Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


PERCOBAAN : GRAVIMETRI

OLEH:
KELOMPOK IV

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FATERSI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, kita sering sekali melakukan analisis terhadap

suatu sampel. Baik analisis untuk mengetahui zat yang terkandung ataupun

kadar yang terkandung dalam suatu sampel. Baik itu analisis kimia

kualitatif maupun analisis kuantitatif. Analisis kimia kuantitatif digunakan

untuk menentukan berapa kadar yang terkandung dalam suatu sampel.

Salah satu analisis kimia kuantitatif yang paling sering digunakan dan

umumnya lebih mudah dan akurat penentuannya adalah analisis gravimetri.

Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak

suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel zat yang ditetapkan

tersebut, yang seringkali digunakan sebagai konstituen atau analit.

Menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis

jika suatu zat yang dianalisa (analisa) tersebut (Day. R.A dan

Underwood.2002).

Analisis kuantitatif menggunakan teknik gravimetri. Gravimetri

adalah analisis dengan berdasarkan pada berat tetap analit dalam suatu

matriks sampel. Gravimetri merupakan cara cara analisa yang berdasarkan

prinsip penimbangan berat endapan yang telah kering dan diubah dalam

bentuk semurninya. Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis


kuantitatif dengan penimbangan berat zat setelah diperlukan sedemikian

rupa sehingga nantinya zat tersebut diketahui rumus molekul dengan pasti

dan berada dalam keadaan stabil untuk mencapai analisis harus dapat

berlangsung sempurna. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan

dengan mudah dari larutannya dan zat yang ditimbang harus mempunyai

susunan stokiometri dan bersifat murni (Rohman Abdul, 2018).

Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat

atom unsur-unsur senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai

cara, seperti metode pengendapan. Metode berbagai macam cara lainnya.

Pada prakteknya 2 metode pertama yang terpenting. Metode gravimetri

memakan waktu yang lama. Adanya pengatur pada konstituen dapat diuji

(khopkar, 2002).

B. Tujuan Percobaan

1. Memahami konsep pemisahan logam-logam untuk aplikasi gravimetri

2. Menentukan kandungan tembaga di dalam sulfatnya.

C. Manfaat Percobaan

Penentuan konsentrasi atau jumah kadar suatu zat tertentu dalam

suatu sampel.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Teori

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu

unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis

gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil

yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan

teliti.Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-

unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang

dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan,

metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (Khopkar, 2008).

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion

dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon

dioksida dan isodium.Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula

ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Contoh-contohnya antara lain:

penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein

dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan

benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri

merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan

kimia. (Rivai, 1995).


Metode Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi

pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:

aA+pP→AaPp

“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien

reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat

kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan

beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan.

Penambahan reaktan pengandap P umumnya dilakukan secara berlebih agar

dicapai pengendapan yang sempurna.Pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan

reaktan pengendap ion oksalat C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi

berikut:

1. Reaksi yang menyertai pengendapan= Ca2+ + C2O42- → CaC2O4 (s)

2. Reaksi yang menyertai pengeringan= CaC2O (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO(g)

Agar pengendapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang

mendeteksi nilai yang sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut: 1) proses

pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna;

2) endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan

memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dengan zat pengotor

(Ibnu, 2004).
Dalam gravimetri, endapan biasanya dikumpulkan dengan penyaringan

cairan induknya melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir.Kertas saring

yang digunakan dalam gravimetri terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga

jika dibakar hanya meninggalkan sisa abu sangat sedikit. Selain dengan

penyaringan, endapan dapat pula dipisahkan dengan cara pengenap-tuangan.

Dengan cara ini, endapan yang berada dalam cairan induknya diendapkan beberapa

saat, kemudian cairan bagian atasnya dituangkan kedalam wadah lain. Pekerjaan

ini dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan terpisah dari endapan (Rivai,

1995: 305).

Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses

pemisahannya, misal: Ag diendapkan sebagai AgCl, dikeringkan pada 130ºC,

kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn

(NH4)PO4.6H2O, selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7. Aspek yang

penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya

mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dipisahkan secara filtrasi. Kedua, sifat

fisik endapan sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan

filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup

besar, serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia

tertentu(Khopkar, 2008: 27).


Metode Analisis Gravimetri

Pekerjaan analisis gravimetri dapat dibagi dalam beberapa langkah sebagai

berikut:

a. Pengendapan

Dalam cara pengendapan, analit yang akan diendapkan dari larutannya

dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukar larut sehingga tidak ada

yang hilang selama penyaringan pencucian, dan penimbangan. Kemurnian

endapan tergantung antara lain dari bahan-bahan yang ada dalam larutan

sebelum atau setelah penambahan pereaksi (Presipitant) dan juga dari kondisi

pengendapan.

b. Penyaringan

Tujuan penyaringan adalah untuk mendapatkan endapan yang bebas

(terpisah) dari larutan (cairan induk). Alat-alat yang digunakan untuk

menyring:

1. Kertas saring (pakai corong gelas)

2. Krus GOOCH dilapisi serat asbes

3. Krus penyaring atau gelas sinter

Saringan yang digunakan tergantung dari sifat endapan dan juga dari

suhu pengerjaan selanjutnya. Kertas saring dipakai untuk endapan yang

gelatinus atau endapan lain yang akan dipijarkan pada suhu tinggi, misalnaya

sampai suhu 1200 °C. Krus penyaring serta gelas sinter hanya digunakan jika

endapan nantinya hanya dipanasi pada suhu yang paling rendah dari 200 °C.
c. Pencucian endapan

Pencucian endapan dimaksudkan untuk membersihkan endapan dari

cairan induknya yang selalu terbawa. Adanya cairan ini pada pemanasan akan

meninggalkan bahan-bahan yang tidak mudah menguap, karena endapan harus

dicuci sebersih-bersihnya. Larutan yang digunakan untuk mencuci sedapat

mungkin saja untuk menghindari adanya endapan yang larut.Untuk mengetahui

bersihnya suatu endapan, dapat dilakukan dengan menguji lapisan dari bahan

pengotor.Lebih baik mencuci berkali-kali dengan sedikit pelarut daripada

menambahkannya sekaligus.Jika endapan mudah larut dalam Aquadest maka

sebagai pencuci ditambahkan ion pembentukan endapan encer saja.Jika

endapan koloidal dan lolos melewati saringan maka ditambahkan elektrolit

yang menggumpalkan koloid.Larutan pencuci harus mudah diuapkan.Dalam

beberapa hal sering pula dipakai suatu larutan yang dapat mengurangi daya

larut dari endapan dan juga mencegah peptisas.Ada juga endapan yang mudah

teroksidasi selama pencucian.Untuk endapan semacam ini tidak boleh

dibiarkan sampai kering dan harus menggunakan larutan pencuci yang dapat

merubah bentuk teroksidasi menjadi bentuk semula. Untuk endapan yang

gelatinus mencucinya harus dengan cara menlimbang (Decantation). Endapan

gelatinus lebih sukar dicuci daripada endapan berbentuk hablur.


d. Mengeringkan dan memanaskan endapan

Endapan disebut dikeringkan (Drying) jika suhu pemanasannya lebih

rendah dari 25 °C, sedangkan pemijaran dilakukan pada suhu antara 250-

1000 °C.

e. Cara penguapan/pengeringan

Dasar dari cara ini adalah penghilangan penyusun

(komponen/konstituen) yang mudah menguap. Ini dilakukan menurut beberapa

cara:

1. Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang tidak

ikut bereaksi (Indifferent)

2. Dengan memakai pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun yang

dikehendaki menjadi lebih midah menguap

3. Dengan memakai pereaksi kimia sehingga senyawa dapat diubah menjadi

penyusun yang sukar untuk menguap (Gandjar dan Rohman, 2007).

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANALISIS GRAVIMETRI

Kelebihan analisis gravimetri adalah sebagai berikut :

a. Pengotor dalam sampel dapat diketahui. Pengotor pada sampel dihilangkan

dengan proses pencucian endapan.

b. Mudah dilakukan. Tahap analisis meliputi penimbangan sampel, pelarutan

sampel, pembentukan endapan, pencucian endapan dan pengeringan

endapan.

c. Hasil analisisnya spesifik dan akurat. Data hasil analisis benar dan tepat
d. Presisi.Kesesuaian beberapa data pengukuran sama yang dilakukan secara

berulang.

e. Sensitif.Analisis gravimetri merupakan analisis yang peka.

Kekurangan analisis gravimetri adalah sebagai berikut :

1. membutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu yang dibutuhkan untuk

pengendapan dan pengeringan endapan lama.

2. hanya dapat digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar. Analisis

gravimetri tidak valid untuk jumlah sampel yang sangat kecil.

B. Uraian Bahan

1.Aquadest (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus kimia : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup.

2. Aseton (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : ACETUM

Nama lain : aseton

Rumus kimia : (CH3)2CO


Berat molekul : 58,00

Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap,

bau khas, mudah terbakar

Penyimpanan : dalam wadah tertutup.

Kegunaan :sebagai pereaksi

3. CuSO4 (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : CUPRI SULFAS

Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat

RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6

Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit

warna biru.

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai sampel

4. Asam klorida (Dirjen POM,1979)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida

RM/BM : HCl/ 36,46

Pemerian : Cairan ; tidak berwarna ; berasap, bau merangsang.

Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau

hilang.
Kelarutan : Larut etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

5. Asam sulfat (Dirjen POM,1995)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Asam sulfat

RM/BM : H2SO4 / 98,07

Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau

sangat tajam dan korosif.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan

menimbulkan panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

5. Zink klorida (DIRJEN POM, 1995)


Nama Resmi : ZINCI CHLORIDUM

Nama Lain : Zink klorida

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur tidak


berwarna, tidakberbau, rasa sepat dan mirip logam,
sedikit merapuh

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol


95%, mudah larut dalam gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Bunsen,

Corong , Erlenmeyer, Gelas arloji, Gelas kimia, Gelas ukur , Kaki tiga,

Kertas perkamen, Kertas saring, Lap halus, Lap kasar, Pipet tetes,

Sendok tanduk, dan Timbangan analitik

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

Aquadest, Aseton, Zn, CuSO4, H2SO4, dan HCl encer

B. Cara Kerja

Ditimbang CuSO4 2g dan dimasukkan kedalam gelas kimia 50 mL.

Timbang lagi gelas kimia secara teliti, dan catat massanya. Diambil kira-kira

kurang lebih 1,5 g dan dimasukkan kedalam gelas kimia 250 mL. Dicatat

massa yang diperoleh ( metode penimbangan dengan perbedaan).

Ditambahkan 50 mL H2SO4 1 M pada gelas kimia 260 mL dan

dipanaskan secara perlahan dengan pengadukan sampai semua CuSO4 larut.

Masukkan 1,2 gram logam Zn kedalam larutan, dan tutup dengan gelas arloji.

Biarkan sementara (reaksi berlangsung) kemudian buka tutup setiap beberapa

saat untuk mengaduk larutan. Reaksi berlangsung sempurna jika larutan sudah

tidak berwarna lagi dan tidak ada lagi gas yang dilepaskan. Apabila pada
larutan tidak berwarna masih melepaskan gas, tambahan 2 mL HCl encer

dengan pengadukan dan panaskan sampai habis.

Kemudian Logam tembaga akan mengendap di dasar gelas kimia.

Pindahkan endapan dengan hati-hati ke gelas kimia yang lain. Cucilah endapan

dengan aquadest. Aduk beberapa menit dan dekantasi. Pencucian dilakukan

sekali lagi, diteruskan pencucian dengan 15 mL aseton. Keringkan Aseton sisa

dengan pemanasan didalam gelas kimia yang berisi air panas air panas serta

ditambahkan 1 mL HCl encer. Panaskan sampai kering dan bau aseton hilang.

Dinginkan dan timbang bersama beaker gelas. Pindahkan sampel dalam kertas

saring dan tentukan berat sampel dengan menimbang ulang massa gelas kimia

tanpa sampel.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

No. Sampel Metode Massa Kadar Cu

endapan

1. CuSO4 Pengendapan 0,64 g 43,76 %

B. Pembahasan

Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak

suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel zat yang ditetapkan

tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau

analit.Menyusun entah sebagian kecil/sebagian besar sampel yang

dianalisis.

Analisis kuantitatif menggunakan tekhnik gravimetri adalah

analisis dengan berdasarkan pada berat tetap analit dalam suatu matriks

sampel. Gravimetri merupakan cara analisa yang berdasarkan prinsip

penimbangan berat endapan yang telah kering dan diubah dalam bentuk

semurninya. Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif

dengan penimbangan berat zat setelah diperlukan sedemikian rupa sehingga

nantinya zat tersebut diketahui rumus molekul dengan pasti dan berada

dalam keadaan stabil untuk mencapai analisi harus dapat berlangsung

sempurna endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah


dari larutannya dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan

stokiomietri tertentu dan bersifat murni (Rohman Abdul, dkk.2018).

Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat

atom unsur-unsur senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara

seperti metode pengendapan, metode penguapan, metode spektro analisis/

berbagai macam cara lainnya. Pada prakteknya 2 metode pertama yang

terpenting. Metode gravimetri menekan waktu yang lama.Adanya pengatur

pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor pengorek dapat digunakan

(Khopkar, 2002).

Dalam analisis ini, unsur 1 senyawa yang dianalisis dipisahkan dari

sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri adalah

menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi

senyawa lain yang stabil. Sehingga dapat diketahui berat tetapnya berat

unsur/gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta

berat atom penyusunnya (Gandjar, 2007).

Pada percobaan ini dilakukan analisis gravimetri menggunakan metode

pengendapan dimana tujuannya yakni pemisahan logam-logam dan

menentukan kandungan tembaga dalam sulfatnya.Pertama dilakukan

penimbangan CuSO4 sebanyak 2g yang dimasukkan kedalam gelas

beker.Pindahkan sekitar 1,5 g dalam beker gelas 250ml dari perhitungan

bobot sampel yakni bobot awal-bobot sisa didapatkan sebesar 1,17 g

sampel yang digunakan kemudian sampel ditambahkan H2SO4 1 m


sebanyak 50 ml dan dipanaskan sampai CuSO4 1 m sebanyak 50ml dan

dipanaskan sampai CuSO4 terlarut. Alasan penggunaan H2SO4 yaitu karena

Asam sulfat tidak melarutkan logam tembaga yang diendapkan.

Setelah itu ditambahkan 1,2 g Zn kedalam larutan tutup dengan

gelas arloji dan sesekali diaduk. Tujuan penggunaan Zn pada larutan yakni

ion tembaga dalam larutan dapat diubah menjadi logam. sementara Zn yang

tidak bereaksi dilarutkan dalam ion hidrogen larutan asam sulfat

Ditambahkan HCL jika masih ada gas/uap. Fungsi HCL dalam larutan

yakni untuk menghilangkan gas/uap. Kemudian setelah itu Didinginkan dan

disaring larutannya. Kemudian dilakukan pencucian 2x dengan air dan

aseton 15ml. Air dan Aseton disini berfungsi untuk menghilangkan

senyawa organik maupun anorganik yang melekat pada larutan.

Setelah itu dipanaskan hingga kering dan bau aseton hilang. Terakhir

dilakukan penimbangan bobot endapan yang didapatkan adalah 43,78%.

Kadar Cu yang didapatkan dalam CuSO4. 2H2O pada hasil

percobaan ini adalah 43,76%.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. analisis gravimetri adalah cara analisa yang berdasarkan prinsip

penimbangan berat endapan yang kering.

2. kadar Cudalam CuSO4.2H2O adalah 43,78%.

B. Saran

1. Untuk Laboratorium : agar kiranya alat-alat yang ada dilaboratorium

lebih dilengkapi lagi agar mempermudah jalannya praktikum.

2. Untuk dosen : jangan bosan dalam mengawasi jalannya praktikum

yang dilakukan praktikan dalam laboratorium dan diharapkan agar

dapat lebih memperhatikan praktikan untuk mengurangi faktor

kesalahan pada praktikum

3. Untuk praktikan : kiranya lebih berhati-hati dan lebih teliti pada saat

melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pom, 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta ; Depertemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Dirjen Pom, 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta ; Depertemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Gandjar, I.G., Dan Rohman, A., 2007.Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta ;


Pustaka Pelajar.

Ibnu, M. Sodiq Dkk. 2004.Kimia Analitik. Malang ; Universitas Negeri Malang.

Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta ; Universitas


Indonesia.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta ;Universitas Indonesia
Press .

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta ; Universitas Indonesia.

Rohman Abdul,Dkk. 2018. Spektroskopi Molekuler Untuk Analisis Farmasi.


Yogyakarta ; Gmup.

Underwood, A.L Dan Day, J. R. R. 2002. Anorganik Analisis Kimia Kuantitatif


Edisi Ke Enam. Jakarta ; Erlangga.
LAMPIRAN 1. Perhitungan

Bobot awal (50 ml) =2g

Bobot sampel = bobot awal – bobot sisa

= 2 g – 0,83

= 1,17 g

2 x ArCu
Bobot Cu+ dalam endapan = x bobot endapan
Mr CuSO4

2 x 64g/mol
= x 0,64g
160g/mol
128
= x 0,64g
160

= 0,512g

Bobot Cu2+ dalam endapan


Kadar Cu = x 100%
bobot sampel

0,512g
= x 100%
1,17g

= 43,78 %
LAMPIRAN 2. Gambar hasil penelitian

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS FARMASI TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

Gambar 1. Hasil timbangan gelas kimia 250 mL dengan endapan

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

FAKULTAS FARMASI TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

Gambar 2. Hasil endapan Cu2+


LAMPIRAN.3 Foto Kelompok IV

Nama anggota kelompok 4 :

1. Astri Herliansi A Kardi 183145201254

2. Betly Naomi Leatemia 183145201253

3. Sri Ayu Purnama Sahrir 183145201252

4. Sri Hartina 183145201258

Anda mungkin juga menyukai