Anda di halaman 1dari 3

Teknik spray drying adalah salah satu metode untuk memasukan partikel obat ke dalam paru-

paru menggunakan inhaler bubuk kering.

Prinsip kerja spray drying adalah untuk mendispersikan larutan obat menjadi tetesan sangat
kecil yang dibantu dnegan alat semprot, kemudian dengan cepat menguapkan pelarut dalam
media kering panas seperti udara panas sehingga didapatkan produk bubuk kering atau
butiran. Proses ini menghasilkan produk dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan distribusi
ukuran partikel yang sempit dan juga relative mudah ditingkatkan produksi komersial.

Terdapat kekurangan dalam teknik ini yaitu partikel akan terserap oleh aliran udara
menyebabkan hasil produk rendah dan menyebabkan kerugian terutama untuk obat yang
mahal, obat yang tidak stabil pada suhu tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat
diatasi dengan pendekatan forrmulasi yang banyak digunkan adalah untuk campuran obat
dengan pembawa yang dalam hal ini adalah laktosa.

Laktosa dipilih sebagai eksipien karena toksisitas rendah,inert dan ketersediaannya luas.
Laktosa yang digunakan adalah laktosa dalam bentuk amorf. Laktosa amorf dapat
meningkatkan stabilitas obat dan efektivitas pemberian obat ke paru-paru dan menyerap
dalam sirkulasi darah ketika bertindak sebagai pembawa. Laktosa amorf menjadi Kristal
adalah proses yang cepat terutama dalam keadaan kelembapan yang tinggi.

Tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk menyelidiki karakteristik semprotan kering laktosa
agar bermanfaat sebgai sumber referensi untuk studi masa depan menggunakan bahan ini
sebagai pembawa untuk inhalasi bubuk kering.

Bahan yang digunakan : laktosa monohidrat yang diperoleh dari Meggle Jerman.

Metode yang digunakan :

a. Spray drying
Mikropartikel laktosa dibuat dengan pengering semprot. Jumlah laktosa dilarutkan
dalam air sampai didapatkan konsentrasi 5% (b/v). kemudian larutan disemprot kering
menggunakan sray drier dengan kriteria berikut : suhu 120ºC, tekanan atomisasi 180
kPa, aliran udara 0,7 m³/ menit, dengan kecepatan 3 rpm. 3 batch sampel disiapkan
dan disimpan dalam desikator ( kelembapan dibawah 25% dan suhu kamar)
b. Ukuran partikel
Ukuran partikel diukur dengan difraksi laser menggunakan unit dispersi kering
scirocco pada tekanan umpan 4 bar dan tingkat pakan 50%. Semua sampel dianalisis
dalam rangkap tiga dengan nilai pengaburan antara 0,5% dan 5%.
c. Morfologi partikel
Morfologi partikel semprot kering laktosa dan a-laktosa monohidrat divisualisasikan
dengan memindai mikroskop electron pada 15 kV. Sampel dipasang pada tab karbon
lengket dan berlapis emas.
d. Struktur Kristal
Struktur kristal dari berbagai bentuk laktosa dianalisis menggunakan difraksi sinar-X
(XRD)
e. Moisture content
Analisis termogravimetri dilakukan pada sampel untuk menentukan kelembaban
konten teradsorpsi pada permukaan partikel yang bisa mempengaruhi interaksi
partikel. Sekitar 5-10 mg dari masing-masing sampel dimasukkan ke dalam panci
alumina dan dipanaskan dari 25 hingga 120 C pada laju pemanasan 10ºC / menit
dibawah suasana nitrogen.
f. Efek penyimpanan
Sekitar 100 mg laktosa kering semprot diletakkan secara seragam dalam botol kaca
dengan diameter luar 25 mm dan tingginya 25 mm, vial kemudian disimpan dalam
wadah tertutup dengan serangkaian kelembaban yang dibuat oleh garam yang berbeda
solusi super jenuh: 32% RH, 43% RH, 53% RH, 65% RH, 75% RH, 85% RH pada
suhu kamar dalam rangkap dua. Setelah 3 hari, tiga sampel diambil dari setiap
wadah..

Hasil dan Diskusi :


a. Produksi dari spray drying
Pada tabel 1 dijelaskan bahwa pada produksi tiga batch laktosa spray drying
menghasilkan antara 43% sampai 62%, diametergeometris partikel berada dalam
kisaran 24-35 mikrometer dan kadar airnya sekitar 6%.

b. Morfologi partikel
Secara umum bentuk partikel spray drying tampak berbentuk bola dengan
permukaan yang halus. Sebagai perbandingan, SEM dari ɑ-laktosa mohohidrat pada
figure 2 menunjukkan partikel dengan morfologi yang tidak teratur dan distribusi
ukuran yang luas

.
c. Kristalitas untuk berbagai bentuk laktosa.
Laktosa memiliki tiga bentuk yaitu ɑ-laktosa monohidrat, β-laktosa dan laktosa
anhidrat.
d. Transformasi kristalinitas dalam pengaruh kelembapan.
Pengurangan ukuran partikel dari produk-produk spray drying menghasilkan
peningkatan luas permukaan yang spesifik yang akan menghasilkan peningkatan
hidrofilisme. Kelembapan itu sendiri adalah faktor penting yang secara signifikan
dapat mempengaruhi perilaku inhalasi untuk DPI. Keberadaan air atau kelembapan
dapat mempengaruhi kristalinitas sampel dari spray drying. Pengaruh kelembapan
dari lingkungan nyata berpengaruh pada perubahan kristalinitas ditunjukkan setelah
transformasi kristanilitas dalam tiga hari pertama, tidak ada perubahan lebih lanjut
saat dalam penyimpanan yang telah diperpanjang. Difraksi sinar-X digunakan untuk
memastikan hasil DSC. Hal ini menjelaskan bahwa laktosa spray drying tetap amorf
pada kelembapan 32% selama 3 hari, sementara pada kelembapan yang lebih tinggi,
menunjukkan adanya kristanilitas. Pada 7 hari penyimpanan adanya transformasi
krinstanilitas untuk laktosa spray drying dalam korespondensi dengan hasil dari studi
DSC.
e. Perubahan berat karena kelembapan.
Persentase perubahan berat laktosa spray drying yang disimpan pada berbagai
kelembapan bisa dilihat pada figure 9. Pada peningkatan kelembapan dari 32%
menjadi 43% menunjukkan sampel menyerap air sehingga terjadi kenaikan berat
sampel. Sementara pada kelembapan 53%, berat sampel mulai menurun. Ini
dikarenakan laktosa yang amorf mulai menyerap air dan di rekristalisasi untuk
membentuk ɑ-laktosa monohidrat yang menyebabkan peningkatan berat ketika pada
kelembapan 43%. Pada kelembapan yang lebih tinggi, laktosa amorf sepenuhnya
ditransfer ke campuran ɑ-laktosa monohidrat dan β-laktosa. Setelah kristalisasi, air
yang diserap dikeluarkan inilah yang menyebabkan beratnya menurun. Namun
mekanismenya yang lebih spesifik perlu dipelajari lebih lanjut.
f. Penelitian/ investigasi pada kondisi penyimpanan.
Laktosa spray drying disimpan pada silika gel dehidrator selama tiga bulan, maka
diperoleh pola XRD, yang menunjukkan sifat amorf dari sampel spray drying.
Terjadinya transformasi kristanilitas yang akan terjadi setelah tiga bulan
memerlukan penelitian yang panjang. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa inhalasi
sebuk kering menggunakan laktosa spray drying sebagai pembawa tidak dapat
ditransfer ke bentuk kristal setidaknya selama tiga bulan penyimpanan ketika silika
gel dehidrator digunakan untuk mengontrol kelembapan dibawah 30% pada suhu
kamar.

Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai