JENDELA Edisi XIII Agustus 2017 PDF
JENDELA Edisi XIII Agustus 2017 PDF
06 UU Sistem Perbukuan
Menghadirkan Negara
dalam Ekosistem Perbukuan
08 Mewujudkan Ekosistem
Perbukuan yang Sehat 29 Kajian Implementasi
Nilai Karakter Nasionalis
melalui Penguatan
Pendidikan Karakter
Tidak diskriminatif
berdasarkan suku,
agama, ras, dan/atau Tidak mengandung Tidak
antargolongan unsur mengandung Tidak
pornografi unsur mengandung
kekerasan ujaran kebencian
Tidak
bertentangan
dengan nilai-nilai
Pancasila
UU SISTEM PERBUKUAN
UNTUK WUJUDKAN BUKU BERMUTU, MURAH, MERATA
Daftar Isi
05 FOKUS
06
Undang-Undang Sistem Perbukuan Disahkan
Salam Pak Menteri Sempat Ditunda, Akhirnya UU Sistem
Perbukuan Disahkan pada 27 April 2017
18
UU Sistem Perbukuan
Mewujudkan Buku Bermutu, Murah,
dan Merata bagi Masyarakat
Resensi Buku
Tingkatkan Pengembangan
24 25
Keprofesian Berkelanjutan Guru
melalui Publikasi Ilmiah
Infografis Perpustakaan
Kebudayaan
Sistem Registrasi Nasional
Kajian
26
Upaya Lestarikan Penguatan Pendidikan Karakter
Cagar Budaya Indonesia Kajian Implementasi Nilai Karakter
29
Nasionalis melalui
Penguatan Pendidikan Karakter
33 34
Pedoman Berbahasa Indonesia
Jamak Yang Mubazir Bangga Berbahasa Indonesia
Senarai Kata Serapan
Sapa Redaksi
Mendapatkan buku yang berkualitas kelak bukan Tidak hanya itu, informasi menarik lainnya kami
angan-angan semata. Disahkannya Undang-undang hadirkan pada sejumlah rubrik di edisi kali ini. Salah
(UU) tentang Sistem Perbukuan memberikan satunya rubrik Resensi Buku yang menyuguhkan
kepastian bagi pembaca memeroleh buku dengan resensi mengenai buku berjudul Publikasi Ilmiah:
isi konten yang “aman” dan tanpa khawatir dengan Pembuatan Buku, Modul, Diklat, dan Nilai Angka
harga yang terlampau mahal. Ya, UU ini hadir untuk Kreditnya. Buku ini cocok dibaca oleh guru,
mewujudkan buku bermutu, murah, dan merata peneliti, maupun mereka yang tertarik dengan
(3M) bagi masyarakat. dunia penelitian. Buku-buku yang kami resensi
setiap edisinya merupakan koleksi Perpustakaan
Sebelum UU ini hadir, masih banyak kita jumpai Kemendikbud yang dapat dimanfaatkan oleh para
buku yang berkonten negatif. Buku-buku semacam anggota perpustakaan.
ini muncul karena belum optimalnya pengawasan,
baik dari pemerintah maupun masyarakat. Ini Sementara itu pada rubrik Kajian, artikel yang kami
terjadi karena belum adanya kerangka hukum tampilkan membahas mengenai hasil kajian dari
yang mengatur mengenai perbukuan secara pelaksanaan karakter nasionalis pada Penguatan
menyeluruh. UU ini juga memperkuat peran para Pendidikan Karakter yang diterapkan di beberapa
pelaku perbukuan, mulai dari penulis, penerjemah, sekolah di Indonesia. Hasil kajian ini diharapkan
penyadur, editor, desainer, illustrator, pencetak, mampu memberikan masukan agar implementasinya
pengembang buku elektronik, penerbit, hingga di lapangan dapat berjalan lebih baik. Tidak
toko buku. ketinggalan pula rubrik Kebudayaan yang masih
setia mengisi halaman JENDELA dengan suguhan
JENDELA edisi kali ini mengupas secara artikel tentang tema-tema kebudayaan.
komprehensif isi UU Sistem Perbukuan yang
ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 24 Seperti biasa, di akhir sajian kami berikan informasi
Mei 2017. Ada lima hal utama yang diatur dalam ringan yang sayang jika dilewatkan, yaitu rubrik
UU tersebut. Pertama, jenis buku. Kedua, hak dan Bangga Berbahasa Indonesia. Di edisi kali ini,
kewajiban pelaku perbukuan. Ketiga, wewenang rubrik tersebut kami isi dengan artikel tentang
dan tanggung jawab pemerintah. Keempat, tata penggunaan kata jamak yang bisa dinyatakan dalam
kelola perbukuan. Kelima, pengawasan. Lima hal ini bentuk ulang dan bentuk leksikal. Selain itu ada pula
kami ulas menjadi bagian dari salah satu fokus yang sajian informasi sejumlah kata serapan yang diserap
tersaji pada edisi ini. dari berbagai bahasa, seperti Arab, Belanda, dan
Cina. Kami hadirkan lengkap dengan arti kata
Selain itu kami hadirkan pula artikel mengenai tersebut.
pentingnya keberadaan UU ini sebagai langkah maju
dari pemerintah dan DPR dalam penataan sistem Kami berharap seluruh informasi yang terdapat
perbukuan nasional. Artikel lainnya yang hadir dalam JENDELA edisi kali ini dapat memberikan
dalam rubrik Fokus kali ini adalah mengenai upaya manfaat dan dapat digunakan sebagai referensi
pemerintah untuk mewujudkan buku bermutu, bagi yang membutuhkan. Selamat membaca. Salam.
murah, dan merata (3M) bagi masyarakat.
Redaksi
REDAKSI
Pelindung: Sekretariat Redaksi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM),
Muhadjir Effendy Kemendikbud, Gedung C Lantai 4,
Penasihat: Sekretaris Jenderal, Didik Suhardi Jln. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta,
Pengarah Konten: Staf Khusus Mendikbud, Nasrullah Telp. 021-5711144 Pes. 2413
Penanggung Jawab: Ari Santoso
Pemimpin Redaksi: Luluk Budiyono Kemdikbud.go.id
Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati Kemdikbud.RI
Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Aline Rogeleonick,
@kemdikbud_RI
Desliana Maulipaksi, Agi Bahari, Gloria Gracia, Seno
Hartono, Dwi Retnawati KEMENDIKBUD RI
Fotografi, Desain & Artistik: BKLM Kemdikbud.RI
Kita ingin buku yang sampai ke tangan
pembacanya memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan dan wawasan sehingga
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa benar-
benar dapat terwujud melalui buku ini.
- Mendikbud, Muhadjir Effendy -
K
ehadiran Undang- yang baik merupakan salah satu ciri
undang (UU) Sistem bangsa yang cerdas, dan masyarakat
Perbukuan yang baru mampu memaknai dan memanfaatkan
disahkan beberapa bulan informasi secara kritis untuk
lalu patut kita sambut meningkatkan kualitas hidupnya.
baik. Peraturan perundang-undangan
ini hadir dengan harapan mewujudkan Tidak hanya itu, bagian lain yang juga
cita-cita kita untuk memeroleh buku diatur dalam UU ini adalah kepastian
yang bermutu, murah, dan merata. setiap peserta didik memeroleh
Dengan demikian buku yang berkualitas buku teks utama pada setiap satuan/
akan dengan mudah kita dapatkan tanpa program pendidikan. Di sinilah peran
khawatir dengan isi konten di dalamnya. pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/
Selama ini kita mendengar ada buku kota untuk memastikan bahwa seluruh
beredar di masyarakat yang isinya siswa menerima buku tersebut.
tidak tepat jika dibaca untuk usia Buku teks utama ini merupakan buku
tertentu. Dengan disahkannya UU pelajaran yang wajib digunakan dalam
Sistem Perbukuan ini, kekhawatiran pembelajaran. Buku ini disusun oleh
kita terhadap isi buku yang tidak sesuai pemerintah dan dibagikan kepada
dengan usia dapat dihindarkan. Itu peserta didik tanpa memungut biaya
karena adanya kewajiban bagi penerbit dari orangtua siswa.
untuk mencantumkan peruntukkan
buku berdasarkan usia pembaca. Kita Kita berharap, hadirnya UU Sistem
bersyukur inisiatif DPR dan pemerintah Perbukuan mampu menumbuhkan
ini memberikan kepastian bagi kita para kesadaran terhadap buku yang bermutu
pengguna dan penikmat buku. dan berkonten positif, yang ujungnya
akan meningkatkan budaya literasi
Kita ingin buku yang sampai ke tangan masyarakat Indonesia. Tentu perlu kerja
pembacanya memberikan manfaat sama dari berbagai pihak agar apa yang
serta menambah pengetahuan dan tertuang dalam UU Sistem Perbukuan
wawasan sehingga upaya mencerdaskan ini dapat berjalan sebagaimana
kehidupan bangsa benar-benar dapat mestinya. Tidak hanya pemerintah pusat,
terwujud melalui buku ini. Di sinilah pemerintah provinsi, dan pemerintah
diperlukan tata kelola perbukuan kabupaten/kota yang berwenang
yang baik sehingga tumbuh ekosistem melakukan pengawasan, tetapi peran
perbukuan yang sehat. Dengan serta masyarakat juga diperlukan.
ekosistem perbukuan yang sehat, maka
akan menghasilkan buku bermutu, Lebih dari itu, muara regulasi perbukuan
murah, dan merata. Ini bisa ditandai ini adalah terbangunnya masyarakat
dengan interaksi yang positif antara literasi yang lebih merata dan
pemangku kepentingan perbukuan. berkualitas. Jangan sampai ketersediaan
buku akan sia-sia karena kesadaran
Sistem perbukuan juga dapat menjawab pemanfaatannya kurang maksimal. Saya
berbagai permasalahan dan tantangan percaya pada adagium bahwa kejahatan
perbukuan secara nasional, dalam terbesar pada buku bukanlah karena
rangka mendorong tumbuhnya literasi kita membakarnya, tetapi karena kita
masyarakat. Kita menyadari bahwa tidak membacanya. (*)
bangsa yang memiliki budaya literasi
P
enundaan pengesahaan berkaitan dengan buku keagamaan
RUU ini karena masih menjadi tanggung jawab Kemenag.
terdapat beberapa pasal
yang harus disinkronkan Kemudian Komisi X DPR RI melakukan
kembali di pembahasan lobi-lobi kepada seluruh fraksi. Lobi
tingkat komisi. Pada 11 April pagi hari, tersebut dilakukan untuk menyepakati
sebelum Rapat Paripurna, Komisi X DPR masukan dari Kemenag agar diakomodir
RI menerima surat dari Kementerian dengan penyesuaian di beberapa pasal
Agama. Dalam surat tersebut, dalam RUU Sistem Perbukuan (Sisbuk).
Kementerian Agama (Kemenag) Salah satu penyesuaian tersebut
meminta agar konten atau isi buku yang terdapat dalam Pasal 6 Ayat 3 RUU
D
isahkannya UU Sistem pelaku perbukuan berdasarkan asas
Perbukuan dianggap profesionalitas.
sebagai langkah maju
dari pemerintah dan Keempat, belum adanya lembaga yang
DPR dalam penataan secara khusus menangani perbukuan
sistem perbukuan nasional. Setidaknya nasional yang dapat menjadi acuan
terdapat lima kondisi permasalahan pelaku perbukuan, baik buku pendidikan
yang menjadi latar belakang dibuatnya maupun buku umum. Faktanya,
UU Sistem Perbukuan. Pertama, dalam sistem perbukuan dinilai perlu
belum adanya tata kelola perbukuan diterbitkan aturan tentang kelembagaan
nasional yang diwujudkan ke dalam perbukuan yang menjadi penanggung
sistem perbukuan secara sistematis, jawab tata kelola perbukuan nasional.
menyeluruh, dan terpadu. Padahal
aturan tata kelola perbukuan dibutuhkan Kelima, kurangnya komitmen pemajuan
untuk mewujudkan buku bermutu, dunia perbukuan nasional sebagai tindak
murah, dan merata (3M). lanjut kesadaran terhadap pentingnya
peranan buku untuk menyiapkan fondasi
Kedua, belum adanya pengaturan masyarakat berbasis pengetahuan.
buku secara komprehensif di dalam Karena itu melalui UU Sistem Perbukuan
satu undang-undang sehingga masih juga memuat aturan mengenai
tersebar di berbagai peraturan wewenang dan tanggung jawab
perundang-undangan, seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah,
peraturan pemerintah (PP) dan serta peran serta masyarakat.
peraturan menteri (permen). Aturan
buku secara komprehensif tersebut Dalam merumuskan draf UU Sistem
harus mencakup definisi, pelaku Perbukuan, ada tiga landasan yang
perbukuan, pemerintah dan masyarakat, digunakan sebagai acuan, yaitu
proses penerbitan, penggunaan dan landasan filosofis, landasan sosiologis,
pengawasan. dan landasan yuridis. Berdasarkan
landasan filosofis, sistem perbukuan
Ketiga, kurang optimalnya pembinaan diselenggarakan berdasarkan
terhadap pelaku perbukuan, Pancasila, Undang-Undang Dasar RI
termasuk di dalamnya standardisasi, Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal
perlindungan, dan pengawasan dalam Ika. Berdasarkan landasan sosiologis,
karya-karya buku yang dihasilkan. sistem perbukuan diselenggarakan
Karena itu dipandang perlu adanya dengan memperhatikan keragaman
aturan tentang hak dan kewajiban para masyarakat agar buku dapat tersedia
secara bermutu, murah, dan merata yang masih rendah pada sebagian
(3M). Terakhir, landasan yuridis berarti masyarakat Indonesia dan masih menjadi
sistem perbukuan diterapkan dengan isu pembangunan kapasitas SDM
tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dalam rangka menyiapkan
seperti termuat di dalam Pembukaan masyarakat Indonesia yang berbasis
UUD RI 1945. pengetahuan. Penumbungkembangan
budaya literasi masyarakat juga menjadi
UU Sistem Perbukuan memiliki semangat salah satu substansi utama yang ingin
untuk menghadirkan negara dalam dicapai melalui UU Sistem Perbukuan.
ekosistem perbukuan untuk mengatur
sistem perbukuan secara nasional Mendikbud Muhadjir Effendy
sehingga terwujud buku yang bermutu, mengatakan, bangsa yang memiliki
murah, dan meriah (3M). Undang- budaya literasi yang baik merupakan
undang ini juga mendorong terwujudnya salah satu ciri bangsa yang cerdas, dan
ekosistem perbukuan yang kondusif masyarakatnya mampu memaknai dan
untuk membangun budaya literasi. memanfaatkan informasi secara kritis
Ekosistem perbukuan merupakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
tempat tumbuh dan berkembangnya
sistem perbukuan yang sehat untuk “Pemenuhan pemilikan budaya literasi
menghasilkan buku bermutu, murah, ini antara lain dapat didorong dan
dan merata (3M) yang ditandai dengan dikembangkan melalui ketersediaan
interaksi positif antarpemangku buku yang bermutu, murah atau
kepentingan perbukuan. terjangkau, dan merata,” ujarnya.
Dengan hadirnya UU Sistem Perbukuan,
UU Sistem Perbukuan disusun diharapkan ada andil dari pelaku
berdasarkan kebutuhan untuk menjawab perbukuan yang semakin signifikan
permasalahan dalam pembangunan dalam rangka memajukan bangsa,
kompetensi masyarakat berbasis khususnya melalui program percepatan
pengetahuan melalui buku. Masalah literasi nasional. (*)
tersebut antara lain potret minat baca
T
ingkat literasi masyarakat perbukuan, wewenang dan tanggung
Indonesia dalam studi jawab pemerintah, pemerolehan naskah,
kajian internasional penerbitan, pencetakan, pengembangan
menunjukkan hasil yang buku elektronik, pendistribusian,
belum menggembirakan. penggunaan, penyediaan, dan
Hasil Programme for International pengawasan.
Student Assessment (PISA) 2015
menyebut kemampuan membaca siswa Untuk menjamin pelaksanaan penegakan
usia 15 tahun di Indonesia berada dalam hukum, diatur pula sanksi administratif
peringkat 64 dari 70 negara yang dinilai. bagi setiap orang yang melanggar
Kondisi ini cukup memprihatinkan. Untuk ketentuan yang tersebut dalam UU ini.
itu pemerintah menyusun sejumlah
program pengembangan literasi di Jenis Buku
Indonesia, di antaranya berupa Gerakan Ada dua jenis buku yang diatur
Nasional Literasi, rencana aksi, dan dalam UU ini, yaitu buku pendidikan
strategi pengembangan. dan buku umum. Buku pendidikan
adalah buku yang digunakan dalam
Tidak hanya itu, upaya menumbuhkan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
budaya literasi juga diperkuat dengan pendidikan akademik, pendidikan
hadirnya Undang-undang (UU) profesi, pendidikan vokasi, pendidikan
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem keagamaan, dan pendidikan khusus.
Perbukuan. Tujuannya bukan saja untuk
menumbuhkembangkan budaya literasi Buku pendidikan ini juga terbagi atas
seluruh masyarakat Indonesia, tetapi dua, yaitu buku teks dan buku nonteks.
juga menghasilkan buku bermutu, Buku teks terdiri atas buku teks utama
murah, dan merata. dan buku teks pendamping. Buku teks
utama ini menjadi tanggung jawab
Sebelum ini pengaturan perbukuan pemerintah pusat dalam penyusunannya.
masih tersebar dalam berbagai Sementara buku teks pendamping
peraturan perundang-undangan. UU disusun oleh masyarakat berdasarkan
ini hadir sebagai upaya pengaturan kurikulum yang berlaku dan mendapat
sistem perbukuan yang sistematis pengesahan dari pemerintah pusat.
dan komprehensif. Pengaturan yang
dimaksud mencakup seluruh pelaku Sedangkan buku umum adalah jenis
perbukuan. Selain itu, UU ini juga buku di luar buku pendidikan. Buku teks
mengatur bentuk, jenis, dan isi buku, hak pendamping, buku nonteks, dan buku
dan kewajiban masyarakat dan pelaku umum merupakan buku yang berfungsi
MASYARAKAT
HAK : KEWAJIBAN :
• Memperoleh kesempatan untuk berperan serta dalam sistem • Memelihara dan memanfaatkan
perbukuan. fasilitas layanan dan buku yang
• Mendapatkan kemudahan akses terhadap buku bermutu dan disediakan oleh pemerintah pusat,
informasi perbukuan. pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
• Masyarakat penyandang disabilitas berhak memperoleh • Memberikan dukungan terhadap
kemudahan membaca buku sesuai dengan kebutuhannya. terciptanya masyarakat belajar,
• Masyarakat di daerah terdepan, terluar, tertinggal, komunitas masyarakat gemar membaca, dan
adat terpencil, serta yang mengalami bencana berhak masyarakat gemar menulis.
memperoleh layanan akses buku.
