Kabupaten
Kabupaten
pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh
dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak.
• Secara Khusus: Untuk membangun inisiatif pemerintahan kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi
Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan
intervensi pembangunan, dalam bentuk: kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan
INTERNASIONAL
NASIONAL
• Inpres 05/2014 tentang Gerakan Nasional “Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA)
a. Non diskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik untuk anak
KLA menerapkan strategi pemenuhan hak anak (PUHA), yang berarti melakukan pengintegrasian hak-hak anak ke
dalam:
b. Setiap tahapan pembangunan: perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Strategi yang dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Layak Anak antara lain sebagai berikut:
1. Pengarusutamaan pemenuhan hak anak (PUHA).
program dan kegiatan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan prinsip untuk
2. Penguatan kelembagaan.
Yaitu upaya untuk memperkuat kelembagaan PP dan PA, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Dunia Usaha di
semua wilayah administrasi pemerintahan agar proaktif dalam upaya memenuhi hak anak yang dilakukan melalui
advokasi, sosialisasi dan fasilitasi di bidang ketenagaan, anggaran, sarana prasarana, metoda dan teknologi.
3. Perluasan jangkauan.
Yaitu membangun wilayah percontohan kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa/kelurahan serta kawasan layak anak
di sentra pertumbuhan ekonomi kemudian mereplikasikan ke dalam kawasan penyangga dan wilayah perbatasan serta
pulau terluar.
4. Membangun jaringan.
Yaitu membangun kerjasama dan komitmen operasionalisasi kebijakan KLA dengan lembaga-lembaga yang bekerja di
bidang perencanaan dan pengembangan kota, tata ruang, gugus tugas yang relevan dan substansial dalam membangun
KLA.
Yaitu upaya melembagakan dan membudayakan sikap dan perilaku ramah terhadap anak dari lingkungan keluarga inti
dan keluarga besar (nucleous dan etened families) untuk menjamin adanya interaksi antar generasi yaitu anak, orang
dewasa, orang tua dan manusia lanjut usia. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai luhur budaya bangsa tidak hilang atau
luntur.
Yaitu upaya untuk memanfaatkan media dalam membangun komunikasi dan pemahaman bersama, penyebarluasan
informasi dan memberikan edukasi pada masyarakat dalam melembagakan danmembudayakan KLA. Media tersebut
diklasifikasikan ke dalam media dalam ruang,luar ruang, cetak, elektronik dan media elektronik berbasis jaringan web
kategorikan ke dalam kelompok yaitu pratama, madya, nindya, utama dan KLA.
• Anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan
• Tingginya kekerasan terhadap anak baik dilingkungan sekolah, lingkungan masyrarakat dan
lingkungan keluarga
• Koordinasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan terkait pemenuhan hak dan
perlindungan anak masih lemah dan harus diperkuat agar terintegrasi, holistik dan
berkelanjutan.
• Masih terbatasnya ruang bermain anak yang dapat meningkatkan kreatifitas anak
• Belum semua dokumen pembangunan di K/L dan pemda yang selaras dengan KHA
• Belum semua pemangku kepentingan di K/L dan pemda memahami hak anak
• Belum banyak daerah yang mempunyai landasan hukum untuk membangun anak di
KLA dikembangkan mulai dari Kabupaten / Kota à kabupaten/kota dapat dikatakan KLA apabila
seluruh kecamatan di kabupaten/ kota tersebut layak anak à Kecamatan dapat dikatakan layak
anak apabila seluruh desa/ kelurahannya layak anak à semua RW/RT dan keluarga layak anak
Bagaimana
09e6c-KLA
Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang
terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program kegiatan untuk menjamin
Kota Layak Anak (KLA) atau yang dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan child-friendly city
(CFC) awalnya diinisiasi oleh UNESCO melalui program yang dinamakan Growing Up City.
Selanjutnya, konsep child-friendly city ini diperkenalkan oleh UNICEF dengan tujuan
menciptakan suatu kondisi yang mengaspirasi hak-hak anak melalui tujuan, kebijakan, program-
Di Indonesia, konsep child-friendly city diterjemahkan sebagai kota layak atau ramah anak.
Perkembangan dan pelaksanaan konsep ini dikelola oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Berbagai program dan kegiatan dirancang dan
dikembangkan oleh Kementerian ini guna mendukung terciptanya lingkungan Kota Ramah Anak
di Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia dan mengatasi berbagai macam permasalahan yang
berkaitan dengan perlindungan anak. Terdapat tiga faktor utama yang menentukan
perkembangan dan pertumbuhan kota yaitu manusia, kegiatan manusia, pola pergerakan antara
pusat kegiatan manusia yang satu dengan pusat kegiatan manusia lainnya. Faktor manusia
menyangkut segi-segi perkembangan tempat kerja, status sosial dan perkembangan kemampuan
dan teknologi.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah terkait KRA, antara lain: Peraturan Menteri Negara
anak menyebutkan beberapa indikator kota layak anak di Indonesia secara umum, antara lain
secara khusus dapat didekati dari indikator-indikator yang disusun oleh Riggio (2002) dikatakan
bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu kota layak anak bagi anak anak muda adalah (1) mampu
sosialnya, (4) memperoleh akses terhadap pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan
tempat tinggal, (5) memperoleh akses untuk meminum air yang sehat dan sanitasi yang
memadai, (6) terlindungi dari eksploitasi, kekerasan dan pelecehan, (7) berjalan dengan aman di
jalanan, (8) berjumpa teman dan bermain, (9) memiliki ruang hijau untuk tanaman dan hewan
peliharaan, (10) tinggal di lingkungan yang sehat yang bebas polusi, (11) berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan kebudayaan, (12) didukung, dicintai dan memperoleh kasih sayang, (13)
sama seperti warga lainnya dalam memperoleh akses terhadap setiap pelayanan tanpa