Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN DESIMINASI AWAL

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN
PERIODE IV
(10–22 Februari 2020)
Angkatan 2015

Disusun Oleh :

Periode IV
KELOMPOK C1

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan akhir praktik klinik Keperawatan Gerontik Pendidikan Profesi Ners


Angkatan 2015 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 10-22 Februari 2020 telah
dilaksanakan sebagai laporan praktik atas nama :
1. Adhe Kukuh S.L. 8. Ika Zulkafika M. 15. Tyas Dwi R. 22. Fina Ainur R
2. Dyah Puddya H. 9. Erlinna Nur S.P 16. Unza Noor 23. Elma Karamy
3. Meidina Dewati 10. Nuril Laily P 17. Fara Farina 24. Ferly Anas
4. Ayu Septia M. 11. Qurrata A’yuni 18. Sagita Wulan S. 25. Rizky Sekartaji
5. Riris Medawati 12. Cherlys Tin L. 19. Ahcmad Fachri 26. Wahyu Agustin
6. Diki Alifta R 13. Malinda Kurnia 20. Dwi Eri Retno 27. Farida Norma
7. Cintya Della 14. Nyuasthi Genta 21. Gali Wulan Sari 28. Ima Matul K.
29. Itsnaini Lina K.
Laporan akhir Praktik klinik Keperawatan Gerontik Program Pendidikan Profesi
Ners ini telah disetujui pada tanggal 20 Februari 2020, oleh:
Pembimbing Akademik:
1 Dr. Makhfudli, S,Kep., Ns., M.Ked
NIP. 197902122014091003 (.............................................)
2 Ferry Efendi, S.Kep., Ns., MSc, PhD
NIP. 198202182008121005 (.............................................)
3 Sylvia Dwi Wahuni, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 198610262015042003 (.............................................)
4 Eka Mishbahatul M.Has, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 198509112012122001 (.............................................)
5 Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 197910132010122001 (.............................................)
6 Dr. Retno Indarwati, S.Kep, Ns.,M.Kep
NIP. 197803162008122002 (.............................................)
Mengetahui,
PJMK Keperawatan Gerontik Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya

Dr. Retno Indarwati, S.Kep, Ns.,M.Kep Septarti Hendartini, S.Sos


NIP 197803162008122002 NIP. 196609181989012002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan desiminasi Praktik Profesi Keperawatan Gerontik
di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tepat pada waktunya. Kami menyadari
bahwa tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi kami
untuk menyusun dan menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini
2. Bapak Kusnanto, S.Kp., M.Kes., selaku wakil dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada kami untuk mengikuti dan menyeleseikan Pendidikan Ners
3. Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah banyak
mendukung sehingga laporan desimininasi ini dapat terselesaikan
4. Segenap dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik profesi ners yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi dengan
penuh kesabaran
5. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang telah memfasilitasi kami
untuk memperdalam ilmu keperawatan gerontik.
6. Segenap perawat dan staff UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang telah
banyak membantu dan memotivasi kami sehingga laporan desiminasi akhir dapat
terselesaikan
7. Rekan-rekan angkatan 2015 Pendidikan Profesi Ners FKp UNAIR Kelompok C1
praktik profesi keperawatan gerontik, yang telah banyak membantu selama proses
penyusunan laporan desiminasi akhir ini
Semoga Allah SWT senantiasa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Surabaya, 10 Februari 2020


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Lansia akan mengalami banyak perubahan fisik dan mental,
kemunduran yang dialami lansia biasanya tampak jelas pada fungsi dan kemampuan
yang pernah mereka kuasai (Wreksoatmodjo, 2014). Selain perubahan fisik,
seseorang yang telah menginjak usia lanjut akan kehilangan peran diri serta
kedudukan sosial yang telah dicapai sebelumnya (Wreksoatmodjo, 2014). Masalah
yang berhubungan dengan lansia adalah masalah kesehatan, baik kesehatan fisik
maupun mental, masalah sosial, ekonomi, dan psikologis dan spiritual (Miller, 2012).
Masalah yang berhubungan dengan lansia dapat merubah kualitas hidup individu,
maka diperlukan beberapa dukungan dari kerabat atau keluarga, masyarakat, fasilitas
kesehatan dan pemerintahan (Miller, 2012).
Tubuh lansia akan rentan terhadap penyakit sehingga dapat menyebabkan
kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme pada sel. Proses ini
menyebabkan adanya penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu akan
terjadi perubahan pada mental, dan psikologis. Lansia juga rentan untuk mengalami
penurunan status sosial ekonomi melalui pensiun dan terjadinya kecacatan (WHO,
2012). Perubahan struktur di dalam keluarga menyebabkan keluarga memandang
bahwa keberadaan lansia di dalam lingkungan keluarga merupakan sebuah beban
Keluarga mengalami kesulitan untuk melakukan pelayanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan lansia dengan kondisi anak-anak begitu sibuk dengan masalahnya sendiri
sehingga mengakibatkan anak-anak secara tidak langsung kurang memperdulikan
keberadaan lansia serta jalinan komunikasi antara orang tua dengan anak semakin
berkurang. Selain itu, terdapat perubahan peran dan fungsi di dalam keluarga,
menyebabkan keluarga lansia memutuskan untuk menempatkan lansia di panti
werdha. (Afrida dkk, 2012). Lanjut usia yang terlantar di wilayah perkotaan
Indonesia yaitu sebesar 13,4% yang tidak mendapatkan perawatan dari keluarga dan
masyarakat (Maryam et al, 2012).
Data tahun 2017 lansia di Indonesia sebanyak 23,66 juta (9,03 %) (Kemenkes
RI, 2016). Data Badan Pusat Statistik 2015 menjelaskan, ada tiga provinsi dengan
persentase lansia terbesar yaitu pada Daerah Istimewa Yogyakarta (13,81%), Jawa
Tengah (12,59%) dan Jawa Timur (12,25%). Data provinsi Jawa Timur lansia usia 60-
64 tahun berjumlah 1.582.165 jiwa dan usia 65 tahun keatas sebanyak 2.901.231 jiwa.
Data tahun 2015, jumlah penduduk lansia di kota Surabaya didapatkan sebanyak
187.995 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2015). Data Badan Pusat Statistik
menunjukkan kondisi sosial lanjut usia di Indonesia masih memprihatikan. Hal
tersebut berkaitan dengan perubahan yang terjadi akibat proses menua dimana lansia
mengalami penurunan pada berbagai fungsi organ tubuh yang dapat menimbulkan
ketidakmampuan berfungsi secara optimal yang berdampak terhadap kualitas hidup
lansia.
Pemerintah berkomitmen tinggi terhadap pelayanan sosial agar lansia dapat
hidup layak dihari tua, sehingga dibutuhkan panti lansia yang representatif untuk
mampu merawat lansia terutama bagi lansia terlantar. Untuk membina kesehatan
lanjut usia tersebut, maka diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
yang salah satunya dengan pelayanan di Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (UPTD-PSLU). Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan lansia
melalui pelayanan dalam Panti Sosial Lanjut Usia, pelayanan di luar panti,
pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah (home care), pemberian
bantuan sosial langsung bagi lansia melalui Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
(ASLUT) serta dukungan kepada keluarga dengan lansia.Panti werdha merupakan
salah satu penyedia jasa yng dapat memberikan pelayanan berkualitas bagi lansia.
Lansia harus beradaptasi dengan perbedaan sosio-kultural di dalam panti werdha,
dimana hal tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya sehari-hari (Hutapea,
2015).
Keberadaan ilmu keperawatan gerontik bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha preventif promotif dalam
meningkatkan kesejahteraan lansia. Dalam rangka menerapkan asuhan keperawatan
tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya Angkatan A15 program Pendidikan Ners
melaksanakan praktik keperawatan gerontik di UPTD Griya Werdha Jambangan Kota
Surabaya pada tanggal 10-22 Februari 2020.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia secara
profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di UPTD Griya
Werdha Jambangan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPTD Griya Werdha
Jambangan
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada lasia
yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan, baik bersifat aktual, potensial
dan risiko
3. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada lansia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai rencana
yang dibuat.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia
dan mekanisme pengelolaan UPTD Griya Werdha.
2. Bagi lanjut usia di UPTD Griya Werdha
a. Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.
b. Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
c. Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya.
d. Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.
3. Bagi Institusi UPTD Griya Werdha
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang tinggal di
UPTD Griya Werdha.
b. Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi UPTD Griya
Werdha, dan alternatif pelayanan
4. Bagi institusi penyelenggara pendidikan
a. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang
tinggal pada lingkungan panti, sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses
pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.
b. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi UPTD Griya Werdha.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur hidup kehidupan
manusia. Menurut Azwar (2006) usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak
dapat dihindari. Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya
65 tahun ke atas. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Effendi & Makhfudli, 2009).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
Lansia disebutkan bahwa Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Dewi, 2014). Menurut Azwar (2006) Usia lanjut adalah suatu proses alami
yang tidak dapat dihindari.
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Adapun klasifikasi lansia berdasarkan batasan umur menurut beberapa pendapat,
antara lain:
a. Menurut WHO (2016), batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
b. Menurut Dra. Jos Masdani (psikologi UI) mengatakan lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Lanjut usia dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitus antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan lanjut usia sebagai
berikut:
1. Usia dewasa muda (Elderly adulthood): 18 atau 20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas: 25-60 atau 65 tahun.
3. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun yang terbagi menjadi dua
yaitu untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old)
d. Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut:
1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Dewi, 2014).
2.1.3 Tipologi Lansia
Ada beberapa macam tipologi menurut Sunaryo (2015) pada lansia antara lain:
1. Tipe Mandiri
Pada tipe ini lansia tersebut akan mencoba kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam
mencari pekerjaan dan teman pergaulan.
2. Tipe Tidak Puas
Pada tipe ini lansia cenderung memiliki adanya konflik lahir batim, lansia tipe ini
biasanya akan menentang proses penuaan dan tidak menerima jika adanya
perubahan dalam hal kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status, teman
yang disayangi. Pada lansia tipe ini akan mudah memiliki sifat yang pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
3. Tipe Pasrah
Lansia dengan tipe pasrah cenderung menerima dan menunggu akan nasib yang
baik. Lansia tipe ini biasanya lebih aktif dalam kegiatan beribadah dan suka
beraktivitas.
4. Tipe Bingung
Pada tipe ini lansia cenderung memiliki sifat yang mudah kaget, menarik diri,
minder, merasakan penyesalan, pasif, dan acuh.
2.1.4 Perubahan Fisiologis pada Lansia
Perubahan fisiologis yang normal pada lansia seiring bertambahnya usia dan
dapa membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit. Perubahan spesifik
pada lansia dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan
(Potter & Perry, 2010).
a. Kardiovaskular
Terjadi penebalan dinding pembuluh darah, penyempitan lumen dan elastisitas
pembuluh darah.Penurunan kekuatan kontraksi miokardium menyebabkan
penurunan curah jantung.Penurunan ini menjadi lebih berat jika lansia mengalami
kegelisahan, iritabilitas, penyakit atau kesulitan beraktivitas.Frekuensi denyut
jantung meningkat ketika beraktivitas, namun dibutuhkan waktu yang lebih lama
untuk kembali ke frekuensi awal setelah beraktivitas.Tekanan sistolik dan atau
diastolik pada lansia menjadi terlalu tinggi.Sensitivitas baroreseptor berkurang
sehingga kemampuan kompensasi dalam merespon stimulus hipotensi dan
hipertensi menjadi berkurang.Lebih dari 50% lansia memiliki hipertensi sistolik
atau diastolik (Potter & Perry, 2010).
b. Toraks dan Paru-Paru
Perubahan rongga dada terjadi karena adanya perubahan pada sistem
muskuloskeletal. Setelah usia 55 tahun, kekuatan otot respirasi mulai berkurang.
Diameter rongga dada anteroposterior akan bertambah. Perubahan tulang belakang
akibat osteoporosis menyebabkan kifosis. Klasifikasi jaringan kartilago tulang iga
menyebabkan penurunan pergerakan tulang iga, dinding dada menjadi kaku dan
ekspansi paru-paru berkurang (Potter & Perry, 2010).
c. Sistem Gastrointestinal
Pada lansia sistem yang mengalami perubahan adalah sistem gastrointestinal.
Penurunan fungsi esofageal pada lansia menimbulkan masalah Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD). GERD pada lansia terjadi ketika fungsi dari sfingter
secara normal berada pada kondisi tonik (berkontraksi) untuk mencegah refluk
material (asam lambung) dari perut dan berelaksasi saat menelan untuk membuka
jalan makanan ke dalam perut. Penurunan fungsi sfingter esofagus akan
membalikkan isi lambung dari lambung ke esofagus. Vili-vili esofagus yang
kontak dengan material refluk dalam waktu lama dapat menyebabkan inflamasi
esofagus hingga menyebabkan erosi esofagus (Potter & Perry, 2010).
d. Sistem Neurologis
Penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf juga menyebabkan
fungsi neurotransmitter berkurang.Refleks volunter menjadi lebih lambat dan
individu menjadi kurang mampu merespon stimulus yang multiple.Pada lansia
terjadi perubahan kualitas dan kuantitas tidur.Keluhan meliputi kesulitan tidur,
kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun di
malam hari, terjaga terlalu cepat, dan tidur siang yang berlebihan (Potter & Perry,
2010).
e. Sistem Integumen
Seiring proses penuaan, kulit akan kehilangan elastisitas dan
kelembabannya.Lapisan epitel menipis, serat kolegen elastis juga mengecil dan
menjadi kaku. Kerutan di wajah dan leher memperlihatkan pola aktivitas otot dan
ekspresi wajah sepanjang usia hidup, tarikan gravitasi, dan penurunan elastisitas.
Terdapat banyak bintik dan lesi pada kulit. Pajanan terhadap matahari selama
bertahun-tahun berperan terhadap penuaan kulit dan dapat menimbulkan lesi
f. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi disebabkan oleh perubahan hormonal.
Menopause berhubungan dengan menurunnya respon ovarium terhadap hormon
hipofise dan menurunnya kadar estrogen dan progesteron. Pria tidak mutlak
mengalami terhentinya fertilitas akibat penuaan.Penurunan aktivitas seksual
biasanya disebabkan oleh penyakit, kematian pasangan seksual, berkurangnya
sosialisasi atau hilangnya minat seksual (Potter & Perry, 2010).
g. Sistem Perkemihan
Hipertrofi kelenjar prostat terkadang timbul pada pria lansia, akibatnya terjadi
retensi urine, inkontinensia urine, dan infeksi saluran kemih. Wanita lansia,
terutama yang telah memiliki anak, biasanya mengalami inkontinensia stress, yaitu
pengeluaran urine involunter yang terjadi saat mereka batuk, bersin, atau
mengangkat benda. Ini terjadi akibat melemahnya otot perineum dan kandung
kemih (Potter & Perry, 2010).
h. Sistem Muskuloskeletal
Seiring penuaan, serat otot akan mengecil dan massa otot mengecil sehingga
kekuatan otot berkurang. Lansia yang berolahraga teratur tidak mengalami
kehilangan yang sama dengan lansia yang tidak aktif (Potter & Perry, 2010).
i. Sistem Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif dan sosial.
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit
dan tingkat keparahannya. Namun akhirnya berbagai faktor di atas yang akan
mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia (Potter &
Perry, 2010).
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau
luka.
b. Mudah Lelah Disebabkan oleh:
a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi)
b) gangguan organis
c) pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun Disebabkan oleh:
a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau
kelesuan
b) Adanya penyakit kronis
c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
d) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
d. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh:
a) Obat-obat pencahar perut
b) Keadaan diare
c) Kelainan pada usus besar
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus).
2.1.5 Kebutuhan Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan orang lain,
hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan
organisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia :
1. Kebutuhan Utama
a. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi, kebutuhan
pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan seksual
b. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau suatu kreatifitas
yang bisa menghasilkan
c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
d. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari orang lain,
ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta status yang jelas
e. Kebutuhan sosial : berupa peranan dalam hubungan dengan orang lain,
hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan hubungn dengan
organisasi sosial
2. Kebutuhan Sekunder
a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan
d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,
partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan makna
keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
diluar kehidupan termasuk kematian
2.1.6 Masalah pada Lansia
Adanya proses penuaan dapat menyebabkan kehilangan banyak sel tubuh dan
penurunan metabolisme pada sel. Sehingga proses ini menyebabkan adanya
penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu akan terjadi perubahan pada
mental, dan psikologis.
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik pada lansia biasanya terjadi pada beberapa sistem tubuh seperti
nutrisi, kulit, rambut, mata dan penglihatan, telinga dan pendengaran.Selain itu,
perubahan pada sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, ginjal,
reproduksi, saraf, imun, muskuloskeletal, dan sistem endokrin (Stockslager &
Schaeffer, 2007).Penyakit yang sering diderita oleh lansia di Indonesia, antara lain
hipertensi, artritis, stroke, penyakit paru obstruksi kronik, diabetes mellitus,
kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal jantung dan gagal ginjal
(Riskesdas, 2013).
2. Perubahan Mental
Perubahan mental pada lansia meliputi adanya sikap yang mudah curiga, pelit,
egois. Selain itu akan muncul keinginan untuk memiliki umur yang pancang, ingin
tetap berwibawa, dan dihormati oleh orang lain (Bandiyah, 2009).Notosoedirdjo
dan Latipun (2011) mengatakan sering terjadi gangguan yang berisifat terselubung,
yaitu tampak sebagai gangguan fisik, tetapi sebenarnya terjadi adalah gangguan
psikis, sehingga sulit untuk mengetahui gangguan mental pada lansia.Gangguan
psikis yang sering terjadi pada lansia adalah depresi karena terjadinya penurunan
relasi sosial dan peran sosial dan kemungkinan adanya faktor genetik.
3. Perubahan Psikososial
Masalah psikososial yang sering muncul pada lansia yaitu, stress, kecemasan dan
ketakutan, mudah tersinggung, kesepian, kehilangan rasa kepercayaan diri, dan
egois (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2012).
4. Perubahan Spiritual
Lansia merupakan tahapan akhir dari kehidupan manusia dengan konsekuensi akhir
adalah kematian. Lansia biasanya akan meningkatkan keimanan spiritual atau
religius sebagai suatu tanda kesiapan untuk menghadapi suatu kematian (sense of
awareness of mortality) (Azizah, 2011).
5. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif pada lansia meliputi adanya penurunan memory atau daya
ingat, IQ (intellegent quocient), penurunan kemampuan belajar, sulit untuk
memahami, sulit dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, dan
biasanya lansia mengalami low motivasi (Azizah, 2011).
2.1.7 Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia
Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia
memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka, meliputi:
pelayanan dasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan kondisi sosial,
emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Sosial No.
19 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum
bahwa pelayanan dalam panti dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup, kesejahteraan, dan terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis
pelayanan yang diberikan dalam panti, meliputi:
1. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman, nyaman,
dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan lansia, sehingga
dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun masih memungkinkan
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mudah, aman, dan tidak sangat
tergantung pada orang lain. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian
sebagai berikut: lokasi kamar yang berjauhan dengan lokasi kamar mandi, keadaan
kamar mandi yang kurang mendukung, penggunaan tangga, permukaan lantai yang
tidak rata, dan alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungan kurang
menunjang. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang atau barrier
free. Hal ini sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakan atau
aksesibilitas dalam rumah, bahkan ketika mereka harus menggunakan kursi roda.
Kurniadi (2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia, secara garis besar,
terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata atau licin, pencahayaan yang baik,
kamar mandi dekat dengan kamar dan memungkinkan kursi roda dapat masuk, dan
aman karena mereka kurang mampu melindungi dirinya terhadap bahaya. Di
negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan dalam ruangan
khusus, bahkan rumah sakit khusus dan perkampungan khusus. Adanya fasilitas
tersebut ditujukan untuk memberi lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai
bagi kelompok lanjut usia (Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam panti pun
seyogyanya memperhatikan kebutuhan lansia tersebut.
2. Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol atas
rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter untuk
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita, untuk
menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan. Dengan demikian, makanan
untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda dengan cara mengolah yang
berbeda pula. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak dan nyaman
dipakai. Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat fasilitas kesehatan
berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan pelayanan kegawat daruratan
yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk, tersedia fasilitas ambulans yang siap
setiap saat. Biasanya diperlukan pula fasilitas fisioterapi.
3. Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluang dan
kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan
atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun orang
lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuai dengan minat, bakat,
dan potensi yang mereka miliki (Annubawati, 2014). Tidak hanya sekedar mengisi
waktu luang tetapi sesuatu yang menyenangkan, akan lebih baik jika produktif;
sehingga dapat berfungsi sebagai terapi masalah psikososial dan emosional yang
mungkin dialami oleh lansia. Demikian juga dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya
tidak hanya menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk berinteraksi
dengan lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak terisolasi tetapi
masih terhubung dengan lingkungan di sekitarnya
4. Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah emosional
dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk Pelayanan Lanjut
Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lansia yang tinggal di panti werdha
yang kesepian, sedih, menarik diri dari pergaulan dan kegiatan, pasif, murung,
mengalami emosi negatif, bermusuhan dengan sesama penghuni panti, dan
sebagainya. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut kegiatan bimbingan
mental dan keagamaan melalui kegiatan konseling dapat membantu mereka.
sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk mengatasi masalah relasi
sosial dengan keluarga atau lingkungan sosialnya. Terkait dengan pelaksanaan
bimbingan sosial di panti wedha, Tim Kajian Bentuk Pelayanan Lansia di DIY
(2014) menemukan bahwa di panti werdha ada kecenderungan pelayanan
bimbingan sosial ini relatif sama dengan bimbingan psikologis; belum diarahkan
untuk memfasilitasi interaksi atau komunikasi antar penghuni panti sosial maupun
dengan warga masyarakat lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi
penyebab atau saling pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan
psikologis, sehingga memperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan
sosial lainnya akan membantu memecahkan masalah emosional dan psikologis
juga
5. Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia meninggal.
Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka panjang (Long-Term
Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan pemakaman pun turut menjadi
tanggung jawab panti, sesuai dengan agama yang dianutnya masing-masing.
2.1.8 Peran dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada
berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan
menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett,
2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama
dengan para ahli dalam perawatan lansia mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis
klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik
pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara
langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitumemenuhi
kebutuhan lansia pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi
kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan lansia; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis
klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya(Nursalam, 2015):
1. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada lansia, baik di rumah sakit
dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang.
Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose
dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit
dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda
dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup
2. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate
level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan lansia dengan metode
evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru,
membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid.
Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut
serta dalam penelitian seperti membantumelakukan pengumpulan data
3. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen
waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan.Sebagai
konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa
kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan
khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus
pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat
menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti
jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya
4. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat.Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan
umur seseorang.Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau
tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada
layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi
advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan
mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi
yang sulit
5. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan
dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala
atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang
pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik
seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan
kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara
dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke,
diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker
6. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya.Perawat juga berperan
sebagai innovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk
mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk
mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
2.2 Teori Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
psikologi, dan teori sosial, sperti berikut ini:
1. Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan
yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ. Teori biologis mencoba
menerangkan perubahan yang terjadi pada manusia dalam proses menua dari
waktu ke waktu serta faktor yang mempengaruhi usia, perlawanan terhadap
organisme dan kematian.
a. Teori Genetika
Teori genetika menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses alami
dimana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun (genetik), dan tanpa
disadari telah terjadi perubahan sel dan struktur jaringan. Pada manusia, berlaku
program genetik jam biologi dimana program maksimal yang diturunkan adalah
selama 110 tahun. Sel manusia normal akan membelah 50 kali dalam beberapa
tahun. Sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai
50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya. Teori ini juga
bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi
susunan molekular.
b. Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori Wear and Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA. Kematian sel terjadi karena jaringan
yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa
organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan akan habis sesuai dengan
waktu yang diprogramkan.
c. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang
dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Dengan
bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan
proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah
akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan
untuk menghilangkan sampah metabolik.
d. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen
dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi.
e. Teori Imunitas
Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran
dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh,
sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.
Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga
tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan
kekebalan tubuh menurun.

f. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas


Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor,
radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada
proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal
bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk
limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas
menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan
karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.
Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin. Peran lipofusin
pada penuaan adalah kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan
replikasi DNA.
g. Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang
terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem
saraf.
Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan
sebagai reseptor yang mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif. Oleh
karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan
mengalami penurunan keefektivitasan, hingga penurunan untuk mengendalikan
system organ tubuh.
h. Teori Organ Tubuh (Single Organ Theory)
Teori ini dilihat sebagai kegagalan penyakit yang berhubungan dengan
suatu organ tubuh vital. Orang meninggal karena penyakit, menyebabkan bagian
penting dari tubuh berhenti fungsi. Teori ini berasumsi bahwa jika tidak ada
penyakit dan tidak ada kecelakaan, kematian tidak akan terjadi.
i. Teori Umur Panjang dan Penuaan (Longevity and Senescence Theories)
Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-
faktor tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang:
tertawa; ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan keluarga
baik, kebebasan dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang memiliki tujuan,
dan pandangan hidup positif. Wacana yang timbul dari teori ini adalah sindrom
penuaan merupakan sesuatu yang universal, progresif, dan berakhir dengan
kematian.

j. Teori Harapan Hidup Aktif dan Kesehatan Fungsional


Kualitas hidup tergantung secara signifikan berkaitan dengan tingkat fungsi.
Pendekatan fungsional perawatan pada lansia menekankan pada hubungan yang
kompleks antara biologis, sosial, dan psikologis yang mempengaruhi kemampuan
fungsional seseorang dan kesejahteraannya.
k. Teori Medis (Medical Theories)
Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis
yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh
manusia.
2. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan
sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh.
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan
kepribadian menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan
ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan
tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.
b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk
mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko
untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa.
c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat
dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial
telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan waktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami
dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.
d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses
maka ia harus tetap beraktivitas. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi
peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental,
serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan
dari perilaku yang sering dilakukan lansia pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup.
f. Teori Subkultur
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,
keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka
sendiri. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan
"kesadaran kelompok umur" yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri
orang tua dan mengubah definisi budaya negatif dari penuaan.
3. Teori Psikologis
Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga melibatkan
penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau regulasi diri.
a. Teori Kebutuhan Manusia
Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia.
Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil prioritas untuk
mencapai level yang lebih tinggi. Aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang
dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat,
maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju
tingkat yang lebih tinggi.
g. Teori Keberlangsungan Hidup dan Perkembangan Kepribadian
Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan melalui
berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait dengan cara
meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. Masing-masing pada tahap tersebut
menyajikan orang dengan kecenderungan yang saling bertentangan dan harus
seimbang sebelum dapat berhasil dari tahap itu. Seperti dalam teori
keberlangsungan hidup lain, satu tahapan menentukan langkah menuju tahapan
selanjutnya.
h. Recent and Evolving Theories
Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa lansia
lebih baik dibandingkan lainnya. Menurut teori ini, penuaan didefinisikan sebagai
rangkaian transformasi terhadap meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam
bentuk, pola, atau struktur.

