Anda di halaman 1dari 8

ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO.

1 – JUNI 2019

Pancasila dan Tantangan Masa Kini

Roberto Salu Situru


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia Toraja
robertosalusituru@gmail.com
085255543211

Abstrak
Tulisan ini membahas tentang tantangan yang dihadapi Ideologi Pancasila pada masa kini.
Pancasila sendiri mendapat tantangan yang justru berasal dari dalam negeri sendiri dengan
berbagai masalah seperti menguatnya isu pergantian dasar negara, marak berita hoax yang
mengarah pada politik identitas yang mengancam disintegrasi bangsa. Hasil kajian dari tulisan
ini bahwa pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap persoalan ini, dengan penanaman
nilai luhur Pancasila dan melihat bahwa Pancasila merupakan ideologi terbuka dan ideologi
pemersatu.
Kata kunci: Pancasila, agama, politik identitas, hoax

1. PENDAHULUAN memperhatikan keragaman suku, budaya


Pancasila ialah dasar negara maupun agama, artinya Pancasila adalah
sering juga disebut dengan dasar titik temu dari semua perbedaan yang
falsafah negara (philosophische ada di Indonesia. Namun hal ini kembali
grondslag). Dalam hal tersebut diuji dengan maraknya berbagai bentuk
Pancasila dipergunakan sebagai dasar kekerasan yang terjadi atas nama agama
untuk mengatur pemerintahan negara yang menandakan kemunduran
atau penyelenggaraan negara. Dalam peradaban bangsa Indonesia. Tidak
perjalanan Pancasila mengalami hanya itu, memudarnya nilai-nilai
perkembangan persepsi mulai masa Pancasila juga tergambar dari hilangnya
Orde Baru hingga masa reformasi. Pada semangat saling menghargai dan
masa Orde Baru Pancasila dilaksanakan semangat gotong-royong. Belum lagi,
dengan konsisten dan terarah lewat bahwa adanya organisasi yang jelas
penerapan P4, meskipun dalam menolak keberadaan Pancasila dan ingin
implementasinya masih terdapat menggantikan dengan ideologi lain.
penyimpangan. Namun sejak masa Persoalan tidak hanya muncul dari
reformasi pandangan terhadap Pancasila masyarakat Indonesia sendiri, namun
mulai memudar sebagai buktinya juga dari gelombang globalisasi yang
banyak siswa SD hingga perguruan masuk bagaikan angin yang tidak
tinggi tidak mengetahui sejarah dan terlihat namun dirasakan. Anak-anak
makna dari nilai Pancasila serta adanya mulai tumbuh dengan kemajuan dan
ormas anti Pancasila. akses teknologi tanpa kontrol, gaya
Seiring dengan berjalannya waktu hidup hedonisme, maraknya berita hoax,
Pancasila terus mendapat ancaman dan kenakalan lainnya. Pancasila
disintergrasi bangsa. Pancasila dibentuk sebagai way of life tidak lagi menjadi
berdasarkan kesepakatan bersama yang panutan meskipun negara Indonesia

ISSN 2622 - 0431 34


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

sudah mewajibkan pendidikan Pancasila agama,bahkan dalam sejarah Pancasila


dipelajari dari tingkat SD hingga mencatat adanya perbedaan kelompok
Perguruan Tinggi. Memudarnya nasionalis islami dan nasional sekuler
implementasi nilai-nilai Pancasila dapat untuk menentukan arah pandangan
mengancam disintegrasi bangsa. negara Indonesia. Perdebatan ini
Dalam beberapa kasus di kembali muncul pada saat awal
Indonesia telah terjadi peristiwa reformasi tahun 1998-2002 dimana
pemberontakan yang ingin memisahkan fraksi PPP dan PBB menginginkan
diri dari bangsa ini di antaranya Aceh negara Indonesia menjadi negara yang
dalam Peristiwa Gerakan Aceh berdasarkan agama.1Meskipun demikian
Merdeka, Maluku (RMS) dan juga sampai saat ini Pancasila dan UUD
Organisasi Papua Merdeka (OPM) di 1945 tetap kokoh sebagai dasar negara
Papua. Peristiwa ini disebabkan oleh Indonesia.
berbagai persoalan, salah satunya adalah Saat ini isu pergantian dasar
persoalan implementasi keadilan negara melalui parlemen tidak lagi
ekonomi dan pemerataan pembangunan. didengar namun beberapa gejala tentang
Persoalan ini tentu tidaklah mudah bagi adanya keinginan kelompok masyarakat
pemerintah bahkan penyelesai persoalan untuk mengubah dasar negara mulai
ini selalu dalam on procces artinya muncul seperti misalnya adanya isu
bahwa ancaman memisahkan diri atau negara agama atau ormas yang tidak
mengubah dasar negara bukanlah sebuah berdasarkan Pancasila.2Menurut Santoso
jawaban yang dapat diterima. Maka dari mencatat bahwa pada umumnya ada tiga
itu perlunya peran pemerintah untuk macam yang melatarbelakangi
tetap membakar semangat nasionalisme munculnya kelompok ini adalah:
di tengah keraguan masyarakat terhadap pertama, adanya ketidakpuasan akan
Pancasila. kinerja pemerintah selama ini sehingga
muncul ide untuk membuat ideologi atau
2. METODE visi dan misi yang berbeda dengan yang
Jenis penelitian yang penulis ada sebelumnya. Kedua ketidakpuasan
gunakan adalah kajian literatur dengan terhadap kondisi ekonomi, politik,
merujuk pada beberapa kasus dan survey sehingga mereka ingin membuat suatu
yang pernah dilakukan. Penelitian ini peraturan sendiri dan mengatur
menggunakan pendekatan kualitatif kehidupannya sendiri, ketiga,
yang merupakan penelitian yang bersifat pemahaman terhadap keyakinan tertentu
kontekstual yang berusaha menekankan dan cenderung mengarah pada paham
pada pemaknaan suatu fenomena berbeda, bahkan separatis sehingga
interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu. 1
ValinaSingka Subekti, Menyusun Konstitusi
Transisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
3. PEMBAHASAN Persada,2008)
2
Ulya, Pancasila Simbol Harmonisasi
a. Pancasila dan Agama Antar Umat Beragama di Indonesia,
Sejak dahulu negara ini sudah (Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi
Keagamaanissn 2354-6147 eissn 2476-
dibentuk dari perbedaan suku, ras, dan
9649, 2016) hal 64-74

ISSN 2622 - 0431 35


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

merusak tatanan nilai dan moral yang Pemasalahan yang muncul


ada serta menimbulkan disintegrasi.3 sebenarnya ada dua, pertama adanya
Mengganti atau mengubah dasar keinginan untuk mengganti dasar negara
negara berlandaskan agama, tentu karena ketidakpuasaan terhadap produk
menghadirkan kekuatiran umat hukum yang tidak menyelesaikan
beragama lainnya seperti Kristen, persoalan seperti korupsi, kolosi, dll.
Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Kedua bahwa adanya anggapan bahwa
Mereka berharap adanya jaminan negara memiliki mayoritas agama
perlindungan agar diperlakukan sama terbesar di dunia sehingga terlihat aneh
dan setara akan hak-haknya sebagai ketika tidak berlandaskan agama.
warga negara. Tidak heran jika Persolan ini tidak akan muncul ketika
kelompok minoritas menolak memahami konsep tentang akar
keberadaan negara berlandaskan agama nasionalisme Indonesia yang sejak
karena merasa akan adanya dugaan awal justru didasarkan pada tekad
perlakuan diskriminasi hak. yang menekankan pada pentingnya cita-
Dalam kondisi semacam ini, cita bersama. Kesadaran semacam itu
negara yang mengambil peranan penting jelas terlihat pada semboyan Bhinneka
dalam penegakan ideologi Pancasila. Tunggal Ika yang menekankan pada
Namun tidak hanya itu, perbaikan di pentingnya cita-cita yang sama dan
berbagai sektor harus dilaksanakan sekaligus kemajemukan sebagai perekat
seperti pemerataan ekonomi dan kebangsaan. Pada prinsipnya etika ini
pembangunan inprastruktur. meneguhkan pentingnya komitmen
Pluralitas ini di satu pihak dapat negara untuk memberi ruang
merupakan potensi yang sangat besar bagi kemajemukan pada satu pihak
dalam pembangunan bangsa, namun di dan pada pihak lain tercapainya cita-cita
lain pihak juga merupakan sumber kemakmuran dan keadilan sebagai
potensial bagi munculnya berbagai wujud dari tujuan nasionalisme
5
konflik yang mengarah pada disintegrasi Indonesia.
bangsa.4 Potensi disintegrasi bangsa Pancasila tidak pernah menggeser
yang terus mengancam sebenarnya telah keberadaan konsep mayoritas maupun
terjawab pada nilai-nilai Pancasila yang minoritas, atau konsep perbedaan atau
memuat pandangan kompleksitas, heterogenitas dan pluralisme tetapi hadir
heterogenitas atau pluralitas yang sebagai sebuah konsep ideologi yang
memang disadari sejak awal dapat diterima dan untuk kepentingan
kemerdekaan maupun pasca bersama menuju Indonesia satu
kemerdekaan. sebagaimana tujuan pada sila ketiga “
Persatuan Indonesia”. Dalam
implementasinya Indonesia telah
3
Santoso, A. L. Sejarah Terlengkap memberikan hak-hak istimewa kepada
Gerakan Separatis Islam. (Yogyakarta:
5
Palapa,2014) hal. 294-295 Abd Mu’id Aris Shofa,Memaknai Kembali
4
Ristina, Pancasila dan Berbagai Multikulturalismeindonesia Dalam Bingkai
Permasalahan Aktual (Jawa Tengah, Pancasila (Malang,Jurnal Pancasila dan ,
Seminar Nasional Hukum Volume 2 Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1, Juli
Nomor 1 Tahun 2016,) hal 599-610 2016ISSN 2527-7057, 2016 ) hal 34-39

ISSN 2622 - 0431 36


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

beberapa daerah seperti Aceh dan hinaan, negatif campaing, black


Yogyakarta serta otonomi daerah bagi campaign, dikotomi kelompok, isu suku,
kabupaten. Begitu pula dengan adanya ras, agama, dll menjadi perbincangan
pengakuat terhadap keanekaragaman yang mengerikan. Ruang publik yang
suku, ras agama, golongan. Kedua semakin luas dengan kemajuan
bahwa Pancasila dalam sila kelima telah teknologi membuat segala isu tidak lagi
meletakkan salah satu tujuan terkontrol hanya untuk mengait simpati
terbentuknya negara Indonesia yakni masyarakat. Dan yang paling aneh
hadir untuk menciptakan keadilan sosial mereka yang melontarkan isu provokasi
bagi seluruh masyarakat Indonesia. bersumber akun-akun palsu di facebook.
Artinya Pancasila menentang keras berdasarkan data Asosiasi
konsep ketidakadilan yang dirasakan Penyelenggara Jaringan Internet
masyarakat, tinggal peran pemerintah Indonesia (APJII), pada tahun 2017,
sebagai vasilitor dan eksekutor untuk penggunaan internet di Indonesia sudah
mewujudkan keadilan dan kemakmuran mencapai 50 persen dari jumlah
tersebut. penduduk di Indonesia, atau tepatnya
b. Pancasila dan Politik (Berita Hoax berjumlah 143,26 juta jiwa. Tidak heran
dan Politik Identitas) jika hasil Survei Masyarakat Telematika
Tahun 2019 merupakan tahun Indonesia (Mastel) tahun 2017
politik, tahun dengan metode pemilihan menyebutkan bahwa 92,40 persen
serentak yakni pemilihan Presiden, calon saluran penyebaran berita bohong
DPD. DPR, DPRD Tk.1 dan DPRD dilakukan menggunakan media sosial,
Tk.2. Peristiwa ini tentu memakan dengan 91,8 persennya adalah jenis hoax
tenaga, waktu dan pikiran, terlebih yang berhubungan dengan sosial
dengan banyaknya berita politik yang politik.7 Tujuan dari berita Hoax atau
mengarah politik identitas yang dapat berita bohong
memecah bangsa. Hal yang serupa juga 1. Berita Hoax bertujuan untuk
terjadi pada saat pemilihan Gubernur melakukan provokasi massa untuk
DKI Jakarta pada tahun 2017 dimana isu kepentingan politik tertentu
agama sangat kental mewarnai proses 2. Memecah belah masyarakat dan
politik yang terjadi.6 bangsa untuk tidak percaya pada
Dalam pemilihan presiden 2019 sistem politik yang berjalan
diwarnai oleh dua kubu yakni Probowo- 3. Membangkitkan isu SARA yang
Sandiaga Uno dan Joko Widodo-KH. bertujuan mengembangkan opini
Ma’Aruf Amin. Kedua kubu dalam 4. Membentuk polarisasi pada
media sosial (Facebook) dikenal masyarakat
kampret (pendukung Prabowo-Sandi) 5. Tujuan ekonomi yang mengarah pada
dan cebong (pendukung Joko Widodo- penipuan
Amin). Dalam proses ini, media sosial 6. Penguatan politik identitas.
menjadi ruang tanpa batas segala ejekan,

6 7
Arya Fernandes, Politik Identitas dalam htps://www.liputan6.com/news/read/3928
Pemilu 2019:Proyeksi dan Efektivitas ( 845/bamsoet-hoax-dan-ujaran-kebencian-
Jakarta, CSIS ELECTION, 2018) hal 4-10 teror-demokrasi-indonesia

ISSN 2622 - 0431 37


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

Demokrasi dengan sistem pemberitaan tidak benar.


informasi kebablasan menyebabkan Pengembangan ilmu pengetahuan
masyarakat bingung untuk membedakan merupakan senjata utama untuk
mana informasi benar dan salah. generasi muda agar lebih bijak dalam
Dampak yang lebih luas mengarah pada melakukan filterisasi informasi yang
menciptakan interpretasi buruk dan beredar di masyarakat.
menimbulkan disintegrasi di b. Literasi informasi untuk mendidik
masyarakat. Jika persoalan ini dibiarkan masyarakat agar selektif dan cerdas
maka masyarakat akan terarah untuk dalam menerima maupun
tidak percaya pada sistem pemilu atau menyebarkan informasi.
bahkan ketidakpercayaan pada c. Pembinaan keluarga, suka atau tidak
pemerintah. Tidak di napikan bahwa suka pengawasan keluarga terhadap
dapat terjadi kekacauan, anarkisme dan penggunaan teknologi cukup efektif
agitasi. Meskipun dalam Pasal 69 mengingat pengguna media sosial
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 lebih banyak pada usia sekolah baik
telah menyebutkan dengan jelas SD maupun perguruan tinggi
larangan dalam kampanye seperti d. Penegakan hukum dan sosialisasi
menghasut, memfitnah, mengadu domba hukum, penegakan hukum terus
partai politik, perseorangan dan atau digalangkan pemerintah namun
kelompok masyarakat. Regulasi belum memang sulit untuk mengatasi
menjadikan kelompok pembuat hoax banyak akun-akun palsu terus
takut dan khawatir, karena setiap bertambah. Di sisi lain perlu regulasi
informasi mereka kemas dengan baik yang menimbulkan efek jerah.
seolah tidak terjadi suatu rekayasa e. Pembatasan media sosial, hal ini bisa
informasi.8 dilakukan pemerintah jika dianggap
Pemerintah akan lebih rentang perlu. Namun hal terus menuai pro
untuk mendapat masalah justru oleh dan contra oleh karena fungsi media
berita bohong atau tidak benar. sosial juga mempunyai dampak
Pemerintah justru akan kehabisan waktu positif bagi sebagian orang misal
hanya untuk melakukan verifikasi atas untuk berdagang.
semua berita tidak benar. Oleh karena Upaya pencegahan hoax tentu
itu ada beberapa langkah yang perlu harus dibarengi dengan kesadaran para
diambil dalam mengurangi berita hoax, elit politik untuk tidak mengambil
a. Meningkatkan peran lembaga kesempatan dengan berita yang mungkin
pendidikan seperti sekolah dan saja menguntungkan kelompoknya atau
universitas. Peningkatan pendidikan kubunya. Elit politik berfungsi sebagai
membentuk masyarakat yang aktor berada pada garda terdepan
semakin cerdas dan kritis terhadap sebagai pengontrol dan memberikan
pendidikan politik pada masyarakat.
8
Maraknya berita hoax juga tidak
Tri Legionosukodan Setyo Harnowo,
Dynamics Fake News Or Hoax As A Source Of
terlepas dari penguatan politik identitas. 9
Horizontal Conflict
In The Provincial Poverty Of Dki Jakarta 2017
9
(Jakarta,Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik, Secara sederhana politik identitas dapat
2017) hal 111-116 dipahami sebagai suatu tindakan untuk

ISSN 2622 - 0431 38


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

Politik Identitas semakin menguat pada yang kemudian terbukti melakukan


masa pasca orde baru. Kehadiran politik penistaan agama (merujuk pada Putusan
identitas adalah antitesis dari kekuatan Pengadilan). Namun yang menjadi
politik yang sentralistis dan hegemonik pertanyaan besar mengapa isu politik
selama Orde Baru berkuasa.10 Namun identitas berbasis agama muncul juga
pada era demokrasi dengan sistem pada saat Pilpres 2019 yang nota bennya
pemilihan langsung politik identitas kedua pasangan calon berasal dari
sebagai alat yang paling mudah agama yang sama. Dugaan awal sama
digunakan dalam mempremis isu atau dengan yang disebut oleh Pierre yang
mobilisasi massa. Dalam hal ini politik melihat identitas dapat dijadikan sebagai
identitas membawa sentimen negatif alat mobilisisasi.13
terhadap proses pemilu yang terjadi di Pada umumnya, politik identitas
Indonesia, atau terdapat kelompok yang terkait dengan upaya-upaya mulai
mencari perlindungan pada kelompok sekedar penyaluran aspirasi untuk
agama maupun etnistas.11 Kondisi ini mempengaruhi kebijakan, penguasaan
cepat atau lambat akan membahayakan atas distribusi nilai-nilai yang dipandang
posisi pemerintah dalam bangunan relasi berharga hingga tuntutan yang paling
vertikalnya tetapi juga rawan, rentan, fundamental, yaitu penentuan nasib
penuh resiko dan sangat berbahaya sendiri atas asas keprimordialan. Tidak
dalam relasi horizontalnya.12 menutup kemungkinan politik menuntut
Fenomena politik Identitas akan adanya kebijakan dengan
berbasis agama sangat kental pada rana memasukkan kepentingan kelompok
politik nasional maupun lokal utamanya tertentu tanpa harus melihat kelompok-
jika calon bersumber dari 2 agama yang kelompok lainnya. Kepentingan ini bisa
berbeda seperti DKI Jakarta. Ini saja mengarah pada perubahan
dibuktikan pada pemilihan Gubernur fundamental atau perubahan dasar dari
DKI Jakarta 2017 memperlihatkan hasil negara. Muncul berbagai bentuk politik
survey Polmark Indonesia yang Identitas justru akan mengarah pada
dipimpin oleh Eep Saifulah Fatah yang terbentuknya kelompok-kelompok anti
memberikan penjelasan bahwa sebesar Pancasila, Anti pluralisme, dan anti
67,7 % pemilih Jakarta menyetujui demokrasi. Dalam hal Geertz melihat
memilih pemimpin Muslim. Hal ini bisa bahwa adanya ancaman disitegrasi
saja terjadi oleh karena Ahok pada saat bangsa dari politisasi agama.14
itu merupakan tokoh di luar Muslim

13
mementingkan kelompok sendiri diatas Endang Sari,Kebangkitan Politik Identitas
kelompok lain. Islam Pada Arena Pemilihan Gubernur
10
Budiman Sudjatmiko,Politik Aliran dalam Jakarta(Makassar, Jurnal Ilmu Sosial dan
Pancasila: Keniscayaan Sejarah dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016)
Antitesis Fundamentalisme(Jakarta, hal 145-153
Democrasy Projeck, 2012). Hal 73-80
11 14
Henk S Nordholt, dalam Muhtar Haboddin, Siti Faridah, Jerico Mathias, Politisasi
Menguatnya politik Identitas di Ranah Agama Pemecah Keutuhan Bangsa dalam
Lokal ( Malang, Jurnal Studi Pemerintahan Pemilu,(Semarang, Seminar Nasional
Vol.3 No.1, 2012, ) hal 117-130 Hukum Universitas Negeri Semarang
12
ibid Volume 4 Nomor 3, 2018) hal 490-500

ISSN 2622 - 0431 39


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

Perdebatan masalah relasi agama Tantangan Pancasila tentu akan


dan negara sudah pernah terjadi pada terus mengalami dinamika dari dalam
awal kemerdekaan dimana Soekarno dan negeri sendiri sebagaimana dijelaskan
Natsir berdebat tentang masuk tidaknya sebelumnya. Sekarang tugas masyarakat
agama sebagai dasar negara. Soekarno dan terlebih khusus pada tenaga
melihat bahwa agama dan negara pendidik dari tingkat SD hingga
merupakan dua unsur yang harus perguruan tinggi termaksud sekolah
terpisahkan. Agama selalu terkait berbasis agama harus mampu
dengan masalah ritual hubungan dengan memateraikan Pancasila dalam akal dan
Tuhan. Sedangkan pandangan Natsir sanubari. Permasalahan yang ditemukan
yang mewakili kelompok nasionalis bahwa sekolah hanyalah menjadikan
Islami mengarah terciptanya hubungan Pancasila sebagai hafalan tanpa
atau relasi antara agama dan negara. memberikan gambaran makna dan
Menurutnya agama dan negara adalah bagaimana Pancasila di
dua etitas yang tidak dapat dipisahkan implenmentasikan.15 Anak sekolah
sebab agama tidak hanya bicara maupun mahasiswa hanya melihat
hubungan dengan Tuhan tetapi juga pendidikan Pancasila sebagai suatu mata
hubungan dengan sesama manusia pelajaran/kuliah yang pada akhir hanya
dalam sebuah negara. Namun pada akhir kompetisi mencari nilai. Padahal
perdebatan ini mengalami konsensus Pancasila punya makna yang lebih luas
dengan lahir sebuah konsep yang dari sekedar nilai mata pelajaran yakni
diterima bersama untuk semua kalangan makna pemersatu dan kandungan cita-
yang disebut Pancasila. cita negara.
Mengacu pada sejarah Pancasila,
dapat mengambil makna bahwa masalah 2. KESIMPULAN
politik identitas yang kemudian Pancasila merupakan dasar negara
bermuara pada perubahan dasar negara yang lahir dari konsensus para Founding
harusnya tidak lagi jadi perdebatan. Fathers bangsa ini. Pancasila kemudian
Pancasila merupakan simbol pemersatu dijadikan sebagai dasar negara dan
bangsa yang sekira terbentuk dari unsur ideologi negara. Namun Pancasila terus
keTuhanan, budaya dan kultur mengalami tantangan dan rorongan
masyarakat Indonesia. Pancasila hadir dalam berbagai isu, mulai dari adanya
untuk menjamin hak-hak setiap manusia gerakan mengganti dasar negara menjadi
di dalamnya diperlakukan sama dan dasar negara agama, perkembangan
setara yang juga tertuang dalam UUD hoax (berita bohong) hingga mengarah
1945. Maka dari itu Pancasila harus pada politik identitas berbasis agama.
mampu menjadi ideologi terbuka Meskipun demikian Pancasila adalah
ideologi yang dapat menjawab tantangan
masa kini. Tokoh politik, tokoh agama,
tokoh adat, dan tokoh masyarakat harus 15
Natal Kristiono, Penguatan Ideologi
memandang Pancasila sebagai common Pancasila Di Kalangan Mahasiswa
interest yang sekira menjadi alat Universitas Negeri Semarang( Semarang,
pemersatu bangsa. HARMONY VOL.2 NO. 2,) hal 194-200

ISSN 2622 - 0431 40


ELEMENTARY JOURNAL VOL. 2 NO. 1 – JUNI 2019

ideologi pemersatu dimana hak-hak tiap Ilmu Politik Universitas


manusia sama di hadapan negara. Hasanuddin, 2016).
Singka Subekti. Valina, Menyusun
Konstitusi Transisi, (Jakarta: PT
DAFTAR PUSTAKA
Raja Grafindo Persada, 2008).
Faridah Siti, Jerico Mathias. Politisasi Sudjatmiko. Budiman. Politik Aliran
Agama Pemecah Keutuhan dalam Pancasila: Keniscayaan
Bangsa dalam Pemilu. Sejarah dan Antitesis
(Semarang, Seminar Nasional Fundamentalisme (Jakarta,
Hukum Universitas Negeri Democrasy Projeck, 2012).
Semarang Volume 4 Nomor 3, Ulya, Pancasila Simbol Harmonisasi
2018). Antar Umat Beragama di
Fernandes. Arya. Politik Identitas dalam Indonesia, (Jurnal Ilmu Aqidah
Pemilu 2019: Proyeksi dan dan Studi Keagamaan issn 2354-
Efektivitas (Jakarta, CSIS 6147 eissn 2476-9649, 2016).
ELECTION, 2018).
Haboddin Mucthar. Menguatnya politik
Identitas di Ranah Lokal (Malang,
Jurnal Studi Pemerintahan Vol.3
No.1, 2012).
Kristiono. Natal, Penguatan Ideologi
Pancasila Di Kalangan
Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang (Semarang,
HARMONY VOL.2 NO. 2).
Legionosuko, Try dan Setyo Harnowo.
Dynamics Fake News Or Hoax
As A Source Of Horizontal
Conflict In The Provincial
Poverty Of Dki Jakarta 2017
(Jakarta, Jurnal Prodi Damai dan
Resolusi Konflik, 2017).
Mu’id Aris Shofa. Memaknai Kembali
Multikulturalisme Indonesia
Dalam Bingkai Pancasila
(Malang,Jurnal Pancasila dan ,
Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 1,
Juli 2016ISSN 2527-7057, 2016).
Ristina, Pancasila dan Berbagai
Permasalahan Aktual (Jawa
Tengah, Seminar Nasional
Hukum Volume 2 Nomor 1
Tahun 2016).
Santoso, A. L. Sejarah Terlengkap
Gerakan Separatis Islam.
(Yogyakarta: Palapa,2014).
Sari. Endang. Kebangkitan Politik
Identitas Islam Pada Arena
Pemilihan Gubernur Jakarta
(Makassar, Jurnal Ilmu Sosial dan

ISSN 2622 - 0431 41

Anda mungkin juga menyukai