Anda di halaman 1dari 10

REAKTUALISASI PANCASILA PADA GENERASI MILENIAL

Eva Ria Fransiska


Universitas Negeri Malang
evariafransiska@gmail.com

ABSTRAK
Teknologi adalah salah satu sarana penting di era modernisasi. Segala aspek dalam
kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi, termasuk dalam perkembangan
generasi-generasinya. Generasi milenial adalah generasi yang tidak dapat terlepas dari
gadget dan teknologi. Oleh karena itu sebagai generasi milenial, remaja dituntut aktif di
dunia media sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial merupakan media pertukaran
informasi dengan cepat dan murah, oleh karenanya media sosial menjadi pion penting sarana
informasi untuk generasi milenial. Pesatnya kemajuan teknologi media sosial memudahkan
masuknya berbagai macam pengaruh luar, termasuk sistem nilai dan gaya hidup yang
notabene seringkali bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Sedangkan derasnya informasi
yang masuk tidak berbanding lurus dengan tameng yang telah dibangun. Jika hal tersebut
dibiarkan, besar kemungkinan nilai-nilai Pancasila akan tergilas habis oleh segala macam
budaya global yang datang. Oleh karena itu, penting untuk melakukan reaktualisasi nilai-
nilai luhur Pancasila, utamanya untuk generasi milenial.
Kata Kunci: Reaktualisasi, Pancasila, generasi milenial

LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi,
termasuk dalam ranah sosial dan pendidikan. Teknologi adalah mencakup segala perangkat
yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Sebagai bangsa yang merdeka pada abad ke-20
ini, mengharuskan bangsa Indonesia ikut berlomba-lomba dalam membangun dan
melakukan proses peningkatan teknologi agar dapat menanggulangi tantangan-tantangan
pada masa ini1. Selain itu, kehadiran arus globalisasi dan upaya modernisasi negara-negara di
dunia juga menyebabkan perkembangan teknologi menjadi suatu tuntutan yang harus
dipenuhi oleh badan-badan penyedia perangkat teknologi. Salah satu teknologi yang paling
berperan dalam kehidupan manusia adalah internet.
Internet merupakan singkatan dari interconnection networking yaitu jaringan yang
menggabungkan beberapa komputer dan terhubung dalam sebuah internet protocol (IP),
mecakup secara luas keseluruh dunia2. Semenjak kemunculan internet pada tahun 1969 dan
kemudian mengalami kemajuan yang sangat pesat pada kisaran tahun 1993/1994, kehadiran
internet telah mampu membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Terutama dalam hal kebebasan untuk berkomunikasi dan menyebarkan berbagai informasi
kepada seluruh penjuru dunia, tanpa mengenal batas-batas wilayah geografis.
1
Lih. Mangunwijaya, Y.B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya, hal. 6
2
Lih. Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP, hal. 9
Banyaknya manfaat dan kemudahan yang ditawarkan oleh internet juga berbanding
lurus dengan dampak negatif yang dihasilkan. Secara garis besar dampak negatif penggunaan
internet adalah pertama semakin berkurangnya sifat sosial manusia, hal ini dikarenakan
mereka lebih suka berkomunikasi menggunakan media berbasis internet dari pada bertemu
dan bertukar sapa secara langsung. Kedua, pornografi dan tindak kejahatan lainnya marak
berseliweran pada beranda-beranda pada hampir setiap web internet dan tanpa filter gambar
maupun adegan. Tentu saja ini akan berdampak buruk terhadap perkembangan generasi
selanjutnya, dan jika hal ini dibiarkan terus menerus maka generasi-generasi muda
Indonesia, terutama generasi milenial yang mana mereka terlahir dan hidup pada jaman
teknologi tinggi ini, akan mengalami degradasi sosial dan moral.
Degradasi sosial dan moral yang berkepanjangan sedikit banyak dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, penting
untuk menanggulangi degradasi moral dan sosial yang ada. Salah satu cara yang dapat
digunakan guna menanggulangi masalah tersebut adalah dengan kembali kepada nilai-nilai
Pancasila. Maka dari itu, perlu untuk melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila khususnya
untuk generasi milenial dan kepada masyarakat Indonesia umumnya.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah yang akan di bahas meliputi:
1. Bagaimana kehidpan Pancasila hari ini?
2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?
3. Bagaimana reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial?

TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah yang telah diambil adalah yang pertama adalah untuk
mengetahui eksistensi dan kehidupan Pancasila pada masa kini. Tujuan yang kedua adalah
untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh generasi milenial, dan kemudian yang
terakhir adalah untuk mengetahui reaktualisasi Pancasila pada generasi milenial. (Tujuan
selalu menjawab rumusan masalah, jadi jumlah jabaran sama dengan jumlah rumusan
masalah).

ANALISIS
Eksistensi Pancasila hari ini
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan Sila
berarti dasar. Pancasila adalah lima dasar yang menopang Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengalaman Pancasila berasal dari nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang telah di ekstrak sedemikian rupa oleh orang-orang hebat pendiri
bangsa Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai jiwa dari bangsa
Indonesia.
“Pancasila lahir dari dua himpitan ideologi besar yang pada saat itu menguasai dunia.
Ibarat bayi yang baru lahir, Pancasila harus menghadapi dua raksasa yang sudah
memiliki segalanya: kekuasaa, senjata, modal, dan tentu saja pasukan. Akan tetapi
bayi Pancasila ini kemudian bertumbuh dan akhirnya menjadi semakin besar. Dan
mulai diperhitungkan dalam percaturan ideologi dunia.3”

Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dijadikan
pedoman oleh seluruh warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila telah terbukti kualitasnya di mata dunia
sampai dengan saat ini. Lalu, bagaimana kondisi Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa
pada era globalisasi ini?

Nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang
selalu membawa karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk
menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai
tubuh tanpa jiwa. Pancasila hanya dianggap sebagai simbol dan garnis saja. Pelengkap dan
pemanis, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini terlihat dari begitu pesat masuknya dampak-
dampak globalisasi yang masuk begitu saja ke Indonesia tanpa tedeng aling-aling dan filter.
Dampak globalisasi tentu bukan hanya mengenai dampak positif saja, dampak negatif dari
adanya arus tersebut juga berbanding lurus dengan dengan dampak positif yang ditawarkan.
Salah satu dampak dari masuknya arus globalisasi yang membawa konsep modernisasi
adalah kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia, dan merupakan
fenomena yang aktual bahwa globalisasi sesungguhnya membawa misi liberalisasi dengan
pesan-pesan visi dan misi Hak Asasi Manusia (HAM) serta demokrasi, kebebasan dan

3
Lih. Surono. 2014. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA 2015),
hal.1
keterbukaan.4

Globalisasi adalah tantangan bagi setiap negara pada abad ke-20 ini. Diantara basis
modernisasi dan globalisasi terbesar terletak pada aspek teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat bebas, menyeluruh dan dapat memutus
jarak antar belahan bumi satu dan lainnya tentunya dapat membawa beragam informasi dari
seluruh belahan dunia. Informasi mengenai budaya, bahasa dan tren kekinian pun dapat
diperoleh dengan mudah melalui situs-situs yang di sediakan oleh internet ataupun melalui
media komunikasi dan informasi lain. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan
akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing yang negatif juga semakin besar.

Seperti yang telah diketahui, bahwa tidak semua informasi yang didapatkan dari
dunia maya merupakan informasi yang baik dan mendidik, banyak juga di antara informasi-
informasi tersebut yang melenceng dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Contoh
kecil yang seringkali ditemui pada kehidupan sehari-hari adalah dari cara berpakaian banyak
remaja-remaja yang cenderung berdandan seperti artis-artis Barat. Dapat dikatakan bahwa
pakaian tersebut merupakan pakaian minim bahan serta memperlihatkan bagian tubuh yang
semestinya tidak patut untuk diperlihatkan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa gaya berbusana
tersebut tidak sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Jika pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan
mendapatkan banyak manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian.
Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan teknologi internet
tersebut untuk hal-hal yang tidak semestinya, contohnya adalah untuk membuka situs-
situs porno. Selain itu, internet juga seringkali dijadikan ajang pemecah belah bangsa dengan
cara menyebarkan berita-berita yang tidak bertanggung jawab ataupun menyebarkan ajaran-
ajaran radikal yang berpotensi menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
internet, kecanggihan teknologi komunikasi seperti handphone juga telah mengubah
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang individualistik dan memiliki rasa sosial yang
rendah, mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone dari pada bertatap
muka langsung dengan seseorang, karena menganggap hal tersebut adalah merepotkan.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut

4
Lih. Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, hal. 8
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati. Hal ini jelas
membuktikan bahwa nilai Pancasila sebagai tameng dan pandangan hidup bangsa sudah
mulai memudar.

Kerakteristik Generasi Milenial


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin) yang
berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain)5. Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana dalam setiap
kehidupannya mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu,
manusia membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan
makhluk yang terus berkembang mengikuti jaman. Pendeknya, kodrat manusia bukan
sesuatu yang kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan tidak “di-kapsul-kan”6. Generasi
yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Generasi milenial merupakan perwujudan dari generasi yang
tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi
milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000.
Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya hidup pada generasi mengalami
perubahan yang drastis dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi X.
Terutama sejak diperkenalkan dengan pemanfaatan teknologi. Kehidupan sosial pada
generasi ini sangat tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi yang ada, dalam
hal ini teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak dipergunakan adalah
teknologi berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini merupakan generasi dengan tingkat
penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi
milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi
karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses.
Berikut adalah karakteristik generasi milenial:
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui
internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone
mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya.
Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka sangat

5
Lih. KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
6
Lih. Leahy, Louis. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis Tentang Manusia), hal. 22
tergantung dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger)
2. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu berhubungan
dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam memperoleh
informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam memperoleh informasi
ataupun dalam melakukan apapun. Mereka dengan cepat bergerak dari satu aktifitas
ke aktifitas lainnya dan kadang mereka melakukannya secara bersamaan. Mereka
dengan cepat membalas email ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan
mungkin mereka lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan
(Oblinger & Oblinger).
3. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu chatting
dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging), berbagi
informasi dan bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam facebook, twitter
dan lain-lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman, perbedaan, dan mereka
nyaman berinteraksi dengan orang asing yang tidak dikenal sekalipun (Oblinger &
Oblinger).7 Generasi milenial adalah orang-orang yang paling sering, bahkan selalu
terhubung dengan media sosial. Kadang, apa yang dilakukan di media sosial hanya
menunjukan eksistensi keseharian mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isi
hati melalui media sosial.8
4. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik,
fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama jika
dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby boom pada saat usia yang sama.9
5. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung kesetaraan
hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga memiliki rasa
percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, pribadi liberal,
optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup.10
6. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang buruk,
sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau ponsel pintar.
Banyak yang menyebutnya sebagai generasi galau karena sering tidak betah di suatu
tempat atau menekuni suatu hal.11
Reaktualisasi Pancasila Pada Generasi Milenial
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan lebih
7
Lih. Wulandari, Dian. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net Generation, hal 2-5
8
Lih. http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-millennial-sebagai -anak-millennial-kamu-setuju-nggak-nih-1489737777
9
Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html
10
Lih. https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-150320a.html
11
Lih. https://tirto.id/memahami -generasi-galau-cY
untuk saat ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah dikarenakan kurangnya
perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila.
Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan
masyarakat Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang
sangat besar dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang ialah pembudayaan dan aktualisasi
nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan efektif dan mendasar.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa
Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari
luar maupun dari dalam negeri. Dengan demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini
peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa
Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat
Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial. Melakukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa Indonesia merupakan
suatu imperatif yuridis dan imperatif politis. Karena Pancasila adalah dasar filsafat negara
Indonesia dalam segi yuridis dan politis. Oleh karena itu, agar nilai-nilai Pancasila tidak
punah oleh arus globalisasi yang sangat dahsyat, maka reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
tidak dapat ditunda-tunda lagi.12
Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang
pertama adalah dengan melalui lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non formal
yang pada saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah pada taraf sekolah-sekolah formal
melalui internalisasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di semua jenjang
pendidikan dari mulai pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi.
“Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila
ditemukan baik secara struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural, negara
belum sepenuhnya memiliki instrumen yang memadai untuk mengenalkan Pancasila
pada level implementatif sejak dini. Memang Pancasila telah didesain sebagai
kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi tidak punya kekuatan
implementatif. Kurikulum Pancasila seharusnya tidak hanya didesain dengan sekadar
tatap muka di dalam kelas dan sedikit dialog, melainkan harus lebih implementatif
dalam kehidupan sehari-hari sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila akan lebih
mengena dan tepat sasaran, misalnya tentang bagaimana mengajarkan secara praktis
dan memberi contoh untuk menghargai perbedaan, toleransi, dan tidak korupsi.”13

Langkah kedua adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai


12
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan Ideologi Bangsa dan Negara
Indonesia, hal. 8
13
Lih. Sumardjoko, Bambang. 2017. (https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-pancasila-
pada-masa-kini-1496431646).
Pancasila secara langsung dalamn kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan juga lingkungan masyarakat.
Contohnya adalah aktualisasi melalui keteladanan para pemimpin baik pemimpin formal
(pejabat negara) maupun informal (tokoh masyarakat) dan juga oleh orang tua dan guru di
lingkungan pendidikan. Dengan keteladanan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, diharapkan
masyarakat luas akan mengikuti.
Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-kajian ilmiah guna
mengembangkan kontekstualisasi dan implementasi nilai-nilai pancasila, terutama pada
generasi milenial. Pengembangan kontekstualisasi dan implementasi Pancasila di dunia
pendidikan merupakan yang paling efektif, karena pendidikan tidak hanya mecetak manusia-
manusia yang cerdas, terampil, namun juga mencetak manusia yang diharapkan dapat
mempertahankan mempertahankan, mengembangkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila sebagai local wisdom bangsa Indonesia.
Dan lanngkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial. Cara
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang
berpotensi mengunggah ataupun menayangkan hal-hal yang berkaitan dengan pornografi,
pornoaksi, premanisme dan sejenisnya. Tentunya hal ini juga memerlukan dukungan dari
pihak keluarga, sekolah, pemerintahan dan juga masyarakat. Kemudian selanjutnya adalah
dengan memasukkan konten-konten mengenai Pancasila dan kebangsaan dalam setiap media
cetak maupun elektronik. Membumikan kembali nilai-nilai Pancasila melalui media sosial
sangat penting untuk dilakukan karena generasi milenial merupakan generasi yang sangat
dekat dengan teknologi, utamanya adalah media sosial.

KESIMPULAN
Seperti yang telah diketahui, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Sebagai suatu sistem nilai, Pancasila
telah terbukti kualitasnya di mata dunia sampai dengan saat ini. Namun pada kenyataannya
nilai-nilai Pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi yang selalu
membawa karakter individualistik. Pancasila tidak lagi mampu dijadikan sarana untuk
menahan dampak globalisasi yang hadir. Dalam ranah ini, Pancasila dapat diartikan sebagai
tubuh tanpa jiwa.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi
ini merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Oleh
karenanya, generasi ini merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet tertinggi
saat ini. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi
milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi
karena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Jika
pemanfaatan internet dilakukan secara tepat dan semestinya tentu akan mendapatkan banyak
manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan teknologi internet tersebut untuk hal-hal
yang tidak semestinya.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk
tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila
sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau
jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
pada generasi milenial. Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yang pertama adalah melalui internalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap bidang
pelajaran pada lembaga-lembaga pendidikan baik formal dan non formal. Langkah kedua
adalah dengan pemberian contoh-contoh aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara langsung
dalamn kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga adalah dengan melalui diskusi dan kajian-
kajian ilmiah. Dan langkah terakhir adalah reaktualisasi Pancasila melalui media sosial.

DAFTAR RUJUKAN
Kailan. 2006. Revitalisasi dan Reaktualisasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat dan Ideologi
Bangsa dan Negara Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajahmada.
KBBI edisi V (Aplikasi). 2016. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? (Sintesis Filosofis tentang Manusia). Yogyakarta:
Kanisius
Mangunwijaya, Y. B (Ed). 1983. Teknologi Dan Dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Notonagoro. 1980. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pantjuran Tudjuh.
Wiyono, Suko. 2012. Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Malang: Wisnuwardhana Malang Press
Utomo, Eko Priyo. 2008. Koneksi Internet Untuk PC, Laptop dan HP. Yogyakarta:
Mediakom.
Wulandari, Dian. 2011. Mengembangkan Perpustakaan Sejalan Dengan Kebutuhan Net
Generation (artikel). (https://www.repositiory.petra.ac.id>net_generation1, diakses
pada 05 Mei 2017).
Ardian, Bagas. 2015. Lunturnya Ideologi Pancasila di Kehidupan Generasi Muda. (Online).
(https://bagasardian.wordpress.com/2015/11/18/makalah-lunturnya-ideologi-
pancasila-di-kehidupan-generasi-muda/, diakses pada 20 Juli 2017).
Wibisono, Nuran. 2016. Memahami Generasi Galau. (Online). (https://tirto.id/memahami
-generasi-galau-cY, diakses tanggal 05 Juli 2017).
Rani, Rezita. 2017. Ciri-Ciri Generasi Millennial. Sebagai Anak Millennial, Kamu Setuju
Nggak Nih?. (Online). (http://trivia.id/post/ciri-ciri-generasi-millennial-sebagai
-anak-millennial-kamu-setuju-nggak-nih-1489737777, diakses pada 05 Mei 2017).
Sumardjoko, Bambang. 2017. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila pada Masa Kini. (Online).
(https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-pancasila-
pada-masa-kini-1496431646, diakses pada 19 Juli 2017).
Wahyuningsih, Agustin. 2015. Mengenal generasi millenial dan karakteristiknya. (Online).
(https://www.brilio.net/life/mengenal-generasi-millenial-dan-karakteristiknya-
150320a.html, diakses pada 20 Juli 2017).

Anda mungkin juga menyukai