Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu).
Persalinan bisa berjalan secara normal, namun tidak jarang mengalami hambatan dan harus
dilakukan operasi di karenakan mengacam keselamatan ibu dan bayinya (Salfariani, 2012).
Tindakan operasi/ section caesarea merupakan pilihan utama bagi para medis untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya. Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Ada beberapa indikasi dilakukan setio caesarea antara lain: gawat janin, diproporsi
sepalopelvik, persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapses tali pusat, letak lintang,
panggul sempit, dan preeklamsia (Jitowiyono, 2010). World Health Organization (WHO)
tahun 2016 menetapkan standar rata-rata section caesarea di sebuah Negara adalah 5-15 %
per 1000 kelahiran didunia dan angka persalinan dengan section caesarea sekitar 10%
sampai 15% dari semua proses persalinan. Di negara maju seperti Inggris angka kejadian
section ceaserea sebesar 20% (Shombing, 2017). Sedangkan di Indonesia menurut data
kemenkes RI (2016) angka kejadian section ceasera sebesar 15,3% yang berarti keadaan ini
diatas standar yang dikeluarkan WHO (Pusdatin, 2017).
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, tercatat angka kejadian section caesarea
di kota Bengkulu terutama di Rumah Sakit Harapan Doa Kota Bengkulu terdapat 137 pasien
pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 terjadi peningkatan sebanyak 77% pasien section
caesrea (jumlah pasien section caesrea 243 orang). Adapun indikasi dilakuan section caesrea
antara lain letak lintang, ibu dengan hipertensi, gawat janin dengan KPSW dan kala ll lama.
Pasien post section caesarea biasanya akan merasakan nyeri luka operasi setelah
beberapa jam pasca operasi sejalan dengan mulai pulihnya efek anestesi dari tubuh pasien.
Hal ini banyak dikeluhkan oleh pasien post section caesarea. Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2016).
Nyeri sangat menganggu dan menyulitkan banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri. Nyeri yang tidak atasi secara adekuat
mempunyai efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan karena dapat mempengaruhi
sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin dan imunologik. Strategi
penatalaksaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Semua
intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan
keberhasilan sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan (Smelzer,
2010).
Perawat sebagai tim kesehatan berperan penting untuk mengatasi nyeri pasien. Perawat
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan mengatasi nyeri,
mengevaluasi keefektifan obat dan berperan sebagai advocate pasien ketika intervensi untuk
mengatasi nyeri menjadi tidak efektif. Perawat melakukan pengkajian intesitas nyeri dan
distress, merencanakan perawatan, memberikan edukasi tentang nyeri, meningkatkan
pengunaan teknik non farmakologi dan mengevaluasi hasil yang dicapai (Syamsiah, 2015).
Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara non farmakologis adalah terapi relaksasi
Autogenik (Nurhayati, 2015).
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan
intesitas nyeri, teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri serta
dapat digunakan pada saat seseorang sehat maupun sakit. Teknik relaksasi Autogenik
merupakan salah satu teknik relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau
kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat tentram. Teknik autogenik dilakukan
dengan membayangkan diri sendiri berada dalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada
pengaturan nafas dan detak jantung (Farada, 2011).
Relaksasi autogenic akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui autosugesti
untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernapasan, tekanan darah, denyut jantung, serta
suhu tubuh. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang
mengalami vasodilatasi sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan
munculnya sensasi ringan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah
relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Ketegangan otot tubuh yang menurun
melancarkan peredaran darah serta dapat mendistaksi nyeri yang dirasakan. Menurut
penelitian, Syamsiah 2015. Penelitian ini terkait dengan pengaruh terapi relaksasi autogenic
terhadap penurunan tingkat nyeri akut pada pasien abdominal pain dan section caesarea.
Penyembuhan luka operasi section casearea non farmakologi dapat dilakukan dengan
terapi autogenic khususnya untuk mengatasi nyeri setelah operasi section caeserea. Perawat
berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis yakni melatih teknik
Autogenik yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan (Smeltzer, 2010).
Peran perawat mengatasi nyeri pada pasien post operasi section caesarea adalah
dengan memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan kepada klien berdasakan hasil
pengakajian sampai dengan evaluasi. Perawat juga mempunyai peran sebagai edukator
seabagai pendidik, advokad klien, kolabolator konsultan dan penelitian/pembaharu
(Mubarak,2009). Dalam keberhasilan melaksanakan peranya perawat dapat membantu
pasien section caesarea mandiri setelah diberikan edukasi terapi teknik autogenik dan
diberikan asuhan keperawatan.
Tujuan relaksasi tehnik Autogenik yaitu agar individu dapat mengontrol diri ketika
terjadi rasa ketegangan dan stress yang membuat individu merasa dalam kondisi yang
tidak nyaman menjadi nyaman, terapi ini dilakukan setelah ≥6jam karena pada post operasi
SC anastesi nya sudah mulai hliang. Hasil penelitian Widiattie (2015) Teknik relaksasi
autogenic merupakan salah satu teknik relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa
kata-kata atau kalimat pendek atau pun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram.
Relaksasi autogenic dilakukan dengan membayangkan diri sendiri berada dalam keadaan
damai dan tenang, berfokus pada pengaturan nafas dalam dan detakan jantung (Farada,
2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.“
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Pada Pasien Post Section
cesearea.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Pada Pasien
Post Section cesearea.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian pada pasien post operasi section caesarea.
b. Merumuskan Diagnosa keperawatan pada pasien post operasi section caesarea.
c. Menyusun Intervensi keperawatan pada pasien post operasi section caesarea.
d. Melakukan Tindakan keperawatan/implementasi pada pasien post operasi section
caesarea.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien nyeri post operasi section caesarea
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian dalam
melakukan perawatan dan penanganan luka post section caesarea dengan intervensi
penurunan nyeri terapi tehnik autogenic.
2. Bagi tempat penelitian
Sebagai upaya untuk meningkatkan , menambah wawasan dan inovasi perawat dalam
mengatasi nyeri sehingga perawat tidak hanya terfokus mengadalkan terapi farmakologis
sebagai solusi penurunan rasa nyeri, namun meningkatkan peran perawat dengan teknik
relaksasi Autogenik.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Memperluas serta membudayakan ilmu keperawatan dalam pemberian teknik relaksasi
autogenic dengan masalah nyeri akut pada pasien post operasi section caesarea.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Sectio caesarea


