Anda di halaman 1dari 16

EPISTIMOLOGI ISLAM

(Untuk Memenuhi Mata Kuliah Metode Studi Islam)

DOSEN PENGAMPUH

Zakiyatul Himaliyah, MA

NAMA NIM

Anisa Rahman 0306182158


Siti Masyitah 0306183204
Umi Kalsum 0306182078

PGMI-4/SEMESTER III

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Epistimologi Islam” pada mata kuliahMetode Studi Islam.
Tak lupa pula sholawat berbingkaikan salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari gelapnya dunia menuju cahaya.

Penyusunan makalah ini kami sudah semaksimal mungkin, dan kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan mengambil sumber dari berbagai buku sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, kami sangat mengharapkan masukan berupa kritikan, nasehat dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan kita mengenai


Epistimologi Islam. Akhir kata kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini
dapat tercapai dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulis ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Hakikat Epistimologi Islam .................................................................................... 2


B. Sumber Pengetahuan yaitu Akal dan Wahyu.......................................................... 3
C. Kriteria Kebenaran dan Peranan Pengetahuan Islam .............................................. 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epistimologi ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji secara filosofi tentang
asal,struktur,metode,validitas dan tujuan ilmu pengetahuan, di dalam ajaran agamanya
yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan pertama jalan wahyu
yang kedua melalui jalan akal yang dianugerahkan tuhan kepada manusia, islam juga
menentang akal manusia agar mendatangakan kitab suci semisal Al-Quran diharapkan
denagn ketidak mampuan akal mendatangkan kita suci Al-Quran manusia mengakui
bahwa Al-Quran benar benar datang dari sisi Allah sehingga timbulan masalah-
masalah dari adanya sumber pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang penulis kemukakan adalah:
1. Apa itu hakikat epistimologi islam?
2. Apa sumber pengetahuan yaitu akal dan wahyu?
3. Apa saja kriteria kebenaran dan peranan pengetahuan islam?

C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui hakikat epistimologi islam
2. Untuk mengetahui sumber pengetahuan yaitu akal dan wahyu
3. Untuk mengetahui kriteria kebenaran dan peranan pengetahuan islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Epistimologi Islam


Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang berarti pengetahuan
dan logos yang berarti perkataan, pikiran, ilmu, atau teori. Dengan demikian,
epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan (theory of knowledge). 1
Sedangkan secara terminologi, epistemologi merupakan cabang filsafat yang
berkaitan dengan teori atau sumber pengetahuan, cara mendapatkanya, serta tata cara
menjadikan kebenaran menjadi sebuah pengetahuan serta bagaimana pengetahuan itu
diuji kebenarannya.
Dari pengertian diatas Nampak bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-
masalah yang meliputi:
1) Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.
2) Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
realitas kebenaran pengetahuan.
3) Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran
pengetahuan.
Adapun pengertian Islam itu sendiri secara bahasa (etimologi), berasal dari
bahasa Arab, dari kata salima yang berarti selamat sentosa, Secara istilah
(terminologi), Islam berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang Rasul atau lebih tegas lagi Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. jadi
epistemologi islam adalah pengetahuan islam berdasarkan pemikiran, akal manusia.
Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Senada dengan itu
Nurcholis Majid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan
hakikat dari pengertian Islam.
Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan dan dalam hal ini
terbagi kepada dua aliran yakni, realisme dan idealisme. Namun ada beberapa
penjelasan tentang hakikat pengetahuan ini sendiri Realisme menyatakan hakikat
pengetahuan adalah apa yang ada dalam gambar. Pengetahuan menurut teori ini sesuai

1
Usiono, Filsafat Ilmu,(Medan:Perdana Publishing, 2018), hlm. 97

2
dengan kenyataan. Sedangkan idealisme menganggap pengetahuan itu adalah gambar
menurut pendapat atau penglihatan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari
ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan
berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis. Epistimologi keilmuan pada hakikatnya
merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris.2

