Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik selebral yang berlebihan (Beti &
Sowden, 2002)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensori atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Ceallo, 1996)
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari umpulan gejala dengan
demam ( Welley and Wong’e edisi III, 1996)
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di
atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh
rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk.
2000: 434)
Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan
oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai
dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun.
B. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi psikologis, terasuk tuor otak, trauma,
bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus
alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia
serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak dketahui etiologinya)
1. Intrakranial
Asfiksi : Ensefelopati hipoksik – iskemik
Trauma (pendarahan): pendarahan subarakmoid, subdural atau intra ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan: disgenesis konteks serebri, sindon zelluarge, sindrom Smith-Lemli-
Opitz
2. Ekstrakranial
Gangguan metabolik: Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik: Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
Kelainan yang diturunkan: gangguan metabolisme asam amino, ketegantungan dan
kekurangan produksi kerniktenis.
3. Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth daty fits)

C. Klasifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasi menjadi 3 bagian yaitu: kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan
tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai desebrasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang
menyerupai desebrasi harus dibedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh
rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.
2. Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1-3
detik terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak
diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio serebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinisyang terlihat adalah gerakan enkstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek
moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.
Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
D. Gambaran klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kanaikan suhu badan yang tinggi dan cepat. Yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan
saraf pusat misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, serangan kejanh biasanya terjadi
dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul
pertanyaan sifat kejang/ gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsi.
Untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golngan yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam epilepsi tigered off fever
Di sub bagian anak Fkul, RSCM Jakarta, kriteria Livingston tersebut setelah
dimanifestasikan dipakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana, yaitu:
a) Umur anak ketka kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b) Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
c) Kejang bersifat umum frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak > 4 kali
d) Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah demam
e) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f) Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunukkan kelainan.
E. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusion kalium dan natrium melalui membran tersebut
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian biasanya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang-kejang demam terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih ari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya keutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi atrerial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan kejang yang berlansung dan serangan epilepsi spontan, karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsi.
F. Pathway

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan molumia


virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Reaksi inflamasi Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

Proses demam Ketidakseimbangan Kelainan neurologis


potensial membran perinatal/ prenatal
Hipertermia ATP ASE

Resiko kejang berulang Difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan Kejang Resiko cidera


kondisi, prognosis,
lanjut dan diit

Kurang informasi, Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit


kondisi prognosis/
pengobatan dan perawatan

Kurang pengetahuan/ Tidak menimbulkan Perubahan suplay


inefektif gejala sisa darah ke otak

penatalaksanaan
kejang cemas Cemas Resiko kerusakan
sel neuron otak

Perfusi jaringan cerebral tidak efektif

G. Penatalaksanaan
Pada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang merupakan
tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan tindakan segera
untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
Penatalaksanaan umum terdiri dari:
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan ankonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke-2 masih
kejang diberikan suntikan ke-3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4% secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang.
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi
d. Penghisapan lendir harus dilakuakn secara teratur dan diberikan oksigen
3. Pengobatan Rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
anti pietika. Profilaksis ini diberikan sampai keungkinan sangat kecil anak
mendapat demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4 tahun
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh denan
2) Kejang emam yang mempunyai ciri-ciri
a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebal palsi, reterdasi
perkembangan dan mikrosefali
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat enetik
d) Kejang demam pada bayi berumur di bawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab
H. Komplikasi
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
I. Tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak pada usia 1-3 tahun
1. Fisik
a. Ubun-ubun anterior tertutup
b. Physiologis dapat mengontrl spinkter
2. Motorik kasar
a. Berlari dengan tidak mantab
b. Berjalan di atas tangga dengan satu tangan
c. Menarik dan mendorong mainan
d. Melompat di tempat dengan kedua kaki
e. Dapat duduk sendiri di tempat duduk
f. Melempar bola di atas tangan tanpa jatuh
3. Motorik halus
a. Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan
b. Melepaskan dan meraih dengan baik
c. Membuka halaman buku 2atau 3 dalam satu waktu
d. Menggambar dengan membuat tiruan
4. Vokal atau suara
a. Mengatakan 10 kata atau lebih
b. Menyebutkan beberapa objek seperti sepatu atau bola dan 2 atau 3 bagian tubuh

5. Sosialisasi atau kognitif


a. Meiru
b. Menggunakan sendok dengan baik
c. Menggunakan sarung tangan
d. Watak pemarah mungkin lebih jelas
e. Mulai sadar dengan barang miliknya
J. Hospitalissi pada Anak
Pengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis, perasaan hilang
kontrol menunjukkan tempramental, menunjukkan regresi, protes secara verbal, takut
terhadap luka an nyeri, da dapat menggigit serta dapat mendepak saat berinteraksi
Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut:
a. Rasa takut
1. Memandang penyakit dan hospitalisasi
2. Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal
3. Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit
4. Pemikiran yang sederhana: hidup adalah mesin yang menakutkan
5. Demonstrasi: menangis, merengek, mengangkat lengan, menghisap jempol,
menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang
b. Ansietas
1. Cemas tentang kejadian yang tidak dikenal
2. Protes (menangis dan mudah marah, merengek)
3. Putus harapan: komunikasi buruk, kehilangan keterampilan yang baru tidak
berminat
4. Menyendiri terhadaplingkungan rumah sait
5. Tidak berdaya
6. Merasa gagap karena kehilangan keterampilan
7. Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan yang
memberi pengobatan atau perawatan. Regresi dan ansietas tergantung saat makan
menghisap jempol
8. Proses dan ansietas karena restrain

c. Gangguan citra diri


1. Sedih dengan perubahan citra diri
2. Takut terhadap prosedur invastive (nyeri)
3. Mungkin berpikir: bagian dalam tu uh akan keluar kalau selang dicabut

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Primary survey
1. Airway: kaji apakah ada muntah , perdarahan, benda asing dalam mulut seperti
lender dan dengar bunyi nafas
2. Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
3. Circulation : nilai denyut nadi
B.
1. Riwayat kesehatan keluarga
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
3. Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi kejangnya
dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang
berbeda misal adanya halusinasi (aura) motor efek seperti pergerakan bola mata,
kontraksi otot lateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan
lamanya kejang
4. Aktivitas/ istirahat: keletihan, kelemahan umum. Perubahan tonus/ kekuatan otot,
gerakan involunter
5. Sirkulasi: peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak normal atau depresi dengan
penurunan nadi dan pernapasan
6. Integritas ego: stresos eksternal/ internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan, peka rangsangan
7. Eliminasi: inkontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus
spinkter
8. Makanan/ cairan: sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhuungan
dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak/ gigi
9. Neurosensor: aktivitas kejang berulang, riwayat trauma kepala dan infeksi serebra
10. Riwayat jatuh/ trauma
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Resiko tinggi trauma/ cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot
b. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan napas b/d kerusakan
neuromuskular
c. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
d. Kerusakan mobilitas fifik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
e. Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan

Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Resiko Cidera/ trauma tidak 1. Kaji dengan 1. Mengidentifikasi pola
tinggi terjadi, setelah keluarga berbagai demam kejang pasien
trauma/ dilakukan tindakan stimulus pencetus
cidera b/d keperawatan selama kejang
2. Observasi keadaan
kelemahan, 1x24 jam dengan 2. TTV merupakan acuan
umum TTV: nadi,
perubahan KH: untuk mengetahui keadaan
kesadaran, 1. Faktor penyebab suhu, tensi, RR pasien
kehilangan diketahui setelah kejang
2. Mempertahanka 3. Lindungi klien dari
koordinasi 3. Mengurangi ketegangan
n aturan trauma atau kejang
otot
4. Berikan
pengobatan
4. Mengurangi ketegangan
3. Meningkatkan kenyamanan bagi
keamanan pasien
5. Kolaborasi dengan
lingkungan
5. Membantu mengatasi
dokter dalam
kejang
pemberian therapi
Resiko Inefektifnya bersihan 1. Observasi tanda- 1. TTV merupakan acuan
tinggi jalan napas tidak tanda vital untuk mengetahui ku pasien
2. Memberikan kenyamanan
terhadap terjadi, setelah
2. Atur posisi tidur
pasien
inefektifnya dilakukan tindakan
klien fowler atau
bersihan keperawatan selama 3. Mengurangi sekret
semi fowler
jalan napas 1x24 jam dengan 3. Lakukan
b/d KH: penghisapan lendir 4. Membantu mengatasi
1. Jalan napas 4. Kolaborasi dengan
kerusakan inefektifnya bersihan jalan
bersih dari dokter dalam
neuromusku napas
sumbatan, suara pemberian therapy
lar
napas vesikuler
2. Sekresi mukosa
tidak ada, RR
dalam batas
normal
Resiko Aktivitas kejang 1. Kaji faktor 1. Mengidentifikasi pola
kejang tidak berulang, pencetus kejang kejang pasien
2. Libatkan keluarga 2. Mengurangi ketegangan
berulang setelah dilakukan
dalam pemberian
b/d tindakan keparawatan
tindakan pada klien
peningkatan selam 1x24 jam
3. Observasi tanda-
3. TTV merupakan acuan
suhu tubuh dengan KH:
tanda vital
1. Kejang dapat untuk mengetahui ku pasien
4. Mengurangi ketegangan
dikontrol 4. Lindungi anak dari
2. Suhu tubuh
trauma 5. Kompres akan membantu
kembali 5. Berikan kompres menurunkan suhu tubuh
normal hangat pada daerah
dahi dan ketiak
Kerusakan Kerusakan mobilisasi 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi pola
mobilisasi fisik teratasi, setelah mobilisasi klien mobilisasi klien
2. Kaji tingkat 2. Mengidentifikasi
fisik b/d dilakukan tindakan
kerusakan kerusakan mobilisasi
kerusakan keperawatan selama
mobilisasi klien memulihkan mobilisasi
persepsi, 1 x 24 jam dengan
klien
penurunan KH: 3. Bantu klien dalam
3. Memulihkan kekuatan
1. Mobilisasi fisik
kekuatan pemenuhan
mobilisasi klien
kien aktif
kebutuhan 4. Mengurangi ketegangan
2. Kejang tidak ada
4. Latih dalam
3. Kebutuhan klien
mobilisasi sesuai
teratasi
kemampuan klien
5. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
kebutuhan klien
Kurang Pengetahuan 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi pola
pengetahua keluarga meningkat, pendidikan pendidikan keluarga
n keluarga setelah dilakukan keluarga klien
2. Mengidentifikasi pola
2. Kaji tingkat
b/d tindakan keperawatan
pengetahuan keluarga
pengetahuan
kurangnya selama 1 x 24 jam
keluarga klien
informasi dengan KH:
3. Jelaskan pada 3. Informasi dapat diterima
c. Keluarga
keluarga klien dengan mudah, tidak
mengerti
tentang penyakit menimbulkan
dengan proses
kejang demam kesalahpahaman
penyakit kejang
melalui penkes
demam,
4. Beri kesempatan
d. Keluarga pasien 4. Mengurangi kecemasan dan
pada keluarga
tidak bertanya- memotivasi pasien
untuk menenyakan
tanya lagi (keluarga pasien kooperatif)
hal yang belum
tentang
dimengerti
penyakit kejang 5. Mengurangi kecemasan dan
5. Libatkan keluarga
demam dalam setiap ketegangan
tindakan pada klien

4. Evaluasi
1. Cidera/ trauma tidak terjadi
2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
3. Aktivitas kejang tidak berulang
4. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
5. Pengetahuan keluarga meningkat

Kesimpulan

Kejang demam pada anak sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak
menyadari . Berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam pada anak yang
tidak segera ditangani.
Kegawatan tersebut diantaranya : kegawatan karena kejang, sesak nafas, suhu yang meninggi
dan cedera.
Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan hendaknya menyadari hal hal yang
perlu diajarkan pada keluarga dalam menghadapi anak yang kejang demam. Pada anak yang
sudah kejang demam dan dirawat di Rumah sakit pearawat harus memahami patofisiologi dan
proses penyakit sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
Penggunaan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi hendaknya
dilakukan dengan sungguh-sungguh karena proses keperawatan merupakan kerangka kerja
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi dan Anak. Ed. 1. Jakarta: Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan

Hidayat, Aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba.

Lumbantobing, SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir kejang pada Anak. Jakarta: FKUI.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Percetakan Info Media Jakarta

Suriadi, dkk. 2001. Askep pada Anak. Jakarta. PT Fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai