Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

BETON SEBAGAI ELEMEN PENDUKUNG PEKERJAAN ARSITEKTUR

1. UMUM
1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam bab ini yaitu : Pekerjaan beton yang bukan
merupakan struktur utama dari bangunan, tetapi sebagai elemen pendukung atau lainnya
untuk dinding bata lokal seperti kolom praktis, balok pengikat, balok pengaku (lintel), balok
keliling (ring beam, dll), dan bagian-bagian bangunan non-struktural lainnya yang
menggunakan beton diaduk di tempat yang mana dapat disyaratkan. Termasuk pekerjaan
bekisting, pembesian (reinforcement).Perluasan pekerjaan seperti yang terlihat di gambar
atau tergantung pada persyaratan praktek bangunan setempat dan sistem dinding
pekerjaan bata.

1.2. Standar/Undang-Undang (Codes)


Standar undang-undang memenuhi persyaratan standar sebagai berikut :
- PBI 1971, NI2 dari beton berkualitas maksimal K-225
- SNI 2002 : Standar Nasional Indonesia 2002
- Standar-standar yang relevan seperti diuraikan dalam Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Struktur Beton

1.3. Gambar-Gambar Kerja


Kontraktor harus menyediakan gambar-gambar kerja yang dibuat dengan tepat dibawah
supervisi dari Direksi Pengawas yang berkualifikasi yang memungkinkan detail-detail yang
lengkap dari :
A. Pembesian dalam semua beton elemen pendukung arsitektur lainnya.
B. Angkur, ikatan-ikatan antara pekerjaan beton lainnya dengan pekerjaan beton
structural.
C. Posisi dalam pekerjaan pasangan (batu).
D. Lokasi dari sambungan-sambungan konstruksi.

2. PRODUK
2.1. Material
Semen : SNI 15-2049-1994-Semen Portland
Semen kantungan (bagged cement): jangan menggunakan semen kantung lebih dari 6 bulan
usianya dan harus dijamin oleh supplier dengan jaminan tertulis.

3. PELAKSANAAN
3.1. Pengadukan Di Lapangan

Beton Sebagai Elemen Pendukung Pekerjaan Arsitektur 1


Aduklah beton dalam alat yang disetujui yang ditempatkan di tapak pekerjaan, dibatasi
jumlah adukan pada tiap satu kali gilingan untuk menyesuaikan kebutuhan pekerjaan pada
areal konstruksi tertentu.

3.2. Pembesian Umum


Standar : PBI yang dapat dipakai pemotongan (splicing) : seperti di atas.
Penutup beton : tidak kurang dari 25 mm dari permukaan besi tulangan.

3.3. Pemasangan Pembesian


A. Persyaratan : Buatlah pembesian tulangan terhadap geseran dengan mengikat pada
perpotongannya dengan ikatan kawat besi yang kuat tidak lebih kecil dari diameter 1,25
mm atau penjepit yang disetujui. Bengkokan ujung kawat menjauhi dari permukaan
bekisting yang didekatnya.
B. Balok pengikat dan balok praktis (practical and bracing beams) : Ikatkan pengikat pada
batang besi di setiap sudut atau ikatan. Pasanglah batang besi longitudinal lainnya pada
ikatan yang tidak lebih dari 600 mm intervalnya (pekerjaan pendukung pasangan
batang).
C. Tiang atau kolom praktis : perkuatlah pembesian longitudinal kolom pada semua ikatan
pada setiap perpotongan.

3.4. Pengecoran Dan Pemadatan Beton


A. Standar : Seperti yang dapat diaplikasikan dalam standar PBI.
B. Material : Beton K-225
C. Pencoran : Gunakan metode pencoran yang meminimumkan penurunan plastis dan
keretakan akibat penyusutan.
D. Lapisan : Corlah beton secara berlapis sehingga setiap lapisan yang terjadi tercampur
dalam pengecoran yang pertama dengan proses pemadatan.
E. Hujan : Beton yang terkena hujan sebelum kering, termasuk selama pengadukan,
transport atau pengecoran akan dapat ditolak.
F. Pemadatan : Gunakanlah vibrator tenggelam dan pemerata dan dibantu dengan
metoda tangan yang benar untuk menghilangkan gelembung udara dan memadatkan
adukan beton. Jangan gunakan vibrator untuk memindahkan adukan beton sepanjang
bekisting.
Catatan Pengecoran : Simpanlah di tapak dan dapat diperiksa buku harian yang mencatat
setiap pencoran beton termasuk :
- Tanggal
- Porsi pekerjaan
- Sumber dan kekuatan beton yang dispesifikasikan
- Pengukuran slump
- Volume pengecoran
- Persyaratan-persyaratan lain dari Direksi Pengawas

Beton Sebagai Elemen Pendukung Pekerjaan Arsitektur 2


3.5. Pematangan
A. Umum : Melindungi beton yang baru dari pengeringan yang terlalu dini dan dari
temperature yang dingin atau panas yang berlebihan. Jagalah beton pada temperature
sekonstan mungkin dengan kehilangan kelembaban seminimum untuk periode curing.
B. Periode pematangan : Mulailah pematangan sesegera mungkin setelah finishing, den
cure terus menerus hingga jumlah kumulatif hari atau bagiannya, tidak perlu
bertalian/berurutan, selama jika temperature udara yang berhubungan dengan beton
di atas 10˚ C, secara total tidak kurang dari 7 hari sebelum dibuka atau seperti petunjuk
Direksi Pengawas.
C. Metode Pematangan : Metode pematangan yang dapat diterima termasuk sbb :
- Pemercikan air secara terus menerus atau dalam jumlah besar (pondasi)
- Karung/kain terbuat dari goni/rami dan harus dibasahi secara terus menerus.

Beton Sebagai Elemen Pendukung Pekerjaan Arsitektur 3

Anda mungkin juga menyukai