Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN (TUMOR


OTAK)
Diajukan untuk memeuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu :

Ns. Tegar Maulana Wardiyan S.Kep.,M.Kep


NIDN (0411028803)

Disusun Oleh :

Nurul Namira Zahara


NISN (09170000096)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya masih bisa melaksanakan segala aktifitas tanpa
suatu halangan apapun. Dalam satu kesempatan ini saya selaku mahasiswi prodi
keperawatan S1 Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia Maju ingin memaparkan tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III berupa makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persarafan (Tumor
Otak)”.

Makalah ini berisikan pendahuluan sekilas mengenai pengertian dari tumor otak
itu sendiri dan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan tumor otak beserta data-
data yang cukup relevan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat banyak


kekurangan-kekurangan baik dari segi penggunaan kata dan bahasa yang belum
memenuhi kaidah yang tepat, maupun dari isi makalah ini sendiri. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan bantuan, kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak yang membaca makalah ini.

Sekali lagi penulis mengucapkan syukur kepada Ilahi Rabbi semoga ilmu yang
didapatkan mendatangkan makna dan manfaat dalam kehidupan. Penyusunan makalah
ini tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, walaupun
makalah ini belum sempurna tetapi saya merasa optimis terhadap hasil yang dicapai.

Cianjur, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi .......................................................................................................................... 3
B. Fisiologi .......................................................................................................................... 4
C. Pengertian Tumor Otak ............................................................................................... 5
D. Etiologi ........................................................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................................... 7
F. Patofisiologi ................................................................................................................... 8
G. Pathway .......................................................................................................................... 8
H. Komplikasi ................................................................................................................... 10
I. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................. 11
J. Asuhan Keperawatan Teori Tumor Otak ................................................................ 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................................... 13
B. Analisa Data ................................................................................................................ 17
C. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................... 18
D. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 19
E. Catatan Perkembangan .............................................................................................. 23
BAB IV EVIDENCE BASED PRACTICE
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 32
B. Saran ............................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lobus Pada Serebrum (Typoonline, 2018) ....................................................... 3
Gambar 2.2 Area Sensori Kortex Serebri (2011) .................................................................. 3
Gambar 2. 3 Tumor Otak (2013) ............................................................................................ 5
Gambar 2.4 Pemeriksaan CT Scan Pada Tumor Otak (Pearce, 2009)............................. 11
Gambar 2.5 Hasil MRI Pada Tumor Otak (Pearce, 2009) ................................................ 11
Gambar 2.6 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009) ................................................. 12
Gambar 2.7 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral Pada Tumor Otak (Pearce, 2009) 12
Gambar 2.8 Contoh Gambar EEG Pada Tumor Otak (Pearce, 2009) ............................. 12
Gambar 4.9 Grafik 1. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Usia .................................... 26
Gambar 4.10 Grafik 2. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 27
Gambar 4.11 Grafik 3. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Tanda dan Gejala ........... 27
Gambar 4.12 Grafik 4. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Lokasi Tumor ................. 28
Gambar 4.13 Tabel 1. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Modalitas Terapi .............. 28
Gambar 4.14 Tabel 2. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Tipe Tumor ....................... 29

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengkajian Saat Ini ............................................................................................... 15


Tabel 3.2 Analisa Data........................................................................................................... 17
Tabel 3.3 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 18
Tabel 3.4 Asuhan Keperawatan ........................................................................................... 19
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan ........................................................................................ 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
" Proses Keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis,
dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan pasien / klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan
Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan
Keperawatan (evaluasi). Menurut Ali (1997) " (Susanti, 2017)

Sistem persarafan mengintergrasikan dan memantau aksi yang tak terbilang


banyaknya yang terjadi secara serentak di seluruh tubuh manusia. Karena itu, setiap
tugas, tidak peduli berapapun kecilnya yang dikerjakan oleh seseorang merupakan hasil
langsung dari komponen sistem saraf. Aksi-aksi ini dapat berada dalam kendali sadar,
seperti menekan tombol computer, atau dapat terjadi secara tidak sadar, seperti mencerna
makanan, melepaskan enzim dari pancreas, atau aksi sadar lainnya. (Pack, 2010)

Otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran : otak awal, yang disebut
otak depan, otak tengah dan otak belakang. (Pearce, 2011)

Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga tengkorak
baik didalam kompartemen supratentorial maupun intratentotrial. (Kusuma, 2015)

Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping
tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa tumor yang bersifat
primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ lainnya. (Hakim, 2005)

Alasan saya memilih kasus ini adalah rupanya tumor otak ini merupakan penyakit
penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang terjadi pada pria berusia
20-39 tahun. Namun bila kita mengacu pada penelitian yang dilakukan di dua Rumah
Sakit di Kota Bandar Lampung ditemukan bahwa penderita paling banyak tumor otak
adalah perempuan yang berusia 40-44 tahun. Ini lah salah satu alasan saya memilih judul
mengenai tumor otak karna agar lebih mengetahui beberapa kasus yang berkaitan dengan
tumor otak.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asuhan keperawatan?
2. Apa yang dimaksud dengan tumor otak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien dengan tumor otak?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui mengenai tumor otak beserta askepnya.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologis dari otak.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian tumor otak beserta apa saja etiologi,
manifestasi klinis dan komplikasi dari tumor otak.
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimana proses patofisiologi dari tumor otak.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja pemeriksaan penunjang dari
tumor otak beserta askepnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi

Gambar 2.1 Lobus Pada Serebrum (Typoonline, 2018)

Gambar 2.2 Area Sensori Kortex Serebri (2011)

3
4

B. Fisiologi
Tiga rongga, yang disebut vesikula otak primer, terbentuk selama perkembangan
embrio otak. Ini adalah otak depan (prosensefalon), otak tengah (mesensefalon), dan otak
belakang (rombensefalon). Selama perkembangan berikutnya, tiga vesikula otak primer
ini berkembang menjadi lima vesikula otak sekunder, yaitu :

1. Telensefalon yang menghasilkan serebrum (Otak besar yang mengandung korteks


serebrum, substansi putih, dan ganglia basal( fungsi motorik)).
2. Diensefalon yang menghasilkan thalamus, hipotalamus (koordinasi saraf otonom),
dan kelenjar pineal.
3. Mesensefalon menghasilkan bagian otak tengah dari batang otak.
4. Metensefalon menghasilkan bagian pons dari batang otak dan serebelum.
5. Mielensefalon menghasilkan bagian medulla oblongata dari batang otak.

Serebrum merupakan bagian terbesar dari otak manusia yang dibagi menjadi dua
belahan, yaitu hemisfer serebrum kiri dan kanan yang dipisahkan oleh fisura
longitudinalis cerebri yang keduanya masing-masing dihubungkan oleh korpus kolasum.
Hemisfer serebri dibagi atas lobus berdasarkan pada tulang di atasnya :

1. Lobus frontalis, berfungsi mengontrol emosi, kepribadian, penilaian, penaksiran,


tingkah laku yang dipelajari dan pengembangan pikiran.
2. Lobus parientalis, adalah area menerima input sensori mayor seperti nyeri, suhu,
sentuhan dan vibrasi serta posisi dari sisi kontralateral tubuh
3. Lobus oksipitalis, merupakan area visual primer yang menerima input dari sebagian
ipsilateral retina bagian temporal dan sebagian kontralateral retina bagian nasal dan
area visual sekunder yang memungkinkan kita bisa menginterpretasikan apa yang kita
lihat.
4. Lobus temporalis, berfungsi untuk menerima dan mengiterpretasi pendengaran,
pembau, rasa serta menerima dan menyimpan memori singkat, memberikan intergasi
audititory, penglihatan, memori masa lalu yang rinci, seni, musik dan rasa.
5

C. Pengertian Tumor Otak


Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang
ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan
tengkorak (Sylvia.A. 1995:1030). Tumor otak
menyebabkan gangguan neurologis progresif.
Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya
gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan TIK.

Gambar 2. 3 Tumor Otak (2013)

Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor otak
yang berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa
tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor
otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak
(tumor otak sekunder/ metastatik).

WHO membagi tumor otak primer berdasarkan asa sel tumor dan tingkat
keganasan tumor pada otak. Hingga saat ini terdapat sekitar 120 jenis tumor otak yang
telah diketahui. Namun, beberapa jenis tumor pada otak yang sering terjadi di antaranya :
1. Glioma, tumor yang tumbuh dan berkembang pada jaringan glia dan saraf tulang
belakang.
2. Meningioma, tumor yang menyerang jaringan selaput otak pada otak kecil dan otak
besar yang tidak bersifat kanker.
3. Adenoma pituitary, tumbuh dan berkembang pada permukaan kelenjar pituitary.
4. Tumor neuroma, tumor yang berasal dari pelindung serat saraf, baik didalam
tengkorak maupun pada tulang belakang.
5. Limfoma sistem saraf pusat, tumor yang terjadi pada sistem limfatik yang terdiri dari
nodus limfa. Sangat ganas dan merupakan manifestasi dari pertumbuhan tumor
lainnya pada otak.
6. Craniomapharyngioma, terjadi pada area otak yang berdekatan dengan mata atau
sekitar bagian bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar pituitary.
7. Tumor kelenjar pineal, bermula pada kelenjar pineal yang berdekatan dengan pusat
otak.
8. Tumor metastasis (tumor otak sekunder)
6

D. Etiologi
Tidak ada factor etiologi yang jelas untuk tumor otak primer. Meskipun tipe sel
yang berkembang menjadi tumor bisa diidentifikasi namun mekanisme yang
menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui. Kecenderungan keluarga,
imunosupresi, dan fakto-faktor lingkungan sedang diteliti. Waktu puncak untuk kejadian
tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu, pria terkena lebih seirng dari
pada wanita. Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa factor yang perlu ditinjau (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
yaitu :

1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma tuberose atau penyakit Strurge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
factor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya factor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh yang
menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, terutama intracranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.
4. Virus
Hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi karsinogenik
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
6. Trauma kepala
7

Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa


otak akhirnya terjadi tumor otak.

E. Manifestasi Klinis
1. Menurut lokasi tumor :
Otak manusia terbagi atas beberapa lobus yang memiliki fungsinya masing-
masing, apabila terdapat tumor di lobus tersebut maka akan mempengaruhi fungsi
pada bagian lobus yang terserang, diantaranya :
a. Lobus frontalis : gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argument / menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
b. Korteks presentalis posterior : kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah,
lidah dan jari.
c. Lobus parasentralis : kelemahan apa ekstremitas bawah.
d. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan.
e. Lobus temporalis : tinnitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah.
f. Lonus parentalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
g. Cerebulum : papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia.
2. Tanda dan gejala umum :
Tanda dan gejala umum adalah tanda yang kebanyakan sering muncul pada
kasus tumor otak, yaitu :
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk.
b. Kejang.
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial : pandangan kabur, mual muntah,
penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
d. Perubahan kepribadian.
e. Gangguan memori dan alam perasa.
3. Trias klasik
Trias klasik adalah tanda atau ciri khas pada tumor otak, yang diantaranya :
a. Nyeri kepala
b. Papil eodema
c. Muntah
8

F. Patofisiologi
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal dengan
DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel yang tidak
terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan menghentikan aberrant,
pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas, kompresi dan infiltrasi menyebabkan
kematian jaringan otak. Tumor otak tidak hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga
menyebabkan edema otak. Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat
untuk ekspansi isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial secara progresif yang akan menyebabkan displacement
struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak menyebabkan kerusakan pusat vital
signs kritis yang mengontrol tekanan darah, nadi, dan respirasi yang akan memicu
kematian.

Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi beberapa bagian
otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak terjadi, kurang lebih 45%
dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam beberapa derajat I hingga IV,
mengindikasikan derajat malignasi. Derajat tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel,
dan penampakan. Biasanya tumor menyebar dengan menginfiltasi sekitar jaringan saraf
sehingga sulit diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur vital.

G. Pathway

Pertumbuhan sel Tumor otak


otak abnormal

Obstruksi sirkulasi Penekanan jaringan Massa dalam otak


cairan serebrospinal otak terhadap bertambah
dari ventrikel lateral sirkulasi darah dan
ke sub arachnoid O2
Mengganggu
spesifik bagian otak
tempat tumor
Hidrochepalus Penurunan suplai O2
kejaringan otak
akibat obstruksi Timbul manifestasi
Kerusakan aliran klinik/ gejala local
sirkulasi otak
darah ke otak sesuai fokal tumor
9

Hipoksia Cerebral
Perpindahan cairan Tumor di
intravaskuler cerebellum,
kejaringan serebral hipotalamus,
fossaposterior
Volume intrakranial

Resiko Tubuh melakukan


Peningkatan TIK
ketidakefektifan kompensasi dengan
perfusi jaringan otak mempercepat pernapasan
Kelebihan volume
cairan
Kompensasi dengan cara Ketidakefektifan pola
1. Volume darah napas
Kematian intracranial
2. Volume cairan
cerebrospinal
Herniasi cerebral
3. Kandungan cairan
intrasel
Bergesernya ginus 4. Mengurangi sel-sel
medialis labis paren kim
temporal ke inferion
melalui insisura Tidak kompensasi Nyeri
tentorial

Obstruksi sistem
Statis vena cerebral Kompresi subkortikal
cerebral, obstruksi
& batang otak
drainage vena
retina, tumor pada
Kehilangan auto
lobus oksipital Subkortikal
regulasi serebral
tertekan
Papil edema
Suhu tubuh Iritasi pusat vegal
meningkat dimedula oblongata
Kompresi saraf
optikus (N.III/IV)
Ketidakefektifan Muntah
termoregulasi
Gangguan
penglihatan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko jatuh

(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015)


10

H. Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Gingsberg (2008) komplikasi
yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain :

1. Peningkatan tekanan intracranial


Peningkatan tekanan intracranial terjadi saat salah satu maupun semua factor
yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu factor diatas akan memicu :
a. Edema serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebihan terakumulasi disekitar lesi sehingga
menambah efek massa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbs CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus, dan
singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca,
20018).
2. Epilepsy
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam
selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus,
2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah
khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi neurologis ini tergantung
pada bagian otak yang terkenan tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
11

I. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.

Gambar 2.4 Pemeriksaan CT Scan Pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

Gambar 2.5 Hasil MRI Pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

2. Foto polos dada


Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
12

anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).

Gambar 2.6 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009)

4. Biopsi stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

Gambar 2.7 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral Pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

Gambar 2.8 Contoh Gambar EEG Pada Tumor Otak (Pearce, 2009)
13

J. Asuhan Keperawatan Teori Tumor Otak

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap
berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin
menunjukkan perburukan kondisi.
2. Anamnesa
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat meningkat dengan
aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan mental seperti disorientasi, letargi,
papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
14

3. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan sesak napas
terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi dan kompresi medulla
oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak menunjukkan batuk,
adanya retraksi otot bantu napas, dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan
dengan kadar oksigen 2 LPM.
b. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu terjadi
ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien tidak
mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi bradikardi.
c. Persyarafan B3 (Brain)
1) Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
4) Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
a) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
b) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
c) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
15

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka


1– 6 tergantung responnya yaitu :

a) Eye (respon membuka mata)


 (4):Spontan
 (3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
 (2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
 (1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
 (5) : Orientasi baik
 (4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang)
disorientasi tempat dan waktu.
 (3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
 (2) : Suara tanpa arti (mengerang)
 (1): Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
 (6):Mengikuti perintah
 (5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat
diberi rangsang nyeri)
 (4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
 (3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
 (2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi
tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri).
 (1):Tidak ada respon
16

5) Berdasarkan Fokal
a) Tumor Lobus Frontalis
 Gangguan keperibadian dan mental seperti apatis,kesukaran dalam
pandangan ke depan, regresi dalam tingkah laku social
 Graps refleks (reflek memegang)
 Spasme tonik pada jari-jari kaki atau tangan
 Kejang fokal atau wajah
 Todd’s paralisis
 Afasia motorik
 Jika terjadi di traktus kortikospinalis :hemiparesis sampai
hemiplegia kontralateral lesi
 Sindrom foster kennedy
b) Tumor lobus temporalis
 Kejang parsial
 Movement motoric automatic
 Nyeri epigastrium
 Perasaan fluttering di epigastrik atau toraks
 Dejavu
c) Tumor lobus parietalis
 Astereognosis
 Antopognosis
 Hemianestesia
 Tidak dapat membedakan kanan taua kiri
 Loss of body image
d) Tumor lobus oksipitalis
 Gangguan yojana penglihatan
 Nyeri kepala di daerah oksipital
 Hemianopsia homonym
e) Tumor Serebellum
 Nyeri kepala, muntah ban pupil edema
 Ganguan gait dan gangguan koordinasi
 Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi
 Ataksia, tremor, nistagmus hipotonia
17

f) Tumor daerah thalamus


 Refleks babinsky positif, hemiparesis, hiperrefleks
 Tekanan intracranial yang tinggi
 Lama kelamaan bisa menjadi hidrosefalus
g) Tumor daerah pineal/epifise
 Tanda perinaud fenomena bell
 Fenomena puppenkoft
 Pupil argyl Robertson
 Pubertas prekoks
 Diabetes insipidus
h) Tumor batang otak
 Kesadaran menurun
 Gangguan N III
 Sindrom webber
 Sindrom benedict
 Sindrom claude
i) Tumor sudut sereblo pontin
 Gangguan pendengaran
 Vertigo
6) Berdasarkan PTIK
Nyeri kepala,kejang, gangguan mental, pembesaran kepala, papiledema,
sensasi abnormal di kepala, false localizing sign
d. Perkemihan B4 (Bladder)

Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin normal,
uretra normal, produksi urin normal

e. Pencernaan B5 (Bowel)

Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga


menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan
diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih dan
mukosa lembab
18

f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)

Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan kelumpuhan.


Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan medula oblongata.
c. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
d. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
e. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik
g. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.
5. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut (00133) berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan tekanan


intrakranial.

Domain 12: Comfort

Class 1. Physical Comfort

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri Mengurangi/menghilangkan faktor-faktor
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat yang memimbulkan / meningkatkan
diadaptasi oleh klien dengan kriteria pengalaman nyeri
hasil : Memilih dan mengimplementasikan satu
Klien mengungkapkan nyeri yang jenis tindakan (farmakologi, non-
dirasakan berkurang atau dapat farmakologi, interpersonal) untuk
diadaptasi ditunjukkan penurunan memfasilitasi pertolongan nyeri
skala nyeri. Skala = 2 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
19

Klien tidak merasa kesakitan. ketika memilih strategi pertolongan nyeri


Klien tidak gelisah Mendorong klien untuk menggunakan
Domain-Health Knowledge & pengobatan nyeri yang adekuat
Behaviour (IV) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Pain Control (1605) melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
Klien dapat mengenal onset nyeri timbul.
Klien dapat menggambarkan faktor Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode
penyebab distraksi
Klien mengenal gejala yang Observasi adanya tanda-tanda nyeri non
berhubungan dengan nyeri (160509) verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
Melaporkan kontrol nyeri (160511) menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Pain: Disruptive Effects (2101) Kolaborasi: Analgesic Administration
Hubungan interpersonal tidak (2210)
terganggu Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Tindakan peran seperti semula dan keparahan nyeri sebelum pengobatan
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari klien
Aktivitas fisik tidak terganggu Mengecek permintaan medis untuk obat,
dosis, dan frekuensi dari analgesik yang
telah ditentukan (resep)
Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan medula
oblongata.

Domain 4: Activity/Rest

Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
keperawatan selama 1x24 jam pola Monitor status respirasi dan oksigenasi,
pernafasan kembali normal dengan yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management (3350)
Pola nafas efekif Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
GDA normal upaya pernafasan.
Tidak terjadi sianosis Monitor pola pernapasan
Domain-Physiologic Health (II) Monitor tingkat saturasi oksigen dalam
20

Class-Cardiopulmonary (E) klien yang tenang


Respiratory Status (0415) Auskultasi suara napas, mencatat area
Respiraroty Rate normal penurunan ketiadaan ventilasi dan
Respiraory Rhytm normal keberadaan suara tambahan
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis
Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.

Domain 4: Activity/Rest

Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi (2590)
jaringan klien membaik ditandai Monitor kualitas dan karakteristik dari
dengan tanda-tanda vital stabil dengan bentuk gelombang TIK
kriteria hasil : Monitor tekanan perfusi cerebral
Tekanan perfusi serebral >60mmHg, Monitor status neurologis
tekanan intrakranial <15mmHg, Monitor TIK klien dan respon neurologis
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg untuk merawat aktivitas dan stimuli
Menunjukkan tingkat kesadaran lingkungan
normal Monitor jumlah, kecepatan, dan
Orientasi pasien baik karakteristik dari aliran cairan
RR 16-20x/menit serebrospinal (CSF)
Nyeri kepala berkurang atau tidak Memberikan agen farmakologi untuk
terjadi menjaga TIK pada batas tertentu
Domain-Physiologic Health (II) Memberi jarak waktu intervensi
Class-Cardiopulmonary (E) keperawatan untuk meminimalkan PTIK
Perfusi Jaringan: Serebral (0406) Monitor secara berkala tanda dan gejala
Tekanan intracranial normal peningkatan TIK
Tekanan darah sistolik normal Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi,
Tekanan darah diastolic normal memori, periksa nilai GCS
21

Mean Blood Pressure normal Kaji tanda vital dan bandingkan dengan
Sakit kepala hilang keadaan sebelumnya
Tidak mengalami penurunan tingkat Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola
kesadaran pernapasan, ukuran dan reaksi pupil,
Tidak ada gangguan reflek neurologik pergerakan otot
Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah,
papila edema, diplopia, kejang
Ukur, cegah, dan turunkan TIK
Pertahankan posisi dengan meninggikan
bagian kepala 15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai secara
berlebihan
Monitor analisa gas darah, pertahankan
PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHg
Kolaborasi dalam pemberian oksigen
Hindari faktor yang dapat meningkatkan
TIK
Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat mengganggu tidur
pasien
Berikan sedative atau analgetik dengan
kolaboratif.
Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap hipotensi
ortostatik.

Domain 11: Safety/Protection

Class 2. Physical Injury

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention (6490)
keperawatan selama 1x24 jam Identifikasi tingkah laku dan faktor yang
diagnosa tidak menjadi masalah actual berpengaruh pada risiko jatuh
dengan kriteria hasil : Memberikan tanda untuk mengingatkan
Pasien dapat mengidentifikasikan klien untuk meminta tolong ketika pergi
22

kondisi-kondisi yang menyebabkan dari tempat tidur, yang tepat


vertigo Menggunakan teknik yang sesuai untuk
Pasien dapat menjelaskan metode mengantar klien ked an dari kursi roda,
pencegahan penurunan aliran darah di tempat tidur, toilet dan lainnya
otak tiba-tiba yang berhubungan Kaji tekanan darah pasien saat pasien
dengan ortostatik. mengadakan perubahan posisi tubuh.
Pasien dapat melaksanakan gerakan Diskusikan dengan klien tentang fisiologi
mengubah posisi dan mencegah drop hipotensi ortostatik.
tekanan di otak yang tiba-tiba. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi
Menjelaskan beberapa episode vertigo hipotensi ortostatik
atau pusing. Untuk mengetahui pasien mengakami
Domain-Health Knowledge & hipotensi ortostatik ataukah tidak.
Behaviour (IV) Untuk menambah pengetahuan klien
Class-Risk Control & Safety (T) tentang hipotensi ortostatik.
Falls Occurrence (1912) Melatih kemampuan klien dan memberikan
Tidak terjadi jatuh ketika posisi rasa nyaman ketika mengalami hipotensi
berdiri, berjalan, duduk dan ketika ortostatik.
tidur
Domain-Health Knowledge &
Behaviour (IV)
Class-Risk Control & Safety (T)
Physical Injury Severity (1913)
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak
terjadi
Perdarahan tidak terjadi
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan efek
kemoterapi dan radioterapi.

Domain 2: Nutrition

Class 1. Ingestion
23

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring (1160)
keperawatan selama 1x24 jam Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi:
kebutuhan nutrisi klien dapat penurunan berat badan, tanda-tanda anemia,
terpenuhi dengan adekuat dengan tanda vital
kriteria hasil: Monitor intake nutrisi pasien
Antropometri: berat badan tidak turun Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
(stabil) sering.
Biokimia: albumin normal dewasa Timbang berat badan 3 hari sekali
(3,5-5,0) g/dl Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, Kolaborasi dalam pemberian obat
perempuan 12-16 g/dl) antiemetic
Clinis: tidak tampak kurus, terdapat
lipatan lemak, rambut tidak jarang dan
merah
Diet: klien menghabiskan porsi
makannya dan nafsu makan
bertambah
Nutritional Status (1004)
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi
Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik dan motorik

Domain 4: Activity/Rest

Class 2. Activity/Exercise

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam, gangguan Kaji fungsi motorik secara berkala
mobilitas dapat diminimalkan dengan Menjaga pergelangan kaki 90 derajat
kriteria Hasil : dengan papan kaki. Gunakan trochanter
Mempertahankan posisi fungsi yang rolls sepanjang paha saat di ranjang
24

dibuktikan dengan tidak adanya Ukur dan pantau tekanan darah pada fase
kontraktur. Foodtrop akut atau hingga stabil. Ubah posisi
Meningkatkan kekuatan tidak secara perlahan
terpengaruh/ kompenssi bagian tubuh Inspeksi kulit setiap hari. Kaji terhadap
Menunjukan teknik eprilaku yang area yang tertekan dan memberikan
meingkinkan dimulainya kembali perawatan kulit secara teliti
kegiatan Membantu mendorong pulmonary
Mobility (0208) hygiene seperti napas dalam, batuk,
Keseimbangan terjaga suction
Koordinasi terjaga Kaji dari kemerahan, bengkak/ketegangan
Bergerak dengan mudah otot jaringan betis
Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak mampu
menggerakan leher.

Domain 12: Comfort

Class 1. Physical Comfort

NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam Kaji rentang gerak leher klien
memberikan kenyamanan gerak leher Memberi helth education kepada pasien
pada klien dengan kriteria Hasil : mengenai penurunan fungsi gerak leher
Klien dapat menggerakan leher secara Kolaburasi dengan fisioterapi
normal Mengetahui kemampuan gerak leher klien
Klien dapat beraktifitas secara normal Membantu pasien untuk dapat menerima
kondisi yang dialami
Terapi dapat membantu mengembalikan
gerak leher klien secara normal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny. Cika Saraumpet Dengan Diagnosa Medis Tumor Otak
Di Ruang Anggrek

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Cika Saraumpet
Tanggal Lahir : Cianjur 28 Mei 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jln. K.H Dewantara
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : S1
No.RM : 102709
Diagnosa Medis : Tumor Otak
Tanggal Masuk : 27 Oktober 2019 jam 08:00 WIB
Tanggal Pengkajian : 27 Oktober 2019 jam 09:00 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Usman Syarifudin
Tanggal Lahir : Garut 17 April 1970
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jln. K.H Dewantara
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : S2
Hubungan Dengan Klien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri kepala

13
14

b. Keluhan Utama
Pada tgl 27 Oktober 2019 pukul 08:00 WIB pasien datang ke Rumah
Sakit diantar dengan suaminya, pasien mengeluh 3 bulan terakhir sering sakit
kepala, sakit kepala dirasa seperti dihantam oleh benda tumpul. Nyeri kepala
dirasakan diseluruh kepala dengan skala nyeri 5 dari 0-10. Nyeri dirasakan
setiap saat dan akan memburuk ketika bangun tidur ataupun membungkuk.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini, pasien pun
mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun menderita penyakit
kanker maupun TBC.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit
yang serupa yaitu tumor otak ataupun penyakit parah yang lain seperti
sindrom Strurge-Webe, kanker ataupun TBC.
e. Genogram

Suami
50 Thn
50 T

Anak
17 Thn

= Meninggal pada usia 65 Tahun akibat serangan jantung

= Meninggal pada usia 40 Tahun akibat gagal ginjal

= Pasien berusia 45 tahun

= Tinggal serumah
15

3. Pengkajian Saat Ini

Tabel 2.1 Pengkajian Saat Ini

Sebelum Sakit Selama Sakit


Pola Pengkajian
Pasien dapat bernafas Pasien mengatakan tidak ada
Pola Pernafasan dengan normal keluhan sesak nafas
Pasien makan 3x sehari 1 Pasien makan 1-2x sehari 1
porsi habis dan minum air porsi tidak habis dan
Pola Nutrisi putih 5-8 gelas per hari minum air putih 4-7 gelas
per hari
BAB : 1 x sehari, lembek, BAB : 1x 3 hari, lembek
berbau dan berwarna kuning agak padat, berbau dan
kecoklatan berwarna kuning kecoklatan
Pola Eliminasi BAK : 5-6x sehari, bau BAK : 5-6x sehari, bau khas,
khas, bening kekuningan, bening kekuningan, tidak
tidak berbusa berbusa
Pasien dapat bergerak dan Pergerakan dan
beraktivitas pada umumnya keseimbangan pasien
tanpa dibantu sedikit terganggu karena
Pola Gerak dan
Keseimbangan sering mengeluh nyeri
kepala dan pandangan
kabur
Pasien dapat tidur 7-8 jam Pasien tidur 5-6 jam
perhari dengan nyenyak perhari dengan kualitas
Pola Istirahat dan
Tidur tidur tidak nyenyak karena
sering nyeri kepala
Pasien mandi 2x sehari dan Pasien mandi 2x sehari,
rajin menggosok gigi kadang dibantu oleh suami
Pola Personal
maupun menggunting kuku
Hygiene
secara mandiri
Pasien beragama islam dan Pasien masih mampu untuk
sering melaksanakan ibadah beribadah namun dalam
Pola Spiritual
sebanyak 5 waktu posisi duduk
16

Pasien tidak pernah merasa Pasien tampak lebih cemas


cemas mengenai penyakit dan takut teradap
Pola Persepsi Diri penyakitnya, dan sering
bertanya
Pasien dapat berkomunikasi Pasien sangat kooperatif
baik dengan semua anggota dengan tim kesehatan lain
Pola Peran
keluarganya, lingkungan dan sering berkomunikasi
Hubungan
rumah dan kerja baik dengan orang lain

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 100/80 mmHg RR : 20x/mnt
N : 60x/menit S : 37’C
BB : 50 kg TB :165 cm
5. Pemeriksaan Persistem
a. Sistem Integumen
Tidak ditemukannya luka ataupun memar pada kulit, turgor kulit sedang
dengan tekstur halus sedikit kering, peka terhadap sentuhan dan tidak
menampakan sianosis.
b. Sistem Neurologis
Tingkat kesadaran composmentis dengan GCS 15, tidak mengalami riwayat
trauma apapun, wajah dan leher tampak simetris.
c. Sistem Penglihatan
Tidak menggunakan alat bantu berupa kacamata, posisi mata simetris,
konjungtiva tampak merah muda dengan sclera putih, kornea jernih, pupil
isokor, pupil membesar saat diberi reflek cahaya, medan lapang pandang
sedikit menyempit, alis mata simetris, tidak pernah mederita penyakit mata
seperti katarak ataupun glikoma.
d. Sistem Saraf Pusat
Pasien mengalami kecemasan setelah tau penyakitnya, pernah sempat menarik
diri namun berkat dukungan keluarga koping stress pasien dapat teratasi,
mampu mengingat memori jangka panjang maupun pendek, psiko motor
ataksia.
17

e. Sistem Gastrointestinal
Mulut bersih, tidak ada karies atau karang gigi, selera makan menurun karena
mual hingga muntah, reflek menelan baik, mukosa mulut berwarna merah
muda tidak ada lesi maupun radang. Abdomen berukuran datar simetris bising
usus 12x/ menit, tidak ada nyeri.
f. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam bergerak untuk menyeimbangkan keseimbangan tubuh,
tidak ada nyeri pada tulang maupun sendi, tidak ada fraktur ataupun kelainan
tulang dan sendi.
6. Pemeriksaan Penunjang
b. Hasil CT Scan pada tgl 27 Oktober 2019 menunjukan bahwa terdapat benjolan
berdiameter 2cm pada cerebellum pasien.
c. Hasil foto rontgen dada polos pada tgl 27 Oktober 2019 menunjukan bahwa
tidak ada tanda-tanda penyakit TBC pada pasien.

B. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


DS : Pasien Peningkatan tekanan intra Nyeri akut
mengatakan nyeri cranial
kepala.
Skala nyeri : 5 (0-10)
DO : Pasien terlihat
1 meringis kesakitan
dan tampak
memegang kepalanya
N : 60x/menit
TD : 100/80 mmHg
R : 20x/menit
DS : Pasien Gangguan penglihatan Resiko jatuh
2 mengatakan (Kompresi saraf optic)
pandangannya sering
18

kabur
DO : Keseimbangan
pasien tampak
terganggu dengan
kekuatan otot
5 5
5 5
DS : Pasien mual dan Mual muntah Ketidakseimbangan
tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
DO : Pasien tampak kebutuhan tubuh
3 tidak bertenaga dan
terlihat kurus dengan
IMT : 18,3

DS : Pasien Kurang informasi Ansietas


mengatakan cemas
dengan penyakitnya
4
DO : Pasien tampak
banyak bertanya dan
terlihat cemas

C. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.3 Diagnosa Keperawatan

No Tanggal Diagnosa TTD


27 Oktober Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
1
2019 tekanan intra cranial.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
27 Oktober
2 kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
2019
muntah.
27 Oktober Ansietas berhubungan dengan kurang
3
2019 informasi.
27 Oktber Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan
4
2019 penglihatan (Kompresi saraf optikus).
19

D. Asuhan Keperawatan
Tabel 3.4 Asuhan Keperawatan

No. DX Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut berhubungan Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x
dengan peningkatan
24 jam nyeri dapat berkurang
tekanan intra cranial. Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Rencana Tindakan : 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan nyeri
1. Monitor skala nyeri (09:00) diarea kepala seperti dihantam
benda tumpul.
Skala nyeri 5 (0-10)
O : Pasien tampak meringis
kesakitan dengan memegang
kepalanya
2. Ajarkan teknik relaksasi 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan nyerinya
(09:00) sedikit berkurang setelah
melakukan teknik relaksasi
Skala nyeri 4 (0-10)
O : Pasien tampak lebih relaks
dan sangat kooperatif
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan nyerinya
analgetik (09:10) sudah berangsur hilang
Skala nyeri 3 (0-10)
O : Pasien tampak lebih baik dan
tidak meringis kesakitan lagi
TD :120/80 mmHg
20

N : 60x/menit
R : 15x/menit
2 Ketidakseimbangan Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
nutrisi kurang dari
1x24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai
berhubungan dengan
dengan tujuan
mual muntah. 2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Menunjukan peningkatan fungsi pengecap
dari menelan
Rencana Tindakan : 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan merasa
1. Monitor turgor kulit (09:00) lemah dan sempat muntah tadi
pagi
O : Pasien tampak tidak bertenaga
dan letih, turgor kulit sedang
2. Monitor bb pasien 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan BBnya
(09:00) turun 5 Kg semenjak 3 bulan
terakhir
O : Pasien tampak lebih kurus
BB 50 Kg
3. Berikan makanan sedikit namun sering 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan bisa
(12:00) memakannya meskipun masih ada
rasa mual
O : Pasien tampak memakannya
meskipun 5 sendok makan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan suka
menentukan menu makanan yang sesuai (10:00) makanan pedas dan akan
memakannya
O : Pasien tampak bersemangat
saat menentukan menu makan
dengan ahli gizi
21

3 Ansietas berhubungan Tujuan :


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x
dengan kurang
24 jam ansietas dapat berkurang
informasi. Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2. Mengungkapkan dan menunjukan teknik
untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan.
Rencana Tindakan : 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan baru
i. Jelaskan semua prosedur dan apa yang (09:00) pertama kali dirawat di rumah
dirasakan selama prosedur sakit
O : Wajah pasien tampak lebih
tenang saat dijelaskan mengenai
prosedur yang akan diberikan
ii. Dengarkan dengan penuh perhatian 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan takut dan
(09:00) merasa khawatir dengan
pengobatan yang akan dijalankan
akibat stigma yang diketahui
pasien
O : Pasien tampak lebih tenang
saat setelah mengungkapkan
kekhawatirannya dengan vital
Sign stabil
22

4 Resiko jatuh Tujuan :


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x
berhubungan dengan
24 jam resiko jatuh dapat diatasi
gangguan penglihatan Kriteria Hasil :
1. Keseimbangan : kemampuan untuk
(Kompresi saraf
mempertahankan ekuilibrium
optikus). 2. Lingkungan aman
3. Tidak ada kejadian jatuh
Rencana Tindakan : 27 Oktober 2019 S : Pasien paham dan baru
1. Ajarkan pasien bagaimana jatuh untuk (13:00) mengetahui ada cara jatuh yang
meminimalkan cedera baik dan benar
O : Pasien tampak kooperatif
dengan semua penjelasan perawat
2. Mendorong pasien untuk menggunakan 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan mau untuk
tongkat atau alat bantu berjalan (13:00) menggunakan kursi roda
O : Pasien tampak ragu-ragu
untuk menggunakan alat bantu
berjalan meskipun pada akhirnya
mau
3. Membantu ke toilet seringkali, interval 27 Oktober 2019 S : Pasien mengatakan biar
dijadwalkan. (13:00) suaminya atau keluarganya saja
yang mengantar ke toilet
O : Pasien tampak malu saat
ditawari diantar ke toilet
23

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan

E. Catatan Perkembangan
Dinas Pagi Tanggal 27 Oktober 2019

No Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1 Nyeri akut berhubungan dengan 17:00 1. Memonitoring skala nyeri S : Pasien mengatakan
kepalanya masing sering sakit,
peningkatan tekanan intra cranial 2. Mengajarkan teknik relaksasi
sakit dirasakan hilang timbul
3. Berkolaborasi dengan dokter O : Wajah pasien tampak
menahan sakit
dalam pemberian analgetik
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang 17:00 1. Memonitoring turgor kulit S : Pasien mengatakan sudah
mau makan meskipun sedikit
dari kebutuhan tubuh berhubungan 2. Memberikan makanan sedikit
O : pasien tampak lebih
dengan mual muntah. namun sering bertenaga

3 Ansietas berhubungan dengan 17:00 1. Menjelaskan semua prosedur S : Pasien mengatakan masih
dan apa yang dirasakan takut dengan penyakitnya
kurang informasi.
selama prosedur O : Pasien tampak sering
2. Mendengarkan dengan penuh bertanya
perhatian
4 Resiko jatuh berhubungan dengan 17:00 1. Mengajarkan pasien S : Pasien mengatakan masih
bagaimana jatuh untuk sering pusing dan badannya
gangguan penglihatan (Kompresi
meminimalkan cedera tidak seimbang
saraf optikus). 2. Mendorong pasien untuk O : Keseimbangan pasien
menggunakan tongkat atau terganggu
alat bantu jalan
BAB IV
EVIDENCE BASED PRACTICE

Karakteristik Klinik dan Histopatologi Tumor Otak di Dua Rumah Sakit di Kota
Bandar Lampung

Abstrak

Tumor otak adalah tumor yang menyerang otak, baik dari otak itu sendiri, central nervus
system, maupun selaput pembungkus otak (selaput meningen). Tumor otak merupakan
penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39
tahun. Namun di Indonesia masih minim data mengenai tumor otak terutama di Bandar
Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui karakteristik klinik dan
histipatologi tumor otak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Sampel merupakan data seluruh pasien tumor otak yang terdiagnosis secara
histopatoligi. Selama periode 2009-2013 terdapat kasus 173 kasus. Dari 173 kasus secara
keseluruhan diketahui bahwa wanita lebih banyak terkena tumor otak dibanding pria dengan
perbandingan 1,8:1. Selain itu diketahui bahwa meningioma merupakan tumor terbanyak
dengan kasus 100 kasus dari 173 kasus (57,8%) diikuti oleh astrositoma dengan 50 kasus
(28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal (30,1%). Kasus tumor otak meningkat
pada rentang usia 30-34 tahun (9,2%) dan mencapai puncak pada 40-44 tahun (17,9%)
kemudia terjadi penurunan kasus pada usia lebih tua. Sebagian besar kasus tumor otak dari 82
sampel yang memiliki data mengenai tanda dan gejala sebanyak 69 (84,1%) kasus
mengeluhkan sakit kepala. Sebanyak 95,1% dari 82 kasus-kasus menjalani terapi bedah tanpa
kombinasi.

Kata Kunci : Karakteristik histopatologi, karakteristik klinik tumor otak.

Pendahuluan

Tumor otak primer adalah tumor otak yang tumbuh langsung dari jaringan
intracranial, baik dari otak itu sendiri, central nervus system, maupun selaput otak (selaput
meningen) (American Brain Tumor Association (ABTA), 2012)). Tumor otak merupakan
penyebab kematioan kedua pada kasus kanker yang terjadi pada anak-anak yang berusia
dibawah 20 tahun. Tumor otak juga merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua

24
25

kasus kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selain itu tumor otak
merupakan penyebab kematian nomor lima dari seluruh pasien kanker pada wanita yang
berusia 20-39 tahun (ABTA,2012).

Tumor otak terus mengalami peningkatan insidensi selama satu decade terakhir di
beberapa Negara. Angka harapan hidup penderita tumor otak seperti glioma dipengaruhi
beberapa factor, yaitu usia, stadium, jenis histo PA, ada atau tidaknya deficit neurologi dan
modalitas terapi (Satria, 2001).

Di Bandar Lampung sendiri belum ada pendataan yang pasti mengenai jumlah kasus
tumor otak dilihat secara klinis maupun histology. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik klinik dan histipatologi kasus tumor otak di RSUD Abdul Moeloek dan RS
Imanuel Bandar Lampung periode Januari 2009-Oktober 2013.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.


Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) dan
Rumah Sakit (RS) IManuel Bandar Lampung selama satu bulan.

Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh kasus penderita tumor otak di
RSUDAM dan RS Imanuel. Sampel penelitian merupakan data yang memenuhi criteria
inklusi yaitu merupakan kasus tumor otak yang terdiagnosis secara histopatologis, melakukan
pemeriksaan CT Scan untuk menentukan lokasi tumor, dan teregistrasi di bagian Rekam
Medik RSUDAM dan RS Imanuel. Penelitian ini melihat beberapa variabel yaitu berupa usia
saat didiagnosis tumor otak secara histopatologi, jenis kelamin, tanda dan gejala, modalitas
terapi yang diterima, lokasi tumor dan tipe tumor secara histopatologi berdasarkan panduan
WHO 2007.

Penelitian ini diawali dengan permohonan izin meneliti di RSUDAM dan RS Imanuel
pengajuan penelitian ke komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Kemudian
dilakukan penelusuran data di dua rumah sakit tersebut. Penelusuran dimuali dari pencarian
nomor rekam medic di bagian patologi anatomi dan bagian bedah saraf. Lalu dilakukan
pengumpulan data dari status rekam medic dan pengumpulan slide dari masing-masing
laboratorium untuk dilakukan review mengenai jenis histopatologi tumor otak oleh peneliti
dengan bimbingan dokter patologi anatomi. Setelah semua data terkumpul, dilakukan
pengolahan data menggunakan software pengolahan data dan program Microsoft excel.
26

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Hasil

Dari hasil penelusuran diperoleh data mengenai jumlah penderita yang terdiagnosis
tumor otak secara histopatologi sebanyak 173 kasus. Dari 173 kasus tersebut dapat diperoleh
data mengenai usia, jenis kelamin, lokasi tumor, dan tipe tumor. Namun hanya 82 kasus yang
memiliki data tambahan berupa tanda dan gejala dan modalitas terapi. Setelah dilakukan
pengolahan data diperoleh hasil untuk tiap-tiap variabel seperti berikut :
c. Usia
Dari hasil penelitian didapatkan hasil seperti terlihat pada Grafik 1. Dari Grafik
tersebut diketahui bahwa dari 173 penderita tumor otak, terjadi peningkatan kasus pada
rentang usia 30-34 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 40-44 tahun. Setelah itu
terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan mulai dari kelompok usia 55 tahun. Dapat
dikatan bahwa dari hasil penelitian, puncak kasus tumor otak berada pada decade lima
kehidupan.

Gambar 4.9 Grafik 1. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Usia


27

d. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian dari 173 kasus diketahui perbandingan antara penderita pria
dan wanita 1:1,8. Bila digrafikkan dengan diagram lingkaran terlihat seperti grafik 2

Gambar 4.10 Grafik 2. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Jenis Kelamin

e. Tanda dan Gejala


Dari hasil penelitian diketahui penderita tumor otak datang ke rumah sakit tidak
hanya dengan satu tanda dan gejala yang ditemukan oleh petugas kesehatan. Dari 82
kasus yang memiliki data mengenai tanda dan gejala dari tumor otak didapatkan bahwa
sakit kepala merupakan gejala yang paling banyak muncul.

Gambar 4.11 Grafik 3. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Tanda dan Gejala
28

f. Lokasi Tumor
Berdasarkan hasil CT scan penderita tumor otak dari 173 kasus yang ditemui dari
periode 2009-2013 diketahui bahwa tumor otak sebagian besar tidak hanya terletak di
satu bagian otak. Hasil penelitian jumlah kasus tumor otak berdasarkan lokasi dapat
dilihat pada Grafik 4.

Gambar 4.12 Grafik 4. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Lokasi Tumor

g. Modalitas Terapi
Dari 82 kasus yang memiliki data mengenai terapi yang diterima oleh penderita
tumor otak diketahui penderita yang menjalani terapi bedah mencapai 95,1% seperti
terlihat pada Tabel 1. Sedangkan sisdanya menjalani terapi bedah dikombinasikan
dengan kemoterapi pada kasus glioma, low grade astrositoma, astrisitoma atipika.
Sedangkan terapi bedah yang dikombinasikan dengan radioterapi dilakukan pada kasus
NOS astrositoma.

Gambar 4.13 Tabel 1. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Modalitas Terapi


29

h. Tipe Tumor
Dari hasil penelitian diketahui bahwa meningioma merupakan tumor terbanyak
yang terdapat di dua rumah sakit di Bandar Lampung dan derita oleh 100 kasus (57,8%)
dari tital 173 penderita tumor otak. Selain itu terdapat 50 kasus (28,9%) penderita
astrositoma.

Gambar 4.14 Tabel 2. Distribusi Tumor Otak Berdasarkan Tipe Tumor

Pembahasan

Berdasarkan kelompok usia, makin tua usia responden risiko terkena penyakit tumor
atau kanker makin tinggi, yang mencapai puncaknya pada usia 35-44 tahun (Oemiwati,
Rahajeng dan Kristanto, 2011). Dari hasil penelitian diketahui bahwa penderita tumor otak
paling banyak berusia 40-44 tahun. Hasil ini sesuai dengan hasil registry dari Central Brain
Tumor United States (CBTRUS). Data hasil registry tumor otak yang dilakukan BTRUS
tahun2004-2008 didapatkan hasil bahwa tumor otak paling banyak pada usia 20-44 tahun.
Selain itu hasil penelitian dari Baldi et al. (2011) juga menyatakan bahwa kasus tumor otak
terbanyak di 25 kota di Perancis selama periode tahun 2000-2007 terjadi pada penderita
berusia 35-64 tahun. Seperti halnya hasil studi epidemiologi tumor otak di Iran oleh Jazayeri
30

et al. (2013) mean ±SD keseluruhan kasus tumor otak di Iran dari tahun 2000-2009 yaitu
40,7±19,8.

Berdasarkan Grafik 2 diketahui bahwa jumlah pria lebih sedikit daripada wanita
dengan perbandingan 1:1.8 data penelitian di Korea Selatan oleh Kyu Won Jung et al
didapatkan penderita tumor otak pada pria ada 3.270 penderita (37,4%) sedangkan pada
wanita sebanyak 2.923 penderita (41,6%). Penelitian dari Katchy et al di Kwait juga
mendapatkan hasil akhir bahwa secara keseluruhan bahwa wanita lebih banyak dari pada pria
(51% dan 49%). Hasil serupa juga ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Kohler et al
dan pada Dobes et al di Australia menunjukan bahwa penderita pria 49% dan wanita 51%.
Penderita tumor otak di Georgia dari Maret 2009-2011 juga lebih banyak wanita (56%) dari
pada pria (44%) (Gigineishvili et al., 2013).

Manifestasi klinis tumor otak sebenarnya terganung dari lokasi, tipe histology dan laju
pertumbuhan tumor ( Alajbegovic et al., 2009). Berdasarkan teori, terdapat tiga kelompok
tanda dan gejala dari tumor otak yaitu peningkatan tekanan intracranial, kejang dan deficit
neurologi fokal. Tanda cardinal yang penting dari peningkatan tekana intracranial adalah
sakit kepala dan papilloedema. Sakit kepala akibat peningkatan intracranial bukan berupa
sakit kepala yang sangat berat namun terasa diseluruh bagian otak dan memburuk pada pagi
hari ketika bangun tidur (Wilkinson & Lennox, 2005). Papilloedema sendiri dapat timbul
pada peningkatan tekanan intracranial atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor
secara langsung (Mardjono & Sidartha, 2009).

Menurut data statistika dari CBTRUS dari tahun 2004-2008, meningen (34,3%)
adalah lokasi paling banyak yang ditempati oleh tumor otak, diikuti oleh lobus frontal (9,1%),
temporal (6,*8%), parientak (4,5%), baru oksipital (1,3%). Urutan tersebut tidak berubah
pada data statistika CBTRUS dari tahun 2005-2009 yang dilaporkan oleh Doelecek et al
begitu pula laporan data statistika dari tahun 2006-2012 oleh Ostrom et al. (2013). Pada
penelitian oleh Sigh di Medan mendapatkan hasil bahwa lokasi tumor otak tersering pada
pasien di RS Haji Adam Malik Medan berada di serebelum (20,8%), sudut serebelopontin
(18,9%), lobus parientalis (17,0%), dan lain-lain.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa 95,1% kasus tumor otak menjalani operasi
sebagai terapi. Pada penelitian sebelumnya oleh Parker et al. (2010) diketahui bahwa
tindakan operatif dengan reseksi total merupakan pilihan pertama yang dilakukan pada
penderita tumor otak.
31

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa meningioma merupakan tumor otak yang paling
banyak terjdai. Pada kasus meningioma 80% penderita adalah wanita dan 20% pria.
Peningkatan risiko meningioma terjadi pada wanita post menopause yang menggunakan
terapi hormonal, baik kontrasepsi mauoun hormone replacement therapy (HRT), dalam
jangka waktu 10 tahun lebih (Wigertz et al., 2006; Korhonen et al., 2012).

Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah meningioma merupakan tumor terbanyak
yang tejadi di Bandar Lampung dengan lokasi tumor terbanyak di daerah frontal dan gejala
terbanyak yang muncul dan membuat penderita data berobat adalah sakit kepala dalam waktu
yang lama. Tumor otak banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rentang usia
40-44 tahun merupakan usia sebagian besar kasus tumor otak. Pada 95,1% penderita tumor
otak menjalani tindakan operatif sebagai terapi sekaligus diagnosis pasti. (Sari EDY, 2013)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
1. Mahasiswa
Untuk lebih rajin lagi mencari referensi mengenai materi terutama tumor
otak karena perkembangan ilmu pengetahuan terutama pengetahuan kesehatan itu
sangat pesat perkembangannya.
2. Pembaca
Untuk lebih mewaspadai perihal gejala-gejala tumor otak yang tidak bisa
disepelekan, dan lebih memperhatikan lingkungan sekitar apabila ada penderita
tumor otak yang tidak disadari sebelum terlambat.

32
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu. (2016, 21 Maret). Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak . Diakses
Pada tanggal 1 Oktober 2019 dari
https://www.academia.edu/27325844/Asuhan_Keperawatan_Klien_dengan_Tumor_O
tak_Gliosblastoma_Meningioma_dan_Cerebral_Metastase_

Academia.edu. Laporan Pendahuluan Tumor Otak. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2019,dari
https://www.academia.edu/12864567/LAPORAN_PENDAHULUAN_TUMOR
OTAK

Academia.edu. A.Anatomi dan Fisiologi Otak. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2019, dari
https://www.academia.edu/10041909/A._ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_OTAK

(2011). Retrieved from https://terapimusik.com/anatomi_otak.htm

(2013, April 11). Retrieved from https://savingeneration.wordpress.com/2011/04/13/kanker-


otak/

Amin Huda Nurarif, S., & Hardhi Kusuma, S. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:
Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta.

Kusuma, A. H. (2015). APlikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.

Pack, P. E. (2010). In Anatomi dan Fisiologi (p. 122). Bandung: PT Intan Sejati.

Pearce, E. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Sari EDY, W. I. (2013). Karakteristik Klinik dan Histopologi Tumor Otak di Dua Rumah
Sakit di Kota Bandar Lampung , 48-56.

Susanti, D. (2017, Agustus 31). Academia.edu. Retrieved from


https://www.academia.edu/36553842/Konsep_Dasar_Asuhan_Keperawatan_Fungsi_
Tujuan_dan_Tahapan_Penting_dalam_ASKEP_Lengkap_Dengan_Contoh_Kasus

Typoonline. (2018, Februari 21). Retrieved from https://blog.typoonline.com/gangguan-


kognitif-berbahasa-disekitar-kita/

33
34

Anda mungkin juga menyukai