pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil
laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara
keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses
harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai
secara obyektif aktivitas pemerintah. b)
adalah “pengawasan
yang dilakukan terhadap suatu
kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada
akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan
laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya penyimpangan. c)
Prinsip pokok kedua juga harus ada, agar sistem pengawasan dapat benar-benar efektif
dilaksanakan. Wewenang dan juga instruksi-instruksi yang jelas harus diberikan
kepada bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan
tugas-tugasnya dengan baik atau tidak. Setelah prinsip pokok tersebut, maka suatu sistem
pengawasan harus mengandung prinsip- prinsip berikut: 1.
Dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.
Setiap kegiatan membutuhkan sistem pengawasan yang berbeda sesuai dengan karakteristik
kegiatan tersebut. Pengawasan pembelajaran tentunya berbeda dengan pengawasan
ketatausahaan. 2.
Fleksibel. Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem pengawasan tersebut
memenuhi prinsip fleksibilitas. Artinya sistem pengawasan tersebut tetap dapat dipergunakan,
meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana di luar dugaan. 4.
Ekonomis : Sifat ekonomis dalam proses pengawasan juga sangat diperlukan. Tidak seharusnya
membuat sistem pengawasan yang mahal, apabila tujuan pengawasan dapat diwujudkan melalui
sistem pengawasan yang murah. 6.
Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif. Akhirnya suatu sistem pengawasan barulah
dapat dikatakan efektif, apabila dapat melaporkan kegiatan yang salah, dimana kesalahan itu
terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Ini sesuai dengan salah satu
tujuan pengawasan, yaitu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan serta kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Tahap Proses Pengawasan
Tahap Proses Pengawasan : a)
Tahap Penetapan Standar Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan
kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang
umum yaitu : ·
standar phisik ·
standar moneter ·
standar waktu b)
Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan secara tepat. c)
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan,
metode, pengujian, dan sampel. e)
Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan Digunakan untuk
mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi
demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer.