Lap Bio Baru
Lap Bio Baru
Saccharomyces cereviseae
Kelas : 2A
Kelompok :2
TEKNIK KIMIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
3. Mampu melakukan evaluasi populasi mikroba dengan berbagai teknik (berat sel
kering, spektrofotometri, kurva baku) dengan benar.
4. Mampu menerapkan hubungan antara jumlah sel (X) dengan waktu (t) dengan
benar.
Sel
anak
Pertumbuhan Ragi/
Khamir
Bercabang
Pertumbuhan miselia
Saccharomyces cerevisiae sebagai contoh khamir yang digunakan di industri
1. Nutrien
Nutrien berfungsi sebagai sumber energi (sumber karbon) dan bahan pembentuk
komponen sel baik protein, asam – asam nukleat/lipid. Nutrien dikelompokkan
menjadi makronutrien yaitu nutrien yang dibutuhkan dengan konsentrasi lebih dari
10-4M, contohnya C, H, N, O, S, P, Mg2+, dan K+; mikronutrien (trace element) yaitu
nutrien yang dibutuhkan dengan konsentrasi kurang dari 10-4M, contohnya Fe, Mn,Ni,
Na, dan Cl. Disamping itu, mikroba juga membutuhkan vitamin sebagai koenzim,
hormone untuk mengatur metabolism, dan asam – asam amino.
2. Air (kelembaban)
Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Air tidak
hanya merupakan komponen utama dari plasma sel mikroba, tetapi air pula untuk
pelarut makanan sebelum makanan itu dapat diserap oleh sel. Kekeringan dapat
mematikan mikroba.
3. Suhu
Untuk setiap jenis mikroba terdapat suhu minimum, optimum dan maksimum
bagi pertumbuhannya. Suhu rendah dapat menghentikan pertumbuhan mikroba, tetapi
bila mikroba tersebut kemudian dipindahkan pada suhu yang sesuai untuk
pertumbuhannya, maka pertumbuhannya akan segera dimulai lagi. Suhu tinggi lebih
banyak merusak pertumbuhan mikroba dari pada suhu rendah. Tidak ada satupun
mikroba yang berada dalam bentuk vegetatif yang tahan pendidihan dalam beberapa
jam.
4. pH
5. Oksigen
Mikroba yang hidupnya harus dalam suasana yang ada oksigen bebas, disebut
aerob. Sedangkan yang tidak dapat hidup apabila dalam oksigen bebas, tetapi oksigen
yang diperlukan didapat dari persenyawaan yang mengandung oksigen dinamankan
anaerob. Disamping kedua golongan tadi ada golongan yang bisa hidup pada dua
keadaan tersebut di atas yaitu disebut mikroba fakultatif. Mikroba – mikroba yang
tidak dapat hidup sama sekali apabila ada oksigen atau tidak dapat hidup tanpa
oksigen, berturut – turut disebut golongan mikroba yang obligat anaerob dan obligat
aerob.
6. Cahaya
Kebanyakan mikroba dapat dirusak oleh cahaya tak langsung dari matahari dan
dalam waktu beberapa jam saja dapat dimatikan oleh cahaya langsung yang
mengenainya. Sinar – sinar violet, ultra violet, dan biru sangat kuat daya mematikan
terhadap mikroba.
7. Osmosa
Sel – sel mikroba dibalut oleh suatu membran yang semipermiabel, karena
membran ini dengan bebas dapat melewatkan air masuk ke dalam sel, demikian pula
sebaliknya. Akan tetapi, terhadap zat – zat yang larut di dalam cairan dimana sel – sel
itu terdapat membran tadi mempunyai kesanggupan untuk menahan, hal ini
menunjukkan bahwa sel – sel itu merupakan suatu unit osmosis yang kecil yang
responsif terhadap perubahan – perubahan pada cairan dalam lingkungannya.
Apabila sel – sel mikroba ditempatkan pada cairan dengan konsentrasi zat – zat
terlarut yang berbeda beda,maka akan terjadi perubahan – perubahan. Dalam cairan
hipertonis, yaitu cairan dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi, maka akan terjadi
kecenderungan bahwa air akan keluar dari dalam sel, sehingga sel itu akan
mengkerut. Bila perbedaan antara konsentrasi di luar dan di dalam sel itu besar sekali
pengkerutan akan terus berlangsung sehingga akhirnya sel tadi mati, keadaan itu
disebut plasmolisis. Akan tetapi, jika perbedaannya tidak begitu besar, maka sel akan
mengadakan penyesuaian terhadap larutan hipertonis untuk mencapai kembali
keadaan turgor dan pertumbuhannya dapat berlangsng lagi. Apabila sel itu
dimasukkan dalam larutan dengan kkonsentrasi zat – zat terlarut yang rendah atau
dalam aquades, maka air akan memasuki sel. Sel akan mengembang dan pecah yang
disebut dengan plasmotysis. Larutan yang tidak menimbulkan pengkerutan pada sel
atau tidak menyebabkan pecahnya sel disebut larutan yang isotonis.