PENULIS
HAK : KEWAJIBAN :
• Memiliki hak cipta atas naskah tulisannya. • Mencantumkan nama asli atau nama
• Mengalihkan hak cipta atas naskah buku karangan atau tulisan samaran pada naskah buku.
yang dimiliki. • Mempertanggungjawabkan karya yang
• Memperoleh data dan informasi tiras buku dan penjualan buku ditulisnya.
secara periodik dari penerbit.
• Membentuk organisasi profesi.
• Mendapatkan imbalan atas hak penerbitan naskah tulisannya.
Aa PENERJEMAH
HAK : KEWAJIBAN :
• Memiliki hak cipta atas naskah terjemahannya • Memiliki izin dari pemegang hak cipta
• Mengalihkan hak cipta terjemahan kepada pihak lain atau ahli waris pemegang hak cipta
• Memperoleh data dan informasi tiras buku dan penjualan naskah asli.
secara periodik dari penerbit • Mencantumkan nama asli pada buku.
• Membentuk organisasi profesi • Mempertanggungjawabkan naskah
• Mendapatkan imbalan atas naskah terjemahannya. terjemahannya.
PENYADUR
HAK : KEWAJIBAN :
• Memiliki hak cipta atas naskah hasil sadurannya. • Memiliki izin dari pemegang hak cipta
• Mengalihkan hak cipta saduran kepada pihak lain. atau ahli waris pemegang hak cipta
• Memperoleh data dan informasi tiras buku dan penjualan buku naskah asli.
secara perioduk dari penerbit. • Mencantumkan nama asli pada buku
• Membentuk organisasi profesi • Mempertanggungjawabkan hasil
• Mendapatkan imbalan atas naskah hasil sadurannya. sadurannya.
EDITOR
HAK : KEWAJIBAN :
• Membentuk organisasi profesi. • Mencantumkan nama asli pada buku.
• Mendapatkan imbalan atas naskah editannya. • Mempertanggungjawabkan naskah editannya.
DESAINER
HAK : KEWAJIBAN :
• Membentuk organisasi profesi. • Mencantumkan nama asli pada buku.
• Mendapatkan imbalan atas desain bukunya. • Mempertanggungjawabkan desain bukunya.
ILUSTRATOR
HAK : KEWAJIBAN :
• Membentuk organisasi profesi. • Mencantumkan nama asli pada buku.
• Mendapatkan imbalan atas desain ilustrasinya. • Mempertanggungjawabkan ilustrasinya
PENCETAK
HAK : KEWAJIBAN :
• Mendapatkan akses dan pembinaan dalam berusaha • Memiliki izin usaha percetakan
• Membentuk himpunan organisasi usaha • Menjaga kerahasiaan dan melindungi naskah
• Mendapatkan imbalan jasa atas pekerjaan pencetakan buku yang dicetak
• Mencetak buku dengan tiras berdasarkan
kesepakatan dengan penerbit.
HAK : KEWAJIBAN :
• Mendapatkan akses dan pembinaan dalam berusaha • Memiliki izin usaha
• Membentuk himpunan organisasi usaha dan/ atau organisasi profesi • Menjaga kerahasiaan dan melindungi
• Mendapatkan imbalan jasa atas pekerjaan pengembangan naskah buku yang didigitalkan
buku elektronik • Menerapkan manajemen hak digital
PENERBIT
HAK : KEWAJIBAN :
• Mendapatkan akses dan • Memiliki izin usaha penerbitan
pembinaan dalam berusaha • Memberikan imbalan jasa atas naskah buku yang diterbitkan
• Membentuk himpunan organisasi kepada pemegang hak cipta
usaha. • Memberikan data dan informasi penjualan Buku yang akurat,
terkini, dan periodik kepada pemegang hak cipta
• Mencantumkan harga pada belakang sampul buku
• Mencantumkan peruntukan buku sesuai dengan
• Jenjang usia pembaca
• Mencantumkan angka standar buku internasional
TOKO BUKU
HAK : KEWAJIBAN :
• Mendapatkan kemudahan akses dan pembinaan Memberikan data dan informasi penjualan buku
dalam berusaha yang akurat, terkini, dan periodik kepada penerbit.
• Membentuk himpunan organisasi usaha
Buku adalah karya tulis dan atau karya gambar yang diterbitkan berupa
cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara
tidak berkala. Undang-undang Sistem Perbukuan menyebutkan ada dua
jenis buku, yaitu buku pendidikan dan buku umum.
B
uku pendidikan merupakan mendistribusikan buku teks utama
buku yang digunakan kepada satuan dan/atau program
dalam pendidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan
baik umum, kejuruan, dasar, dan pendidikan menengah,
akademik, profesi, vokasi, menggunakan anggaran pendapatan
keagamaan, dan pendidikan khusus. belanja negara atau anggaran
Sedangkan buku umum merupakan pendapatan belanja daerah.
buku di luar buku pendidikan. Khusus
untuk muatan keagamaan dalam buku Karena bersifat wajib, bagi satuan
pendidikan menjadi tanggung jawab pendidikan yang tidak menggunakan
menteri yang menyelenggarakan urusan buku teks utama dapat dikenai
pemerintahan di bidang agama. sanksi administratif. Sanksi tersebut
dapat berupa peringatan tertulis,
Buku pendidikan terdiri atas buku penangguhan bantuan pendidikan,
teks utama, buku pendamping, dan penghentian bantuan pendidikan,
buku nonteks. Buku teks utama wajib perekomendasian penurunan
digunakan dalam pembelajaran peringkat dan atau pencabutan
berdasarkan kurikulum yang berlaku. akreditasi, penghentian sementara
Buku ini disediakan oleh pemerintah kegiatan penyelenggaraan satuan
pusat tanpa dipungut biaya. Hal ini pendidikan, hingga pembekuan kegiatan
berbeda dengan buku pendamping penyelenggaraan satuan pendidikan.
yang meskipun juga merupakan buku
pelajaran, namun buku ini disusun oleh Meskipun satuan pendidikan diberi
masyarakat berdasarkan kurikulum yang buku teks utama oleh pemerintah pusat,
berlaku dan mendapatkan pengesahan namun demikian, satuan pendidikan
dari pemerintah pusat. Buku ini tidak dilarang untuk menggunakan buku
disediakan dengan mekanisme pasar, pendamping, buku nonteks yang telah
artinya, buku ini dapat diperjualbelikan. disahkan oleh pemerintah pusat, maupun
buku umum, dalam pembelajaran.
Buku teks utama yang disediakan
secara gratis dari pemerintah pusat Pemerintah pusat, dalam hal ini
dapat dikonversi ke dalam bentuk lembaga perbukuan yang sudah
buku elektronik. Hal ini tentunya untuk ada di Kementerian Pendidikan dan
memudahkan masyarakat memeroleh Kebudayaan memfasilitasi dan membina
dan mengakses buku tersebut. penyelenggaraan sistem perbukuan
Saat mengunduh buku teks utama, secara nasional. Dan dengan adanya
masyarakat juga tidak dipungut biaya, Undang-undang Sistem Perbukuan
dan setelah diunduh bukunya dapat ini, lembaga perbukuan tersebut
digandakan. diberi perluasan dan penguatan untuk
melakukan tugasnya. (*)
Dalam proses distribusi, pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
UU Sistem Perbukuan
membagi dua jenis buku, yaitu:
1. k an
• Buku teks pendamping
i d i • Buku nonteks
Pend
Buku pendidikan terdiri dari:
• Wajib digunakan dalam pembelajaran
• Disediakan gratis oleh pemerintah pusat
• Dapat dikonversi ke dalam bentuk
buku elektronik
2. Buku
Umum
K
ewajiban yang agama, ras, dan atau antargolongan;
dibebankan kepada ketiga, tidak mengandung unsur
penerbit, antara lain pornografi; keempat, tidak mengandung
mencantumkan harga unsur kekerasan; dan kelima, tidak
pada belakang sampul mengandung ujaran kebencian.
buku dan mencantumkan peruntukan
buku sesuai dengan jenjang usia Dengan demikian, buku yang beredar
pembaca. Hal ini memberikan kepastian di masyarakat dapat memberi manfaat
bagi pembeli buku mengenai harga dan baik kepada pemerintah, pelaku
peruntukan buku yang cocok dibaca perbukuan, industri perbukuan, maupun
oleh pembaca berdasarkan usia. Dengan masyarakat luas. Bagi pemerintah,
pencantuman harga pada sampul buku, baik pusat dan daerah, UU Sisbuk
maka penerbit tidak dapat menaikkan ini mendorong pelaku perbukuan
harga jual di atas harga yang tercantum untuk berpartisipasi menyediakan
pada sampul. buku bermutu, murah, dan merata,
di level lokal maupun nasional. Selain
Selain kewajiban penerbit, UU Sistem itu, juga dapat menumbuhkan potensi
perbukuan juga mengatur bagaimana daya literasi bangsa melalui program
naskah buku diperoleh. Salah satunya perbukuan.
adalah, naskah buku yang diterbitkan
haruslah diperoleh melalui akuisisi Bagi pelaku perbukuan, akan
naskah secara aktif dan atau pasif. Selain mendapatkan pengakuan dan pembinaan
itu, naskah buku juga dapat diperoleh serta dukungan membentuk organisasi
melalui penulisan, penerjemahan, profesi. Di samping itu, mereka juga
atau penyaduran. Jika naskah buku akan mendapat perlindungan hukum
diperoleh dari penerjemahan, maka dan penghargaan, terhadap karya yang
yang diutamakan adalah naskah yang dihasilkan.
berkualitas dari buku berbahasa daerah
dan atau berbahasa asing. Pemerolehan Dan bagi masyarakat, manfaat yang
naskah buku, tentunya harus memenuhi dirasakan dengan adanya UU Sisbuk
syarat isi. adalah adanya jaminan penyediaan buku
teks utama, dan buku yang bermutu,
Ada lima syarat isi yang harus murah, dan merata. (*)
diperhatikan dalam pemerolehan naskah
buku. Pertama, tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila; kedua,
tidak diskriminatif berdasarkan suku,
Memberikan 03
data dan informasi
penjualan buku
yang akurat,
terkini, dan 04 Mencantumkan
periodik kepada harga pada
pemegang belakang
hak cipta cover buku
/
SMPS
MT
06 Mencantumkan
angka standar
buku internasional
Mencantumkan 05
peruntukan buku
sesuai dengan
jenjang usia
pembaca
UU Sistem Perbukuan
Latar Belakang
Tidak diskriminatif
Tidak berdasarkan suku,
mengandung agama, ras, dan/atau
unsur antargolongan
kekerasan
Tidak mengandung
Tidak
unsur pornografi
mengandung
ujaran
kebencian
Menciptakan
dan memajukan
ekosistem
perbukuan
Membangun dan yang sehat
mengembangkan
budaya literasi
M
enteri Pendidikan pembelajaran berdasarkan kurikulum
dan Kebudayaan yang berlaku dan disediakan oleh
(Mendikbud), pemerintah pusat tanpa dipungut biaya.
Muhadjir Effendy
mengungkapkan, Ke depan tidak mustahil masyarakat
ketinggalan ini harus dikejar agar dapat dapat menikmati dan memperoleh
meningkatkan daya saing sumber daya buku-buku yang bermutu, murah, dan
manusia Indonesia di masa mendatang. merata di seluruh wilayah Indonesia.
Melalui Undang-undang Nomor 3 Dalam mewujudkan hal itu pemerintah
Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, akan menyelenggarakan tiga sistem
pemerintah berupaya mewujudkan buku perbukuan yang meliputi sistem
yang bermutu, murah, dan merata untuk kendali mutu, sistem tata niaga,
mendongkrak kompetensi dan minat dan sistem pengadaan. Tiga sistem
baca masyarakat. penyelenggaraan tersebut berasaskan
kebinekaan, kebangsaan, kebersamaan,
“Pengaturan perbukuan yang profesionalisme, keterpaduan,
menjamin kemanfaatan, mutu, kenusantaraan, keadilan, partisipasi
ketersediaan, keterjangkauan yang masyarakat dan kegotongroyongan
dapat dipertanggungjawabkan akan serta kebebasbiasan.
membantu meningkatkan daya literasi
masyarakat Indonesia,” ujar Mendikbud Buku yang bermutu akan diwujudkan
saat diwawancarai beberapa waktu lalu melalui sistem kendali mutu baik secara
di Malang, Jawa Timur. isi maupun fisiknya. Mutu isi sebuah
buku ditentukan dari kandungan nilai
Rendahnya keterampilan membaca siswa edukatif, informatif, serta hiburan dalam
menunjukkan bahwa proses pendidikan buku tersebut yang selaras dengan
belum mampu mengembangkan nilai-nilai agama, norma, dan budaya
kompetensi dan minat baca peserta masyarakat serta telah melalui proses
didik terhadap pengetahuan. Melalui standar editorial. Penyajian, desain,
undang-undang tersebut juga dan grafika sebuah buku yang sesuai
pemerintah mempunyai tanggung dengan standar, kaidah, dan kode etik
jawab dalam penyiapan buku teks utama pengilustrasian dan pendesainan buku
yang akan mendorong terbentuknya merupakan penentu dari mutu fisik buku
manajemen editorial yang professional tersebut.
mulai dari pemerolehan naskah hingga
penerbitan naskah menjadi buku. Buku murah bukan berarti tidak bernilai
Buku teks utama merupakan buku tetapi buku tersebut terjangkau oleh
pelajaran yang wajib digunakan dalam masyarakat dari segi harga sesuai
dengan daya beli yang berlaku. Melalui unsur pornografi; tidak mengandung
sistem tata niaga perbukuan, pengadaan unsur kekerasan; dan tidak mengandung
buku-buku pendidikan yang berkualitas ujaran kebencian; serta mencantumkan
akan dilakukan oleh pemerintah. angka standar buku internasional.
Selain itu melalui sistem pengadaan,
pemerintah juga ingin buku-buku Buku teks utama yang dibuat oleh
tersebut tersebar merata di seluruh pemerintah pun nantinya akan dibuat
wilayah Indonesia tanpa diskriminasi. dalam bentuk buku elektronik sehingga
Masyarakat penyandang disabilitas dan masyarakat lebih mudah memperoleh
atau berada di daerah 3T (terepan, dan mengaksesnya. Bahkan buku teks
terluar, dan tertinggal) tetap dapat utama elektronik tersebut dapat
memperoleh buku-buku tersebut. diunduh secara cuma-cuma dan dapat
digandakan. Hal ini merupakan upaya
Pemerintah melalui Kementerian pemerintah agar ketersediaan buku
Pendidikan dan Kebudayaan tersebut merata dan atau dengan harga
(Kemendikbud) juga telah melakukan murah yang dapat diperoleh seluruh
beberapa upaya untuk mendorong masyarakat Indonesia tanpa diskriminasi.
kemampuan dan minat baca masyarakat.
Gerakan Guru Membaca, Gerakan Dalam undang-undang Sistem Pebukuan,
Indonesia Membaca, Gerakan Literasi negara menjamin hak para pengembang
Bangsa, dan Gerakan Literasi Sekolah buku elektronik untuk mendapatkan
telah diluncurkan oleh Kemendikbud akses dan pembinaan dalam berusaha
beberapa waktu lalu. Tidak hanya serta mendapatkan imbalan jasa
itu, Kemendikbud juga mendorong atas pekerjaan pengembangan buku
orangtua untuk menumbuhkan minat elektronik. Selain itu, mereka juga
baca di lingkungan keluarga seperti berhak membentuk himpunan organisasi
membuat perpustakaan keluarga, usaha dan atau organisasi profesi
berkunjung ke perpustakaan atau taman tentang buku elektronik. Namun,
bacaan masyarakat bersma keluarga, para pengembang buku elektronik
menjadwalkan aktivitas membaca dalam juga berkewajiban memiliki izin usaha,
keluarga, mendongeng atau bercerita menjaga kerahasiaan dan melindungi
kepada anak, dan lainnya. naskah buku yang didigitalkan, dan
menerapkan manajemen hak digital. (*)
Terobosan Buku Elektronik
U
ndang-undang Nomor Sistem Perbukuan yang sehat; d)
3 Tahun 2017 tentang memberikan insentif liskal untuk
Sistem Perbukuan pengembangan perbukuan; dan e)
menetapkan lima membina, memfasilitasi, dan mengawasi
wewenang dan tujuh penyelenggaraan Sistem Perbukuan.
tanggung jawab yang dibebankan
kepada pemerintah pusat. Sementara Adapun tanggung jawab pemerintah
untuk pemerintah daerah, ada empat pusat, yaitu: a) menjamin
wewenang dan tujuh tanggung jawab terselenggaranya sistem perbukuan
untuk pemerintah provinsi, serta tiga melalui ekosistem perbukuan yang sehat
wewenang dan empat tanggung jawab agar tersedia buku bermutu, murah, dan
untuk pemerintah kabupaten/kota. merata tanpa diskriminasi; b) menyusun
dan menjamin tersedianya buku teks
Wewenang pemerintah pusat utama untuk pembelajaran bagi setiap
meliputi: a) menetapkan kebijakan peserta didik; dan c) meningkatkan
pengembangan Sistem Perbukuan; b) minat membaca dan menulis melalui
menetapkan kebijakan pengembangan pengadaan naskah buku yang bermutu.
budaya literasi; c) mengembangkan
Tingkatkan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan Guru
melalui Publikasi Ilmiah
T
untutan setiap guru untuk menulis berkelanjutan. Dalam Bab I terdapat 5 tema
buku dalam rangka penyusunan angka pembahasan mulai dari konsep PKB hingga ruang
kredit jabatan guru merupakan salah lingkup publikasi ilmiah non penelitian.
satu bentuk kegiatan pengembangan
guru. Hasil karya dapat berupa buku Pada Bab II membahas mengenai Bahan Ajar mulai
pelajaran, modul, diklat maupun karya lain. Sebagai dari pengertian hingga jenis bahan ajar. Sedangkan
memenuhi sebuah karya ilmiah, maka kerangka Bab III mengupas mengenai Buku, Diklat, dan Modul
sajian isi buku tersebut harus memiliki kebenaran Pembelajaran. Pada bab ini dikupas masing-masing
ilmiah. Selain itu, buku sebaiknya menarik dan tema tentang buku, diklat, dan modul. Selain itu juga
mudah dipahami pembacanya. buku ini dilengkapi dengan lampiran contoh modul,
contoh diklat, dan contoh diklat SD.
Buku ini hadir sebagai salah satu referensi bagi
guru dalam melakukan pengembangan profesi dan Buku ini dapat dibaca dan dimanfaatkan di
kariernya sebagai guru. Buku ini dapat membantu Perpustakaan Kemendikbud,
guru dalam merencanakan Pengembangan untuk mempermudah
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Penilaian pencarian dapat diakses
Kinerja Guru (PKG). dengan memindai QR code
berikut.
Buku ini berisi tiga bab, terdiri dari bab I
membahas mengenai pengembangan keprofesian
Jurnal Elektronik
Science
Journal of
Education
Teacher
(Wiley)
Education
(SAGE) Journal of
Management
Education (SAGE)
Journal of
Research in
Science Teaching
Educational (Wiley)
Management
Administration &
Leadership
Journal
Upaya Lestarikan
Cagar Budaya Indonesia
S
istem ini sesuai dengan Cagar budaya yang ditemukan itu
Undang-Undang (UU) dicatat dan diberi perlindungan hukum.
Republik Indonesia Semua dokumentasi yang terkait
Nomor 11 Tahun 2010 disimpan karena menjadi sumber
yang mengamanatkan informasi pengembangan kebudayaan
cagar budaya untuk dilestarikan dan nasional di masa depan. Hingga saat
dikelola secara tepat. Melalui sistem ini ini cagar budaya yang terdaftar dalam
masyarakat dapat berpartisipasi aktif sistem registrasi nasional sebanyak
mendaftarkan cagar budaya yang ada di 57.120 dan yang telah ditetapkan menjadi
wilayahnya. Ada lima jenis cagar budaya cagar budaya sebanyak 1.393.
yang dapat didaftarkan menjadi cagar
budaya nasional, yaitu benda cagar Cagar budaya yang sudah teregistrasi
budaya, struktur, bangunan, situs, dan secara nasional akan dilakukan
kawasan. penetapan melalui tiga pihak terkait,
yaitu bupati atau tim ahli kabupaten/
Pendaftaran ini bertujuan untuk kota yang berjumlah 5 – 7 orang, lalu
mengetahui jumlah, jenis, dan dilanjutkan oleh tim ahli oleh gubernur
persebaran cagar budaya di wilayah berjumlah 7 – 9 orang, dan diakhiri di
setempat. Sesuai dengan UU RI Nomor tahap nasional oleh menteri dengan
11 Tahun 2010, pendaftaran dilakukan jumlah tim ahli sebanyak 9 – 11 orang.
oleh pemerintah kabupaten/kota
dengan membentuk tim pendaftaran Data CB yang telah didaftarkan akan
cagar budaya. Direktur Pelestarian diolah datanya oleh petugas pengolah
Cagar Budaya dan Permuseuman, Harry data. Di sinilah petugas melakukan
Widianto menjelaskan, pengelolaan deskripsi, dokumentasi, dan verifikasi
cagar budaya dimulai dari penemuan objek. Dalam proses dokumentasi,
dan pencarian benda yang kemudian semua kelengkapan objek seperti foto
dilaporkan dalam kurun waktu 30 hari. dan bukti kepemilikan dimasukan dalam
Setelah dilaporkan, dinas kebudayaan data pendaftaran objek. Kelengkapan
kabupaten/kota harus melakukan dan keakuratan data objek CB ini
pendaftaran lalu dilakukan penetapan sangat mempengaruhi CB yang diajukan
oleh tim ahli CB. Kemudian, cagar dapat lolos ditetapkan menjadi CB saat
budaya tersebut dimasukkan ke dalam verifikasi.
pusat data cagar budaya, yaitu platform
Registrasi Nasional Cagar Budaya.
57.149 11.428
terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi,
satuan ruang geografis yang diusulkan.
Terdaftar Terverivikasi
Hasil rekomendasi yang dinyatakan layak
sebagai cagar budaya diserahkan ke Bupati/
Walikota/Gubernur guna memperoleh
penetapan sebagai cagar budaya.
Pengawasan dalam pelaksanaan pendaftaran
di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan
oleh Kepala Dinas yang bertanggungjawab
1.434 1.393
di bidang kebudayaan tingkat kabupaten/
kota bersama Unit Pelaksana Teknik (UPT)
Direktorat Jenderal Kebudayaan, serta Rekomendasi CB Cagar Budaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayan
(Balai Pelestarian Cagar Budaya, Balai
Arkeologi, Balai Pelestarian Nilai Budaya). (*)
301
Situs cagar budaya:
lokasi yang berada di darat
dan/atau di air yang mengandung
benda cagar budaya, bangunan
cagar budaya, dan/atau struktur
cagar budaya sebagai hasil kegiatan
manusia atau buk kejadian pada
masa lalu.
STRUKTUR:
103
Struktur cagar budaya:
susunan binaan yang terbuat
dari benda alam dan/atau BANGUNAN: Bangunan cagar budaya:
923
benda buatan manusia untuk susunan binaan yang terbuat
memenuhi kebutuhan ruang dari benda alam atau benda
kegiatan yang menyatu buatan manusia untuk
dengan alam, sarana, dan memenuhi kebutuhan ruang
prasarana untuk menampung berdinding dan/atau dak
kebutuhan manusia. berdinding, dan beratap.
1.391
KAJIAN
Kajian Implementasi
Nilai Karakter
Nasionalis melalui
Penguatan
Pendidikan Karakter
N
ilai karakter nasionalis Ada pula hasil survai beberapa lembaga
menjadi fokus kajian pada tahun 2006 dan 2007 yang
karena adanya temuan menunjukkan merosotnya pengetahuan
di lapangan yang masyarakat mengenai Pancasila, dan hal
menunjukkan terjadinya ini dipertegas dengan sikap pelajar dan
tren peningkatan jumlah orang Indonesia guru yang hanya mengejar beberapa
yang tidak bangga menjadi orang mata pelajaran yang menentukan
Indonesia. Berdasarkan jajak pendapat kelulusan saja, dan Pendidikan Pancasila
Kompas pada 14-15 Agustus 2007, ada seolah hanya pelengkap kurikulum
65,9 persen responden yang bangga (Pusat Studi Pancasila UGM, 2013).
menjadi orang Indonesia, padahal pada
tahun 2002 masih ada 93,5 persen. Selain itu ada pula gejala memudarnya
Dengan kata lain, responden yang tidak pemahaman, penghayatan dan
bangga menjadi warga Indonesia ada pengamalan nilai luhur budaya bangsa,
5,1 persen pada tahun 2002, meningkat serta tidak mencintai produk dalam
menjadi 23 persen pada tahun 2005, negeri. Masih banyak alasan lainnya,
dan 34,1 persen pada tahun 2007 antara lain banyaknya pengaruh ideologi
(Suwardiman, 2007). lain selain Pancasila yang hendak
“Janji” atau “Ikrar Setia” yang dapat Kerja Sama Berbagai Pihak
meningkatkan kesetiaan kepada NKRI. Kebijakan pemerintah tidak akan
berjalan dengan baik jika tidak ada kerja
Sekolah juga belum bisa memberikan sama antara pemerintah pusat dan
pengalaman nyata kepada siswa pemerintah daerah, serta masyarakat.
tentang kondisi daerah-daerah lain Ketiga pihak ini diharapkan bekerja sama
atau keberagaman di Indonesia. Masih untuk memenuhi sarana dan prasarana
ada pemerintah daerah dan pemangku sekolah yang kurang. Perlu juga adanya
kepentingan lainnya yang kurang penyediaan bahan bacaan dan diklat
memfasilitasi sekolah-sekolah dalam terkait dengan praktik penguatan nilai
rangka peningkatan nilai karakter karakter nasionalis di SD.
nasionalis. Sejumlah kendala yang
ditemui ini perlu dicarikan solusi, Selain itu, meskipun implementasi nilai
sehingga memperlancar jalannya karakter nasionalis melalui PPK dapat
pelaksanaan PPK di sekolah-sekolah. memanfaatkan area luar ruang, tetapi
perlu juga penambahan ruang kelas
Dari hasil kajian yang dilakukan dapat baru. Perlu ada keseragaman “Janji
disimpulkan bahwa sekolah percontohan Pelajar” atau “Sumpah” yang berlaku
PPK tahap I dan tahap II telah secara nasional, seperti di Amerika
mengimplementasikan nilai karakter Serikat dengan Pledge of Alligiance-nya.
nasionalis ke dalam program PPK, tapi Implementasi nilai karakter nasionalis
tidak semuanya berlangsung dalam melalui PPK dengan lima hari sekolah
“Lima Hari Sekolah”. Daerah yang relatif perlu diberlakukan khusus untuk hari
aman dan stabil cenderung kurang Jum’at, terutama bagi sekolah yang di
memberikan penekanan terhadap nilai tidak berdekatan atau memiliki masjid,
karakter nasionalis. Hal ini berbeda yaitu hanya sampai pukul 11.30. Hal ini
dengan daerah yang masih memiliki terkait dengan ibadah salat jum’at bagi
permasalahan atau isu nasionalisme. siswa yang beraga Islam. Melakukan
kunjungan ke museum atau daerah
Penanaman nilai-nilai karakter nasionalis lain dalam rangka mengenal identitas
perlu dilakukan sejak dini, sebagai dan budaya lokal, keberagaman dan
upaya preventif menurunnya rasa toleransi. Pemerintah Daerah perlu
bangga sebagai orang Indonesia. memfasilitasi sekolah-sekolah dalam
Pelibatan publik mutlak diperlukan dalam melaksanakan kegiatan yang beragam
implementasi PPK. Lima Hari Sekolah dan inovatif untuk peningkatan nilai-nilai
yang ada di dalam Simulasi Model karakter nasionalis. (*)
Implementasi PPK dapat diterapkan
Artikel ini diambil dari Ringkasan Eksekutif:
dengan catatan hak dan kebutuhan siswa
Hasil-Hasil Penelitian Kebijakan Pendidikan
dan guru terkait dengan makanan dan Dasar dan Menengah Tahun 2012-2016
kegiatan beribadah tidak terganggu. yang disusun oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kemendikbud, 2017.
3 Implementasi melalui
pembiasaan/budaya sekolah,
seperti:
Upacara Bendera
Menyanyikan Lagu Nasional
Memperingati Hari Kartini dengan
2 memakai pakaian tradisional
Bentuk ekstrakurikuler: Toleransi/Berterima kasih/
pelatihan baris berbaris, pramuka, Meminta maaf/Saling Hormat
pekan nusantara, pekan buku. menghormati/Tepat Waktu
Janji Pelajar
32 Edisi XII/Juli
XIII/Agustus
2017 2017
BANGGA BERBAHASA INDONESIA
Untuk menyatakan konsep jamak, cukup digunakan satu bentuk jamak, yakni bentuk leksikal
atau bentuk ulang. Kalimat di atas dapat diubah sebagai berikut agar menjadi lebih efektif.
*Artikel diambil dari Buku Praktis Bahasa Indonesia 1 yang diterbitkan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011.
autodidak autodidact Belanda Orang yang mendapat keahlian dengan belajar sendiri
ISSN: 2502-7867