliki kekebalan
tubuh.
3. Menyusui secara dini (dalam 30 menit) setelah lahir memberikan
kolostrum.
4. Perawatan tali pusat. Jagalah agar luka tali pusat tetap terbuka, agar
terkena udara. Tutupi dengan kasa kering dan bersih secara longgar.
c. Mengganti Popok
1. Setiap kali popok bayi basah atau kotor, harus segera diganti dengan
popok bersih dan kering.
2. Popok bayi yang basah oleh kotoran dan air kemih dapat menjadi
sumber penyakit kulit terutama infeksi karena jamur.
d. Memandikan Bayi
1. BBL jangan langsung dimandikan, tunda sampai suhu tubuh stabil.
Pada bayi normal paling cepat dimandikan 6 jam setelah lahir.
2. Memandikan bayi dengan air hangat dan pakai sabun. Memandikan
bayi secara cepat kemudian segera dikeringkan dan diberi pakaian
bersih, kering, dan pakai topi.
3. Sebelum tali pusat puput, mandikan bayi 1 kali sehari. Setelah tali
pusat puput, mandikan 2 kali sehari.
61

4. Setelah menyusui, tunggu sekitar 1 jam baru lahir dimandikan untuk


mencegah agar bayi tidak muntah.
5. Bila bayi diberikan minyak penghangat seperti minyak telon, kayu
putih, lakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan luka bakar
pada kulit bayi.
6. Jika memberi bedak pada bayi, jangan sampai masuk pada mata,
hidung, mulut, telinga atau alat kemaluan bayi karena sering
menimbulkan infeksi atau alergi.

2.4.2 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir


Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama 1 jam pertama
setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan
spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. (Ilmiah, 2015)
Sebelum bayi baru lahir, segala sesuatu yang berkaitan dengan bayi harus di
persiapkan diruang persalinan (Arfiana, 2016) :
1. Alat untuk memberikan bantuan bayi bernafas : penghisap lendir, ganjal
bahu dari kain, lampu penghangat dan meja tindakna yang kering dan
datar.
2. Tanda pengenal bayi.
3. Termometer.
4. Kain atau bedong untuk menjaga kehangatan.
5. Ruang dengan suhu yang sesuai dengan bayi ±30°C
a. Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, yaitu :
1) Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat setelah melahirkan. Sebelum
menangani bayi baru lahir penolong harus melalukan pencegahan infeksi
terlebih dahulu. (Ilmiah, 2015)
62

2) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi


Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat.
3) Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normala akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis, maka penolong harus segera membersihkan jalan
nafas.
4) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Apabila bayi
lahir tidak menangis, maka tali pusat segera di potong untuk
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
5) Penilaian Apgar Score
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan
menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem APGAR.

Tabel 2.9
Penilaian APGAR SCORE

SKOR
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
Warna Kulit Eksremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada Kurang dari Lebih dari
Denyut jantung 100x/menit 100x/menit
Grimace Refleks Tidak ada Meringis Batuk, bersin
terhadap
rangsangan
Activity Lemah Fleksi pada Gerakan aktif
Tonus otot ekstremitas
Respiration Tidak ada Tidak teratur Menangis baik
Upaya Bernafas
Sumber : Arfiana, dan Arum, L., 2016, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah,
Yogyakarta, halaman 5
63

6) Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin k pada bayi baru lahir di
laporkan cukup tinggi, berkisar antara 0,25-0,5%. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut. Diberivitamin K parental dengan dosis
0,5-1 mg secara IM.
7) Memberi Obat Tetes atau Salep Mata
Setiap bayi baru lahir perlu di beri salep mata sesudah lima jam bayi
lahir. Pemberian obat mata dianjurkan utuk pencegahan penyakit mata
karena klamidia (penyakit menular seksual). (Ilmiah, 2015)
b. Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam : Asuhan bayi baru lahir normal,
dilaksanakan segera setelah lahir dan diletakkan didekat ibunya dalam
ruangan yang sama.
2. Asuhan bayi bau lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
denga ibunya atau ruangan khusus
3. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
4. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam – 28 jam : pemeriksaan neonatus pada
periode ini dapat dilaksanakan di pukesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes
dan/ atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. (Sari, 2014)
c. Pengkajian Bayi Segera Setelah Lahir :
a. Tahap I
Segera setelah lahir pada menit-menit pertama kelahiran menggunakan
sistem penilaian APGAR, yaitu pada menit pertama, menit kelima dan
menit kesepuluh. Pada bayi baru lahir yang tidak langsung menangis atau
bernafas megap-megap, maka tidak menggunakan nilai APGAR, tetapi
dengan menilai 2 hal yaitu usaha nafas dan tonus otot. Penilaian secara
cepat pada saat bayi lahir merupakan cara yang paling baik untuk
mengetahui apakah bayi memerlukan bentuan untuk bernafas.
(Arfiani, 2016)
64

b. Tahap II
Selama 24 jam pertama kehidupan, bayi normal mengalami perubahan
perilaku fisiologis. Pada tahap ini bayi mengalami beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan bayi intra uterus ke ekstra uterus, sehingga
disebut juga periode transisional.

Tabel 2.10
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan pada Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan fisik yang Keadaan normal


dilakukan
Lihat postur, tonus dan Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat
aktivitas. akan bergerak aktif
Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat 1. Frekuensi napas normal 40-60 kali permenit
tarikan dinding dada bawah 2. Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang
ketika bayi sedang tidak dalam
menangis
Hitung denyut jantung Frekuensi denyut jantung normal 120- 160 kali
dengan meletakkan stetoskop per menit
di dinding dada kiri setinggi
apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu Suhu normal adalah 36,5- 37.50 c
ketiak dengan termometer
Lihat dan raba bagian kepala 1. Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam waktu 48 jam.
Ubun- ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol saat
bayi menangis
Lihat mata Tidak ada kotoran/ sekret
Lihat bagian dalam mulut a. Bibir, gusi, langit- langit utuh dan tidak ada
- Masukkan satu jari bagian yang terbelah
yang menggunakan b. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
sarung tangan ke mengisap kuat jari pemeriksa.
dalam mulut, raba
langit- langit
Lihat dan raba perut. Lihat a. Perut bayi datar, teraba lemas
tali pusat b. Tidak ada perdarahan , pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali pusat
65

Lihat punggung dan raba Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
tulang belakang benjolan pada tulang belakang
Lihat ekstremitas a. Hitung jumlah jari tangan dan kaki
b. Lihat apakah posisinya baik atau bengkok
keluar atau kedalam
c. Lihat gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus a. terlihat lubang anus dan periksa apakah
- Hindari memasukkan mekonium seudah keluar
alat atau jari dalam b. biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
memeriksa anus setelah lahir
- Tanyakan pada ibu
apakah bayi sudah
buang air besar
Lihat dan raba alat kelamin a. bayi perempuan kadang terlihat cairan
luar vagina berwarna putih atau kemerahan
- tanyakan pada ibu b. bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
apakah bayi sudah ujung penis
buang air kecil c. pastikan bayi sudah buang air kecil dalamn
24 jam setelah lahir.
Timbang bayi a. berat lahir 2,5-4 kg
- timbang bayi dengan b. dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
menggunakan selimut, turun dahulu baru kemudian naik kembali.
hasil dikurangi Penurunan berat badan maksimal 10%
selimut
Mengukur lingkar dan a. panjang lahir normal 48-52 cm
panjang kepala bayi b. lingkar kepala normal 33-37 cm
Menilai cara menyusui, minta a. kepala dan badan dalam garis lurus, wajah
ibu untuk menyusui bayinya bayi menghadap payudara, ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
b. bibir bawah melengkung keluar, sebagian
besar areola berada di dalam mulut bayi
c. menghisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat
Sumber: Sari, E.K, dan Kurnia D.R, 2014, Asuhan Kebidanan Persalinan, Jakarta, halaman 255-
256
c. Pelaksanaan kunjungan neonatus (Maryanti, 2011)
1. Kunjungan I
Dilakukan 6 jam pertama setelah persalinan
a) Menjaga bayi agar tetap hangat dan kering
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan
bayi secara keseluruhan yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatan
66

c) Tanda-tanda pernapasan denyut jantung dan suhu penting untuk


diawasi pada 6 jam pertama.
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat dan menjaga
tali pusat agar tetap bersh dan kering
e) Pemberian ASI awal
2. Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah persalinan
a) Menanyakan kepada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusui
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya
busuk
3. Kunjungan III
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca
persalinan
b) Memastikan apakah bayi mendapat ASI yang cukup
c) Bayi harus mendapatkan imunisasi sebagai berikut:
– BCG untuk mencegah tuberculosis
– Vaksin polio secara oral
– Vaksin hepatitis B
4. Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran
a) Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi
meningkat
b) Melihat hubungan antara ibu dan bayi baik
c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu untuk
penimbangan dan imunisasi.
67

2. 5 Keluarga Berencana
2. 5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian
Program Keluarga Berencaana menurut UU No. 10 tahun 1992 ( tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera ) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
( Handayani, 2014 )
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mecapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mecegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim. (Purwoastuti, 2015)
b. Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB di masa yang datang untuk mencapai keluarga
berencana berkualitas tahun 2015. (Handayani, 2014)
Sedangkan tujuan khusus program KB adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
68

c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak
langsung pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Handayani, 2014).
d. Kontrasepsi Pasca Persalinan
Pada umumnya lebih dari 95%, klien pasca persalinan klien ingin menunda
kehamilan berikutnya sedikitnya 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambah anak lagi.
Klien pasca persalinan dianjurkan:
1. Memberi ASI Eksklusif (Hanya memberi ASI saja sampai usia bayi 6 bulan)
2. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode Kontrasepsi.
3. Metode Kontrasepsi Klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI
atau Kesehatan bayi.
e. Jenis kontrasepsi yang dapat digunakan pada ibu menyusui yaitu :
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila
menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian ASI hingga 8 kali
sehari. (Affandi, 2011)
a. Keuntungan :
1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98%).
2) Segera efektif.
3) Tidak ada efek samping.
4) Tidak perlu obat, alat dan biaya.
5) Bayi mendapat antibodi perlindungan lewat ASI.
6) Mengurangi perdarahan post partum.
2. Kontrasepsi Suntikan Progestin
a. Efektifitas :
Memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
69

b. Keuntungan :
1) Sangat efektif.
2) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
3) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
c. Keterbatasan :
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: Siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan yng banyak atau sedikit, perdarahan
tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
2) Klien harus kembali pada tempat sarana pelayanan kesehatan sesuai
jadwal suntikan.
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu.
4) Penambahan/penurunan berat badan.
5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
3. Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)
a. Efektifitas Efektifitas mini pil mencapai 98,5%, yang perlu diperhatikan
adalah:
1) Jangan sampai ada tablet yang lupa.
2) Sebaiknya diminum pada jam yang sama (malam hari).
3) Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam seteah penggunaan mini pil.
b. Keuntungan :
1) Tidak mempengaruhi ASI.
2) Kesuburan cepat kembali.
3) Nyaman dan mudah digunakan.
4) Dapat dihentikan setiap saat.
5) Mengurangi nyeri haid.
c. Kerugian:
1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid.
2) Peningkatan/penurunan berat badan.
3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
4) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, berjerawat.
5) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
70

4. Kontrasepsi Implan
a. Efektifitas Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan).
b. Keuntungan :
1) Pegembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Dapat diabut setiap saat sesuai kebutuhan.
4) Mengurangi nyeri haid.
c. Keterbatasan :
1) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid.
2) Timbulnya keluhan seperti : nyeri kepala, peningkatan/penurunan
berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pening/pusing kepala.
3) Risiko kehamilan ektopik 1,3 per 100.000 perempuan per tahun.
5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Efektifitas Sangat efektif, yaitu 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan
selama satu tahun pertama penggunaan (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan).
b. Keuntungan :
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
3) Dapat dipasang segera setelah melahirkan.
4) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
c. Kerugian:
1) Efek samping yang umum terjadi : Perubahan siklus haid (umumnya
bulan pertama), haid lebih lama dan banyak, saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain : Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat.
3) Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
4) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena AKDR berfungsi untuk
mencegah kehamila normal (Affandi, 2011).
71

2.5.2 Asuhan Keluarga Berencana


1. Konseling Kontrasepsi
a. Pengertian
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang
lain dam membuat keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman
tentang fakta-fakta dan perasaan- perasaan yang terlibat di dalam nya.
(Purwoastuti, 2015)
b. Tujuan konseling
1. Meningkatkan penerimaan : informasi yang benar, didiskusi bebas dengan
cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan
penerimaan informasi mengenai KB oleh klien.
2. Menjamin pilihan yang cocok : menjamin petugas dan kien memilih cara
terbaik yang sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
3. Menjamin penggunaan yang efektif : konseling efektif diperlukan agar
klien mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan
mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut.
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama : kelangsungan pemakaian cara
KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara
kerjanya dan mengatasi efek sampingnya. (Purwoastuti, 2015)
c. Jenis Konseling
1. Konseling awal
a) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil
b) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien untuk
memilih jenis KB yang cocok untuk nya.
c) Yang perlu diperhatikan adalah menanyakan langkah yang disukai klien
dan apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan
kekuarangannya.
2. Konseling khusus
a) Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB dan
membicarakan pengalamanya
b) Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkannya.
72

c) Mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok dan


mendapatkan penerangan lebih jauh, tentang penggunaannya.

Konseling yang dilakukan bidan kepada klien (calon aksetor KB) meliputi 6
topik:
1. Efektifitas bagaimana kemampuan KB untuk mencegah kehamilan.
2. Untung dan rugi penggunaan kontrasepsi
3. Efeksamping dan komplikasi kontrasepsi
4. Cara penggunaan guna menghindari kegagalan
5. Mencegah IMS
6. Kapan klien harus kembali

Anda mungkin juga menyukai