8. Faktor- faktor kimia
Di Indonesia sendiri, jamur ini telah melekat dalam kehidupan sehari – hari.
Nenek moyang kita dan hingga saat ini kita sendiri menggunakannya dalam pembuatan
makanan dan minuman, seperti tempe, tape dan tuak.
Saat ini, biomassa tanaman adalah biofuel yang paling banyak dikembangkan
karena harganya yang murah dan persediaannya yang mudah didapat. Sayangnya, salah
satu penghambat justru adalah langkanya low – cost teknologi dalam pengolahan
tanaman menjadi etanol. Tentu saja tidak sembarang jamur ragi dipakai melainkan
beberapa strain Saccharomyces cerevisiae yang telah direkayasa daur metabolismenya
secara genetika dapat menghasilkan etanol secara efektif dan efisien.
Krisis energi dalam bentuk minyak bumi diperkirakan akan terjadi sehubungan
dengan prediksi bahwa produksi minyak dunia akan memuncak dalam waktu 25 tahun
mendatang dan selanjutnya menurun secara drastic. Bagi Negara berkembang seperti
Indonesia, pekerjaan rumah yang utama adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya
hayati jamur dan khamir terutama Saccharomyces cerevisiae sehingga dapat
mengembangkan ilmu sekaligus memajukan ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan ini.
Beberapa peneliti Indonesia dengan kredibilitas tinggi di beberapa perguruan tinggi telah
mengembang biakan ratusan jenis jamur terutama Saccharomyces cerevisiae. Langkah
selanjutnya adalah bagaimana kekayaan ini dimanfaatkan seoptimal mungkin, baik di
bidang sains dasar maupun di bidang bioekonomi.
BAB II
2.1.1 Bahan
2.1.2 Alat
1. Pipet steril 10 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
5. Kuvet spektrofotometer
6. Spektrofometer Genesys 20
7. Pembakar spiritus
8. Shaker incubator
Inokulum
Aktif 70
ml
2.2 Flowchart Kerja
Substrat
GYEB
550ml
2.2.3. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Mikroba dengan metode
Spektrofotometri
Laju
pertumbuha
n spesifik
BAB III
X
A
(mg/ml)
0,06 0,40
0,18 1,09
0,28 1,81
0,39 2,50
0,57 3,72
0,83 5,31
0,92 5,89
1,08 6,90
1,21 7,79
1,34 8,48
Tabel 1
Grafik 1
t t
A A
(menit) (menit)
200 0.267
Tabel 2
Dengan persamaan garis yang didapatkan dari kurva baku, maka dapat dicari nilai berat sel kering (X) untuk setiap
rentang waktu 20 menit.
y=0.153x+0.006
X t ln X X ln X
A A t (menit)
(mg/ml) (menit) (mg/ml) (mg/ml) (mg/ml)
µ = 0,003 menit-1
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui konsentrasi sel Saccharomyces cerevisiae tiap satuan waktu digunakan
metoda perhitungan langsung konsentrasi sel secara spektrofotometri, yaitu dengan menghitung
absorbansi media pertumbuhan mikroba dengan spektrofotometer Genesys. λmaks =600 nm,
karena pada panjang gelombang tesebut dianggap tidak ada pengaruh dari pigmen mikroba.
Selain itu, syarat komponen media tidak boleh menyerap sinar pada panjang gelombang yang
digunakan. Sebagai blanko digunakan media pertumbuhan GYEB murni tanpa Saccharomyces
cerevisiae.
Volume GYEB yang digunakan adalah sebanyak 550 ml dan volume inokulumnya sebanyak
70 ml atau 13% dari volume GYEB. Idealnya, perbandingan antara volume inokulum dengan
volume medianya adalah 5 – 15%.
Keterangan:
a. Fasa Adaptasi
Pada fasa ini mulai terjadi sedikit peningkatan jumlah sel dalam waktu
singkat (rapid growth). Waktu percepatan yang dibutuhkan yaitu selama 20
menit.
d. Fasa Perlambatan
Pada fasa ini laju pertumbuhan mengalami perlambatan atau . Fasa ini
e. Fasa Stasioner
f. Fasa Kematian
1. Nuntrien
2. Suhu
Suhu yang digunakan selama inkubasi adalah 300C. Pada suhu ini
Saccharomyces cerevisiae tumbuh baik karena menurut literatur, suhu
optimum Saccharomyces cerevisiae adalah 28-32oC.
3. Pengadukan
Kesimpulan