B. Sumber Pengetahuan yaitu Akal dan Wahyu

Akal dan Wahyu dalam islam menempati posisi yang sangat urgen untuk manusia,
dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada
sang kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu ilmu sehingga menghasilkan budi pekerti
yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari Baginda
Rasulullah SAW. Tidak hanya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan pilihan
yang Allah amanahkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan
wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa untuk
membimbing manusia pada jalan yang lurus, Allah telah menciptakan manusia dengan
banyak hidayah dan anugerah, beberapa diantaranya yang menjadi pembeda antara
manusia dengan makhluk lainnya adalah akal dan wahyu dimana hanya manuisa lah
yang memiliki hal tersebut, jika manusia menerima wahyu tersebut maka ia akan
mendapatkan bimbingan untuk akal atau rasionya yang terkadang ragu ragu

1. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata bahasa arab al-wahyi dan al-wahyu adalah kata asli
bahasa arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan
kecepatan dan ketika Al-wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi
dan cepat oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan
cepat kepada kepada seseorang yang terpilih tanpa seorang pun yang mengetahuinya,
sedangkan ketika berbentuk maf’ul, wahyu Allah terhadap nabi-nabi Nya ini sering
disebut kalam Allah yang diberikan kepada nabi. Menurut muhammad abduh dalam

2
Mujamil, Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam (Jakarta:Erlangga) hlm. 27

3
risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh
seseorang dalam 3dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari
Allah Swt, baik melalui perantara maupun tanpa perantara baik menjelma seperti
suara yang masuk dalam telinga ataupun lainnya. Dalam islam wahyu atau sabda
tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW terkumpulnya semuanya
dalam Al-Quran

A.Fungsi Wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi
informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia bagaimana cara berterima kasih
kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk
Sebenarnya Wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan Allah kepada
nabi nabi untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang yang tak
menyukai keberadaannya dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta
yaitu Allah Swt
B.Kekuatan Wahyu
Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita
tidak akan mampu mengelak sejarahwahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini
memilki kekuatan karena beberapa faktor antara lain
1. Wahyu adalah karna ijin dari Allah Swt, atau wahyu ada karena pemberian Allah
2. Wahyu lebih condong, melalui dua mu’jizat yaitu Al-Quran dan As-sunnah
3. Wahyu membuat suatu keyakian pada diri manusia.

2.Pengetian Akal

Kata akal yang sudah menjadi kata indonesia,berasal dari kata arab al-aql yang
dalam bentuk kata benda berlainan dengan kata al-wahy tidak terdapat dalam Al-
Quran hanya membawa kata kerja aqaluh

Menurut pemahaman izutzu, kata Aql di zaman zahiliyah digunakan dalam


arti kecerdesan praktis yang dalam istilah modern disebut kecakapan memecahkan
masalahmenurutnya kata Aql mengalami perubahan setelah masuk kedalam filsafat
islam, hal ini terjadi disebabkan penagruh filsafat yunani yang masuk dalam
pemikiran islam yang mengartikan aql sama dengan nous yang mengandung arti daya

3
Harun Nasution,Akal dan Wahyu dalam islam (Jakarta:UI Press Hal, 1-14

4
berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia, pemahaman dan pemikiran tidak lagi
melalui dada (al-qalb)akan tetapi melalui Al-Aql di kepala

A. Fungsi akal

1. Sebagai tolak ukur akan keberadaan dan kebatilan


2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar

B. Kekuatan Akal

1. Mengetahui tuhan dan sifat-sifatnya


2. Mengetaui adanya hidup akhirat
3. Mengetaui wajibnya berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang keji4

C. Kriteria Kebenaran dan Peranan Pengetahuan Islam

1.Pengertian Kebenaran

Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar, misalnya


hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filasafat, juga kenyataan yang
dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf
kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.5

