Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

KATARAK DAN TEKNIK OPERASI


Disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepanitraan
klinik Dibagian ilmu Mata

DOSEN PEMBIMBING:
dr. Syarifah, Sp.M

DISUSUN OLEH :
Herlin Mega Susanti 19360014
Kiki Mulyawati 19360018
Kinanti Wulan Sabdorini 19360019

BAGIAN ILMU MATA RSUD DR. RM. DJOELHAM KOTA BINJAI


MEDAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2019
KATA PENGATAR

Pertama penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat tentang “Katarak dan Teknik Operasi” tepat pada
waktunya. Adapun salah satu tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik SMF Mata RSUD DR. RM. Djoelham Binjai.

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat bukan
hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Binjai, 14 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Katarak ........................................................................................... 2

2.2 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................ 2

2.3 Klasifikasi Katarak ..................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi ................................................................................................ 6

2.5 Manifestai Klinis ......................................................................................... 7

2.6 Faktor Penyebab Terbentuknya Katararak Lebih Cepat .............................. 8

2.7 Komplikasi .................................................................................................. 8

2.8 Penatalaksanaan .......................................................................................... 8

2.9 Teknik operasi katarak ................................................................................. 9

BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60. Kebutaan
adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara. Berdasarkan WHO (1979),
prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang. Kebutaan ini sendiri akan berdampak
secara sosial dan ekonomi bagi orang yang menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang
terjadi dapat dicegah atau diobati.

Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan. Disebutkan,
saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin
atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka
kebutaan sebesar 1,47%.

Di dunia ini 48% kebutaan yang terjadi disebabkan oleh katarak. Untuk Indonesia, survei
pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya
disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis.

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak
terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan trauma mata, komplikasi
penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.

Terapi katarak adalah tindakan bedah dengan mengangkat lensa yang mengalami
kekeruhan, karena terapi medikamentosa tidak ada yang terbukti dapat menghilangkan katarak
pada orang dewasa. Banyak metode yang dapat dilakukan dengan tindakan bedah pada penderita
katarak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Penyebab lain meliputi trauma, penyakit mata
yang lain (missal uvitis), penyakit sistemik (Diabetes Militus) atau defek congenital (salah
satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal) (Barbara C. Long, 2000)
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua- keduanya (Ilyas. S
2008). Jadi katarak adalah kekeruhan lensa, lensa nenjadi seperti tertutup kabut/asap yang
sering disebabkan karena proses degenerasi tanpa disertai rasa nyeri.
2. Anatomi dan Fisiologi
1) Anatomi

2
a. Beranda Depan (sclera) : merupakan jaringan ikat yang kenyal dan melindungi bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera
disebut sclera kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam
bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sclera.
b. Kornea : Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tempus cahaya. Merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan.
c. Iris, badan siliar dan koroid : Merupakan jaringan vascular pembungkus bola mata. Pada
iris di dapatkan pupil yang oleh 3susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke
dalam bola mata.
d. Lensa Mata : Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening, lensa bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari
zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa terdiri atas kira-kira 65% air, kurang lebih 35 % protein
(kandungan protein tertinggi dari semua jaringan tubuh), dan kandungan mineralnya
sama dengan jaringan tubuh lainnya. Kadar kalium lebih banyak di dalam lensa
dibanding sebagian besar jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation kedua-duanya
dalam bentuk teroksidasi dan tereduksi. Di dalam lensa tidak ada serabut rasa sakit
pembuluh darah, maupun saraf.
e. Badan Kaca/badan bening : Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening
yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
f. Retina : Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan
cahaya.
g. Saraf Optik : Saraf optic yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua jenis
serabut saraf, yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor.
h. Otot Sinar : Terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aqous humor).

3
2) Fisiologi
Lensa adalah suatu struktur cembung ganda, evaskular, tidak berwarna dan hampir
bening sempurna , dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa bergantung pada zonula di
belakang iris yang menghubungkan dengan badan siliar. Di sebelah depan lensa adalah
cairan mata sedangkan di sebelah belakangnya adalah badan lensa. Kapsul lensa adalah
suatu membrane semi permeable (sedikit lebih permeable dari pada dinding kapiler) yang
memungkinkan masuknya air dan elektrolit. Memfokuskan sinar pada retina.Agar sinar dari
kejauhan bias terfokus, otot- otot siliar bisa berelaksasi, serabut-serabut zonula teregang,
sehingga mengurangi diameter antero posterior lensa sampai dimensi minimal. Dalam posisi
ini daya refraksi adalah minimal dan dengan demikian sinar sejajar terfokos pada retina.
Untuk memfokuskan sinar yang berasal dari jarak yang dekat, otot- otot siliar berkontraksi
menarik koroid ke depan dan membebaskan tegangan pada zonula. Kapsul lensa yang elastic
menjadikan lensa daya refraksinya bertambah besar.Kerja sama fisiologis antara badan siliar
zonula dan lensa menghasilkan terfokusnya obyek dekat pada retina dan ini dinamakan
akomodasi. Karena umur lensa bertambah tua maka daya akomodasi makin menurun.
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara
protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membrane semi
permiable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap dapat
mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein
tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam lensa,
melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang
dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan degenerasi dan
disintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan
mengakibatkan gangguan mata.
3. Klasifikasi
1) Katarak Kongenital
Adalah sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir atau sebelum
usia 1 tahun.

4
2) Katarak Juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir,merupkan kelanjutan dari
katarak congenital usia di atas 1 tahun.

3) Katarak Senil
Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium :
- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi
dengan adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat
dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat
dimulai dari sentral (kupuliform).

- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian
lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya
tekanan osmotik, bahan lensa yang degeneratif, dan dapat
terjadi glaukoma sekunder.

- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian
lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan
menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut,
dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.

- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah
mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa
menjadi mengerut.

4) Katarak Kompilkasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra ocular atau penyakit umum.

5
4. Patofisiologi

6
5. Manifestasi Klinik
Secara umum dapat digambarkan gejala katarak sebagai berikut :
1. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap
2. Penglihatan untuk membaca dirasakan silau bila penerangan terlalu kuat sehingga
merasa senang membaca dengan penerangan kurang, pesien akan mengeluh seperti
terhalang kabut.
3. Terjadi perubahan daya lihat warna dan kabur dengan penyimpangan gambar.
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu penderita katarak, gangguan mengendarai
kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
5. Pada katarak traumatik, penderita langsung mengeluh penglihatannya kabut,mata
merah, lensa keruh dan mungkin ada pendarahan pada intraocular. Bila dilakukan
pemeriksaan akan didapatkan tanda- tanda sebagai berikut :
a. Katarak dapat terlihat melaliu pupil yang telah berdilatasi dengan oftalmoskop slit
lampu atau shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka retina semakin sulit
dilihat sampai akhirnya reflek fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
b. Pupil mata dapat terlihat kekuningan, abu-abu atau putih terjadi secara bertahap
selama periode tahunan dan sejalan dengan memburuknya katarak, maka kacamata
yang paling kuat sekalipun tidak dapat menolong lagi.
c. Tampak sebagai suatu massa tebal yang dapat terdiri atas kapsul anterior, kapsul
posterior, massa lensa.
6. Pada katarak Senil dikenal dengan 5 stadium yang akan berdampak pada munculnya
gambaran klinik sebagai berikut :
a. Stadium Katarak Insipen
Kekeruhan berupa bercak- bercak biji dengan dasar perifer dan daerah jernih.
Kekeruhan ini bermula hanya tampak biji pupil ditebarkan dengan oftalmoskopi
pemeriksaan retina dan dapat menimbulkan poliopia (Ilyas S. 2008)
b. Stadium Imatur
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih ditemukan
bagian-bagian yang jernih. Pada daerah ini terjadi hidrasi korteks sehigga lensa akan
mencembung dan daya biasanya akan bertambah, yang memberikan miopisasi pada
stadium ini biasanya timbul penyakit glaukoma (Ilyas S. 2008).

7
c. Stadium Matur
Kekeruhan yang telah mengenai seluruh saluran massa lensa. Kekeruhan ini biasa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Visus menurun menjadi 1/300 atau sampai
tidak terhingga (Ilyas S. 2008)
d. Stadium Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering (Ilyas S. 2008)
6. Faktor Penyebab Terbentuknya Katararak Lebih Cepat
a. Diabetes
b. Radang mata
c. Trauma mata
d. Riwayat keluarga dengan katarak
e. Pemakain steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
f. Merokok
g. Pembedahan mata lainnya
h. Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari)
7. Komplikasi
a. Kerusakan endotel kornea
b. Sumbatan pupil
c. Glaukoma
d. Perdarahan
e. Penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5
f. Nistagmus dan strabismus (Smeltzer, 2002)
8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan retraksi kuat sampai ketitik
dimana pasien melakukan aktivitas sehari-hari. Maka penanganannya biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun untuk keamanan. Biasanya diindikasikan bila korteks tajam penglihatan yang baik
yang dapat mencapai 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman penglihatan mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk

8
mengevaluasi perkembangan. Berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti diabetes
dan glaukoma.
Ada 3 macam teknik pembedahan yaitu :
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK)
Adalah mengeluarkan lensa dalam keadaan lensa utuh dilakukan dengan membuka
menyayat selaput bening dan memasukkan alat melalui pupil, kemudian menarik lensa
keluar, seluruh lensa dengan pembungkus atau kapsulannya dikeluarkan dengan lidi (prabe),
beku (dingin). Pada operasi ini dibuat sayatan selapur bening yang cukup luas. Jahitan yang
banyak (14-15 mm), sehingga penyembuhan lukanya memekan waktu lama (Ilyas. S 2000)
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
Lensa dikeluarkan setelah pembungkus depan dibuat lubang, sedang pembungkus
belakang ditinggalkan. Dengan teknik ini terdapat ruang- ruang bebas di tempat bekas lensa
sehingga memungkinkan mandapatkan lensa pengganti yang disebut sebagai lensa tanam
bilik mata belakang (posterior chmber intraocular lensa) dengan teknik sayatan lebih kecil
(10-11 mm) sedikit jahitan dan waktu penyembuhan lebih pendek (Ilyas. S 2000)
c. Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada EKEK.Cara ini memungkinkan pengambilan lensa
melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi tinggi untuk
memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang memberikan irigasi
kontinus.Teknik ini memerlukan waktu yang pendek dan penurunan insidensi astigmatisme
pasca operasi.Kedua teknik irigasi – aspirasi fakoelmulsifikasi dapat mempertahankan
kapsula posterior, yang nantinya digunakan untuk menyangga IOL (Smelzer and Bare
2001).
d. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap
dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan
sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature,
mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan
dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.

9
BAB III
KESIMPULAN

Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan
tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di
seluruh dunia. Hal ini didukung oleh faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan
vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan
mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap
cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambut laun
akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa kemudian penderita
katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, congenital, juvenil,
komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Ada 4 jenis teknik operasi
katarak yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification, SICS. Akan tetapi jika gejala tidak
mengganggu tindakan operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya dengan
mengganti/menggunakan kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling
sering terjadi.

10

Anda mungkin juga menyukai