Disusun Oleh:
ERINE FIBRIANI
P17 2121 95 040
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis
Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) di ruang 19 RSU Dr. Saiful Anwar Malang ini telah diperiksa
dan disetujui pada:
Hari : ……………………………………….
Tanggal : ……………………………………….
Mahasiswa,
Profesi Ners Politeknik
Kesehatan Kemenkes
Malang,
(Erine Fibriani)
NIM. P17212195040
(…………………………)
(…………………………)
Mengetahui,
Kepala Ruang 19
RSU Dr. Saiful Anwar
Malang
(…………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
5. Menurut keadaannya :
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan panas
serta terasa sakit yang bertambah hebat.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria. Sedangkan menurut Long
(1996),gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
1. Nyeri
2. Peradangan
3. Edema
4. Pendarahan
5. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
6. Retensi urin
7. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
E. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hernia, pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaringdan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihatkita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari
keannulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akansangat
sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada
cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissuedapat dirasakan pada
tonjolan di kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapatdidiagnosa.
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama.
Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.
F. Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,
dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring. Sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang
bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.
G. Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan
pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan
jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka ituhernia direct. Jika terasa
pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika
pasien mengedan juga dapat membedakan herniadirect dan hernia inguinalis lateralis. Pada
hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan
hubungan secaraanatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada
kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum
dilakukan operasi.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut : Leukocytosis dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi
akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
J. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Ultrasonografi
dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat pahaatau dinding abdomen dan
juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaituadanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reductionof Hernia En
Masse. adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secaraspontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
K. Penatalaksanaan
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan
secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
a. Herniotomy membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu
pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,
frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan
darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12,
kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala
dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : DL, SE, FH
Rontgen Foto Thorax
EKG
d. Therapi
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan tindakan invasive (HTHR)
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Pasin melaporkan nyeri hilang /terkontrol
- Normal
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan
pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang
perstaltik dan lelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat
meningkatkankoping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.