PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan masalah dunia yang terjadi di negara
berkembang maupun negara maju. Penyakit infeksi saluran kemih merupakah
masalah kesehatan terbanyak kedua yang ditemukan setelah infeksi saluran napas.
Perempuan lebih beresiko menderita infeksi saluran kemih dibandingkan
pada pria karena secara anatomis uretra wanita lebih pendek dari pada uretra
pada pria. Perempuan saat hamil lebih beresiko lagi menderita infeksi saluran
kemih karena perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada tubuhnya.
Sebanyak 20% kasus infeksi saluran kemih terjadi pada ibu hamil.
Tidak seluruh ISK menimbulkan gejala. Penanda terjadinya ISK pada
pasien bergejala (simptomatik) maupun yang tidak bergejala (asimptomatik)
adalah dengan ditemukannya bakteri dalam biakan urin dalam jumlah 100.000
cfu/ml yang disebut bakteriuria. Bakteriuria pada perempuan hamil dapat
berkembang menjadi pielonefritis.
Prevalensi pielonephritis pada kehamilan sekitar 0.5-2%. Bakteriuria
asimptomatik pada kehamilan dapat meningkatkan resiko pielonefritis 20-
30 kali lipat dibandingkan perempuan tanpa bakteriuria. Terdapat hubungan
yang erat pada terjadinya persalinan prematur, preeclampsia, hipertensi,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim / intra uterine grow restriction
(IUGR) dan persalinan secara seksiosesar pada pasien hamil yang mengalami
infeksi saluran kemih. Oleh karena itu infeksi saluran kemih pada kehamilan
perlu mendapat perhatian yang serius. Penanganan yang cepat dapat membantu
mencegah terjadinya komplikasi
Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan
perkembangbiakan mikroorganisme ke dalam saluran kemih dalam jumlah yang
bermakna (≥ 105 per mL urin). Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi
penyebab infeksi saluran kemih diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,
Citrobakter, Klebsiella, dan Proteus. Bakteri dalam urin disebut dengan
bakteriuria dapat dideteksi secara akurat dengan kultur urin, namun pengerjaannya
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan parameter lain berupa
nitrit urin
Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi uroepitel
disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada
saluran kemih menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi sehingga respon
pertahanan tubuh teraktivasi. Peran sistem imun dalam melawan infeksi
mikroorganisme diantaranya melalui aktivasi dan mobilisasi sel polimorfonuklear
dan makrofag ke tempat infeksi. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatan
jumlah leukosit yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi
(Radji,M, 2015).
1
Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin
digunakan pada pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan skrining maupun
dalam menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih secara cepat sehingga dapat
dilakukan tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud infeksi saluran kemih?
2. Bagaimana, patofisilogi dari penyakit infeksi saluran kemih?
3. Bagaimana tanda dan gejala ?
4. Bagaimana penatalaksaannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud infeksi saluran kemih.
2. Untuk mengetahui patofisilogi, penyakit infeksi saluran kemih
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaanya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Sistem urogenitalia merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin. (Panahi, 2010)
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar.
2. Fungsi ginjal Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat- zat toksis atau racun, mempertahankan suasana
keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan
basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari
protein ureum, kreatinin dan amoniak
3. Fascia renalis Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b)
jaringan lemak perirenal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula
fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal.
4. Stuktur ginjal Setiap
ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur
3
halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri
dari glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius
5. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri
renalis bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri
akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
arteriole aferen glomerulus yang masuk ke glomerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan glomerulus disebut arteriol eferen glomerulus yang
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 2011).
6. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal
(Barry, 2011)
7. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Lapisan
dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
4
B. Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih adalah istilah umum
yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria
bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan
pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming unit
(cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert
bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK
dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna
(significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang
(Sudoyo, 2009).
C. Klasifikasi ISK
Klasifikasi ISK Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu:
ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated
(sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit)
adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan
ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi
dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
1) Infeksi saluran kemih bawah
a) Perempua
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan
Sindroma uretra akut
b) Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
D. Epidemiologi
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua
usia mulai dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi
ISK lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra
wanita lebih pendek dibandingkan laki-laki (Purnomo, 2014). Menurut data
penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-35% semua perempuan
5
dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology Disease
Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria
jarang terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius
(NKUDIC, 2012). Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih
dari 7 juta kunjungan per tahun, dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar
40% wanita akan mengalami ISK setidaknya sekali selama hidupnya, dan
sejumlah besar perempuan ini akan memiliki infeksi saluran kemih berulang
(Gradwohl, 2011).
Prevalensi pada lanjut usia berkisar antara 15 sampai 60%, rasio antara
wanita dan laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa
muda wanita kurang dari 5% dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah
sumber penyakit utama dengan perkiraan 150 juta pasien pertahun diseluruh
dunia dan memerlukan biaya ekonomi dunia lebih dari 6 milyar dollar
(Karjono, 2009).
E. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca
operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia
dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain
mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor
predisposisi (Fauci dkk., 2011).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk
2013). 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
6
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli
(80%kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme
yang paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan
di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara
lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus,
dan Staphylococcus koagulse- negatif. Beberapa faktor menyebabkan
munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2012).
Faktor resiko yang umum pada penderita ISK adalah
a. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung mengosongkan isinya secara
sempurna
b. Penurunan daya tahan tubuh
c. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sistoskop
F. Patofisiologi ISK
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya
memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke
kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi
yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation, 2012). ISK terjadi
karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit
perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk
ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung
kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3
cara yaitu ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau
S.aureus , limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
mengalami infeksi (Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami
penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan
adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih, pembentukan
batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya
sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan perlindungan
saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi membutuhkan terapi
yang lebih lama (Aristanti, 2015).
7
Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau
ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine
test. (Stamm dkk, 2001).
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif
nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50%
untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC /
hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik
untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap
diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk, 2015)
H. Pemeriksaan Penunjang
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti
demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal),
sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri
pinggang dan nyeri suprapubik (Kemkes RI , 2011).
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif
nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50%
untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC /
hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik
untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap
diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk, 2015).
Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga
diperlukanpemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan
mikroskop urin segar tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml.1
Cara pengambilan urin juga perlu diperhatikan agar terhindar dari kontaminasi
bakteri yang berada di kulit vagina atau preputium. Sampel urin ini dapat
diambil dengan cara :
1) Aspirasi suprapubik sering dilakukan pada anak.
2) Kateterisasi per-uretra sering dilakukan pada wanita.
3) Miksi dengan mengambil urin porsi tengah
8
H. Penatalaksanaan ISK
1. Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien,
faktor mikrobiologis dan data hasil klinis
2. Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau
yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh bakteri
patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus
bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada
3. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan kekebalan
bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten Tatalaksana terapi dapat
diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis dan data
hasil klinis
4. Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau
yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh bakteri
patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus
bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada
5. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan kekebalan
bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten
9
BAB III
A. Simpulan
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di
dalam urin dalam jumlah tertentu, bakteri yang mengenai bagian dari saluran
kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung
kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah
meliputi buang air kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk
buang air kecil (atau keduanya), sementara gejala pielonefritis
meliputi demam dan nyeri panggul di samping gejala ISK bawah. Pada orang
lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi samar atau tidak spesifik. Kuman
tersering penyebab kedua tipe tersebut adalah Escherichia coli, tetapi bakteri
lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab meskipun jarang. Pasien
didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105
bakteri/ml
B. Saran
Ada cara yang sangat mudah untuk mencegah infeksi saluran kemih, tetapi
ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat diambil untuk membantu
meminimalkan kesempatan Anda untuk mengalami ISK.
1. Jagalah kebersihan dengan selalu membersihkan organ kewanitaan sampai
bersih
2. Tetap terhidrasi. Kencing adalah cara yang efektif untuk membersihkan
kuman dari kandung kemih dan uretra.
3. Perbanyak minum dan konsumsi sayur dan buah
4. Buang air kecil sebelum dan setelah berhubungan seks. Ini akan membantu
menghilangkan bakteri genital
5. Sering buang air kecil. Anda dapat pergi saat merasa ingin kencing dan
habiskan waktu beberapa menit untuk memastikan kandung kemih telah
kosong
6. Kafein dan cokelat adalah beberapa zat yang dapat membuat kandung kemih
iritasi dan terjadi peradangan. Hal itu tentu dapat membuat bakteri bertahan
lama
7. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga
rekreasional)
10
DAFTAR PUSTAKA
Kuswandi M., 2011, Strategi Mengatasi Bakteri yang Resisten terhadap Antibiotika.
Sutrisna E., 2012, Penggunaan Antibiotik Secara Rasional, Seminar IDI Grobogan,
Surakarta
Dibua U.M.E., Onyemerela I. S. and Nweze E.I., 2014, Frequency, Urinalysis and
Susceptibility Profile of Pathogens Causing Urinary Tract Infections in
Enugu State, Southeast Nigeria, Revista Do Instituto de Medicina Tropical
de São Paulo, 56 (1), 55– 57.
Chowdhury S., and Parial R., 2015, Antibiotic Susceptibility Patterns of Bacteria
among Urinary Tract Infection Patients in Chittagong, Bangladesh, Sikkim
Manipal University Medical Journal, 2 (1), 122.
Chitraningtyas D., Juliana C., Retno S., 2014, Profil Bakteri Penyebab Infeksi
Saluran Kemih di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya
dalam Christyaningsih J., Dewi C., and Retno S., 2014, The Pattern of
Resistance of Antibiotics to Escherichia Coli Causes Urinary Tract
Infection in East Java, Indonesia, Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences, 5 (5), 1382.
Fakhrizal, E. (2018) ‘Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan: Prevalensi dan Faktor-
Faktor yang Memengaruhinya’, Jurnal Ilmu Kedokteran, 11(1), p. 19. doi:
10.26891/jik.v11i1.2017.19-24.
11