Anda di halaman 1dari 11

Tugas Penjaskorkes

Jurnal kehidupan tuna netra kaitannya dengan penjaskes

Oleh:
Elvina Murni Alsuci
(Kelas B)
K8417023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 34 - 36

PENERAPAN PERMAINAN KECIL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES
(Studi Pada Siswa Tuna Netra Total Blind SDLBN Lamongan)

Rio Dida Firman


Mahasiswa S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya, liokoplek@mail.com

Heryanto Nur Muhammad


Dosen S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan dan pembudayaan siswa yang berlangsung seumur hidup dan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas dalam
proses pembelajaran. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap
tanpa adanya penjasorkes, karena penjasorkes sebagai aktivitas jasmani untuk dasar bagi manusia dalam
mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan jaman.
Untuk itu agar proses belajar mengajar penjasorkes dapat berjalan dengan lancar dan mampu memunculkan
motivasi serta perasaan senang dan gembira dari siswa untuk mengikuti pembelajaran, guru harus pandai
mengembangkan berbagai permainan kecil sesuai dengan karakteristik siswa dalam bentuk permainan
olahraga. Dari adanya proses pembelajaran yang dikembangkan diharapkan juga adanya perubahan tingkah
laku yang dicerminkan dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.
Untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa, guru harus menyiapkan sebuah
metode yang hendaknya mencerminkan karakteristik penjasorkes itu sendiri. Permainan kecil merupakan
salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran bisa lebih menyenangkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan permainan kecil untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa tuna netra total blind SDLB N Lamongan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan
permainan kecil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes yang
dibuktikan dari hasil uji t hitung 13,856 > nilai t tabel 2,920 dengan taraf signifikan 0,05.Besarnya
pengaruh permainan kecil untuk meninngkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes
adalah 8,73%.
Kata kunci: Permainan kecil, Motivasi belajar

Abstract
Education as a process of coaching and developing student that lasts a lifetime and is organized with an
ex-ample, a willingness to build and develop creativity in the learning process. Education has a
pedagogical objective, therefore less education complete without penjasorkes, because penjasorkes as
the basis for physical activity for people to understand the world and himself that naturally develops in
line with the changing times. For that to penjasorkes learning process will run smoothly and be able to
bring motivation and feelings of pleasure and delight of the students to participate in learning, teachers
should be good to develop a variety of simple game in accordance with the characteristics of the students
in the form of a sports game. Of the learning process that was developed is also expected to change
behavior that is reflected by the increasing student motivation.
To determine the characteristics of the growth and development of students, teachers should prepare a
method which should reflect the characteristics of adaptive penjas itself.
Small game is one attempt to do by teachers for learning can be fun. The purpose of this study was to
determine the effect of the application of simple game to improve students' motivation in penjasorkes
learning. The population in this study were total blind students SDLBN Lamongan.

From this research we can conclude that there is a significant effect of the application of small game to
improve students' motivation in learning adaptive penjas as evidenced from the results of the t test
13,856 count > t table value of 2.920 with a significance level of 0.05. Magnitude of the influence of
small game at enhancing motivation student learning in adaptive learning penjas amounted to 8.73%.
Keywords: Small game, Motivation study

34 ISSN : 2338-798X
Penerapan Permainan Kecil Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjasorkes

mendasarkan diri pada angka” (Maksum, 2009:13).


PENDAHULUAN Desain penelitian yang digunakan adalah One Group
Peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) Pretest-Posttest design. Dalam desain ini tidak ada
menjadi pertimbangan penting dalam menciptakan kelompok kontrol, dan subjek tidak ditempatkan secara
manusia Indonesia yang beriman, berakhlak mulia serta acak, kelebihan desain ini adalah dilakukan pretest dan
mampu menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. posttest sehingga dapat diketahui dengan pasti
Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Indonesia perbedaan hasil akibat perlakuan yang diberikan
tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap (Maksum, 2009:47-48).
warga negara berhak mendapat pendidikan”. Dari Populasi adalah sekelompok individu disuatu
pernyataan tersebut dapat disimpulkan pendidikan daerah atau lingkungan yang akan diteliti. Sedangkan
merupakan hak warga negara, termasuk juga anak menurut Maksum (2009:39) populasi adalah keseluruhan
berkebutuhan khusus. individu atau objek yang dimaksudkan untuk diteliti dan
Anak berkebutuhan khusus atau yang sering disebut nantinya akan dikenai generalisasi. Populasi merupakan
kaum difabel, merupakan bagian dari kehidupan bangsa hal penting dalam melakukan penelitian karena
yang mempunyai hak sama seperti anak normal dalam digunakan sasaran untuk memperoleh data serta
mengeyam pendidikan. Ada banyak jenis kecacatan yang informasi dalam penelitian. Jadi populasi yang
disandang anak berkebutuhan khusus seperti tuna rungu, digunakan dalam penelitian ini adalah siswa tunanetra
tuna netra, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, anak total blind SDLBN Lamongan sebanyak 3 siswa karena
kesulitan belajar, anak berbakat istimewa, anak cerdas sudah diketahui karakteristiknya.
istimewa, anak tuna ganda dan autis. Anak tuna netra Instrumen adalah alat yang digunakan dalam
merupakan salah satu individu yang unik yang pada pengumpulan data (Maksum, 2009:55). Sedangkan
umumnya memiliki potensi dalam mengimbangi kelainan instrumen dalam penelitian ini berupa angket motivasi
yang dialami. Mereka merupakan bagian dari kita yang atau kuisioner. Angket ini digunakan untuk mengukur
mempunyai hak dalam pendidikan. Pernyataan tersebut motivasi siswa masing-masing angket terdiri atas 47
dikuatkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pertanyaan. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk
pendidikan nasional, pasal 5 ayat 2 “warga negara yang skala yang memuat suatu nilai untuk jawaban yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan tersedia yaitu skala likert. (Angket yang digunakan
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Serta pada dalam penelitian ini mengadopsi dari skripsi Agustina
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan Fitria tahun 2011 dengan judul “Pengaruh modifikasi
anak, pasal 51 “Anak yang menyandang cacat fisik dan pembelajaran bolavoli terhadap motivasi belajar siswa
mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani (studi pada
untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lamongan)”. Yang
biasa”, (www.uuanakcacat.com diakses 21/3/2013). memiliki hasil uji validitas =0,04 dan uji reliabilitas =
Pemerintah dan masyarakat memberikan layanan 0,92.
pendidikan khusus buat anak penyandang cacat termasuk
tuna netra untuk mengenyam pendidikan, termasuk
penjasorkes. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut pengalaman peneliti pada saat tugas Pada deskripsi data angket motivasi ini, peneliti
mata kuliah pendidikan jasmani adaptif di SDLBN membahas tentang rata-rata, standar deviasi, varian,
Lamongan, pada tanggal 20 dan 27 April 2012 sebagian rentangan nilai tertinggi dan nilai terendah yang
siswa ABK termasuk tuna netra terlihat malas, bosan dan diperoleh dari hasil pengisian angket sebelum penerapan
tidak percaya diri. Dengan demikian siswa terlihat permainan kecil (pre-test) dan sesudah penerapan
kurang termotivasi dalam belajar. Permainan kecil permainan kecil (post-test) oleh sampel kelompok
dimaksudkan agar bisa membantu siswa tuna netra agar eksperimen dalam pembelajaran penjasorkes, yaitu:
termotivasi dalam pembelajaran penjasorkes. Adapun 1) Hasil pengisian angket motivasi belajar siswa
pengertian permainan kecil adalah suatu bentuk sebelum penerapan permainan kecil (pre-test)
permainan yang tidak mempunyai peraturan baku, baik menghasilkan jumlah rata-rata sebesar 91,67,
mengenai peraturan permainannya, alat- alat yang standar deviasi sebesar 2,082, dengan varian 4,333
digunakan, ukuran lapangan, maupun lama serta nilai tertinggi 94 dan terendah 90.
permainannya (Hartati, 2012:27). 2) Hasil sesudah penerapan permainan kecil (post-
Dalam penelitian ini diajukan asumsi yang test) menghasilkan rata-rata sebesar 99,67, standar
dianggap penting diungkap dan menjadi dasar pemikiran deviasi sebesar 1,527 dengan varian 2,333 serta
pengkajian yaitu : nilai tertinggi 101 dan terendah 98.
semua siswa tuna netra total blind SDLBN 3) Perubahan hasil dari pre-test ke post-test adalah
rata-rata sebesar 8 dan standar deviasi sebesar -
Lamongan telah mendapat pembelajaran penjasorkes
0,555 dengan perubahan varian sebesar -2, serta
yang relatif sama. nilai tertinggi dan terendah masing-masing 7 dan 8.
METODE Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
Dalam penelitian ini menggunakan metode penerapan permainan kecil dapat meningkatkan
penelitian Kuantitatif, yaitu “sebuah penelitian yang motivasi belajar siswa sebesar 8,73 %.
menekankan keajengan, statis, mekanistik dan

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-jasmani/issue/archive 35
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 34 - 36

Pada bagian ini akan membahas hasil penelitian total blind SDLB N Lamongan adalah sebesar
tentang penerapan permainan kecil untuk meningkatkan 8,73%.
motivasi belajar dalam pembelajaran Penjasorkes pada
siswa tuna netra total blind SDLB N Lamongan. Saran
Penjasorkes memiliki peranan yang sangat penting dalam Dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini,
memberi kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung maka diberikan saran agar hasil penelitian ini dapat
dalam berbagai pengalaman belajar melalui kegiatan benar-benar bermanfaat, yaitu sebagai berikut:
jasmani dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. 1. Sesuai dengan hasil penelitian maka sebaiknya
Disinilah guru perlu menerapkan permainan kecil dalam penerapan permainan kecil ini dijadikan sebagai
pembelajaran sesuai dengan kondisi karakteristik siswa. acuan bagi guru penjasorkes dalam usaha
Dengan permainan kecil dalam pembelajaran tersebut meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses
diharapkan siswa memperoleh pengayaan gerak yang pembelajaran khususnya pembelajaran penjasorkes.
dapat menimbulkan rasa senang, gembira dan leluasa 2. Permainan kecil dalam proses belajar mengajar tidak
sehingga siswa lebih termotivasi terhadap pembelajaran. hanya digunakan untuk pembelajaran penjasorkes saja
Di samping itu juga tujuan dari pembelajaran yang tetapi juga bisa digunakan pada aktivitas sehari-hari.
diharapkan dapat tercapai dan terjadi perubahan tingkah 3. Agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal
laku dari siswa. khususnya dalam pembelajaran dengan menggunakan
Permainan kecil yang dimaksud adalah Permainan penerapan permainan kecil, maka penerapan
yang memberikan kesenangan tersendiri bagi siswa, pembelajaran ini harus disesuaikan dengan
karena permainan tidak mempergunakan peraturan yang kemampuan dan kondisi siswa sehingga siswa dapat
baku. Permainan kecil dapat disesuaikan dengan keadaan mengikuti proses pembelajaran dengan leluasa,
dan situasi, sehingga bisa dilakukan dimana saja. Pada gembira dan tidak takut cidera serta dapat terjadi
pembelajaran ini, kesenangan merupakan kunci utama perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
yang sangat mendukung permainan siswa tuna netra
total blind. Oleh karena itu, siswa yang dapat merasa
senang dengan permainan kecil akan sangat membantu
siswa tersebut termotivasi dalam pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
penjasorkes.
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian
dan hasil penelitian tentang penerapan permainan kecil Hartati, dkk. 2012. Permainan Kecil cara efektif
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengembangkan fisik, motorik, keterampilan
pembelajaran penjasorkes, diketahui bahwa permainan sosial dan emosional. Malang: Wineka Media.
kecil dapat memberikan peningkatan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran Penjasorkes sebesar 8,73%.
Untuk motivasi belajar ada perubahan hasil post-test Maksum, Ali. 2009. Metodologi Penelitian dalam
yang lebih baik dari pada pre-test sesuai dengan hasil uji Olahraga. SurabayaTanpa Penerbit.
t sampel berpasangan,dengan t hitung lebih besar dari t
tabel (13,856 > 2,920). Sehingga dengan kata lain dapat Maksum, Ali. 2009. Statistik dalam Olahraga. Surabaya:
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan Tanpa Penerbit.
permainan kecil untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran penjasorkes pada siswa tuna Undang-undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945
netra total blind SDLB N Lamongan. Pasal 31 Ayat 1. (Online). (www.dpr.go
.id/id/uu-dan-ruu/uud45,diakses 21 Oktober
PENUTUP 2013).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara umum Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
penerapan permainan kecil untuk meningkatkan motivasi Pendidikan Nasional. (Online).
belajar siswa dalam pembelajaran penjasorkes pada (www.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2012/
siswa tuna netra total blind SDLB N Lamongan, dapat 10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf, diakses 21
disimpulkan sebagai berikut: Oktober 2013).
1. Ada pengaruh yang signifikan penerapan permainan
kecil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran penjasorkes pada siswa tuna
netra total blind SDLB N Lamongan, terbukti dari
hasil perhitungan uji t terdapat nilai t hitung lebih
besar dari t tabel (13,856 > 2,920) dengan taraf
signifikansi 0,05.
2. Besarnya pengaruh penerapan permainan kecil
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran Penjasorkes pada siswa tuna netra
36 ISSN : 2338-
798X

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN


ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB–A
YPAB SURABAYA

ZULFAKAR ALIZANUAR
10010044220

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PEDIDIKAN LUAR BIASA

2014
PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN
MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB–A YPAB SURABAYA
Zulfakar Alizanuar dan Dr. Hj. Sri Joeda Andajani, M.Kes
(PLB-FIP, email: vanxipli@gmail.com)

ABSTRACT

Blind child was one of special need children who had orientation and mobility ability which needed to be
increased because they had obstacle in vision. In this case, playing football was used to enhance orientation and
mobility ability of blind students. Playing football was hoped to be able to activate the movement in orientation
and mobility.
This research purpose was to enhance the orientation and mobility ability of blind students in SMPLB-A
YPAB Surabaya.
This research used pre experiment arrangement with one group pre test – post test design with 6 blind
students as the subjects with 6 low vision students’ characteristics. The data analysis of this research used
statistic non parametric with Sign Test kind.
The research result indicated that there was influence of playing football toward orientation and mobility
ability of blind students in SMPLB-A YPAB Surabaya, it was proven when the pre test was given the value
result of orientation and mobility ability of blind students was between 42 and 75 and after giving treatment of
the post test the value of orientation and mobility ability to blind students was between 67 and 90.
From the data analysis result, it was concluded that the counting of ZH = 2,05. The number was then
compared with critic value 5% ZH = +1,96. The result indicated that ZH > 1,96 which meant Ho was refused.
The refusal of Ho meant the acceptance of Ha so that it could be stated “there was influence of playing football
toward orientation and mobility ability to blind students in SMPLB-A YPAB Surabaya”.

Keywords: Playing football, orientation and


mobility.
dari setiap pengembangan aktivitas-aktivitas :
PENDAHULUAN pelatihan, olahraga dan irama yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus secara
Pendidikan jasmani merupakan bagian individual, dalam layanan pendidikan jasmani.
pendidikan secara umum. Kedudukan pendidikan Dengan demikian secara singkat pendidikan
jasmani sebagai subsistem dari sistem pendidikan jasmani khusus adalah layanan pendidikan yang
secara keseluruhan. Pendidikan jasmani merupakan dirancang secara khusus untuk memenuhi
suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk kebutuhan penyandang cacat secara individual dan
mengaktualisasikan potensi diri dalam mencapai dikembangkan untuk memberikan layanan
tujuan pendidikan melalui gerak fisik. Pendidikan pendidikan jasmani sesuai kebutuhan individual.”
jasmani sebagai salah satu matarantai dalam proses Salah satu bentuk kegiatan pendidikan
pendidikan anak, memiliki kontribusi yang besar jasmani adaptif untuk anak tunanetra adalah dengan
dalam mencapai tujuan pendidikan. bermain bola sepak. Bermain bola sepak
“Pendidikan jasmani adaptif adalah suatu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan
proses mendidik melalui aktivitas gerak untuk laju mempergunakan bola sebagai alat bermainnya.
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun Bermain bola sepak merupakan salah satu media
psikis dalam rangka mengoptimalkan seluruh untuk mendidik anak agar kelak menjadi anak yang
potensi: kemampuan, keterampilan jasmani yang cerdas, terampil, jujur, dan sportif. Selain itu
disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan melalui bermain bola sepak kita mengharapkan
anak, kecerdasan, kesegaran jasmani, sosial, dalam diri anak akan tumbuh dan berkembang
kultural, emosional, dan rasa keindahan demi semangat persaingan (competition), kerja sama
tercapainya tujuan pendidikan yaitu terbentuknya (cooperation), interaksi sosial (social interaction),
manusia seutuhnya (Syarifudin, & Muhadi dan pendidikan moral (moral education).
1992:4)”. Sedangkan menurut Winnick (dalam eko,
1995:3) menyebutkan bahwa: “pendidikan jasmani
khusus adalah suatu program individual
Kalau kita perhatikan gerakan-gerakan gerak dan berpindah dari posisi dirinya semula ke
pada bermainan bola sepak, disitu terdapat gerakan posisi objek yang dikehendaki dengan selamat. Jadi
lari, lompat/loncat, menendang, dan menangkap tujuan orientasi dan mobilitas adalah membentuk
bagi penjaga gawang. Semua gerakan-gerakan kemampuan, kesiapan dan mudahnya bergerak dan
tersebut terangkai dalam suatu pola gerak. Gerakan berpindah dari suatu posisi atau tempat ke suatu
yang paling dominan dari permainan ini adalah posisi atau tempat lain yang dikehendaki dengan
menendang, menggiring, mengontrol bola. Jika selamat, efisien, dan baik, tanpa banyak meminta
dilihat dari rumpun gerak dan keterampilan dasar, bantuan orang lain.
terdapat tiga dasar keterampilan di antaranya Penelitian relevan yang berkaitan dengan
adalah lokomotor, non lokomotor, dan pendidikan jasmani adaptif pernah diterapkan
manipulatife. Lokomotor, pada keterampilan kepada siswa tunarungu di SLB B/C yayasan
bermain sepak bola ada gerakan berpindah tempat, pembina sekolah luar biasa (YPSLB) Kartasura
seperti lari ke segala arah, meloncat/melompat, dan tahun 2009. Dari penelitian tersebut disimpulkan
meluncur. Gerakan tersebut di atas termasuk ke bahwa Pembelajaran Penjas Adaptif dapat
dalam rumpun gerak lokomotor. Non lokomotor, meningkatkan kemampuan motorik pada siswa
dalam bermain sepak bola ada gerakan-gerakan tunarungu.
yang tidak berpindah tempat, seperti menjangkau, Tujuan pendidikan jasmani yang
melenting, membungkuk, meliuk. Gerakan-gerakan mengarah kepada pertumbuhan dan perkembangan
tersebut tergolong ke dalam rumpun gerak non fisik, mental, dan spiritual siswa terbentuk melalui
lokomotor. Manipulatife, gerakan-gerakan yang pola gerakan lokomotor dan non lokomotor,
termasuk ke dalam rumpun gerak manipulatife sedangkan dalam tujuan orientasi dan mobilitas
dalam permainan sepak bola, meliputi gerakan juga mengarah kepada pengembangan fisik, mental,
menendang bola, menggiring bola, menyundul dan spiritual yang terbentuk melalui keberanian
bola, merampas bola, dan menangkap bola bagi bergerak bebas di area yang lebih luas.
penjaga gawang. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil observasi di SMPLB-A bahwa ada kesamaan pandang dalam pembinaan
YPAB Surabaya pada tanggal 4 September 2013, pelaksanaan pendidikan jasmani dan orientasi
bahwa siswa tunanetra di sekolah mengalami mobilitas. Melalui bermain bola sepak diharapkan
hambatan orientasi dan mobilitas dikarenakan rasa kemampuan fisik, mental, dan spiritual dari siswa
takut yang berlebihan, kurang mampu berinteraksi tunanetra dapat dikembangkan, maka pendidikan
dengan lingkungan, kurang aktif dalam bergerak jasmani yang diterapkan melalui bermain bola
dari satu tempat ke tempat lain. olahraga untuk sepak diharapkan mampu menunjang dan
tunanetra masih sangat minim. Dampak dari memperbaiki sikap tubuh dalam pengembangan
minimnya olahraga tersebut berpengaruh terhadap fisik untuk keperluan penjelajahan ruang dan
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, lingkungan sekitar bagi siswa tunanetra.
