Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, dan kapan saja . sudah
menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut, walaupun begitu,
tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada area yang sulit
dijangkau petugas kesehatan , maka pada kondisi tersebut peran serta masyarakat untuk
membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi lebih penting.
Konsep dasar gawat darurat merupakan salah satu yang sangat penting untuk
dipahami oleh semua profesi kesehatan termasuk awam ataupun awam khusus. Rentang
konsep dasar kedaruratan mencakup pra-rumah sakit , didalam rumah sakit dan pasca
rumah sakit .
Dalam istilah kesehatan, “trauma” adalah cedera yang parah dan sering
membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu bagian tubuh terkena pukulan
benda tumpul atau tiba-tiba terbentur. Jenis cedera yang seperti ini berbahaya karena
tubuh dapat mengalami shock sistemik, dan organ vital dapat berhenti bekerja secara
cepat. Oleh karena itu, penolongan secara medis tidak hanya dibutuhkan, namun juga
harus cepat diberikan agar dapat meningkatkan kemungkinan pasien selamat dari trauma.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan bagaimana konsep dan prinsip pelaksanaan Bantuan Dasar hidup
pada situasi gawat darurat trauma, perdarahan internal dan eksternal , dan syok
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara melakukan pertolongan pertama
pada situasi gawat darurat trauma, perdarahan internal dan eksternal, dan syok
2. Agar mahasiswa menguasai konsep dan prinsip pelaksanaan Bantuan Dasar hidup
pada situasi gawat darurat trauma, perdarahan internal dan eksternal, dan syok

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidajat, 1997).
Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh salah
satu sebab. Penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
olah raga dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas lebih
kurang 12 ribu per tahun.Banyak dari korban trauma tersebut mengalami cedera
musculoskeletal berupa fraktur, dislokasi, dan cedera jaringan lunak
Saat ini, cedera trauma merupakan penyebab dari lebih 120.000 kematian setiap
tahunnya serta bertanggung jawab atas 80% kematian remaja dan 60% kematian anak.
Sementara itu, setiap tahun ada lebih dari 50 juta cedera yang dikategorikan sebagai
trauma dan sebagian dari cedera tersebut cukup parah sehingga pasien harus dirawat di
rumah sakit.
Selain koma atau kematian, trauma juga dapat menyebabkan kelumpuhan pasien,
seperti yang telah terjadi pada sekitar 8 juta orang di seluruh dunia.

B. Etiologi trauma
1. Trauma Benda Tumpul
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau
kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih
sering disebabkan karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri
(Satyo, 2006. )
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering
dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras,
luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling
banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka
tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi
mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab
kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak
(Vincent dan Dominick, 2001).
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

2. Trauma Benda Tajam

2
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas
jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung
runcing.Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus
dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena
suatu peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh
benda yang berujung runcing dan bermata tajam dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka bacok
(chop wound).

Perbedaan Trauma Benda Tumpul dan Benda Tajam.


Trauma Benda Tumpul Benda tajam
Bentuk Luka Tidak Teratur Teratur
Tepi Luka Tidak Rata Rata
Jembatan Jaringan Ada Tidak Ada
Rambut Tidak Ikut Terpotong Ikut Terpotong
Dasar Luka Tidak teratur Berupa Garis atau Titik
Sekitar Luka Ada Lecet atau Memar Tidak Ada Luka Lain

C. Perdarahan
1. Penyebab perdarahan
a) Perdarahan eksternal adalah perdarahan yang berasal dari luka
terbuka sehingga dapat dilihat
Perdarahan eksternal, ciri perdarahan eksternal mudah untuk diketahui
karena pada jenis perdarahan ini terdapat luka terbuka yang dapat dilihat.
Terdapat beberapa jenis luka terbuka yaitu,
1) Luka Gores/ Abrasi
Bagian kulit lapisan atas terkelupas sehingga hanya sedikit
kehilangan darah
2) Laserasi
Bagian kulit yang terpotong bergerigi
3) Insisi
Kulit terpotong rata seperti potongan pisau
4) Pungsi
Cedera benda tajam yang menembus permukaan kulit
5) Avulsi
Kulit yang terpotong masih menggantung di bagian lainnya
6) Amputasi
Terpotongnya bagian tubuh
b) perdarahan internal adalah perdarahan yang terjadi pada luka
tertutp sehingga sulit untuk di identifikasi.

3
Perdarahan internal, terdapat beberapa tanda-tanda terjadinya
perdarahan internal antara lain yaitu,
1) Memar
2) Area yang terdapat nyeri tekan
3) Muntah ataupun batuk darah
4) Feses berwarna hitam atau mengandung darah merah terang
2. Syok Hipovolemik
a. Pengertian
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa
organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat
pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik
merupakan akibar dari akibat kehilangan darah yang cepat (syok
hemoragik) . Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh
darah yang bisa mengalir keluar tubuh (perdarahan eksternal) atau ke
dalam tubuh (perdarahan internal). Syok hemoragik adalah syok yang
terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang besar (500 ml).
b. Etiologi
1) Pendarahan eksternal
jelas terlihat karena ke luar. Contohnya : seperti perdaraha melalui
vagina , mulut, rectum, dan melalui luka dari kulit (Lammers, 2009)
2) Pendarahan internal
tidak jelas terlihat karena tidak keluar. Contohnya: trauma
abdomen dengan ruptur aneurisma aorta, ruptur limpa atau ileus
obstruksi, dan peritonitis
c. Manisfestasi klinis
Gejala paling dini adalah tachycardia dan vaso-kontriksi perifer.
Dengan demikian, setiap korban gawat darurat trauma dalam kedaan
tachycaerdia dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok. Kecepatan
dan denyut jantung tergantung pada usia. Dikatakan tachycardia, bila
denyut jantung lebih dari 160 pada bayi, lebih dari 140 pada balita, lebih
dari 120 pada usia sekolah dan lebih dari 100 untuk orang dewasa. Orang
tua dengan syok mungkin tidak menunjukkan tachycardia

Tanda tanda syok


Syok awal Syok lanjut
Terbagun, sadar, cemas Bingung atau tidak sadar
Denyut nadi agak cepat (110 Denyut nadi cepat dan lemah
permenit atau lebih
Pernapasa sedikit lebih cepat (30 Napas pendek dan napas cepat
tarikan napas permenit atau lebih)

4
Pucat Pucat dan dingin Tekanan darah rendah- Tekanan darah sangat rendah
ringan
(sistolik kurang dari 90 mmHg)

Pengeluaran urine 30 cc perjam Pengeluaran urine kurang dari 30 cc


atau lebih perjam

d. Penatalaksanaan awal
Penatalaksanaan awal pada syok hemoragik mencakup survei primer yang
dilakukan secara simultan dengan resusitasi dengan urutan A, B, C, D, dan E
sesuai anjuran Advanced Trauma Life Support (ATLS).

1) Airway dan Breathing


Menjaga patensi jalan napas dengan ventilasi adekuat dan oksigenasi.
Pemberian oksigen tambahan untuk menjaga saturasi oksigen lebih besar
dari 95% diikuti pemasangan saturasi oksigen.

2) Circulation
Melakukan kontrol perdarahan eksternal dengan balut tekan, mencari
akses intravena yang adekuat dan menilai perfusi jaringan. Tindakan
bedah atau angioembolisasi mungkin diperlukan untuk mengontrol
perdarahan internal.

3) Disability
Melakukan pemeriksaan neurologis secara singkat dalam menentukan
tingkat kesadaran pasien untuk menilai perfusi otak. Adanya perubahan
dalam fungsi SSP pada syok hipovolemik tidak selalu karena adanya
cedera intrakranial langsung karena kemungkinan perfusi yang tidak
memadai sehingga perlu diulangi evaluasi neurologis setelah perfusi dan
oksigenasi.

4) Exposure
Memberikan penghangat untuk mencegah hipotermia saat melakukan
eksposur untuk mencari cedera lainnya. Hipotermia pada keadaan syok
hipovolemik dapat menyebabkan asidosis memburuk dan terjadinya
koagulopati.

D. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
 Airway

5
Adanya sumbatan / obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk, jika ada obstruksi maka lakukan:
 Chin lift/jaw trust
 Suction / hisap
 Guedel airway
 Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral
 Breathing
kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi,
whezing, sonor,stridor/ngorok,ekspansi dinding dada
 Circulation
TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dn membran
mukosa pucat, dingin,sianosis pada tahap lanjut
 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar, tidak menganjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelas dan cepat adalah:
A (awake)
V: respon bicara
P : respon nyeri
U : tidak ada respon
2. Pengkajian sekunder
a. Identitas
Nama, Umur , Suku/ bangsa, Agama, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan
b. Riwayat kesehatan sekarang
 Sumber kecelakaan
 Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
 Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol,obat-obatan.
 Keadaan fisik sekitar luka
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki penyakit keturunan atau tidak seperti (DM,gagal jantung,
sirosishepatis, gangguan pernafasan).
d. Pemeriksaan fisik
 Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah dan lelah
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahana
keterbatasan rentang gerak, perubahan aktifitas
 Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah / normal
Tanda : Perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi
 Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian
Tanda : Ketakutan, cemas, gelisah
 Eliminasi
Gejala : Konstipasi, retensi urin

6
Neurosensori
Gejala : Vertigo, tiitus, baal pada ekstermitas, kesemutan nyeri
Tanda : Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing,
nyeri pada daerah cidera, kemerah-merahan
 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada daerah luka bila disentuh atau di tekan
Tanda :
o Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah, tidakbisa tidur
o Kulit nyeri panas
o Pada luka warna kemerahan, bau , edema
b. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan


2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
c. Intervensi

DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan eksperesi wajah/ postur tubuh rileks

Intervensi

1) Tutup luka segera mungkin


R/ suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada
pemajanan ujung saraf
2) Tinggikan ekstermitas luka
R/ Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunka pembentukan
edema
3) kaji ulang keluhan nyeri (skala 3-0)
R/ perubahan skala nyeri dapat mengidentifikasikan terjadinya komplikasi atau
perbaikan fungsi saraf
4) anjurkan, ajarkan dan dampingi dalam menggunkan teknik relaksasi
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang dapat
menurunkan ketergantungan farmakologis
5) kolaborasi berikan / insruksikan penggunaan ADP
R/ ADP memberikan obat tepat waktu mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri
DX 2 : . Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas
kulit.

7
Tujuan : untuk tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :

- Menujukkan regenerasi jaringan

- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka

Intervensi

1) kaji ulang ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka
R/ memberikan infornasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit
2) pertahankan penutupan luka dengan balutan biosintetik
R/ kain nilon/membran silikon mengandung kolagen porcine peptida yang
melekat pada permukaan luka sampai lepasnya secara spontan kulit reepitelisasi
3) aspirasi bleb di bawah kulit graft dengan jarum steril / gulung denga lidi kapas
steril
R/ bleb berisi cairan mencegah graft melekat pada jaringan di bawahnya
meningkatkan resiko kegagalan graft
DX 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,

terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

Tujuan : untuk tidak menghambat aktivitas

Kriteria Hasil :

- Meningkatkan kekuatan dan fungsi yang sakit dan / kompensasi bagian tubuh

- Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan melakukan aktivitas

Intervensi

1) lakukan rehabilitasi pada penerimaan


R/ akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari
kemungkinan adanya penyembuhan
2) lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan gerakan pasif
kemudian aktif
R/ mencegah secara progresif mengencangkan jaringan perut dan kontraktur
3) instruksikan dan bantu dalam mobilisasi, contoh tongkat, walker secara tepat
R/ meningkatkan keamanan ambulasi
4) Dorong partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual
R/ meningkatkan kemandirian, meningkatkan harga diri dan membantu proses
perbaikan.

8
5) kolaborasi dengan rehabilitasi, fisikal dan terapis kejuruan
6) R/ memberikan aktivitas/program latiha terintegrasi dan alat bantu khusus
berdasarkan kebutuhan individu

d. Implementasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan

interdependent, dependent, independent.Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa

kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan,

memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai

alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung

terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan

E. Tindakan

a. Balut tekan

Pengertian:
Tindakan yang dilakukan agar perdarahan berhenti.

Tujuan:
1. Agar darah berhenti keluar
2. Agar tidak terjadi shok

Prosedur:
Alat:
a. Hanscune (bila ada)
b. Perban kain untuk menekan luka
Proses:
1. Aktifkan system emergency (118/119)
2. Gunakan handskune bila memungkinkan
3. Letakkan perban bersih, bantalan, atau kain bersih diatas luka dan tekan
kuat-kuat selama 10 menit, atau lebih bila perlu sampai perdarahan
berhenti.
4. Bila perdarahan tidak berhenti, angkat bagian yang cedera lebih tinggi dari
jantung sambil terus menekan (ekstremitas) tetapi bila ada dugaan fraktur
maka jangan lakukan hal tersebut .

9
5. Biarkan semua bantalan tetap pada tempatnya, lalu balut dengan kuat namun
tidak terlalu ketat sehingga menutup aliran darah pada luka. bila darah
menembus perban, beri tambahan perban diatasnya. Tetap alasi perembesan
darah/perdarahan sampai tim medis dating

Peringatan:
1. Jangan menggunakan torniket. Hal ini bisa menimbulkan kematian jaringan.
Penggunaan torniket adalah jalan keluar terakhir untuk menghentikan
pendarahan.
2. Jangan coba-coba melepaskan atau menggerakkan benda asing yang
terbenam di dalam luka.
3. Pada kondisi gawat darurat kesterilan alat no.2

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan bisa di simpulkan bahwa Trauma adalah
cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat, 1997).
Penyebab trauma adalah benda tumpul dan tajam. Trauma dapat menyebabkan
perdarahan , perdarahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu perdarahan internal dan
eksternal. Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok hemoragik yang merupakan
bagian dari syok hipovolemik.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kelompok kami akui bahwa makala masih dari
sempurna, maka dari itu untuk para pembaca apabila akan mengangkat atau membahas
masalah yang sama atau hal yang lainnya, diharapkan bisa lebih detail dan sumber –
sumbernya diperbanyak dan lebih update lagi yang baru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sunatrio, S, Larutan Ringer Asetat dalam Praktik Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam
Terapi
Resusitasi Cairan, Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999.
Thaib, Roesli, Syok Hipovolemik dan Terapi Cairan, Kumpulan Naskah Temu NAsional dokter
PTT, FKUI,
Simposisum hal 17-32
Williams, Hopper, Undestanding Medical-Surgical Nursing, F.A Davis Company, Philadelphia,
2003
Wirjoatmodjo, M, Rehidrasi – Ilmu Penyakit Dalapm, Jilid I Edisi Kedua, ED Soeparman, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1987 hal 8-12
https://www.academia.edu/13862096/trauma_tumpul_dan_tajam
Sudirharto, Basic Trauma Cardiac Life Sipport (BTCLS) In Disaster, Team INTC, Jakarta, 2014
Tygerson, Alton, Pertolongan Pertama, Edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta , 2015
Thygerson, Alton. 2011. First Aid Pertolongan Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai