BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu dari negara di Asia yang memiliki kerentanan
HIV akibat dampak perubahan ekonomi dan perubahan kehidupan sosial. Saat ini
epidemi AIDS dunia sudah memasuki dekade ketiga, namun penyebaran infeksi
dikarenakan masalah tersebut. Materi dasar dalam pelatihan konseling dan tes
membantu peserta memahami arti dari epidemiologi. Program HIV AIDS dikelola
penularan HIV dan memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV. Berdasarkan
seluruh Indonesia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 lalu melaporkan terdapat 36,1
Immuno Deficiency Virus (AIDS). Para pengidap lazim disebut “orang dengan
1
HIV/AIDS (ODHA)” dengan prevalensi yang sangat bervariasi dan rata-rata
mencapai 5 persen. Lebih dari 7,4 juta orang terinfeksi HIV/AIDS di daerah Asia
Pasifik, dan sebagian besar adalah para pekerja di usianya yang paling produktif.
Setiap hari sekitar 14.000 orang di seluruh dunia tertular HIV/AIDS, 6.000 orang
diantaranya berusia antara 15 dan 24 tahun dan akan menjadi generasi tenaga
kerja yang akan datang. Kira-kira 800.000 orang dewasa, 450.000 diantaranya
laki-laki, terinfeksi HIV di Asia Selatan dan Asia Tenggara pada tahun 2003.
Dengan 150.000 kasus baru pada tahun 2003, Asia Timur dan Pasifik termasuk
dua daerah yang masih bisa menahan masuknya HIV/AIDS. Pada akhir tahun
2003, diperkirakan akan ada sebanyak 7 juta ODHA di dua daerah ini.
Bukan saja karena derita fisik yang harus ditanggung orang dengan HIV/AIDS
atau ODHA, tetapi juga faktor psikologis (penerimaan masyarakat) dan faktor
sosial (stigma dan diskriminasi dari masyarakat) yang masih selalu menghantui
setiap penderita.
dalam ilmu epidemi, red epidemic level (tingkat epidemi merah), dalam arti kata
lebih dari 5 % kelompok orang perilaku resiko tinggi telah terpapar HIV/AIDS.
Pada situasi seperti ini bangsa Indonesia telah dinyatakan terancam bahaya, antara
lain :
2. Bahaya karena penduduk yang selama ini dianggap tidak rentan pun beresiko
2
3. Bahaya karena akan kehilangan banyak kaum muda pada kirasan usia 14-29
tahun.
ekstra besar untuk merawat dan membeli obat bagi anggotanya yang terpapar
HIV/AIDS.
6. Bahaya karena dana negara dan dana masyarakat (social cost) yang jumlahnya
120.000 orang tertular HIV. Data Depkes RI sampai dengan September 2005
November 2006 terdapat 170 ribu dari total 220 juta jumlah penduduk di
estimasi, terdapat 5500 kasus kematian akibat AIDS di Indonesia. Epidemi ini
(injecting drug users/IDU) dan para mitra seksual mereka, mereka yang
melakukan praktik pelacuran, dan para pria yang melakukan hubungan seksual
sesama jenis.
Pada tahun 2004, dari semua kasus HIV yang dilaporkan, 43,3 % kasus
disebabkan oleh hubungan heteroseksual dan 44,1 % kasus akibat IDU. Dan
sepanjang tahun 2006, di Indonesia terdapat 6.987 kasus HIV/AIDS, tapi estimasi
3
sementara jumlah tersebut bisa mencapai 193.000 kasus atau pada kisaran
169.000 hingga 216.000 orang. Ini karena kemungkinan besar banyak dari
penderita yang tidak tahu kalau mereka sudah terjangkit virus HIV. Prevalensi
Januari hingga September 2006. Data Depkes menunjukkan bahwa dari 6.987
terlaporkan 41 orang menderita HIV/AIDS dan jumlah ini akan terus meningkat,
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
AIDS.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Definisi kasus AIDS guna keprluan surveilans adalah seseorang yang HIV
positif dan didapatkan minimal 2 tanda mayaor seperti diare kronis selama 1 bulan,
berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, demam berkepanjangan, dll
disertai dengan 1 tanda minor yaitu seperti salah satunya batuk menetap selama
kuarang lebih 1 bulan dan dermatitis generalisata yang disertai sensasi gatal.
Tujuan Khusus :
tertentu yaitu pada kelompok berperilaku risiko tinggi dan perilaku risiko
orang.
6
f. Menggunakan data prevalensi untuk keperluan advokasi.
distribusinya.
3) Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang
epidemiologi.
7
3) Mengevaluasi program-program pencegahan dan pengendalian penyakit
Data dasar penyakit HIV/AIDS sangat penting untuk menyusun perencanaan dan
tinggal dimana penyakit HIV/AIDS sering terjadi dan variasi terjadinya dari
waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan cara serta dinamika
g. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan dan
digunakan sebagai dasar penanggulangan HIV/AIDS yang cepat dan tepat, yaitu
a. Prosedur pemeriksaan darah untuk penderita AIDS adalah yang pertama harus
8
darahnya kemudian diberikan konseling sebelum serta sesudah test terhadap
subjek dan yang terpenting harus rahasia agar subjek yag diambil darahnya
merasa nyaman dan tidak timbul rasa khawatir misalnya tidak di beri nama
AIDS atau tidak. Apabila penderita positif menderita AIDS maka wajib
mengisi formuir penderita AIDS agar semua kasus dapat dilaporkan baik yang
sudah meninggal atau yang masih hidup, untuk yang sudah meninggal
meskipun sebelumnya sudah lapor pada saat meninggal juga wajib lapor,
laporan penderita positif AIDS yang kemudian laporan kasus ini dikirim
secepatnya tanpa menunggu suatu periode waktu dan harus dilaporkan pada
saat menemukan penderita positif AIDS bisa melalui fax atau email untuk
9
tertentu untuk memantau prevalensi penyakit tertentu seperti HIV misalanya pada
tempat lokalisasa atau pada kelompok berisiko tertentu yaitu seperti PSK,
1. Pengumpulan Data
Data kasus HIV dapat diperoleh melalui laporan hasil pemeriksaan HIV
oleh Laboratorium yang meliputi kode spesimen yaitu : Kabupaten/ Kota, sub-
populasi sasaran, golongan umur, jenis kelamin, bulan dan tahun pemeriksaan.
Ditjen PPM & PL-Dit P2ML minat Subdit AIDS& PMS di Jakarta. Laporan hasil
laporan tersebut dari kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan
ke Ditjen PPM & PL minat Subdit AIDS & IMS langsung setelah menerima hasil
Sentinel HIV tersebut sebagai data dasar untuk dimasukkan kedalam program
komputer SSHIV yang menjadi pusat pengolahan data surveilans sentinel HIV di
provinsi.
populasi sasaran surveilans sentinel HIV misalnya: Data darah donor dari UTD/
UTDP dan Data dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berangkat ke luar negeri.
10
2. Kompilasi Data
melakukan kompilasi hasil pengumpulan data dari lapangan dan dari Balai
3. Analisis Data
prevalens HIV pada setiap sub- populasi sentinel menurut waktu dan tempat
terkumpul dari semua daerah akan disimpan di Subdit AIDS & PMS Ditjen PPM
& PL DepKes RI. Data tersebut akan dianalisis untuk melihat tren/ kecenderungan
prevalens infeksi HIV berdasarkan orang, waktu dan tempat dalam bentuk grafik
4. Interprestasi Data
seberapa cepat peningkatan atau penurunan prevalens HIV pada berbagai sub-
11
Direktorat P2ML cq. Subdit AIDS& PMS akan memantau pelaporan
singkat hasil surveilans sentinel. Laporan singkat tersebut akan dikirimkan kepada
membuat laporan singkat yang berasal dari kabupaten/ kota setempat, dan
umpan balik tersebut memuat interpretasi analisis data sentinel surveilans HIV:
wilayah.
6. Monitoring
12
7. Evaluasi
a. Pada evaluasi input pemegang program HIV dari semua tingkat admisnistratif
kerangka sampel yang benar dan pelaksanaan pemetaan lokasi sentinel. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah petugas kesehatan yang bermutu,
melakukan apa dan bagaimana caranya”. Evaluasi ini dilakukan untuk semua
13
sentinel tersebut. Evaluasi tahap ini lebih dititip beratkan pada proses
kesehatan dan sentinel site, jadwal pelaksanaan, biaya pelaksanaan dan sosial
budaya setempat.
a. Tenaga profesional serta sarana dan prasarana yang belum memadai untuk
penanggulangan HIV/AIDS.
diukur.
14
h. Jumlah kasus yang dilaporkan semu (fenomena gunung es), lebih banyak
Indonesia meliputi:
15
e. Para petugas surveilans HIV/AIDS di Indonesia sudah mendapatkan
pada tempat yang secara rutin darah diambil untuk tujuan lain.
kebutuhan.
intervensi selanjutnya.
D. Pengertian HIV/AIDS
16
dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS
mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu
yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus
membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti
retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang
CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut
komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol,
dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah
Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase,
protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV yang dikenal
dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus,
17
E. Cara penularan HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV
air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis,
dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke
aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro
pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai
0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas
terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
18
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat
lain yang darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di
HIV.(PELKESI,1995).
berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
Pada saat seseorang tekena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-
10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk
ke dalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum
19
bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada
dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk
pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya
terdapat HIV. Pada tahap HIV positif ini maka keadaan fisik yang bersangkutan
tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap
bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini yang
bersangkutan sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan
Sejak masuk virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti
sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Setelah 5-10 tahun
maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS
dimana terjadi berbagai infeksi seperti infeksi jamur, virus-virus lain, kanker, dan
sebagainya. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena
infeksi tersebut.
G. Gejala Klinis
Selain itu, ada juga gejala-gejala minor yang terjadi pada penderita, antara lain :
20
2. Dermatitis generalisata yang gatal.
hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti
misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang tercemar, dan pengidap virus
adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa
digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu,
mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara
produktif.
21
Strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS (Stranas) pertama
perubahan yang terjadi akhir-akhir ini telah mendorong semua pihak untuk
1. Pencegahan HIV/AIDS
4. Penelitian
7. Kesinambungan Penanggulangan
HIV/AIDS sebagai panduan pokok bagi semua pihak yang melaksanakan kegiatan
kesejahteraan keluarga.
efektif.
22
5. Diselenggarakan secara multipihak berdasarkan prinsip kemitraan dengan
yang antara lain mencerminkan peran yang besar dari penyelenggara daerah
termasuk DPR dan DPRD, lembaga non pemerintah termasuk LSM dan
setempat.
Penyandang virus HIV diharapkan terus meningkatkan CD4-nya (sel daya tahan
23
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Abdul. 2006. “Sistem Surveilans Sentinel HIV”. Kewaspadaan Global Terhadap
Keadaan Darurat: Flu Burung / Hiv Dan Aids, Edisi 4, Oktober 2006, h. 08.
Dalam
http://www.amifrance.org/IMG/pdf_HM_IV_FINAL_VERSION_0806.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2017 pukul 20:00 WIB
Susilowati E. (2006). Evaluasi Sistem Surveilans Sentinel HIV di Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Available ini
http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2-
2006-helensusil-445 (diakses tanggal 20 Maret 2017)
Muninjaya, Gde. (1999). Ebook Masalah AIDS di Indonesia : Masalah dan Kebijakan
Penanggulangannya. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
24
http://share.pdfonline.com/b2aaca3caf8844d3bc7713dbd8d6d390/BUKU%20SU
RVEILANS%20HIV%20GENERASI%20KEDUA%5B1%5D.htm diakses pada
tanggal 20 Maret 2017.
25