Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas Sungai Besar berdiri sejak tahun 1998, dimana pada saat itu
masih berstatus sebagai puskesmas pembantu dari puskesmas Banjarbaru,
kecamatan Banjarbaru, kabupaten Banjar. Bangunan puskesmas sendiri telah
beberapa kali mengalami perbaikan dan renovasi, terakhir dilakukan renovasi
pada tahun 2003.
Berdasarkan peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 21 tahun 2008 tentang
pembentukan, organisasi dan tata kerja Puskesmas pada dinas kesehatan kota
Banjarbaru, bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis pada dinas kesehatan
yang berkedudukan sebagai tugas dinas kesehatan, dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kesehatan.
Puskesmas Sungai Besar bersama dengan 8 Puskesmas lainnya yang
berada di wilayah Kota Banjarbaru ditetapkan menjadi Unit Pelaksana Teknis
pada Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru berdasarkan Peraturan Walikota
Banjarbaru Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis
pusat Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, dimana
disebut bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelanggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, yang
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Penyelanggaran seluruh upaya atau pelayanan di Puskesmas Sungai Besar
didasarkan pada keputusan Walikota Banjarbaru Nomor: 346 Tahun 2015 Tentang
Izin Penyelanggaran UPT Pusat Kesehatan Masyarakat Sungai Besar. Sejak 2
Januari 2018 Puskesmas Sungai Besar ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum
Daerah berdasarkan Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor:
188.45/487/KUM/2017.

1
2

Praktik klinik gizi adalah kesempatan kepada semua mahasiswa untuk


menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan yang sesungguhnya
(Emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori–teori yang
telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009). Praktik klinik harus dimanfaatkan
dengan baik sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk berhubungan
langsung ke dalam masalah nyata tersebut (Syahreni & waluyanti, 2007).
Proses Praktik Klinik merupakan kegiatan belajar aktif dalam situasi nyata
di lapangan, dirancang untuk memberikan pengalaman yang komprehensif
sehingga peserta didik dapat lebih mampu secara fisik maupun mental dalam
melakukan peran kemandirian sebagai seorang yang profesional dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Kegiatan proses belajar mengajar di lahan praktik ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pembelajaran
secara nyata untuk mendapatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang telah didapat di kelas dan di laboratorium sesuai dengan standar pelayanan
gizi yang telah diterima selama mengikuti pendidikan.
Sesuai dengan peraturan pemerintah PP No. 60 tahun 1999
tentang pendidikan tinggi maka tujuan pendidikan yang dimaksud adalah
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi
dan atau kesehatan (Anonim, 2008).
Dalam melaksanakan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi
tidak terbatas dalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini
lebih ditekankan pada pengajaran yang menerobos di luar kelas, bahkan diluar
institusi pendidikan seperti di lingkungan kerja, alam atau kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini Praktek Belajar Klinik merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk
mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan (KAP) yang diperoleh
pada proses belajar mengajar (PBM). Lahan praktek sebagai sarana belajar
mengajar utama untuk mewujudkan profesionalis mahasiswa, dan juga sebagai
wahana untuk meningkatkan keterampilan secara utuh dari seorang mahasiswa
3

yang telah mendapat pelajaran teori di kelas atau praktek laboratorium (Anonim,
2008).
Sesuai dengan kurikulum Program Studi S1 Gizi STIKes Husada Borneo
semester V sebagai mata kuliah Dietetik penyakit tidak menular dengan
penempatan SKS dilapangan klinik, memberikan kemampuan bagi mahasiswa
untuk melaksanakan praktik klinik mandiri yang didasari konsep, sikap dan
keterampilan dalam memberikan asuhan gizi terstandar pada pencegahan dan
penunjangan pengobatan penyakit tidak menular secara tepat sehingga dapat
mengaplikasikan ilmu dari pembelajaran teori yang didapat.
1.2 Tujuan Kegiatan
1. Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan proses asuhan gizi klinik pada penyakit tidak
menular sesuai kebutuhan pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengimplementasikan konsep dan prinsip NCP kepada klien di
lapangan.
2. Mampu melakukan skrining gizi pasien pada kasus penyakit tidak
menular.
3. Mampu melakakukan assessment gizi pasien pada kasus penyakit tidak
menular.
4. Mampu membuat diagnosis gizi pasien pada kasus penyakit tidak menular.
5. Mampu merencanakan terapi diet pasien pada kasus penyakit tidak
menular.
6. Mampu melakukan konseling diet sesuai permasalahan gizi klien pada
kasus penyakit tidak menular.
4

1.3 Manfaat Kegiatan


1. Mengaplikasikan ilmu dari pembelajaran teori yang didapat, memiliki
etika keilmuan ahli gizi, bisa bertindak dan bersikap sesuai kompentensi
seorang ahli gizi dan memiliki etika yang bagus.
2. Dapat membantu pelayanan gizi dan kegiatan puskesmas yang lain.

Anda mungkin juga menyukai