Anda di halaman 1dari 5

Laporan Kasus

F 41.0
GANGGUAN PANIK

Oleh:

M. Riza Maulidan NIM. 1830912310

Hikmah Ika Darmayanta NIM. 1830912320

Larasati Gilang Puji Astuti NIM. 1830912320

Anisa Oktaviani NIM. 1820912320089

Pembimbing

dr. H. Achyar Nawi Husin, Sp.KJ

BAGIAN/KSM ILMU KEDOKTERAN JIWA

FK UNLAM-RSUD DR. H. MOH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN

Februari 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

BAB III. DATA PASIEN............................................................................. 18

BAB IV. PEMBAHASAN...................................................................... ..... 31

BAB V. PENUTUP...................................................................... ............... 37

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... ............. 38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan panik merupakan salah satu di antara beberapa gangguan cemas


yang dikenal dan cukup sering terjadi. Gangguan panik merupakan jenis gangguan
cemas kronik yang ditandai oleh serangan panik parah yang berulang dan tak
terduga dan spontan. Frekuensi serangannya bervariasi mulai dari beberapa kali
serangan dalam setahun hingga beberapa serangan dalam sehari. Serangan panik
dapat pula terjadi pada gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan
panik, serangan terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas.
Gangguan panik sering disertai dengan agorafobia, yaitu rasa takut sendirian di
tempat umum seperti pasar, atau terutama tempat yang sulit keluar dengan cepat
saat terjadi gangguan panik. Serangan panik terjadi mendadak tanpa disebabkan
oleh obat (seperti kafein), pengobatan, atau kondisi medis (seperti tekanan darah
tinggi), dan selama serangan penderita mungkin mengalami sensasi seperti detak
jantung meningkat atau tidak teratur, sesak napas, pusing, atau takut kehilangan
kontrol atau “gila.1

Studi epidemiologis di negara barat melaporkan angka prevalensi seumur


hidup gangguan panik adalah 1,5-5%, sedangkan serangan serangan panik
sebanyak 3-5,6%. Di Indonesia belum dilakukan studi epidemiologi yang dapat
menggambarkan jumlah pasien dengan serangan panik, namunpara ahli merasakan
adanya peningkatan jumlah kasus yang berdatangan. Pasien gangguan panik sering
ditemukan pada mereka yang berada pada usia produktif yakni antara 18-45 tahun.1

Gangguan panik lebih umum ditemukan pada wanita sebesar 2/3 lebih b
anyak dari laki-laki, terutama mereka yang belum menikah serta wanita post-
partum. Serangan panik jarang ditemukan pada wanita hamil. Sembilan puluh satu
persen pasien dengan gangguan panik dan 84% dengan agorafobia berpotensi
mengalami setidaknya satu gangguan psikiatrik lainnya. Salah satu faktor yang
diduga turut berperan dalam timbulnya gangguan panik adalah riwayat perceraian
atau perpisahan yang baru terjadi, 15-30% mengalami fobia sosial, 2-20%
mengalami fobia spesifik, dan 15-30% mengalami kecemasan, hingga 30%

3
mengalami gangguan obsesif kompulsif. Gangguan panik bisa di diagnosis dengan
atau tanpa agoraphobia.2

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Yohanna, Mitzi, Mali MABM, Nasim MFBM, Hussin MHB. Tatalaksana


Pada Gangguan Panik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana; 2014.

2. Pranata M. Gangguan Panik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Kristen Krida Wacana; 2014

Anda mungkin juga menyukai