Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun kenyataannya upaya
pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Rumah sakit masih berorientasi pada upaya kuratif dan rehabilitative, sementara pelayanan
promotif dan preventif di rumah sakit masih dianggap sebelah mata, karena dinilai merupakan
sebuah cost center tanpa pernah melihat esensi dampak/ outcome dari promosi kesehatan yang
dikelola dengan baik seperti yang dilakukan di beberapa negara maju.
Health Promoting Hospital (HPH) atau rumah sakit yang mempromosikan kesehatan di
dunia saat ini telah menjadi trend dan dipandang sebagai rumah sakit masa depan karena
menintegrasikan seluruh aspek pelayanan secara holistik dan inklusif terhadap kesehatan secara
berkesinambungan. Pelayanan secara holistik bertujuan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh
rumah sakit tidak hanya berdimensi fisik semata yang berorientasi pada patogenik tetapi juga
mencakup seluruh dimensi manusia meliputi bio, psiko, sosio dan determinan lainnya yang
berorientasi pada salutogenik.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan rujukan harus melaksanakan
pelayanan yang inklusif sehingga RS akan memberikan kontribusi lebih bagi peningkatan
derajat kesehatan masayarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan sistematis. Ciri pelayanan kesehatan inklusif adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dari mulai pelayanan kesehatan dasar/ primer, pelayanan kesehatan
rujukan sekunder/ tersier hingga dikembalikan ke pelayanan kesehatan primer atau langsung
ke lingkungan masayarakat yang telah terkondisikan untuk peningkatan derajat kesehatannya.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014 dan penerapan
akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit untuk menerapkan pelayanan secara
paripurna sebagaimana amanat undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
Upaya promotif dan preventif menjadi suatu upaya terintegrasi dalam pelayanan rumah sakit.
Upaya promotif dan preventif dapat dijadikan kendali mutu dan biaya dengan melalui
peningkatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga serta masyarakat rumah sakit untuk
berpartisipasi aktif dalam mendukung upaya penyembuhan dan rehabilitasi.
RSUD Kota Dumai, sebagai salah satu rujukan Rumah Sakit regional berusaha
menerapkan pelayanan paripurna dalam rangka mensukseskan program jaminan kesehatan
nasional. Upaya promosi kesehatan telah direvitaslisasi sejak tahun 2008 dan saat ini
pengelolaan promosi kesehatan di RSUD Kota Dumai telah memiliki struktur yang jelas.
Berdasarkan hal tersebut penerbitan buku pedoman pelayanan promosi kesehatan ini
diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam tata kelola instalasi promosi kesehatan
sebagai koordinator/ pengelola upaya promosi kesehatan di RSUD Kota Dumai.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan pembuatan pedoman pelayanan PKRS adalah sebagai acuan dalam pelayanan
PKRS yang terintegrasi dengan unit layanan lainnya di RSUD Kota Dumai.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan PKRS di RSUD Kota Dumai meliputi :
1. Edukasi staf
2. Edukasi pasien dan keluarga
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan klinis (Clinical Health Promotion)

D. Batasan Operasional
Batasan Operasional pelayanan PKRS adalah sebagai berikut :

1. Edukasi Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan staf rumah
sakit dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menunjang produktifitas
kerja di lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan keluarga
dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara mandiri melaui upaya peningkatan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan
pasien.

3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit dalam
menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah sakit.

4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah meciptakan sistem dan lingkungan kerja
yang sehat yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya mendukung
produktifitas kerja dan keselamatan pasien.

5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan pengembangan promosi
kesehatan klinis (Clinical Health Promotion) adalah upaya peningkatan kualitas pelayanan
RS baik pengambilan keputusan maupun upaya perbaikan pelayanan secara
berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui hasil penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan klinis dan mendukung promosi kesehatan berkelanjutan.

E. Landasan Hukum
Kegiatan promosi kesehatan di RS merupakan upaya kesehatan bersama sebagai
landasan hukum pelayanan PKRS meliputi :

1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petujuk


Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan


Nasional Promosi Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman


Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang upaya Peningkatan


Kesehatan dan Pencegahan Penyakit

9. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor


66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya
BAB II
STANDAR KETENAGAAN INSTALASI PKRS
RSUD KOTA DUMAI

Pelayanan promosi kesehatan yang professional memiliki standar pengelolaan


sumberdaya manusia/ tenaga sebagai bagian penting dalam pelayanan. Pengaturan tenaga
promosi kesehatan bertujuan agar kegiatan pelayanan yang di berikan dapat terlaksana
secara efektif dan efisien. Standar ketenagaan PKRS telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petujuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI
Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya

A. Kualifikasi Tenaga PKRS

Pada umumnya seluruh petugas rumah sakit adalah tenaga promotor kesehatan namun
untuk tenaga khusus pengelola dan pemberi pelayanan promosi kesehatan harus memenuhi
kulalifikasi sebagai berikut :

1. Tenaga Pengelola PKRS

Tenaga pengelola PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi pengelolaan/
manajemen kegiatan PKRS di RSUD Kota Dumai. Adapun kualifikasi tenaga pengelola
PKRS adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan minimal S 1 Kesehatan diutamakan peminatan promosi kesehatan

b. Memiliki sertifikat pelatihan pengelola PKRS

2. Tenaga Fungsional PKRS

Tenaga fungsional PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi memberikan
pelayanan langsung sesuai dengan runag lingkup pelayanan yang ditetapkan. Adapun
kualifikasi tenaga fungsional PKRS sebagai berikut :
a. Fungsional ahli

1). Pendidikan minimal S 1 Kesehatan

2). Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional

3). Memenuhi pencapaian angka kredit

b. Fungsional terampil

1) Pendidikan minimal D3 Kesehatan

2) Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional

3) Memenuhi pencapaian angka kredit

3. Tenaga Fungsional khusus edukator

a. Minimal D 3 Kesehatan

b. Minimal memiliki sertifikat pelatihan edukasi dasar

c. Memiliki sertifikat pelatihan komunikasi efektif dan terapeutik

4. Tenaga Teknis lainnya

a. Pendidikan minimal SMA sederajat

b. Memiliki kompetensi desain multimedia

B. Peran dan Tanggung Jawab

Unit kerja fungsional PKRS memiliki tugas :

1. Melaksanakan perencanaan
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisai kebijakan PKRS
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan
4. Menggerakkan masyarakat Sekitar Rumah Sakit untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat masyarakat yang bekerjasama
dengan kelompok masyarakat peduli kesehatan serta sektor lain terkait
5. Menyusun pedoman/panduan, Standar Prosedur Operasional (SPO), pelaksanaan, dan
regulasi internal PKRS
6. Membuat dan/atau mengembangkan media Promosi Kesehatan;
7. Memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur
Rumah Sakit
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, pemantauan, dan penilaian pelaksanaan Promosi
Kesehatan yang terintegrasi
9. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia penyelenggara PKRS
10. Melaksanakan pengembangan metode dan penelitian;
11. Mengoordinasikan pelaksanaan pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan profesional
pemberi asuhan (PPA) pada setiap unit pelayanan di Rumah Sakit; dan
12. Mendorong terwujudnya Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan aman

C. Tempat dan Strategi

1. Tempat Pelaksanaan Promosi Kesehatan


Tempat pelaksanaan Promosi Kesehatan di rumah sakit adalah :
a. Di dalam Gedung
1) Ruang Pendaftaran / Administrasi
2) Poliklinik
3) Ruang Rawat Inap
4) Ruang Penunjang Medik
5) Auditorium

b. Di luar Gedung :
1) Tempat Parkir
2) Taman Rumah Sakit
3) Tempat ibadah
4) Masyarakat (Posyandu, UKS, UKGS, PMR, LSM)
BAB III
STANDAR FASILITAS

Pemenuhan standar fasilitas minimal untuk pelayanan promosi kesehatan didasarkan pada
Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit.

A. Denah Ruangan
Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 mengamanatkan bahwa setiap rumah sakit harus
memiliki ruangan penyuluhan kesehatan. Ruangan penyuluhan/ pendidikan kesehatan harus
dimiliki oleh setiap unit. misalnya di ruang rawat inap diperlukan satu ruang edukasi bagi
pasien dan keluarga begitupun di unit lainnya misalnya di ruangan farmasi, laboratorium,
radiologi dan ruangan penunjang lainnya termasuk dipelayanan rawat jalan dengan klinik
edukasi terintegrasi. Selain ruang pelayanan edukasi, diperlukan juga ruangan pengelola
PKRS yang berfungsi untuk aktifitas manejemen PKRS

Poli Bedah

PINTU Informasi
Admisi
MASUK
Ruang Penyuluhan
PKRS
Meja

Kursi

Gambar 3.1 Denah Ruang PKRS

Keterangan :

RSUD Kota Dumai memiliki ruangan penyuluhan PKRS Gedung ini terdiri dari :
a. Ruang senam hamil
b. Ruang pengelola
B. Standar Fasilitas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis
promosi Kesehatan Rumah Sakit mengatur tentang standar minimal fasilitas untuk unit/
instalasi PKRS sebagai berikut :

1. Ruangan pengelola PKRS

2. Televisi

3. LCD projector

4. Amplifier dan wireless microphone

5. Komputer dan laptop

6. Pointer

7. Kamera photo
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Strategi Promosi Kesehatan


Sebagaimana disebutkan dalam Kepmenkes No. 1193 tahun 2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan dan Kepmenkes No. 1114 tahun 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar Promosi Kesehatan adalah :
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah ujung tombak dari upaya Promosi Kesehatan di RS. Pada
hakikatnya pemenberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien,
sehingga memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan atau
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Pemberdayaan hanya dilakukan terhadap
pasien / klien dan bukan kepada pihak-pihak lain seperti pengantar pasien, penjenguk
pasien, atau pengunjung lain di luar pasien/klien. Pemberdayaan ini umumnya berbentuk
pelayanan konseling. Bagi klien rawat jalan dapat dibuka klinik konseling, baik untuk
mereka yang menderita suatu penyakit (misalnya klinik konseling penyakit dalam) maupun
untuk mereka yang sehat (misalnya klinik konseling laktasi, klinik konseling gizi, klinik
konseling KB Alamiah). Bagi klien yang sehat dapat dibuka kelompok-kelompok diskusi,
kelompok-kelompok senam, dll. Sedangkan bagi pasien rawat inap dapat dilakukan
beberapa kegiatan, seperti misalnya konseling di tempat tidur (disebut juga bedside health
promotion), konseling kelompok (untuk penderita yang dapat meninggalkan tempat tidur),
dan biblioterapi (menyediakan atau membacakan bahan-bahan bacaan bagi pasien).
b. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan menciptakan
suasana atau lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan
yang diperhitungkan memiliki pengaruh terhadap pasien/klien yang sedang diberdayakan.
Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini disebut bina suasana
c. Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, RS
membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain. Selama perbincangan dalam advokasi,
sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk menempuh tahapan/tahapan:
1) Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
2) Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
3) Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan yang berperan
4) Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5) Menyampaikan langkah tindak lanjut. Jika kelima tahapan tersebut dapat dicapai selama
waktu yang disediakan untuk advokasi, maka dapat dikatakan advokasi tersebut
berhasil. Langkah tindak lanjut yang tercetus di ujung perbincangan menunjukkan
adanya komitmen untuk memberikan dukungan.
d. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsip-
prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas RS dengan
sasarannya (para pasien/kliennya atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina
suasana dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran
bahwa untuk meningkatkan efektivitas PKRS, petugas RS harus bekerjasama dengan
berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok profesi, pemuka agama, lembaga
swadaya masyarakat, media massa dan lain-lain.

B. Kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


1. Promosi Kesehatan Di Ruang Pendaftaran
Kontak awal pasien dengan Rumah Sakit disambut dengan bagian dari Promosi
Kesehatan yaitu salam hangat dari petugas Front Office. Sambutan ini diharapkan
membuat pasien merasa nyaman berada di RS. Di Ruang Pendaftaran disediakan media
promosi berupa banner yang berisi Tata Tertib Rumah Sakit dan Manfaat ASI. Kegiatan
Penyuluhan Kelompok diadakan di area ruang tunggu dekat Ruang Pendaftaran.
Penyuluhan kelompok dengan tema-tema penyakit terkini menjadi media yang efektif
untuk mempromosikan perilaku hidup sehat.
2. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Jalan
Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan meliputi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi.
a. Pemberdayaan
Setiap petugas RS yang melayani pasien meluangkan waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Di RSUD Kota Dumai tersedia Ruang Konsultasi yang dikhususkan bagi
pasien rawat jalan yang memerlukan atau ingin mendapatkan informasi. Di Ruang
Konsultasi disediakan media komunikasi berupa gambar-gambar atau poster.
b. Bina suasana
Di Ruang Tunggu Rawat Jalan disediakan poster, leaflet dan televisi yang secara
terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai poliklinik yang
bersangkutan. Pasien dan pengantar pasien yang memperhatikan poster, leaflet, atau
tayangan tersebut, berada dalam lingkungan sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau
masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.
c. Advokasi
Advokasi bagi kepentingan penderita rawat jalan khususnya untuk pasien kurang
mampu. Rumah sakit dapat membantu pasien kurang mampu dengan melakukan
advokasi ke berbagai pihak, misalnya penyumbang dana.
3. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap
Terdapat 3 (tiga) kategori pasien rawat inap, yaitu :
a. Pasien yang sedang sakit akut
b. Pasien yang sedang dalam penyembuhan
c. Pasien dengan penyakit kronis.

Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas Rumah
Sakit dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari
penderitaan. Suasana seperti ini tentu tidak tepat untuk melakukan promosi kesehatan.
Namun petugas Rumah Sakit sudah dapat mulai melakukan perencanaa upaya
pemberdayaan jika nanti keadaan sudah memungkinkan. Pada saat pasien sudah memasuki
masa penyembuhan, umumnya pasien sangat ingin mengetahui seluk beluk tentang
penyakitnya. Sementara itu, pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang
berbeda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menarik diri. Kepada pasien yang seperti ini,
kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan. Strategi promosi kesehatan
bagi pasien Rawat Inap:

a. Pemberdayaan
1) Konseling di tempat tidur
2) Biblioterapi
Bibilioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk
membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien RS. Bibilioterapi
adalah dukungan kepada pasien melalui bacaan untuk membantu seseorang yang
mengalami permasalah. Cara ini dianjurkan bagi pasien yang sulit mengungkapkan
permasalan secara langsung.
3) Konseling berkelompok
b. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para penjenguk
(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan beberapa saat sebelum jam
besuk dimulai.
1) Pemanfaatan ruang tunggu
2) Pembekalan pembezuk secara berkelompok
3) Pendekatan keagamaan
Pihak RS berkerjasama dengan Kementrian Agama untuk melakukan pendekatan
keagamaan berupa bimbingan rohani yang diberikan kepada pasien-pasien yang
membutuhkan
c. Advokasi
Adanya kebijakan atau peraturan perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku
dan menghimpun dukungan sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin
dan kurang mampu.
4. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Penunjang Medik
a. Persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pengunjung medis
b. Persentase penyuluhan kelompok pengunjung (penyuluhan kelompok bagi pengujung
adalah upaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10 orang) dengan
tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya PHBS di rumah sakit dan rumah
tangga)
c. Persentase pesan media terhadap upaya-upaya PHBS di instalasi penunjang Medis,
pesan media dapat disampaikan melalui: media elektronik; tv spot, iklan layanan.
Media cetak; poster, xbaner, leaflet, spanduk, baliho, dan lain-lain.

5. Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat


a. Pelayanan Konseling
Banyak pelayanan konseling dapat diselenggarakan rumah sakit bagi klien sehat.
Untuk para remaja dapat dibuka Konseling Kesehatan Remaja atau Konseling
Pendidikan Seks. Kepada calon-calon pengantin dapat dibuka Konseling Pranikah.
Kepada para orang tua muda dapat ditawarkan Konseling Ayah-Bunda. Kepada para
wanita usia subur dapat diberikan pelayanan Konseling Keluarga Berencana. Kepada
kelompok berusia lanjut dapat ditawarkan Konseling Kesehatan Usia. Khusus bagi
pekerja keras dan mereka yang rawan stres, dapat ditawarkan Konseling
Mencegah/Mengatasi Stres.
Untuk perokok yang ingin mengakhiri kebiasaan merokoknya, dapat
diselenggarakan Konseling Berhenti Merokok.
b. Pengelolaan Kelompok Senam
Dengan semakin diidolakannya bentuk tubuh yang ramping tetapi sehat, saat ini
semakin marak kegiatan senam di tengah masyarakat. Rumah sakit tentunya juga
dapat menangkap peluang ini dengan menawarkan pelayanan kelompok-kelompok
senam.
Sebagaimana pada kelompok diskusi atau kelompok paduan suara, rumah sakit
dapat mendaftar mereka yang berminat, untuk kemudian menyediakan fasilitas dan
instruktur.
Berbagai kelompok senam dapat dibentuk seperti misalnya Senam Hamil, Senam
Kecantikan, Senam Kebugaran Usia Lanjut, bahkan juga Senam Balita.
6. Promosi Kesehatan Di Luar Gedung Rumah Sakit
Di luar gedung rumah sakit, dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pelaksanaan
PKRS, seperti:
a. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan beberapa ruang yang terdapat pada tempat
parkir mulai dari bangunan gardu sampai ke tiap sudut dari lapangaan parkir.
b. PKRS di taman sekitar rumah sakit, baik taman yang berada di depan, samping, dan
belakang rumah sakit.
c. PKRS pada dinding luar rumah sakit
d. PKRS pada tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, kantin atau kios yang tersedia
di wilayah rumah sakit.
e. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai