Bu Titis SMT 2
Bu Titis SMT 2
Pendahuluan
Seiring perkembangan jaman insdustri halal atau syariah semakin berkembang dengan
pesat maka akhir akhir ini munculah istilah baru yaitu Halal Life Style, secara arti Halal Life
Style berarti gaya hidup halal. Secara deskripsi berarti bahwa segala sesuatu yang kita
gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang halal dan tidak bertentangan
dengan syariat agama islam. Sekarang industri tersebut sedang dikembangkan menjadi sektor
industri tersendiri, sehingga targetnya apa yang kita pakai mulai dari bangun sampai tidur lagi
adalah produk-produk halal dan syar’i, seperti memakai pakaian yang berlabel syar’i,
menyewa hotel yang syar’i, memakai sepatu atau assesoris yang halal, dan sebagainya.
Industri-industri halal kini sudah dikembangan di negara-negara Asia, seperti negara
Thailand yang telah mengukuhkan diri sebagai dapur halal dunia, meskipun presentase
penduduk muslim Thailand sebesar 5 persen, sementara itu, negara Australia telah
memproduksi dan mengekspor daging sapi halal. Korea Selatan yang terkenal dengan industri
kecantikannya juga merajai industri kosmetik halal dunia. Adapun negara China adalah
negara yang mendominasi industri tekstil halal, sedangkan Indonesia yang mempunyai
berjuta keindahan alam menjadi destinasi wisata halal.
Perkembangan industri halal tersebut terangkum dalam istilah Halal Life Style, ini
merupakan suatu istilah yang terdiri dari beberapa unsur komoditi halal yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia yang serba halal (terutama masyarakat
muslim) seperti halal food, halal fashion, halal travel, halal cosmetic and pharmaceutical,
halal media and recreation,halal property dan Islamic finance. Sangat lumrah sekali, bagi
industri-industri di Indonesia yang melihat bahwa ini adalah satu peluang pasar bagi
kemajuan perekonomian, khususnya ekonomi syariah, dan hal tersebut merupakan media
pemasaran baru, karena notabene istilah Halal Life Style masih baru.
Cara pemasaran halal produk tentu berbeda dengan pemasaran konvensional. Dalam
memasarkan produk-produk ini tentu terdapat pedoman-pedoman syari’at Islam yang
mengarahkan para pemasar untuk melakukan usaha-usaha pemasaran yang mengedepankan
nilai-nilai akhlak yang mulia. Dengan demikian, cakupan dari Pemasaran Halal tidak hanya
pada aspek product (misalnya: tidak mengandung unsur atau bahan baku yang diharamkan)
tetapi juga pricing (misalnya: penetapan harga yang tidak mengandung judi, gharar dan riba),
promotion (misalnya: tidak menggunakan penipuan atau sumpah palsu, tidak menggunakan
2
sex appeal dalam tayangan iklan), dan juga place (misalnya: tidak berjualan di tempat yang
dilarang seperti masjid atau pada waktu yang dilarang seperti waktu sholat berjamaah).
Dalam sebuah penelitian “The Halal Journal” pada tahun 2008 mengestimasi total
nilai industri barang dan jasa yang menggunakan halal appeal/ logo halal produk melebihi 1
Trilliun USD di seluruh dunia. Beberapa contoh produk-produk yang menggunakan Halal
appeal/ logo halal ini, seperti: Turisme dan Hospitality (Hotel Syar’i dan Restoran Halal),
Jasa Keuangan (Perbankan Syariah), Kesehatan (Thibbun Nabawi), Kecantikan (Kosmetik
dan Salon Muslimah), Pendidikan Umum (Sekolah Islam Terpadu), Real Estate (Perumahan
Islami), dan Toiletries (Shampo Muslimah). Tentunya produk-produk yang menggunakan
Halal appeal tersebut harus mempertahankan konsistensi mereka dalam menggunakan
pendekatan Halal untuk menghindari disonansi dan kehilangan kepercayaan konsumen
mereka (Salehudin dan Luthfi, 2012). Terlebih lagi, segmen konsumen Muslim di Indonesia
yang memiliki kepedulian tinggi terhadap terhadap kehalalan barang dan jasa yang mereka
konsumsi saat ini berkembang dengan pesat (Sucipto, 2009). Tidak berbeda dengan segmen
konsumen umum, segmen konsumen ini sama-sama menginginkan, namun mereka juga
menuntut produk yang mereka konsumsi untuk mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh
syariat Islam. Segmen ini menjadi produk harga yang lebih mahal jika tidak terdapat
alternatif produk sejenis yang mereka persepsikan halal.
Dalam suatu kajian tentang konsep strategi pemasaran dalam islam oleh ust. Budi
ashari, menerangkan atau menjelaskan, bahwa pengertian syariah sendiri menurut pandangan
Islam amatlah luas dan komperehensif. Di dalamnya mengandung makna mengatur seluruh
aspek kehidupan, mulai dari aspek hubungan manusia dengan Tuhannya, aspek keluarga,
3
aspek bisnis, aspek hukum dan peradilan hingga ke aspek ekonomi. Sementara tujuan
pemasaran dalam islam yang terutama adalah mencari keberkahannya.
Menurut ust. Budi Ashari Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang
dibenarkan dalam Islam, sepanjang segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal yang
terlarang oleh ketentuan syariah. Oleh karena itu syariah marketing merupakan sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses pencitraan, penawaran, dan perubahan
value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam seluruh prosesnya
mengandung akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam. Sepanjang hal tersebut dapat
dijamin dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu
transaksi atau dalam prosses suatu bisnis, maka semua bentuk transaksi apapun dalam
pemasaran dibolehkan.
Berikut empat karakteristik strategi pemasaran dalam islam (syariah marketing) yang bisa
menjadi panduan bagi para pemasar Muslim, diantaranya:
1. Teistis (rabbaniyyah)
Jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau
bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala
bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu
mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan. Sebab
itulah etika bisnis islam dalam produksi dan pemasaran diutamakan “bagaimana pandangan
Allah S.W.T ? setelah itu baru pandangan orang lain”
2. Etis (akhlaqiyyah)
Etika bisnis islam dalam pemasaran memiliki nilai keistimewaan lain dari lainnya yakni
selain karena teistis (rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak,
mulai dari moral dan etik dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika
adalah nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama.
4
3. Realistis (al-waqiyyah)
Sehingga, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja dengan
mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran berdasarkan
syariat dalam segala aktivitas pemasarannya adalah kunci dari keutamaannya.
4. Humanistis (insaniyyah)
Selanjutnya, keistimewaan syariah marketer yang lain bisa dilihat dari sifatnya yang
humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya
terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara. Misalnya dalam memasarkan berita
tentang buvanest spinal tentu perlu menampilkan dua sisi dan dua argumen yang disertail
dalil yang juga benar (bukan sengaja dianggap benar)
Syariat Islam sendiri diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah
memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal.
Dalam buku karya Hermawan Kertajaya dan Sakir Sula mengatakan bahwa untuk
mengkonsep sebuah marketing syariah harus mengetahui tentang prinsip-prinsip marketing
syariah. Menurut mereka ada 17 prinsip marketing syariah, yaitu (Hermawan, M. Syakir,
2006: 151-194):
Perubahan adalah suatu hal yang pasti akan terjadi. Oleh karena itu, perubahan perlu
disikapi dengan cermat. Kekuatan perubahan terdiri dari lima unsur: perubahan tekhnologi,
perubahan politik legal, perubahan sosialkultural, perubahan ekonomi, dan perubahan pasar.
Dalam hal ini lebih menekankan pada dampak perubahan tekhnologi. Akar terjadinya segala
perubahan – baik perubahan sosial, politik, ataupun ekonomi – adalah karena adanya inovasi
terus-menerus di bidang tekhnologi. Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat
harus dimanfaatkan oleh markerter syariah untuk menopang kinerja dari para markerter itu
5
sendiri. Para markerter tentu akan dimudahkan dalam melayani masyarakat dengan
perkembangan teknologi.
The Body Shop yang didirikan oleh Anita Roddick, merupakan perusahaan kosmetik
yang pernah terpilih sebagai Company if the Year pada tahun 1987, merupakan perusahaan
yang sukses berkat nilai dan prinsip dasar yang dianut perusahaannya. The Body Shop
mempunyai prinsip kejujuran, yang ditunjukkan dengan memberikan value yang sesuai
kepada pelanggan dari produk-produk yang dihasilkan. Apa yang dilakukan Anita Roddick
ini pada dasarnya adalah penerapan nilai-nilai spiritual dalam perusahaan. Dengan
menerapkan spiritual-based organization, mereka selalu menyampaikan pesan-pesan kepada
bawahannya untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik dengan mengedepankan
kerendahan hati dan kejujuran,bahkan ketika mereka telah menjadi pengusaha sukses.
6
Seperti halnya perusahaan milik Anita Roddick yang sukses dengan menerapkan prinsip-
prinsip spiritual bank syariah ataupun BMT harus menerapkan prinsip-prinip spiritual dari
setiap elemen perusahaannya termasuk para markerter. Agar markerter bekerja dengan
sepenuh hati untuk mencapai kebahagian yang hakiki.
7) Membangun Kepercayaan
Positioning adalah strategi untuk merebut posisi dibenak konsumen, sehingga strategi
ini menyangkut bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi
pelanggan. Dan untuk perusahaan berbasis syariah, membangun kepercayaan berarti
menunjukkan komitmen bahwa perusahaan syariah itu menawarkan sesuatu yang lebih jika
dibandingkan perusahaan non-syariah.
8) Bedakan Diri Anda dengan Paket Konten dan Konteks yang Baik
Dalam pandangan syariah, Brand yang baik adalah yang mempunyai katakter yang kuat. Dan
bagi perusahaan atau produk yang menerapkan syariah marketing, suatu brand juga harus
mencerminkan karakter-karakter yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah atau
nilai-nilai spiritual. Beberapa karakter yang bisa dibangun untuk menunjukkan nilai spiritual
ini bisa digambarkan dengan nilai kejujuran, keadilan, kemitraan, kebersamaan, keterbukaan,
dan universalitas.
Untuk menjadi perusahaan yang besar dan sustainable, perusahaan berbasis syariah
marketing harus memperhatikan servis yang ditawarkan untuk menjaga kepuasan
Stakeholders. Stakeholders yang dimaksud bukan Cuma konsumen saja tapi juga pemegang
saham, pemerintah, dan para karyawan sendiri.
Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery yang sering disingkat sebagai
QCD. Proses dalam konteks kualitas adalah bagimana menciptakan proses yang mempunyai
nilai lebih untuk konsumen. Proses dalam konteks cost adalah bagaimana menciptakan proses
8
yang efisien yang tidak membutuhkan biaya yang banyak, tetapi kualitas terjamin. Sedangkan
proses dalam konteks delivery adalah bagaimana proses pengiriman atau penyampaian
produk atau servis yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen.
Prinsip dalam syariah marketing adalah menciptakan value bagi para stakeholders-
nya. Tiga stakeholders utama dari suatu perusahaan adalah pelanggan, karyawan, dan
pemegang saham. Ketiga stakeholders itu sangat penting, karena mereka adalah orang-orang
yang sangat berperan dalam menjalankan suatu usaha. Dalam menjaga keseimbangan ini,
perusahaan harus bisa menciptakan value yang unggul bagi ketiga stakeholders utama
tersebut dengan ukuran bobot yang sama.
Inspirasi adalah tentang impian yang hendak dicapai yang akan membimbing
perusahaan sepanjang perjalanannya untuk mewujudkan goals perusahaan tersebut. Maka,
dalam perusahaan berbasis syariah marketing, penentuan visi dan misi tidak bisa terlepas dari
makna syariah itu sendiri, dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Tujuan akhir ini harus bersifat
mulia, lebih dari sekedar keuntungan finansial semata. 16) Develop An Ethical Corporate
Culture (Culture) Budaya perusahaan menggambarkan jati diri perusahaan tersebut. Hal ini
tercermin dari nilai-nilai yang dianut oleh setiap individu di perusahaan dan perilakunya
ketika menjalankan proses bisnisnya. Budaya perusahaan yang sehat adalah budaya yang
diekspresikan oleh setiap karyawannya dengan hati terbuka dan sesuai dengan nilainilai etika.
Berikut ini adalah beberapa budaya dasar dalam sebuah perusahaan berbasis syariah:
Studi Kasus
Sebelum membahas secara lebih lanjut mengenai perumahan syariah. Akan lebih baik
jika anda memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perumahan syariah. Jadi,
perumahan syariah merupakan jenis perumahan yang mengusung konsep syariah yakni
sebuah prinsip yang sesuai dengan syariat atau ajaran islam yang pastinya tidak bersangkutan
dengan bank konvensional yang mengandung unsur riba. Seperti yang sudah kita ketahui
pada saat ini semakin banyak bermunculan perumahan yang mengusung konsep perumahan
syariah. Perumahan syariah sendiri muncul akibat semakin tingginya kesadaran masyrakat
akan bahaya dari dosa riba yang haram menurut MUI. Hal inilah yang membuat trend
pertumbuhan perumahan syariah tumbuh dengan sangat signifikan. Ditambah lagi dengan
adanya trend atau boomingnya sharia lifestyle atau bisa disebut dengan gaya hidup syariah.
Hal ini mempengaruhi hampir semua gerai makanan yang harus dilabeli dengan kata haal jika
mau laris. Tidak hanya itu, hijab juga tengah menjadi gaya hidup dari segala kalangan.
Kondisi yang seperti ini tentu saja menandakan adanya tanda yang positif. Yang berarti
bahwa kesadaran dan keinginan masyarakat akan hidup yang sesuai dengan syariah islam
juga semakin tinggi. tentunya membuat gaya hidup yang sudah sesuai syariah ini harus
dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya mengenai apa yang dipakai atau apa yang
dimakan. Tapi juga apa saja yang harus terjaga kehalalannya.Oleh karena itu, hunian yang
berkonsep perumahan syariah pun semakin banyak bermunculan pada saat ini.
Berikut ini adalah beberapa hal yang membedakan perumahan syariah dengan
perumahan lainnya secara signifikan.
Tanpa Bank
Didalam sebuah perumahan syariah, developer perumahan syariah tida bekerja sama
dengan pihak bank untuk terlibat dalam sebuah proyek. Entah itu masalah biaya
pembangunan proyek ataupun masalah Kredit Pemilikan Rumah atau KPR dengan
konsumen.
12
Jadi dalam perumahan syariah proyek pembangunan benar-benar dijalankan ole sumber daya
developernya sendiri atau biasanya dibantu dengan sokongan dari investor. Tentunya hal ini
akan memunculkan skema bagi hasil yang sesuai dengan syariah islam. Tidak hanya itu, akad
dengan konsumen pun dalam hal mencicil rumah atau KPR juga hanya dilakukan oleh pihak
developer dengan konsumen saja tanpa harus melibatkan bank. Developer dalam hal ini
bertindak sebagai penjual sedangkan konsumen berperan sebagai pembelinya. Jadi, tidak ada
pihak ketiga antara mereka. Secara hukum islam, akad perjanjian yang seperti ini dibenarkan
dan sesuai dengan syariah. Selain itu, kelebihan yang dimiliki lainnya adalah tidak adanya BI
checking yang biasanya akan menghambat seseorang untuk memiliki sebuah rumah. Hal ini
karena BI checking memiliki histori cicilan yang buruk di mata bank konvensional. Dengan
begitu untuk bisa memiliki perumahan syariah, prosesnya cenderung lebih simple dan mudah
dan kemungkinan proposal pengajuan anda akan disetujui mendekati angka 100% oleh para
developer.
Tanpa Bunga
Karena dalam hal ini developer tidak berhubungan atau bekerja sama dengan pihak bank
maka sudah dapat dipastikan tidak ada bunga dalam transaksi kepemilikan perumahan
syariah. dalam kondisi ini cicilan rumah melalui KPR syariah bersifat tetap atau flat setiap
bulannya hingga cicilan lunas tanpa ada penambahan ataupun pengurangan cicilan sepeser
pun. Konsep harga yang ditetapkan adalah adanya perbedaan harga antara harga cash atau
tunai dengan harga kredit atau cicilan. Hal ini sah-sah saja diterapkan menurut ajaran islam
atau sesuai dengan syariah. Sebelum akad disetujui oleh kedua pihak yakni developer
properti syariah dengan pembeli atau konsumen maka penawaran harga secara tunai ataupun
kredit tersebut sudah disampaikan terlebih dahulu jumlah nominalnya. Jadi, nantinya harga
tergantung pada anda sebagai konsumen yang menentukannya.
Tanpa Denda
Tanpa Sita
13
Ketika di pertengahan anda tidak sanggup untuk membayar cicilan padahal di sisi lain
anda sudah menempati rumah tersebut untuk beberapa lama. Anda tidak perlu khawatir
karena dalam perumahan syariah konsep yang digunakan tanpa sita. Jadi, anda tidak perlu
khawatir akan diusir dari rumah. Dalam kasus seperti ini developer perumahan syariah tidak
akan menyita rumah anda. biasanya developer akan mendorong anda untuk menjual rumah
yang anda tempati atau bahkan membantu anda untuk menjualkan rumah yang anda tempati.
Setelah dilakukan penjualan, hasil dari penjualan rumah sebagian akan dibayarkan untuk
melunasi hutang anda kepada developer, dan sisanya anda bisa mengantonginya sendiri.
Bagaimana? Sangat menguntungkan sekali bukan? jadi dengan begitu anda bisa mencari
rumah baru lagi karena anda juga mendapatkan uang dari hasil penjualan rumah tersebut.
Dalam transaksi pembelian perumahan syariah, akad yang biasanya digunakan antara
anda sebagai pembeli dan developer sebagai penjual adalah akad jual beli istishna atau indent
jika unit perumahan syariah belum tersedia. Selain itu, bisa juga menggunakan akad jual beli
kredit apabila unit perumahan syariah sudah tersedia. Pada saat terjadi akad, maka poin-poin
yang sudah dijelaskan sebelumnya juga akan terdapat di dalam akad perjanjian antara anda
dan developer. Jadi, semuanya sudah jelas tertera pada perjanjian tersebut dan tidak akan
terjadi masalah hukum di kemudian hari. Itu dia beberapa ciri-ciri perumahan syariah yang
bisa anda jadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memiliki hunian bebas riba.
Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan dakwah islam yang semakin pesat dan semakin mudah
di akses di mana saja. Masyarakat menjadi semakin pandai dalam memilih suatu produk yang
akan di gunakan. Orang-orang menilai bahwa produk yang memiliki label halal / syariah
merupakan produk dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu sekarag ini industri syariah dan
halal menjadi peluang tersendiri bagi para pelaku industri. Tidak hanya perusahaan dari
Indonesia saja yang berlomba lomba merancang strategi pemasaran halal. Perusahaan-
perusahaan dari luar negeri yang bukan mayotitas muslim pun mulai mempelajari bagaimana
strategi dalam memasarkan produk-produk halal dan syariah. Selain itu bagi perusahaan
tinggal bagaimana mereka secara konsisten memasarkan produknya dengan cara cara yang
sesuai syariat agar konsumen semakin percaya dan yakin ketika membeli suatu barang
perusahaan tersebut. Marketer syariah harus lebih memperdalam wawasannya mengenai
bermuamalah yang baik dan benar sesuai dengan al-qur’an dan sunnah. Sehingga dengan
menggunakan pemasaran berbasis halal atau syar’i terjadi insteraksi yang nyaman antara
penjual dan pembeli dan tidak ada yang merasa terugi kan antara satu dengan yang lain.
14
Daftar Pustaka
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180517123325-29-15338/fenomena-muslim-
zaman-now-buat-produsen-berlomba-jadi-halal. Diakses tanggal 12 Februari 2020.
https://finance.detik.com/properti/d-4892148/tumbuh-subur-perumahan-syariah-buat-siapa.
Diakses tanggal 12 Februari 2020.
https://rumahsyari123.com/perumahan-syariah-trend-investasi-properti-masa-kini-bebas-
riba/. Diakses tanggal 12 Februari 2020.
https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/halal-life-style-sebagai-peluang-pasar-baru-industri-
halal. Diakses tanggal 12 Februari 2020.
Salehudin, I. & Mukhlish, B.M. (2012). Pemasaran Halal: Konsep, Implikasi dan Temuan di
Lapangan, in Ikatan Alumni FEUI (Ed.), Dulu mendengar sekarang bicara: kumpulan
tulisan ekonom muda FEUI (pp. 293-305). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekono
mi UI. Diakses tanggal 12 Februari 2020.