EKONOMI
Oleh : Latifatul Qolbiyah
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
a) Pengangguran ......................................................................................
b) Kekerasan ............................................................................................
c) Pendidikan ..........................................................................................
d) Kesehatan ............................................................................................
e) Konflik Sosial Bernuansa SARA ..........................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi saling terkait satu sama lain.
Tingkat pendidikan yang rendah sering kita jumpai melekat pada penduduk yang kurang
beruntung perekonomiannya (miskin secara materi/ekonomi). Rendahnya pendidikan yang
dimiliki oleh penduduk miskin ini membuat mereka kurang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai, sehingga menghambat mereka untuk memperoleh pekerjaan
yang layak. Kemiskinan juga menghambat mereka untuk mengkonsumsi nutrisi bergizi,
dan dengan rendahnya tingkat pengetahuan yang mereka miliki, mereka kurang bisa
memelihara lingkungan yang menyehatkan. Dari sudut pandang ekonomi, kesemuanya itu
akan menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan
memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Hal ini juga berimbas pada terbatasnya
upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh.
Pada skala makro, produktivitas tenaga kerja rata-rata yang rendah akan menghasilkan
output agregat yang rendah pula bila tidak diimbangi dengan tingginya produktivitas input
lainnya. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja adalah melalui
investasi modal insani/human capital investment.1 Investasi dalam human capital
menghasilkan pengembangan teknis, proses-proses produksi dan produk-produk baru serta
meningkatkan efisiensi ekonomi. Sebagaimana perkembangan phisical capital, human
capital turut andil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya pertumbuhan
ekonomi akan mendorong lebih banyak penggunaan input-input dan terciptanya
kesempatan kerja yang lebih luas. Meningkatnya pendapatan juga dapat diartikan dengan
semakin besarnya kesempatan untuk investasi modal insani, baik dalam konteks individu
maupun agregat.
1 Modal insani dapat diartikan sebagai kemampuan dan keahlian manusia dalam suatu kegiatan
produktif, untuk memperoleh pendapatan dan standar kehidupan yang layak. Dalam Dictionary of
Economics human capital diartikan sebagai ‘the body of human knowledge that contributes “know how”
to productive activity’.
3
berpengetahuan, di mana hanya dapat disediakan oleh tenaga kerja terdidik/trampil.
Mereka yang tidak masuk dalam kategori ini (biasanya kelompok masyarakat miskin yang
tidak punya kesempatan untuk melanjutkan ke sekolah tinggi), tertahan pada sektor-sektor
tradisional. Ini membuat perekonomian tetap mempertahankan sistem dualismenya, dan
ketimpangan tetap bertahan
4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latarbelakang diatas penulis mengambil beberapa rumusan masalah
diantaranya :
a) Apakah yang dimaksut dengan kemiskinan ?
b) Mengapa kemiskinan itu bisa terjadi?
c) Bagaimana cara menangani kemiskinan?
d) Bagimana dampak kemiskinan terhadap kehidupan masarakat?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar
kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis
kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan
adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-
makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,
serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4).
6
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan jangka pendek sudah berjalan
dengan baik. (http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Pelaku-
Pelaku_Ekonomi_Dalam_Sistem_Perekonomian_Indonesia_8.2_%28BAB_15%29)
7
Pada setiap negara tentu saja memiliki standar kemiskinan yang berbeda-beda.
Hal ini juga menyebabkan tingkat kemiskinan berbeda di setiap negara. Negara maju
8
tentu memiliki standar hidup yang lebih baik daripada negara berkembang, sehingga
standar kemiskinannya pun berbeda. Negara dikatakan sebagai berkembang jika
memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi sesuai standar yang ditetapkan secara
internasional. Masyarakat miskin terjadi karena banyak faktor seperti populasi yang
terlalu padat, kekeringan bahkan peperangan. Pada dasarnya kemiskinan itu dibagi
menjadi tiga kelompok, yakni:
9
2.2 Penyebab Terjadinya Kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya
masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk
minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka
tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan
lainnya yang tersedia pada jaman modern.
(http://us.suarapembaca.detik.com/read/2010/02/22/081829/1303963/471/indonesia- dan-
problem-kemiskinan)
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
a) penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat
dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin
b) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
c) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
d) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
e) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
f) penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan
hasil dari struktur sosial
Di sisi lain ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat
sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.
Kemiskinan “buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat
membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan
berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya
para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus
pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.
11
b) Kemiskinan relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas
garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya.
c) Kemiskinan kultural.
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.
12
Selama ini masyarakat miskin sering masih dianggap sebagai beban dalam suatu
sistem ekonomi, sehingga bagaimana merubah total posisi masyarakat miskin yang
tadinya sebatas beban dalam sistem ekonomi tersebut, menjadi kontributor dalam
pertumbuhan ekonomi. Inilah permasalahan yang harus dipecahkan oleh pemerintah
khususnya dalam menghadapi kegiatan ekonomi yang semakin global.
Dikutip dari Badan Pusat Statistik, Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen). Diihat dari jumlahnya
penduduk miskin merupakan jumlah yang tidak sedikit. Untuk mengurangi angka
kemiskinan ini pemerintah harus mengambil langkah yang tepat dalam mengambil
kebijakan. Tetapi dalam kenyataannya Kebijakan Pemerintah yang ingin menuntaskan
kemiskinan seringkali tidak sesuai dengan implementasi dalam masyarakat.
Saat iniIndonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam upaya
mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan yaitu:
a) Mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk miskin tidak akan dapat dikurangi secara signifikan
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin. Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang
13
lebih tinggi merupakan suatu keharusan.
14
b) Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin.
Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan
sosial agar manfaat dari pembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan
mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum,
termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan desentralisasi. Hal ini
akan membuat penyedia jasa mengenali tanggungjawab mereka dalam
menjaga kualitas pelayanan yang diberikan, disamping memberikan
kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengawasi aktifitas
tersebut.
15
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program
bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
16
lapangan kerja yang tersedia tidak akan cukup atau bisa jadi tersedia lapangan kerja
yang luas namun tidak sanggup untuk menyediakan tatanan upah yang memadai
sehingga tetap tidak sanggup mengatasi masalah kemiskinan. Namun sebaliknya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga tidak dengan sendirinya akan menyediakan
lapangan kerja yang berkualitas dan langsung menyelesaikan masalah kemiskinan.
Secara umum, kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia umumnya akan selalu berhadapan dengan tiga tantangan penting yaitu:
Sehingga untuk lebih mengefektifkan kinerja program yang telah ada, maka
perlu dirancang sebuah rekomendasi kebijakan yang akan sanggup untuk
mengakselerasi capaian dari program-program tersebut.
17
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program kerja lainnya adalah membuka akses
tanah olahan bagi para individu miskin. Untuk keberhasilan program kerja ini,
diperlukan suatu kebijakan land reform yang kondusif.
a) pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja
sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak
memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak
memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya.
Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli
masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap
tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya
pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing
bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan
18
suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam
konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga
19
beras akan berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Razali Ritonga
menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi pangan yang cukup
dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir tiga perempatnya
[74,99 persen].
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan pemerintah
yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan [growth].
Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam misalnya
banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja. Sebab,
tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran perusahaan.
Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata lain
meraka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].
b) Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan
efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah
melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang
dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun
dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan
cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura
kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi.
Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
c) Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi
dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak
dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat
menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu
miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas
bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah
sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa
bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap.
Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan “pemiskinan
struktural” terhadap rakyatnya.
20
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan
seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang
mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya
pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut
keterampilan di segala bidang.
d) Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir
setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau
ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau
oleh kalangan miskin.
e) Konflik Sosial Bernuansa SARA.
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan
dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari
kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan
jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan
ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas
yang subjektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang
berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya
menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di
setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemiskinan di indonesia, sampai saat sekarang masih banyak dan masih belum
bisa ditangani secara keseluruhan. Tapi semoga dengan adanya penangulangan
kemiskinan yang diadakan pemerintah, kemiskinan akan lebih berkurang dan warga
masyarakat akan lebih sejahtera dan makmur. Berdasar uraian di atas dapat
dikemukakan, bahwa dalam mengatasi masalah kemiskinan diperlukan kajian yang
menyeluruh sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program pembangunan
kesejahteraan sosial yang lebih menekankan pada konseppemberdayaan dan
pengentasan, bukan pertolongan. Pada konsep pemberdayaan, pemberdayaan dapat
diartikan sebagai upaya untuk menggerakkan masyarakat yang lemah atau tidak
berdaya untuk berusaha agar mampu baik secara fisik, mental dan pikiran untuk
mencapai kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam konteks ini, mereka dipandang sebagai
aktor yang mempunyai peran penting untuk mengatasi masalahnya.
3.2 Saran
kebijakan pemerintah hendaknya diarahkan pada peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang disertai pemerataan, penguatan sistem pendidikan nasional yang
berorientasi pada penciptaan lapangan kerja, mengatur pembangunan suatu
kelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara, dan kebijakan yang
memungkinkan adanya akses untuk menyuarakan aspirasi dan pendapat dari kalangan
miskin.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertian-kemiskinan/
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Pelaku-
Pelaku_Ekonomi_Dalam_Sistem_Perekonomian_Indonesia_8.2_%28BAB_15%29
http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan-01jul11.pdf
http://www.scribd.com/doc/40227855/MAKALAH-Masalah-Kemiskinan-Di-
Indonesia
http://carapedia.com/masalah_ketenagakerjaan_pengangguran_kemiskinan_indonesia
_info3017.html
http://www.bappenas.go.id
http://semangatku.com/239/sosial-budaya/berbicara-tentang-masyarakat-miskin-di-
indonesia/
http://us.suarapembaca.detik.com/read/2010/02/22/081829/1303963/471/indonesia-
dan-problem-kemiskinan
http://carapedia.com/masalah_ketenagakerjaan_pengangguran_kemiskinan_indonesia
_info3017.html
23