Anda di halaman 1dari 7

Kabupaten/kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui

pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh

dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak.

Secara Umum: Untuk memenuhi hak dan melindungi anak

• Secara Khusus: Untuk membangun inisiatif pemerintahan kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi

Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan

intervensi pembangunan, dalam bentuk: kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan

hak dan perlindungan anak (PHPA), pada suatu wilayah kabupaten/kota.

Apa Landasan Hukum KLA

INTERNASIONAL

• Deklarasi Hak Asasi Manusia

• Konvensi Hak-hak Anak

• World Fit For Children

NASIONAL

• Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b ayat 2 dan 28c

• UU 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019

• UU 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025

• UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah

• UU 35/2014 perubahan atas 23/2002 tentang Perlindungan Anak

• UU 12/2011 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

• Inpres 01/2010 tentang Program Prioritas Pembangunan Nasional

• Inpres 05/2014 tentang Gerakan Nasional “Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA)

Apa Prinsip dalam Pengembangan “KLA”

a. Non diskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik untuk anak

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan

d. Penghargaan terhadap pendapat anak

e. Tata Pemerintahan Yang baik

Apa Strategi Pengembangan “KLA”

KLA menerapkan strategi pemenuhan hak anak (PUHA), yang berarti melakukan pengintegrasian hak-hak anak ke

dalam:

a. Setiap proses penyusunan: kebijakan, program dan kegiatan.

b. Setiap tahapan pembangunan: perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

c. Setiap tingkatan wilayah: nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa/kelurahan.

Strategi yang dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak antara lain sebagai berikut:
1. Pengarusutamaan pemenuhan hak anak (PUHA).

Yaitu upaya mengintegrasikan pemenuhan hakdasar anak dalam penyusunan perundangan-undangan,kebijakan,

program dan kegiatan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan prinsip untuk

memberikan yang terbaik bagi kepentingan anak.

2. Penguatan kelembagaan.

Yaitu upaya untuk memperkuat kelembagaan PP dan PA, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Dunia Usaha di

semua wilayah administrasi pemerintahan agar proaktif dalam upaya memenuhi hak anak yang dilakukan melalui

advokasi, sosialisasi dan fasilitasi di bidang ketenagaan, anggaran, sarana prasarana, metoda dan teknologi.

3. Perluasan jangkauan.

Yaitu membangun wilayah percontohan kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa/kelurahan serta kawasan layak anak

di sentra pertumbuhan ekonomi kemudian mereplikasikan ke dalam kawasan penyangga dan wilayah perbatasan serta

pulau terluar.

4. Membangun jaringan.

Yaitu membangun kerjasama dan komitmen operasionalisasi kebijakan KLA dengan lembaga-lembaga yang bekerja di

bidang perencanaan dan pengembangan kota, tata ruang, gugus tugas yang relevan dan substansial dalam membangun

KLA.

5. Pelembagaan dan pembudayaan KLA.

Yaitu upaya melembagakan dan membudayakan sikap dan perilaku ramah terhadap anak dari lingkungan keluarga inti

dan keluarga besar (nucleous dan etened families) untuk menjamin adanya interaksi antar generasi yaitu anak, orang

dewasa, orang tua dan manusia lanjut usia. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai luhur budaya bangsa tidak hilang atau

luntur.

6. Promosi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (PKIE).

Yaitu upaya untuk memanfaatkan media dalam membangun komunikasi dan pemahaman bersama, penyebarluasan

informasi dan memberikan edukasi pada masyarakat dalam melembagakan danmembudayakan KLA. Media tersebut

diklasifikasikan ke dalam media dalam ruang,luar ruang, cetak, elektronik dan media elektronik berbasis jaringan web

atau media sosial.

7. Sertifikasi dan apresiasi


Yaitu upaya memberikan sertifikat capaian dan penghargaan atas prestasi dalam mengembagkan KLA. Apresiasi KLA di

kategorikan ke dalam kelompok yaitu pratama, madya, nindya, utama dan KLA.

KLA penting di wujudkan


Jumlah anak sekitar sepertiga dari total penduduk

• Anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan

keberlangsungan hidup bernegara.

• Untuk meningkatkan kualitas anak agar tidak menjadi beban pembangunan.

• Tingginya kekerasan terhadap anak baik dilingkungan sekolah, lingkungan masyrarakat dan

lingkungan keluarga

• Koordinasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan terkait pemenuhan hak dan

perlindungan anak masih lemah dan harus diperkuat agar terintegrasi, holistik dan

berkelanjutan.

• Masih terbatasnya ruang bermain anak yang dapat meningkatkan kreatifitas anak

• Belum semua dokumen pembangunan di K/L dan pemda yang selaras dengan KHA

• Belum semua pemangku kepentingan di K/L dan pemda memahami hak anak

• Belum banyak daerah yang mempunyai landasan hukum untuk membangun anak di

wilayahnya à belum memperoleh dukungan APBD.

• Kapasitas kelembagaan, masih rendah à SDM, data, keterbatasan champions, sering

pergantian pimpinan lembaga.

• Peran provinsi sebagai pembina kabupaten/kota di wilayahnya, masih belum optimal.

KLA dikembangkan mulai dari Kabupaten / Kota à kabupaten/kota dapat dikatakan KLA apabila

seluruh kecamatan di kabupaten/ kota tersebut layak anak à Kecamatan dapat dikatakan layak

anak apabila seluruh desa/ kelurahannya layak anak à semua RW/RT dan keluarga layak anak

Bagaimana
09e6c-KLA

Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang

menintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat, dunia usaha yang

terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program kegiatan untuk menjamin

pemenuhan hak dan perlindungan anak (Rumtianang, 2015). 2471-275

Kota Layak Anak (KLA) atau yang dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan child-friendly city

(CFC) awalnya diinisiasi oleh UNESCO melalui program yang dinamakan Growing Up City.

Selanjutnya, konsep child-friendly city ini diperkenalkan oleh UNICEF dengan tujuan

menciptakan suatu kondisi yang mengaspirasi hak-hak anak melalui tujuan, kebijakan, program-

program dan struktur pemerintahan lokal (Child Friendly Cities, 2011).

Di Indonesia, konsep child-friendly city diterjemahkan sebagai kota layak atau ramah anak.

Perkembangan dan pelaksanaan konsep ini dikelola oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Berbagai program dan kegiatan dirancang dan

dikembangkan oleh Kementerian ini guna mendukung terciptanya lingkungan Kota Ramah Anak

di Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia dan mengatasi berbagai macam permasalahan yang

berkaitan dengan perlindungan anak. Terdapat tiga faktor utama yang menentukan

perkembangan dan pertumbuhan kota yaitu manusia, kegiatan manusia, pola pergerakan antara

pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia lainnya. Faktor manusia

menyangkut segi-segi perkembangan tempat kerja, status sosial dan perkembangan kemampuan

dan teknologi.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah terkait KRA, antara lain: Peraturan Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009 mengenai Kebijakan Kabupaten/Kota Layak

anak menyebutkan beberapa indikator kota layak anak di Indonesia secara umum, antara lain

kesehatan, pendidikan, perlindungan, infrastruktur, lingkungan hidup dan pariwisata. Sedangkan

secara khusus dapat didekati dari indikator-indikator yang disusun oleh Riggio (2002) dikatakan

bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu kota layak anak bagi anak anak muda adalah (1) mampu

berkontribusi dalam pengambilan keputusan mengenai kota tempat tinggalnya, (2)

mengekspresikan pendapat(3) berpartisipasi di dalam keluarga, komunitas dan kehidupan

sosialnya, (4) memperoleh akses terhadap pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan

tempat tinggal, (5) memperoleh akses untuk meminum air yang sehat dan sanitasi yang

memadai, (6) terlindungi dari eksploitasi, kekerasan dan pelecehan, (7) berjalan dengan aman di

jalanan, (8) berjumpa teman dan bermain, (9) memiliki ruang hijau untuk tanaman dan hewan

peliharaan, (10) tinggal di lingkungan yang sehat yang bebas polusi, (11) berpartisipasi dalam

kegiatan sosial dan kebudayaan, (12) didukung, dicintai dan memperoleh kasih sayang, (13)

sama seperti warga lainnya dalam memperoleh akses terhadap setiap pelayanan tanpa

memandang suku, agama, pendapatan, jenis kelamin dan keterbatasan (disability).

Disebutkan dalam U 2685-7430

Anda mungkin juga menyukai