Anda di halaman 1dari 5

Vol.18 No.

1 Februari 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

PENGARUH KECEPATANASUTAN DAN KEDALAMAN POTONG TERHADAP


KEKASARAN PERMUKAAN ALUMINIUM PADA BUBUT CNC TU-2A

Oleh:

IsmetEka Putra 1)dan Rahmatul Adil2)


Dosen Teknik Mesin 1 –Alumni Teknik Mesin 2
Institut Teknologi Padang

Abstrak

Produkberkualitasdiperolehdari proses pemesinan yang baik.


Kekasaranpermukaanadalahsalahsatupenyimpangan yang disebabkanolehkondisipemotongandari proses
pemesinan. Aluminium A6061 adalahAluminiumyangbanyakdigunakan di dunia industry
terutamadibidangotomotif, perpipaan, tangki, pesawatterbangdanperkapalan.
Adapunbagiannyaadalahseperti piston, bosh baling-baling, dankomponenpemesinan lain. Tujuan penelitian
ini adalah untuk
mengetahuipengaruhkecepatanasutandankedalamanpotongterhadapkekasaranpermukaanaluminium A6061
pada proses pembubutan CNC TU-2A. Percobaandilakukanpadakecepatanasutan yang bervariasiyaitu 25
mm/menit, 50 mm/menit, dan 75 mm/menitdankedalamanpotong 0,5 mm, 0,8 mm, dan 1mm. Masing-
masingkecepatanasutandankedalamanpotongdiaturdalam program absolute dengankecepatanpotongtetap
140 m/menit. Dari pengujianinididapatkanhasilkekasaranpermukaanpadakecepatanasutan 25
mm/menitdankedalamanpotong 1 mm adalah 3.93 µm(sangatkasar)danpada kecepatanasutan 75
mm/menitdankedalamanpotong0,5 mm adalah 1.50 µm (sangat halus).

Kata kunci : Kecepatanasutan, Kekasaran permukaan, kedalaman potong.

1. Pendahuluan. dirangkai dengan komponen lain. Dalam hal


ini, produk logam yang permukaannya kasar
Mesin CNC (Computer Numerical akan lebih cepat aus dari pada yang
Control)adalah suatu mesin yang dikontrol permukaannya halus (Prasetya, 2010).
oleh komputer dengan menggunakan bahasa Dalam proses pembubutan, halusnya
numerik (data perintah dengan kode angka, suatu permukaan produk merupakan salah
huruf dan simbol) sesuai standart ISO.Sistem satu parameter penting dalam penentuan
kerja teknologi CNC ini akan lebih sinkron ketelitian geometrik suatu komponen mesin
antara komputer dan mekanik, sehingga bila terutama pada komponen – komponen yang
dibandingkan dengan mesin perkakas yang memiliki suaian toleransi. Pemilihan variabel
sejenis, maka mesin perkakas CNC lebih – variabel proses permesinan yang tepat akan
teliti, lebih tepat, lebih fleksibel dan cocok memberikan kehalusan permukaan produk
untuk produksi masal.Dengan dirancangnya sesuai dengan yang diinginkan.Aluminium
mesin perkakas CNC dapat menunjang yang digunakan adalah aluminium
produksi yang membutuhkan tingkat A6061yangbanyak dimanfaatkan di dunia
kerumitan yang tinggi dan dapat mengurangi industry terutamadibidangotomotif,
campur tangan operator selama mesin perpipaan, tangki,
beroperasi. pesawatterbangdanperkapalan.
Kekasaran permukaan produk logam Penelitian ini bertujuan untuk
penting untuk diperhatikan. Kekasaran mengetahui sejauh manapengaruh kecepatan
permukaan berpegaruh pada performansi asutan dan kedalaman potong terhadap
produk logam dalam hal kemampuan kekasaran permukaan aluminium pada bubut
penyebaran panas, kemampuan penyebaran CNC TU-2A.
pelumasan, dan pelapisan (Asmed dan Mura
2010). 2. Metodologi Penelitian.
Kekasaran permukaan suatu produk
logam juga akan berpengaruh apabila

119
Vol.18 No.1 Februari 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Pengerjaan pembubutan silindris 4.21


3.94
dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri 1.68
Padang dengan menggunakan mesin CNC 2.27
0,
TU-2A Turning, sedangkan 30 21 2.32 1.93
5
1.78
pengujiankekasaran permukaan dilakukandi 1.6
laboratorium Universitas Negeri Padang.Alat 1.94
uji kekasaran permukaan yang digunakan 0,
2.25
30 22 20,4 140 50 2.27 2.17
adalah mitutoyo (SJ 201), bahan aluminium 8
2.31
A6061, danmaterial pahat karbida. Sampel 2.1
uji yang digunakan berbentuk selinder, 2.5
2.74
dengan diameter 22mm,dan panjang 120 30 20 1 2.69 2.62
mm. Setiap benda uji dilakukan pembubutan 2.63
sepanjang 30 mm dengan kedalaman potong 2.58
1.72
0,5 mm, 0,8 mm dan1 mm dan kecepatan 1.41
asutan 25 mm/menit, 50 mm/menitdan 75 30 21
0,
1.38 1.53
5
mm/menit. Dengan menggunakan satu mata 1.32
1.69
pahat untuk satu benda uji, setiap benda uji
1.95
dilakukan 5 titik pengujian kekasaran 1.88
0,
permukaan dengan 3 (tiga) variasi tingkatan 30 22 20,4
8
140 75 1.92 1.91
kecepatan potong pembubutan. 1.96
1.87
2.54
2.3
22 30 20 1 2.52 2.34
2.09
2.27

satuan : mm
Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa benda
uji dengan kecepatan asutan (Vf) 25 mm/min
Gambar 1. Spesimen uji setelah dibubut
digolongkan pada kekasaran permukaan (Ra)
nomal, untuk dua jenis kedalaman potong
3. HasildanPembahasan.
yaitu untuk (a)= 0,5 mm nilai Ra nya adalah
2,37 μm dan (a)= 0,8 mm nilai Ra nya adalah
Benda uji yang telah dibubut tanpa ada
2,55 μm, sedangkan dengan kedalaman
perlakuan lain diuji kekasaran permukaannya
potong (a)=1 mm nilai Ra nya adalah 3,93
pada 5 titik yang berbeda. Berdasarkan
μm nilai kekasarannya kasar.Sedangkan
pengujian kekasaran permukaan (Ra) di
benda uji dengan kecepatan asutan (Vf) 50
Laboratorium Politeknik Negri Padang
mm/mnt digolongkan pada kekasaran
didapat harga kekasaran permukaan (Ra)
permukaan (Ra) normal, dengan kedalaman
sebagaimana tersebut pada tabel berikut
potong (a)=0,5 mm adalah 1,93 μm,
sedangkan (a) = 0,8 mm adalah 2,17 μm dan
Tabel 1. Harga rata-rata kekasaran
(a)=1 mm nilai kekasaran permukaan (Ra) =
permukaan (Ra)dengankecepatan asutan 25
2,62 μm. dan benda uji dengan kecepatan
mm/min, 50 mm/min, dan 75 mm/min.
Ra (µm)
asutan (Vf) 75 mm/min digolongkan pada
a Vf
lt
(mm)
Dawal
(mm)
Dakhir
(mm)
(m
Vc
(m/min)
(mm/mi Rata
kekasaran permukaan (Ra) normal, dengan
m) n) nilai
2 kedalaman potong (a) = 0,5 mm adalah 1,50
2.42
2.56
μm, untuk (a) = 0,8 mm adalah 1,91 μm, dan
30 21
0,
2.26 2.37 kedalaman potong (a)= 1 mm nilai kekasaran
5
2.31 permukaan (Ra) adalah 2,34. dan tergolong
2.23
normal sebagai mana terlihat pada gambar
2.39
2.36
berikut :
22 0, 140 25
30 20,4 2.72 2.55
8
2.68
2.6
3.78
30 20 1 3.88 3.93
3.85

120
Vol.18 No.1 Februari 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

4,25
4 3,93
kedalaman potong (a) = 1 mm dengan
harga kekasaran (Ra) <μm> 3,75
3,5 kecepatan asutan (Vf) = 25 mm/min dengan
a=
3,25
3 2,55 2,62 0.5 nilai Ra nya 3,93 μm ini disebabkan karena
2,75 2,34
2,5 2,17 mm kecepatan asutan dan gerak makan yang
2,25 a=
2 2,37 1,91 0.8
digunakan kecil dengan kedalaman potong
1,75 1,93
1,5 mm yang besar mengakibatkan hasil beram yang
1,25 1,5
1 a=1 terbuang sanggat besar sehingga permukaan
0,75 mm
0,5 hasil pembubutan menjadi kasar .
0,25
0
25 50 75
kecepatan asutan ( Vf) <mm/menit>
Permukaan Hasil Pembubutan
a. Vf = 25 mm/mnt

Gambar 2. Hubungan kecepatan Asutan (S) 21 mm 20,4 mm


dengan tingkat kekasaran permukaan (Ra) 30 mm

4,25
4 3,93
harga kekasaran(Ra) <μm>

3,75 Vf = 25
3,5
3,25 mm/me
3 nit (a) (b)
2,75 2,55 2,62
2,37
2,5 2,17 Vf = 50
2,25
2 2,34 mm/me 20 mm
1,93
1,75 nit
1,5 1,91
1,25 1,5 Vf = 75
1
0,75 mm/me
0,5 nit
0,25
0
0,5 0,8 1 (c)
kedalaman potong (a) <mm>
Gambar 4. Permukaan Hasil Pembubutan (a)
a = 0,5 mm, (b) a = 0,8 mm, (c) a = 1 mm
Gambar 3. Hubungan kedalaman potong
dengan tingkat kekasaran permukaan (Ra) Pada Gambar 4 dapat dilihat hasil
kekasaran permukaan dengan kedalaman
Dari gambar 2 dan gambar 3 terlihat potong (a) yang berbeda. Kedalaman potong
bahwa harga kedalaman potong (a) dan (a) 0,5 mm dan (b) 0,8 mm tergolong normal
kecepatan asutan (Vf) berpengaruh terhadap dan kedalaman potong (c) 1 mm tergolong
nilai kekasaran permukaan (Ra). Makin kecil kasar dengan kecepatan asutan sama Vf = 25
nilai kedalaman potong (a) dan makin besar mm/mnt. jadi semakin dalam kedalaman
nilai kecepatan asutan (Vf) maka nilai potong (a) maka kekasaran pada hasil
kekasaran permukaan (Ra) makin kecil pembubutan semakin kasar dengan kecepatan
(halus). asutan yang sama.
Dimana bisa dilihat dari tabel 1 makin b. Vf = 50 mm/mnt
kecil kedalaman potong (a) = 0,5 mm dan
makin besar kecepatan asutan Vf= 75 20,4 mm
mm/menit nilai Ra nya 1,50 μm memiliki 21 mm 30 mm
nilai kekasaran permukaan yang paling halus,
ini disebabkan karena gerak makan yang
besar serta kecepatan asutan yang tinggi
dengan kedalaman potong yang kecil,
sehingga menghasilkan beram yang kecil dan (a) (b)
mengakibatkan permukaan hasil pembubutan
yang halus.Sebaliknya makin besar nilai
kedalaman potong (a) dan makin kecil
kecepatan asutan (Vf) maka nilai kekasaran
permukaan (Ra) besar (Kasar). Sebagaimana
terlihat pada tabel 1 bahwa dengan

121
Vol.18 No.1 Februari 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Vf= 75 mm/mnt. Dan nilai kekasaran yang


20 mm paling kasar yaitu gambar 4 dengan
kedalaman potong (a) = 1 mm dan kecepatan
asutan Vf = 25 mm/mnt. Jadi semakin kecil
kedalaman potong dan semakin besar gerak
makan, maka nilai kekasarannya semakin
kecil (halus) dan apabila kedalaman potong
(c) semakin besar serta gerak makan semakin
Gambar 5.Permukaan Hasil Pembubutan (a) kecil maka nilai kekasaran semakin besar
a = 0,5 mm, (b) a = 08 mm, (c) a = 1 mm (kasar).

Pada Gambar 5 dapat dilihat hasil 4. Kesimpulan.


kekasaran permukaan dengan kedalaman 1. Semakin kecil kecepatan asutan dan
potong (a) yang berbeda. Kedalaman potong semakin besar kedalaman potong maka
(a) 0,5 mm, (b) 0,8 mm, (a) 1 mm tergolong nilai kekasaran permukaan akan semakin
normal dengan kecepatan asutan (Vf) 50 besar, tergolong kasar.
mm/mnt. Jadi semakin dalam kedalaman 2. Semakin besar kecepatan asutan dan
potong maka kekasaran pada hasil semakin besar kedalaman potong maka
pembubutan semakin kasar dengan kecepatan nilai kekasaran permukaan (Ra) tergolong
asutan yang sama. normal.
c. Vf = 75 mm/mnt 3. Semakin kecil kecepatan asutan dan kecil
kedalaman potong maka nilai kekasaran
20 mm
permukaan akan tergolong normal.
21 mm
30 mm
4. Semakin besar kecepatan asuatan dan
semakin kecil kedalaman potong maka
nilai kekasaran permukaan (Ra) makin
kecil tetapi tergolong normal.

DaftarPustaka.

(a) (b) Agung Toga Supatro, (2014): Analisa heat


treatment pada aluminium magnesium
20 mm
silicon (Al, Mg, Si) dengan silicon (Si)
(1%, 3%, 5%) terhadap sifat fisis dan
mekanis, Naska Publikasi ilmiah,
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Anto Edi, (2013): Optimasi parameter
terhadap waktu proses pada
pemprograman CNC Turning, skripsi
(c) UNNES, Semarang.
Gambar 6. Permukaan Hasil Pembubutana = Farizi Z Adyuta, Sutikno Endi, Sulistyo
0,5 mm, (b) a = 08 mm, (c) a = 1 mm Erwin, (2015): Pengaruh variasi sudut
potong mayor dan feeding terhadap
Pada Gambar 6 dapat dilihat hasil kekasaran permukaan hasil proses bubut
kekasaran permukaan dengan kedalaman tirus aluminium 6061, Teknik Mesin
potong (a) yang berbeda. Kedalaman potong Universitas Brawijaya,
(a) 0,5 mm, (b) 0,8 mm, (a) 1 mm tergolong Malang,Indonesia.
normal dengan kecepatan asutan (Vf) 75 Giyatno, (2009): Optimasi parameter proses
mm/mnt. Jadi semakin dalam kedalaman pemesinan terhadap keausan pahat dan
potong maka kekasaran pada hasil kekasaran permukaan benda hasil proses
pembubutan semakin kasar dengan kecepatan CNC turning dengan mengunakan
asutan yang sama.Dari gambar 4 metode Taguchi, tugas sarjana,
sampaigambar 6 nilai kekasaran yang paling Universitas Diponegoro, Semarang.
halus yaitu pada gambar6 dengan kedalaman Sudjatmiko, Suprapto Agus, Darto (2013):
potong (a) = 0,5 mm dan kecepatan asutan Karakteristik keausan dan umur pahat

122
Vol.18 No.1 Februari 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

HSS hasil Quenching melalui


pendinginan Nitrogen pada proses
pembubutan Al-T-6061, Teknik Mesin
Universitas Merdeka, Malang.
Training Unit CNC TU-2A, GmbH, Hallein,
Austria, 1992.
Wibowo Aji, (2010): Pengaruh variasi
kecepatan putar spindle dan bahan pahat
terhadap kehalusan permukaan baja EMS
45 pada mesin CNC TU-2A dengan
program Absolut, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Yumaidi.(2014): Pengaruh Preheat dan
Static-Stransient Thermal Tensioning
terhadap laju perambat retak fatik pada
sambungan Las Tig al 6061-T6, Teknik
Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta,
Indonesia.
Zaid Ilham, Buku Mesin CNC dasar, SMK
N1 Tanjung Raya.
Zubaidi A, Syafa’at, Darmanto, (2012):
Analisa pengaruh kecepatan putar dan
kecepatan pemakanan terhadap
kekasaran permukaan material FCD 40
pada mesin bubut CNC, UNWAHAS,
Semarang.

123

Anda mungkin juga menyukai

  • 1363 3326 1 SM
    1363 3326 1 SM
    Dokumen6 halaman
    1363 3326 1 SM
    Thoni Lackner
    Belum ada peringkat
  • 190 398 1 PB
    190 398 1 PB
    Dokumen7 halaman
    190 398 1 PB
    Thoni Lackner
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    Thoni Lackner
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Jurnal
    Thoni Lackner
    Belum ada peringkat
  • Boleh
    Boleh
    Dokumen23 halaman
    Boleh
    Thoni Lackner
    Belum ada peringkat