PENDAHULUAN
Remaja dengan rasa ingin tahu harus dibarengi oleh pola asuh orang tua yang tepat.
Orang tua harus mampu mengontrol dan membatasi pergaulan remaja, namun tetap
tidak terkesan mengekang (Tridonanto, A., 2014). Anak usia remaja adalah harapan
orang tua, bahkan dalam pandangan yang lebih luas, remaja merupakan harapan
bangsa. faktor yang membentuk seorang anak melakukan perilaku menyimpang
adalah sikap orang tua yang buruk (Sa’id 2017).
Remaja akan cenderung menuntut supaya pendapat, pikiran, gagasan atau ide-ide
mereka didengar. Apabila pendapat mereka tidak didengar maka mereka akan
melakukan apapun agar aspirasi mereka didengar. Hal ini akan memicu tindakan
negatif, salah satunya dengan sex bebas (Surbakti, EB., 2014). Sex bebas
merupakan pola perilaku sex yang bebas tanpa batasan yang dilakukan sebelum
adanya ikatan pernikahan (Nenggala, Asep K., 2016).
Mengatakan bahwa di Amerika Serikat 48% dari siswa SMA telah melakukan
hubungan seksual, dan 15% telah memiliki empat atau lebih pasangan seks selama
berhubungan seksual dalam hidup mereka. 39% siswa SMA yang aktif melakukan
hubungan seks dilaporkan tidak menggunakan kondom. Studi penelitian yang
dilakukan di Kenya pada tahun 2014, menyatakan bahwa 13% remaja perempuan
dan 17% laki-laki memiliki lebih dari empat pasangan seks dalam hidup mereka.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa pada tahun
2017, total 210.000 bayi dilahirkan dari wanita berusia 15-19 tahun. Sedangkan
pada tahun 2016, hampir 194.377 bayi lahir dari remaja usia 15-19 tahun (Mayabi
2016).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017) pada remaja
di Indonesia, kehamilan tidak diinginkan kelompok umur 15-19 tahun dua kali
lebih besar (16%) dibandingkan kelompok umur 20-24 tahun. Jumlah aborsi akibat
kehamilan remaja yang tidak diinginkan sebanyak 700-800 ribu dari 2,4 juta
penduduk Indonesia. Kasus HIV/AIDS pada remaja sebanyak 52.000 kasus
(Kemenkes RI, 2015). Pada riset yang dilakukan pada bulan januari-oktober pada
tahun 2016 terdapat 17.000 anak lesbian, gay, biseksual, LGBT tersebar di Jawa
Barat (KPAI, 2017). Di Cirebon, sebanyak 100% remaja pernah tertarik pada
seseorang, 67,9% remaja memiliki pacar dan 56,7% remaja pergi berkencan.
Diantara mereka, hampiir 50% remaja pernah melakukan kissing, sebanyak 23,8%
remaja meraba-raba dada, 14,2% remaja meraba alat kelamin, 7,1% remaja
melakukan oral seks, dan sebanyak 4,1% bahkan sampai melakukan hubungan
seksual (Lisnawati, 2015).
Berdasarkan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah pada tahun
2018, penularan HIV/AIDS tertinggi pada kaum heteroseksual mencapai 85,57%.
Kemudian disusul penularan akibat penggunaan jarum suntik 5,17%, perinatal
5,23%, homoseksual 4,69%, sisanya akibat transfusi darah 0,13%.