Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Lokasi Penelitian


Secara regional dalam lembar peta geologi Bojonegoro dapat dikenali dua formasi geologi,
yaitu formasi kendang di selatan dann formasi rembang di utara. Perbedaan yang nyata antara
kedua formasi tersebut terletak pada stratigrafi, lingkungan pengendapan, ganesa dan tektoniknya
(Pringgoprawiro dan Sukido, 1992).
Umur batuan sedimen di formasi Kendeng berkisar dari miosen tengah hingga kuarter, dengan
tipe endapan sebagai flysch, turbidit dan sedimen daratan. Formasi kerek yang berumur miosen
tengah hingga miosen atas bagian bawah, adalah formasi tertua dilembar ini, batunya terdiri dari
perselingan batu pasir, batu lempeng, tuf, napal, dan kalkarenit. Di atasnya secara selaras terdapat
formasi kalibeng yang berumur miosen atas hingga pliosen bawah, dan tersusun oleh napal
setempat bersisipan tuf, batu lempung batu pasir tufan, dan kalkarenit.
Di lembar ini formasi kalibeng tertindih selaras oleh formasi klitik yang berumur pliosen
tengah, batuannya terdiri dari batu gamping berlapis dan terumbu bersisipan napal dan batu
lempung. Di atasnya secara membaji terdapat formasi sonde berumur pliosen tengah dan terdiri
dari perselingan batu lempeng dan batu pasir tufan bersisipan batu gamping. Formasi pucangan
menindih tak selaras di atasnya, berumur plio-plistosen dan terdiri dari breksi dan batu pasir tufan.
Formasi kabuh berumur plistosen tengah menindih selaras formasi pucangan. Formasi kabuh
terdiri dari konglomerat, batu pasir dengan sisipan lempung dan napal. Formasi notopuro berumur
plistosen atas dan terdiri dari tuf, batu pasir tufan dan konglomerat. Pada formasi ini terdapat batuan
gunung api muda berumur plistosen akhir dan terdiri dari endapan lahar.
Berdasarkan Peta Hidrogeologi skala 1:250.000 (sheet X Lembar Bojonegoro). Lokasi
penelitian termasuk dalam akuifer produktif tinggi dengan penyebaran luas dan akuifer dengan
keterusan serta kedalaman muka air tanah sangat seragam. Pada lokasi penelitian debit sumur
umumnya lebih dari 5 liter/detik dan tersusun atas batuan vulkanik kuarter tua dengan kelulusan
rendah sampai sedang, tergantung pada banyaknya celah. Selain itu lokasi penelitian juga termasuk
ke dalam akuifer produktif kecil dengan susunan batuan volkanik tua dengan tingkat kelolosan air
sedang hingga rendah tergantung banyaknya celah. Lokasi penelitian berdasarkan Peta

13
Hidrogeologi ditunjukkan dalam gambar dibawah ini. Sebarannya terbatas di mandala geologi
kendang, sekitar Gunung Pandan hingga klino dan sekitarnya, dibagian selatan lembar.

Gambar 1 Peta Geologi Kota/Kabupaten Bojonegoro

3.2. Langkah Pengerjaan


3.2.1. Penentuan Resistivitas Sebenarnya
Penentuan resistivitas sebenarnya dilakukan dengan pemodelah langsung menggunakan
program IP2WIN, dengan.langkah-langkah sebagai berikut
a. Melakukan perhitungan.nilai hambatan (Ω), nilai faktor geometri (K), dan nilai resistivitas
semu (ρ) dengan program Excel Worksheet 2010. Nilai K dihitung menggunakan rumus (2-3).
Sedangkan untuk memperoleh nilai resistivitas semu (ρₐ) dihitung menggunakan rumus (2-1).
b. Memasukkan nilai resistivitas semu (ρₐ) pada program IP2WIN dan memilih konfigurasi
Schlumberger pada program.

14
c. Setelah memasukkan nilai-nilai yang dibutuhkan, maka.akan terbentuk kurva log. Kurva log
tersebut merupakan hubungan sumbu X sebagai jarak elektroda arus (AB/2) dan sumbu Y
sebaga nilai resistivitas.semu. Kurva log tersebut berbentuk seperti pada Gambar di bawah ini.

Gambar 2 Kurva Log Pengolahan Data Program IPI2WIN


Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2012
d. Menginversikan hasil resistivitas tiap lapisan dengan memasukkan banyaknya lapisan tanah
dan nilai kesalahan maksimal untuk memperoleh nilai.resistivitas sebenarnya. Kesalahan
maksimal yang baik ialah kesalahan nilai di bawah 10 %.
e. Hasil inversi resistivitas lapisan ditunjukan dalam Gambar di bawah ini yang merupakan
hasil.resistivitas sebenarnya.

15
Gambar 3 Hasil Pengolahan Akhir Program IPI2WIN
Sumber: Perhitungan 2019
3.2.2. Interpretasi Pendugaan Litologi Batuan dan Lapisan Akuifer
Melakukan pendugaan akuifer dengan menganalisis data hasil pemodelan dan interpretasi
untuk mendapatkan keadaan geologi bawah permukaan dan kondisi akuifer, dengan.tahapan
sebagai berikut:
a. Mengurutkan lapisan batuan secara tegak dari lengkung.setiap titik pengukuran.
b. Menentukan jenis litologi batuan berdasarkan tahanan jenisnya sesuai dengan Tabel a dan
Tabel b
Tabel a
Harga Resistivitas Batuan
No. Jenis Batuan Resistivitas (Ωm)
1 Pyrite. 0.01 – 100
2 Quartz. 5 x 102 – 8 x 105
3 Calcite. 2 x 103 – 104

16
4 Rock Salt 30 – 1 x 1013
5 Granite. 200 – 1 x 104
6 Andesite 1,7 x 102 – 45 x 104
7 Basalt. 200 – 1 x 105
8 Limestone 500 – 1 x 104
9 Sandstone. 200 - 8000
10 Shales 20 – 2000
11 Sand 1 - 1000
12 Clay 1 - 100
13 Groundwater 0.5 – 300
14 Sea water 0.2
15 Magnetite 0.01 – 1000
16 Dry gravel 600 - 10000
17 Alluvium 10 – 800
18 Gravel 100 – 600
Sumber: Telford,et al. (1990)
Tabel b
Harga Resistivitas Spesifik Batuan
No Jenis Batuan Resistivitas (Ωm)

1 Granite 2 x 102 – 104


2 Granite Porphyry 4 x 103 – 1,3 x 106
3 Feldspar Porphyry. 4 x 103
4 Syenite 102 x 106
5 Diorite Porphyry. 1,9 x 103 – 2,8 x 104
6 Porphyrite 10 – 5 x 104
7 Carbonatized Porphyry 2,5 x 103 – 6 x x 104
8 Quartz Diorite 2 x 106 – 2 x 106 – 1,8 x 105
9 Porphyry (various) 60 – 104
10 Diacite. 2 x 104
11 Andesite 4,5 x 104 – 1,7 x 102

17
12 Diabase (various) 20 – 5 x 107
13 Lavas. 102 - 5 x 104
14 Gabbro 103 - 106
15 Basalt 10 – 1,3 x 107
16 Olivine Norite. 103 - 6 x 106
17 Peridotite 3 x 103 – 6,5 x 103
18 Hornfels 8 x 103 - 6 x 107
19 Schists (calcareous dan mika) 20 – 104
20 Tuffs. 20 – 2 x 102
21 Graphite Schists 10 - 102
22 Slates (various) 6 x 102 – 4 x 107
23 Marmer. 102 – 2,5 x 108
24 Skarn 2,5 x 102 – 2,5 x 108
25 Quartzites 10 - 2 x 108
Sumber: Telford,et al. (1976)
c. Menentukan batas lapisan batuan secara tegak dan bila ada dengan bor log sumur di
sekitar titik pengukuran.
d. Mengkorelasikan hasil pendugaan setiap titik pengukuran dengan titik-titik pengukuran
lainnya, dan dengan bor log sumur yang ada di sekitar lokasi pengukuran untuk dibuat
penampang geologi bawah permukaan.
e. Melakukan interpretasi kedudukan lapisan yang mengandung air tanah atau akuifer
berdasarkan nilai tahanan jenisnya.
f. Memperhatikan kondisi hidrogeologi di daerah pengukuran dalam interpretasi lapisan
penyusun akuifer berdasarkan susunan batuannya.
g. Menentukan lapisan batuan yang mengandung air tanah atau akuifer.
3.2.3. Penentuan Nilai GOD
1. Penentuan Parameter G
Parameter G merupakan parameter jenis akuifer atau keberadaan air tanah. Berdasarkan
interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil penyelidikan geolistrik, maka diperoleh formasi
batuan/lapisan yang diselidiki. Berdasarkan formasi batuan/lapisan yang diperoleh, dapat
18
ditentukan posisi keberadaan akuifer. Keberadaan akuifer didapat melalui pembacaan kurva log
dengan nilai tahanan jenis 1 – 100 Ωm (Badan Standardisasi Nasional, 2012). Parameter G untuk
akuifer bebas, akuifer semi terkekang, dan akuifer terkekang diidentifikasi berdasarkan susunan
batuan pada bagian atas dan bawah lapisan akuifer. Formasi batuan/lapisan pada akuifer terkekang
(K) adalah jenis tanah pasir yang tersusun pada lapisan atas kedap air dan lapisan bawah kedap
air/akuiklud seperti yang ditunjukkan dalam Gambar a. Pada akuifer terkekang memiliki lapisan
pembatas atas (K’) akuifer dengan jenis tanah lempung.dan lapisan bawah (K”) dengan.nilai
akuifer K” = 0. Formasi batuan/lapisan pada.akuifer semi terkekang tersusun pada lapisan atas
yang semi kedap air/akuitar dan lapisan bawah yang kedap air seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar b. Pada akuifer semi terkekang memiliki lapisan pembatas atas (K’) akuifer dengan.jenis
tanah lanau hingga pasir halus dan lapisan bawah (K”) dengan nilai akuifer K < K”. Lapisan pada
akuifer bebas tersusun pada.lapisan tanah pada zona tidak jenuh/zona perakaran dan lapisan bawah
kedap air seperti yang ditunjukkan dalam Gambar d (Kodoatie, 2012).

Gambar 4 Penentuan Jenis dan Keberadaan Akuifer


Sumber: Kodoatie (2012)

19
Penentuan nilai indeks G untuk akuifer bebas adalah 1,0, penentuan nilai indeks G untuk
akuifer semi terkekang adalah 0,4, dan penentuan nilai indeks G untuk akuifer terkekang adalah
0,2.
2. Penentuan Parameter O
Parameter O merupakan parameter litologi lapisan pembatas atas akuifer berdasarkan tingkat
konsolidasi dan jenis litologi. Berdasarkan interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil
penyelidikan geolistrik, dapat ditentukan jenis batuan, jumlah lapisan, dan ketebalan lapisan yang
diselidiki. Jenis batuan, jumlah lapisan, dan ketebalan lapisan digunakan dalam pengklasifikasikan
nilai indeks O. Penentuan nilai indeks O dilakukan dengan perhitungan rata-rata tertimbang dengan
persamaan sebagai berikut.
(𝑂1 ×ℎ1 )+(𝑂2 ×ℎ2 )+ …(𝑂𝑛 ×ℎ𝑛 )
𝑂𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ℎ1 + ℎ2 + …+ ℎ𝑛

dimana:

ORata-rata = nilai rata-rata tertimbang indeks O

O1, O2,…,On = nilai indeks O tiap lapisan

h1, h2,…, hn = tebal lapisan (m)

Penentuan nilai indeks O dengan perhitungan rerata setimbang dilakukan apabila terdapat
lebih dari satu jenis lapisan batuan di atas akuifer seperti ditunjukkan Gambar di bawah ini.
Apabila hanya terdapat satu lapisan batuan di atas akuifer, maka nilai O langsung ditentukan nilai
indeksnya.

Gambar 5 Penentuan Nilai O dan Ketebalan Tiap Lapisan


Sumber: Foster et al. (2007)

20
3. Penentuan Parameter D
Parameter D merupakan parameter kedalaman muka air tanah pada akuifer bebas.dan
kedalaman air langsung pada akuifer terkekang serta akuifer semi terkekang. Berdasarkan
interpretasi nilai tahanan jenis sebenarnya hasil penyelidikan geolistrik, dapat ditentukan formasi
batuan dan ketebalan tiap lapisan yang diselidiki. Melalui formasi batuan dan ketebalan tiap lapisan
dapat ditentukan keberadaan akuifer dan kedalaman akuifer. Kedalaman akuifer digunakan dalam
pengklasifikasian nilai indeks D. Penentuan parameter D pada akuifer bebas diukur dari permukaan
tanah menuju muka air tanah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar a, sedangkan pada akuifer
semi terkekang dan akuifer terkekang diukur dari permukaan tanah menuju kedalaman air langsung
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar b dan Gambar c.

Gambar 6 Penentuan Kedalaman Akuifer


Sumber: Foster et al. (2007)
4. Perhitungan Nilai indeks GOD
Nilai indeks tiap parameter yang telah diperoleh berdasarkan perhitungan di atas, selanjutnya
dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut (Foster et al, 2007).

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑂𝐷 = 𝐺 × 𝑂 × 𝐷

dimana:
21
G = Nilai indeks G (Jenis akuifer)

O = Nilai indeks O (Jenis litologi batuan di atas lapisan akuifer)

D = Nilai indeks D (Kedalaman akuifer)

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh selanjutnya dilakukan interpretasi tingkat


kerentanan akuifer berdasarkan nilai indeks metode GOD.
3.2.4. Pemetaan Tingkat Kerentanan Akuifer
Nilai indeks GOD yang sudah dihitung berdasarkan persamaan (3-2) selanjutnya dipetakan
dengan menggunakan program komputer Surfer 13 untuk mendapatkan sebaran kerentanan akuifer
di lokasi penelitian. Pemetaan sebaran kerentanan akuifer di lokasi penelitian dilakukan
berdasarkan tahapan sebagai berikut:

1. Memasukkan data-data.koordinat (X,Y) yang didapat melalui pengukuran GPS pada kolom
A, B dan.hasil nilai indeks GOD (Z) pada kolom C worksheet program Surfer
2. Menyimpan data worksheet tersebut dalam format.bln
3. Melakukan grid data dengan.memasukkan data worksheet format.bln dan memilih metode
Kriging pada Gridding Method
4. Menyimpan data grid yang.telah dimasukkan
5. Melakukan plotting kontur.berdasarkan data grid yang disimpan sebelumnya
6. Memilih New Contour Map dan memilih data grid.yang telah tersimpan, setelah itu klik Open
7. Peta sebaran kerentana akuifer akan.terbentuk dengan sebaran nilai indeks GOD yang
ditunjukkan warna yang berbeda-beda

3.3. Litologi Batuan dan Keberadaan Akuifer


Penentuan litologi batuan dan keberadaan akuifer didasarkan pada hasil penyelidikan
geolistrik tahanan jenis. Penyelidikan geolistrik tahanan jenis dilakukan dengan menggunakan
konfigurasi Schlumberger. Tujuan dilakukannya penyelidikan geolistrik yaitu untuk memperoleh
nilai arus (I) dan tegangan (V). Data hasil penyelidikan geolistrik di lapangan ditunjukkan dalam
Tabel a. Setelah didapatkan data hasil penyelidikan geolistrik di lapangan berupa nilai tegangan
(V) dan nilai arus (I), selanjutnya data hasil penyeledikan tersebut dihitung nilai resistivitas semu
(ρa). Nilai resistivitas semu tersebut dimasukkan ke dalam program IPI2WIN untuk ditentukan
22
resistivitas sebenarnya. Hasil pembacaan resistivitas sebenarnya menggunakan program IPI2WIN
ditunjukkan dalam Gambar 3. Hasil interpretasi litologi batuan pada tiap titik penyelidikan
geolistrik ditunjukkan dalam Tabel b.
Tabel a. Data Hasil Penyelidikan geolistrik di lapangan
AB/2 MN SP V I K Ro_a
2.5 2 0 392 176 8.2467 18.368
5 2 0 144.7 210 37.699 25.976
7.5 2 0 40.1 100 86.786 34.801
10 2 0 22.7 76 155.51 46.448
12.5 2 0 49.1 217 243.87 55.179
15 2 0 35.6 183 351.86 68.449
15 10 0 156.7 171 62.832 57.577
17.5 10 0 115.5 165 88.357 61.85
20 10 0 93.6 156 117.81 70.686
22.5 10 0 102.1 196 151.19 78.757
25 10 0 79.5 176 188.5 85.144
27.5 10 0 96 235 229.73 93.847
30 10 0 37.2 115 274.89 88.921
30 20 0 69.2 115 125.66 75.617
35 20 0 142.4 326 176.71 77.191
40 20 0 77.7 226 235.62 81.007
45 20 0 53.4 207 302.38 78.005
50 20 0 39.2 186 376.99 79.452
50 30 0 49.5 184 238.24 64.091
55 30 0 18.1 82 293.22 64.722
60 30 0 37.1 183 353.43 71.651
65 30 0 6.2 34 418.88 76.384
70 30 0 20.4 134 489.56 74.531
Sumber: Data, 2019

23
Tabel b. Interpretasi Litologi Batuan Berdasarkan Nilai Resistivitasnya
Litologi Batuan
Kedalaman Ketebalan Resistivitas Jenis Lapisan
(m) (m) (Ωm)
0 2.49 2.49 15.8 Lempung (Top Soil)
2.49 7.28 4.78 100 Tuffa
7.28 24.9 17.6 166 Batu Pasir
24.9 45 20.1 25.7 Tuffa
45 60.8 15.8 10.8 Lempung
Tuffa (Akuifer
60.8 101 40.3 35.4
Terkekang)
101 ~ 12.4 Lempung

Berdasarkan Tabel b di atas, nilai resistivitas hasil pembacaan melalui program IPI2WIN
menunjukkan nilai terendah adalah 10,8 Ω.m dengan interpretasi lapisan lempungan dan nilai
resistivitias tertinggi adalah 166 Ω.m dengan interpretasi lapisan batupasir. Hasil penyelidikan
geolistrik menunjukkan lapisan pasir tufaan mendominasi di wilayah Bojonegoro dengan kisaran
nilai antara 25,70 – 100,00 Ω.m. Nilai resistivitas lapisan top soil 15,8 Ω.m. Nilai resistivitas
lapisan batupasir berkisar antara berkisar antara 166 Ω.m dan lapisan pasir lempungan berkisar
antara 10,80 – 15,80 Ω.m. Untuk kedalaman litologi batuan hasil interpretasi melalui program
IPI2WIN didapat kedalaman paling dangkal mencapai 7,28 meter dan kedalaman litologi batuan
paling dalam mencapai 101 meter.
Penentuan litologi batuan didasarkan pada hasil resistivitas sebenarnya berdasarkan Tabel a.
dan Tabel b. Untuk menentukan jenis lapisan pada titik penyelidikan geolistrik didasarkan pada
Peta Geologi yang ditunjukkan dalam Gambar 1 dan data log litologi sumur produksi SDPS 013
EJ (Dewi, 2013). Berdasarkan peta geologi dan data log litologi, Desa Kenep tersusun atas lapisan
berupa pasir yang bersisipan dengan tufa. Interpretasi litologi batuan pada daerah penelitian dapat
dikelompokkan menjadi 4 macam jenis batuan penyusun yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lapisan Tanah Atas (Top Soil)
Lapisan tanah atas merupakan satuan lapisan penutup dan menempati lapisan yang paling.atas,
dengan interpretasi nilai resistivitas berkisar 1 sampai dengan 15,8 Ω.m. Lapisan top soil atau

24
tanah ini mempunyai kedalaman maksimum mencapai 2,49 meter. Lapisan tanah berupa
lapisan lempung.
2. Lapisan Lempung
Lapisan lempung merupakan lapisan dengan interpretasi nilai resistivitas berkisar 1 sampai
15,8 Ω.m. Interpretasi ini didasarkan pada Tabel a dan Tabel b nilai resisistivitas lempung
yang berkisar antara 1 – 100 Ω.m. Berdasarkan data log litologi, lapisan ini memiliki
karakteristik lempung kasar berwarna coklat. Lapisan lempung ditemukan pada kedalaman
bervariasi 60,8 - 101 meter dari permukaan tanah.
3. Lapisan Tufaan
Lapisan pasir tufaan merupakan apisan pasir yang disisipi tufa, dengan nilai interpretasi
resistivitas berkisar 25 – 100 Ω.m Interpretasi ini didasarkan pada Tabel a dan Tabel b. Nilai
resisistivitas tufa yang berkisar antara 20 – 200 Ω.m berdasarkan data log litologi sumur
produksi SDPS 013 EJ, lapisan pasir ini tersusun atas pasir agregat halus hingga kasar dan
karakteristik lepas hingga kompak dengan karakteristik warna hitam kecoklatan dan hitam
bersih. Pasir tufaan mendominasi pada wilayah Bojonegoro dengan susunan lapisan pada
kedalaman 2,49-7,28; 24,9-45 dan 60,8-101.
4. Lapisan Batupasir
Lapisan batupasir dengan interpretasi nilai resistivtas berkisar 166 Ω.m. Interpretasi ini
didasarkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dengan nilai resisistivitas batupasir yang berkisar
antara 100 – 1000 Ω.m Interpretasi lapisan ini juga didasarkan pada wilayah Bojonegoro yang
berada pada kedalaman bervariasi mulai dari 7 – 25 meter.

25
3.4. Perencanaan Sumur

Gambar Perencaan Sumur Bor daerah Bojonegoro

26

Anda mungkin juga menyukai