Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi promosi kesehatan berdasarkan (Piagam Ottawa 1986) ialah


sebagai berikut :

1. Kebijakan berwawasan kesehatan


Strategi promosi kesehatan ditujukan kepada para penentu kebijakan
agar mengeluarkan kebijakan dan ketentuan yang menguntungkan
bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga dalam menentukan
keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.
2. Lingkungan yang mendukung
Srategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum, termasuk
pemerintah kota. Dimana mereka dapat menyediakan sarana dan
prasarana bagi masyarakat dalam meningkatkan kesehatnnya, sehingga
nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat untuk mendukung prilaku
sehat masyarakat
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan
Realisasi dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para
penyelenggara kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus
dilibatkan dalam memberdayakan masyarakat agar dapat berperan
bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan namun dapat
menjadi menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.
4. Keterampilan Individu
Strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu
dalam meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk
strategi ini adalah pemberian pemahaman tentang penyakit dalam

1
bentuk metode atau teknik kepada individual bukan dalam bentuk
massa
5. Gerakan Masyarakat
Adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan
memelihara kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada
kegiatan namun akan tampak dari prilaku menuju sehat.

Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi


kesehatan secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi,
yaitu :

1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar
orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang
diinginkan. Pendekatan advokasi ialah sasaran kepada para pembuat
keputusan atau penentu keputusan sesuai sektornya. Intinya adalah
strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan
dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada
dalam bentuk formal dan informal. Advokasi dalam bentuk formal
misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan yang
dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya : Suatu
kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan
kepada para pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan.

2
Intervensi yang dapat dilakukan secara perseorangan kepada pejabat
ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan debat. Sehingga diharapkan
mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata, kepedulian, serta
pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan
kegiatan.
2. Dukungan sosial ( Social Support )
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya
dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai jembatan antara
sektor kesehatan atau pengembang kesehatan dengan masyarakat.
Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial
ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi
para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya
peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana meningkat
pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang ada misalnya posyandu.
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung
kepada masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi keperawatan dalam
pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos
obat desa, dan lain sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber

3
daya manusia yang berperan dalam peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan.

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai


berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health


education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing),
yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui
kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan,
yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar
mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui
upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan
lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat
(community organization), pengembangan masyarakat (community
4
development), penggerakan masyarakat (social mobilization),
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo
Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi
yaitu:
a. Dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b. Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
kesehatan.

a. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan.


1) Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek
pokok, yakni:
a) promotif,
b) preventif,
c) kuratif, dan
d) rehabilitatif.
2) Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan
sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap
penyakit dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan dikelompok


menjadi dua yaitu:

i. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

5
ii. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

a. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan.


1) Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan.
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of
prevention) dari Leavel and Clark.
a) Promosi Kesehatan.
b) Perlindungan khusus (specific protection).
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment).
d) Pembatasan cacat (disability limitation)
e) Rehabilitasi (rehabilitation).

6
SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat ,


maka sasaran langsung promosi kesehatan adalah masyarakat. Namun demikian ,
dikarenakan keterbatasan sumber daya yang ada , akan tidak efektif apabila
upaya promosi kesehatan langsung ditujukan ke masyarakat . Oleh sebab itu ,
perlu dilakukan penahapan sasaran promosi kesehatan . sasaran promosi
kesehatan dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu sebagai berikut :

1. Sasaran Primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala


upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat .
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan


sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk
selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat di sekitamya. Di samping itu dengan perilaku
sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan
yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan

7
contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya
promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejaian dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di


tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier pendidikan
kesehatan Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada
masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy) kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi
yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat.

Ada sasaran promosi kesehatan secara spesifik yaitu:

1. Perorangan/ Keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik
langsung maupun melalui media massa).
b. Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memlihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
c. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.

8
d. Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan.
2. Masyarakat/ Lsm
a. Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan /upaya
kesehatan.
b. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat.
3. Lembaga Pemerintah/ Lintas Sektor/ Politisi/ Swasta
a. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan.
4. Petugas Program/ Institusi
a. Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap
program
b. Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang
kesehatan.

PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Dalam strategi global promosi kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia


(WHO,1984) dirumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-kurangnya
mengandung prinsip , yaitu sebagai berikut :

1. Empowerment ( pemberdayaan ) yaitu cara kerja untuk


memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar

9
atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
2. Partisipative ( partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian

aktif dalam pengambilan keputusan.


3. Holistic ( menyeluruh ) yaitu memperhitungkan hal-hal yang

mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi


tersebut.
4. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan

hasil yang di dapat oleh klien.


5. Intersectoral ( antar sektor ) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan

instasi terkait lainnya atau organisasi.


6. Sustainable ( berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari

kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka


panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti

program kebijakkan.

Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan


antara lain sebagai berikut:

1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias


program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat
dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.

10
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam
mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi
maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan
berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-
prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.

11
ISI OTTAWA CHARTER

Promosi kesehatan merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan


pembangunan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses memberdayakan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta pengembangan
lingkungan sehat (Depkes, 2003).

Dalam mewujudkan promosi kesehatan dapat dicapai melalui 3 (strategi)


utama, yaitu : advokasi , bina suasana, dan gerakan pemberdayaan. Ketiganya
diharapkan saling bersinergis dengan didukung oleh pola kemitraan yang nantinya
dapat mewujudkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatan.

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada


tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang berisi 5 (
lima ) butir kesepakatan yang meliputi :

1. Kebijakan berwawasan kesehatan ( Healthy public policy )

Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering


diabaikan, oleh karena itu adanya kebijakan yang berwawasan
kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses pembangunan
12
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini
ditujukan kepada para pengambil kebijakan ( policy makers) atau
pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah
maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan
PLTN di daerah jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat
keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan untung ruginya.
harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan
ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa
berdampak pada kesehatan.
2. Lingkungan yang mendukung ( Supportive environment ).

Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini


diartikan dalam pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non
biotik), dan lingkungan non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan yang
kondusip yang dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang
sehat.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-
akhir ini sering diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum
tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar
pencemaran udara , seperti penggunaan masker pada penjaga loket
jalan tol, petugas polantas, dsb.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan ( Reorient health service ).

Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan,


tanggung jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi
pelayanan (health provider ), tetapi pelayanan kesehatan juga
merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan

13
kesehatan ( health provider ) dan pihak yang mendapatkan
pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya
sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa
membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam
pembangunan kesehatan. dan sebaliknya bagi masyarakat, dalam
proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari
bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek,
tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan.
Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang
bersumberdaya masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka
bhakti Husada, poskestren, dll.
4. Ketrampilan individu ( Personal Skill )

Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara


keseluruhan, ketrampilan individu mutlak diperlukan. Dengan
harapan semakin banyak individu yang terampil akan pelihara diri
dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa
dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan
yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam
mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk
terapil tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan
berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata
juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat.

14
Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok
seperti di Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan,
pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll.
5. Gerakan masyarakat ( Community action ).

Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa


kesehatan tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik
masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata,
masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan.
selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku
hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan
sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya,
teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga
kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai
yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang
kesehatan, yang berbunyi :“Setiap orang berkewajiban ikut
mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”.
Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn
DBD, gerakan jumat bersih, perlu diketahuai di negeri tetangga
malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa kita contoh),
bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam
speedometer.

15

Anda mungkin juga menyukai