Anda di halaman 1dari 68

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PENDAHULUAN

A. URAIAN
1. Penyusunan Desain dan DED Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh tersebut secara
umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar.
2. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan membersihkan sisa bahan dari segala
kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material bangunan serta gundukan tanah,
bekas tanah dan lain sebagainya.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut di atas termasuk juga mendatangkan bahan-bahan
bangunan dan peralatan dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan.

B. PEKERJAAN YANG HARUS DILAKSANAKAN


1. Menurut Dokumen Pengadaan Barang/Jasa antara lain:
1.1. Rencana Kerja dan Syarat-syarat
1.2. Gambar Kerja/Gambar Rencana (Bestek)
1.3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanvoelling)
1.4. Perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada)
2. Menurut syarat dan ketentuan sebagai berikut:
2.1. Algement Voorwarden AV 1941 Persyaratan Pembangunan di Indonesia yang disahkan oleh
Pemerintah. (Khususnya pasal-pasal yang masih berlaku/relevan)
2.2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 9/KPTS/M/2006 tentang Persyaratan Teknis
dan Bangunan.
2.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 1999, Tanggal 7 Mei 1999, tentang
Undang-Undang Jasa Konstruksi.
2.4. Peraturan Pemerintah Nomor : 28 Tahun 2000, tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi.
2.5. Peraturan Pemerintah Nomor : 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
2.6. Peraturan Pemerintah Nomor : 30 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi.
2.7. Standar Konstruksi dan Bangunan:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau
Algemene voor warden voor de uitvoering bijaanneming van openbare werken (AV)
1941.
c. PUPI (Peraturan Umum Pembebanan Indonesia) tahun 1987.
d. SNI Nomor : 03-0106-1987 tentang: Penggunaan ubin lantai keramik marmer dan
cara uji.
e. SNI Nomor : 03-3527-1994 tentang: Mutu Kayu bangunan.
f. SNI Nomor : 03-1726-1984 tentang Pedoman Perencanaan Tahan Gempa untuk
Rumah dan Gedung.
g. SNI Nomor : 03-1734-1989 tentang: Pedoman Perencanaan Beton Bertulang dan
Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
h. SNI Nomor : 03-1736-1989 tentang: Tata Cara Perencanaan Struktur bangunan untuk
penanggulangan bahaya kebakaran.
i. SNI Nomor : 03-2407-1991 tentang: Tata cara pengecatan kayu untuk Rumah dan
Gedung.
j. SNI Nomor : 03-2834-1992 tentang: Tata cara pembuatan rencana Campuran Beton
Normal.
k. SNI Nomor : 0255-1987.D. tentang: Persyaratan Instalasi Listrik.
l. SNI Nomor : 03-1727-1989 tentang Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan
Gedung.
m. SNI Nomor : 03-2847-1992 tentang : Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 1
Spesifikasi Teknis

n. Keputusan Menteri PU Nomor : 468/KPTS/1998 tanggal 1 Maret 1998 tentang:


Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.
o. Keputusan Menteri PU Nomor : 10/KPTS/2000 tentang: Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungannya.
p. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 45/PRT/M/2007
tanggal 20 Desember 2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
q. Peraturan tentang Harga Satuan Upah dan Bahan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Balangan Tahun 2017.
2.8. Menurut peraturan setempat yang berhubungan dengan penyelenggaraan pembangunan
dari instansi yang berwenang.
3. Pekerjaan tersebut harus diserahkan kepada Pembuat Komitmen dalam keadaan selesai 100
(seratus Persen), sesuai dengan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa, Surat Perjanjian Pemborongan
dan Berita Acara Perubahan Pekerjaan (bila ada) yang telah disahkan oleh Pembuat Komitmen.

C. KUASA PENYEDIA JASA PEMBORONGAN DAN KEAMANAN DI LAPANGAN


1. Di lokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib menunjuk seorang kuasa Penyedia Jasa
Pemborongan atau biasa disebut Pelaksana Kepala yang cakap untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Penyedia Jasa Pemborongan, berpendidikan
minimum:
1.1. Site Manajer, Pendidikan S1 Sipil/Arsitektur, pengalaman 5 tahun, 1 orang;
1.2. Tenaga Ahli Struktur, pendidikan S1 Teknik Sipil, pengalaman 4 tahun, 1 orang;
1.3. Tenaga Pelaksana Lapangan, pengalaman 5 tahun, pendidikan STM/D3/S1, 1 orang;
1.4. Drafter, Pendidikan D3 pengalaman 2 tahun atau pendidikan STM, pengalaman 5 tahun, 1
orang;
1.5. Tenaga Logistik, pendidikan D3/STM, pengalaman 3 tahun, 1 orang;
1.6. Tenaga Administrasi, pendidikan D3 pengalaman 3 tahun atau pendidikan STM pengalaman
5 tahun, 1 orang.
2. Meskipun demikian tanggung jawab sepenuhnya tetap pada Penyedia Jasa Pemborongan.
3. Apabila pelaksana yang ada kurang mampu atau tidak cukup cakap dalam memimpin jalannya
pelaksanaan pekerjaan, maka Penyedia Jasa Konsultan Pengawas dan Tim Pengawas Teknik Proyek
(PTP) berhak mengusulkan untuk disediakan penggantinya.
4. Penyedia Jasa Pemborongan bertanggung jawab penuh atas keamanan di lokasi pekerjaan yang
antara lain kehilangan, kebakaran, kecelakaan (baik barang maupun jiwa).
5. Peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah:
No. Jenis/Tipe Alat Jumlah Kapasitas Minimal Kondisi (%) Status Kepemilikan
3
1. Concrete 2 0,80 m Milik/sewa
Mixer/molen
2. Bars Cutting 1 41 mm/7 kW Milik/sewa
3. Bar Bending 1 40 mm/7 kW Milik/sewa
4. Hand Stamper 2 80 kg Milik/sewa
5. Water Pass 1 Milik/sewa
6. Theodolite 1 Milik/sewa
7. Pompa air 1 30 m3/hari Milik/sewa
3
8. Scaffolding 500 pcs 30 m /hari Milik/sewa
9. Mobil crane 1 5 ton Milik/sewa

D. JAMINAN KESELAMATAN KERJA


1. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan dan syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk musibah yang terjadi. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan air minum
yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan bagi semua petugas yang terkait dan pekerja yang ada
di bawah tanggung jawabnya.
2. Penyedia Jasa Pemborongan wajib mengasuransikan semua petugas yang terkait dan pekerja pada
Asuransi Tenaga Kerja.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 2


Spesifikasi Teknis

E. UKURAN POKOK DAN BATAS DAERAH KERJA


1. Ukuran pokok dicantumkan dalam gambar bestek, ukuran yang belum tercantum dalam gambar
bestek dapat ditanyakan pada Penyedia Jasa Konsultan Perencana dan atau Penyedia Jasa
Konsultan Pengawas.
2. Penyedia Jasa Pemborongan harus memeriksa kecocokan semua ukuran di dalam gambar, apabila
terjadi ketidakcocokan wajib segera memberitahukan kepada Penyedia Jasa Konsultan Pengawas
atau Penyedia Jasa Konsultan Perencana untuk minta pertimbangan. Apabila terjadi kesalahan
pelaksanaan di luar izin atau pertimbangan Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau Penyedia Jasa
Konsultan Perencana, maka menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pemborongan.
3. Apabila dalam gambar Bestek tergambar, sedang pada SDP/Spesifikasi Teknis dan BQ tidak tertulis,
maka Gambar Bestek yang mengikat.
4. Apabila dalam SDP dan Spesifikasi Teknis tertulis sedangkan di dalam Gambar Bestek dan BQ tidak
tergambar/tidak tertulis, maka SDP/Spesifikasi Teknis yang mengikat.
5. Apabila dalam BQ tertulis sedangkan di dalam Gambar Bestek dan SDP/Spesifikasi Teknis tidak
tergambar/tidak tertulis, maka BQ yang mengikat.
6. Jika ada perbedaan pada Gambar Bestek maka gambar detail (gambar besar) yang mengikat.
7. Batas daerah kerja adalah batas lahan yang dikerjakan melingkupi lahan area Pembangunan Gedung
Pengadilan Negeri Kabupaten Balangan, sesuai dengan Gambar Rencana.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 3


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN PERSIAPAN

A. PEKERJAAN PENGUKURAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengukuran adalah pekerjaan pengukuran lokasi proyek untuk menentukan luasan,
batas-batas lokasi, ketinggian dan level eksisting lokasi proyek hingga menghasilkan data berupa
gambar yang lengkap.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
2.1. Penyedia Jasa konstruksi diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil, ketinggian
tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya.
2.2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Tim Teknis dan Konsultan Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
2.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat water
pass/Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
2.4. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan theodolite/water pass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Tim Teknis dan Konsultan Pengawas selama
pelaksanaan proyek.
2.5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara asas segi tiga Pythagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.

B. PEKERJAAN PAPAN DASAR PENGUKURAN/BEKISTING


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan papan dasar pengukuran adalah pekerjaan pembuatan papan dasar pengukuran di lokasi
proyek meliputi pekerjaan pengukuran dan pemasangan papan-papan untuk menentukan tinggi
acuan bangunan dan letak as-as bangunan.

2. Pelaksanaan Pekerjaan Merupakan Kewajiban Penyedia Jasa


2.1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau meranti 5/7, tertancap di tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 2 m satu
sama lain.
2.2. Papan patok ukur dibuat dari kayu meranti, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus
dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya (water pass).
2.3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain
oleh Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
2.4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 200 cm dari as fondasi terluar, bila mana lokasi
tidak memungkinkan maka dipasang pada bagian terluar yang paling aman, dan harus
mendapat persetujuan Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.

C. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LOKASI


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembersihan lokasi adalah pekerjaan pembersihan lokasi proyek yang ditunjukkan pada
gambar rencana hingga lokasi proyek siap untuk pekerjaan selanjutnya.

2. Pelaksanaan Pekerjaan
2.1. Lokasi proyek harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar pohon.
2.2. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari
lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk
sementara.
2.3. Semua area bangunan, sesudah stripping (memapras semua rumput dan
tumbuh-tumbuhan lainnya kecuali pohon-pohon yang memang dipertahankan) dan

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 4


Spesifikasi Teknis

grubbing (menyingkirkan dan membuang semua sampah dari tempat kerja) diselesaikan,
buang lapisan tanah setebal 20 cm. Tanah lapisan atas ini dapat dipakai untuk bahan
urugan halaman.
2.4. Pemadatan area bangunan (dengan tanah) sampai 1 meter di luar tembok dan kolom harus
dipakai paling sedikit mencapai 90% dari pemadatan maksimum dan dilakukan lapis demi
lapis dengan tebal maksimum 30 cm.
2.5. Tanah urug ini harus dipadatkan paling sedikit mencapai 60% dari pemadatan maksimum.
2.6. Di daerah yang akan dibuat jalan tanahnya harus dipadatkan sampai 95% dari pemadatan
maksimum.

3. Pekerjaan-Pekerjaan Melindungi dari Berbagai Kerusakan


3.1. Kontrol air di permukaan dan di bawah tanah selama masa pembangunan dan masa
pemeliharaan dengan jaminan, lindungilah seluruh lapangan terhadap air yang
menggenang, yang dapat menimbulkan erosi.
3.2. Hal ini meliputi pembuatan tanggul-tanggul, selokan-selokan sementara, sumur-sumur,
alat-alat pompa dan lain-lain guna mencegah kerusakan atau di bawah tanah tempat yang
berdekatan.
3.3. Perpanjangan jangka waktu kontrak yang disebabkan lapangan basah tidak akan
dipertimbangkan, kecuali bila Kontraktor telah melakukan semua usaha-usaha
perlindungan yang mungkin.
3.4. Semua pekerjaan galian/urugan tanah dikerjakan sesuai dengan letak, elevasi, kemiringan
dan penampang yang diminta dalam gambar, dengan memperhitungkan ruang kerja untuk
ukuran bangunan. Tanah galian yang memenuhi syarat untuk urugan, setelah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas dapat dipakai sebagai tanah urug dan pelaksanaan
pengurugan harus dilakukan secepat mungkin sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Tanah yang tidak terpakai untuk mengurug harus dikeluarkan dari lokasi.
3.5. Semua material galian dan bongkaran yang tidak dipergunakan untuk pengurugan kembali
harus dikeluarkan dari lokasi.
3.6. Pembuangan material tidak boleh mengganggu lingkungan sekitarnya. Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya atas tuntutan dari pihak mana pun, yang diakibatkan hal
tersebut.
3.7. Kerusakan terhadap pekerjaan-pekerjaan dan milik masyarakat atau pribadi yang
disebabkan pelaksanaan Kontraktor dalam pembersihan, harus diperbaiki atau diganti atas
biaya Kontraktor.
3.8. Jika material hasil pembersihan akan dibakar, Kontraktor harus mendapatkan izin
Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan menempatkan orang untuk
mengawasinya dari kemungkinan bahaya kebakaran lingkungan alam maupun harta benda.
3.9. Bekas pembakaran harus dirapikan sehingga tidak mengganggu lingkungan.

D. PENYEDIAAN ALAT-ALAT PEMADAM KEBAKARAN DAN KESELAMATAN KERJA


Selama pembangunan berlangsung, penyedia Jasa konstruksi wajib menyediakan tabung alat pemadam
kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah minimal 4 (empat) tabung,
masing-masing tabung berkapasitas 15 kg. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan Peralatan P3K,
helm pengaman, sabuk pengaman, masker, sepatu lapangan dan alat-alat keselamatan kerja lainnya yang
dipandang perlu selama proses pekerjaan.

E. MEMBUAT/MENDIRIKAN PAPAN NAMA PROYEK


Penyedia jasa konstruksi wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman
proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 × 150 cm dipotong
dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak
diizinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apa pun di halaman dan di sekitar proyek
tanpa izin dari Pemberi Tugas.

F. PEMBUATAN PAGAR SEMENTARA


Penyedia jasa konstruksi harus memasang pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut:
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 5
Spesifikasi Teknis

1. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk lancarnya
pekerjaan.
2. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman secukupnya di
sekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-bahan bangunan dari atas yang
membahayakan baik pekerja maupun aktivitas lain di sekitar bangunan.
3. Kontraktor bisa menggunakan kembali pagar yang sudah ada dengan melakukan
perbaikan-perbaikan terlebih dahulu bila diperlukan.

G. PEMBERSIHAN HALAMAN
1. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya
pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta
dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar
tetap utuh.
2. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan bangunan
yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk
dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 6


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN STRUKTUR

A. PEKERJAAN TANAH (GALIAN DAN URUGAN)


1. Pekerjaan Galian
1.1. Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan dan
lengkungan sesuai dengan kebutuhan konstruksinya atau sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar.
1.2. Bilamana tanah yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan atau
pembatas maka tanah ini perlu diamankan dahulu untuk penggunaan tersebut di atas.
1.3. Tanah/galian yang tidak berguna harus disingkirkan dan diangkut ke luar dari halaman.
Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa atau
bilamana perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai atau
kelebihan-kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan atau sebagaimana yang
diinstruksikan oleh Pengawas.

2. Persiapan untuk Urugan


2.1. Permukaan tanah yang sudah diambil lapisan atasnya, harus digilas sehingga
kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai kedalaman 15 cm.
2.2. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat dilakukan
pengurugan tanah.

3. Pengurugan
3.1. Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali dengan sirtu
harus dengan persetujuan Pengawas.
3.2. Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagaimana
dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.

4. Pemadatan
4.1. Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan dan
harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 20 cm.
4.2. Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sedapat-dapatnya dilakukan dengan
mesin giling (tumbuk) atau stamper dengan menambahkan air dan disetujui Pengawas.

5. Pemiring Tanah
Penyedia Jasa diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan pemiringan-pemiringan tanah
yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul-tanggul ini sampai batas periode
kestabilan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya atas tanggungan sendiri untuk menjaga
terhadap hal tersebut di atas.

6. Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan


6.1. Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Manajer Konstruksi sebelum
memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan, Manajer Konstruksi akan
segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana yang dipadatkan yang harus siap
dilaksanakan pengujian pemadatannya.
6.2. Pengurugan bagi fondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi oleh tanah
tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh Pengawas.

B. PEKERJAAN FONDASI DAN GELAGAR


1. Umum
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan pokok dan perekatnya, menyiapkan tempat yang
akan dipasang pasangan batu kali, serta pelaksanaan pekerjaan batu kali itu sendiri di tempat, satu
dan lain hal sesuai dengan gambar-gambar daerah denah serta potongan.

2. Persyaratan
Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan dengan teliti (ketebalan dasar dan puncak, tinggi
serta panjangnya) bersih dari segala macam kotoran (bekas-bekas tumbuhan dan akar-akar) bersih
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 7
Spesifikasi Teknis

dari lumpur dan sebagainya. Sebelum memulai pemasangan, seyogyanya Kontraktor harus
memberitahukan dulu kepada Konsultan Pengawas akan tindakannya.

3. Material
Pondasi tiang tongkat kayu ulin ukuran 10/10 cm, kalang ulin ukuran 5/10 cm panjang 40 cm dan
sunduk ukuran 5/10 cm panajng 50 cm. Bahan dari kayu belian harus cukup tua, berkualitas baik
dan tidak cacat.

4. Pelaksanaan
a. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as
pondasi sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan Konsultan Lapangan
tentang kesempurnaan galian.
b. Tiang tongkat kayu ulin dengan ukuran 10/10 cm diatas kalang dan sunduk dari kayu ulin/ di
atas dasar pondasi yang disesuaikan dengan keadaan tanah dan petunjuk Konsultan
Lapangan.
c. Tiang tongkat harus dipasang dengan teliti, harus tegak lurus dan siku serta diperkuat dengan
laci dan alas, yang dipasang selang-seling dengan ukuran 5/10 cm.
d. Antara tiang dengan tongkat diikat dengan baut diameter 5/8"dan pada bagian bawah
dipasang kalang dan sunduk ukuran 5/10 cm.
e. Keseluruhan pekejaan balok keep untuk konstruksi kayu, dibuat dari kayu ulin yang
berkualitas baik, tua dan tidak cacat dengan ukuran 5/10 cm atau sesuai dengan gambar dan
menurut petunjuk Konsultan Lapangan.
f. Pekerjaan gelagar dari kayu ulin kelas I dengan ukuran 5/10, atau harus sesuai dengan
gambar dan menurut petunjuk Konsultan Lapangan.

C. PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI


1. Ketentuan Umum
1.1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan
teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus
sesuai dengan standar-standar yang berlaku, yaitu:
a. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SK SNI
03-2847-2002).
b. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI, 1982).
c. Standar Industri Indonesia (SII).
d. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1987.
e. Standar perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung (SNI 1726-2002),
f. American Society of Testing Material (ASTM).
1.2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana, dan
atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas.
1.3. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material yang
kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
1.4. Penyedia Jasa Konstruksi wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam
pekerjaan ini.
1.5. Seluruh material yang oleh Konsultan Pengawas dinyatakan tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan kembali.

2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana:
2.1. Pekerjaan beton/struktur beton (fondasi pelat poer, neut dan kolom, balok dan pelat)
yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah,
pengujian dan peralatan bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
2.2. Pengadaan, detail, pabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
2.3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan
beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 8


Spesifikasi Teknis

3. Standar
3.1. SNI M-26-1990-F (Metode Pengujian dan Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton
Segar)
3.2. SNI M-62-1990-03 (Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium)
3.3. SNI-T-15-1990-03 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal)
3.4. SNI T-28-1991-03 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton)
3.5. SNI S-18-1990-03 (Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton)
3.6. SNI 03-4146-1996 (Metode Pengujian Slump Beton)
3.7. SNI 03–1974-1990 (Metode Pengujian Kuat Tekan Beton)
3.8. Pd- T- 27-1999-03 (Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton)
3.9. Pd-M-33-2000-03 (Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan dalam Beton)
3.10. SNI 07-2529-1991 (Metode Pengujian Kuat Tarik Baja Beton)
3.11. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam))
3.12. SK SNI S-05-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan dari Besi/Baja))

4. Bahan-Bahan
4.1. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi dalam
negeri satu merek. Semen harus disimpan sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya
kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di
dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau
kemungkinan lembap, terjamin tidak tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut di
lokasi pekerjaan.

4.2. Agregat Kasar


Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini:
a. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
tentang ”Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”. Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80,
maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 “Specification for
Concrete Aggregates”.
b. Atas persetujuan Konsultan Pengawas, agregat yang tidak memenuhi persyaratan
butir dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan
atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan,
keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat.
c. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi syarat-syarat berikut:
 seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
 sepertiga dari tebal pelat.
 ¾ jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang tulangan.
d. Penyimpangan dari batasan-batasan ini diizinkan jika menurut penilaian Tenaga
Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metode konsolidasi beton adalah sedemikian
hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga.

4.3. Agregat Halus


a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut. Mutu pasir untuk
pekerjaan beton harus terdiri dari: butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI 1971.
c. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
d. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik dengan ditunjukkan dengan nilai
modulus halus butir antara 1,50-3,80.
e. Pasir harus dalam keadaan jenuh kering muka.
f. Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat,
sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
g. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 9


Spesifikasi Teknis

h. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh
bahan-bahan lain.
4.4. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut
ini:
a. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya
menurut tujuan pemakaiannya.
b. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya, yang
dapat dilihat secara visual.
c. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
d. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton
(asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan
klorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih
dari 100 ppm.
e. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka
penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10%.

4.5. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)


Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari kontainer.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam admixture
yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi Lapangan. Admixture
yang mengandung klorida atau nitrat tidak boleh dipakai.

4.6. Mutu dan Konsistensi dari Beton


Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm × 300 mm umur 28 hari, kecuali
ditentukan lain, harus seperti berikut:
Semua pelat lantai dan dinding : K-175 (f’c = 14,5 MPa)
Untuk semua beton non-struktural seperti lantai kerja dan sebagainya : Beton Klas - Bo

4.7. Besi Tulangan


a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.
b. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja.
c. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform
(BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70% diameter
nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5% diameter nominalnya.
d. Tulangan dengan Ø < 13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan dengan Ø >
= 13 mm memakai BJTD 24 (polos). Semua baja tulangan dengan diameter yang
berbeda yang akan digunakan harus dites di laboratorium untuk mengetahui
tegangan luluhnya masing-masing 3 sampel.
e. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan
dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai
kuat leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud.
f. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus
ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus:
𝒅 = 𝟒, 𝟎𝟐𝟗 𝑩 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝟏𝟐, 𝟒𝟕 𝑮
Di mana:
d = diameter nominal dalam mm,
B = berat baja tulangan (N/mm)
G = berat baja tulangan (kg/m)

g. Toleransi berat batang contoh yang diizinkan di dalam pasal ini sebagai berikut:
Diameter Tulangan Baja Toleransi Berat yang Diizinkan
< 10 mm ±7%
10 mm << 16 mm ±6%
16 mm << 28 mm ±5%
> 28 mm ±4%

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 10


Spesifikasi Teknis

h. Toleransi diameter baja tulangan beton bentuk gulung sesuai dengan Tabel 2
contoh yang diizinkan di dalam pasal ini sebagai berikut:
No. Diameter (mm) Toleransi (mm) Penyimpanan Kebundaran (%)
1. 6 ±0,3
Maksimum 70% dari batas
2. 8 ≤ d ≤ 14 ±0,4
toleransi
3. 16 ≤ d ≤ 25 ±0,5

5. Beton dan Adukan Beton Struktur


5.1. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat
trial mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan
kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan.
5.2. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f’c) tidak boleh kurang
dari 21,7 MPa. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian dari
Laboratorium Bahan Bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas.
5.3. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-rata (f’cr)
minimal sebesar f’cr = f’c + 1,64 Sr, dengan Sr adalah standar deviasi rencana dari benda
uji yang nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan dengan faktor
berikut:
Jumlah Benda Uji Faktor Pengali
< 15 Dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas
15 1,16
20 1,08
25 1,03
> 30 1

5.4. Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, yang untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah
benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang
terdapat di dalam standar Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03).
5.5. Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target beton yang
dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran adukan beton tersebut tidak
dapat digunakan, dan Penyedia Jasa Konstruksi (dengan persetujuan Konsultan Pengawas)
harus membuat proporsi campuran yang baru, sedemikian hingga kuat tekan target beton
yang disyaratkan dapat dicapai.
5.6. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib melakukan trial mix
design dengan bahan-bahan tersebut, dan melakukan pengujian laboratorium untuk
memastikan bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan.
5.7. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)
Pelat fondasi/poer 10 - 12
Kolom struktur 10 - 12
Balok-balok 10 - 12
Pelat lantai 10 - 12

5.8. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus
mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

6. Penempatan Beton yang akan Dituang


6.1. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir untuk
mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran adukan.
6.2. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan penuangan
sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah
ke dalam rongga di antara tulangan.
6.3. Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh material asing, tidak
boleh dituang ke dalam cetakan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 11


Spesifikasi Teknis

6.4. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali setelah
mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
6.5. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan harus
diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan
barang yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.

7. Perawatan Beton
7.1. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut harus
dipertahankan di dalam kondisi lembap paling sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan
perawatan yang dipercepat.
7.2. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton harus
dipertahankan dalam kondisi lembap paling sedikit 168 jam setelah penuangan, kecuali
jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam pasal 5, Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).

8. Cetakan Beton
8.1. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus direncanakan
sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan tersebut mampu
menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan beton.
8.2. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya
perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8.3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata
dalam arah horizontal maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak
di-finish (exposed concrete).
8.4. Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimal 12 mm.
8.5. Penyedia Jasa Konstruksi harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan air
adukan oleh cetakan dapat dicegah.
8.6. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ”overstress” atau perpindahan tempat
pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus
cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya
selama pelaksanaan.
8.7. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil
untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada
baja tulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan sebelum tulangan
terpasang.
8.8. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35% f’c)
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70% f’c)
 Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95% f’c)
 Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95% f’c)
8.9. Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut sebelum
pengurugan dilakukan.

9. Pengangkutan dan Pengecoran


9.1. Peletakan pengadukan dan pengecoran harus diatur sedemikian rupa hingga memudahkan
dalam pelaksanaan pengecoran.
9.2. Waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh lebih dari 1 jam.
9.3. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya pemisahan
material dan perubahan letak tulangan.
9.4. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m, cara
penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
9.5. Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari
sebelum pengecoran beton dilaksanakan.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 12
Spesifikasi Teknis

10. Pemadatan Beton


10.1. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/mechanical vibrator dan
tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
10.2. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan merupakan
massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos.
10.3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
10.4. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan yang telah
masuk pada beton yang telah mulai mengeras.

11. Pengecoran
11.1. Pengecoran
a. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304, ASTMC
94-98.
b. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
c. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak disebutkan lain
atau disetujui Direksi Lapangan.
d. Untuk beton ekspose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,0 m.
Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun
benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran
beton efektif pada lapisan horizontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak
dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi segregasi/pemisahan
bahan-bahan.
e. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing tidak
boleh dituang ke dalam struktur.
f. Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap
mendatar, sama sekali tidak diizinkan untuk pengaliran dari satu posisi ke posisi lain
dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk.
g. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metode di luar
ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka Kontraktor harus membuat usulan
termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Lapangan
paling lambat 3 (tiga) minggu sebelum pelaksanaan di mulai.

11.2. Penghentian/Kemacetan Pekerjaan


a. Penghentian pengecoran hanya bilamana dan pada mana diizinkan oleh Direksi
Lapangan.
b. Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah
bila pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.

11.3. Siar Pelaksanaan


a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus direncanakan
sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya.
b. Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan di dalam gambar-gambar
rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
c. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada
waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom
untuk mengeras. Balok, per tebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom
harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara monolit
dengan itu.
d. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di
tengah-tengah bentangnya, di mana pengaruh gaya melintang sudah banyak
berkurang. Apabila pada balok di tengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 13


Spesifikasi Teknis

atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2
kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.
e. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan
serpihan beton yang rapuh.
f. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus cukup
lembap dan air yang menggenang harus disingkirkan.

11.4. Perawatan Beton


a. Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6. dan ACI
301-89.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi di mana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk
proses hidrasi semen serta pengerasan beton.

11.5. Masa Perawatan dan Cara Perawatan


a. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu jika tidak ditentukan lain.
Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 38°C.
b. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton pun harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut pelaksanaan perawatan
beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui oleh
Direksi Lapangan.
c. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan
atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat di pakai
tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Lapangan.

11.6. Bahan Campuran Perawatan


Harus sesuai dengan ASTM C309-80 tipe I dan ASTM C 171-75.

11.7. Toleransi Pelaksanaan


Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan Bab 1;
PBI-71; ACI-301 dan ACI-347.
a. Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai.
b. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan pelat lantai
untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang ditunjuk. Perawatan khusus
harus dilakukan agar halus, meskipun sambungan diadakan di antara pengecoran
yang dilakukan terus menerus, jangan memakai semen kering, pasir atau campuran
dari semen dan pasir untuk beton kering.
c. Toleransi untuk pelat beton yang akan diekspose dan pelat yang akan diberi karpet
harus 7 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak
kurang dari 6 m.
d. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7 mm dalam 3 m
dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
e. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar mengatur keramik,
batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan beton), harus 10 mm dalam 1
m.

11.8. Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab)


Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi peraturan ini seperti yang
dicantum pengawasan. Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti tercantum.
Apabila pelat gagal mengalir, alihkan aliran dari bagian lantai yang salah lalu akhiri lagi
dengan lapisan atas sehingga kemiringan pengaliran sesuai dengan gambar.
Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak mengecualikan
kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk mengadakan
pengaliran dari aliran.

11.9. Cacat pada Beton (Defective Work)


Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 14
Spesifikasi Teknis

Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Lapangan mempunyai


wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sepeti berikut:
a. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak sesuai dengan gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
e. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
f. Atau yang menurut pendapat Direksi Lapangan pada suatu pekerjaan akhir, atau
dapat mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian mana pun dari suatu
pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
g. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Lapangan dan konsultan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu
Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan
diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.
h. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metode yang akan dipakai dalam
pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari Direksi Lapangan.
i. Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan
dengan memuaskan.
j. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada beton dan
semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian harus
ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor.
k. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi Direksi
Lapangan.
l. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena penyusutan
dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada pembongkaran cetakan,
Direksi Lapangan harus diberitahu secepatnya, dan tidak boleh diplester atau
ditambal kecuali diperintahkan oleh Direksi Lapangan. Pengisian/injeksi dengan air
semen harus diadakan dengan perincian atau metode yang paling memadai/cocok.

11.10. Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury)


11.10.1. Selama Pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur (memakai
es sampai air dingin), agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam
batasan yang disyaratkan. Tidak diizinkan pemakaian air hujan untuk
menambah campuran air.

11.10.2. Selama Pengecoran dan Pemeliharaan


a. Umum
Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan perawatan dari
beton untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari.
b. Dalam Cuaca Panas
Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun
membasahi permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran
dan pemeliharaan beton untuk melindungi beton dari
kerugian/kehilangan bahan terhadap panas, matahari atau angin yang
berlebihan.
c. Kelebihan Perubahan Suhu
Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang
seragam di dalam beton, tidak lebih dari 3°C dalam setiap jamnya.
d. Perlindungan Bahan-Bahan
Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk
perlindungan di lapangan dan siap untuk digunakan.

11.11. Pekerjaan Penyambungan Beton


a. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan udara
bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 15


Spesifikasi Teknis

b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama yang
sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental dengan kuas setara
SIKA, Fosroc atau setara.
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus dilapisi
dengan bahan perekat beton polyvinyl acrylic (polyvinyl acrylic concrete bonding
agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi
dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement base
concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen murni
atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama mengering.

11.12. Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)


a. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete). Semua
permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete surfaces) yang
tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun tidak dicat kecuali untuk
permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan disemprot pasir dengan
tekanan harus mempunyai penyelesaian halus.
b. Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan, sirip-sirip,
tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat pemasangan paku, tepian
dari serat tanda (edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan daerah
permukaan celah semua ukuran (clean out pockets, and areas of surface voids of
any size)".
c. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders, harus dipotong
kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila diizinkan (pengisian dari
cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan sedemikian untuk dapat
melengkapi dalam perbedaan pada penyelesaian beton.
d. Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus diselesaikan
dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan.

11.13. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)


a. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan termasuk
lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel dan terlindung dari
tampak pada penyelesaian struktur.
b. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki dari keropos
dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya sebelum ditutup
permukaannya.

11.14. Penambalan Beton


Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1 (satu)
bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan pewarna bila
diizinkan untuk menyesuaikan dengan warna di sekitarnya) dengan 2½ (dua setengah)
bagian pasir dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang sebenarnya.
Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari sebelum
keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti di atas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang diizinkan
untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan bahan perekat yang terdiri
dari pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila bahan perekat
masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal, biarkan untuk
kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan terhadap penyusutan dan
penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.

11.15. Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


a. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar
sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran.
b. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek
lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya lekatan pada penyelesaian.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 16
Spesifikasi Teknis

c. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah selesai
pengerjaan.

11.16. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)


a. Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton ekspose, di mana
permukaan agregat dikehendaki.
b. Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan kemiringan yang
tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed dengan power floating yang
dilakukan secara merata.
c. Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan menghilang dan
beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus
di-trowel dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus.
d. Apabila permukaan menjadi keras, harus di-trowel dengan besi untuk kedua kalinya
untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak berlapis, padat, bebas dari
segala tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-kerusakan lain.

12. Perkerasan Beton (Concrete Hardener)


Untuk keperluan pelat lantai beton ekspose dengan beban berat, perkerasan beton harus diadakan
dengan kepadatan sebagai berikut:
 Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m 2.
 Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
 Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m 2.

13. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-benda
asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakkan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan lapisan pasir
dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang dikehendaki.

14. Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa Pelaksanaan (Protection from
Mechanical and Construction Injury)
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat mekanik,
tegangan-tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy shock) dan getaran yang berlebihan.

15. Percobaan Bahan dan Campuran Beton


15.1. Umum
Tes bahan : Sebelum membuat campuran, tes laboratorium harus dilakukan untuk tes
berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standar referensi untuk
menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.

15.2. Semen : berat jenis semen

15.3. Agregat
Analisa tapis, berat jenis, persentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban
dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari
agregat halus.

15.4. Adukan/Campuran Beton


a. Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing untuk
umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian
atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi
Lapangan.
b. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu beton pun harus sesuai
dengan mutu standar PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
c. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 17
Spesifikasi Teknis

harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan,
merek semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.

d. Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proporsional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.

e. Percobaan adukan untuk berat normal beton


f. Untuk perincian minimum dan maksimum slump untuk setiap jenis dan kekuatan
dari berat normal beton, dibuat 4 (empat) adukan campuran dengan memakai nilai
faktor air semen yang berbeda-beda.
g. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder
beton diameter 15 cm × tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304, ASTM C
94-98.
h. Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan
pada hari yang tercantum pada item dari satu adukan dipilih acak yang mewakili
suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truk drum
(diambil yang volumenya terkecil). Di samping itu jumlah maksimum dari beton
yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali
bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
i. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21
dan 28 hari.
j. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan metode
pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan
yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
k. Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metode uji bahan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
l. Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.

15.5. Pengujian Slump


a. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, di mana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak
diperbolehkan adanya penambahan air/aditif, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan.
b. "Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan
mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang
bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak
adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan
pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
c. Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan
pipa, bukan di truk mixer. Maksimum slump harus 150 mm.
d. Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal:
Slump pada (cm)
Konstruksi Beton Maksimum Minimum
Dinding, pelat fondasi 12,50 10,00
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah 9,00 7,50
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,00 12,50
Pembetonan masal 7,50 7,50

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 18


Spesifikasi Teknis

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai
maksimum 1,5 cm.

15.6. Percobaan Tambahan


a. Penyedia Jasa Konstruksi, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus
mengadakan percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada
bahan-bahan beton dan membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan
bahan diubah atau apabila beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan
spesifikasi.
b. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut,
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
hari setelah pengujian dilakukan.

D. PEKERJAAN PEMBESIAN
1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan
percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh
yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Direksi
Lapangan.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium
Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan
minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standar uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615.
Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap
kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari baja
lunak.
Sambungan mekanis harus dites dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk
jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan
baja oleh Direksi Lapangan.

Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan
baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan
untuk keperluan proyek ini.

2. Bahan-Bahan
2.1. Tulangan
a. Sediakan tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti
dinyatakan pada gambar-gambar struktur.
b. Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.
c. Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm 2.

2.2. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)


Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang
ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).

2.3. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak
a. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan lain
pada gambar.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 19


Spesifikasi Teknis

b. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak direkomendasi.
c. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal
runners di mana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi (chairs
legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
d. Untuk beton ekspose, di mana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis
hot-dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.

2.4. Kawat Pengikat


Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan
yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dari semua kom- posisi
kimia dan sifat-sifat fisik.

4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan


a. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan
sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama
pengecoran berlangsung.
b. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
c. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI 1971
atau A.C.I. 315.

5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya


a. Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang
mencantum pengawasan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
b. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindari kerusakan. Gudang di atas tanah
harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran,
karat dan sebagainya.

6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan dan Pemotongan


6.1. Persiapan
6.1.1. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat
lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali
lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin
rekatannya.

6.1.2. Pemilihan/Seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

6.2. Pemasangan Tulangan


6.2.1. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan
untuk menghindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/bukaan.

6.2.2. Pemasangan
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,
hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
b. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada
posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan
spacers/penahan jarak.
c. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk
memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan
penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 20


Spesifikasi Teknis

d. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat


(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling
sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
e. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup
beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang
terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu
beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
f. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus
ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau
ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh
blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan
terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok
yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
g. Toleransi pada Pemasangan Tulangan
 Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
 Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
 Tulangan atas pada pelat dan balok:
 balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ±6
mm
 balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600
mm : ±12 mm
 balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ±12 mm
 panjang batang : ±50 mm
 Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.
h. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.
 Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan
cara-cara yang merusak tulangan itu.
 Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan
diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm
dari bengkokkan sebelumnya.
 Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak
boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila
ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh
perencana.
 Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diizinkan oleh
perencana.
 Apabila pemanasan diizinkan, batang tulangan dari baja lunak
(polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan
merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari
850°C.
 Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami
pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami
pemanasan di atas 100°C yang bukan pada waktu las, maka
dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja harus
diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami
pengerjaan dingin.
 Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali
diizinkan oleh perencana.
 Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
 Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan
dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari
setiap bagian dari bengkokkan.
i. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 21


Spesifikasi Teknis

 Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan


yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan
toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila
tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan
pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
tercantum dalam ayat-ayat berikut.
 Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun
ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang
yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ±25 mm, kecuali
mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4).
 Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu
ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
 Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau
kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
 Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan
ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.
j. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
 Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
 Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
 Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik di mana terjadi
tegangan terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok
dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan
bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang di mana
memungkinkan.
 Ketidaklurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
 Standar Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91
(Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung), kecuali ditentukan lain.

6.2.3. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai
dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak
boleh dilakukan pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada
persilangan (las titik) harus diizinkan kecuali seperti di anjurkan atau
disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM specification harus dilengkapi dengan
keperluan jaminan keandalan kemampuan las dengan cara ini.

6.2.4. Sambungan Mekanik


Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom
dengan menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan
(pada kolom) harus disediakan dan dipakai.

E. PEKERJAAN STRUKTUR DAN DINDING


1. Lingkup Pekerjaan
a. Rangka Badan menggunakan balok kayu ulin dengan ukuran 5/10 cm, berfungsi sebagai
struktur utama bangunan, dipasang sesuai dengan gambar kerja.
b. Dinding papan kayu meranti 3/20 cm dipasang sebagai pembatas ruangan yang ditentukan
dalam gambar.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 22


Spesifikasi Teknis

2. Persyaratan Bahan
a. Rangka Badan menggunakan kayu jenis Belian/Klas kuat I dengan ukuran 8/12 cm, cukup
umur, kering dan lurus.
b. Tiang-tian pilar dinding menggunakan kayu klas kuat I atau II ukuran 5/10 cm, cukup umur,
kering dan lurus.
c. Untuk dinding memenggunakan papan kayu klas kuat II dengan ukuran 3/20 cm , cukup umur
dan kering serta tidak baling.
d. Alat penyambung menggunakan baut dengan ukuran sesuai gambar, paku, dan nagel (pantek)
kayu keras.

3. Pedoman Pelaksanaan
3.1. Pekerjaan struktur dan dinding kayu meliputi:
a. Struktur badan bangunan, yaitu tiang-tiang pilar utama bangunan, termasuk sloof
dan ringbalk.
b. Pasangan pilar untuk dinding, dinding papan dan balok apit.
c. Permukaan kayu yang nampak harus diketam/diserut rata dan halus.
3.2. Persyaratan Pekerjaan
a. Tiang pilar utama digunakan kayu yang benar-benar cukup umur, kering dan lurus,
dipasang secara presisi dan rapi sesuai dengan bambar kerja.
b. Untuk kedudukan papan-papan dinding, dipasang pilar-pilar berjarak 2 m dan balok
pembagi sebagai regel/frame sesuai gambar kerja. Pilar-pilar ini bertumpu pada
sloof kayu dan ringbalk dengan menggunakan sambungan lubang dan pen.
c. Papan-papan dinding dipasang bersusun rapi secara horisontal dengan menggunakan
paku. Agar papan-papan dinding tersebut tidak berubah bentuk akibat perubahan
cuaca, maka diberi balok pengapit sebagai sabuk, ukuran 5/7 cm, dipasang tegak
berjarak 2 m.
d. Papan dinding dapat pula disusun berjajar secara vertikal dengan menggunakan
sambungan lidah dan alur sehingga susunan papan-papan tersebut rata/tidak baling
dan rapi. Agar kedudukan papan-papan dinding stabil dan tidak berubah akibat
perubahan cuaca, maka diberi balok pengaoit sebagai sebuk, dipasang horisontal
sesuai gambar kerja.
e. Konstruksi sambungan kayu harus rapi dan rapat/tidak longgar, ikatan perkuatan
harus menggunakan baut dan paku serta pen kayu keras yang sebelumnya bidang
sambungan ini harus dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat
dengan baik.
3.3. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh KP-USB secara teliti dan sesuai gambar, dengan
syarat semua pasangan struktural maupun non struktural benar-benar siku, tegak-lurus
dan presisi. Pasangan dinding harus rata (horizontal), baik dilihat dari dalam maupun dari
luar bangunan.
3.4. Apabila digunakan dinding pasangan bata merah atau batako, maka dapat menggunakan
pedoman yang yang tertuang dalam “Penjelaksan Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan
Konstruksi Beton.”

F. PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, menggunakan papan-papan kayu.

2. Bahan yang digunakan


a. Balok-balok untuk lagur/pemikul utama menggunakan kayu ulin kelas kuat I yang tahan
terhadap air dan perubahan cuaca, dengan ukuran 5/10 cm dengan balok-balok pembagi
ukuran 5/10 cm.
b. Papan-papan untuk lantai menggunakan kayu ulin kelas kuat I atau II dengan ukuran 3/20 cm.
c. Alat penyambung menggunakan lubang dan pen, baut dan paku dengan ukuran dan cara
penyambungan sesuai gambar kerja.

3. Pedoman Pelaksanaan
a. Balok-balok pemikul utama bertumpu pada sloof dengan menggunakan sepatu agar
kedudukan balok-balok tersebut stabil, dipasang pada jarak 1 m atau sesuai gambar kerja.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 23


Spesifikasi Teknis

b. Agar kedudukan papan-papan lantai rata/tidak melendut, maka diantara balok-balok pemikul
dipasang balok pembagi berjarak 2 m, dengan cara penyambungan sesuai gambar kerja.
c. Agar diperoleh ikatan yang kokoh dan tidak baling akibat muai-susut kayu atau perubahan
bentuk akibat perubahan cuaca, maka papan-papan lantai tersebut dirangkai dengan
sambungan lubang dan pen atau lidah dan alur.
d. Agar permukaan lantai rata/datar, maka setelah papan-papan lantai terpasang, permukaan
yang tidak rata, terutama pada pertemuan antar papan diketam.
e. Semua permukaan kayu yang nampak harus diketam rata dan halus.
f. Apabila pekerjaan laintai menggunakan beton rabat atau penutup laintai keramik, maka
dapat menggunakan pedoman yang yang tertuang dalam “Penjelaksan Pelaksanaan Pekerjaan
Bangunan Konstruksi Beton”.

G. PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN KUSEN


1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat-alat bantu yang diperlukan,
sehingga konstruksi selesai dilaksanakan. Bagian Pekerjaannya adalah:
a. Pekerjaan Kuda-kuda Kayu dan atau Baja Ringan, gording, kasau, reng dan rangka atap
b. Pekerjaan rangka badan dan dinding
c. Daun pintu/jendela dan ventilasi
d. Lisplank, papan talang dan riuter

2. Persyaratan Bahan
a. Untuk rangka kuda-kuda kayu termasuk gording mengunakan kayu kelas kuat I, rangka badan
dari kayu ulin/kayu kelas kuat I, kusen pintu dan jendela, lisplank papan talang dari kayu
kelas kuat II, daun pintu WC/KM dari kayu ulin, daun pintu dan jendela ruangan dari kayu
kelas kuat II.
b. Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang. Kayu harus
betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.

3. Pedoman Pelaksanaan
3.1. Kuda-Kuda Kayu
a. Semua kayu untuk konstruksi kuda-kuda dan gording diawetkan dengan residu.
Pengecatan dengan residu harus dilakukan 2× sehingga menghasilkan warna yang
merata pada seluruh permukaan kayu.
b. Konstruksi rangka harus dibuat sesuai gambar detail, untuk ukuran kayu maupun
cara penyambungannya.
c. Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi/presisi dan penuh keahlian dengan
memperhatikan peraturan yang disyaratkan dalam Sk-SNI-5-10-1990-F.
d. Konstruksi sambungan konstruksi kuda-kuda harus dilengkapi baut dan besi
strip/plat 4 × 0,4 cm.

3.2. Rangka Atap


Rangka atap dilaksanakan dengan kayu ukuran 5/7 dan ¾ cm. Dipasang dengan ukuran
yang ditetapkan dalam gambar. Hasil akhir pasangan harus rata dan tidak bergelombang.

3.3. Rangka Badan


a. Ukuran kayu untuk rangka badan digunakan 5/10 cm kayu ulin kelas I.
b. Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan harus
menggunakan baut, pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus
dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.

3.4. Kusen dan Daun Pintu/Jendela, dan Ventilasi


a. Kusen pintu/jendela menggunakan kayu kelas kuat II.
b. Daun pintu panil dibuat dengan kayu kelas kuat I atau II dan disyaratkan agar
memesan langsung pada tempat khusus pembuat pintu atau pada toko.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 24


Spesifikasi Teknis

c. Khusus untuk pintu KM/WC terbuat dari kayu ulin atau kayu tahan air. Apabila
menurut penilaian Konsultan Lapangan pemasangan tidak rapi, maka Konsultan
Lapangan berhak menolak daun pintu tersebut.
d. Jendela dibuat model panil, disesuaikan dengan gambar detail. Kaca untuk jendela
dipasang kaca polos tebal 5 mm. Pasangan kaca harus memperhatikan muai susut
baik dari kusen, maupun bahan kaca tersebut.
e. Ventilasi jalusi dibuat dari papan kelas kuat I atau II dengan ukuran 1 × 7 cm dan
diketam halus serta dipasang dengan rapi.

3.5. Lisplank dibuat dari papan lebar sesuai gambar. Pemasangannya dipakukan langsung pada
usuk atau kaso. Pemasangan harus rapi dan lurus. Apabila dijumpai pemasangan yang
tidak lurus, maka bagian tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas beban
Kontraktor.
3.6. Untuk semua daun pintu dan daun jendela digunakan kayu kelas kuat I atau II kualitas
terbaik.
3.7. Untuk lisplank gypsum digunakan gypsum 3/20 setara Kalsiplank.
3.8. Untuk kayu motif digunakan kayu meranti batu kualitas baik.

H. PEKERJAAN PERANCAH
1. Definisi
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras. Kontraktor
harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh
Pemberi Tugas. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan
pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

2. Pelaksanaan
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya
penggerusan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus kokoh terhadap pembebanan
yang akan mungkin ada. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah.

I. CACAT-CACAT PEKERJAAN
Konstruksi beton yang berporos, konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata seperti direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain. Bila
penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian pekerjaan
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Persyaratan Teknis, maka bagian
pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan, misalnya susunan yang tidak teratur,
pecah, retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, benjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan
bentuk yang diharapkan/diinginkan. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan
diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik.
Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang
timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi beban Kontraktor.

J. SIAR-SIAR KONSTRUKSI DAN PEMBONGKARAN ACUAN


Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar Pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dari gambar,
harus mengikuti Pasal 5.8 dan 6.4 dari PBI 1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air
semen tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Direksi
Pelaksana.

K. PENGGANTIAN BESI
Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera dalam
gambar.
Dalam hal di mana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan yang memerlukan penyempurnaan pekerjaan pembesian yang ada, maka:

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 25


Spesifikasi Teknis

1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam
gambar, secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana
Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian, maka perubahan tersebut hanya dapat
dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka
tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
4. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam
gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat dan lebih
besar, dengan catatan: Harus ada persetujuan dari Direksi.
5. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).
6. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat tersebut atau di
daerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.

Tabel : Toleransi Besi


Diameter, ukuran sisi jarak antara dua permukaan yang Variasi dalam berat Toleransi
berlawanan yang diperbolehkan diameter
Di bawah 10 mm ±7% ±0,40 mm
10 mm - 16 mm (tapi tidak termasuk Ø 16 mm) ±5% ±0,40 mm
16 mm - 20 mm tidak termasuk Ø 28 mm ±4% ±0,50 mm

L. KUALITAS DAN PENGUJIAN BETON


1. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton mengacu pada analisa yang digunakan dengan
didahului mix design. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam PBI 1971.
2. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan
memperhatikan data-data Pelaksanaan di tempat atau dengan mengadakan trial mixed di
laboratorium yang ditunjuk.
3. Selama Pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan yang disebut
dalam Pasal 4.7 dan 4.9 dari PBI 1971, mengingat bahwa w/c faktor yang sesuai di sini adalah 0,52 -
0,55 maka pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji percobaan pendahuluan harus dibuat
satu benda uji tiap 3 m 3 beton. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
4. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Direksi dan laporan tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium harus dengan
persetujuan Direksi Pelaksana.

M. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


1. Penambalan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan semen (semen
mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan
sepengetahuan Direksi.
2. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang diharapkan
dan diterima oleh Direksi Lapangan, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya Kontraktor.
3. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak ada gelembung
udara, keropos, berlubang, tonjolan dan lain-lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang
diharapkan/diinginkan.

N. PEMASANGAN PIPA DAN LAIN-LAIN YANG AKAN TERTANAM DI DALAM BETON


1. Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur
dengan memperhatikan persyaratan PBI 1971 Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-bagian struktur beton bila
tidak ditunjukkan secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang selongsong pada
tempat-tempat yang dilewati pipa.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 26
Spesifikasi Teknis

3. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser/memindahkan baja tulangan tersebut


dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa izin tertulis
dari Direksi.

O. BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON


1. Semua bagian-bagian/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan
pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton harus sudah dipasang sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.
2. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan agar
tidak bergeser selama pengecoran beton dilaksanakan.
3. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk
memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum Pelaksanaan pengecoran beton.

P. PEMBERSIHAN
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah, sampai tertimbun, pembersihan harus dilakukan secara baik dan
teratur.

Q. CONTOH-CONTOH YANG HARUS DISEDIAKAN


1. Sebelum Pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material: koral, split, pasir,
besi beton, PC (Portland Cement) untuk mendapat persetujuan Direksi.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk
memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui di
bangsal Direksi Pelaksana.

R. TESTING DAN COMMISSIONING


1. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap
perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari
pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Pelaksana pekerjaan termasuk daya listrik untuk testing.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 27


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN ARSITEKTUR

A. PEKERJAAN PENUTUP ATAP


1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan bahan untuk penutup atap menggunakan genteng metal dan bubungan dari bahan
metal.
b. Pemasangan penutup bubungan dari bahan metal. Lisplank dari bahan board plank, contoh
GRC, atau kalsiboard (disesuaikan dengan gambar rencana).
c. Untuk bahan atap genteng metal agar memakai yang baik, produksi lokasi lokal dalam negeri
disahkan oleh Balai Penelitian Bahan Industri.
d. Berukuran homogen (4 daun × 4 daun) dengan ukuran 120 cm × 80 cm, tidak cacat-cacat,
kelembaban udara baik, serta mempunyai kerapatan air yang baik.
e. Mudah dipotong ataupun dibor tanpa menimbulkan pecah-pecah dan retak.

2. Pelaksanaan
Untuk penutup atap harus sesuai dengan gambar dan petunjuk direksi/pengawas di lapangan.

B. PEKERJAAN PLESTERAN LANTAI


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran meliputi pekerjaan : plesteran dan acian adalah semua pekerjaan plesteran
dan acian pada semua permukaan bata dan beton atau yang ditunjukkan pada gambar seperti
plesteran batu kali/belah/gunung, plesteran ciprat, profil semen dan tali air hingga terbentuk
permukaan yang siap di-finish lebih lanjut.

2. Standar
a. SK SNI S-03-1994-03 (Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran).
b. Pt T-03-2000-C (Tata Cara Pengerjaan Pasangan dan Plesteran Dinding).
c. SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam)).
d. SK SNI S-02-1994-04 (Spesifikasi Agregat Halus Untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran Dengan
Bahan Dasar Semen).

3. Material
3.1. Semen
a. Semen yang dipakai adalah semen jenis Portland Cement (PC) setara Tiga Roda, dan
lainnya.
b. Satu merek semen untuk seluruh pekerjaan.
c. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat
kekurangan berat dari apa yang tercantum pada zak.
d. Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).
e. Penyimpanan semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu semen,
dengan menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan tertutup rapat.
f. Semen yang sudah disimpan lebih dari 6 (enam) bulan sejak dibuat perlu diuji
sebelum digunakan jika sudah rusak harus ditolak.

3.2. Pasir
a. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam, kuat dan bersudut.
b. Bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya, jumlah
kandungan bahan ini maksimal 5% dan tidak mengandung garam.
3.3. Pelaksanaan
3.3.1. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari, penyedia
Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plesteran dan
acian meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal
pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, di
sertai gambar shop drawing.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 28


Spesifikasi Teknis

3.3.2. Sebelum memulai pekerjaan, pekerjaan pipa-pipa dan conduit mekanikal dan
elektrikal harus sudah selesai.
3.3.3. Pemasangan pipa-pipa dan conduit harus cukup dalam dan kuat tertanam
sehingga tidak menimbulkan retak pada plesteran yang sudah jadi.
3.3.4. Campuran/bahan dibuat menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit dan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar dan semua pasangan batu bata di
bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 PC : 3
pasir.
b. Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 3 pasir.
c. Untuk plesteran beton menggunakan campuran 1 PC : 3 pasir.
d. Untuk plesteran trasram menggunakan campuran 1 PC : 3 pasir
e. Untuk plesteran ciprat menggunakan campuran 1 PC : 3 pasir.
f. Untuk plesteran pada batu kali menggunakan campuran 1 PC : 4 pasir
dengan ketebalan 10 mm.
g. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai
mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan
sesudah plesteran berumur 8 (delapan) hari (kering benar).
h. Semua jenis adukan perekat tersebut di atas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum
mengering, diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat
tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama
untuk adukan kedap air.
i. Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diplaster dengan
memakai spesi kedap air.
j. Plesteran pada sambungan antara beton dan bata harus diberi kawat
ayam.
k. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan
menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan
kerataan bidang, pelaksanaan plesteran tidak boleh melebihi 2 (dua)
hari setelah dibuat kepalaan.
l. Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting dan kemudian dikretek (scratch) terlebih dahulu dan
semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup aduk plester.
m. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan
dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai peil-peil
yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 1,50 cm, jika
ketebalan melebihi 2,50 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu
dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan
yang diizinkan .
n. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung
atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika
melebihi, Penyedia Jasa konstruksi berkewajiban memperbaikinya
dengan biaya atas tanggungan Penyedia Jasa konstruksi.
o. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan antar dinding atau dengan
lantai yang membentuk sudut.
p. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada
permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek (scratch)
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan finishing,
kecuali untuk menerima cat.
q. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu
dalam satu bidang datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar
0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila ada petunjuk lain di dalam
gambar.
r. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar/tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 29
Spesifikasi Teknis

langsung dengan bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan


air secara cepat.
s. Plesteran harus mendapatkan curing minimal 1× sehari selama 3 (tiga)
hari.
t. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang
akan di-finish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas
permukaan plesterannya).
u. Plesteran harus sudah berumur 3 (tiga) hari sebelum diaci.
v. Acian harus rata/tidak bergelombang dengan ketebalan acian 2 mm
atau maksimal 3 mm.
w. Bahan acian menggunakan bahan PC.
x. Acian harus di curing minimal 1× sehari selama 7 hari.
y. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik,
plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan biaya atas tanggungan
penyedia Jasa konstruksi. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai penyedia Jasa konstruksi harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setiap hari.

C. PEKERJAAN PLAFON
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Plafon meliputi pemasangan rangka dan plafon Kalsiboard tebal 9 mm produk sekualitas
“Jaya Board atau Elephant” dan sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar rencana.

2. Standar
a. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)
b. SKBI 4362-1986 (Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung)

3. Material
a. Kawat penggantung dengan diameter minimal 4 mm.
b. Rangka menggunakan pipa hollow 4 × 4 cm, 2 × 4 cm tebal 0,6 mm
c. Rangka Cross tee main tee modul 60 × 120 cm
d. Kalsiboard tebal 9 mm
e. Gipsum atau GRC tebal 9 mm untuk ruangan basah, seperti toilet
f. List profil gipsum lebar 7 sampai 10 cm

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari, penyedia Jasa Konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plafon meliputi volume pekerjaan, jumlah tenaga
kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan
dipakai untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai shop
drawing.
b. Arah dan jarak seperti yang ditunjukkan pada gambar.
c. Pola plafon harus sesuai dengan gambar rencana.
d. Batas antara plafon dan tembok harus membentuk sudut yang rapi dengan sudut dan ukuran
seperti pada gambar, dengan menggunakan list profil gipsum dengan lebar sampai 5 cm.
e. Opening untuk pekerjaan M & E harus sesuai dengan gambar rencana.
f. Penyambungan antar gipsum harus rapat tidak menimbulkan goresan bekas sambungan.
g. Penggantung antara rangka hollow dengan penggantung atas menggunakan kawat
penggantung dengan diameter minimal 4 mm.

D. PEKERJAAN PELAPIS DINDING


1. Pekerjaan Pelapis Dinding Keramik
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga
diperoleh hasil pekerjaan yang baik.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 30


Spesifikasi Teknis

b. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar sebagai alas lantai finishing.

1.2. Persyaratan Bahan


a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2),
PVBB 1956 dan NI-8.
b. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contoh kepada Pemberi Tugas/Konsultan untuk disetujui.

1.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan dipasang sub lantai
harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan dipergunakan alat
timbris.
b. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang keras,
bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi
mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug yang disyaratkan minimum 10 cm atau
sesuai gambar, disiram air dan ditimbris sehingga diperoleh kepadatan yang
maksimal.
c. Di atas pasir urug dilakukan pekerjaan sub lantai setebal 5 cm atau sesuai yang
ditunjukkan dalam gambar detail dengan campuran 1 PC : 4 pasir. Untuk pasangan
di atas pelat beton (lantai tingkat), pelat beton diberi lapisan plester (screed)
campuran 1 PC : 3 pasir setebal minimum 2 cm dengan memperhatikan kemiringan
lantai, terutama di daerah basah dan teras.
d. Sub lantai plesteran di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-benar
rata, dengan memperhatikan kemiringan lantai di daerah basah dan teras.

2. Pekerjaan Lantai Keramik


2.1. Umum
Pekerjaan lantai keramik ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas/pengawas lapangan/direksi teknik.
2.2. Persyaratan
Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam:
 ASTM
 Keramik Indonesia (NI-19)
 PUBI 1982

2.3. Persyaratan Bahan-Bahan


 Keramik seperti tersebut pada analisa, K W 1.
 Semen Portland harus memenuhi NI - 8
 Pasir dan air harus memenuhi PVBB-1970 (NI-3) dan PBI 1971 & ASTM

2.4. Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing pada
keramik.
b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan ternoda.
Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan ketebalan 5 cm atau
lebih sesuai dengan gambar.
c. Adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 3 pasang ditambah bahan perekat, seperti
yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan
perekat.
d. Bidang lantai keramik yang terpasang harus benar-benar rata, tidak bergelombang
dengan memperhatikan kemiringan lantai sesuai gambar untuk memudahkan
pengaliran pada daerah basah dan teras.
e. Pola pemasangan keramik harus sesuai dengan gambar dan pada tiap-tiap ruangan
terpasang plint atau sesuai petunjuk Pengawas.
f. Lebar siar-siar harus sama lebarnya maksimal 3 mm membentuk garis lurus atau
sesuai dengan gambar atau petunjuk Pengawas. Siar-siar harus diisi bahan pengisi
berwarna (grout semen berwarna) yang sesuai dengan warna keramik (satu warna
keramik).
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 31
Spesifikasi Teknis

g. Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai dengan


petunjuk pabrik.
h. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air hingga jenuh.
Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda yang
melekat, sehingga benar-benar bersih, warna keramik tidak kusam/buram.
i. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 × 24 jam
dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
j. Keramik plint terpasang siku terhadap lantai dengan memperhatikan siar-siarnya
bertemu siku dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
k. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain, jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor
tersebut harus mengganti tanpa biaya tambahan.
l. Lantai harus benar-benar terpasang rata, baik yang ditentukan datar maupun yang
ditentukan mempunyai kemiringan.
m. Pemotongan keramik harus menggunakan alat yang sesuai agar menghasilkan hasil
potongan yang rata, tidak bergerigi.
n. Keramik harus dilindungi dari pergerakan selama 48 jam setelah pemasangan
dengan menempatkan rambu atau tanda.
o. Pasangan keramik harus diperiksa jarak dan kelurusan natnya, tidak kosong
aciannya, tidak retak dan gores, beda tinggi keramik (plint) maksimal 1 mm.
p. Keramik boleh di-grout atau kolot setelah berumur 24 jam. Warna grouting harus
seragam, halus dan tanpa celah, bila perlu gunakan alat bantu untuk meratakan
grouting. Tepi dinding diberi sealant atau dibiarkan saja tanpa grouting untuk ruang
muai susut.

2.5. Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor wajib memberikan “Certificate Test”
kepada Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik mengenai bahan
keramik dari Produsen.
b. Bila tidak ada sertifikat itu, Kontraktor harus melakukan pengujian atas bahan
keramik di laboratorium diserahkan kepada Konsultan Pengawas/Pengawas
Lapangan/Direksi Teknik secepatnya.
c. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik.
d. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor.
e. Hasil akhir yang diinginkan, harus terpasang dengan rata, kuat, menarik, baik, dan
sempurna.

E. PEKERJAAN UBIN PEMANDU (GUIDING BLOCK)


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pemasangan ubin pemandu atau guiding block untuk
area seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja (untuk perbaikan).

Pemasangan jalan pemandu harus dilakukan oleh tukang yang ahli agar dapat dihasilkan pekerjaan
yang baik dan sesuai fungsinya dan pada proses pemasangannya terlebih dahulu dengan
penghamparan pasir urug yang dipadatkan.

2. Esensi
Jalur yang memandu penyandang disabilitas untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan ubin peringatan.

3. Persyaratan
3.1. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 32


Spesifikasi Teknis

3.2. Tekstur ubin peringatan bermotif bulat-bulat memberi peringatan terhadap adanya
perubahan situasi di sekitarnya/warning. Bisa juga sebagai patokan di saat ingin
berhenti jalan.
3.3. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada perlu
memperhatikan tekstur dari ubin/paving block eksisting, sedemikian sehingga tidak
terjadi kebingungan dalam membedakan tekstur ubin pengarah (garis-garis) dan
tekstur ubin peringatan (bulat-bulat).
3.4. Untuk memberikan perbedaan warna antara ubin pemandu dengan ubin lainnya atau
paving block, maka pada ubin pemandu dapat diberi warna kuning atau jingga.

4. Ukuran dan Fungsi Ubin Pemandu (Guiding Block)


4.1. Ubin pemandu berukuran 30 cm × 30 cm.
4.2. Berwarna kuning atau jingga, untuk memperlihatkan perbedaan antara ubin pemandu
dengan ubin lainnya atau paving block pada pedestrian.
4.3. Ubin pemandu harus dipasang dua jenis bentuk, ubin pemandu dengan motif garis-garis
lurus untuk memandu berjalan lurus, sedangkan ubin pemandu dengan motif
bulat-bulat untuk memandu berhenti dan berhati-hati saat berjalan.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Ubin guiding block berukuran 30 cm × 30 cm tebal 2 cm.
b. Ubin guiding block 30/30 dipasang dengan perekat adukan 1 PC : 3 pasir dengan naat.
c. Pada waktu hujan pekerjaan harus ditunda, plesteran yang belum keras harus dilindungi dari
air hujan.
d. Permukaan pasangan batu yang akan diplester harus disiram dengan air yang bersih dan telah
disetujui oleh Direksi.
e. Bagian yang akan disiar harus dibersihkan dahulu dan sebelum penyiaran dimulai harus
terlebih dahulu disiram/dengan air sampai jenuh.
f. Campuran siar terdiri dari 1 (satu) bagian semen dan 2 (dua) bagian pasir. Syarat-syarat
bahan seperti pada pekerjaan plesteran. Pekerjaan siar dilaksanakan pada nat-nat pasangan
batu yang ditunjukkan pada gambar.
g. Untuk memperoleh acian yang halus, setelah plesteran diberi lapisan acian semen,
permukaan yang diaci sebelum mengering digosok sampai halus dan rata.
h. Naat-naatnya dikolot dengan PC sewarna dan harus segera dibersihkan, supaya permukaan
lantai ubin tidak ternodai sisa kolotan.
i. Pemasangan ubin guiding block dikerjakan dengan mempergunakan alat bantu water pass dan
atau blebes yang dipasang sedemikian rupa, sehingga menghasilkan bidang permukaan
pasangan yang datar, rata dan naat-naatnya segaris.
j. Trotoar menggunakan guiding block 30/30 di bagian tengah dengan motif tonjolan bulat
panjang dan motif tonjolan bulat di bagian ujung trotoar sebagai tanda untuk belok atau
beda elevasi.
k. Sebelum pemasangan lantai trotoar keramik eksterior, terlebih dahulu diberi lapisan pasir
urug tebal 5 cm yang dipadatkan.
l. Guiding block yang cacat, retak tepinya, noda-noda atau cacat warna tidak boleh dipasang,
jika terlanjur dipasang harus dibongkar dan diganti dengan yang utuh dengan biaya
Kontraktor.

F. PEKERJAAN KUSEN DAN DAUN PINTU KAYU


1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan kusen dan daun pintu kayu seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
 Kusen kayu meranti kelas I
 Daun pintu panel
 Daun pintu plywood
 Dan lain-lain

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 33


Spesifikasi Teknis

2. Persyaratan Bahan
2.1. Bahan Rangka Kayu
a. Harus benar-benar kayu mutu terbaik dari jenisnya masing-masing.
b. Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu,
pecah-pecah, melengkung, melintir, urat kapur, basah dan lapuk, melebihi yang
diperkenankan sesuai dengan PUBI- 1982 Pasal 37 tabel 2.
c. Syarat-syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat PKKI Pasal 37
dengan kadar air maksimal 24% (clean and dry).
d. Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah kayu Kamper Samarinda (Drybalanops
lanceolata) kelas kuat I – II atau yang disetujui oleh Pengawas.
e. Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pemasangan, harus diletakkan di
tempat/ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan harus dilindungi dari kerusakan.
f. Seluruh kayu harus ditambahkan bahan anti rayap, lihat Bab Pekerjaan Arsitektur
Pasal I - Pekerjaan Anti Rayap pada Spesifikasi Teknis ini.
g. Ukuran kusen adalah 50 × 150 atau sesuai dengan gambar detail.
h. Tebal rangka kayu daun atau sesuai dengan gambar.

2.2. Bahan Perekat


a. Untuk perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik setara merek Rakol atau Fox.
b. Semua permukaan rangka kayu harus diserut, harus rata, lurus dan siku.

2.3. Bahan Panil Daun Pintu


a. Kayu yang dipakai adalah kayu Kamper Samarinda seperti telah disebutkan
terdahulu, yang telah disetujui oleh Perencana Pengawas.
b. Semua permukaan rangka kayu harus diserut halus rata, lurus dan siku.
c. List akhiran daun pintu, lis kaca digunakan kayu Kamper Samarinda, Sesuai dengan
gambar detail.

2.4. Bahan Finishing


Finishing untuk permukaan kusen dan daun pintu menggunakan cat melamik pada daun
panel dan cat kayu untuk kusen.

3. Pelaksanaan
3.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar
yang ada kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk,
pola, penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail sesuai dengan gambar detail
dari perencana.
3.2. Seluruh pekerjaan kusen dan daun pintu harus dikerjakan di-workshop, penyimpanan
kusen, pintu di workshop atau di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat
dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan
dan kelembaban.
3.3. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat lain yang
diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapian
terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas
penyetelan.
3.4. Semua kayu tampak harus diserut rata, halus, lurus dan siku-siku satu sama lain sisi-sisinya,
dan di lapangan sudah dalam keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan.
3.5. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
3.6. Daun Pintu
a. Daun pintu sesuai door schedule yang dipasang pada rangka kayu adalah dengan
cara lem, tanpa pemakuan, jika diperlukan, harus digunakan sekrup galvanized atas
persetujuan Perencana dan Pengawas. tanpa meninggalkan bekas cacat pada
permukaan yang tampak. Khususnya untuk formika direkatkan dengan lem pada
permukaan bidang plywood (9 mm) yang telah dipasang pada kerangka daun pintu,
perekatan ini harus dilakukan dengan press di work shop.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 34


Spesifikasi Teknis

b. Pada bagian daun pintu lapis teak plywood, harus dipasang rata, tidak
bergelombang, dan merekat dengan sempurna dengan dipres di workshop.
c. Permukaan teak plywood tidak boleh didempul.
3.7. Setelah pemasangan kusen atau daun pintu Kontraktor diwajibkan memberikan
perlindungan sedemikian rupa sehingga terhindar dari kerusakan – kerusakan oleh
benturan-benturan benda – benda lain dan dari kelembaban ataupun terkena cuaca
langsung.
3.8. Apabila terjadi cacat atau kerusakan-kerusakan baik yang terlihat maupun yang
tersembunyi, Kontraktor wajib memperbaiki ataupun mengganti dengan yang baru sampai
dengan disetujui oleh Perencana atau Pengawas dengan seluruh biaya ditanggung oleh
Kontraktor.

G. PEKERJAAN ANTI RAYAP


1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti yang dinyatakan dalam spesifikasi ini dengan hasil yang
baik dan diterima oleh Pengawas Lapangan.
1.2. Pekerjaan ini meliputi Perawatan tanah untuk anti rayap untuk seluruh area bangunan.
a. Tanah
 tanah di sekitar bangunan
 tanah lanskap di luar bangunan
 Bagian lain yang dianggap perlu
b. Kayu Bangunan
 Kusen dan daun pintu
 Dan bahan kayu lainya

2. Persyaratan Bahan
a. Gunakan suatu bahan anti rayap yang pekat (concentrate) dapat dilarutkan atau bisa
diencerkan dengan air diformulasikan khusus untuk membasmi penyebaran rayap. Bahan
bakar minyak tidak dibenarkan sebagai bahan pengencer, sediakan larutan yang mengandung
bahan kimia Chlordane/Drildrin/Gama BHC atau sejenisnya yang disetujui oleh pihak yang
berwenang.
b. Encerkan dengan air sampai ke konsentrasi yang direkomendasikan oleh produsen.
c. Larutan lain boleh digunakan jika direkomendasikan oleh produsen yang disetujui oleh
peraturan setempat, untuk pemakaian tersebut gunakan larutan yang tidak berbahaya
terhadap tanaman.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
a. Persiapkan permukaan daerah yang akan dilakukan pekerjaan anti rayap. Singkirkan
benda-benda asing yang dapat mengurangi keefektifan treatment. Gemburkan dan ratakan
permukaan tanah yang akan diberi anti rayap, kecuali daerah yang sudah dipadatkan, di
bawah slab dan fondasi jika direkomendasikan oleh produsen pekerjaan anti rayap dapat
dilakukan sebelum pemadatan tanah dilakukan.
b. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh perusahaan pest control yang mendapat izin dari pihak
yang berwenang.
c. Pasanglah tanda peringatan pada daerah yang telah diberi anti rayap dan singkirkan tanda
peringatan jika pekerjaan konstruksi lainnya dapat dilanjutkan.
d. Ulangi pekerjaan anti rayap jika daerah yang telah dianti rayap terganggu oleh pekerjaan
lanjutan, penggalian, landscape, site grading atau pekerjaan konstruksi lainnya.
e. Garansi anti rayap oleh aplikator minimal 30 (tiga puluh) tahun.

4. Pekerjaan Anti Rayap untuk Kayu


4.1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti yang dinyatakan dalam spesifikasi ini dengan hasil
yang baik dan diterima oleh Kontraktor.
b. Pekerjaan ini meliputi anti rayap untuk seluruh kayu yang akan dipakai.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 35


Spesifikasi Teknis

4.2. Persyaratan Bahan


a. Gunakan suatu bahan anti rayap yang pekat (concentrate) dapat dilarutkan atau
bisa diencerkan dengan air diformulasikan spesial untuk membasmi penyebaran
rayap pada kayu. Bahan bakar minyak tidak dibenarkan sebagai bahan pengencer,
sediakan larutan yang mengandung bahan kimia yang disetujui oleh pihak yang
berwenang.
b. Encerkan dengan air sampai ke konsentrasi yang direkomendasikan oleh produsen.
c. Larutan lain boleh digunakan jika direkomendasikan oleh produsen yang disetujui
oleh peraturan setempat.

4.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Persiapan kayu yang akan dilakukan pekerjaan anti rayap. Singkirkan benda- benda
asing yang dapat mengurangi keefektifan treatment.
b. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh perusahaan pest control yang mendapat izin dari
pihak yang berwenang dan dengan cara yang direkomendasikan oleh produsen.
c. Atau dengan cara direndam ke dalam larutan anti rayap selama minimal 3 jam.
Untuk kayu dengan ketebalan lebih dari 50 mm proses perendaman ditambah 1
jam/25 mm ketebalan kayu.
d. Ulangi pekerjaan anti rayap jika kayu yang telah dianti rayap terganggu oleh
pekerjaan lanjutan, pemotongan, pelubangan dan lain-lain.

H. PEKERJAAN KUNCI DAN KACA


1. Pekerjaan Pengunci
1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua alat penggantung dan
pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan
atau Spesifikasi Teknis.

1.2. Standar/Rujukan
Standar dari pabrik pembuat.

1.3. Prosedur Umum


a. Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci
yang akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui,
sebelum dibawa ke lokasi proyek.

b. Pengiriman dan Penyimpanan


Alat penggantung dan pengunci harus dikirim pengawasan ke lokasi proyek dalam
kemasan asli dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan
masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik
dan mereknya.
Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari
kerusakan.

c. Ketidaksesuaian
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai.
Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.4. Bahan-Bahan
1.4.1. Umum
a. Semua bahan/alat yang tertulis di bawah ini harus seluruhnya baru,
kualitas baik, buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
b. Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembaban lebih dari 70%.
c. Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut di bawah.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 36


Spesifikasi Teknis

1.4.2. Alat Penggantung dan Pengunci


a. Rangka Bagian Dalam
Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali pintu kaca dan pintu
KM/WC) harus sama atau setara dengan merek Dekson, KEND atau
setara dengan sistem Master Key model U handle.
Semua kunci harus terdiri dari:
 Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan nikel stainless steel
atau kuningan dengan 2 kali putar, dengan 3 (tiga) buah anak
kunci.
 Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop di atas pelat yang
terbuat dari bahan nikel stainless steel hair line.
 Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan
baja lapis seng dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan
jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau aluminium), yang
dilengkapi dengan lidah siang (latch bolt), lidah malam (dead
bolt), lubang silinder, face plate, lubang untuk pegangan pintu
dan dilengkapi strike plate.

b. Engsel
 Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu dan aluminium
tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu
dengan Ball Bearing berukuran 102 mm × 76 mm × 3 mm, seperti
tipe SELL 0007 buatan Dekson, Kend atau setara.
 Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel
untuk semua daun jendela harus dari tipe friction stay dari
ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela. Produk
Dekson atau setara. Engsel tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing
untuk jendela harus berukuran 76 mm × 64 mm × 2 mm, produk
Kend, Cisa, atau setara.

c. Hak Angin
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu
produk Dekson, Kend atau setara.

d. Pengunci Jendela
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction stay harus
dari jenis spring knip produk Dekson, Kend atau setara.

e. Gembok
Gembok produk Dekson, Kend atau setara dalam warna solid brass
untuk pintu-pintu pelayanan atau sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja.

f. Warna/Lapisan
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt
chrome/stainless steel hair line finish, kecuali bila ditentukan lain.

g. Perlengkapan Lain
Door closer setara Dorma, Dekson atau lainnya.

h. Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut:
 Airtight - PEPENGAWASO S2/S3
 Fireproof - PEPENGAWASO S88
 Smokeproof - PEPENGAWASO S88
 Soundproof - PEPENGAWASO 320 AN
 Weatherproof - PEPENGAWASO S2/S3
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 37
Spesifikasi Teknis

 Dust Strike

Tipe Dust Strike yang digunakan adalah:


 Tipe lantai/threshold - Glynn Johnson DP2
 Untuk lantai marmer - Modrtz 7053

1.5. Pelaksanaan Pekerjaan


1.5.1. Umum
a. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai
dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
b. Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapi pada
tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
c. Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua)
buah engsel dan setiap daun jendela yang menggunakan engsel tipe
kupu-kupu harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak angin, sedangkan
daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi dengan 1 (satu)
buah alat pengunci yang memiliki pegangan.
d. Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah
engsel.
e. Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder,
hendel/pelat, kecuali untuk pintu KM/WC yang tanpa kunci silinder.
f. Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu
dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.

1.5.2. Pemasangan Pintu


a. Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000 mm dari lantai.
b. Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120 mm dari tepi atas daun
pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah
daun pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua engsel
tersebut.
c. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (hendel),
pelat penutup muka dan pelat kunci.
d. Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus
dipasang selot tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.

1.5.3. Pemasangan Jendela


a. Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen
dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara
pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar
Kerja.
b. Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan
cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.
c. Penempatan engsel harus sesuai dengan arah bukaan jendela yang
diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap
jendela harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.

2. Pekerjaan Kaca
2.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyediaan tenaga kerja, alat-alat dan
bahan-bahan serta pemasangan kaca dan cermin beserta aksesorinya, pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2.2. Standar/Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 38


Spesifikasi Teknis

2.3. Prosedur Umum


a. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan berikut data teknis bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan dalam ukuran dan detail yang dianggap memadai, untuk
dapat diuji kebenarannya terhadap standar atau ketentuan yang disyaratkan.

b. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan kaca yang didatangkan harus dilengkapi dengan merek pabrik dan
data teknisnya.
Bahan kaca tersebut harus disimpan di tempat yang aman dan terlindung sehingga
terhindar dari keretakan, pecah, cacat atau kerusakan lainnya yang tidak
diinginkan.

2.4. Bahan-Bahan
a. Kaca Polos
Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi
ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe Indoflot buatan
Asahimas atau yang setara.
Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

2.5. Pelaksanaan Pekerjaan


2.5.1. Umum
a. Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja
adalah ukuran yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang
sebenarnya dan besarnya toleransi harus diukur di tempat oleh
Kontraktor berdasarkan ukuran di tempat kaca atau cermin tersebut
akan dipasang, atau menurut petunjuk dari Pengawas Lapangan, bila
dikehendaki lain.
b. Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe
kaca, ketebalan kaca dan kualitas kaca.
c. Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Lapangan.
d. Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik.
e. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam
bidang pekerjaannya.

2.5.2. Pemasangan Kaca


a. Sela dan Toleransi Pemotongan
Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut:
 Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3 mm.
 Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6 mm.
 Kedalaman celah minimal 16 mm.
 Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3
mm atau -1,5 mm.
 Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket
yang digunakan.

b. Persiapan Permukaan
 Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai
partisi dan bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus
diperiksa bahwa mereka dapat bergerak dengan baik.
 Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam
keadaan terkunci atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan
dan pemasangan kaca selesai.
 Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan
sesuai petunjuk pabrik.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 39
Spesifikasi Teknis

 Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu,


lembap dan lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.

c. Neoprene/Gasket dan Seal


 Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus
dilengkapi dengan Neoprene/Gasket yang sesuai.
 Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun
pintu dan jendela, yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang
dikondisikan.

d. Penggantian dan Pembersihan


 Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah
dalam keadaan bersih, tidak ada lagi merek perusahaan,
kotoran-kotoran dalam bentuk apa pun.
 Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti
oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

I. PEKERJAAN CAT
1. Lingkup Kerja
Pekerjaan cat meliputi pekerjaan cat dinding, kayu, beton, dan besi sesuai dengan gambar rencana.
Sebelum pengecatan dimulai, penyedia Jasa konstruksi harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan
contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai
sebagai mock up ini akan ditentukan oleh Tim Teknis dan Konsultan Pengawas. Jika masing-masing
bidang tersebut telah disetujui oleh Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

2. Standar
a. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung)
b. SNI 03-2408-1991 (Tata Cara Pengecatan Logam)

3. Cat Dinding
3.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan
dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.

3.2. Material
Cat dinding tipe “Weather Shield” atau cat dinding eksterior setara Mowilex atau Avian.
Warna ditentukan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), setelah mengadakan
percobaan pengecatan (mock up).

3.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 (dua) hari, penyedia Jasa
konstruksi harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan pengecatan meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan,
serta contoh material yang akan dipakai disertai sertifikat hasil pengujian material
untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pengecatan dimulai plesteran telah berumur 14 hari, dinding harus
diampelas halus, bersih dari debu, lubang-lubang yang mungkin ada sudah diisi,
celah dan retak sudah diperbaiki.
c. Permukaan dinding harus kering (periksa dengan higrometer, kelembaban maksimal
15%), kadar alkali rendah (periksa dengan kertas lakmus setelah kurang lebih 10
menit berubah hijau).
d. Plamur digunakan untuk bekas bobokan, retak, dinding luar tidak boleh
menggunakan plamir.
e. Pekerjaan plamir dilaksanakan dengan pisau plamir dari pelat baja tipis dan lapisan
plamir dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 40


Spesifikasi Teknis

f. Untuk warna-warna yang sejenis, penyedia Jasa konstruksi diharuskan


menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor percampuran (batch number) yang
sama.
g. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang.

4. Pekerjaan Meni Kayu dan Cat


4.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan bidang kayu dan atau bagian-bagian lain
yang ditentukan gambar.

4.2. Material
Meni yang digunakan adalah meni kayu sekualitas “Emco” warna merah, dan cat kayu
sekualitas Emco.

4.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Semua kayu hanya boleh dimeni dan di cat di lokasi proyek dan mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan meni dan cat dilakukan, bidang kayu kasar harus diampelas
dengan ampelas kayu kasar dan dilanjutkan dengan ampelas kayu halus sampai
permukaan bidang licin dan rata.
c. Pekerjaan meni dan cat dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan berlapis,
sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan meni dan
cat.

5. Pekerjaan Cat Besi


5.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan besi meliputi besi
atap koridor dan pagar koridor dan void, kuda-kuda dan atau bagian-bagian lain yang
ditentukan gambar, untuk cat kuda-kuda pembiayaan sudah termasuk pada besi bajanya.

5.2. Material
Cat yang digunakan pada bagian besi menggunakan cat besi sekualitas Emco, sedangkan
untuk cat pada rangka baja penutup atap menggunakan cat sekualitas zinkcromate.

5.3. Pelaksanaan Pekerjaan


a. Semua bahan yang akan dicat harus terhindar dari bahan kimia minyak dan juga
kotoran.
b. Pengecatan pada bidang besi yang menggunakan cat sekualitas Emco, dicat dua kali
pengecatan (dua lapis pengecatan).
c. Pengecatan bada bidang baja yang menggunakan cat sekualitas zinkcromate, di cat
satu kali pengecatan (satu lapis pengecatan).

J. PEKERJAAN PASANGAN BATU TEMPEL/ALAM


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan mencakup pengiriman, bahan-bahan, tenaga kerja, perlengkapan dan pemasangan batu
alam, seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

2. Standar/Rujukan
a. Standar Industri Indonesia (SII)
b. British Standar d (BS)
c. Spesifikasi:
 SI – 004 Penggalian, Pengurugan dan Pemadatan
 SI – 002 Persiapan Tanah Dasar (Sub grade)
 SI – 003 Lapisan dasar (Sub base)

3. Prosedur Umum
3.1. Contoh dan Data Teknis

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 41


Spesifikasi Teknis

a. Sebelum pengiriman, kontraktor harus memberikan contoh dan data teknis yang
berhubungan dengan pekerjaan ini pada Konsultan pengawas untuk mendapatkan
persetujuan. Data teknis harus terdiri dari deskripsi, karakteristik dan petunjuk
pemasangan.
b. Biaya contoh dan pengujian adalah tanggung jawab kontraktor.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)


Kontraktor harus memberikan Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) pada Konsultan
pengawas sebelum pemasangan.

3.3. Pemeriksaan dan Pengetesan


a. Semua pekerjaan perkerasan beton sikat harus diperiksa dan diuji. Segala bentuk
pemasangan perkerasan beton sikat yang tidak memuaskan harus dibongkar dan
diganti dengan perkerasan beton sikat yang baru tanpa ada biaya tambahan ke
pemilik/owner.
b. Unit perkerasan batu sikat yang tidak melalui uji laboratorium seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini harus ditolak dan diganti dengan produk
berkualitas lebih baik, oleh kontraktor tanpa biaya tambahan apa pun.
4. Material
4.1. Lapisan Batu Alam
Lapisan Batu Candi harus terbuat dari batu alam gunung dengan warna yang telah
ditentukan (hitam/gelap) berukuran 300 mm × 300 mm, 300mm × 600 mm, 200 mm × 400
mm seperti produk lokal atau setara produk Kepulauan Jawa.

4.2. Pasir
Pasir untuk dasar harus keras, bersih, bebas dari tanah liat dan lumpur dan harus diurug
dengan benar dan disetujui oleh Konsultan pengawas.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
5.1. Lapisan Pasir Dasar
a. Tanah dasar dan landasan harus telah disiapkan untuk transfer dan profil
longitudinal yang benar. Memiliki minimum kemiringan of 2%, atau seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Plesteran pengikat disebarkan setelah landasan dengan lapisan yang seragam,
ketebalan yang harus ditetapkan berdasarkan kondisi lapangan untuk memberikan
kedalaman setelah pemadatan 50 mm, atau seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.

5.2. Lapisan Beton


a. Lapisan Beton dasar/rabat harus disebarkan di atas lapisan pasir atau dibuat balok
pada lapisan yang sama, ketebalan minimum 10 mm
b. Setelah menempatkan beton rabat, kemudian lapisan dipadatkan guna mencapai
kesatuan dengan landasan pasir dan menghasilkan ketinggian dan profil yang
didesain dengan tidak kurang dari 3 (tiga) pass, menggunakan pelat pemadat yang
sesuai.

5.3. Batu Candi


a. Balok perkerasan beton harus diletakkan secara manual di atas lapisan beton rabat
tebal sesuai dengan pola yang ditentukan.
b. Setelah meletakkan batu candi setelah itu perlu untuk mencapai level dan bentuk
yang didesain.
c. Pembersihan dan perlindungan
Pembersihan dan perlindungan beton sikat dengan coating anti lumut atau cara lain
yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan batu sikat.

5.4. Batu Tempel Hitam/Alam


a. Awal pemasangan batu alam tempel harus dibicarakan terlebih dahulu dengan
Direksi sebelum pemasangan dimulai.
b. Batu alam tempel yang perlu dipotong harus menggunakan alat pemotong khusus.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 42


Spesifikasi Teknis

c. Batu alam direkatkan, dengan menggunakan perekat khusus dengan komposisi


adukan untuk FK 111 adalah 1 liter air untuk 4 kg dengan kebutuhan pemakaian 5 -
6kg/m2. Penggunaan produk lain harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
d. Penempelan adukan ke bidang dinding harus menggunakan scarf khusus (gigi serok)
hingga didapat alur adukan.
e. Batu alam ditempelkan dan ditekan dengan menggunakan palu karet sampai
permukaan rata.
f. Siar-siar batu tempel harus diisi dengan grouting nat sesuai yang disyaratkan.
g. Semua pemasangan harus dilakukan oleh seorang ahli yang berpengalaman dalam
pemasangan batu alam tempel.
h. Batu alam tempel yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala noda-noda
yang melekat, sehingga mencapai pekerjaan yang rapi dan sempurna.
i. Finishing batu alam dilakukan coating anti lumut (varnish) di permukaannya dengan
warna clear.

K. PEKERJAAN GRC
1. Umum
GRC atau Glass fibre Reinforced Cement adalah bahan komposit yang terdiri dari campuran semen
dengan pasir, dipompakan untuk kemudian disemprotkan dan diberi penulangan fiberglass.
Kandungan fibre glass biasanya 4% menurut berat dalam keadaan basah. Sifat akhir dari bahan GRC
yang dicapai tergantung dari beberapa hal, seperti:
a. Cara pembuatan
b. Komposisi Campuran
c. Tipe Fiber glass yang digunakan
d. Panjang Potongan Fiber glass
e. Orientasi Peletakannya
Sifat-sifat GRC yang diuraikan dalam data teknis ini berlaku untuk campuran perbandingan semen,
sampai 1:1 dan Fiber glass yang dipergunakan tipe Cem-Fill AR dengan cara produksi disemprotkan
atau secara hand mix (diaduk tangan).
Produk yang tipis membuat komponen GRC ringan dan memudahkan pengangkutan, penanganan,
penyimpanan dan pemasangan.

2. Spesifikasi Teknis GRC


Spesifikasi ini berlaku untuk pembuatan GRC dengan cara disemprotkan atau diaduk tangan untuk
bagian tertentu. Tipe panel bisa berdinding (kulit) tunggal atau ganda dengan kerangka baja yang
dicetak menjadi satu atau tidak. Termasuk dalam spesifikasi adalah penggunaan GRC untuk
cetakan/bekisting yang tidak dibuka.

3. Peraturan Bangunan
Isi spesifikasi ini tidak bertentangan dengan peraturan bangunan yang berlaku di Indonesia.

4. Bahan Baku
Bahan baku yang dipergunakan harus digunakan disimpan menurut petunjuk yang diberikan oleh
pembuatnya.

5. Lingkup Pekerjaan
Tergantung dari kesempatan dengan pemberi tugas, lingkup pekerjaan bisa meliputi: gambar kerja
produksi, pengiriman, pembuatan kerangka baja beserta pelengkap pemasangan dan finishing.

6. Contoh
a. Bila diperlukan, maka contoh harus diberikan paling tidak sebagai dasar penentuan kehalusan
permukaan.
b. Contoh komponen yang akan dibuat bisa disiapkan dalam ukuran yang sebenarnya (skala 1 : 1)
atas permintaan pemberi tugas.

7. Pengujian
Sebelum seluruh komponen pesanan dicetak/dikerjakan, atas permintaan pemberi tugas, bisa
dilakukan pengujian dengan cara yang disepakati bersama.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 43


Spesifikasi Teknis

8. Gambar Kerja
Gambar kerja meliputi semua komponen yang diminta pemberi tugas, termasuk gambar detail
komponen GRC beserta pelengkap pemasangannya disertai ukuran terperinci, hubungan antara
komponen GRC dengan kerangka (kalau ada) atau pada bagian bangunan yang ada. Gambar kerja
harus mendapatkan persetujuan dari Perencana atau Pemberi Tugas sebelum dilaksanakan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 44


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN SANITASI, DRAINASE DAN PLUMBING

A. PEKERJAAN SANITAIR
1. Umum
1.1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitasi ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam
pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam
pemakaiannya/operasinya.
b. Pekerjaan pemasangan kloset, keran, perlengkapan kloset, floor drain, clean out
dan metal sink.

1.2. Pekerjaan yang Berhubungan


Pekerjaan Plumbing

1.3. Persetujuan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek beserta
persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak
disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, pengganti harus
disetujui Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Pemimpin
Proyek berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.

1.4. Bahan/Produk
a. Untuk kloset setara merek TOTO atau American Standart dalam negeri.
b. Floor drain dan clean out : TOTO atau American Standart

1.5. Pelaksanaan
a. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada
dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
b. Bila ada kelainan dalam hal ini apa pun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya
kepada Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Pemimpin
Proyek.
c. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
d. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
e. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

2. Pekerjaan Kloset
a. Kloset jongkok berikut kelengkapannya dipakai merek TOTO atau American Standard setara
dalam negeri. Tipe-tipe yang dipakai termasuk kran tekan, warna akan ditentukan
Perencana.
b. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak
ada bagian yang gumpal, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek.
c. Kloset harus terpasang dengan kokoh letak dan ketinggian sesuai gambar, waterpas. Semua
noda-noda harus dibersihkan, sambungan-sambungan pipa tidak boleh ada
kebocoran-kebocoran.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 45


Spesifikasi Teknis

3. Pekerjaan Keran
a. Semua keran yang dipakai, kecuali keran dinding adalah merek San Ei dengan chromed finish.
Ukuran disesuaikan keperluan masing-masing sesuai gambar plumbing dan brosur alat-alat
sanitasi. Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyai ring dudukan
yang harus dipasang menempel pada dinding.
b. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus
sesuai dengan gambar-gambar untuk itu.

4. Floor Drain dan Clean Out


a. Floor drain dan Clean out yang digunakan adalah lubang dia. 2” merek setara San Ei.
b. Floor drain dipasang di tempat-tempat sesuai gambar untuk itu.
c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Pemimpin Proyek.
d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai harus dilubangi dengan
rapi, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai ukuran floor drain tersebut.
e. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapi, waterpas, dibersihkan dari
noda-noda semen dan tidak ada kebocoran.

B. PEKERJAAN PLUMBING
Yang dimaksud dengan pekerjaan plumbing di sini adalah penyediaan dan pengadaan bahan-bahan, tenaga
serta pemasangan peralatan-peralatan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lainnya
sesuai dengan gambar rencana dan/atau seperti yang dispesifikasikan di sini, sehingga diperoleh instalasi
plumbing yang lengkap dan bekerja baik siap untuk dipergunakan. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan
untuk pelaksanaan pekerjaan plumbing, sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar rencana, yang terdiri
dari dan tidak terbatas pada:
1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih kolam sesuai dengan gambar rencana dan
buku spesifikasi ini.
2. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh peralatan plumbing.
3. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing.
4. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh Pemberi Tugas (6 bulan).
5. Pembuatan shop drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan pembuatan as built drawing bagi
instalasi yang telah terpasang.

1. Koordinasi
a. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk menunjukkan secara
detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan
penyambungan-penyambungannya. Pemborong harus melengkapi dan memasang seluruh
peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan.
b. Gambar-gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan, pemipaan,
kabinet dan lain-lain. Pemborong harus memodifikasi tata letak tersebut sebagaimana yang
dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan-pemasangan yang sempurna dari
peralatan-peralatan tersebut.
c. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini dan tidak ditunjukkan dalam gambar
atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh
spesifikasi dan ditunjukkan dalam gambar.
d. Penyedia Jasa Konstruksi pekerjaan instalasi ini hendaknya dalam pelaksanaan pekerjaan,
harus bekerja sama dengan pemborong bidang lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
e. Koordinasi yang baik perlu ada untuk mencegah agar jenis pekerjaan yang satu tidak
menghalangi pekerjaan yang lainnya.

2. Kualifikasi Pekerjaan
a. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan-pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pekerja-pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan berpengalaman dalam bidangnya.
b. Konsultan Pengawas dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu pekerjaan, bila dinilai
bahwa pelaksana tersebut tidak terampil/tidak berpengalaman.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 46


Spesifikasi Teknis

3. Bahan dan Contoh Material


a. Pada saat pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mengajukan Shop Drawing yang
menunjukkan secara detail pekerjaan-pekerjaan/pemasangan peralatan dan pemipaan,
penyambungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan yang sulit
dilaksanakan. Atau pun perubahan-perubahan atau modifikasi yang diusulkan terhadap
gambar rencana.
b. Sebelum pekerjaan ini dimulai pemborong harus menyerahkan kepada Direksi daftar
bahan-bahan yang dipakai dalam rangkap 4 (empat).
c. Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan kepada Direksi contoh bahan-bahan yang
dipakai dan semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
d. Penyedia Jasa Konstruksi diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali atas segala
ukuran-ukuran/kapasitas peralatan yang akan dipasang. Dalam hal terjadi meragu-ragukan
harus segera menghubungi Direksi.
e. Pengambilan ukuran atau untuk pemilihan kapasitas peralatan yang keliru akan menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
f. Semua material yang akan digunakan/dipasang adalah dari jenis material berkualitas baik,
dalam keadaan baru (tidak dalam keadaan rusak atau diafkir sesuai dengan mutu dan standar
yang berlaku atau standar internasional seperti BS, JIS, ASA, DIN, SII dan yang setaraf.
g. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab atas mutu dan kualitas material yang akan
dipakai setelah mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.

4. Pemeriksaan Kembali
a. Konsultan Pengawas akan memeriksa (review) pengajuan-pengajuan dari pemborong dan
memberi komentar atas hal tersebut.
b. Pemborong harus memodifikasi/merevisi pengajuannya sesuai dengan komentar Konsultan
Pengawas, sampai didapat persetujuan dari Direksi.

5. Standar dan Kode


Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, maka pada pekerjaan ini berlaku
peraturan-peraturan sebagai berikut:
a. Peraturan Badan Pemadam Kebakaran.
b. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada Bangunan Gedung - Departemen
PU.
c. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh PAM daerah setempat.
d. Ketentuan dan persyaratan Pedoman Plumbing Indonesia 2000.
e. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan persyaratan yang
dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi material yang dipasang.
f. Pekerjaan instalasi plumbing ini harus dipasang oleh perusahaan yang biasa mengerjakan
pemasangan sistem ini.

6. Gambar-Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus mengajukan gambar-gambar
kerja dan detail (working drawing) serta harus diajukan kepada Direksi untuk mendapat
persetujuan.
b. Setiap shop drawing yang diajukan pemborong untuk disetujui oleh Direksi, dianggap
pemborong telah mempelajari situasi dan berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi-instalasi
lainnya.
c. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisah-pisahkan, saling melengkapi dan sama-sama mengikatnya.
d. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan instalasi,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari pekerjaan.
Apabila ada sesuatu bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar
instalasi ini dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar
perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja, Penyedia Jasa Konstruksi harus tetap
melaksanakan tanpa ada biaya tambahan. Gambar-gambar arsitek dan sipil/struktur harus
dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail "finishing" dari pekerjaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 47


Spesifikasi Teknis

e. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima pertama, Pemborong
wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang sebanyak 3 (tiga) set cetak biru dan 1
(satu) set transparan.
f. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 (tiga) set petunjuk operasi dan
maintenance dari sistem yang dipasang.

7. Sistem
a. Air Bersih
Kebutuhan air didapat dari bak penampungan, kemudian dipompakan ke 2 (dua) buah roof
tank dengan kapasitas masing-masing 500 liter. Roof tank dari bahan stainless steel.

b. Air Kotor
Pada dasarnya semua air kotor yang berasal dari toilet-toilet yang ada di setiap lantai
ditampung dalam septic tank bio, kemudian disalurkan ke sumur peresapan septik, kemudian
overflow di salurkan ke saluran drainase.

8. Spesifikasi Material
8.1. Alat-Alat Sanitasi
Ketentuan pemakaian bahan-bahan sesuai dengan spesifikasi arsitek dan gambar.
a. Untuk instalasi air bersih dengan pipa PPR, dipakai diameter ½”, ¾”, dan 1” 1½”
produksi setara SD, WAVIN, Agrusan dan sebagainya.
b. Untuk Instalasi air kotor dengan PVC kelas AW dengan ukuran pipa diameter 3” dan
4“ produksi setara Wavin.
c. Kloset jongkok setara TOTO
d. Wastafel setara TOTO dengan meja beton
e. Kran air, produk setara SAN EI
f. Stop kran KITZ dia 1"
g. Floor drain dengan grill cover stainless steel produk setara Sen-Ei
h. Roof tank kapasitas 2000 liter, bahan stainless steel, produk setara Tirta

8.2. Pompa
a. Pompa transfer : 100 W/1ph/220V/50 Hz/2856 rpm/Head = 37 meter/Q = 50
Lt/menit, merek produk setara Grundfos.
b. Pompa booster : 40 W/1ph/220V/380V/50 Hz/2900 rpm/Head = 9 meter/Q = 30
Lt/menit, merek produk setara Grundfos.

8.3. Pemipaan air bersih


a. Untuk instalasi air bersih dengan pipa PVC produksi Agrusan, SD, Westpex, atau
yang setara.
b. Untuk instalasi air kotor dan air bekas dengan PVC kelas AW, produksi Wavin,
Vinilon, Pralon. Sambungan lem yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dari
pabrik.
c. Pipa vent dengan PVC kelas AW, produksi Wavin, Vinilon, Pralon.
d. Sambungan lem yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dari pabrik.
e. Pipa air hujan dengan PVC kelas AW, produksi Wavin, Vinilon, Pralon.
f. Sambungan lem yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dari pabrik.
g. Untuk fitting dipergunakan bahan PVC setara Rucika.

8.4. Bak Penampung Air Bekas


a. Bak penampung air bekas berfungsi menampung air bekas dari saluran pengumpul
air bekas, terbuat dari konstruksi beton tertutup dengan lubang inspeksi, serta
lubang yang cukup untuk memudahkan operasi dan pemeliharaan.
b. Bak penampung juga berfungsi sebagai bak penerus dari kumpulan air bekas yang
ada yang selanjutnya mempunyai kedalaman air tetap tertentu untuk sistem
pemompaan.

9. Bahan-Bahan Pengganti
a. Semua bahan, peralatan atau fixtures yang akan digunakan dan tidak disebutkan dalam
spesifikasi ini hanya diperbolehkan, apabila telah disetujui secara tertulis oleh Direksi dan

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 48


Spesifikasi Teknis

biaya pengujian bahan/peralatan/fixtures tersebut (apabila diminta oleh pemilik) ditanggung


oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
b. Apabila diperlukan pengujian atas bahan/peralatan/fixtures harus dilakukan oleh
badan-badan atau lembaga-lembaga yang ditentukan oleh pemilik dan dengan cara-cara
standar yang berlaku. Apabila cara-cara standar tidak ada, pemilik berhak menentukan
prosedur pengujian.
c. Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, fixtures dan peralatan-peralatan yang akan
dipasang pada instalasi ini, harus mempunyai tanda- tanda merek yang jelas dari pabrik
pembuatnya.
d. Fitting dan fixtures yang tidak memiliki tanda-tanda tersebut harus diganti atas tanggung
jawab Penyedia Jasa Konstruksi.

10. Persyaratan Penyambungan


10.1. Pipa PVC dan Fitting
a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan PVC glue yang sesuai
dengan diameter pipa dan sebelum dilem, pipa harus dibersihkan dulu dengan
cleaning fluid/ampelas.
b. Pipa harus masuk sepenuhnya di fitting maka untuk ini harus dipergunakan alat
press khusus.
c. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat khusus agar pemotongan pipa
dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
d. Cara penyambungan lebih lanjut dan terperinci harus mengikuti spesifikasi dari
pabrik pipa yang bersangkutan.

10.2. Sambungan yang mudah dibuka


Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat sanitasi atau peralatan lain yang karena
sesuatu hal perlu dilepas dari pipa yang menghubungkannya antara lain:
a. Antara lavatory faucet dan supply valve.
b. Antara flush valve dan urinal.
c. Antara flush valve dan kloset duduk.
d. Pada faste fitting dan siphon.
e. Pada peralatan lain yang memerlukan.
Pada sambungan ini kerapatan yang diperoleh oleh adanya paking dan bukan seal threat.
Sambungan jenis ini antara lain union, flans atau yang sejenis lainnya.

11. Pelaksanaan Pemasangan Instalasi Pipa


11.1. Sebelum memulai pekerjaan, Pemborong harus membuat rencana kerja dengan jadwal
yang disesuaikan dengan rencana kerja Pemborong pekerjaan lain yang terdahulu yang
berkaitan dengan pekerjaan plumbing. Apabila terjadi suatu perubahan, Pemborong wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran
perubahan/perbaikan.
11.2. Pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat, untuk itu Pemborong
harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar rencana instalasi secara detail sebelum
melaksanakan pekerjaan tersebut.
11.3. Sebelum memulai pekerjaannya, Pemborong harus memeriksa dan memahami
pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari pihak-pihak lain tersebut yang dapat
mempengaruhi kualitas pekerjaan Pemborong itu sendiri. Apabila terjadi suatu keadaan di
mana Pemborong tidak mungkin menghasilkan kualitas pengerjaan terbaik, Pemborong
wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan
saran-saran perbaikan/perubahan. Apabila hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap
bertanggungjawab atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkan.
11.4. Lokasi yang tetap dari peralatan sanitasi, fixture-fixture, floor drain dan roof drain,
pipa-pipa utama dan pipa-pipa cabang harus diperiksa sesuai dengan gambar-gambar
perencanaan mekanikal dan arsitektur, dan disesuaikan dengan ukuran-ukuran yang
diberikan oleh pabrik pembuat alat-alat tersebut.
11.5. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik dan semua pembongkaran
bagian-bagian bangunan yang lainnya hanya boleh dilakukan setelah ada izin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Gambar-gambar pemasangan instalasi secara mendetail harus dibuat
oleh Pemborong, sementara penyambungan struktur bangunan dilaksanakan. Hal ini agar
dapat diketahui dengan tepat letak/ukuran lubang-lubang pada dinding dan lantai yang
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 49
Spesifikasi Teknis

diperlukan untuk lewatnya pipa-pipa. Pemborong bertanggungjawab atas ukuran (dimensi)


dan lokasi lubang-lubang tersebut dan apabila perlu harus melakukan
pembobokan/penambalan tanpa tambahan biaya.
11.6. Pada setiap cabang utama pipa air bersih yang disambungkan ke pipa tegak pada shaft
untuk setiap lantai, harus dilengkapi dengan katup-katup untuk mengisolir setiap cabang
dari keseluruhan sistem, agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang perlu untuk
fixture pada lantai tersebut tanpa mengganggu pelayanan air pada lantai-lantai yang lain.
11.7. Pemborong bertanggungjawab atas penyediaan dan lokasi pemasangan yang tepat.
Pemasangan pada konstruksi bangunan yang dicor dengan beton dilaksanakan oleh
Pemborong struktur atas petunjuk Pemborong plumbing.
11.8. Insert (tempat penyekerupan) harus ditanam dengan baik dalam dinding atau lantai dan
rata dengan permukaan akhir (finish) dari dinding atau lantai tersebut dan setelah
alat-alat tersebut terpasang insert harus tidak kelihatan.
11.9. Semua baut, mur sekrup yang kelihatan (ekspose) harus dibuat dengan dilapis kromium
atau nikel, demikian pula cincin (washer) untuk pemasangannya.
11.10. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan yang tepat.
11.11. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa
terletak/tertumpu dengan baik.
11.12. Untuk pipa-pipa air bersih dan air baku yang terlihat (exposed) harus diberi lapisan (cat)
finish dengan warna yang ditentukan kemudian.
11.13. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang lebih 10 cm di
sekelilingnya, dengan pasir urug yang bebas batu.
11.14. Selama Konsultan Pengawasan berkala, Pemborong harus menutup setiap ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah masuknya tanah, debu, dan kotoran lain.
11.15. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitasi) harus dibuat dengan
cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor mempunyai kemiringan minimal 1,5% dan air
bekas 1% dan air hujan mempunyai kemiringan minimal 1%.
11.16. Pada instalasi pemasangan floor drain dan kitchen sink, harus dilengkapi dengan leher
angsa/U-Trap.
11.17. Pipa-pipa pembuangan air hujan dari bangunan disambungkan ke saluran utama di luar
bangunan dengan bak kontrol (junction box) dari beton.
11.18. Roughing-in untuk pipa dan fixtures harus dibuat bersama-sama dengan pelaksanaan
konstruksi bangunannya. Pemborong harus memberikan informasi tentang lubang-lubang
pipa pada dinding dan lantai kepada Pemborong Struktur apabila diperlukan. Semua pipa
dan fitting yang harus ditanam dalam beton harus dibersihkan benar-benar dan bebas dari
karat dan cat.
11.19. Pipa-pipa tidak boleh menembus kolom, kaki kolom, kepala kolom, ataupun balok, tanpa
mendapatkan izin tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.
11.20. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus
menggunakan Reducing Fitting. Sedapat mungkin harus digunakan belokan dari jenis Long
Radius, sedangkan Short Radius hanya boleh digunakan apabila kondisi setempat tidak
memungkinkan digunakan belokan jenis Long Radius dan Pemborong harus
memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas Fitting dan alat-alat lain yang akan
menimbulkan tahanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan.
11.21. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton.
11.22. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0,2 cm dan
memberikan kelonggaran kira-kira 5 mm pada masing-masing sisi di luar pipa atau pun
isolasinya.
11.23. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja atau GIP.
11.24. Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air
(water proofing) harus dari jenis flashing sleeves. Flens dari sleeves tersebut harus
menjadi satu atau diberi klem yang akan mengikat Flashing Sleeves.
11.25. Rongga antara pipa dan sleeves harus kedap air karena akan diisi dengan gasket atau
media lain yang secara umum dipakai (timah pakal).
11.26. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat pada penggantung atau angkur yang
dipergunakan harus cukup kokoh (rigid). Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga
agar tidak berubah tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya
getaran dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan konstruksi dan ekspansi
pipa oleh perubahan temperatur.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 50
Spesifikasi Teknis

11.27. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur (adjustable)
dengan jarak antara tidak lebih dari 2 meter.
11.28. Pemborong harus mengajukan konstruksi dari penggantungnya untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas Penggantung terbuat dari kawat, rantai, strap atau pun perforated
strip tidak boleh digunakan.
11.29. Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada konstruksi bangunan
dengan insert yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau penembokan atau dengan
baut tembok (Ramset Bolt).
11.30. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar), paling jauh dengan jarak
antara dua lantai (tingkat).
11.31. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan tertutup
oleh tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi dulu dengan cat menie atau cat
penahan karat, jenis Zink Chromate yang dilaksanakan dalam 2 bagian (2 lapis).
11.32. Semua pipa dari besi/baja yang dilapisi dengan tar (tar coated) harus dicat dengan dua
lapis shellac dan dua lapis cat minyak (oil paint).
11.33. Semua pipa-pipa yang terlihat (exposed) dan tidak dilapisi chromium atau nickel harus
dapat dikenali dengan memberi cat yang warnanya berbeda- beda, seperti yang diminta
perencana.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 51


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN ELEKTRIKAL DAN MEKANIKAL

A. PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1. Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi ini
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, di mana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara
spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipakai dengan spesifikasi yang dipakai pada bab ini,
merupakan kewajiban Pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai
dengan ketentuan pada BAB ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
2. Pada dasarnya semua bahan dan peralatan harus sesuai dengan ketentuan yang tertera pada
peraturan-peraturan seperti:
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
b. SNI Nomor : 0255-1987.D. tentang: Persyaratan Instalasi Listrik.
c. Peraturan Instalasi Listrik (PIL),
d. Syarat-Syarat Penyambungan Listrik (SBL),
e. Standard Lain : AVE Belanda, VDE/DIN Jerman, IEC Standard, JIS Jepang, NFC Perancis, NEMA
USA.
f. Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan,
g. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Telkom, Dit. Jen.
Bina Lindung, PLN dan Pemerintah Daerah setempat.
3. Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki surat izin instalasi dari
instalasi yang berwenang dan telah biasa mengerjakannya dan suatu daftar referensi pemasangan
harus dilampirkan dalam surat penawaran.

B. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL


1. Gambar-Gambar
a. Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini merupakan suatu kesatuan yang
saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedang
pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada.
c. Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan
dan detail "finishing" instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada
Konsultan Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan
gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi yang
berhubungan dengan instalasi ini.
e. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang disertai
dengan dokumen asli operating and Maintenance Instruction, technical instruction, spare
part instruction dan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas pada saat penyerahan
pertama dalam rangkap 5 (lima). (Construction detail, electrical wiring diagram, control
diagram dan lain-lain).

2. Koordinasi
a. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong instalasi lainnya, agar
seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi
yang lain.
c. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibatnya
menjadi tanggung jawab pemborong.

3. Pelaksanaan Pemasangan
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, pemborong harus menyerahkan
gambar kerja dan detailnya kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 4 (empat) untuk
disetujui.
b. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan
yang akan dipasang, apabila ada sesuatu yang diragukan, pemborong harus segera
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 52
Spesifikasi Teknis

menghubungi Direksi. Pengambilan ukuran dan atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah
akan menjadi tanggung jawab pemborong.

4. Testing dan Commissioning


a. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap perlu
untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang ada.
b. Testing/pengujian meliput uji tahanan Isolasi dan Uji Beban Penuh
c. Uji tahanan isolasi harus dilakukan pada kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah dipasang.
Tahanan isolasi dari semua bagian yang tidak diketanahkan baik antara hantaran dan
hantaran maupun antara hantaran dan tanah, sekurang-kurangnya 1000 ohm untuk setiap
satu volt tegangan nominal.
d. Tes elektrikal beban penuh selama 3 × 24 jam, harus disaksikan oleh Direksi/Konsultan
Pengawas dan bila terjadi kerusakan atau kesalahan harus diperbaiki atas tanggung jawab
Pemborong.
e. Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong.
f. Hasil pengujian dituangkan dalam Berita Acara sebagai Syarat Penyerahan Pertama.

5. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan


a. Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan
pertama.
b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama enam bulan terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
c. Selama masa pemeliharaan, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi dan mengganti
segala kerusakan yang terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
d. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
e. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan teguran
dari Konsultan Pengawas atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka
Konsultan Pengawas berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut
kepada pihak lain atas biaya Pemborong instalasi ini.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang
ditunjuk oleh pemilik sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini harus dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani oleh Pemborong dan Konsultan
Pengawas serta dilampir surat izin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan Kerja.
h. Apabila diperlukan oleh Pemberi Tugas, Pemborong harus bersedia datang ke lokasi kegiatan
untuk mengatasi dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi. Petugas yang ditunjuk
oleh Pemborong harus sudah hadir paling lambat 3 jam setelah dihubungi oleh Pemberi
Tugas.

6. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi
a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Direksi.
b. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada pihak
Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga).
c. Perubahan material dan lain-lainnya harus diajukan oleh Pemborong kepada Konsultan
Pengawas secara tertulis. Dan pekerjaan tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas secara tertulis.

7. Izin-Izin
Pengurusan izin-izin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong.

8. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi ini serta mengembalikan seperti kondisi semula, menjadi lingkup kerja instalasi ini.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 53


Spesifikasi Teknis

b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan


dari pihak Konsultan Pengawas secara tertulis.

C. RUANG LINGKUP PEKERJAAN ELEKTRIKAL


Kontraktor melakukan pekerjaan instalasi listrik ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis besar scope pekerjaan instalasi
listrik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan dan pemasangan sambungan baru TR PLN.
2. Pengadaan dan pemasangan panel-panel elektrikal tegangan rendah.
3. Pengadaan dan pemasangan kabel toevoer dari KWH meter ke MDP (Main Distribution Panel)
bangunan, dari MDP ke Panel Penerangan Indoor dan Outdoor (Lighting Panel) maupun Panel AC,
serta sparing-sparing saluran kabel sampai ±2 m di luar power house.
4. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak bangunan.
5. Pengadaan dan pemasangan sistem telepon.
6. Pengadaan dan pemasangan sistem komunikasi data LAN.
7. Pengadaan dan pemasangan sistem Fire Alarm.
8. Pengadaan dan pemasangan penyalur petir sistem early streamers.
9. Mengurus izin-izin pekerjaan elektrikal sampai selesai hingga instalasi ini dapat berfungsi dengan
baik.

1. Kabel Daya Tegangan Rendah


1.1. Umum
Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam ukuran dan tipe yang
sesuai dengan gambar rencana (NYY, NYFGbY) kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai
dengan standar SII atau SPLN.

1.1.1. Instalasi dan Pemasangan Kabel


Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/kawat harus baru dan harus jelas
ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kawat dengan penampang 6 mm2 ke atas haruslah terbuat secara
dipilin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang
lebih kecil 2,5 mm² kecuali untuk pemakaian kabel kendali/kontrol.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari tipe:
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYY dengan conduit Hight Impact
uPVC.
b. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan
kabel jenis NYY.
c. Kabel yang digunakan harus setara dengan merek Kabelindo, Kabel
metal, Tanka dan Supreme.
Semua kabel NYY yang ditanam di dalam perkerasan (tembok, beton, dan
lain-lain) harus berada di dalam conduit Galvanis yang diameter dalamnya
minimal 1,3 dari diameter luar kabel.

1.1.2. "Splice"/Pencabangan
a. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan-sambungan
baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada outlet atau
kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
b. Sambungan pada kabel sirkuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara elektrik, dengan cara-cara "Solderless Connector".
Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
c. Dalam membuat "Splice" konektor harus dihubungkan pada
konduktor-konduktor dengan baik, sehingga semua konduktor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
d. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan konektor yang terbuat dari

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 54


Spesifikasi Teknis

tembaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,


yang diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.

1.1.3. Bahan Isolasi


Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC,
asbes, tape sintetis, resin, splice case, composition dan lain-lain harus dari
tipe yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan
lain-lainnya harus dipasang memakai cara yang disetujui atau sesuai saran
teknis dari pabrik pembuat.

1.1.4. Penyambungan Kabel


a. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan
lain-lain).
b. Pemborong harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.
c. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau
nama-namanya masing-masing dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
d. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang
sesuai.
e. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/porselen yang khusus untuk listrik.
f. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
g. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal
temperatur-temperatur pengecoran dan semua lubang-lubang udara
harus dibuka selama pengecoran.
h. Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, maka harus
dilindungi dengan pipa baja dengan tebal minimal 2,5 mm.

1.1.5. Pemasangan Kabel dalam Tanah


a. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
b. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan bata
merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
c. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilindungi
dengan pipa galvanized dengan diameter minimum 2 kali.
d. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC tipe AW,
kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan
lain-lain.
e. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus
bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti batu,
abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang)
dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel diletakkan, di
atasnya diberi bata dan akhirnya ditutup dengan tanah urug.
f. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan.
g. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan penandaan yang
jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan di
dalam pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan
akibat tergali/tercangkul.

1.2. Pengujian dan Testing


1.2.1. Factory Test
a. Pengetesan Individual
Pengetesan ini dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut:
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 55
Spesifikasi Teknis

 Pengetesan ukuran tahanan hantaran


 Pengetesan dielektrik
 Pengukuran loss factor
 Continuity

b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sampel dari kabel yang akan dipakai.
Pengetesan tersebut terdiri dari tes sebagai berikut:
 Tes tegangan impuls
 Mekanikal tes
 Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperatur
 Pengetesan dielektrik
 Pengetesan perambatan (Creep Test)

1.2.2. Site Test


Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan
pengetesan dielektrik/insulation test.

2. Kabel Penerangan dan Conduit


a. Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat dipergunakan adalah tipe NYM,
penampang kabel minimum yang dapat dipakai adalah 2,5 mm², 3 core (NYM 3 × 2,5 mm²).
Kabel-kabel ini harus dipasang di dalam pipa conduit 20 mm, atau disesuaikan dengan kabel
yang dipakai.
b. Untuk penerangan outdoor, kabel yang dipergunakan adalah tipe NYY, penampang kabel
minimum yang dapat dipakai adalah 2,5 mm², 3 core (NYY 3 × 2,5 mm²). Kabel-kabel ini harus
dipasang di dalam pipa conduit dengan ukuran menyesuaikan dengan kabel yang dipakai.
c. Kabel-kabel yang turun dari plafon ke stop kontak dan saklar melalui dinding dapat memakai
pipa conduit PVC. Diameter pipa yang dipergunakan disesuaikan dengan kabel yang dipakai.
d. Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (dura doos, tee doos)
dari PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali dengan
mudah, dengan memakai sekrup. Sedang untuk penyambungan di dalam beton harus
memakai terminal box metal.
e. Pemasangan pipa kabel-kabel di atas plafon harus disusun rapi dan harus diklem/diikat
dengan kawat pada rak-rak kabel (trunking) dan pada prinsipnya kabel-kabel tidak
diperkenankan langsung diklem pada konstruksi bangunan.
f. Kabel-kabel yang terpasang di dalam dag beton kolom beton, dinding beton harus
menggunakan pipa PVC.
g. Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak di dalam doos harus memakai las dop
yang terbuat dari bakelit berwarna (buatan Legrand, 3M atau equivalent yang dapat disetujui
oleh Direksi). Las dop dari bahan porselen tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
h. Saluran cadangan (stop kontak dan penerangan) harus dipasang sampai di atas plafon,
dilengkapi kotak sambung.
i. Semua instalasi pengkabelan harus dipasang di dalam conduit, baik yang dipasang rak kabel
(trunking) maupun yang menuju ke titik-titik lampu dan stop kontak.

3. Stop Kontak dan Saklar


a. Stop kontak 1 phase yang dipakai untuk panggung dan stage adalah yang dipasang rata (flush
Mounting) 250 V, 10 A.
b. Stop kontak area panggung dan stage dipasang 20 cm di atas lantai.
c. Stop kontak harus mempunyai terminal phase, netral dan grounding.
d. Saklar dinding yang dipakai adalah Flush mounting, rating 250 V, 10 Ampere, single gang,
double gangs, atau multi gangs (grid switch), dipasang 150 cm di atas lantai.
e. Stop Kontak dan saklar diruang basah/lembap harus jenis WD (Water Dich).
f. Kotak sambung (Junction Box) untuk saklar dan stop kontak harus dari bahan metal yang
mempunyai Terminal Grounding, dipasang pada kedalaman tidak kurang dari 3,5 cm sehingga
diperoleh pemasangan saklar atau stop kontak yang rapi. Junction Box harus mempunyai
Terminal Grounding.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 56


Spesifikasi Teknis

4. Lampu dan Armature


a. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksud dalam gambar rencana.
b. Semua lampu fluorescence dan lampu gas discharge harus di kompensasi dengan power factor
correction kapasitor, sehingga faktor daya tidak kurang dari 0,85.
c. Ballast lampu harus dari jenis lost lass ballast dan harus digunakan satu ballast untuk satu
lampu.
d. Ballast lampu, kapasitor dan tabung dengan merek Phillips atau yang setara, dengan
persetujuan perencana.
e. Tipe dan deskripsi lampu penerangan:
 Fixture lampu TL 1 × 36 watt, armatur Inbouw Metal Louvre ALML, sesuai yang
disebutkan di gambar, lampu setara Philips, armatur setara Artolite.
 Fixture CFL Tornado 23 watt, armatur down light RD-150, sesuai yang disebutkan di
gambar, lampu setara Philips dan armatur setara Artolite
 Fixture lampu TL-E 22 Watt armature armatur Baret Square, sesuai yang disebutkan di
gambar, lampu setara Philips, armatur setara Artolite
 Fixture lampu SON 150 Watt, armatur lampu jalan RL ARTO C, 1 cabang dan 2 cabang,
termasuk tiang dan fondasi, sesuai yang disebutkan di gambar, lampu setara Philips,
armatur setara Artolite

5. Persyaratan Bahan/Material
a. Semua material yang disuplai dan dipasang oleh Pemborong harus baru dan cocok untuk
dipasang di daerah tropis.
b. Material harus dari produk dengan kualitas baik dari produksi baru.

6. Daftar Material
Untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib mengisi daftar material yang
menyebutkan merek, tipe dan kelas. Juga dilengkapi dengan brosur/katalog yang dilampirkan pada
waktu tender.

7. Penyebutan Merek/Produk Pabrik


a. Apabila pada Spesifikasi Teknis atau pada gambar rencana disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu dari material/komponen tertentu, maka pemborong wajib
melaksanakan/menawar material yang dalam taraf mutu yang disebutkan.
b. Apabila nanti selama Kegiatan berjalan terjadi tidak dapat diadakan material yang
disebutkan dalam tabel material, karena disebabkan oleh sesuatu alasan kuat dan dapat
diterima pemilik, Konsultan Pengawas dan perencana, maka dapat dipikirkan penggantinya
merek/tipe dengan suatu sanksi tertentu kepada pemborong.

8. Daftar Merek/Produk Material


a. Kabel TR : Supreme, Kabelindo, Kabel Metal
b. Panel TR : Lokal
c. Komponen Panel : Siemens, MG, GAE, AEG.
d. Peralatan Meter : H & B, Telemecanique.
e. Komponen Lampu :
 Tube : Phillips, Osram
 Capasitor : Phillips, Notocon, May&Christie
 Fitting : Phillips, B&J
 Starter : Phillips
 Stop Kontak/Saklar : Broco, Clipsal
 Conduit Instalasi : MK, EGA, Clipsal
 Armatur lampu : Phillips, Artolite, Artoria, setara

9. Grounding
a. Semua panel, ligthting fixtures, stop kontak, cable trunking, cable ladder dan bagian-bagian
metal lainnya yang berhubungan dengan instalasi listrik harus di-grounding.
b. Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = Bare Copper Conductor) atau
kawat yang terisolasi yang diberi warna kuning strip hijau.
c. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama dengan
penampang kabel masuk (incoming feeder).

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 57


Spesifikasi Teknis

d. Nilai tahanan grounding sistem untuk panel-panel harus lebih kecil dari 2 (dua) Ohm, diukur
setelah tidak hujan selama 2 hari.
e. Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis yang ujungnya dipasang
copper rod sepanjang 0,5 m.
f. Elektrode pentanahan yang dipantek dalam tanah minimal sedalam 12 meter atau sampai
mencapai permukaan air.
g. Semua sambungan pada sistem grounding harus menggunakan baut dengan bahan campuran
tembaga.
h. Pembumian peralatan elektronik dilakukan secara terpisah, dengan menyambungkan
terminal pembumian khusus arus lemah.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 58


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN PENDAHULUAN DALAM INSTALASI

A. UMUM
Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini yang
dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul
tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.

B. PERATURAN DAN ACUAN


Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan Daerah maupun
Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang
terkait. Pelaksana Pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun
internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai,
tetapi tidak terbatas, antara lain seperti di bawah ini:

1. Listrik Arus Kuat (L.A.K)


 SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
 SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
 SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.
 SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
 SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah dan
Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
 SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Bangunan.
 SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat.

2. Listrik Arus Lemah (L.A.L)


 SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.
 KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
 UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentang Telekomunikasi
Indonesia.
 Wolsey, Planning for TV Distribution System
 Wisi, CATV System Refference
 Sony, CATV Equipment
 National, Cable Master Antenna System
 AVE, VOE, PI, UIL

3. Plumbing
 Peraturan Daerah (PERDA) setempat
 Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
 Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang & Morimura.
 Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
 SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing

4. Pemadam Kebakaran
 SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang.
 SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik.
 Perda Pemda setempat
 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
 Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
 Literatur dan/atau Referensi
National Fire Codes : -NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher -NFPA-13, Standard
for The Installation Sprinkler Systems -NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 59


Spesifikasi Teknis

Hose Systems -NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps -Mc. Guiness,
Stein & Reynolds -Mechanical & Electrical for Buildings

5. Tata Udara Gedung (T.U.G)


 SNI-03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara
 SNI-03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara
pada Bangunan Gedung
 SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap pada Bagunan Gedung
 SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL, Atrium dan Ruangan
Bervolume Besar
 ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation for Acceptable IAQ
 CARRIER, Hand Book of Air Conditioning System Design
 ASHRAE HVAC Design Manual for Hospital and Clinics
 ASHRAE Handbook Series

6. Transportasi Dalam Gedung (T.D.G)


 SNI-03-2190-1999 Kostruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi
 SNI-03-6248-2000 Konstrusi Eskalator
 Peraturan Depnaker tentang Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
 Strakosch, Vertical Transfortation
 Gina Barney, Elevator Traffic
 Luonir Janovsky, Elevator Mechanical Design

C. GAMBAR-GAMBAR
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk
instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian serta
pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar kerja dan detail, “Shop
Drawing” kepada Konsultan Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebanyak
3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pelaksana Pekerjaan dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut
tidak berarti membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari
tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.
5. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-built Drawings”
disertai dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari
atas 1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan dijilid serta dilengkapi
dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain
dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh
instalasi mekanikal dan elektrikal yang ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan,
gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga jelas.
6. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan
daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

D. KOORDINASI
Pelaksana Pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pelaksana Pekerjaan lainnya, agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
1. Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi lain.
2. Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan Pengawas,
sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan ini.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 60


Spesifikasi Teknis

E. RAPAT KOORDINASI LAPANGAN


Wakil Pelaksana Pekerjaan harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur oleh
Konsultan Pengawas. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi lapangan serta bisa
memberi keputusan terhadap sebagian masalah.

F. PERALATAN DAN MATERIAL


Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai dengan
spesifikasi yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan produk yang masih
beredar dan diproduksi secara teratur.

G. PERSETUJUAN PERALATAN DAN MATERIAL


1. Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum
memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana Pekerjaan diharuskan
menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4
(empat) yang di dalamnya tercantum nama-nama dan alamat manufacture, catalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana
antara lain : - Manufacturer Data
Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup detail
sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
 Performance Data Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva
yang meliputi informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan¬peralatan lain yang ada
kaitannya dengan unit tersebut.
 Quality Assurance Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap
kualitas dari unit berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang
di beberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.
2. Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas dasar atau
sesuai dengan ketentuan di atas.

H. CONTOH PERALATAN DAN MATERIAL


1. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan dipasang kepada Konsultan
Pengawas paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar material disetujui. Semua biaya yang
berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan
Pelaksana Pekerjaan.
2. Konsultan Pengawas tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan dipakai dan semua biaya
yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh/dokumen ini.

I. PERALATAN DAN BAHAN SEJENIS


Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus diproduksi pabrik (bermerk),
sehingga memberikan kemungkinan saling dapat dipertukarkan.

J. PENGANTIAN PERALATAN DAN MATERIAL


1. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi spesifikasi, walaupun
dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan dan bahan belum memenuhi spesifikasi,
tetapi tetap harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan
pelaksana pekerjaan.
2. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal yang tidak bisa
dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus dari jenis setaraf atau lebih baik
(equal or better) yang disetujui.
3. Bila Konsultan Pengawas membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau lebih baik, maka
biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 61


Spesifikasi Teknis

K. PENGUJIAN DAN PENERIMAAN


1. Khusus peralatan utama, harus dites dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan Perencana di pabrik
masing-masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang bersangkutan dan disetujui untuk dikirim
ke lapangan.
2. Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan telah memenuhi
ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pengujian secara
keseluruhan dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan memenuhi
fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Pengawas.

L. PERLINDUNGAN PEMILIK
Perlindungan pemilik atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Pelaksana Pekerjaan,
Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

M. IZIN-IZIN
Pengurusan izin-izin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

1. Pelaksanaan Pemasangan
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus
menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga)
untuk disetujui. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya,
jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris
yang dipakai. Konsultan Pengawas berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti
ketentuan tersebut di atas.
b. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/kapasitas
peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguan-keraguan, Pelaksana
Pekerjaan harus segera menghubungi Konsultan Pengawas untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak
dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas, apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Untuk itu pemilihan peralatan dan material
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas atas rekomendasi Konsultan
Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam menentukan
performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Pelaksana Pekerjaan sesuai actual dari
peralatan yang dipilih maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu
Pelaksana Pekerjaan wajib menghitung kembali performanya dari peralatan tersebut dan
memintakan persetujuan kepada Konsultan Pengawas.

2. Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi
a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas.
b. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada
kepada Konsultan Pengawas sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan dikirim oleh Konsultan
Pengawas kepada Konsultan Perencana.
c. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah/kurang/perubahan
yang ada harus disetujui oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas secara tertulis.

3. Sleeves dan inserts


Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus dipasang oleh
Pelaksana Pekerjaan. Semua inserts beton yang diperlukan untuk memasang peralatan, termasuk
inserts untuk penggantung (hangers) dan penyangga lainnya harus dipasang oleh Pelaksana
Pekerjaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 62


Spesifikasi Teknis

4. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan Pelaksana
Pekerjaan instalasi ini.
b. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan
dari pihak Konsultan Pengawas secara tertulis.

5. Pengecatan
Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau pemasangan
harus segera ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti
baru kembali.

N. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


1. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
ahli dan berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari
Pelaksana Pekerjaan dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan
Pengawas.
2. Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan/dikehendaki oleh Konsultan Pengawas.

O. PENGAWASAN
1. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan
Pengawas.
2. Konsultan Pengawas harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan,
bahan dan peralatan. Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Pengawas
adalah tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
4. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian di luar jam-jam kerja (08.00 sampai dengan
17.00), dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban
Pelaksana Pekerjaan yang perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan
untuk mengadakan pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada Konsultan
Pengawas.
5. Di tempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas-petugas pengawas yang bertugas
setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Pelaksana Pekerjaan, agar pekerjaan dapat dilaksanakan
atau dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan cara-cara
yang benar dan tepat serta cermat.

P. LAPORAN-LAPORAN
1. Laporan Harian dan Mingguan
1.1. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan
gambaran mengenai:
a. Kegiatan fisik
b. Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis.
c. Jumlah material masuk/ditolak.
d. Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
e. Keadaan cuaca
f. Pekerjaan tambah/kurang
g. Prestasi rencana dan yang terpasang
1.2. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani
oleh manajer proyek harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
diketahui/disetujui.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 63


Spesifikasi Teknis

2. Laporan Pengetesan
2.1. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
b. Hasil pengetesan mesin atau peralatan
c. Hasil pengetesan kabel
d. Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll.
2.2. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas.

Q. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS


1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan instalasi
ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
2. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan
instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Pengawas dan atau bila ada gangguan
dalam instalasi ini.

R. KANTOR PELAKSANA PEKERJAAN, LOS KERJA DAN GUDANG


1. Pelaksana Pekerjaan diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja di halaman tempat
pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan barang/bahan
serta peralatan kerja dan sebagai area/tempat kerja (peralatan pekerjaan kasar), di mana
pelaksanaan tugas instalasi berlangsung.
2. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu mendapatkan
izin dari pemberi tugas/Konsultan Pengawas.

3. Penjagaan
a. Pelaksana Pekerjaan wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama
berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di
tempat kerja (gudang lapangan)
b. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut di atas,
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

4. Air kerja
a. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus
disediakan oleh pihak Pelaksana Pekerjaan.
b. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (eksisting) harus dilengkapi dengan meter
air, dan berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.

5. Penerangan dan Sumber Daya/Listrik Kerja


a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang dianggap
perlu, harus diberi penerangan yang cukup.
b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga/daya kerja harus
diusahakan oleh Pelaksana Pekerjaan. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan eksisting,
harus dilengkapi dengan KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas terlebih
dahulu.

6. Kebersihan dan Ketertiban


a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat pekerjaan
dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Penimbunan/penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas
pada waktu pelaksanaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 64


Spesifikasi Teknis

S. KECELAKAAN DAN KOTAK PPPK


1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Pelaksana
Pekerjaan diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para
korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan departement yang
bersangkutan/berwenang (dalam hal ini Polisi dan Department Tenaga Kerja) dan mempertanggung
jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan
harus selalu ada di tempat pekerjaan.

T. TESTING DAN COMMISSIONING


1. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap
perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan commissioning dari
pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan termasuk daya listrik untuk testing.

U. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN


1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak saat
penyerahan pertama, bila Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas menentukan lain, maka yang
terakhir ini yang akan berlaku.
3. Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.
4. Selama masa pemeliharaan ini, untuk seluruh instalasi ini Pelaksana Pekerjaan diwajibkan
mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pelaksana Pekerjaan instalasi tidak melaksanakan teguran
dari Konsultan Pengawas atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka Konsultan
Pengawas berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain atas
biaya Pelaksana Pekerjaan instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Pelaksana Pekerjaan instalasi harus melatih petugas¬petugas yang
ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan dapat
melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan
dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan
Pengawas.
8. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar
detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar komponen
tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
9. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah:
a. Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan baik,
ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.
b. Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction, Technical
dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy
telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

V. GARANSI
Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan mengalami
kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik
pembuat bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut memenuhi
syarat-syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 65


Spesifikasi Teknis

W. TRAINING
Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menyelenggarakan semacam
pendidikan dan latihan serta petunjuk praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
tentang operasi dan perawatan lengkap dengan 3 copies buku Operating Maintenance, Repair Manual dan
As-built drawing, segala sesuatunya atas biaya Pelaksana Pekerjaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 66


Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN AKHIR DAN PENUTUP

A. PEMBERSIHAN AKHIR
1. Umum
Selama masa penanganan pelaksanaan pihak Kontraktor harus tetap memelihara pekerjaan
sedemikian rupa sehingga terbebas dari sisa bangunan, kotoran-kotoran dan sampah-sampah yang
dihasilkan sebagai akibat adanya kegiatan program. Pada saat selesainya pekerjaan, pihak
Kontraktor diharuskan menyingkirkan seluruh bahan sisa dan bahan kelebihan, sampah-sampah,
perlengkapan-perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin dari lapangan, seluruh bagian permukaan
hasil penanganan harus terlihat bersih dan program yang akan diserahkan harus sudah dalam
keadaan siap pakai dan diterima dengan memuaskan oleh Pengawas.

2. Pembersihan Selama Pelaksanaan


a. Pihak Kontraktor harus melakukan pembersihan rutin untuk menjamin daerah kerja, kantor
darurat dan hunian, tetap terbebas dari tumpukan-tumpukan bahan sisa sampah, dan
terbebas dari kotoran-kotoran lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan lapangan dan
harus tetap memelihara daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu.
b. Menjamin bahwa sistem drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas dari
bahan-bahan lepas dan tetap berfungsi setiap waktu.
c. Bila dianggap perlu, semprot bahan-bahan yang kering dan kotoran-kotoran lainnya dengan
air, sehingga dapat dicegah debu atau pasir yang tertiup angin.
d. Siapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-bahan sisa,
kotoran-kotoran dan sampah sebelum dibuang.
e. Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang telah ditentukan
dan sesuai dengan peraturan/perundangan yang berlaku secara nasional dan peraturan
pemerintah daerah setempat dan harus menaati undang-undang anti pencemaran.
f. Jangan menanam sampah-sampah atau bahan sisa di daerah kerja program tanpa persetujuan
Pengawas.

B. PENUTUP
1. Uraian pekerjaan yang belum termuat dalam ketentuan dan syarat-syarat ini tetapi di dalam
pelaksanaannya harus ada, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan setelah ada perintah
tertulis dari Pemimpin Proyek dan akan diperhitungkan dalam pekerjaan tambahan.
2. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang semula diestimasi oleh Konsultan Perencana perlu dikerjakan
dan sudah termuat dalam Daftar Rencana Anggaran Biaya, tetapi menurut pertimbangan Pemberi
Tugas yang dapat dipertanggungjawabkan tidak perlu lagi dilaksanakan, maka atas perintah tertulis
dari Pemberi Tugas pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan dan akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan kekurangan.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar, spesifikasi teknis, dan Rencana Anggaran Biaya, maka
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan harus diadakan rapat terlebih dahulu untuk mendapatkan
kepastian.
4. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan
dan diatur oleh Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik dan Kontraktor, bila
diperlukan akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana.
5. Selain persyaratan teknis yang tercantum di atas, Pemborong diwajibkan pula mengadakan
pengurusan-pengurusan antara lain:
6. Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemda setempat surat IMB ini harus sudah
diserahkan kepada Pemimpin Proyek sebelum Serah Terima Pertama Pekerjaan.
7. Surat Bukti Keer Listrik/pengetesan dari PLN, dan pengetesan lainnya yang diperlukan.
8. Sebelum Penyerahan Pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna, dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapi dan
semua barang yang tidak berguna disingkirkan dari proyek.
9. Pekerjaan pemberesan halaman ini harus dilaksanakan berdasarkan petunjuk dari Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan/Direksi Teknik.
10. Kepada pemborong wajib menyerahkan bahan atap sebanyak lebih kurang 50 keping/lembar/buah,
kepada proyek sebagai reserve/cadangan.
Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 67
Spesifikasi Teknis

11. Meskipun telah ada pengawas lapangan dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan gambar kerja dan bestek menjadi tanggung jawab pelaksana lapangan, untuk itu Pihak
Kontraktor pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
12. Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, akan
ditentukan kemudian pada rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dimuat dalam Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

Pembangunan Rumah Nelayan Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar | 68

Anda mungkin juga menyukai