Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Pembimbing :
dr. Hj. Ifa Tunisja, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama / NIM : Ahmad Rizal. M, S.Ked / 105505405818
Judul Lapsus : Skizofrenia Paranoid
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan
klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas rahmat dan karunia-Nya jualah,
akhirnya laporan kasus yang berjudul “Skizofrenia Paranoid” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan Kasus ini ditujukan sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada
dr. Hj. Ifa Tunisja, Sp.KJ selaku pembimbing dalam laporan kasus ini yang
telah memberikan bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi kebaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan
kasus ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
2
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. AS
No. Rekam Medik : 07-02-94
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Pinrang, 02-11-1991
Usia : 28 tahun
Alamat :Teuku Umar 2/9 B
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak Berkerja
Tanggal Pemeriksaan : 13 November 2019
II. ANAMNESA
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk
3
pasien sempat belajar agama dan mendalaminya di Ternate sejak 2 tahun
yang lalu. Semenjak pulang dari Timika pasien sering berdiam diri.
Pasien merasa ada orang yang selalu menceritakanya, pasien mengaku
disuruh oleh suara-suara yang berbisik ditelinganya untuk memukul
ibunya, pasien mengaku melihat sosok orang dengan penampilan lebih
sempurna yang berusaha masuk ke tubuh ibunya dan pasien mengaku
memukuli ibunya agar sosok itu keluar dari tubuh ibunya. Sekarang
pasien tidak memiliki gangguan tidur. Makan dan minum baik serta dapat
mengurus diri sendiri.
Awal perubahan perilaku terjadi ± 9 tahun yang lalu saat pergi ke
daerah Timika (Papua) untuk bekerja sebagai kontraktor, pasien merasa
bahwa dirinya terisolasi dari lingkungannya. Sebelumya pasien adalah
anak yang ramah dan pendiam. Pasien mengaku akan mengamuk ketika
disuruh oleh keluarganya ketika tidak sesuai dengan keinginanya.
Semenjak saat itu pasien suka mengamuk dan baru saja memukul anggota
keluarga dan ibunya sendiri.
- Hendaya / disfungsi :
Hendaya dalam bidang sosial (+)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
4
Alkohol (-)
Narkoba (-)
Tidak diketahui.
Tidak diketahui.
Tidak diketahui.
Tidak diketahui.
5). Riwayat aktivitas social : Pasien dikenal dengan pribadi yang ramah
dan pendiam.
5
6). Situasi hidup sekarang : Pasien tinggal bersama orang tua dan saudara-
saudaranya.
mengalami penyakit yang sama dengan pasien. Riw. Ibu pasien pernah
dan pernah jungkir balik saat melaksanakan ibadah, ibu pasien telah
E. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien sudah ketiga kali (3x) dibawa berobat.
6
B. Keadaan Afektif :
Mood : Eutimik
Afek : Inapropiate
Keserasian : Tidak Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
-Auditorik berupa bisikan suara perempuan yang menyeruh memukul
ibunya
-Visual berupa melihat sosok yang sempurna masuk ke dalam tubuh
ibunya
2. Ilusi : Tidak ada
7
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Pikiran
1. Arus pikiran : Relevan
2. Isi pikiran :
Pre-okupasi : tidak ada
Waham Persekutorik : ada (Curiga ada orang yang
menceritakanya)
Hendaya berbahasa : tidak ada
8
-
2. Status Neurologi
a. GCS : GCS 15 ( E4M6V5)
b. Tanda rangsang meninges : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pupil : Bulat, isokor, diameter 2.5 mm/2.5 mm
d. Nervus kranialis : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
9
Penampilan: Seorang laki-laki, tampak wajah sesuai usia (28 tahun),
perawakan normal, rambut cepak, berbadan ideal, memakai baju abu-abu
dengan celana pendek hitam.
Mood eutimik, afek inapropriate, empati tidak dapat dirabarasakan.
Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual
Arus pikiran relevan
Waham Persekutorik berupa pasien curiga ada orang yang
menceritakanya.
10
Axis II
Pasien adalah orang yang pendiam dan ramah. Namun sampai saat ini
belum ada cukup data yang dapat mengarahkan ke salah satu ciri
kepribadian tertentu.
Axis III
Tidak ditemukan penyakit organobiologik pada pasien
Axis IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial : Pasien merasa dirinya
terisolasi dari lingkungan dan mendapat perintah yang tidak sesuai
keinginanya
Axis V
GAF Scale 50-41 (Berupa gejala berat, disabilitas berat)
Psikoterapi supportif :
- Ventilasi :
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling :
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami
cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat
secara teratur.
11
Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial
sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.
VIII. PROGNOSIS :
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Dukungan dari keluarga baik untuk kesembuhan pasien
- Tidak terdapat kelainan organic
IX. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas): 1,2
a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal); dan
12
b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
c. Halusional Auditorik :
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh;
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas: 1,2
13
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
d. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika;
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.
14
B. Pembahasan Terapi3
15
Gambar 2. Sediaan Obat Anti-Psikosis dan Dosis Anjuran
MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter
Dopamine yang meningkat. (Hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)
16
Mekanisme kerja Obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbik dan system
ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk
gejala POSITIF. Sedangkan Obat anti-psikosis atipikal disamping berafinitas
terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors”
(Serotonindopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk gejala NEGATIF.
CARA PENGGUNAAN
Pemilihan Obat
Paa dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder
(efek samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).
17
Gambar 3. Efek Sekunder Obat Anti-Psikosis
18
DAFTAR PUSTAKA
19