1
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Hasil Pembelajaran:
1. Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik
2. Etiologi Stroke Hemoragik
3. Patogenesis terjadinya Stroke Hemoragik
4. Faktor Risiko Stroke Hemoragik
5. Gejala klinis Stroke Hemoragik
6. Diagnosa Stroke Hemoragik vs Non Hemoragik
7. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
8. Pencegahan Stroke Hemoragik
9. Melakukan rujukan ke dokter spesialis bedah saraf untuk penanganan pasien lebih lanjut.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
Seorang pria berusia 67 tahun datang ke IGD RS Tk. II Pelamonia dengan penurunan
kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tiba-tiba tidak merespon setelah pulang
bekerja dari sawah ketika dipanggil oleh keluarga. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala
disertai dengan mual dan muntah 2x berisi makanan serta cairan dan lendir. Riwayat demam (-).
Riwayat trauma (-). BAB dan BAK biasa. Riwayat hipertensi (+) sejak ± 7 tahun yang lalu, pasien
tidak berobat teratur. Riwayat DM tidak diketahui. Pasien bekerja sebagai petani. Pasien adalah
seorang perokok aktif selama ± 20 tahun 1 bungkus/hari.
2. Objektif
PEMERIKSAAN FISIS
KU: Sakit berat/Sopor
GCS 9 (E2V5M2)
TD= 200/110 mmHg, HR = 114x/menit, P = 26 x/menit, S = 37.20C
Pemeriksaan regional:
Kepala: anemis -/-; Sklera ikterik -/-; Pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+ normal;
Sianosis -/-
Leher: benjolan (-)
2
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Refleks fisiologis +
+
Refleks patologis + -
+ -
Sensorik: Sulit dinilai
4
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Pembahasan
Pasien Tn. M mengalami stroke akibat adanya riwayat hipertensi lama dan pasien tidak berobat
rutin
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan otot-otot
mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada
serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi
kerusakan:[7]
a. Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf vestibular).
b. Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia
(traktus piramidal).
c. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah
ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktus
spinotalamikus).
d. Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus salivarus),
singultus (formasio retikularis).
e. Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan
persarafan simpatis).
f. Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf
hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf
okulomotorik [III], saraf abdusens [V]).
g. Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun kesadaran
tetap dipertahankan).
Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti
prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium,
aneurisma septum atrium, dan lesi aterosklerotik dan trombotik dari
ascending aorta.
Merokok Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi,
menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan peningkatan
risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan jumlah
batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok mengurangi
risiko, dengan resiko kembali seperti bukan perokok dalam masa
lima tahun setelah penghentian.
Peningkatan Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit
hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan adalah
dari isi sel darah merah;
plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan
penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia,
hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya menyebabkan
gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan
penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauh
kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit akibat
7
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Kegemukan :
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas
telah secara konsisten meramalkan berikutnya
stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh
adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari 30%
di atas rata-rata kontributor independen ke-atherosklerotik infark
otak berikutnya.
Infeksi Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui
pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah.
8
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan faktor risiko dari pasien meliputi usia 67 tahun, jenis kelamin laki-
laki, kebiasaan merokok yang lama serta riwayat hipertensi yang dibuktikan dengan tensi pasien
pada saat datang 200/110 mmHg.
Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah penderita,
serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit
kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang
terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya
sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat
berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah
yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan
dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit. [8]
Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan pada saraf atau
kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala),
menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:[8]
a) Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut sakit
kepala halilintar)
b) Sakit pada mata atau daerah fasial
9
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
c) Penglihatan ganda
d) Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma. Individu harus
melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera. [8]
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan mencapai
puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hampir
setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap
berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk.
Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk
dibangunkan. [8]
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan
jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala terus, sering
dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. [2]
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan kerusakan pada
bagian tertentu dari otak, seperti berikut: [2,8]
a) Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
b) Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
c) Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit atau jam.
Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan subaraknoid dapat
menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: [2,8]
a) Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku.
Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan serebrospinal) dari pengeringan
seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan
dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala,
mengantuk, kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma
dan kematian.
b) Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat kontrak
(kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak mendapatkan
oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat
menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi
pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi
terganggu.
c) Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
11
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke hemoragik, sedangkan pada
stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik seluruhnya 87.5%.
Pembahasan
Tn. M datang dengan tanda-tanda deficit neurologis fokal yaitu kesadaran yang menurun
sehabi aktivitas disertai dengan kesan lateralisasi ekstremitas ke dextra. Keluhan sebelumnya juga
disertai dengan nyeri kepala dan muntah yang menandakan adanya tanda-tanda peningkatan TIK.
Hal tersebut mendukung diagnose pasien kea rah stroke hemoragik Ada juga ditemukan rangsang
menings (+) yang dapat ditemukan pada SAH dan IVH.
Pemeriksaan Penunjang
Tabel. Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik
Pembahasan
15
BORANG PORTOFOLIO EMERGENSI
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih intensif: 1
Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang gawat darurat.
Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas yang
adekuat.
Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi.
Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aan menyulitkan penilaian status
neurologi.
2. Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA 1
a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan antihipertensi saja tidak
direkomendasikan untuk mencegah perdarahan ulang setelah terjadi PSA, namun kedua hal
tersebut sering dipakai dalam pengobatan pasien dengan PSA.
b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulang direkomendasikan pada keadaan
klinis tertentu. Contohnya pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya vasospasme atau
memberikan efek yang bermanfaat pada operasi yang ditunda.
c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahan ulang.
d. Penggunaan koil intra luminal dan balon masih uji coba.
3. Operasi pada aneurisma yang rupture 1
a. Operasi clipping sangat direkomendasikan untuk mengurangi perdarahan ulang setelah
rupture aneurisma pada PSA.
b. Walaupun operasi yang segera mengurangi resiko perdarahan ulang setelah PSA, banyak
penelitian memperlihatkan bahwa secara keseluruhan hasil akhir tidak berbeda dengan
operasi yang ditunda. Operasi yang segera dianjurkan pada pasien dengan grade yang lebih
baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan klinis lain, operasi yang segera
atau ditunda direkomendasikan tergantung pada situasi klinik khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi untuk perdarahan ulang.
Pembahasan
Pasien mendapat penatalaksanaan umum stroke akut berupa:
Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan: O2 3lpm via nasal kanul
Stabilisasi hemodinamik: IVFD NaCl 0.9% 20lpm
Pem. Awal fisik umum: TTV, Pemfis, Pem. Neurologis
Penatalaksanaan dengan tanda peningkatan TIK: Head up 30 derajat, pemberian mannitol
6x100cc, pro EVD untuk hidrosefalus akut
Penanganan transformasi hemoragik: Perbaiki perfusi dengan citicoline 500mg/12jam/iv
Pengendalian kejang
Pengendalian suhu tubuh: Cegah infeksi pemberian antibiotic Ceftriaxone 2gr/24jam/iv
Pem. Penunjang: EKG: LVH, Lab: Leukositosis, CT scan: Perdarahan Intraventrikel
Peserta, Pendamping,
19