emosional, dan sosial. Sehingga dalam melakukan
kegiatan sehari-hari siswa tunanetra sangat terbatas. METODE PENELITIAN
Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka Penelitian ini menggunakan penelitian
perlu diterapkan pendidikan jasmani adaptif untuk kuantitatif pre- eksperimen dengan menggunakan
melatih siswa dalam berpindah dari satu tempat ke desain “the one group pra-test post-test design”.
Pada penelitian dilakukan intervensi atau perlakuan
tempat lain dengan melakukan permainan. pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok
Pendapat ini berkaitan dengan widjayanti dalam pembanding. Dimana penelitian akan dilakukan
(Widati dan Murtadlo, 2007:19-95) “tujuan selama dua bulan dengan 8 kali pertemuan. 6 kali
pendidikan jasmani bagi siswa tunanetra adalah treatment dan 2 kali pertemuan untuk pre-test dan
memantapkan latihan orientasi dan mobilitas post-test.
dengan menggunakan clue atau petunjuk bunyi- “Metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang
bunyian, bau-bauan, arah angin, dan matahari.
berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan
Orientasi merupakan proses penggunaan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
indra yang masih berfungsi untuk menetapkan pengumpulan data menggunakan instrumen
posisi diri untuk berhubungan dengan objek lain penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic,
dengan lingkungan sekitar. Adapun mobilitas dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
adalah bagaimana seseorang dapat melakukan ditetapkan” (Sugiyono, 2010:8).
Teknik pengumpulan data yangdigunakan 6 AI 42 68
adalah tes dan observasi. Tes perbuatan yang
digunakan ada dua yakni pre test untuk mengetahui Rata-rata 56 77,5
kemampuan orientasi dan mobilitas siswa tunanetra
sebelum diterapkanya kegiatan bermain bola sepak.
Kemudian post test untuk mengetahui pengaruh Berdasarkan hasil penelitian ketika
permainan sepak bola terhadap kemampuan diberikan kegiatan bermain bola sepak terhadap
orientasi dan mobilitas siswa tunanetra. Instrumen kemampuan orientasi dan mobilitas siswa
yang digunakan pada test perbuatan terlampir dan tunanetra. Pada siswa IR selama kegiatan bermain
peneliti menggunakan metode observasi yaitu bola sepak IR cenderung diam dan kadang
untuk mengumpulkan data tentang penerapan menggerutu sendiri, sehingga IR membutuhkan
kegiatan bermain bola sepak terhadap kemampuan perhatian yang lebih agar kebiasaannya tersebut
orientasi dan mobilitas siswa tunanetra sehingga berkurang, tetapi IR sangat tertib dalam mengikuti
akan diperoleh hasil yang diharapkan. kegiatan bermain bola sepak sehingga IR
Prosedur yang digunakan dalam penelitian menunjukkan peninngkatan hasil belajar dalam
ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persipan, tahap melakukan pengukuran dengan hasil pre test 65 dan
pelaksanaan penelitian, dantahap pembuatan post test 88.
laporan penelitian. Pada siswa NY selama kegiatan bermain
Kegiatan penelitian ini menggunakan bola sepak NY sangat pendiam.NY tidak memiliki
metoda uji tanda yang ada dalam metode statistika kesulitan dalam melakukan instruksi dari
nonparametrik. Sudjana (2005:446) peneliti,NY memiliki sikap yang penurut NY tetap
mengemukakan bahwa, metode uji tanda mengikuti kegiatan bermain bola sepak dengan
merupakan metode yang digunakan untuk tertib dan mengalami peningkatan hasil belajar
membandingkan pengaruh hasil intervensi. dalam melakukan kegiatan bermain bola sepak
Perbandingan pengaruh hasil intervensi dalam dengan hasil pre test 47 dan pos test 67.
penelitian ini yaitu dengan membandingkan hasil Pada siswa AD selama kegiatan bermain
penilaian pre tes dan post tes yang telah dilakukan bola sepak AD cenderung mengalami kesulitan
terhadap siswa tunanetra. dalam mengikuti kegiatan bermain bola sepak, AD
kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
bermain bola sepak yang diinstruksikan peneliti,
Pemaparan hasil penelitian menunjukkan tetapi pada akhirnya AD dapat memahami materi
kegiatan bermain bola sepak dan instruksi dari
bahwa kegiatan bermain bola sepak mempunyai
peneliti dengan baik, sehingga AD mengalami
pengaruh yang signifikan yaitu dapat meningkatkan
peningkatan hasil kegiatan bermain bola sepak
kemampuan orientasi dan mobilitas siswa tunanetra
dengan hasil pre test 42 dan post test 68.
menjadi lebih baik. Untuk mempermudah dalam
hal memahami penyajian data yang baik diperlukan Pada siswa IH selama kegiatan
adanya penyajian data yang lengkap yaitu berupa pembelajaran sering bertanya dan mengalami
hasil nilai pre test dan post test. kesulitan, meskipun IH mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan dan instruksi dari peneliti tetapi
Tabel 4.3 dia mempunyai semangat yang tinggi. Meskipun
terkadang merasa bosan tetapi IH mengalami
Hasil Rekapitulasi Pre Tes Dan Post Tes peningkatan hasil kegiatan bermain bola sepak
Kemampuan Orientasi Dan Mobilitas Siswa dengan hasil pre test 50 dan post test 70.
Tunanetra di SMPLB-A YPAB Surabaya Pada siswa DN memiliki keaktifan yang
bagus, semangat dalam melakukan instruksi yang
diberikan oleh peneliti. Tidak memilki kesulitan
No Subyek Pre Tes Post Tes yang berarti ketika mengikuti proses kegiatan
bermain bola sepak, terbukti dengan peningkatan
nilai pre test 75 dan post test 90.
1 IR 65 88 Pada siswa YD selama kegiatan
pembelajaran YD cenderung pendiam, tetapi
2 DN 75 90 apabila diberikan instruksi dan materi kegiatan
bermain bola sepak YD selalu melakukan instruksi
3 YD 58 82 dengan benar. Sehingga YD memperoleh nilai pre
test 58 dan post test 82.
4 NY 47 67 Berdasarkan hasil penelitian dengan
diberikan kegiatan bermain bola sepak siswa
5 IH 50 70 tunanetra menunjukkan peningkatan yang lebih
baik dalam kemampuan orientasi dan mobilitas.
Siswa menjadi lebih lincah, luwes, berani, kuat,
dan tepat dalam melakukan kegiatan orientasi dan dengan rumus Sign test (uji tanda) sebesar 2,05
mobilitasnya. Terbukti dengan kelincahan, 1,96).
keluwesan, keberanian, kekuatan, dan ketepatan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
mereka dalam melakukan kegiatan orientasi dan oleh Asniarno, (2010) tentang Pengaruh gerak dasar
mobilitas dilingkungan sekolah maupun lingkungan pada pendidikan jasmani adaptif dalam
sekitarnya. meningkatkan kemampuan motorik anak tuna
Bermain bola sepak merupakan suatu rungu di slb b/c yayasan pembina sekolah luar biasa
kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan (YPSLB) Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan
bola sebagai alat bermainnya. Bermain bola sepak bahwa pembelajaran pendidikan jasmani adaptif
merupakan salah satu media untuk mendidik anak dapat meningkatkan kemampuan motorik pada
agar kelak menjadi anak yang cerdas, terampil, siswa tunarungu.
jujur, dan sportif. Selain itu melalui bermain bola
sepak kita mengharapkan dalam diri anak akan PENUTUP
tumbuh dan berkembang semangat persaingan
(competition), kerja sama (cooperation), interaksi A. Simpulan
sosial (social interaction), dan pendidikan moral
(moral education). Berdasarkan hasil penelitian Bedasarkan hasil penelitian dan analisis data,
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain
kemampuan siswa tunanetra dalam orientasi dan bola sepak berpengaruh terhadap kemampuan
mobilitas dengan diberikan kegiatan bermain bola orientasi dan mobilitas siswa tunanetra di SMPLB-
sepak dapat diterima dengan mudah oleh siswa dan A YPAB Surabaya. Terbukti dari hasil statistika
menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan yang diperoleh nilai ZH = 2,05. Karena ZH nilainya 2,05
(diatas/lebih besar dari 1,96), maka dapat
dapat dilihat dari hasil pre test dan post test.
Menurut (Soemantri, 2005:68) bahwa disimpulkan ditolaknya Ho (hipotesis nol) berarti Ha
anak tunanetra memiliki keterbatasan atau ketidak (hipotesis kerja) diterima.
mampuan dalam menerima rangsang dari luar Selanjutnya berdasarkan kegiatan yang telah
dirinya melalui indera penglihatannya. Penerimaan dilakukan terbukti bahwa aspek-aspek bermain bola
rangsang hanya dapat dilakukan melalui sepak dapat di aplikasikan dalam proses belajar
orientasi dan mobilitas siswa tunanetra. Serta
pemanfaatan indera-indera lain di luar
kegiatan bermain bola sepak dapat meningkatkan
penglihatannya. Namun karena dorongan dan
gerak dalam orientasi dan mobilitas siswa tunanetra
kebutuhan untuk mengenal dunia sekitarnya, anak
SMPLB-A YPAB Surabaya.
tunanetra menggantikannya dengan indera
pendengaran sebagai saluran utama penerimaan
2) Saran
informasi. Berdasarkan penjelasan anak tunanetra
← Kepala sekolah
membutuhkan indera pendengaran, peraba dan
Agar menghimbau untuk meningkatkan
penciuamnya untuk mendeteksi dan
kemampuan orientasi dan mobilitas siswa
menggambarkan arah, sumber, dan informasi
tunanetra, kegiatan bermain bola sepak
mengenai ukuran dan kualitas ruangan, tetapi agar
sebaiknya dijadikan sebagai salah satu
lebih efektif dalam pembelajarannya guru harus
kegiatan dalam meningkatkan kemampuan
memberikan gambaran mengenai bentuk, posisi,
orientasi dan mobilitas siswa tunanetra.
dan ukuran. Dan penerapan metode pembelajaran
← Guru
yang tepat juga berpengaruh dalam proses belajar
Dalam memberikan layanan orientasi dan
anak tunanetra.
mobilitas siswa tunanetra kegiatannya
Orientasi dan mobilitas
perlu disesuaikan dengan tingkat
merupakan kemampuan siswa dengan cara yang
layanan program pendidikan untuk terencana, bertahap, dan berkelanjutan.
mengembangkan kemampuan, kesiapan dan Dengan kegiatan bermain bola sepak yang
mudahnya bergerak dan berpindah dari suatu posisi diberikan diharapkan dapat meningkatkan
atau tempat ke suatu posisi atau tempat lain yang layanan orientasi dan mobilitas bagi siswa
dikehendaki dengan selamat, efisien, dan baik, tunanetra.
tanpa banyak meminta bantuan orang lain. ← Orang tua
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
Dalam upaya meningkatkan pelayanan
menunjukkan siswa tunanetra karena orientasi dan mobilitas bagi siswa
keterbatasannya, dalam proses orientasi dan tunanetra perlu adanya kerjasama anatara
mobilitas diperlukan kegiatan yang mendorong orang tua dan guru sehingga memberikan
siswa tunanetra lebih aktif bergerak dengan lincah, hasil maksimal baik di sekolah maupun di
luwes, berani, tepat, dan kuat. Dalam penelitian ini rumah.
bermain bola sepak digunakan sebagai kegiatan
dalam meningkatkan kemampuan orientasi dan
mobilitas siswa tunanetra di SMPLB-A YPAB
Surabaya. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tes
4. Peneliti selanjutnya
Agar lebih mendalami dan mengkaji tentang
pelayanan orientasi dan mobilitas bagi siswa
tunanetra.

DAFTAR PUSTAKA

Hosni, Irham. Tanpa Tahun. Buku Ajar Orientasi


dan Mobilitas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Tenaga Guru.

Kerjasama Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas


Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya Dengan Direktorat PPKLK Diknas
Dirjen Dikdas Kemendikbud. 2012. Draft
Pedoman Penyelenggaraan Program
Pendidikan Jasmani Adaptif Bagi Peserta
Didik Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Dasar Inklusi. Surabaya: UNESA.

Muhajir, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan


Kesehatan SMP Kelas VII. Bandung: Ghalia
Indonesia Printing.

Muhajir, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan


Kesehatan SMP Kelas VIII. Bandung:
Ghalia Indonesia Printing.

Noviantari. 2010. Modul Bimbingan Jasmani dan


Olahraga Adaptif Orang Dengan Kecacatan
Netra. Jakarta: Direktorat Rehabilitas Sosial
Orang Dengan Kecacatan Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian
Sosial R.I.

Soedjadi. 1989. Latihan-Latihan Dasar Orientasi


dan Mobilitas Bagi Anak Tunanetra
Sebelum Usia Sekolah. Jakarta: Cipta Rukun
Sarana.

Tim. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian


Skripsi. Surabaya : Unesa Press

Widati, CH. Sri dan Murtadlo. 2007. Pendidikan


Jasmani dan Olahraga Adaptif. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.

Widdjajantin, Anastasia dan Hatipeuw, Imanuel.


Tanpa Tahun. Ortopedagogik Tunanetra I.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Yonohudiyono, dkk. 2007. Bahasa Indonesia


Keilmuan. Surabaya : Unesa Press
Sumber
http: //jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/10800/68/article.pdf
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-khusus/article/view/10120

Anda mungkin juga menyukai