Penegakan Hukum
Sumbawa merupakan salah satu daerah otonom yang menjadi bagian dari Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Daerah ini terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah di
berbagai sektor mulai dari kelautan, pertambangan, kehutanan, pariwisata, terutama di sektor
pertanian dan peternakan. Dari perspektif ekonomi banyak masyarakat luar pulau maupun
investor yang melirik pulau Sumbawa dengan komoditas yang cukup menjanjikan. Saat
ini di kabupaten Sumbawa dihuni oleh berbagai suku dan agama seperti Tiong Hoa, Jawa,
Bali, Madura, Lombok, Mbojo, Bugis,dan masyarakat asli Sumbawa yaitu suku Samawa.
Tiga tahun yang lalu, tepatnya 22 Januari 2013 terjadi tragedi yang cukup menyita
perhatian banyak orang di kabupaten Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Terjadi
kerusuhan yang diwarnai dengan aksi perusakan dan penjarahan oleh etnis Samawa terhadap
etnis Bali. Ribuan massa mengamuk dengan cara merusak dan membakar sejumlah bangunan,
rumah, kendaraan, dan tempat ibadahetnis Bali di Sumbawa. Dalam hitungan jam massa yang
datang dari berbagai kecamatan bergabung dengan massa lainnya berkumpul di pusat kota
untuk melakukan pengeruskan dan pembakaran.
Insiden ini berawal dari beredarnya isu pemerkosaan dan pembunuhan seorang
mahasiswi Universitas Samawa yang dilakukan oleh salah satu oknum kepolisian yang berasal
dari Bali. Isu tersebut dengan cepat menyebar luas ke seluruh pelosok kabupaten Sumbawa.
Sekelompok mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di Polres Sumbawa mendesak pihak
kepolisian agar segera mengusut kasus yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa tersebut.
Akan tetapi, masyarakat menganggap pihak kepolisian terkesan kurang sigap dan tidak serius
dalam menangani kasus yang melibatkan anggotanya itu. Di sisi lain hasil otopsi
terhadap jenazah korban oleh pihak RSU Sumbawa, pihak polisi menyebutkan bahwakorban
meninggal dunia akibat luka yang dideritanya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas saat
berboncengan bersama oknum polisi yang juga kekasihnya di perjalanan sepulang dari
tempat hiburan malam di daerah Batu
"Karena itu, kasus Sumbawa itu hanya perlu penegakan hukum secara tegas," kata
Mahfud di Mataram, NTB, Sabtu (26/1) .
"Saya kira hampir semua persoalan di Indonesia seperti itu, kalau sudah menyangkut
kekerasan massal itu biasanya karena penegakan hukum tidak cepat dan terbuka, dan tidak
tegas," ujarnya.
Karena itu, ia menilai penyelesaian kasus Sumbawa dan kasus kekerasan massal
apapun yang terjadi di Indonesia, harus dengan cara penegakan hukum yang cepat, tegas dan
transparan.
Menurut Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu, persoalan etnis hanya ikutan saja, dari
persoalan utamanya yakni aspek penegakan hukum.
"Nah, sekarang kasus Sumbawa dan apa pun kasusnya, silahkan dibuka ke masyarakat,
ini kasusnya, dan yang salah menurut hukum segera diproses. Kasus Sumbawa itu memang
sudah harus segera diambil tindakan tanpa memandang siapa pun yang harus ditindak,"
ujarnya.
Seperti diketahui, sampai hari ketiga pascakerusuhan di Sumbawa, warga keturunan Bali
masih mengungsi di markas aparat TNI dan polri, karena merasa tidak nyaman dan aman
berada di kediamannya.
Awalnya, jumlah warga yang mengungsi lebih dari 1.000 jiwa, di tiga lokasi yakni di
Markas Kodim Sumbawa, Markas Kompi Senapan B Batalyon Infanteri (Yonif) 742/SYB, dan
di Markas Polres Sumbawa. Sebanyak 375 jiwa yang mengungsi di Markas Polres Sumbawa
kembali ke rumahnya pada Jumat (25/1) sore, yang difasilitasi pemulangannya oleh
pemerintah daerah dan aparat keamanan.
Pengungsi di lokasi lainnya, akan difasilitasi pemulangannya secara bertahap, yang
tentunya diprioritaskan bagi yang rumahnya masih mungkin ditempati.
Versi Polda NTB, dalam kerusuhan yang dipicu oleh isu menyesatkan yang mengait-
ngaitkan kecelakaan lalu lintas dengan unsur SARA itu, sebanyak 35 unit rumah dibakar,
puluhan rumah lainnya rusak berat, dua unit toko dan dua swalayan juga dijarah dan dibakar.
Selain itu, empat mobil dan tujuh sepeda motor dibakar, satu unit hotel (Hotel
Tambora) dibakar dan satu bengkel dirusak dan dijarah. Tujuh sepeda motor lainnya dirusak,
enam unit toko dibakar, dan 142 unit kios di Pasar Seketeng, Kecamatan Sumbawa, juga
dibakar.
Kerusuhan itu dipicu oleh isu menyesatkan pascatewasnya Arniati (30) yang beragama Islam
dalam kecelakaan sepeda motor yang dikendarai anggota Polri yang beragama Hindu Brigadir
I Gede Eka Swarjana (31). Arniati yang diketahui merupakan pacar anggota polisi itu
membonceng di sepeda motor itu.
Kecelakaan lalu lintas itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 19 Januari sekitar pukul
23.00 Wita, di jalan raya jurusan Sumbawa-Kanar kilometer 15-16 di dekat tambak udang
Dusun Empang, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.
Namun, kasus itu dikait-kaitkan dengan unsur SARA dan isu yang berkembang wanita
itu bukan tewas akibat kecelakaan lalu lintas, tetapi diperkosa dan dibunuh.
Konflik kerusuhan mei 1998
Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Kelas IX Semester 2
2019/2020
SMPN 1 JATIBARANG
Jl. Letnan Joni Jatibarang Baru Kec. Jatibarang Kab. Indramayu
Jawa Barat 45273
Konflik Korea Selatan dan Korea
Utara
Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Kelas IX Semester 2
2019/2020
SMPN 1 JATIBARANG
Jl. Letnan Joni Jatibarang Baru Kec. Jatibarang Kab. Indramayu
Jawa Barat 45273
Konflik Sumbawa
Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Kelas IX Semester 2
2019/2020
SMPN 1 JATIBARANG
Jl. Letnan Joni Jatibarang Baru Kec. Jatibarang Kab. Indramayu
Jawa Barat 45273
Konflik Cina – Indonesia di Laut
Natuna
Tugas pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Kelas IX Semester 2
2019/2020
SMPN 1 JATIBARANG
Jl. Letnan Joni Jatibarang Baru Kec. Jatibarang Kab. Indramayu
Jawa Barat 45273
HASIL DARI KONFLIK KOREA SELATAN
DAN KOREA UTARA
Tempat Kejadian : Semenanjung Korea
Waktu Kejadian : 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953
Pihak yang terkait :
Penyebab :
Kritik terhadap pemerintahan Orde Baru, dan keruntuhan ekonomi akibat
dari krisis finansial Asia 1997.
Penyebab :
1. Kapal Ikan ilegal asal China yang masuk ke perairan Natuna
2. Perubahan nama laut China Selatan menjadi laut Natuna Utara
Akibatnya :
Terjadinya Ketegangan antara China dan Indonesia
Hubungan Bilateral China dan Indonesia menjadi tidak baik