1 PRAKTIKUM 1
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan kebutuhan suhu tubuh akibat patologis berbagai
sistem tubuh
Anamnesis susunan sistem bertujuan mengumpulkan data- data positif dan negatif
yang berhubungan dengan penyakit yang di derita pasien berdasarkan alat tubuh yang sakit.
Anamnesis ini juga dapat menjaring masalah pasien yang terlewatkan pada waktu pasien
menceritakan riwayat penyakit sekarang.
1. Kepala : sefalgia, vertigo, nyeri sinus, trauma kapitis
2. Mata : visus, diplopia, fotofobia, lakrimasi
3. Telinga : pendengaran, tinistus, sekret, nyeri
4. Hidung : pilek, obstruksi, epistaksis, bersin
5. Mulut : geligi, stomatitis, salivasi
6. Tenggorok : nyeri menelan, susah menelan, tonsilitis, kelainan suararan gondok, kelenjar
getah bening
7. Jantung : sesak nafas, ortopnu, palpitasi, hipertensi
8. Leher : pembesaran gondok, kelenjar getah bening
9. Paru : batuk, riak, hemoptosis, asma
10. Gastrointestinal : nafsu makan, defikasi, mual, muntah, diare, konstipasi, obsipasi,
hematemesis, melena, hematoskezia, hemoroid.
11. Saluran kemih : nokturia, disuria, polakisuria, oligosuria, poliuria, retensi urin, anuria,
haematuria
12. Alat kelamin ; fungsi seks, menstruasi, kelainan ginekologik, good Morning discharge
13. Payudara : pendarahan, discharge, benjolan
14. Neurologik : kesadaran, gangguan saraf otak, paralisis, kejang, amestesi, parastesi, ataksia,
gangguan fungsi luhur
15. Psikologik ; perangai, orientasi, anxietas, depresi, psikosis
16. Kulit : gatal, ruam, kelainan kuku, infeksi kulit
17. Endokrin : struma, tremor, diabetes, akromegali, kelemahan umum
18. Muskuloskeletal ; nyeri sendi, bengkak sendi, nyeri otot, kejang otot, kelemahan otot, nyeri
tulang, riwayat gout.
2.1.3 masalah keperawatan pada pasien dengan hipertermi dan hipotermi
Rumusan Masalah
Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus
hipertermi.
Klien
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat, dan
mencegah kasus hipertermi.
Keluarga
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara menangani, merawat,
mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang mengalami kasus
hipertermi.
Penulis
Hipotermi
A. Defenisi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah normal.
( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005)
Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor – faktor
eksternall (http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal
bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C dan diukur melalui ketiak
dengan termometer.
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html).
Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu :
1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 – 36, 5 0 c
2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 – 36 0 c
3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32 0 c
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)
B. Etiologi
Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan
basah atau tidak berpakaian.
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3. BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
4. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.
(http://jhonkarto.blogspot.com/2009/02/bayi-hipotermi.html)
C. Patofisiologi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas.
Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka
akan terjadi penurunan suhu tubuh.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon
untuk menghasilkan panas berupa :
1. Shivering Thermoregulation (ST) yaitu merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil
atau gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation (NST) yaitu merupakan mekanisme yang
dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik
dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme
jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer yaitu merupakan mekanisme yang distimulasi oleh sistem saraf
simpatis,kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk
berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi
aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL (neonatus),
NST (proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari suatu
peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang
tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur
NST selanjutnya akan menurun.
(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 91)
D. Gejala Klinis
Hipotermi ditandai dengan bayi tidak mau minum, kurang aktif, pucat, takipnoe
atau takikardia. Sedangkan hipotermi yang berkepanjangan, akan menyebabkan
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distres respirasi, gangguan keseimbangan asam
basa, hipoglikemia, defek koagulasi, dan pada keadaan yang berat akan menyebabkan
kematian.
(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 93)
D. TIPE DEMAM
1. Demam Intermiten
Yaitu demam yang tinggi berfluktuasi (dapat naik turun) sampai normal. Tipe demam
intermitten biasan terdapat pada penyakit TBC dan malaria.
2. Demam Remiten
Yaitu demam tinggi berfluktuasi namun tidak mencapai normal. Biasanya terdapat pada
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut oleh karena virus, malaria falcifarum, pneumoni
oleh karena kuman mikoplasma.
3. Demam Kontinu
Yaitu demam dengan berfluktuasi tidak lebih 1 derajat Celcius. Terdapat pada penyakit typus,
pneumoni oleh karena kuman pneumokokus.
4. Demam berulang
Demam yang diselingi dengan fase suhu tubuh normal. Demam tipe ini terdapat pada
Limfoma Maligna, demam berdarah dengue (DBD).
1. Hipertermia
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas.
Hipertermia dibagi menjadi dua (2):
§ Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
§ Hipertermian Malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi panas,
yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
2. Hipotermia
Hipotemia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
3. Heatstroke
Heatstroke adalah pajanan yang lama terkena sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi yang dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
A. Pengkalian
§ Riwayat keperawatan.
§ Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri
kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.
B. Diagnosa keperawatan
Pengertian :
Sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh
darah, meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan
memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai
counterirritant.
Tujuan :
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Indikasi :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan
Kontraindikasi :
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran
ke luka terbuka
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive,
bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan
jika orang tersebut hipersensitif.
Persiapan Alat :
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Persiapan Pasien :
Langkah-langkah :
a. Menyiapkan alat dan bahan
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk
menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul pada sarung tangan
di bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan jika es
meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau
handuk. Fiksasi dengan plester se suai kebutuhan.
b. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
c. Memasang perlak dan alasnya
d. Mendekatkan alat dan bahan
e. Memakai sarung tangan
f. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya pada jangka waktu
yang telah ditentukan guna menghindari efek yang mebahayakan dari kompres dingin yang
berkepanjangan
g. Mengucap hamdallah dengan pasien dan berpamitan
h. Membereskan alat- alat
i. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
j. Mencuci tangan
2 TAHAP ORIENTASI
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur
yang akan dilakukan.
Contoh “assalamualaikum bapak/ibu perkenalkan saya perawat...akan
melakukan tindakan pemberian cooler blanket/ selimut dingin yang
bertujuan untuk...”
b. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
c. Ajak pasien berdoa bersama sebelum melakukan tindakan dengan
membaca “bismillahirrohmanirrohim”
3 TAHAP KERJA
k. Menyiapkan alat dan bahan
Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es dicelupkan dulu
ke dalam air untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing.
Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.
Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat
Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul
pada sarung tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kebocoran cairan jika es meleleh.
Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum
dibungkus.
Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa
gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester se suai kebutuhan.
l. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
m. Memasang perlak dan alasnya
n. Mendekatkan alat dan bahan
o. Memakai sarung tangan
p. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dan hanya
pada jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari efek yang
mebahayakan dari kompres dingin yang berkepanjangan
q. Mengucap hamdallah dengan pasien dan berpamitan
r. Membereskan alat- alat
s. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
t. Mencuci tangan
4 TAHAP TERMINASI
EVALUASI
DOKUMENTASI
2. TUJUAN
1. Membantu mempertahankan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Mencegah terjadinya hipotermi
3. PROSEDUR
NILAI
NO. TINDAKAN
YA TIDAK KET
A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Warmer Blanket
2. Warming unit
B. Persiapan Klien
1. Cuci tangan (sesuai SOP cuci tangan)
2. Sampaikan salam (sesuai SOP komunikasi
terapeutik)
3. Jelaskan prosedur kepada klien untuk
mengurangi kecemassan dan
mengharapkan kerjasama dari klien dan
kontrak waktu
C. Persiapan Lingkungan
1. Mengatur lingkungan klien, memasang
sampiran
D. Kerja
1. Mencuci tangan
2. Pasang warmer blanket diatas tempat tidur
pasien
3. Rapikan sebelah kanan dan kiri warmer
blanket
4. Tidurkan pasien diatas warmer blanket
5. Hubungkan slang warmer unit dengan
warmer blanket
6. Nyalakan mesin warmer unit dan atur
suhunya
4. EVALUASI
8.1. Mencatat tindakan pemasangan warmer blanket.
8.2. Mengobservasi respon klien selama tindakan.
5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak
mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.
C. Konsep dan Tehnik Pemberian Obat Melalui Oral, Sublingual dan Bukal
1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dan tempatnya.
3) Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat
tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
- Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat
dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
- Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
- Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
6) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Melalui Sublingul
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya
baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena
tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu
dipikirkan.
a. Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut
seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat
belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
3. Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat
diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal
dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora,
dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.
c. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
d. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai
habis diabsorbsi seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat
belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
F. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit, Mata, Telinga dan
Hidung)
1. Pemberian Obat Pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya dikulit
yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi
kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti
krim, losion, aerosol dan spray.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).
2) Pinset anatomis.
3) Kain kasa.
4) Kertas tisu.
5) Balutan.
6) Pengalas.
7) Air sabun, air hangat.
8) Sarung tangan.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan dan
mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati.
8) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata digunakan untuk
persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi
lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb.
2) Pipet.
3) Pinset anatomi dalam tempatnya.
4) Korentang dalam tempatnya.
5) Plester.
6) Kain kasa.
7) Kertas tisu.
8) Balutan.
9) Sarung tangan.