1. Defenisi section caesarea
Section caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan
>28 minggu (Manuaba,2012). Section caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi
melalui insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode
yang paling umum untuk melahirkan bayi , tetapi masih merupakan prosedur operasi
besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadarn kecuali dalam keadaan darurat
(Hartono,2014).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan section
caesarea atau partus section caesarea adalah persalinan yang dilakukan dengan cara
melakukan insisi pada dinding perut dan dinding Rahim.
2. Indikasi
Manuaba (2008) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
(a) Letak kepala tengadah : Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
(b) Presentasi muka : Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5
%.
(c) Presentasi dahi : Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
(d) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki.
3. WOC ( way of Cause )

Indikasi ibu : Indikasi janin :


a. Makrosomia
a. CPD
b. Letak sungsang atau
b. Karsinoma serviks letak lintang
c. Tumor Uterusi c. Presentasi bokong
d. Kelainan tali pusat
d. Inersia Uteri
e. Bayi kembar

Indikasi kedaruratan :
a. Ruptur uteri
b. KPD

Section caesarea Luka post operasi

Jaringan terbuka
Jaringan terputus

Prokteksi kurang
Merangsang area
sensorik
Invasi bakteri

Transmisi dan sistem


saraf perifer MK lll: resiko
infeksi

Ganguan rasa nyaman


MK l: Nyeri akut

MK ll: Gangguan
mobilitas fisik

Bagan 2.1 Web Of Cause

Sumber : Nurarif Kusuma (2015)


Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC)
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi. (Manuaba,
2008)
4. Komplikasi
1) Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri
3) Komplikasi - komplikasi lain seperti :
a) Luka kandung kemih
b) Embolisme paru – paru
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
5. Penatalaksanaan
Menurut Manuaba(2008), penatalaksaan pasien post sc anatara lain:
a. Pemberian cairan : Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet : Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderitaflatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
c. Mobilisasi : Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, Miring kanan dan kiri
dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi : Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24-48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
c) Obat-obatan lain
f. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin : Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Terapi teknik autogenic
Yaitu Teknik relaksasi autogenic merupakan salah satu teknik relaksasi yang
bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun pikiran
yang bisa membuat pikiran tentram. Relaksasi autogenic dilakukan dengan
membayangkan diri sendiri berada dalam keadaan damai dan tenang, berfokus
pada pengaturan nafas dan detakan jantung (Farada, 2011).
Teknik ini cocok untuk mengatasi nyeri pada pasien post operasi teutama post
operasi sectio caesarea.
i. Prosedur tindakan terapi Autogenik
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-
kata/ kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram.
a) Tujuan
Memberikan perasaan nyaman, Mengurangi stress, khususnya stress ringan/
sedang, Memberikan ketenangan, Mengurangi ketegangan.
b) Kebijakan
Terapi ini merupakan salah satu cara untuk membantu klien yang sedang
mengalami ketegangan atau stress fisik dan psikologis yang bersifat ringan atau
sedang, dengan menekankan pada latihan mengatur pikiran, posisi yang rileks
dan mengatur pola pernafasan.
c) Prosedur tindakan
Pasien/ klienBeritahu klien, Atur posisi dalam posisi duduk atau berbaring
d) Alat
Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan, Bila diinginkan, dapat dilakukan sambil
mendengarkan musik ringan.
e) Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar pasien/ klien mudah
berkonsentrasi.
f) Pelaksanaan
Setelah ≥ 6jam pasien post section caesarea baru lakukan terapi autogenic yaitu
Pilihkah satu kata/ kalimat yang dapat membuat kita tenang misalnya
“Astaghfirullah”. Jadikan kata-kata/ kalimat tersebut sebagai “mantra” untuk
mencapai kondisi rileks.
g) Atur posisi klien senyaman mungkin, tutup mata secara perlahan-lahan,
Instruksikan klien untuk melemaskan seluru anggota tubuh dari kepala, bahu,
punggung, tangan sampai kaki secara perlahan-lahan.
h) Instruksikan klien untuk menarik nafas secara perlahan : Tarik nafas melalui
hidung dan buang nafas melalui mulut, Pada saat menghembuskan nafas melalui
mulut, ucapkan dalam hati “mantra” tersebut, Lakukan berulang selama kurang
lebih 10 menit, bila tiba-tiba pikiran melayang, upayakan untuk memfokuskan
kembali pada kata-kata “mantra” tadi.
i) Bila dirasakan sudah nyaman atau rileks, tetap duduk tenang dengan mata masih
tertutup untuk beberapa saat.
j) Langkah terakhir, buka mata secara perlahan-lahan sambil rasakan kondisi rileks.
k) Perhatian :
Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi penuh terhadap kata-
kata “mantra” yang dapat membuat rileks, Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali
agar mendapatkan hasil yang optimal.
l) Indikator capaian
Respon verbal : Klien mengatakan rileks, Klien mengatakan ketegangan
berkurang, Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
Respon non verbal : Klien tampak tenang, Ekspresi wajah klien tidak tampak
tegang, Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali, Tanda-tanda vital :
tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
B. Konsep Masalah Keperawatan
2. Nyeri Akut
a. Definisi nyeri
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional , dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlansung kurang dari 3 bulan kedepan.
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis, imflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pencedra fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
d. Kondisi klinis terkait
Kondisi pembedahan, Cedera traumatis, Infeksi, Sindrom koroner akut, Glaukoma
3. Ganguan mobilitas fisik
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
b. Penyebab
1) Kerusakan intergritas struktus tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidak bugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan massa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan muskuloskeletal
12) Gangguan neuromuskular
13) Indeks masa tubuh diatas pesentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keenganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensori persepsi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak
Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoodinasi, gerakan terbatasan, fisik lemah
kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
d. Kondisi klinis terkait
Stroke, Cedera medulla spinalis, Trauma, Fraktur, Osteoarthritis, Ostemalasia,
Keganasan
4. Resiko infeksi
a. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
b. Faktor resiko
1) Penyakit kronis (mis,diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasive
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer
a. Ganguan peristaltic
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekresi PH
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder :
(a) Penurunan hemoglobin
(b) Imununosupresi
(c) Leukopenia
(d) Supresi respon inflamasi
(e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
AIDS, Luka bakar, Penyakit paru obstuktif kronis, Diabetes mellitus, Tindakan
invasive, Kondisi pengguanaan terapi steroid, Penyalagunaan obat, Ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW),Kanker, Gagal ginjal, Imunosupresi, Leukositopenia ,
Ganguan fungsi hati
C. Konsep asuhan keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan
keperawatan dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biopsikososial dan spiritual
yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi, diagnosa keperawatan, penentuan
rencana keperawatan, implementasi tindakan keperawatan serta evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan. Aktivitas keperawatan
dimulai setelah pasien berhubungan dengan sistem pelayanan kesehatan dan
seterusnya pasien memperoleh pelayanan. Pengkajian merupakan sistem untuk
mengumpulkan data dan mengalisanya. Secara garis besar dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu data objektif dan data subjektif (Manurung, 2011).
a. Pengkajian anamnesa
Tabel 2.1 anamnesis
Anamnesa Gambaran anamnesa
a. Identitas Nama inisial, usia, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, alamat, no rm, diagnosa masuk, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Riwayat kehamilan 1) Riwayat kehamilan yang lalu
.
2) Riwayat kehamilan saat ini
Usia kehamilan biasanya 37 bulan atau lebih,
biasanya letak bayi sungsang dan plesenta previar.
3) Riwayat persalian saat ini
Pasien mejalani pesalinan section caersarea
4) Riwayat Ginekologi
Biasanya pasien memiliki komplikasi pesalinan
(plasenta previar, sunsang)
5) Data umum kesehatan saat ini
(a) Keluhan saat ini: pasien mengeluh nyeri
(b) Status obsterik
(c) Keadaan umum
(d) Kesadaran
(e) BB: biasanya BB dalam rentang atau bias
meningkat selama kehamilan
(f) TB:tidak ada penambahan tinggi badan

b. Pemeriksaan Fisik
Table 2.2 pemeriksaan Fisik
Observasi Hasil Pemeriksaan
a. Keadaan umum Pada kasus ibu post partum dengan penyembuhan luka
operasi post section caesarea keadaan umum lemah.
b. Kesadaran Pada kasus ibu post partum dengan penyembuhan luka
operasi post section caesarea kesadaran compos mentis.
c. Tanda-tanda vital 1. TD : tekanan darah normal yaitu 120/80mmHg dan
tidak banyak meningkat
2. N : denyut nadi meningkat
3. P : pernapasan kadang neratur kadang tidak teratur
normal pernapasan yaitu frekuensi pernapasan 16-
20x/menit
4. S: suhu tubuh batas normal adalah 35,60C-37,60C
d. Pemeriksaan kepala 1. Muka : Pada kasus ibu post partum dengan
penyembuhan luka operasi post section caesarea
muka Nampak pucat
2. Mata : kongjutiva an anemis, sclera an ikterik terdapat
kantung mata.
3. Hidung: Pada kasus ibu post partum dengan
penyembuhan luka operasi post section caesarea
pernapasan normal
4. Telinga: pemeriksaan telinga dilakukan untuk
mengetahui adanya gannguan pendengan atau tidak
ada kelainan atau tidak
5. Mulut : untuk mengetahui ada kelainan atau tidak di
bagian mulut.
e. Leher Secara teori pemeriksaan pada leher dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tyroid ,
kelenjar limfe dan vena jugolaris.
f. Pemeriksaan dada Pemeriksaan dada dilakukan untuk mengetahui bentuk
payudara simetris atau tidak, putting susu menonjol atau
masuk kedalam , ada kolostrum atau belum, alreola
hiperpigmentasi atau tidak, ada benjolan patologis,atau
tidak, ada bekas operasi atau tidak.
g. Pemerikasaan abdomen Inspeksi
Pada kasus ibu post partum dengan penyembuhan luka
operasi section caesarea pembesaran perut sesuai
dengan lamanya nifas atau tidak, bentuk perut, linea
alba atau nigra, striae albican atau lividae dan bekas
operasi dengan panjang insisi±10-15cm
Palpasi
1. TFU(Tinggi Fundus Uteri)
2. Untuk mengetahui TFU, pembesaran sesuai
dengan hari.
Auskultasi
Merupakan cara pemeriksaan dengan medengarkan
bising bunyi usus
h. Pemeriksaan ekstremitas Seacara teori pemeriksaaan ekstrimitas atas dan bawah
dilakukan untuk mengetahui ada kelainan atau tidak, ada
oedema atau tidak, ada varises atau tidak serta ada reflex
patella atau tidak.
i. Pemeriksaan genetalia 1. Vulva Vagina
Pemeriksaan pada vulva vagina terdapat
pengeluaran pervaginam meliputi pendarahan,
jumlah dan warna darah.
2. Lochea
Untuk mengetahui warna lochea, bau lochea, jumlah
lochea untuk melihat tanda-tanda infeksi
3. Pemeriksaan Anus
Pemeriksaan pada anus dilakukan untuk mengetahui
ada hemoroid atau tidak

c. Pemeriksaan diagnostik
Table 2.3 pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan urine Untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit atau
bakteri pada urine
b. Pemeriksaan Hb Biasanya ibu post section caesarea mengalami Hb
rendah

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien
serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau di ubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan sebagai masalah nyata/ actual maupun potensial yang dialami
oleh seseorang dalam memenuhi tuntunan atau kegiatan hidup sehari-hari yang
berhubungan dengan masalah kesehatan-kesakitan nyata atau potensial atau
pengobatannya (Manurung, 2011)
a. Analisa data
Tabel 2.4 analisa data
Data senjang Etiologi Masalah
Ds : Pasien mengeluh nyeri Indikasi janin(makrosomia, letak Nyeri akut
Do : sunsang, presentasi bokong,
1. Penilaian nyeri dengan kelainan tali pusat dan bayi
P: klien mengeluh nyeri kembar), indikasi ibu(CPD,
karena pembedahan, karsinoma serviks dan tumor
Q: nyeri yang dirasakan uterus), indikasi kedaruratan
bersifat menusuk (rupture uteri dan KPD)
R:nyeri dirasakan sekitar
area pembedahan Section caesarea

(abdomen)
Luka post operasi
S: skala nyeri yang
dirasakan berkisaran 1-6 Jaringan terputus
T: nyeri dirasakan terus
Merangsang area sensorik
–menurus
2. Tampak meringis Transmisi dari sistem saraf perifer
3. Bersikap protektik
Gangguan rasa nyaman
4. Frekuensi meningkat
5. Sulit tidur Nyeri
6. Pola napas berubah

Ds: Indikasi janin(makrosomia, letak Ganguan mobilitas fisik


1. Mengeluh sulit sunsang, presentasi bokong,
mengerakan ekstremitas kelainan tali pusat dan bayi
2. Mengeluh nyeri saat kembar), indikasi ibu(CPD,
bergerak karsinoma serviks dan tumor
3. Enggan melakukan uterus), indikasi kedaruratan (ruptur
pergerakan dan cemas uteri dan KPD)
saat bergerak
Do: Section caesarea
1. Kekuatan otot menurun
2. Rom menurun Luka post operasi
3. Gerak tidak terkoordinasi
4. Gerak terbatas Jaringan terputus
5. Aktivitas dibantu
keluarga Merangsang area sensorik
6. Fisik lemah
Transmisi dari system saraf perifer

Gangguan rasa nyaman

Gangguan mobilitas fisik


Ds: - Resiko infeksi
Indikasi janin(makrosomia, letak
sunsang, presentasi bokong,
Do:
kelainan tali pusat dan bayi
1. Kerusakan jaringan kulit
kembar), indikasi ibu(CPD,
2. Terdapat luka post
karsinoma serviks dan tumor
operasi di abdomen
uterus), indikasi kedaruratan
(rupture uteri dan KPD)

Section caesarea

Luka post operasi

Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Invansi bakteri

Resiko infeksi
b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedra fisik prosedur operasi di tandai
dengan tampak meringis, bersikap protektif, gelisah sulit tidur ditandai kondisi
pembedahan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromukular dan
nyeri ditandai dengan ROM menurun, gerak terbatas.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit

3. Intervensi/ perencanaan Keperawatan


Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau pengarahan
secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang intervensi/
tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana keperawatan
merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang mengambarkan masalah
kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Table 2.2 Intervensi
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi keperawtan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Tindakan observasi
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi,karekteri,
agen pencedra fisik diharapkan: durasi,frekuensi,instesitas
prosedur operasi di 1. Nyeri berkurang nyeri
tandai dengan tampak 2. Skala nyeri
meringis, bersikap 3. Identifikasi non verbal nyeri
protektif, gelisah sulit 4. Identifikasi yang meperberat
tidur ditandai kondisi dan memperingan nyeri
pembedahan Teraupetik
1. Berikan teknik non
farmakologi
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri
section caesarea secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik section caesarea
tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Tindakan observasi
fisik berhubungan keperawatan 2x24 jam 1. Identikasi adanya nyeri atau
dengan gangguan diharapkan: keluhan fisik lainya
neuromukular dan 1. ROM meningkat 2. Identikasi toleransi fisik
nyeri ditandai dengan 2. Gerak tidak melakukan pergerakan
Rom menurun, gerak terbatas 3. Monitor frekuensi jantung
terbatas. dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Teraupetik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (pagar
tempat tidur)
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien untuk
melakukan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhan
yang harus dilakukan (mis.
Duduk ditempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Tindakan
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam Observasi
kerusakan intergritas diharapkan: 1. Monitor tanda dan gejala
kulit. Yaitu tidak terjadinya infeksi local dan sistemik
infeksi pada luka operasi Teraupetik
1. Batasi jumlah pengenjung
2. Berikan perawatan kulit pada
daerah operasi
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptic
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
antibiotik

1.
4. Implementasi
Implematasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan untuk intervensi keperawatan yang berikan kepada pasien
terkait dengan dukungan pengolaan tindakan untuk perbaikan kondisi pendidikan untuk
pasien dan keluarga sebagai tindakan untuk mencegah masalah yang muncul dikemudian
hari (Nanda, 2016)

5. Evaluasi
Evalusi merupakan tahapan akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan
sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat, sehingga perawat
dapat menilai apa yang akan dilakukan dikemudian hari (Nanda, 2016)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk mengekplorasi masalah
asuhan keperawatan klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri akut pada kasus post operasi
section caesarea, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa, perecanaan, pelakasanaan dan evaluasi.
B. Subjek penelitian
Subjek studi kasus dalam penelitian ini ialah ibu dengan luka post section caesarea dengan
nyeri akut sebagai berikut :
1. Kriteria Inkskulusi
a. Pasien dengan masalah gagnguan rasa nyaman nyeri akut
b. Pasien bersedia menjadi responden
c. Pasien koorperatif
d. Pasien post section caesarea ≥6 jam
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien hipertensi berat
b. Pasien mengalami penuruan kesadaran
c. Pasien tidak bias bebicara dengan baik
C. Definisi operasiaonal
Penerapan prosedur teknik autogenik dengan skala masalah gangguan rasa nyaman : nyeri
pada pasien section caesarea
1. Pasien post operasi section caesarea (24 jam post patum) dengan skala nyeri 1-6
2. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Pada penyembuhan luka operasi
Post Section cesearea adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan melalui
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Salah satu intervensi
keperawatan mandiri yaitu mengajarkan teknik autogenik pada pasien operasi section
caesarea

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi
Lokasi penelitian akan dilakukan di RSHD Kota Bengkulu
b. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal

E. Tahapan Penelitian
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN : NYERI PADA PASIEN POST
SECTIO CAESAREA

Kriteria Inklusi :

a. Pasien dengan masalah gagnguan rasa nyaman nyeri akut


b. Pasien bersedia menjadi responden
c. Pasien koorperatif
d. Pasien post section caesarea ≥6 jam

Subjek Penelitian :
Pasien post operasi section caesarea dengan
ganguan rasa nyaman : nyeri

