Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS POTENSI INTERAKSI ANTIDIABETIK INJEKSI INSULIN PADA

PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA ASKES RUMAH SAKIT


DOKTER SOEDARSO PONTIANAK
PERIODE APRIL – JUNI 2013

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

ERLISA MAYASARI

I 211 08 025

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015

1
ANALISIS POTENSI INTERAKSI ANTIDIABETIK INJEKSI INSULIN PADA
PERESEPAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA ASKES RUMAH SAKIT
DOKTER SOEDARSO PONTIANAK
PERIODE APRIL – JUNI 2013

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh:
ERLISA MAYASARI
NIM : I21108025

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

I 2
3
Analisis Potensi Interaksi Antidiabetik Injeksi Insulin pada Peresepan Pasien Rawat Jalan
Peserta Askes Rumah Sakit Dokter Soedarso
Pontianak Periode April – Juni 2013

Analysis of Potential Drug Interactions Injection of Insulin Antidiabetic on Prescribing


Participants Askes Outpatients at dr. Soedarso Hospital
Pontianak Period From April to June 2013

Erlisa Mayasari, M. Andrie, Eka Kartika Untari


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Abstrak

Kasus polifarmasi sering terjadi pada pasien diabetes yang disebabkan komplikasi diabetes.
Polifarmasi merupakan salah satu penyebab terjadinya interaksi obat. Interaksi obat adalah perubahan
efek obat utama oleh pemberian obat lain sebelumnya atau secara bersamaan. Hal ini dapat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat utama. Penelitian ini bertujuan untuk
menetapkan ada atau tidaknya potensi interaksi antidiabetik injeksi insulin dalam peresepan,
menetapkan jumlah potensi interaksi yang terjadi, menetapkan jenis mekanisme interaksi yang terjadi,
menetapkan jenis mekanisme interaksi yang paling banyak terjadi, dan menetapkan obat yang paling
berpotensi mengalami interaksi dengan antidiabetik injeksi insulin. Penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Dokter Soedarso Pontianak, dan pola peresepan yang diambil pada periode April-Juni 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan analisis deskriptif yang bersifat
retrospektif. Sampel pada penelitian ini yaitu lembar resep pasien yang mendapat antidiabetik injeksi
insulin. Potensi interaksi obat terjadi sebanyak 20% pada pada resep yang menerima <5 jenis obat dan
46% pada resep yang menerima ≥5 jenis obat dari total resep 240 lembar. Penelitian ini menemukan
107 kejadian interaksi obat dengan mekanisme interaksi farmakokinetik 3,74%; farmakodinamik
59,81%; dan tidak diketahui 36,45%. Mekanisme interaksi farmakodinamik merupakan jenis interaksi
yang paling sering terjadi, dan obat yang paling sering berinteraksi dengan insulin adalah aspirin.

Kata kunci : interaksi obat, antidiabetik injeksi insulin, resep, Rumah Sakit Dokter Soedarso

Abstract

Polypharmacy case often occurs in diabetic patients caused by diabetic complications.


Polypharmacy is one of the causes of drug interactions. Drug interaction is the effect alteration of
main drugs which happens when consuming other drugs previously or simultaneously. This could
increase toxicity or decrease effectiveness of major drug. The study aims to determine the
whereabouts of injection of insulin antidiabetic potential interactions in prescription, total interactions,
mechanism interactions, the most mechanism interaction was occur, and determine the potential of
drug interactions with the injection of insulin antidiabetic. This study was conducted in RSUD dr.
Soedarso Pontianak, and prescription pattern was taken in the period of April to June 2013. The study
was observational studies with research descriptive analysis by retrospective. A sample of the study is
that patients who gave the recipes of insulin antidiabetic injections. Potential drug interactions occur
20% on the prescription who received <5 types of drugs and 46% on prescriptions who received ≥ 5
types of drugs from totality recipe 240 sheet. This study found 107 cases of drug interactions with a
mechanism of pharmacokinetic interaction 3,74%; pharmacodynamic 59,81%; and unknown 36,45%.
Mechanism of pharmacodynamic interaction is the most frequent type of interaction which occurs,
and the drug most frequently interacts with insulin is aspirin.

Keyword : drug interaction, injection of insulin antidiabetic, recipe, dr. Soedarso hospital

1
PENDAHULUAN Insulin dapat mengalami interaksi yang dapat
Diabetes mellitus (DM) merupakan meningkatkan atau menurunkan efek dari
salah satu penyakit yang banyak menarik insulin bila digunakan bersamaan dengan obat-
perhatian karena angka prevalensinya yang obat tertentu.
semakin bertambah. Menurut WHO kasus DM Mekanisme interaksi obat dibagi
di Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4 juta menjadi 3 jenis, yaitu interaksi farmasetik,
orang berada pada rangking 4 dunia, pada interaksi farmakodinamik, dan interaksi
tahun 2003 menduduki posisi kelima, dan pada farmakokinetik. Interaksi farmasetik terjadi di
tahun 2005 Indonesia bergeser ke posisi luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara
ketiga1,2. obat yang tidak dapat dicampur
Prevalensi penyakit diabetes di dunia (inkompatibel). Pencampuran obat demikian
cukup tinggi. Rata-rata 2,5-3% penduduk menyebabkan terjadinya interaksi langsung
dunia menderita diabetes yang bersifat turunan secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya
(familia). Diperkirakan di Indonesia sebanyak mungkin terlihat sebagai pembentukan
3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau
menderita diabetes, dan pada 5 tahun terakhir mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini
jumlah ini telah meningkat secara eksplosif biasanya menyebabkan inaktivasi obat8.
yang disebabkan oleh meningkatnya peristiwa Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu
kelebihan berat badan dan obesitas di dunia. obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
Diperkirakan di tahun 2030 jumlah penderita metabolisme dan ekskresi obat lainnya
diabetes akan meningkat menjadi 366 juta sehingga meningkatkan atau mengurangi
jiwa3. jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan
DM biasa disebut dengan the silent efek farmakologisnya. Sedangkan interaksi
killer karena dapat mengenai semua organ farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi
tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. antara obat yang memiliki efek farmakologis,
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain antagonis atau efek samping yang hampir
gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit sama. Inte raksi ini dapat terjadi karena
jantung, sakit ginjal, impotensi, luka sulit kompetisi pada reseptor atau terjadi antara
sembuh dan membusuk, infeksi paru-paru, obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis
gangguan pembuluh darah, stroke dan yang sama9.
sebagainya4. Oleh karena itu tidak jarang Penelitian ini dilakukan untuk
pasien DM sering mendapat terapi lebih dari mendapatkan gambaran tentang interaksi obat
satu macam obat (polifarmasi). Semakin antidiabetik injeksi insulin yang terjadi pada
banyak obat yang dikonsumsi maka semakin pasien yang menerima antidiabetik injeksi
banyak kemungkinan efek samping yang insulin dalam peresepannya.
terjadi atau bahkan interaksi obat yang tidak
diinginkan. BAHAN DAN METODOLOGI
Interaksi obat merupakan peristiwa Penelitian ini merupakan penelitian
perubahan efek yang dihasilkan oleh suatu observasional dengan rancangan analisis
obat dengan zat lain jika diberikan bersamaan deskriptif yang bersifat retrospektif. Prinsip
atau hampir bersamaan. Interaksi obat dapat penelitian ini adalah melihat pola peresepan
bersifat menguntungkan atau merugikan5. pada lembar resep pasien DM yang menerima
Ketika seseorang meminum banyak obat terapi antidiabetik injeksi insulin, menetapkan
dalam sekaligus, maka kemungkinan besar ada tidaknya interaksi obat dalam peresepan,
dapat terjadi interaksi obat yang sebagian dan menghitung jumlah dan jenis interaksi
dapat bersifat serius6. obat dalam peresepan.
Insulin merupakan hormon peptida Alat dan bahan yang digunakan dalam
yang disekresikan oleh sel β dari pulau penelitian ini adalah Software Microsoft Excel,
Langerhans. Fungsi insulin adalah untuk lembar resep pasien rawat jalan peserta
mengatur kadar normal glukosa darah7. Pada ASKES Rumah Sakit dr. Soedarso Pontianak
penderita DM yang tidak bisa menghasilkan periode April – Juni 2013 yang mendapat
insulin atau menghasilkan insulin sangat terapi obat antidiabetik injeksi insulin, lembar
sedikit biasanya digunakan insulin eksogen. pengumpul data, jurnal-jurnal penelitian,

2
literatur buku seperti Stockley’s Drug Tabel 4. Pengelompokan Jumlah Resep
Interaction, MIMS, ISO serta DPHO 2013. Berdasarkan Jumlah Obat
Kriteria inklusi dalam penelitian ini Dalam Resep
adalah lembar resep pasien yang terdapat Jumlah Jumlah Resep %
antidiabetik injeksi insulin, dan menerima ≥2 Obat (n=240)
jenis obat. Sedangkan kriteria eksklusi dalam <5 90 37,50
penelitian ini adalah data resep tidak lengkap, ≥5 150 62,50
tulisan resep tidak terbaca, dan resep
antidiabetik injeksi insulin tunggal. Data-data Hasil pengelompokan diperoleh
yang diperoleh diolah menggunakan program jumlah resep yang menerima <5 jenis obat
Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam sebanyak 90 resep dengan persentase 37,50%,
bentuk tabel. sedangkan jumlah resep pasien yang menerima
≥5 jenis obat lebih besar yaitu sebanyak 150
HASIL DAN PEMBAHASAN resep dengan persentase 62,50%. Kejadian
Penelitian ini menggunakan metode polifarmasi yang cukup tinggi diatas 50 %
deskriptif retrospektif yaitu suatu metode pada hasil penelitian perlu mendapat perhatian
penelitian yang dilakukan dengan tujuan farmasis. Apabila mengacu pada tujuan utama
utama untuk membuat gambaran atau pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)
deskripsi tentang suatu keadaan secara untuk meminimalkan resiko pada pasien, maka
objektif, dengan melihat ke masa lampau memeriksa adanya interaksi obat pada
dalam penelitiannya. Penelitian ini pengobatan pasien merupakan salah satu tugas
menggunakan data berupa lembar resep pasien utama farmasis10.
rawat jalan peserta ASKES Rumah Sakit Lembar resep yang diperoleh
Dokter Soedarso Pontianak pada periode April kemudian dianalisa untuk mengetahui ada
– Juni 2013 yang terdapat antidiabetik injeksi tidaknya potensi interaksi obat yang terjadi.
insulin. Jumlah resep pasien rawat jalan Gambaran umum kejadian potensi interaksi
pererta ASKES Rumah Sakit Dokter Soedarso antidiabetik injeksi insulin secara keseluruhan
pada bulan April – Juni 2013 yang ditunjukkan pada tabel 5.
menggunakan insulin adalah sebanyak 277 Tabel 5. Jumlah Resep Yang Berpotensi
lembar resep. Sebanyak 277 lembar resep yang Mengalami Interaksi Antidiabetik
didapat kemudian diklasifikasikan ke dalam Injeksi Insulin
kriteria inklusi dan eksklusi (tabel 3). Kriteria Resep yang Resep yang (%)
Tabel 3. Pengelompokan Resep Subjek Berinteraksi Tidak
Berdasarkan Kriteria (%) Berinteraks
Inklusi dan Eksklusi i (%)
Kriteria Jumlah Resep % <5 n=90 18 (20) 72 (80) 100
(n=277) ≥5 n=150 69 (46) 81 (54) 100
Inklusi 240 86,64
Eksklusi 37 13,36 Hasil penelitian pada tabel 5
menunjukkan bahwa potensi terjadinya
Sebanyak 277 lembar resep yang interaksi obat sebanyak 20% (18 dari 90)
diperoleh, yang memenuhi kriteria inklusi lembar resep yang menerima <5 jenis obat dan
adalah sebanyak 240 lembar resep (86,64%), 46% (69 dari 150) lembar resep yang
sedangkan sebanyak 37 lembar resep (13,36%) menerima ≥5 jenis obat. Hal ini menunjukkan
memenuhi kriteria eksklusi. Lembar resep bahwa potensi interaksi pada lembar resep
yang memenuhi kriteria eksklusi ini yang menerima ≥5 jenis obat lebih banyak jika
disebabkan karena lembar resep merupakan dibandingkan dengan interaksi pada lembar
resep antidiabetik injeksi insulin tunggal, resep yang menerima <5 jenis obat. Hal ini
sehingga tidak dapat diikutkan dalam dikarenakan pada lembar resep yang menerima
penelitian. Sebanyak 240 lembar resep yang lebih banyak obat maka akan semakin banyak
memenuhi kriteria inklusi dilakukan potensi terjadinya interaksi obat. Penggunaan
pengelompokan berdasarkan jumlah obatnya, atau lebih obat pada waktu yang sama atau
dimana pembagiannya adalah resep yang hampir bersamaan dapat meningkatkan atau
menerima <5 jenis obat dan resep yang menurunkan efek suatu obat. Semakin banyak
menerima ≥5 jenis obat (tabel 4). jumlah obat dalam satu resep maka

3
kemungkinan untuk terjadinya interaksi akan dengan kategori jumlah obat banyak (≥3) jenis
semakin besar. Sebuah survei yang dilaporkan obat35. Hasil penelitian Mega tentang analisis
pada tahun 1977 mengenai polifarmasi pada potensi interaksi obat antidiabetik oral
penderita yang dirawat di rumah sakit menunjukkan bahwa resep yang mengandung
menunjukkan bahwa insiden efek samping obat ≥5 jenis obat lebih banyak mengalami
pada penderita yang mendapat 0-5 macam obat interaksi obat dibandingkan resep yang
adalah 3,5%, sedangkan yang mendapat 16-20 mengandung <5 jenis obat. Hasil analisis
macam obat adalah 54%. Peningkatan efek dengan Risk Estimate menunjukkan bahwa
samping obat ini diperkirakan akibat kasus interaksi obat 6 kali lebih besar pada
terjadinya interaksi obat yang juga semakin pasien yang menerima ≥5 jenis obat
meningkat7. Survei pada rumah sakit lainnya dibandingkan dengan pasien yang menerima
mengenai efek samping obat pada sebuah <5 jenis obat33.
rumah sakit diketahui bahwa insiden efek Potensi interaksi obat terjadi sebanyak
samping terjadi sekitar 7% pada pasien yang 18 lembar resep pada resep yang menerima <5
menggunakan 6-10 macam obat. Laju efek jenis obat dan 69 lembar resep pada resep yang
samping akan meningkat hingga 40% pada menerima ≥5 jenis obat. Sebanyak 87 lembar
pasien yang menggunakan 16-20 macam resep yang berpotensi mengalami interaksi
34
obat . obat tersebut kemudian dilihat jenis obat yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan berpotensi mengalami interaksi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sari tentang antidiabetik injeksi insulin. Selain itu juga
analisis interaksi antidiabetik oral ditetapkan jenis interaksi yang terjadi dan
menunjukkan interaksi terjadi sebanyak 29% banyaknya jumlah kasus kejadian interaksi
pada resep dengan kategori jumlah obat sedikit yang terjadi seperti yang ditampilkan pada
(1-2) jenis obat, dan sebanyak 71% pada resep tabel 6 dan 7 dibawah ini.
Tabel 6. Jenis – Jenis Obat Yang Berpotensi Mengalami Interaksi Dengan Antidiabetik Injeksi
Insulin Pada Pasien Rawat Jalan Peserta ASKES Rumah Sakit Dokter Soedarso
Pontianak.
Jenis Obat yang Berpotensi Mekanisme Jumlah Kasus %
Berinteraksi Interaksi
Insulin – nifedipin Farmakokinetik 4 3,74
Insulin – aspirin Farmakodinamik 32 29,90
Insulin – ramipril Farmakodinamik 16 14,95
Insulin – lisinopril Farmakodinamik 4 3,74
Insulin – imidapril Farmakodinamik 4 3,74
Insulin – klonidin Farmakodinamik 1 0,93
Insulin – deksametason Farmakodinamik 6 5,61
Insulin – metil prednisolon Farmakodinamik 1 0,93
Insulin – fluoksetin Tidak diketahui 2 1,86
Insulin – furosemid Tidak diketahui 10 9,35
Insulin – allopurinol Tidak diketahui 10 9,35
Insulin – amitriptilin Tidak diketahui 12 11,21
Total 107 100

Tabel 7. Mekanisme Interaksi Obat Pada


Pasien Rawat Jalan Peserta Hasil penelitian menunjukkan terdapat
ASKES Rumah Sakit Dokter 13 jenis obat yang berpotensi mengalami
Soedarso Pontianak. interaksi dengan antidiabetik injeksi insulin,
Mekanisme Jumlah % yaitu nifedipin, aspirin, ramipril, lisinopril,
interaksi imidapril, klonidin, deksametason, metil
Farmasetik - - prednisolon, fluoksetin, furosemid,
Farmakokinetik 4 3,74 allopurinol, amitriptilin, dan gemfibrozil. Obat
Farmakodinamik 64 59,81 yang paling banyak mengalami interaksi
Tidak diketahui 39 36,45 dengan insulin adalah aspirin (29,90%),
Total 107 100 ramipril (14,95%), dan amitriptilin (11,21%)

4
(tabel 6). Pada penelitian ini ditemukan 107 kardiovaskular, baik penyakit jantung koroner
kejadian potensi interaksi obat yang dapat maupun hipertensi. Interaksi antara insulin dan
terjadi dari 87 lembar resep yang berpotensi nifedipin menyebabkan peningkatan absorpsi
mengalami interaksi obat, dengan mekanisme insulin subkutan sebanyak 50%34. Peningkatan
interaksi farmakokinetik sebanyak 3,74%, absorpsi insulin secara subkutan akan
farmakodinamik sebanyak 59,81%, dan tidak meningkatkan kadar insulin dalam darah
diketahui sebanyak 36,45% (tabel 7). (Cmax dan AUC). Peningkatan kadar insulin
Mekanisme interaksi obat terbagi dalam darah mengakibatkan peningkatan efek
menjadi tiga jenis, yaitu interaksi farmasetik, insulin yang memungkinkan terjadinya
interaksi farmakokinetik, dan interaksi hipoglikemia. Penggunaan nifedipin pada
farmakodinamik. Interaksi farmasetik terjadi pasien DM yang menerima insulin harus
di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara ditinjau kembali dosis yang diberikan kepada
obat yang tidak dapat dicampur pasien agar tidak terjadi interaksi obat, atau
(inkompatibel). Interaksi farmasetik ini disarankan mengganti nifedipin dengan obat
menyebabkan terjadinya interaksi langsung golongan CCB yang lainnya, misalnya
secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya amlodipin34. Alasan penggantian nifedipin
mungkin terlihat sebagai pembentukan dengan amlodipin ini dikarenakan amlodipin
endapan, perubahan warna, bau dan lain-lain, tidak mengalami interaksi bila digunakan
atau mungkin juga tidak terlihat7. Oleh karena bersamaan dengan insulin.
itu interaksi ini tidak bisa teridentifikasi Interaksi farmakodinamik yang terjadi
berdasarkan pengamatan pada resep saja. pada penelitian ini antara lain adalah interaksi
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu antara insulin dengan aspirin, ACE inhibitor
obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, (ramipril, lisinopril, imidapril), klonidin, dan
metabolisme dan ekskresi (ADME) dari obat kortikosteroid (deksametason, metil
lainnya. Sedangkan interaksi farmakodinamik prednisolon). Interaksi farmakodinamik yang
terjadi antara obat yang memiliki efek terjadi pada penelitian dapat bersifat sinergis
farmakologis, antagonis atau efek samping atau antagonis. Interaksi farmakodinamik yang
yang hampir sama7,22. bersifat sinergis dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan data resep yang diambil interaksi antara insulin dengan aspirin dan
dalam penelitian hanya dapat teridentifikasi ACE inhibitor, sedangkan interaksi
sebagai interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik yang bersifat antagonis dalam
farmakodinamik. Selain itu karena penelitian ini adalah interaksi antara insulin
keterbatasan informasi yang didapat melalui dengan klonidin dan kortikosteroid
resep, sediaan tidak diubah atau dicampur (deksametason dan metil prednisolon).
menjadi bentuk sediaan baru meyebabkan Interaksi antara insulin dengan aspirin
diambil kesimpulan bahwa interaksi yang merupakan golongan salisilat merupakan
farmasetik tidak terjadi. Jenis interaksi interaksi farmakodinamik yang bersifat aditif,
farmakodinamik paling banyak ditemukan yaitu meningkatkan efek dari insulin sehingga
pada penelitian ini. Interaksi farmakodinamik memungkinkan terjadinya efek hipoglikemia34.
merupakan sebagian besar dari interaksi obat Sebuah studi mengatakan bahwa interaksi
yang penting dalam klinik. Berbeda dengan antara insulin dengan aspirin ini disebabkan
interaksi farmakokinetik, interaksi adanya inhibisi prostaglandin yang merupakan
farmakodinamik dapat diekstrapolasikan ke prekursor glukagon. Akibat adanya inhibisi
obat lain yang segolongan dengan obat yang prostaglandin di mukosa gastrointestinal yang
berinteraksi, karena penggolongan obat menyebabkan iritasi mukosa gastrointestinal.
memang berdasarkan persamaan efek Iritasi mukosa gastrointestinal secara tidak
farmakodinamiknya7. Interaksi ini biasanya langsung menyebabkan produksi glukagon
dapat diprediksi dari pengetahuan tentang tidak terjadi. Bila kadar glukagon terus-terusan
farmakologi obat-obat yang berinteraksi22. rendah, tubuh akan memproduksi insulin
Interaksi farmakokinetik yang secara terus-menerus yang akan meningkatkan
ditemukan dalam penelitian ini adalah resiko terjadinya hipoglikemia. Mekanisme ini
interaksi antara insulin dengan nifedipin. cukup jelas untuk menerangkan interaksi
Nifedipin merupakan salah satu golongan insulin dengan aspirin bila insulin digunakan
Calcium Channel Blocker (CCB) yang sering pada pasien DM tipe II yang dibantu atau tidak
kali diresepkan untuk mengatasi gangguan dibantu oleh antidiabetik oral untuk

5
meningkatkan efikasi terapi kontrol glukosa. digunakan dalam terapi gangguan
Hal ini dikarenakan pada DM tipe II, sel β kardiovaskular, sama halnya dengan ACE
pankreas masih bisa memproduksi insulin36. inhibitor dan CCB. Seringnya pasien DM yang
Aspirin banyak digunakan sebagai mendapat terapi gangguan kardiovaskular
analgetik maupun antiplatelet. Umumnya dikarenakan komplikasi yang sering dialami
aspirin diberikan sebagai antiplatelet pada oleh pasien DM, baik itu komplikasi
pasien diabetes yang mengalami kelebihan mikrovaskular maupun makrovaskular.
berat badan. Kelebihan berat badan memicu Komplikasi makrovaskular inilah yang
penumpukan lemak di pembuluh darah yang merupakan gangguan kardiovaskular.
membentuk plak dan dikenal sebagai Interaksi antara insulin dengan klonidin
aterosklerosis. Aspirin disini bekerja dengan disebabkan oleh inhibisi pelepasan
cara menghambat agregasi platelet sehingga katekolamin yang menyebabkan penurunan
mengurangi atau mencegah penumpukan influk ion kalsium sehingga terjadi penurunan
lemak yang nantinya akan beresiko bagi sekresi insulin dan peningkatan sekresi
kesehatan jantung. Aspirin dapat menurunkan glukagon yang berakibat peningkatan kadar
kadar glukosa darah dan meningkatkan sekresi glukosa darah34. Penggunaan kedua obat ini
insulin sehingga resiko hipoglikemia pada harus ditinjau kembali dosis yang diberikan
pasien dapat meningkat. Hal ini terjadi pada dan waktu pemberian yang tepat, serta
pengunaan aspirin dalam dosis besar. Oleh dimonitoring secara teratur untuk melihat efek
karena itu pengaturan dosis harus diperhatikan samping yang terjadi. Apabila terjadi interaksi
pada pasien DM yang menerima insulin dan sebaiknya penggunaan klonidin diganti dengan
aspirin. Untuk penggunaan aspirin sebagai antihipertensi lain yang lebih aman jika
analgetik dapat diganti dengan analgetik lain diberikan bersamaan dengan insulin, misalnya
yang tidak berintraksi dengan insulin, amlodipin.
misalnya parasetamol. Interaksi antara insulin dengan
Interaksi antara insulin dengan ACE kortikosteroid disebabkan karena
inhibitor (ramipril, lisinopril dan imidapril) kortikosteroid memiliki efek peningkatan
bersifat aditif yang dapat meningkatkan resistensi insulin, pengeluaran glukosa hepatik
sensitivitas insulin sehingga berpotensi dan menghambat masukan glukosa ke dalam
menyebabkan hipoglikemia, terutama pada sel, baik sel otot maupun jaringan adiposa
pasien DM tipe II36. Sedangkan pada pasien yang mengakibatkan kadar glukosa dalam
DM tipe I kurang atau bahkan tidak berefek darah meningkat (hiperglikemia). Hal ini
karena pada pasien DM tipe I tidak terjadi berlawanan dengan efek insulin yang
gangguan pada sensitivitas insulin melainkan meningkatkan masukan glukosa ke dalam otot
kerusakan sel β pankreas34. Walaupun ACE dan jaringan adiposa yang menyebabkan kadar
inhibitor merupakan obat pilihan pertama glukosa darah menurun (hipoglikemia).
dalam pengobatan hipertensi pada pasien DM Penggunaan kortikosteroid secara oral maupun
dikarenakan efektivitas ACE inhibitor yang intraartikular sering digunakan pada pasien
dapat melindungi ginjal sehingga akan DM yang juga mengalami osteoarthritis atau
mengurangi resiko terjadinya nefropati rheumatoid arthritis sebagai antiinflamasi.
diabetik, obat ini harus diberikan perhatian Pada pasien DM sering kali mengalami
karena dapat berinteraksi dengan insulin dan komplikasi osteoarthritis terutama pada pasien
obat-obat antidiabetik oral lainnya36. DM tipe II yang memiliki kelebihan berat
Penanganan interaksi obat ini dapat dilakukan badan (obesitas). Karena keadaan pasien yang
dengan cara pengaturan dosis obat yang obesitas, sendi tidak mampu menopang badan
diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan maka terjadilah osteoarthritis. Osteoarthritis
pasien, serta mengatur waktu pemberian obat terjadi karena bantalan tulang rawan yang
agar tidak terjadi interaksi obat. Penggunaan menipis secara terus-menerus, sehingga terjadi
kedua obat ini juga harus dilakukan pergesekan antara tulang rawan yang
monitoring untuk melihat hasil terapi pada menyebabkan nyeri dan persendian menjadi
pasien. bengkak37. Untuk menghindari terjadinya
Interaksi antara insulin dengan interaksi pada penggunaan insulin dan
klonidin menyebabkan peningkatan kadar kortikosteroid dapat dilakukan pengaturan
glukosa dalam darah (hiperglikemia). Klonidin dosis yang sesuai dan waktu pemberian obat
merupakan salah satu obat yang sering yang tepat

6
Beberapa peresepan juga memiliki diuretik loop dan diuretik tiazid adalah
interaksi, tetapi tidak diketahui interaksi hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena
tersebut terjadi secara farmakokinetik atau diuretik dapat menyebabkan toleransi glukosa.
farmakodinamik. Interaksi ini terjadi sebanyak Hal ini lah yang mungkin menyebabkan
36,45% (36 dari 107 interaksi). Interaksi interaksi antara furosemid dengan insulin
pertama adalah interaksi antara insulin dengan sehingga perlu dilakukan monitoring kadar
fluoksetin. Fluoksetin merupakan salah satu glukosa dalam darah secara rutin. Bila kadar
obat golongan Selektive Serotonin Reuptake glukosa darah meningkat dengan dosis
Inhibitor (SSRI) yang bekerja dengan cara penggunaan insulin yang biasanya, maka
menghambat reuptake serotonin di presinaps peningkatan dosis insulin diperlukan. Tetapi,
sehingga akan memperpanjang aksi serotonin beberapa studi menyatakan bahwa belum ada
di saraf. Obat ini sering digunakan pada bukti-bukti yang relevan terkait dengan
pengobatan penyakit tertentu yang mengalami interaksi ini yang terjadi secara klinis sehingga
kekurangan serotonin, misalnya depresi. SSRI interaksi ini masih harus diwaspadai saja34.
bersifat selektif sehingga tidak mempengaruhi Interaksi antara insulin dengan
bagian lain, yaitu kardiovaskular. Mekanisme allopurinol menyebabkan peningkatan
secara pasti mengenai interaksi SSRI toleransi glukosa yang mengakibatkan
(fluoksetin) dengan insulin belum diketahui, terjadinya hiperglikemia. Hal tersebut terjadi
tetapi beberapa studi mengatakan interaksi ini pada pasien DM tipe II yang mendapat terapi
menyebabkan penurunan berat badan yang insulin pada saat terapi allopurinol dihentikan.
signifikan, penurunan kadar glukosa dalam Namun mekanisme dan tipe interaksi yang
darah dan mengurangi dosis insulin yang terjadi tidak diketahui secara pasti34. Pada
digunakan34. Dilihat dari efek penurunan berat kasus DM sering diikuti gangguan atau
badan yang signifikan pada penggunaan sindrom metabolik lainnya, salah satunya
bersamaan ini dapat disebabkan karena efek adalah hiperurisemia. Korelasi antara
samping SSRI yang menyebabkan penurunan hiperurisemia dan DM dinyatakan dalam
nafsu makan sehingga menyebabkan sebuah studi yang menyatakan hiperurisemia
penurunan berat badan. Oleh karena SSRI meningkatkan terjadinya resiko DM yang
menyebabkan penurunan dosis insulin, maka disebabkan hiperinsulinemia dan begitu
perlu dilakukan pengaturan dosis ulang bila sebaliknya. Hiperinsulinemia menyebabkan
insulin diberikan atau dikombinasikan dengan peningkatan reabsorpsi asam urat pada ginjal
SSRI. Bila tidak diatur ulang penggunaan dan meningkatkan produksi xantin oksidase
bersamaan ini dapat memicu terjadinya yang berperan dalam konversi hipoxantin
hipoglikemia. menjadi xantin yang selanjutnya akan diubah
Interaksi berikutnya yang belum menjadi asam urat. Penggunaan obat-obat
diketahui dengan pasti jenis interaksinya antigout dapat menurunkan kadar asam urat
adalah interaksi antara insulin dengan dalam darah sehingga akan memperbaiki kadar
furosemid. Furosemid merupakan salah satu glukosa dalam darah38. Oleh karena itu,
obat golongan diuretik loop yang biasa penghentian mendadak obat tersebut dapat
digunakan untuk gangguan kardiovaskular, menyebabkan hiperglikemia. Untuk
seperti hipertensi dan udem. Diuretik menghindari hiperglikemia, disarankan saat
digunakan sebagai terapi lini kedua pada akan menghentikan penggunaan allopurinol
hipertensi dengan penyakit DM yang dilakukan secara perlahan dengan menurunkan
dikombinasikan dengan ACE inhibitor atau dosis secara bertahap.
Angiotensin II Reseptor Blocker (ARB). Selain Amitriptilin adalah salah satu
itu, obat tersebut sering digunakan untuk udem golongan antidepresan trisiklik. Obat ini
yang sering terjadi pada pasien ginjal ataupun merupakan salah satu terapi yang digunakan
hipertensi. Hal ini dikarenakan obat ini bekerja untuk mengobati depresi dan ansietas.
dengan cara meningkatkan pengeluaran cairan Interaksi antara insulin dan amitriptilin serta
didalam tubuh melalui air seni. Pengeluaran antidepresan trisiklik lainnya memang jarang
cairan meningkat disebabkan karena ditemukan tetapi pernah dilaporkan dapat
penghambatan reabropsi Na dan air di ginjal36. menyebabkan hipoglikemia dengan
Mekanisme interaksi antara insulin dan mekanisme yang tidak diketahui secara jelas.
furosemid belum diketahui secara pasti, salah Seorang pasien yang menerima insulin
satu literatur menyatakan efek samping dari mengalami gelisah dan hipoglikemia ketika

7
mengkonsumsi amitriptilin sebelum tidur34. kedua obat ini harus ditinjau kembali dosis dan
Penanganan interaksi keduanya dapat waktu pemberiannya agar tidak terjadi reaksi
dilakukan dengan mengatur ulang dosis yang yang tidak diinginkan.
diberikan atau mengatur waktu pemberian Berdasarkan penelitian obat yang
insulin dan amitriptilin. Apabila amitriptilin paling berpotensi mengalami interaksi dengan
digunakan malam hari sebelum tidur makan antidiabetik injeksi insulin pada peresepan
insulin dapat digunakan pada pagi hari. pasien rawat jalan ASKES Rumah Sakit
Obat lain yang berpotensi berinteraksi Dokter Soedarso adalah aspirin dengan angka
dengan insulin adalah gemfibrozil yang kejadian sekitar 29,90% (tabel 6) dari total
merupakan salah satu golongan fibrat. Obat kejadian interaksi obat. Hal ini menunjukkan
tersebut digunakan untuk terapi gangguan penggunaan insulin dengan aspirin banyak
metabolisme, yaitu hiperlipidemia. digunakan secara klinis. Aspirin banyak
Hiperlipidemia memiliki korelasi dengan DM digunakan sebagai analgetik maupun
terutama pada pasien yang mengalami antiplatelet. Aspirin dapat menurunkan kadar
kelebihan berat badan (obesitas). Hal ini glukosa darah dan meningkatkan sekresi
dinyatakan oleh studi literatur yang insulin sehingga resiko hipoglikemia pada
mengatakan bahwa resistensi insulin yang pasien dapat meningkat. Penggunaan aspirin
terjadi pada DM tipe II dapat menyebabkan pada penderita DM yang menerima terapi
peningkatan kadar trigliserida dan penurunan insulin harus dimonitoring secara rutin kadar
kadar LDL sehingga terjadi hipertrigliserida glukosa dalam darahnya.
yang merupakan salah satu kelainan Potensi interaksi yang terjadi pada
metabolisme lemak. Pemilihan terapi fibrat penggunaan insulin dan obat-obatan tersebut
sebagai agen antihiperlipidemia merupakan sebenarnya dapat dihindari sehingga efek yang
pilihan yan tepat, dilihat dari efeknya terhadap tidak diinginkan dapat dicegah. Penggunaan
penurunan trigliserida dan peningkatan kadar obat-obatan yang berpotensi mengalami
HDL39. interaksi harus diperhatikan beberapa hal
Interaksi antara insulin dan antara lain dosis yang diberikan, waktu
gemfibrozil menyebabkan hipoglikemia. pemberian, bentuk sediaan, dan pemantauan
Walaupun jenis interaksinya belum diketahui, hasil ataupun perubahan hasil terapi. Dosis
tetapi beberapa studi mengatakan penggunaan yang diberikan harus disesuaikan dengan
obat antidiabetik oral (sulfonilurea) kebutuhan pasien karena untuk kasus tertentu
berinteraksi dengan gemfibrozil dengan pasien dapat mengalami hipoglikemia akut
mekanisme farmakokinetik. Gemfibrozil akan sehingga menyebabkan pasien menjadi lemah
berikatan lebih kuat dengan protein plasma atau pingsan. Penyesuaian dosis ini harus
sehingga sulfonilurea bebas akan lebih banyak. memperhatikan kadar gula darah pasien
Semakin banyak sulfonilurea didalam darah sebelum diberikan terapi obat tersebut. Selain
makan semakin banyak kemungkinan itu waktu pemberian obat juga harus
gemfibrozil berikatan dengan reseptor diperhatikan. Waktu pemberian ini berkaitan
sehingga meningkatkan kemungkinan dengan dosis yang telah disesuaikan tersebut
hipoglikemia. Selain itu, gemfibrozil sehingga bisa ditentukan jenis insulin apa yang
menurunkan eksresi sulfonilurea di ginjal akan diberikan kepada pasien. Penyesuaian
sehingga kadar sulfonilurea dalam darah tinggi dosis yang telah diberikan kepada pasien juga
dan menyebabkan kemungkinan terjadinya harus disertai dengan pemantauan kadar gula
hipoglikemia. Diketahui pula, gemfibrozil darah pasien tersebut. Pemantauan ini
merupakan salah obat yang menghambat bertujuan agar dokter dan pasien mengetahui
enzim CYP450 dengan isoenzim CYP2C8. hasil terapi obat yang berkaitan dengan dosis
Dimana obat-obat antidiabetik oral yang akan diberikan selanjutnya oleh dokter
dimetabolisme dengan enzim ini, oleh karena serta melihat kondisi pasien mengenai
itu obat-obat tersebut tidak dapat penyakit diabetesnya maupun penyakit lain
dimetabolisme dan kadar didalam darahnya yang menyertainya.
tetap tinggi34. Hal yang sama mungkin saja
terjadi pada interaksi insulin dengan KESIMPULAN
gemfibrozil sehingga dapat menyebabkan 1. Terdapat potensi interaksi obat dalam
hipoglikemia, tetapi secara pasti peresepan pasien rawat jalan ASKES di
mekanismenya belum diketahui. Penggunaan Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak

8
periode April – Juni 2013 yang menerima Penulisan Resep Obat Oral
antidiabetik injeksi insulin. Kardiovaskuler Pasien Dewasa Ditinjau
2. Jumlah potensi interaksi antidiabetik injeksi dari Sudut Pandang Interaksi Obat (Studi
insulin untuk kategori resep yang menerima kasus di Apotek “x” Jakarta Timur.
<5 jenis obat adalah 20% (18 dari 90 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2,
lembar resep) dan kategori resep yang 66 – 77.
menerima ≥5 jenis obat 46% (69 dari 150 7. Wilcox, Gisela. Insulin and Insulin
lembar resep). Resistance. 2005. Clin Biochem Rev. 2005
3. Terdapat 2 jenis mekanisme interaksi obat May; 26(2): 19–39
pada peresepan, yaitu interaksi 8. Setiawati, A. 2007. Interaksi obat, dalam
farmakokinetik dan interaksi Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
farmakodinamik. Jenis interaksi yang Departemen Farmakologi dan Terapeutik
paling banyak terjadi adalah interaksi Fakultas Kedokteran Universitas
farmakodinamik yaitu sebanyak 59,81%. Indonesia. Jakarta: Gaya Baru.
Dan obat yang paling berpotensi 9. BNF. 2009. British National Formulary.
mengalami interaksi dengan insulin adalah UK. BMJ Group.
aspirin dengan angka kejadian sebanyak 10. Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005.
29,90%. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan RI.
1. Wild, S., 2004. Global Prevalence of 11. Baxter, Karen. 2008. Stockley’s Drug
Diabetes-Estimates for the year 2000 and Interaction. 8th Edition. London: The
Projection for 2030. Diabetes Care. Pharmaceutical Press.
Number 5. Volume 27. 12. Sari, dkk. 2008. Analisis Obat Antidiabetik
2. Heydari, 2010, Chronic Complication of Oral pada Pasien Rawat Jalan di Rumah
Diabetes Mellitus in Newly Diagnosed Sakit X Depok. Departemen Farmasi
Patients, International Journal of Diabetes FMIPA Universitas Indonesia. Jurnal
Mellitus 2, Elsevier, 61-63. Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari
3. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2008: 8 – 14.
2007. Obat-Obat Penting, Khasiat, 13. Saseen, Joseph.J. and Carter, Barry.L.
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. 2005. Hypertension, dalam
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, Hal Pharmacotherapy Handbook. Sixth
: 693. edition. The Mc. Graw Hill Company.
4. Departemen Kesehatan. 2005. USA.
Pharmaceutical Care untuk Penyakit 14. Lansang, M.C. and Hustak, L.C. 2011.
Diabetes Melitus. Glucocorticoid Induced Diabetes and
5. Sinaga, E. 2008. Interaksi antara Adrenal Suppression: How to Detect and
Beberapa Obat. Jakarta: Sumber Manage Them. Cleveland Clinic Journal
Replubika. of Medicine. Volume 78. Nomor 11
6. Harianto dkk. 2006. Hubungan Antara
Kualifikasi Dokter dengan Kerasionalan

Anda mungkin juga menyukai