Analisa Kasus:
Kasus rasisme pada warga Papua sangatlah tidak mencerminkan jiwa Pancasila pada diri
bangsa, khususnya pada sila ke-3. Tindakan rasisme yang diduga dilakukan oleh pihak TNI pada
mahasiswa Papua di Surabaya, menunjukkan bahwa kita telah melupakan adanya kemajemukan
bangsa. Meskipun kebenaran kasus ini belum jelas − terlihat dari adanya perbedaan kesaksian
antara Polri, TNI, dan mahasiswa asal Papua− emosi warga Papua yang meluap diduga karena
adanya akumulasi tindakan rasisme yang mereka alami.
Emosi warga Papua memanglah hal yang wajar, namun yang harus difokuskan dalam
kasus ini adalah klarifikasi dari berbagai pihak apabila terdapat kesalahpahaman dan
menyelesaikannya dengan cara musyawarah. Kericuhan bahkan provokasi kemerdekaan individu
yang terjadi bukan menjadi jalan yang terbaik, karena akan semakin memicu berkobarnya “api”
yang sedang memanas di Indonesia. Dimulai dari adanya permohonan saling meminta maaf
antara tokoh pemimpin/gubernur Papua dan pihak TNI akan memadamkan “api” tersebut secara
perlahan. Pembatasan dalam mengakses sosial media di Papua dirasa merupakan cara yang
cukup baik untuk menghindari adanya ujaran kebencian, kalimat provokasi, atau berita hoaks
yang akan memperkeruh suasana.
Rasisme memang menjadi kasus yang sering kita temui, baik itu berkaitan dengan suku,
agama, bahkan warna kulit. Tindakan ini sangatlah menyimpang dari sila ke-3 dalam Pancasila
yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini jelas bahwa, rasisme sangat
melanggar bentuk kemanusiaan. Padahal, seluruh rakyat Indonesia termasuk Papua memiliki
hak-hak kebebasannya dalam hidup dengan aman dan tentram, hidup bernegara, mengenyam
pendidikan, dan lain sebagainya layaknya seorang manusia, tanpa harus merasa berbeda dan
dikucilkan.
Maraknya kasus rasisme di Indonesia menandakan bahwa praktik Pancasila di negara ini
masih lemah, sehingga rasa ketidaksejahteraan serta ketimpangan secara sosial masih dirasakan
bagi beberapa masyarakat. Maka itu, baik dari pemerintah maupun kita sebagai rakyat, haruslah
menjaga ucapan, pikiran, serta rasa persaudaraan yang tinggi demi mempertahankan persatuan
Indonesia.