10) Air hangat/ kapas pelembab.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
atas tulang orbita.
7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes
mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak mata
kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.
Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat
pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan merenggangkan
kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah, waktu dan tempat pemberian.
3. Pemberian Obat pada Telinga
Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Penetes.
3) Speculum telinga.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada orang
dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosis
pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep pada liang
telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
4. Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat tetes pada hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Pipet.
3) Speculum hidung.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
3) Atur posisi pasien dengan cara:
- Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
- Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
- Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
5) Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang hidung.
6) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
7) Cuci tangan.
8) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.
G. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus / Rectum dan Vagina
1. Pemberian Obat Melalui Rectum
Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat
melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan merangsang buang
air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi untuk
meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat
Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria ini
diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta indikasi pada
pasien yang mengalami pembedahan rectal.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara berlahan
melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang
dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau
serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi lokal.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Sarung tangan
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya.
6) Pengalas
7) Korentang dalam tempatnya
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal
vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
1. Cuci tangan
Langkah cuci tangan adalah rata tata cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk
membersihkan jari – jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta
bakteri jahat penyebab penyakit.
Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang benar:
a) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
g) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian
diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tisu.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan
untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar
memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan
bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.
a) Gaun
Alasan utama memakai gaun adalah untuk melindingi pengotoran pakaian selama kontak
dengan pakaian. Gaun menutup individu pelayanan kesehatan dan pengunjung dari kontak
dengan materi darah yang terinfeksi atau cairan tubuh.
b) Pelindung pernapasan
Gunakan pelindung seluruh wajah (dengan penutup mata, hidung, dan mulut) untuk
mengantisipasi percikan atau semua darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, gunakan
masker juga saat bekerja dengan klien yang ditempatkan pada pencegahan droplet atau darah.
Jika klien berada dalam perlindungan pencegahan udara untuk TB, gunakan masker tipe
respirator yang disetujui OSHA.
c) Pelindung mata
Gunakan baik kacamata khusus atau google ketika melakukan prosedur yang menyebabkan
percikan atau semburan. Kacamata harus disesuaikan dengan wajah sehingga cairan tidak
dapat masuk diantara wajah dan kacamata.
d) Sarung tangan
Sarung tangan membantu untuk mencegah penularan patogen dengan kontak langsung dan
tidak langsung.
Ketika diperlukan alat perlindungan diri lengkat, pertama-tama lakukan cuci tangan,
kemudian pakai gaun, gunakan masker dan kacamata (selama diperlukan), dan diakhiri
dengan memakai sarung tangan.
3. Pemasangan & Pelepasan Sarung Tangan Bersih dan Sarung Tangan Steril
Cara pemasangan dan pelepasan bersih tidak memerlukan prosedur khusus. Pemasangannya
dilakukan seperti memasang sarung tangan pada umumnya, begitu juga saat pelepasan sarung
tangan bersih.
1) Pemasangan
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang di tarik ke atas.
4. Buka pembungkus bagian luar dari kemasan sarung tangan dengan memisahkan sisi -
sisinya
5. Jaga agar sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam pembungkus
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan pada tangan yang
dominan terlebih dahulu
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan pegang tepi mancet sarung
tangan untuk menggunakan sarung tangan dominan
8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari - jari ke dalam mancet
sarung tangan kedua
10. Jangan biarkan jari -jari tangan yang sudah bersarung tangan menyentuh setiap bagian atau
benda yang terbuka
11. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan jatuh ke tangan setelah
pemakaian sarung tangan
12. Setelah kedua tangan bersarung tangan tautkan kedua tangan ibu jari adduksi ke belakang
13. Pastikan setelah pemakaian sarung tangan steril hanya memegang alat - alat steril.
1. Pegang bagian luar dari satu mancet dengan tangan bersarung tangan, hindari menyentuh
pergelangan tangan
2. Lepaskan sarung tangan dengan dibalik bagian luar kedalam, buang pada bengkok
3. Dengan ibu jari atau telunjuk yang tidak memakai sarung tangan, ambil bagian dalam
sarung tangan lepaskan sarung tangan kedua dengan bagian dalam keluar, buang pada
bengkok.
Daftar Pustaka
Aimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental keperawatan, Ed. 7, Vol 1. Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC.
Nasution, Septian. 2012. Prosedur Mengenakan dan Melepas Sarung Tangan [online].
Tersedia: http://septinas.blogspot.com/2012/06/prosedur-mengenakan-melepas-
sarung.html [9 Juni 2015].
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Diposting oleh Unknown di 07.32
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Arsip Blog
▼ 2016 (8)
o ▼ Mei (8)
Teori Hildegard E. Peplau
Sejarah Keperawatan