Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN PANJANG DAN DIAMETER DENGAN JANGKA SORONG

Nama : Rizqa Maulana Putri


Kelas : XII-MIPA 1
No. Absen : 25

A. Alat dan Bahan


1. Jangka sorong
2. 3 buah benda (beban 30 gram, 50 gram, dan pensil 2B)

B. Langkah Kerja
1. Mengukur panjang beban 30 gram, 50 gram, dan pensil 2B dengan jangka sorong.
2. Mengukur diameter beban 30 gram, 50 gram, dan pensil 2B dengan jangka sorong.
3. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk masing-masing benda.
4. Melengkapi tabel hasil percobaan.
5. Menjawab pertanyaan

C. Dasar Teori
1. Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur
menggunakan alat ukur dengan suatu satuan. setiap alat ukur memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh berbeda
pula. Ketelitian dapat didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang dapat dihasilkan
dalam suatu pengukuran, dan ini sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur
yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran.
2. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki bagian utama yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang cukup
tinggi, yaitu berkisar antara 0,01 mm sampai 0,05 mm. Skala panjang yang tertera
pada rahang sorong disebut nonius atau vernier. Jangka sorong yang akan digunakan
memiliki skala nonius yang panjangnya 10 cm dan terbagi atas 20 bagian, sehingga
beda satu skala nonius dengan skala utama adalah 0,05 mm (Sutrisno, 2001).
Cara pembacaan alat ukur ini, mula-mula ialah dengan melihat angka pada
skala utama yang terletak sebelum angka 0 pada skala nonius. Langkah selanjutnnya
adalah dengan melihat angka pada skala nonius yang berimpit dengan skala utama
dan mengubahnya ke satuan cm. Hasil pengukuran akan didapat setelah
menjumlahkan angka pada skala utama dengan angka pada skala nonius.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
Percobaan Beban 30 gram Beban 50 gram Pensil 2B
Ke- Panjang Diameter Panjang Diameter Panjang Diameter
1 2 cm 1,62 cm 2,20 cm 1,91 cm 16,80 cm 0,71 cm
2 2,05 cm 1,61 cm 2,25 cm 1,906 cm 16,70 cm 0,702 cm
3 2 cm 1,60 cm 2,25 cm 1,91 cm 16,70 cm 0,76 cm
Rata- Rata 2,01 cm 1,61 cm 2,23 cm 1,908 cm 16,73 cm 0,72 cm
2. Pembahasan
Pada proses pengukuran beban 30 gram dan 50 gram diperoleh hasil seperti
tabel di atas. Hasil pengukuran panjang pada kedua beban setelah tiga kali
pengulangan cenderung tetap dengan dua kali pengukuran memiliki hasil sama dan
satu kali pengukuran memiliki hasil berbeda dengan selisih cukup besar yakni 5 mm.
Hal ini dikarenakan oleh bentuk benda yang memang tabung tanpa modifikasi
sehingga dapat memudahkan pengukuran panjang. Namun, kedua benda ini memiliki
permukaan yang licin sehingga jangka sorong mudah bergeser dan hasil pengukuran
memiliki selisih cukup besar.
Di sisi lain, hasil pengukuran diameter pada kedua beban memiliki perbedaan.
Pada pengukuran diameter beban 30 gram, hasil yang didapat berbeda-beda dengan
selisih sama dan tidak begitu besar yakni 1 mm. Karena ukurannya tidak begitu besar
dan ada pengait di atas dan bawah tabungnya, praktikan agak kesulitan saat
pengukuran diameter benda ini. Sedangkan, pada pengukuran diameter beban 50
gram, hasil yang didapat cenderung sama dengan dua kali pengukuran memiliki hasil
sama dan satu kali pengukuran memiliki hasil berbeda dengan selisih kecil yakni 0,4
mm. Kesulitan dari pengukuran diameter benda ini mirip dengan benda sebelumnya,
namun ukurannya agak lebih besar sehingga sedikit memudahkan praktikan
Pada proses pengukuran pensil 2B diperoleh hasil seperti tabel di atas. Hasil
pengukuran panjang pada pensil 2B setelah tiga kali pengulangan cenderung tetap
dengan dua kali pengukuran memiliki hasil sama dan satu kali pengukuran memiliki
hasil berbeda dengan selisih besar yakni 0,1 cm. Sedangkan pada pengukuran
diameter, hasil yang didapat berbeda-beda dengan selisih yang berbeda-beda pula.
Hal ini terjadi karena bentuk pensil 2B tidak bulat sempurna, tetapi cenderung
berbentuk heksagonal.

E. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong dengan tiga kali
pengulangan beban 30 gram memiliki panjang rata-rata 2,01 cm dan diameter rata-
rata 1,61 cm.
2. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong dengan tiga kali
pengulangan beban 50 gram memiliki panjang rata-rata 2,23 cm dan diameter rata-
rata 1,908 cm.
3. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong dengan tiga kali
pengulangan pensil 2B memiliki panjang rata-rata 16,73 cm dan diameter rata-rata
0,72 cm.

F. Daftar Pustaka
Samlawi, Achmad Kusairi. 2017. Modul Praktikum Fisika Dasar. Hlm. 2−5. Lampung
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSTANTA PEGAS

Nama : Rizqa Maulana Putri


Kelas : XII-MIPA 1
No. Absen : 25

A. Alat dan Bahan


1. Statif
2. Pegas
3. Mistar
4. Beban 20 gram, 30 gram, dan 50 gram

B. Langkah Kerja
1. Mengukur panjang pegas sebagai panjang mula-mula.
2. Mengaitkan beban ke ujung pegas.
3. Mengukur panjang pegas sebagai panjang kedua.
4. Melepaskan beban dan mengganti dengan beban kedua dan ketiga.
5. Mengulangi langkah 3 dengan beban kedua dan ketiga.
6. Melengkapi tabel hasil percobaan.
7. Menjawab pertanyaan

C. Dasar Teori
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah.
Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan panjang pegas
tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan semula. Jika
beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik setiap pegas. Karateristik suatu
pegas dinyatakan dengan konstanta pegas (k).
Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka
pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding (Δx) dengan besar gaya yang bekerja
(F) padanya. Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan
pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut: F = k x
Keterangan :
F = gaya yang bekerja (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = perubahan panjang pegas
Konstanta gaya pegas adalah suatu karakter dari suatu pegas yang menunjukkan
perbandingan besarnya gaya terhadap perbedaan panjang yang disebabkan oleh adanya
pemberian gaya tersebut. Satuan konstanta gaya pegas adalah N/m, dimensi konstanta
pegas : [M][T ]-2.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
No. m (kg) 𝑰0 𝑰 (m) 𝑰 − 𝑰0 (m) F (N) k

1. 0,02 0,156 0,183 0,027 0,2 7,4

2. 0,03 0,157 0,215 0,058 0,3 5,127

3. 0,05 0,1575 0,292 0,1345 0,5 3,717


2. Pembahasan
F (N) F (N) m (kg)

0,5 0,5 0,5

0,3 0,3 0,3


0,2 0,2 0,2
𝑿(m) k 𝑿(m)

Grafik 4.1 hubungan gaya Grafik 4.2 hubungan gaya Grafik 4.3 hubungan massa
dengan pertambahan panjang dengan konstanta pegas benda dengan konstanta pegas
Berdasarkan grafik 4.1 di atas dapat dinyatakan bahwa sebuah pegas yang
diregangkan dengan suatu gaya, maka pegas akan bertambah panjang. Jika gaya yang
digunakan untuk menarik suatu kawat tidak terlalu besar, maka perpanjangan pegas
adalah sebanding dengan gaya yang bekerja
Berdasarkan grafik 4.2 di atas bisa disimpulkan bahwa konstanta pegas berbanding
terbalik dengan gaya. Semakin besar konstanta pegas atau semakin kaku sebuah pegas,
maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas.
Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas atau semakin kecil konstanta pegas, maka
semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Konstanta pegas
menggambarkan kekakuan pegas.
Berdasarkan grafik 4.3 di atas, besarnya massa beban pada masing-masing benda
sangat berpengaruh dalam pertambaan panjang pegas. Jika semakin besar massa beban,
maka pegas akan semakin memanjang. Begitu juga sebaliknya jika semakin kecil
besarnya massa benda maka tarikan pegas tidak terlalu panjang.
Jika massa beban diganti menjadi yang lebih besar maka pertambahan panjang pada
pegas akan semakin besar adan akan berpengaruh pada hasil penghitungan konstanta
pegas, yaitu konstanta pegas akan semakin besar. Makin panjang suatu benda, makin
besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil
pertambahan panjangnya.

3. Kesimpulan
1. Hubungan gaya dengan pertambahan panjang ialah berbanding lurus. Hal ini berarti
bahwa, semakin besar gaya yang diberikan pada pedas, akan semakin besar pula
perubahan panjang yang dialami pegas.
2. Hubungan gaya dengan konstanta pegas ialah berbanding terbalik. Hal ini berarti
bahwa, semakin besar gaya yang diberikan pada pedas, akan semakin kesil konstanta
pegas yang diperoleh.
3. Hubungan massa dengan pertambahan panjang ialah berbanding lurus. Hal ini berarti
bahwa, semakin besar massa yang diberikan pada pedas, akan semakin besar pula
perubahan panjang yang dialami pegas.
4. Dari kesimpulan 1, 2, dan 3, penulis dapat mengetahui hubungan massa dengan
konstanta pegas. Karena massa dan gaya berbanding lurus, maka mereka memiliki
kedudukan yang sama. Ketika hubungan gaya berbanding terbalik dengan konstanta
pegas, maka hubungan massa dengan konstanta pegas juga berbanding terbalik.

4. Daftar Pustaka
Samlawi, Achmad Kusairi. 2017. Modul Praktikum Fisika Dasar. Hlm.9. Lampung
https://www.scribd.com/document/248557427/LAPORAN-PRAKTIKUM-PEGAS
(diakses pada 4 November2019)

Anda mungkin juga menyukai