Tahapan latihan terapi teknik autogenik dengan proses Intervensi di lakukan pada jam
09.00 wib s/d jam 09.15 wib
manajemen nyeri post section caesarea selama 3 hari :
pada pagi hari dan jam 14.00
wib s/d 14.15 wib pada sore
1. Persiapan pasien
hari selama 3 hari
2. Informed consent
3. Prosedur tindakan
a. Pasien/ klien Mengukur skala nyeri setiap
sebelum dilakukan intervensi (pre
Beritahu klien, Atur posisi dalam posisi duduk atau
test)
berbaring
b. Alat Intervensi terapi Autogenik
Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan, Bila dilakukan sesuai jadwal
diinginkan, dapat dilakukan sambil mendengarkan
musik ringan. Mengukur skala nyeri
c. Lingkungan setiap sebelum dan
sesudah dilakukan
d. Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin
tindakan
agar pasien/ klien mudah berkonsentrasi. Analisa data
e. Pelaksanaan
a) Pilihkah satu kata/ kalimat yang dapat membuat kita tenang
misalnya “Astaghfirullah”. Jadikan kata-kata/ kalimat tersebut
sebagai “mantra” untuk mencapai kondisi rileks.
b) Atur posisi klien senyaman mungkin.
c) Tutup mata secara perlahan-lahan.
d) Instruksikan klien untuk melemaskan seluru anggota tubuh dari
kepala, bahu, punggung, tangan sampai kaki secara perlahan-
lahan.
e) Instruksikan klien untuk menarik nafas secara perlahan :
Tarik nafas melalui hidung dan buang nafas melalui mulut,
Pada saat menghembuskan nafas melalui mulut, ucapkan
dalam hati “mantra” tersebut.
f) Lakukan berulang selama kurang lebih 10 menit, bila tiba-tiba
pikiran melayang, upayakan untuk memfokuskan kembali pada
kata-kata “mantra” tadi.
g) Bila dirasakan sudah nyaman atau rileks, tetap duduk tenang
dengan mata masih tertutup untuk beberapa saat.
h) Langkah terakhir, buka mata secara perlahan-lahan sambil
rasakan kondisi rileks.
Perhatian :
Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi
penuh terhadap kata-kata “mantra” yang dapat membuat rileks,
Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali agar mendapatkan hasil
yang optimal.
i) Indikator pencapaian
Respon verbal :Klien mengatakan rileks, Klien mengatakan
ketegangan berkurang, Klien mengatakan sudah merasa
nyaman.
Respon non verbal :Klien tampak tenang, Ekspresi wajah
klien tidak tampak tegang, Klien dapat melanjutkan
pekerjaannya kembali, Tanda-tanda vital : tekanan darah dan
nadi dalam batas normal.
F. Metode dan instrument pengumpulan data
1. Jenis instrumen yang digunakan pada penelitia adalah :
a) Wawancara
suatu proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. data yang
diambil/diperoleh melalui percakapan baik dari klien, keluarga maupun tim kesehatan lain
dengan menggunakan format wawancara.
b) Pengamatan/Observasi dan pemeriksaan fisik
salah satu metode yang akurat dan mudah untuk melakukan pengumpulan data dan
bertujun untuk mengidentifikasi dan memahami semua peristiwa yang terjadi yang menjadi
objek penelitian dalam penelitiannya. Data yang di ambil dengan cara mengamati kondisi
fisik pasien mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki dan hasilnya dicatat kemudian di
evaluasi.
c) Studi dokumentasi
Penelitian menggunakan studi dokumentasi dengan melihat data hasil laboratorium seperti
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, dan pemeriksaan urin.
2. Instrument pengumpulan data menggunakan
a) Format pengkajian keperawatan untuk mendapatkan data klien
b) Lembar observasi untuk mendokumentasikan respon fisik dan psikologi klien.
G. Analisa Data
Data nyeri fisik dan psikologis sebelum dan sesudah di lakukannya intervensi terapi Autogenik
pada pasien post operasi section caesarea yang kemudian di bandingkan untuk analisa data
secara deskriptif dan kualitatif.
H. Etika Penelitian
Menurut (notoatmodjo, 2014) etka penelitian yaitu sebuah persetujuan dari komite etik penelitian
di suatu instusi bahwa penelitian yang dilaukan ini tidak membahayakan responden penelitian.
Hal yang harus peneliti penuhi dalam etika penelitian yaitu :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan yang akan diberikan kepada calon responden yang akan diteliti. Lembar
persetujuan diberikan kepada responden dengan memahami penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian yang akan dilakuakn, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh jika
bersedia menjadi responden. Jika calon responden bersedia diteliti maka harus
menanandatangani lembar persetujuan bila calon responden menolak peneliti tidak boleh
memaksa.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasian indentitas responden penulis tidak mencantumkan nama
responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada lembar pengumpulan data
yang akan diisi oleh responden sebagai identitas responden tidak diketahui oleh publik.
3. Confidentital (kerahasian)
Penulis tidak akan menyebarkan informasi yang diberikan oleh responden dan
kerahasiaannya akan dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai