Bab Iii Hidrogeologi
Bab Iii Hidrogeologi
PEMBAHASAN
13
Hidrogeologi ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Sebarannya terbatas di mandala geologi
kendang, sekitar Gunung Pandan hingga klino dan sekitarnya, dibagian selatan lembar.
14
c. Setelah memasukkan nilai-nilai yang dibutuhkan, maka.akan terbentuk kurva log. Kurva log
tersebut merupakan hubungan sumbu X sebagai jarak elektroda arus (AB/2) dan sumbu Y
sebaga nilai resistivitas.semu. Kurva log tersebut berbentuk seperti pada Gambar di bawah ini.
15
Gambar 3 Hasil Pengolahan Akhir Program IPI2WIN
Sumber: Perhitungan 2019
3.2.2. Interpretasi Pendugaan Litologi Batuan dan Lapisan Akuifer
Melakukan pendugaan akuifer dengan menganalisis data hasil pemodelan dan interpretasi
untuk mendapatkan keadaan geologi bawah permukaan dan kondisi akuifer, dengan.tahapan
sebagai berikut:
a. Mengurutkan lapisan batuan secara tegak dari lengkung.setiap titik pengukuran.
b. Menentukan jenis litologi batuan berdasarkan tahanan jenisnya sesuai dengan Tabel a dan
Tabel b
Tabel a
Harga Resistivitas Batuan
No. Jenis Batuan Resistivitas (Ωm)
1 Pyrite. 0.01 – 100
2 Quartz. 5 x 102 – 8 x 105
3 Calcite. 2 x 103 – 104
16
4 Rock Salt 30 – 1 x 1013
5 Granite. 200 – 1 x 104
6 Andesite 1,7 x 102 – 45 x 104
7 Basalt. 200 – 1 x 105
8 Limestone 500 – 1 x 104
9 Sandstone. 200 - 8000
10 Shales 20 – 2000
11 Sand 1 - 1000
12 Clay 1 - 100
13 Groundwater 0.5 – 300
14 Sea water 0.2
15 Magnetite 0.01 – 1000
16 Dry gravel 600 - 10000
17 Alluvium 10 – 800
18 Gravel 100 – 600
Sumber: Telford,et al. (1990)
Tabel b
Harga Resistivitas Spesifik Batuan
No Jenis Batuan Resistivitas (Ωm)
17
12 Diabase (various) 20 – 5 x 107
13 Lavas. 102 - 5 x 104
14 Gabbro 103 - 106
15 Basalt 10 – 1,3 x 107
16 Olivine Norite. 103 - 6 x 106
17 Peridotite 3 x 103 – 6,5 x 103
18 Hornfels 8 x 103 - 6 x 107
19 Schists (calcareous dan mika) 20 – 104
20 Tuffs. 20 – 2 x 102
21 Graphite Schists 10 - 102
22 Slates (various) 6 x 102 – 4 x 107
23 Marmer. 102 – 2,5 x 108
24 Skarn 2,5 x 102 – 2,5 x 108
25 Quartzites 10 - 2 x 108
Sumber: Telford,et al. (1976)
c. Menentukan batas lapisan batuan secara tegak dan bila ada dengan bor log sumur di
sekitar titik pengukuran.
d. Mengkorelasikan hasil pendugaan setiap titik pengukuran dengan titik-titik pengukuran
lainnya, dan dengan bor log sumur yang ada di sekitar lokasi pengukuran untuk dibuat
penampang geologi bawah permukaan.
e. Melakukan interpretasi kedudukan lapisan yang mengandung air tanah atau akuifer
berdasarkan nilai tahanan jenisnya.
f. Memperhatikan kondisi hidrogeologi di daerah pengukuran dalam interpretasi lapisan
penyusun akuifer berdasarkan susunan batuannya.
g. Menentukan lapisan batuan yang mengandung air tanah atau akuifer.
3.2.3. Penentuan Nilai GOD
1. Penentuan Parameter G
Parameter G merupakan parameter jenis akuifer atau keberadaan air tanah. Berdasarkan
interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil penyelidikan geolistrik, maka diperoleh formasi
batuan/lapisan yang diselidiki. Berdasarkan formasi batuan/lapisan yang diperoleh, dapat
18
ditentukan posisi keberadaan akuifer. Keberadaan akuifer didapat melalui pembacaan kurva log
dengan nilai tahanan jenis 1 – 100 Ωm (Badan Standardisasi Nasional, 2012). Parameter G untuk
akuifer bebas, akuifer semi terkekang, dan akuifer terkekang diidentifikasi berdasarkan susunan
batuan pada bagian atas dan bawah lapisan akuifer. Formasi batuan/lapisan pada akuifer terkekang
(K) adalah jenis tanah pasir yang tersusun pada lapisan atas kedap air dan lapisan bawah kedap
air/akuiklud seperti yang ditunjukkan dalam Gambar a. Pada akuifer terkekang memiliki lapisan
pembatas atas (K’) akuifer dengan jenis tanah lempung.dan lapisan bawah (K”) dengan.nilai
akuifer K” = 0. Formasi batuan/lapisan pada.akuifer semi terkekang tersusun pada lapisan atas
yang semi kedap air/akuitar dan lapisan bawah yang kedap air seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar b. Pada akuifer semi terkekang memiliki lapisan pembatas atas (K’) akuifer dengan.jenis
tanah lanau hingga pasir halus dan lapisan bawah (K”) dengan nilai akuifer K < K”. Lapisan pada
akuifer bebas tersusun pada.lapisan tanah pada zona tidak jenuh/zona perakaran dan lapisan bawah
kedap air seperti yang ditunjukkan dalam Gambar d (Kodoatie, 2012).
19
Penentuan nilai indeks G untuk akuifer bebas adalah 1,0, penentuan nilai indeks G untuk
akuifer semi terkekang adalah 0,4, dan penentuan nilai indeks G untuk akuifer terkekang adalah
0,2.
2. Penentuan Parameter O
Parameter O merupakan parameter litologi lapisan pembatas atas akuifer berdasarkan tingkat
konsolidasi dan jenis litologi. Berdasarkan interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil
penyelidikan geolistrik, dapat ditentukan jenis batuan, jumlah lapisan, dan ketebalan lapisan yang
diselidiki. Jenis batuan, jumlah lapisan, dan ketebalan lapisan digunakan dalam pengklasifikasikan
nilai indeks O. Penentuan nilai indeks O dilakukan dengan perhitungan rata-rata tertimbang dengan
persamaan sebagai berikut.
(𝑂1 ×ℎ1 )+(𝑂2 ×ℎ2 )+ …(𝑂𝑛 ×ℎ𝑛 )
𝑂𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ℎ1 + ℎ2 + …+ ℎ𝑛
dimana:
Penentuan nilai indeks O dengan perhitungan rerata setimbang dilakukan apabila terdapat
lebih dari satu jenis lapisan batuan di atas akuifer seperti ditunjukkan Gambar di bawah ini.
Apabila hanya terdapat satu lapisan batuan di atas akuifer, maka nilai O langsung ditentukan nilai
indeksnya.
20
3. Penentuan Parameter D
Parameter D merupakan parameter kedalaman muka air tanah pada akuifer bebas.dan
kedalaman air langsung pada akuifer terkekang serta akuifer semi terkekang. Berdasarkan
interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil penyelidikan geolistrik, dapat ditentukan formasi
batuan dan ketebalan tiap lapisan yang diselidiki. Melalui formasi batuan dan ketebalan tiap lapisan
dapat ditentukan keberadaan akuifer dan kedalaman akuifer. Kedalaman akuifer digunakan dalam
pengklasifikasian nilai indeks D. Penentuan parameter D pada akuifer bebas diukur dari permukaan
tanah menuju muka air tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar a, sedangkan pada akuifer
semi terkekang dan akuifer terkekang diukur dari permukaan tanah menuju kedalaman air langsung
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar b dan Gambar c.
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑂𝐷 = 𝐺 × 𝑂 × 𝐷
dimana:
21
G = Nilai indeks G (Jenis akuifer)
1. Memasukkan data-data.koordinat (X,Y) yang didapat melalui pengukuran GPS pada kolom
A, B dan.hasil nilai indeks GOD (Z) pada kolom C worksheet program Surfer
2. Menyimpan data worksheet tersebut dalam format.bln
3. Melakukan grid data dengan.memasukkan data worksheet format.bln dan memilih metode
Kriging pada Gridding Method
4. Menyimpan data grid yang.telah dimasukkan
5. Melakukan plotting kontur.berdasarkan data grid yang disimpan sebelumnya
6. Memilih New Contour Map dan memilih data grid.yang telah tersimpan, setelah itu klik Open
7. Peta sebaran kerentana akuifer akan.terbentuk dengan sebaran nilai indeks GOD yang
ditunjukkan warna yang berbeda-beda
23
Tabel b. Interpretasi Litologi Batuan Berdasarkan Nilai Resistivitasnya
Litologi Batuan
Kedalaman Ketebalan Resistivitas Jenis Lapisan
(m) (m) (Ωm)
0 2.49 2.49 15.8 Lempung (Top Soil)
2.49 7.28 4.78 100 Tuffa
7.28 24.9 17.6 166 Batu Pasir
24.9 45 20.1 25.7 Tuffa
45 60.8 15.8 10.8 Lempung
Tuffa (Akuifer
60.8 101 40.3 35.4
Terkekang)
101 ~ 12.4 Lempung
Berdasarkan Tabel b di atas, nilai resistivitas hasil pembacaan melalui program IPI2WIN
menunjukkan nilai terendah adalah 10,8 Ω.m dengan interpretasi lapisan lempungan dan nilai
resistivitias tertinggi adalah 166 Ω.m dengan interpretasi lapisan batupasir. Hasil penyelidikan
geolistrik menunjukkan lapisan pasir tufaan mendominasi di wilayah Bojonegoro dengan kisaran
nilai antara 25,70 – 100,00 Ω.m. Nilai resistivitas lapisan top soil 15,8 Ω.m. Nilai resistivitas
lapisan batupasir berkisar antara berkisar antara 166 Ω.m dan lapisan pasir lempungan berkisar
antara 10,80 – 15,80 Ω.m. Untuk kedalaman litologi batuan hasil interpretasi melalui program
IPI2WIN didapat kedalaman paling dangkal mencapai 7,28 meter dan kedalaman litologi batuan
paling dalam mencapai 101 meter.
Penentuan litologi batuan didasarkan pada hasil resistivitas sebenarnya berdasarkan Tabel a.
dan Tabel b. Untuk menentukan jenis lapisan pada titik penyelidikan geolistrik didasarkan pada
Peta Geologi yang ditunjukkan dalam Gambar 1 dan data log litologi sumur produksi SDPS 013
EJ (Dewi, 2013). Berdasarkan peta geologi dan data log litologi, Desa Kenep tersusun atas lapisan
berupa pasir yang bersisipan dengan tufa. Interpretasi litologi batuan pada daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi 4 macam jenis batuan penyusun yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lapisan Tanah Atas (Top Soil)
Lapisan tanah atas merupakan satuan lapisan penutup dan menempati lapisan yang paling.atas,
dengan interpretasi nilai resistivitas berkisar 1 sampai dengan 15,8 Ω.m. Lapisan top soil atau
24
tanah ini mempunyai kedalaman maksimum mencapai 2,49 meter. Lapisan tanah berupa
lapisan lempung.
2. Lapisan Lempung
Lapisan lempung merupakan lapisan dengan interpretasi nilai resistivitas berkisar 1 sampai
15,8 Ω.m. Interpretasi ini didasarkan pada Tabel a dan Tabel b nilai resisistivitas lempung
yang berkisar antara 1 – 100 Ω.m. Berdasarkan data log litologi, lapisan ini memiliki
karakteristik lempung kasar berwarna coklat. Lapisan lempung ditemukan pada kedalaman
bervariasi 60,8 - 101 meter dari permukaan tanah.
3. Lapisan Tufaan
Lapisan pasir tufaan merupakan apisan pasir yang disisipi tufa, dengan nilai interpretasi
resistivitas berkisar 25 – 100 Ω.m Interpretasi ini didasarkan pada Tabel a dan Tabel b. Nilai
resisistivitas tufa yang berkisar antara 20 – 200 Ω.m berdasarkan data log litologi sumur
produksi SDPS 013 EJ, lapisan pasir ini tersusun atas pasir agregat halus hingga kasar dan
karakteristik lepas hingga kompak dengan karakteristik warna hitam kecoklatan dan hitam
bersih. Pasir tufaan mendominasi pada wilayah Bojonegoro dengan susunan lapisan pada
kedalaman 2,49-7,28; 24,9-45 dan 60,8-101.
4. Lapisan Batupasir
Lapisan batupasir dengan interpretasi nilai resistivtas berkisar 166 Ω.m. Interpretasi ini
didasarkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dengan nilai resisistivitas batupasir yang berkisar
antara 100 – 1000 Ω.m Interpretasi lapisan ini juga didasarkan pada wilayah Bojonegoro yang
berada pada kedalaman bervariasi mulai dari 7 – 25 meter.
25
3.4. Perencanaan Sumur
26