Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Manusia
A. Pendahuluan.
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan,
organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekrja lebih
menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Tidak
terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan pengembangan sering dilakukan
sebagai upaya meningkatkan kinerja para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum
mampu untuk mengemban pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan
masyarakat dalarn pendidikan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan
mungkin sudah memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para
pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai
dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak
instansi pendidikan untuk memfasilitasi atau memiasililatori pelatihan dan pengembangan
karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang balk, etèktif dan
efisien.
Pelatihan Iebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi
yang berkaitan dengan jabtan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang
bersangkutan saat ini ( current job oriented). Sasaran yang ingin dicapai dan suatu program
pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
lstilah pelatihan dan pengembangan merujuk pada struktur total dan program di
dalam dan luar pekerjaan karvawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan
promosi karir. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja
(vocational) yang dapat digunakan dengan segera. (Sjafri :2003: 135).
.
1. Pehtihan Keahlian.
2. Pelatihan Ulang.
4. Pelatihan Tim.
5. Pelatihan Kreatifitas.
a. Pelatihan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.
b. Pengembangan.
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sebelum pelatihan dapat diselenggarakan, kabutuhan akan hal itu perlu dianalisis
lebih dahulu. Hal demikian disebut sebagai langkah/tahapan penilaian dari proses pelatihan.
Menurul (Sjafri:2003:140). setelah tahap analisis kebutuhan dilakukan, maka harus
melakukan beberapa tahapan berikutnya:
3. Prinsip-prinsf p pelatihan.
a. partisipasi
b. pendalaman
c. relevansi
d. pengalihan
e. umpan balik
f. suasana nyaman
g. memiliki kriteria
b. Perputaran pekerjaan
f. Studi kasus
g. Simulasi
i. Pelatihan laboratorium
j. Pembelajaran aksi
Dalam tahapan ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan yaitu:
a. Metode pelatihan.
Supaya efektif, pelatihan haru merupakan suatu solusi yang tepat bagi
permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan
untuk memperbaiki kekurangan keterampilan. Untuk meningkatkan
usaha belajarnya,para pekerja harus menyadari perlunya perolheanb
informasi baru atau mempelajari keterampilan-keterampilan baru, dan
keinginan untuk belajar harus dipertahankan. Apa saja standar kinerja
yang telah ditetapkan, sang pegawai tidak harus dikecewakan oleh
pelatih yang menuntut terlalu banyak atau terlalau sedikit.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut
efektif di dalam mencapai sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Ini
menghendaki identifikasi dan pengembangan criteria tertentu.
pelatihan?
menyelesaikan masalah?
1. Tahapan penilaian
3. Tahapan evaluasi
The most popular training and development methods used by organization can be
classified as either on-the-job training. In the following pages, we will briefly introsce
the better know techniques of each category.
1. Efektivitas biaya.
2. Isi program yang dikehendaki
3. Kelayakan fasilitas-fasilitas
6. Prinsip-prinsip belajar
1. Rotasi jabatan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara
Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima
representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk
menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik
presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep
atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa digunakan adalah:
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi
.
I. Penutup
Daftar Pustaka
Dessler, Gary. (2004). Sumber Daya Manusia, Penerjemah Eli Tanya Jakarta:
PT. Indeks. Judul asli Human Resource Managemen .(2003) pretince-Hall, inc,
Upper Saddle River. New Jersey
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya terpusat pada kegiatan seleksi,
penempatan, pengupahan, pelatihan, transfer, promosi serta berbagai tindakan lainnya,
yang fokusnya adalah pada kepentingan organisasi kerja. Tugas utama dari pengelolaan
sumber daya seringkali hanya mengusahakan agar personil dapat bekerja secara efektif.
Dalam artian yang luas pengembangan sumber daya manusia terutama meliputi pendidikan
dan pelatihan, peningkatan kesehatan manusiawi, yang menyegarkan dalam organisasi, dan
pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium perlu untuk ditingkatkan.
Ciri yang konkrit dari program pendidikan dan pelatihan dalam peningkatan mutu unjuk kerja
personil selalu berkembang, karena kebutuhan organisasi kerja dan masyarakat selalu
berubah. Kekuatan potensial yang dapat menimbulkan perubahan adalah yang saling
berkaitan. Pelatihan dan pengembangan SDM menjadi suatu keniscayaan bagi organisasi,
karena penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka
akan berhasil. Karyawan baru sering sering merasa tidak pasti tentang peranan dan
tanggung jawab mereka. Permintaan pekerjaan dan kapasitas karyawan haruslah seimbang
melalui program orietasi dan pelatihan. Keduanya sangat dibutuhkan. Sekali para karyawan
telah dilatih dan telah menguasai pekerjaannya, mereka membutuhkan pengembangan lebih
jauh untuk menyiapkan tanggung jawab mereka di masa depan. Ada kecenderungan yang
terus terjadi, yaitu semakin beragamnya karyawan dengan organisasi yang lebih datar, dan
persaingan global yang meningkat, upaya pelatihan dan pengembangan dapat
menyebabkan karyawan mampu mengembangankan tugas kewajiban dan tanggung
jawabnya yang lebih besar.
Di tengah-tengah berbagai sumber kekuatan atau berbagai jenis potensi untuk program
yang mengandung potensi untuk menimbulkan perubahan organisasi, maka hal penting
yang bersumber dari peraturan dan program pendidikan dan pelatihan yang mampu
berperan sebagai “pemicu” dalam perubahan organisasi atau pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Dari uraian diatas maka judul dalam pembahasan makalah ini adalah “PERANAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM PENGEMBANGAN SDM APARATUR DI
PEMERINTAH PUSAT MAUPUN DAERAH”
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk penyerapan ilmu mata kuliah manajemen
SDM khususnya dalam hal peranan pelatihan dan pendidikan yang juga berperan pada
pengembangan SDM yang merupakan bagian dari Manajemen SDM itu sendiri. Tujuan
khusus dalam pembuatan malkalah ini adalah melengkapi tugas dalam mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia.
1.4. Kegunaan/Manfaat
a. Kegunaan
Kegunaan yang bersifat teoritis, dimana dalam makalah ini banyak hal yang sangat
bermanfaat tentunya dalam penulisan serta teori – teori yang dimasukkan dan menambah
wawasan kami dalam menyusun makalah ini. Kegunaan praktis yang merupakan sebagai
hasil dari kemampuan yang ada dalam mempelajari teori – teori yang kami dapatkan serta
hasil studi dari riset pustaka.
b. Manfaat
1. Secara akademis sebagai bahan masukan yang didapat dari kajian literatur ilmiah
bagi instansi terkait tentang pentingnya peranan Pendidikan dan Pelatihan terhadap
Pengembangan SDM.
2. Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh penulis selanjutnya untuk
dikembangkan dalam penulisan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas penggunaan istilah pelatihan
dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan
merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap
pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen
tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan
untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai
usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Sebelum penentuan metode maka ada beberapa langkah yang akan ditempuh dalam pelatihan dan
pengembangan SDM (Siagian, 2008), yaitu :
a. Penentuan Kebutuhan
b. Penentuan Sasaran;
c. Penetapan isi program;
d. Identisikasi prinsip – prinsip belajar;
e. Pelaksanaan program;
f. Identifikasi manfaat;
g. Dan penilaian pelaksanaan program.
Menurut Sondang P. Siagian (2008), tambahan karena investasi yang dibuat organisasi di
bidang sumber daya manusia tidak kecil dalam bentuk biaya, tenaga dan waktu, maka perlu
diupayakan benar – benar agar program pelatihan dan pengembangan disusun berdasarkan
analisis kebutuhan yang tepat, dengan sasaran yang jelas, isi program yang paling sesuai
dengan kebutuhan, penerapan prinsip – prinsip belajar yag paling relevan, pelaksanaan
program dengan menggunakan teknik – teknik belajar – mengajar yang paling cocok dan
penilaian berdasarkan criteria yang obyektif, tidak hanya melihat dari sudut teknikal, akan
tetapi juga pelatihan dan pengembangan yang telah diselenggarakan.
Berbagai metode dapat digunakan dalam program pengembangan. Metode pengembangan yang
paling terkenal dan banyak digunakan, antara lain :
a) Metode Understudy
Teknik pengembangan understudy serupa dengan metode on the job. Belajar dengan berbuat
ditekankan melalui kebiasaan. Pada tehnik understudy tidak melakukan tugas secara penuh, tetapi
diberikan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam understudy, peserta diberikan latar
belakang masalah dan pengalaman-pengalaman tentang suatu kejadian, kemudian mereka harus
menelitinya dan membuat rekomendasi secara tertulis tentang masalah-masalah yang berhubungan
dengan tugas-tugas unit kerja. Motivasi dan minat kerja pada umumnya tinggi apabila digunakan
tehnik understudy. Konsep understudy memungkinkan perencanaan pegawai secara sistematis dan
terkoordinasi serta dapat digunakan dengan jarak waktu yang lama.
b) Metode Job Rotasi dan kemajuan berencana
Job rotasi yang melibatkan perpindahan peserta dari suatu pekerjaan pada pekerjaan lainnya. Kadang-
kadang dari suatu penempatan pada penempatan lainnya yang direncanakan atas dasar tujuan belajar.
Keuntungan job rotasi adalah antara lain
: pegawai peserta mendapatkan gambaran yang luas mengenai berbagai macam jenis pekerjaan,
mengembangkan kerjasama antarapegawai, menentukan jenis pekerjaan yang sanagt diminati oleh
pegawai, mempermudah penyesuaiaan diri dengan lingkungan tempat bekerja, sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan penempatan kerja yang sesuai dengan potensi pegawai.
c) Metode Coaching-Counseling
Coaching adalah suatu prosedur mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan. ketrampilan kepada
pegawai bawahan. Counseling merupakan pemberian bantuan kepada pegawai agar dapat menerima
diri, memahami diri dan merealisasikan diri, sehingga potensinya dapat berkembang secara optimal
dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
BAB III
METODE PENULISAN
Obyek pada penulisan makalah ini adalah mengenai pendidikan dan pelatihan yang
mempunyai peranan penting dalam pengembangan manajemen SDM aparatur dan juga
sangat berfungsi bagi organisasi. Dalam pendidikan dan pelatihan yang dilakukan
organisasi banyak hal yang dilakukan dengan beberapa cara. juga mengenai
pengembangan SDM banyak teori serta pendapat ahli yang mengemukakannya. Jika dilihat
hubungan dari semua teori tersebut maka kammi berusaha menghubungkan peranan
pendidikan dan pelatihan terhadap pengembangan SDM. Hal ini juga terperinci dalam Bab –
bab yang telah disusun.
Hal yang menjadi pembahasan pada masalah terperinci pada Bab IV yang mengemukakan
kondisi SDM aparatur saat ini, kualifikasi SDM di masa depan dan bagaimana strategi yang
digunakan untuk pengembangan SDM dimasa yang akan datang. Tempat atau lokus yang
menjadi masalah dalam pembahasan makalah ini adalah pada organisasi pemerintahan
tepatnya di pemerintah daerah. Karena kita ketahui banyak kelemahan dan kesempatan
yang belum terlihat dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan SDM
aparatur pemerintahan itu sendiri.
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah melalui riset kepustakaan atau
lebih dikenal dengan study terhadap buku. Riset kepustakaan ini bertujuan mencari
landasan teori yang berhubungan dengan penyusunan makalah dengan membaca buku –
buku referensi dan makalah – makalah yang didapatkan melalui internet dan juga bahan
bacaan lainnya. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh secara teoritis sebagai bahan
yang mendasari penyusunan makalah serta analisis yang dilakukan.
Adapun sistematika penulisan yang ditempuh sesuai dengan tahapan – tahapan sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHLUAN
Dalam bab ini dilakukan suatu study atas teori – teori yang akan dijadikan
landasan dalam memecahkan permasalahan. Tinjauan pustaka yang
dilakukan mengenai risest kepustakaan dengan membaca buku – buku dan
makalah serta bahan – bahan lainnya yang berhubungan dengan Manajemen
SDM, pelaksanaan pendidikan dan diklat serta dalam pengembangan SDM
juga dengan bacaan yang berhubungan dengan SDM Aparatur
pemerintahan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini diawali dengan uraian singkat keadaan sekarang, yang akan
datang dan juga strategi yang akan dilakukan untuk pengembangan SDM
yang akan datang.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas teori – teori yang ada serta
pembahasan sehingga dapat dilihat strategi yang tepat dalam
pengembangan SDM.
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambaran tersebut memberikan dorongan bagi kita untuk melakukan perubahan pada SDM
aparatur Indonesia (kita sebut dengan istilah Reformasi Birokrasi). Reformasi telah
melahirkan berbagai perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan, salah
satunya adalah perubahan sistem pemerintahan daerah sejak diberlakukannya UU No. 22
Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan mendasar pada undang-undang ini terletak pada
paradigma yang digunakan, yaitu dengan memberikan kekuasaan otonomi melalui
kewenangan-kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya,
khususnya kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan RI.
