Landasan Teori
4
5
ISO 9001 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas
yang menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi dari sistem manajemen
kualitas yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisaasi akan memberikan produk
yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. ISO 9001 itu sendiri bukanlah
standar untuk produk, karena tidak menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh sebuah produk. Sehingga suatu organisasi yang telah mendapatkan
sertifikasi ISO 9001 dapat dinyatakan bahwa sistem manajemen kualitasnya yang
telah memenuhi standar internasional (Gaspersz, 2011, p.359).
Menurut Gasperz (2011) , suatu organisasi supaya berfungsi secara efektif
harus menetapkan dan mengelola berbagai aktivitas yang saling berhubungan dan
berinteraksi. Proses dapat dipandang sebagai aktivitas yang membutuhkan sumber
daya dan pengelolaan untuk merubah input menjadi output. Output suatu proses
sering langsung menjadi input bagi proses berikutnya. Identifikasi secara sistematik
dari proses-proses pada organisasi dan saling berinteraksi dikenal sebagai pendekatan
proses (p. 371).
.
Berdasarkan Gambar 2.2, model proses dari sistem manajemen kualitas ISO
9001 terdiri atas lima bagian utama yang saling berkaitan yaitu :
1. Sistem manajemen kualitas
2. Tanggung jawab manajemen.
3. Manajemen sumber daya.
4. Realisasi produk.
5. Analisis, pengukuran, dan perbaikan.
Sistem manajemen kualitas ISO 9001 disusun atas delapan prinsip manajemen
kualitas. Delapan prinsip manajemen kualitas itu adalah (Gaspers, 2011, p.360):
1. Kepemimpinan
2. Fokus pelanggan
3. Keterlibatan orang
4. Pendekatan sistem terhadap manajemen
5. Pendekatan proses
6. Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan
7. Perbaikan terus-menerus
8. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
yang dapat dilakukan. Hal ini harus meliputi data yang diperoleh sebagai hasil
pemantauan dan pengukuran dan dari sumber relevan lainnya. Analisa dari data
harus menyediakan informasi yang terkait dengan (ISO, 2008):
1. Kepuasan pelanggan.
2. Kesesuaian persyaratan produk.
3. Karakteristik dari proses dan produk.
4. Data pemasok.
Untuk menganalisa sesuatu diperlukan sebuah data, tanpa adanya data suatu
organisasi tidak dapat mengetahui apakah produk atau proses berada dalam batas
kontrol yang telah ditetapkan. Banyak organisasi menggunakan laporan
ketidaksesuaian untuk mendapatkan informasi tentang ketidaksesuaian produk atau
proses. Dengan adanya laporan ketidaksesuaian maka akan adanya analisa untuk
menyelesaikan ketidaksesuaian sehingga akan dilakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan terhadap ketidaksesuaian tersebut (Hoyle, 2009, p.666).
Do : Melaksanakan proses.
Check : Memantau dan mengukur proses dan produk terhadap kebijakan, tujuan dan
syarat produk dan melaporkan hasilnya.
Action : Melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja proses dan sistem
manajemen mutu secara terus menerus.
Siklus PDCA yang diterapkan dalam QC story dapat memecahkan masalah
standarisasi proses pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat bahwa 10 langkah QC
Story tersebut mengikuti metode perbaikan kualitas dengan siklus PDCA. 10 langkah
QC story tersebut yaitu (Dahlgaard, Kristensen, Kanji, 2002, p.73):
Plan : 1. Penetuan tema dan tujuan.
2. Latar belakang pemilihan tema.
3. Melihat kondisi saat ini.
4. Analisa sebab akibat.
5. Menetapkan langkah-langkah perbaikan.
Do : 6. Pelaksanaan perbaikan.
Check : 7. Evaluasi hasil perbaiakan.
Action : 8. Standarisasi.
9. Pertimbangkan masalah yang tersisa.
10. Penetuan tema perbaikan selanjutnya.
2.5 Tujuh Alat Bantu Kualitas (7QC Tools)
Dalam sistem manajemen kualitas, dimana tujuan utama dari siklus PDCA
adalah perbaikan terus-menerus. Pimpinan organisasi membutuhkan alat yang dapat
membantu dalam melihat aktivitas perbaikan yang telah dilakukan dan dalam
mengambil keputusan. Alat bantu kualitas dapat digunakan dalam semua tahapan
proses produksi mulai dari awal pengembangan produk hingga menjadi sebuah
produk dan dukungan pelanggan. Tujuh alat bantu kualitas telah berhasil
diaplikasikan pada beberapa perusahaan dan proses produksi dengan baik. Tujuh alat
bantu kualitas itu adalah (Paliska, Pavletic, Sokovic, 2007, p.79) :
1. Flow chart.
2. Diagram sebab akibat.
3. Check sheet.
4. Diagram pareto.
5. Histogram.
12
6. Scatter diagram.
7. Control chart.
yang ada tersebut. Faktor-faktor penyebab ini akan berkisar pada faktor
4M+1E.
3. Carilah lebih lanjut fakor-faktor yang lebih terperinci yang secara nyata
berpengaruh atau mempunyai akibat pada faktor-faktor penyebab utama
tersebut. Untuk mencari detail faktor-fator penyebab terjadinya
penyimpangan maka metode brainstorming akan merupakan suatu cara yang
efektif digunakan. Pertanyaan “mengapa” secara berantai akan membantu
mencari penyelesaian masalah secara tuntas.
4. Check apakah semua items yang berkaitan dengan karakteristik kualitas
output benar-benar sudah dicantumkan dalam diagram.
5. Carilah faktor-faktor penyebab yang paling dominan dari diagram yang sudah
lengkap.
2.5.5 Histogram
Histogram adalah salah satu alat dari metode statistik yang digunakan untuk
menganalisa data. Untuk menganalisa sebuah histogram lebih lanjut, terutama
apabila terjadi penyimpangan, maka data tersebut harus dikelompokkan untuk satu
jenis pengamatan yang sama sebab distribusi data yang satu mungkin akan berbeda
dengan distribusi data lainnya. Dengan pengelompokan data ini, maka analisa akan
lebih mudah dibuat. Data dari histogram akan dapat diketahui beberapa hal seperti
(Wignjosoebroto, 2006, p.261):
1. Harga rata-rata dari nilai data yang terkumpul.
2. Harga maksimum dan minimum.
3. Besar penyimpangan.
4. Bentuk distribusi data yang terkumpul.
kondisi yang dianggap tidak normal. Grup data tidak membentuk kecenderungan
gerakan yang khusus. Dengan demikian suatu kondisi dinyatakan tidak normal
apabila (Wignjosoebroto, 2006, p.295):
1. Beberapa plot data akan berada di luar batas kontrol atau persis dalam garis
batas.
2. Beberapa plot data cenderung mengarah ke bentuk-bentuk khusus yang
membutuhkan pengecekan seksama sekalipun masih berada dalam batas-
batas kontrol yang ada.
Pada siklus PDCA, tujuh alat bantu kualitas dapat di hubungkan dengan
langkah-langkah pada siklus PDCA, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Hubungan antara tujuh alat bantu kualitas dengan siklus PDCA
menyelesaikan suatu operasi pada suatu produk. Cycle time harus lebih kecil atau
sama dengan takt time (Gasperz, 2011, p.105).
Takt time merupakan bukan suatu tool, tetapi adalah suatu konsep dalam
perancangan kerja. Dalam perhitungannya, takt time adalah waktu yang tersedia
untuk membuat produk dibagi dengan jumlah permintaan (Liker & Meier,
2006,p.158).