Beberapa definisi kebenaran dapat kita kaji bersama dari beberapa sumber, antara
lain, Kamus umum Bahasa Indonesia, arti kebenaran yaitu: 1. Keadaan yang benar (
cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya), 2. Sesuatu yang benar ( sunguh-sungguh
ada, betul demikian halnya), 3. Kejujuran, ketulusan hati, 4. Selalu izin,perkenan, 5.
Jalan kebetulan.6

Imam Wahyudi, seorang dosen Filsafat Pengetahuan dan filsafat Ilmu UGM,
kebenaran dikelompokkan dalam tiga makna, yaitu kebenaran moral, kebenaran logis
dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan
hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis

4
Harun Nasution, Op.Cit hlm 271-273
5
Juhaya S. Praja, Pengantar Filsafat Umum (Bandung:Pustaka Pelajar), hlm.55
6
W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1991), hlm. 781

5
menjadi bahasan epistemology, logika dan psikologi, ia merupakan hubungan antara
pernyataan dengan realitas objektif. Sedangkan kebenaran metafisik berkaitan dengan
yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri
kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang
menyatakannya.7

Menurut teori kebenaran metafisik/ontologis, kebenaran adalah kualitas individual


atas objek, ia merupakan kualitas primer yang mendasari realitas dan bersifat objektif, ia
didapat dari sesuatu itu sendiri. Kita memperolehnya melalui intensionalitas, tidak
diperoleh dari relasi antara sesuatu dengan sesuatu, misal kesesuaian antara pernyataan
dengan fakta. Dengan demikian kebenaran metafisis menjadi dasar kebenaran
epistemologis, pernyataan disebut benar kalau memang yang mau dinyatakan itu
sungguh ada.

Menurut Noeng Muhajir, eksistensi kebenaran dalam aliran filsafat yang satu berbeda
dengan aliran filasafat lainnya. Positivisme hanya mengakui kebenaran yang dapat
ditangkap secara langsung atau tak langsung lewat indra. Idealisme hanya mengakui
kebenaran dunia ide, materi itu hanyalah bayangan dari dunia ide. Sedangkan Islam
berangkat dari eksistensi kebenaran bersumber dari Allah Swt. Wahyu merupakan
eksistensi kebenaran yang mutlak benar. Eksisitensi wahyu merupakan kebenaran
mutlak, epistemologinya yang perlu dibenahi, juga model logika pembuktian
kebenarannya. Model logika yang dikembangkan di dunia Islam adalah logika formal
Aristoteles dengan mengganti pembuktian kebenaran formal dengan pembuktian materil
atau substansial, dan pembuktian kategorik dengan pembuktian probabilitas.8

Dengan menggunakan berbagai pendekatan kebenaran dalam mendapatkan


pengetahuan, maka dibutuhkan berbagai kriteria kebenaran yang disepakati secara
konsensus, baik dengan cara mengadakan penelitian atau mengadakan perenungan.
Dalam pendekatan ini dibedakan menjadi dua pendekatan kebenaran, yaitu kebenaran
ilmiah dan kebenaran non ilmiah. Kebenaran ilmiah akan dijelaskan secara rinci dalam
makalah ini. Sedangkan kebenaran non ilmiah juga ada di masyarakat, akan tetapi sulit
untuk dapat dipertanggungjawabkan secara kajian ilmiah. Kebenaran non ilmiah antara
lain:

7
Ibid hlm. 56
8
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.6.

6
Kebenaran karena kebetulan : kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak
ditemukan secara ilmiah, tidak dapat diandalkan karena terkadang kita tertipu dengan
kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Misalnya radio tidak ada suaranya, dipukul,
kemudian bunyi.

Kebenaran karena akal sehat ( common sense): Akal sehat adalah serangkaian
konsep yang dipercaya dapat memecahkan masalah secara praktis. Contoh kepercayaan
bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk
kebenaran akal sehat. Akan tetapi penelitian psikologi membuktikan hal tersebut tidak
benar, bahkan lebih membahayakan masa depan peserta didik.

Kebenaran intuitif: kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan
tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan
mendarah daging di suatu bidang.

Kebenaran karena trial dan error: kebenaran yang diperoleh karena mengulang-
ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi, dan parameter-parameter sampai akhirnya
menemukan sesuatu. Hal ini membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi.

Kebenaran spekulasi : kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang


dipikirkan secara matang, dikerjakan penuh risiko, relative lebih cepat dan biaya lebih
rendah.

Kebenaran karena kewibawaan : kebenaran yang diterima karena pengaruh


kewibawaan seseorang, bisa sebagai ilmuwan, pakar, atau orang yang memiliki otoritas
dalam suatu bidang tertentu. Kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa
perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.

Kebenaran agama dan wahyu : kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan
rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tetapi sebagian
yang lain tidak. Manusia memiliki keterbatasan dalam menangkap kebenaran dari Allah
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Al-Qur`an sebagai wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw diyakini kebenarannya bagi kaum muslimin,
tetapi tidak diyakini kebenaran bagi yang non muslim. Begitu juga kebenaran pada kitab
yang lainnya.9

2.Kriteria kebenaran

9
Abuddin Nata, Metode Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 119

7
Ilmu pengetahuan yang paling utama membicarakan berbagai macam kriteria
kebenaran, dalam hal ini terdiri atas jenis-jenis kebenaran sebagai berikut:

 Kebenaran absolut, yaitu kebenaran mutlak. Cirinya adalah benar dengan sendirinya,
tidak berubah-ubah, dan tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun supaya menjadi
benar. Kebenaran absolut ini hanya dimiliki oleh Tuhan, pencipta alam semesta.
 Kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang berubah-ubah.
 Kebenaran spekulatif, yaitu kebenaran yang menjadi ciri khas filsafat. Kebenaran ini
bersifat kebetulan dengan landasar logis dan rasional.
 Kebenaran korespondensi, kebenaran yang bertumpu pada realitas objektif. Kriteria
kebenaran dicirikan oleh adanya relevansi pernyataan dengan kenyataan, antara teori dan
praktik.
 Kebenaran pragmatis, kebenaran yang diukur dengan adanya manfaat suatu
pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik secara individu maupun kelompok.
 Kebenaran normatif, kebenaran yang didasarkan pada sistem sosial yang sudah baku.
Misalnya kebenaran karena tuntutan adat kebiasaan atau kesepakatan sosial yang telah
lama berlaku dalam kehidupan kultural masyarakat yang bersangkutan.
 Kebenaran religius, kebenaran yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai dalam
agama.
 Kebenaran filosofis, kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat
yang disebut hakikat atau the nature.
 Kebenaran estetis, kebenaran yang didasarkan pada pandangan tentang keindahan dan
keburukan
 Kebenaran ilmiah, kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah,
menyangkut relevansi teori dan kenyataan hasil penelitian di lapangan.
 Kebenaran teologis, kebenaran yang didasarkan pada firman-firman Tuhan.
 Kebenaran ideologis, kebenaran karena tidak menyimpang dari cita-cita kehidupan
suatu bangsa.
 Kebenaran konstitusional, kebenaran atas dasar Undang-undang, tindakan yang sesuai
dengan UU dinyatakan sebagai konstitusional sedangkan yang bertentangan dengan UU
disebut sebagai inkonstitusional

8
 Kebenaran logis, kebenaran karena lurusnya berpikir. Dicirikan oleh bentuk
pemberian pengertian dan definisi.10

1.Pengertian pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama
Islam, sebab kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya “tunduk patuh”,
mempunyai makna “tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah”. Dalam Surat
Ali Imran ayat 83, Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun
di bumi, selalu berada dalam keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan
Ilahi. Allah memerintahkan manusia untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-
ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu menunaikan perintah Allah itu jika tidak
memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kata alam dan ilmu mempunyai akar huruf
yang sama: ain-lam-mim.11

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan- umusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain
sebagainya.12

2.Peranan Islam Dalam Pengetahuan

Bagaimana kedudukan dan peran agama Islam dalam perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi? Sejauhmanakah peran tersebut dapat terlaksana?

Peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada
2 (dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu

10
Jujun S. Suriasummantri, Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Popular, (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), Hlm. 53-
54.
11
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 36.
12
Zaini Muchtarom, Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm.49.

9
pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya
diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan; (2) Menjadikan
syariah Islam sebagai standar penggunaan ilmu ppengetahuan. Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek.13

Berkaitan dengan peran agama Islam yang pertama, aqidah Islam sebagai dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi. Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah
dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa
ketika aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus
bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus
distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak
boleh bertentangan dengan keduanya14.

Maksud dari menjadikan aqidah Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bukanlah bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi wajib bersumber
kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an dan
Al-Hadits adalah standar (miqyas) ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bukannya
sumber (mashdar) ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, apa pun konsep yang
dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits.

Peran kedua agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah bahwa syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok
ukur dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaimana pun juga
bentuknya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah
yang telah diharamkan syariah Islam. Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada

13
Muhammad Anshari, (Bandung: Risalah,1993), hlm, 67
14
Sayid Sabiq, Akidah Islam (Bandung: Balai Pustaka, 2002), hlm.67.

10
banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya
(termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. 15

Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, dengan
menerapkanya dalam kehidupan bermasyarakat. Insyaallah akan ada berbagai berkah
dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Sehingga setiap segi
kehidupan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh umat manusia dapat selalu diridhai dan
mendapatkan rahmat dari Allah swt.

Melihat pembahasan di atas, dapat diperoleh informasi bahwa agama, terutama dalam
hal ini agama Islam memiliki pandangan sendiri dalam menyikapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pandangan tersebut terimplementasikan melalui peran yamg
dimiliki oleh agama islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Uraian
tersebut, dapat dikutip untuk menunjukan bahwa islam begitu berperan dalam upaya
mengontrol dan menstabilkan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai
upaya mewujudkan keselarasan hidup guna menciptakan kerukunan dan perdamaian
umat beragama di seluruh dunia.

15
Ibid, hlm. 68

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Epistemologi islam adalah pengetahuan islam berdasarkan pemikiran, akal
manusia. Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan kewajiban-
kewajiban manusia terhadap tuhan, memakai akal dan Wahyu dalam memperoleh
pengetahuan tentang kedua soal tersebut, Akal sebagai daya berfikir yang ada didalam
diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada diri tuhan. Dan wahyu sebagai
pengkhabaran dari alam metafisik turun kepada manusia denagn keterangan-
keterangan tentang tuhan dan kewajiban kewajiban manusia terhadap tuhan

B. Saran
Meskipun kami sebagai penulis menginginkan kesempurnaan dalam
menyusun makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kakurangan yang
perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang, 2006. Metodologi Studi Islam Bandung:Remaja Rosdakarya


Anshari, Muhammad. 1993 Bandung: Risalah
Muchtarom, Zaini, 1975. Pendidikan Islam Jakarta: Bulan Bintang
Mudzhar, Atho, 1998. Pendekatan Studi Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mujamil, Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam Jakarta:Erlangga

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam islam Jakarta:UI Press

Nata, Abuddin, 2000. Metode Studi Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada
Poerwardarminta, 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka

Praja, Juhaya S, Pengantar Filsafat Umum Bandung:Pustaka Pelajar

Sabiq, Sayid. 2002 Akidah Islam Bandung: Balai Pustaka


Suriasummantri, Jujun , 1990. Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Popular Jakarta, Rineka
Cipta
Usiono, dkk. 2018. Filsafat Ilmu Medan: Perdana Publishing

13

Anda mungkin juga menyukai