Melalui undang-undang ini Bangsa Indonesia telah mengambil langkah untuk meninggalkan
paradigma pembangunan sebagai pijakan pemerintah untuk beralih kepada paradigma
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan paradigma ini tidak berarti bahwa
Pemerintah sudah tidak lagi memiliki komitmen untuk membangun, tetapi lebih pada
meletakkan pembangunan pada landasan nilai pelayanan dan pemberdayaan
Manajemen pelayanan pada sektor publik sebagai suatu keseluruhan kegiatan pengelolaan
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dituntut memiliki karakteristik, memiliki dasar
hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki kelompok kepentingan yang luas
termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani memiliki tujuan social serta akuntabel pada
publik. Sejalan dengan perkembangan manajemen penyelenggaraan negara, dan dalam
upaya mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas, paradigma pelayanan publik
berkembang dengan fokus pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
(customer-driven government) yang dicirikan dengan lebih memfokuskan diri pada fungsi
pengaturan, pemberdayaan masyarakat, serta menerapkan sistem kompetisi dan
pencapaian target yang didasarkan pada visi, misi, tujuan, dan sasaran. Pada prinsipnya, di
dalam diri setiap aparatur pemerintah melekat peran, tugas, dan tanggung jawab yang
dilandasi oleh nilai, kode etik, dan moral.
Pelayanan publik adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun jasa
dalam rangka pemenuhan kebutuhan (kepuasan) masyarakat sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, maka
tingkat pelayanan di tingkat lokal akan sangat benarbenar bisa dirasakan oleh masyarakat di
dalam peningkatan kualitas pelayanan publik. Ini berarti bahwa SDM aparatur merupakan
sebagian dari keseluruhan elemen system pelayanan publik yang begitu luas dan kompleks,
karena tugas dan fungsi SDM aparatur yang begitu penting dan strategis. Dewasa ini, fungsi
SDM aparatur menjadi lebih kompleks tidak sekedar fungsi pengaturan, pengelolaan, dan
pengendalian saja, akan tetapi lebih berorientasi pada fungsi pemberdayaan (empowering),
kesempatan (enabling), keterbukaan (democratic), dan kemitraan (partnership) dalam
pengambilan keputusan, pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dalam upaya pelayanan
publik.
Tugas pokok dan fungsi dari SDM aparatur pada intinya adalah menjadi pelayan masyarakat
yaitu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat; menjadi stabilisator yaitu
sebagai penyangga persatuan dan kesatuan bangsa; menjadi motivator yaitu
memberdayakan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam pembangunan; menjadi
innovator dan creator yaitu menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam pelayanan masyarakat
agar menghasilkan pelayanan yang baru, efektif dan efisien dan menjadi inisiator yaitu
selalu bersemangat mengabdi dengan berorientasi pada fungsi pelayanan, pengayoman,
dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi dengan keikhlasan dan ketulusan. Dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, tentu saja perlu diperhatikan hak dari
aparatur itu sendiri, yaitu mendapatkan kehidupan yang sejahtera baik dari aspek material
maupun spiritual.
Secara garis besar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparatur di Indonesia adalah
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat (excellent service for people).
Agar tugas pokok dan fungsi serta kewajiban tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka
harus didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Adanya peraturan yang jelas
serta didukung dengan sumber daya manusia yang profesional dan handal merupakan
factor pendukung yang tidak boleh ditinggalkan. Sarana dan prasarana yang memadai,
lengkap dan canggih akan mempercepat proses pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, peraturan yang jelas dalam pemberian pelayanan masyarakat akan
memberikan pedoman bagi aparatur dalam memberikan pelayanan. Selain itu, masyarakat
diberi akses untuk dapat mengontrol dan mengawasi kualitas dan prosedur pelayanan yang
diberikan. Di samping hal-hal tersebut, adanya dukungan SDM aparatur dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta kewajibannya mempunyai kemampuan atau
kompetensi yang baik, pelayanan diberikan secara transparan, fair, tidak membeda-bedakan
dan dilaksanakan secara akuntabel serta penuh keikhlasan dan ketulusan.
Untuk membentuk sosok SDM aparatur seperti tersebut memang memerlukan waktu dan
proses yang lama serta upaya yang tidak boleh berhenti. Perubahan yang segera dapat
dilakukan adalah peningkatan kemampuan atau kompetensi yang dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun non diklat. Perubahan melalui diklat dapat
dilakukan dengan melakukan berbagai kursus, pendidikan formal maupun non formal atau
pendidikan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau kompetensi teknis
maupun perubahan pola pikir, moral, dan perilaku SDM aparatur. Meskipun merubah pola
pikir, moral dan perilaku SDM aparatur melalui diklat memang tidak mudah, akan tetapi tetap
perlu dilakukan. Sementara peningkatan kemampuan atau kompetensi melalui non diklat
dapat dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi kerja yang kondusif untuk
terjadinya peningkatan kemampuan, melakukan mutasi secara berkala, menciptakan
hubungan antar personal yang harmonis dan lain sebagainya.
Eksistensi SDM aparatur perlu mendapat perhatian khusus, berkaitan dengan strategi
peningkatan kualitas dan kompetensinya. Peningkatan kompetensi SDM aparatur dalam
mengemban tugas atau jabatan birokrasi melalui diklat adalah berorientasi pada standar
kompetensi jabatan sesuai tantangan reformasi dan globalisasi yang tentu saja disesuaikan
dengan kebutuhan stakeholder-nya. Kualitas aparatur tidak mungkin meningkat tanpa
adanya usaha-usaha yang konkrit untuk meningkatkannya. Oleh karena itu diklat perlu terus
ditingkatkan agar SDM aparatur benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan
tugasnya secara profesional.
Kompetensi jabatan SDM aparatur (PNS), secara umum berarti kemampuan dan
karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002).
Disinilah kompetensi menjadi satu karakteristik yang mendasari individu atau seseorang
mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam bentuk
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) untuk menciptakan
aparatur yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang
selalu bertindak hemat, efisien, rasional, transparan, dan akuntabel. Jadi, pelayanan publik
merupakan pemberdayaan masyarakat yang pada gilirannya dapat menggerakkan roda
perekonomian menuju Kesejahteraan. Untuk itu, diperlukan strategi peningkatan kompetensi
SDM aparatur, melalui pelatihan dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan SDM
yang memadai merupakan sesuatu yang sangat mutlak yang perlu dipahami dan
dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
Tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan datang ditandai dengan dominasi teknologi
komunikasi, sebagian besar pekerjaan terletak pada sektor jasa dan informasi. Informasi
merupakan kekuatan dan kekuasaan pada zaman pasca modern. Dunia sedang bergulat
dalam masa transisi menuju ekonomi jasa. Teknologi komunikasi menghilangkan batas
ruang dan waktu. Pertukaran informasi di antara penduduk dunia berlangsung dengan cepat
dalam jumlah yang banyak. Manusia harus bereaksi dengan cepat, padahal alternatif yang
tersedia sangat beragam. Karena luasnya perubahan yang terjadi seluruh aspek kehidupan
kita terpengaruh keluarga, pekerjaan, pendidikan, rekreasi, bahkan kehidupan beragam.
Manusia dikatakan sehat secara psikologis bila dapat memberikan reaksi yang tepat pada
lingkungannya, bila ia bias menyesuaikan diri dengan baik, memiliki kemampuan
beradaptasi memberikan kesan bahwa ia mampu memahami dan mengendalikan
lingkungan. Ia memiliki ketrampilan dan memperlihatkan unjuk kerja yang optimal. Mutu
unjuk kerja yang diharapkan adalah tercapainya tingkat kematangan dalam menyelesaikan
tugas yang dibebankan kepada personil. Hersey dan Blanchard (1980:162) mengemukakan
variasi kematangan seseorang ditinjau dari tanggung jawab sebagai berikut:
(1) individuals who are neither willing nor able to take responsibility.
(2) individuals who are willing but not able to take responsebility
(3) individuals who are able but not willing to take responsibility, and
Jadi tingkat kematangan seseorang yang memperlihatkan mutu unjuk kerja yang tinggi
adalah mereka yang memiliki keinginan bertanggung jawab dan dapat bertanggung jawab.
Kemudian ditegaskannya dua faktor kematangan yaitu, (1) “job maturity-ability and technical
knowledge to do the task, and (2) psychological maturityfeling of self confidence and self
respect about one self as and individual” (Hersey dan Blanchard, 1980:163).
Jadi orang yang matang atau memperhatikan mutu unjuk kerja yang tinggi tidak hanya
memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengerjakan tugas, tapi juga memiliki rasa
kepercayaan pada diri sendiri dan merasa baik dari apa yang dilakukannya. Mampu
mengadakan segala perubahan karena salah satu ciri kehidupan adalah perubahan. Mereka
yang tidak mengikuti perubahan zaman akan tinggal menjadi manusia yang konservatif dan
menghalangi kemajuan. Personil yang memiliki mutu unjuk kerja tinggi akan lebih peka
(sensitif) terhadap nilai-nilai yang sifatnya rohani atau spiritual, pertumbuhan kepribadian
tidak menyimpang dengan norma.
Dari sudut pandang langsung organisasi, pengembangan seseorang di tempat kerja dapat
membantunya untuk secara lebih kompeten melakukan pekerjaannya. Ini akan makin meningkatkan
produktivitasnya sendiri dan produktivitas organisasi tersebut. Pengembangan staf yang ada pun jauh
lebih murah daripada merekrut dan mendidik karyawan-karyawan baru. Berinvestasi dalam orang dan
pengembangannya akan mengurangi biaya operasi organisasi dan menghasilkan kepuasan pelanggan
yang lebih besar.Jawaban yang paling sederhana dari pertanyaan mengapa pelatihan dan
pengembangan tenaga kerja harus dikembangkan adalah jika perusahaan tidak mengembangkannya,
maka perusahaan akan kehilangan karyawannya.
Organisasi yang tidak memberi harapan bagi orang-orang yang mempunyai keterampilan
kemungkinan hanya akan memiliki staf yang tidak terampilan dan tidak dapat diandalkan. Dalam kata
– kata yang lebih positif, manusia yang berkembang adalah sumber yang lebih berharga.
Pengembangan sering diartikan pelatihan dan terlalu sering pelatihan itu berarti kursus. Namun,
sebenarnya pengembangan adalah suatu proses yang jauh lebih luas dan lebih kaya daripada hanya
mengikuti kursus pelatihan. Belajar seumur hidup yang sesungguhnya dapat terjadi dalam bentuk
berbagai cara, lingkungan social, hubungan dan pembicaraan.
Untuk pembinaan serta pengembangan sumber daya manusia diperlukan suatu strategi
tertentu, sehingga hasil yang diharapkan bisa tercapai. Henry Mintzberg yang menjelaskan
bahwa, A strategy is the pattern or plan that integrates an organization’s gloals, policies, and
action sequences into a cohesive whole. (Henry Mintzberg, 1982:5). Farky Gaffar
menegaskan bahwa strategi adalah mekanisme organisasi yang menjabarkan visi secara
operasional dan menterjemahkan kebijaksanaan dalam bentuk tindakan nyata. Strategi
adalah cara yang tepat untuk melaksanakan kebijakan (1994:7).
Strategi yang dapat ditempuh dalam pembinaan pengembangan SDM dalam manajemen
dimulai dari pengkajian kebutuhan (need assesment) untuk suatu program, persiapan dan
pelaksanaan pendidikan, evaluasi dan pembinaan untuk meningkatkan effisiensi dan
efektivitas implementasi pendidikan dan pelatihan. Mengembangkan kerja sama dengan
pihak pemakai untuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelatihan merupakan strategi
yang cukup penting. Kegiatan tersebut akan dibahas satu persatu berikut ini.
Salah satu kegiatan dalam pengkajian ini adalah mengkaji mutu unjuk kerja personil. Agar
perencanaan pendidikan dan pelatihan mencapai sasaran, maka organisasi pemakai perlu
mengkaji mutu unjuk kerja personil di lingkungannya secara komprehensif. Daniel L.
Stufflebeam dkk (1985:6-7) mengemukakan beberapa definisi kebutuhan dalam mengkaji
kebutuhan adalah sebagai berikut:
Kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan bukan hanya dilakukan secara kuantitatif tapi
perlu dilakukan secara komprehensif yakni dengan mengkaji dan menginventarisasi mutu
unjuk kerja personil yang ada sekarang dengan yang seharusnya untuk mampu
menyelesaikan pekerjaan.
Untuk membuat persiapan pendidikan dan pelatihan Diklat perlu mengadakan pertemuan
dengan seluruh penatar. Kita tidak boleh berasumsi bahwa silabi sudah cukup memadai
untuk pegangan menyampaikan materi. Pertemuan dengan seluruh penatar pada dasarnya
untuk mencegah terlalu jauh menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Koordinasi di
antara adanya pertemuan bersama semua gerak langkah terkoordinasi dengan baik. Dalam
hal seperti ini perlu sikap hati-hati dalam membuat suatu asumsi seperti yang disarankan
oleh Michael W. Apple (1995:153), “We should cautions of technical solutions to political
problems. We should cautions about fine-sounding words that may not take account of daily
lives of the people who work in this institutions”.
Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa kurikulum perlu diupayakan untuk dihubungkan
dengan tugas personil di lapangan yang menyangkut berbagai ketrampilan. Keterhubungan
itu memang perlu diperhatikan dalam merancang kurikulum. Substansi Kurikulum perlu
menyentuh seluruh kebutuhan organisasi dan pertumbuhan kepribadian peserta. Jika dilihat
dari materi kurikulum, agar peserta mengalami perubahan yang mendasar sebagai aparat
pemerintah, maka kurikulum seyogyanya secara substansi memuat tentang: tecnical skill,
conceptual skill, human skill, political skill, dan personal growth.
Ketrampilan teknis (technical skill) yaitu kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur
dan teknik dari suatu bidang kegiatan tertentu. Ketrampilan manusiawi (human skill) yaitu
kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami dan merancang serta mendorong
orang lain. Orang lain itu termasuk bawahan. Ketrampilan konseptual (conceptual skill)
adalah kemampuan mengkoordinasi dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan
kegiatan organisasi sehingga organisasi dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh.
Ketrampilan politis (Political skill) dimaksudkan adalah ketrampilan yang mampu
memperoleh kekuatan untuk mencapai tujuan organisasi. Ketrampilan politis termasuk
menentukan hubungan yang benar dan mempengaruhi orang yang benar.
Ketrampilan politis termasuk memenangkan pengaruh dari orang lain, merebut kekuatan
ataupun mempertahankan kekuatan. Ketrampilan ini memungkinkan seorang untuk terus
mengembangkan kariernya. “Recently, Pfeffer (1989) suggested that a political focus may
be an important, yet overlook. persfective in understanding career success”. (Timothy A.
Judge, 1994:44).
Pertumbuhan kepribadian (personal growth) diharapkan tumbuh sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugas pengabdiannya, dan kedewasaan bertindak. Pemahaman, penghayatan,
dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang pemimpin. Penampilan
untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi stafnya. Peserta sebagai input
diasumsikan sudah memiliki (K) Knowledge: Pengetahuan, (S) Skill: Ketrampilan, dan (A)
Atitude: Sikap. Setelah selesai mengikuti pendidikan diharapkan lebih menekankan pada
perubahan Atitude (Sikap), setelah itu Skill (Ketrampilan), dan terakhir memiliki knowledge
(pengetahuan). Upaya untuk menguasai KSA menjadi ASK tidak hanya dalam semboyan
tapi diwujudkan dalam setiap penyampaian aspek kurikulum, dengan terintegratif dalam
setiap proses belajar mengajar. Aspek tersebut memang tidak terlihat secara eksplisit dalam
kurikulum, aspek tersebut seakan-akan tersembunyi di dalam setiap piranti, dan nyata
hingga tidak perlu penyampaian secara monolitik.
(2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang
instruktur: (3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya panutan dan teladan bagi peserta
latihan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi instruktur perlu mendapat
pengakuan dan perlindungan hukum. Sehingga tidak semua orang mempunyai peluang
untuk tampil menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Metode yang dipergunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam persepsi
peserta seyogyanya dapat membangkitkan keakraban emosional dan memberikan
kepercayaan intelektual.
Evaluasi atau penilaian dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui keberhasilan proses
belajar mengajar yang telah dilakukan, dalam upaya menyerap kurikulum yang telah
ditetapkan.
Dengan evaluasi dapat diektahui bagian kurikulum yang dapat dikembangkan terutama yang
masih lemah. Evaluasi juga dapat mengetahui faktor penyebab kelemahan kurikulum dan
proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat diupayakan cara pemecahannya.
Penempatan kembali personil setelah mengikuti pendidikan merupakan sebagai salah satu
tindakan manajemen. Penempatan ini menunjukkan berbagai variasi. Ada di antara mereka
yang dipromosikan atau ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari sebelum mengikuti
pelatihan. Ada yang menempati posisi semula yang sama, dan ada pula yang dialihtugaskan
pada posisi lain dengan eselon yang sama. Salah satu tugas Bagian Personalia adalah
mengatur penempatan pegawai dan terus mengatur personil selama berada dalam
organisasi. Prinsip yang dikembangan the right man on the right place , harus menjadi
acuan bagaiaman menempatkan kembali pegawai yan telah mengikuti diktlat tersebut
.Tentu harapan pegawai dapat ditempatkan sesuai dengan skill, ketrampilan dan
kemampuan kerjanya.
Dalam pembinaan personil pimpinan perlu mengembangkan strategi self management bagi
personil yang telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan, supaya mereka mampu
menyelesaikan pekerjaan sendiri, melalui tanggung jawabnya bertindak melalui manipulasi
peristiwa internal dan eksternal. Mereka dapat mengubah dan mengembangkan perilakunya
sesuai dengan potensi yang telah dimilikinya. Bahkan diharapkan mereka dapat komitmen
dengan perilaku positif yang dicapainya. Nahoney & Arnkoff, menegaskan bahwa “The self
management literature treats individuals as if they were isolated system, who sole task are
those of observing their own behaviors, setting up cues and reimforcing and punishing
themselves” (tsui, Ashford, 1974:96).
Perubahan lingkungan terjadi karena adanya penyederhanaan dari hal-hal yang dipandang
sangat kritis dalam organisasi. Organisasi perlu menyesuaikan diri, termasuk perubahan di
lingkungan dan staf (Gutherie et-al, 1993:889). Pimpinan perlu memotivasi pegawai setelah
Pendidikan dan Pelatihan, termasuk memperhatikan faktor yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas manusia adalah kesehatan personil dalam organisasi.
Menjaga kesehatan personil dalam artian yang luas termasuk kesehatan lingkungan, dan
mental merupakan upaya pembinaan sumber daya manusia. Personil yang matang tanpa
dukungan dan organisasi yang mapan juga tidak akan mendatangkan produtkivitas yang
tinggi. Agar produktivitas organisasi semakin meningkat, maka penggunaan (deployment)
pegawai setelah pelatihan perlu dilakukan secara tepat.
Proses pengembangan terdiri atas tindakan memutuskan kompetensi, ketrampilan atau pengetahuan
yang perlu dikembangkan, dan bagaimana mencapainya. Sebagaimana dengan kebanyakan keputusan
manajerial, seorang manajer harus mengambil keputusan ini berdasarkan sumber daya dan
kesempatan yang tersedia. Tidak ada gunanya merencanakan program pengembangan besar-besaran
jika sumber dayanya habis ditengah jalan. Tidak ada gunanya mengirim seorang anggota tim untuk
mengikuti kursus pelatihan berbiaya mahal jika ia tidak diberi kesempatan untuk mempraktekkan
ketrampilan yang ia peroleh tersebut setelah kembali bekerja.
Lain halnya dengan fungsi pelatihan, arti pentingnya pengembangan manajer baru disadari dan
diterima secara luas dewasa ini. Alasan mengapa pengembangan sangat penting adalah sama dengan
alas an mengapa pelatihan penting. Jika kita berpendapat bahwa training dan re-training adalah suatu
proses terus menerus yang tiada akhirnya, maka kita juga harus menerima pendapat pengembangan
manajer yang terus menerus; dimana setiap manajer berkembang melalui serangkaian posisi atau
jabatan operasional.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa SDM aparatur yang ada sangat jauh dari
apa yang diharapkan. Potret SDM aparatur saat ini yang menunjukkan
profesionalisme rendah, banyaknya praktek KKN yang melibatkan aparatur,
tingkat gaji yang tidak memadai, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-
belit, kurang kreatif dan inovatif, bekerja berdasarkan juklak dan juknis.Hal ini
dikarenakan dengan sering terjadi perubahan terhadap pelaksanaan
pemerintahan, sehingga terjadi perubahan terhadap aturan – aturan yang
mendasari pelayanan publik
5.2. Saran
a. oleh karena profesionalisme aparatur SDM yang diharapkan sangat tinggi, maka hendaknya
pemerintah pusat maupun daerah hendaknya lebih bijak menghadapi permasalahan ini karena
masyarakat membutuhkan pelayanan yang terbaik, bukan hanya sekedar pembangunan yang
baik. Dengan cara meningkatkan pembinaan dan evaluasi baik terhadap pegawai ditingkat
paling rendah maupun pejabat yang memegang peranan penting.
b. Para aparatur harus siap dengan kemajuan, baik dengan cara personal maupun organisasi
harus mendukung kemanjuan tersebut serta menjembatani agar para pegawai tidak kaku,
canggung terhadap kemajuan teknologi guna pembangunan yang lebih baik serta pelayanan
masyarakkat yang terbaik. Agar para pegawai menjadi pegawai yang tepat diharapkan yang
mampu menyesuaiakan diri dalam keadaan apapun.
c. Cara yang paling tepat dengan mengadakan kegiatan pembelajaran personal atau dengan
pendidikan pelatihan yang mendukung kemajuan teknologi global. Pendidikan dan pelatihan
dimaksud agar dapat disusun sesuai dengan konsep dan teori yang ada juga disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan yang sekarang berjalan. Sesuai dengan strategi pengembangan
yang tentunya melalui pendidikan dan pelatihan terhadap aparatur SDM pemerintah pusat
maupun daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, G., Human Resource management. 8thEdition. New jersey: Prentice-Hall.Inc, 2000
———–, Human resource management /gary dessler : alih bahasa, benyamin Molan ; penyunting,
Triyana Iskandarsyah. Ed7, Jakarta: PT. Prenhallindo, 1997
Siagian, Sondang P., Manajemen Sumber Daya Manusia Ed. 1, cet. 15. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008
———-, Organisasi, kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: C.V. Haji Masagung, 1986