2.3 Profil Panti Werdha


Unit Pelaksana Teknis Griya (UPTD) Werdha Jambangan terletak di jalan
Jambangan Baru Tol 15A, Jambangan, Surabaya. Panti werdha ini merupakan panti
yang dikelola oleh Dinas Sosial Pemerintah Kota Surabaya yang ditujukan untuk
warga Surabaya lanjut usia (umur 60 tahun ke atas) yang tidak mampu secara
ekonomi/miskin, terlantar, tidak mempunyai keluarga.Persyaratan untuk masuk ke
panti ini yaitu lansia miskin terlantar berusia 60 (Enam puluh) tahun ke atas yang
telah terjaring dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di
Liponsos Keputih atau yang lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh pihak
masyarakat atau pemangku wilayah, pria/ wanita minimal usia 60 tahun, sehat jasmani
dan rohani, dan dapat mengisi berkas administrasi dengan lengkap. Jika setelah
disurvei lansia memenuhi syarat-syarat barulah lansia dapat tinggal di Griya Werdha
Jambangan. Panti ini memiliki kapasitas lansia yaitu 150 orang, sekarang terisi 150
orang (penuh). Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding
tembok, lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup.
2.3.1 Visi dan Misi Panti Werdha
1. Visi
Melayani dengan Hati menuju Lansia Sejahtera dan Bermartabat
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas pelayanan mental sosial dalam suasan kenyamanan,
ketentraman dan kebahagiaan
b. Mengembalikan fungsi sosial lanjut usia miskin, terlantar, menjadi manusia
seutuhnya yang bermartabat
c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian dan peran masyarakat terhadap lanjut
usia miskin dan terlantar di lingkungannya,
2.3.2 Tujuan Panti Werdha Jambangan
1. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram, dan
sejahtera
2. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani
3. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia
4. Terwujudnya kualitas pelayanan
2.3.3 Syarat Lansia di Panti Werdha
Persyaratan Pelayanan: Kiteria untuk mendapatkan Pemberian Pelayanan
Rehabilitasi Sosial dalam bentuk Panti/Asrama adalah :
1. Lansia miskin terlantar berusia 60 (enam puluh) tahun ke atas yang telah
terjaring dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di
Liponsos Keputih atau yang lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh
masyarakat atau pemangku wilayah.
2. Penduduk Kota Surabaya Pria/Wanita minimal usia 60 tahun Sehat Jasmani
dan Rohani (dibuktikan) dengan keterangan dari Puskesmas/Rumah Sakit)
Mengisi berkas administrasi dengan melengkapi :
1) Surat Pengantar dari Kelurahan
2) Kartu Keluarga Asli
3) KTP Asli
4) Surat keterangan sehat (tidak mempunyai penyakit menular dan
5) gangguan jiwa) dari Puskesmas/Rumah Sakit.
6) Surat keterangan tidak mampu/miskin, terlantar dan tidak mempunyai
keluarga dari Lurah/Camat setempat.
7) Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/Camat setempat
8) Biodata calon penghuni
9) Surat pernyataan persetujuan untuk dirawat di UPTD Giya Wreda
10) Fotokopi KTP Penanggung Jawab
11) Surat pernyataan persetujuan untuk dirawat di UPTD Griya Wreda dari
penanggung jawab yang menyerahkan.
2.3.4 Sistem Mekanisme dan Prosedur
1. Petugas UPTD Griya Werdha yang menerima penyerahan Lansia, membuatkan
Berita Acara Serah Terima yang ditandadatangani dengan Tim/Petugas
pengirim.
2. Setelah menerima penyerahan Lansia Miskin dan terlantar, petugas UPTD Griya
Wreda terlebih dahulu melakukan observasi untuk menentukan apakah yang
bersangkutan memenuhi syarat untuk dibina di UPTD Griya Wreda. Apabila
hasil observasi ternyata yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan, maka
yang bersangkutan akan dirujuk ke instansi/lembaga/pihak lain yang sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Lansia Miskin dan terlantar yang diserahkan warga saat penyerahan
melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut :
1) Surat Pengantar dari RT/RW
2) Surat Pengantar dari Kelurahan
3) Kartu Keluarga (KK) asli
4) KTP asli
5) Surat Keterangan dari Puskesmas/Rumah Sakit bahwa yang bersangkutan
tidak mengidap penyakit menular (Hepatitis, TBC, HIV, Kusta dan
Penyakit Gangguan Jiwa)
6) Surat Keterangan Miskin dari Lurah setempat
7) Surat Pernyataan persetujuan untuk dirawat di UPTD Griya Wreda
8) Berita Acara Penyerahan Penghuni
9) Fotokopi KTP Penanggung Jawab
10) BPJS/KIS
4. Petugas UPTD Griya Wreda melaksanakan registrasi terhadap Lansia miskin
terlantar yang belum masuk database dalam bentuk pencatatan data diri yang
membuat antara lain :
1) Nama lengkap/nomor registrasi
2) Jenis kelamin
3) Tempat dan tanggal lahir (usia)
4) Orang tua
5) Agama
6) Pendidikan terakhir
7) Pekerjaan
8) Alamat
5. Petugas UPTD Griya Wreda melakukan identifikasi secara tertulis untuk
mengetahui berbagai informasi serta latar belakang permasalahannya
2.3.5 Biaya
Selama mendapatkan pelayanan di UPTD Griya Wreda, Lansia Miskin dan
terlantar tidak dipungut biaya apapun
2.3.6 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Panti Griya Werdha yaitu :
1. Pos satpam 17. Ruang Aula
2. Ruang KUPTD 18. Gudang
3. Parkiran 19. Ruang Sekretariatan
4. Dapur 20. Ruang linen & ca
5. Ruang makan 21. Kamar Seruni
6. Ruang Perawat 22. Kamar Sedap Malam
7. Mushola 23. Kamar Dahlia
8. Kamar Melati 24. Kamar Bougenvile
9. Kamar Wijaya Kusuma 25. Kamar Sakura
10. Kamar Tulip 26. Kamar Teratai
11. Kamar Kamboja 27. Kamar Mawar
12. Laundry 28. Kamar Angrek
13. Toilet 29. Kamar Lavender
14. Kamar Kenanga 30. Lapangan
15. Ruang Mahasiswa 31. Gaazebo
16. Ruang klinik 32. Taman
Denah UPTD Griya Werdha Jambangan

1 2

4
3
6 7
5

25 8
30
26
9
24
27
10
23
28
31
11

22 29
32
12 &13

20 19 18 17 16 14
21
15

Keterangan Warna:

Blok A Blok B Blok C

2.3.4 Kegiatan dalam Panti


1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (daily-living)
2. Pemriksaan status gizi (BB dan TB)
3. Pengukuran tekanan darah
4. Pemeriksaan GDA, asam urat dan kolesterol
5. Rujukan ke Puskesmas Kebonsari, RSUD Dr Soewandhi, RS. MM, RSU Haji
dan RSUD Dr. Soetomo
6. Penyuluhan dari posyandu dan mahasiswa praktek di UPTD Griya Werdha
7. Pemberian makanan 3x sehari dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
8. Kegiatan Olahraga: senam dan jalan-jalan
9. Kegiatan rekreasi diadakan 1 tahun sekali
10. Bimbingan keagamaan
Jadwal UPTD Griya Werdha
Hari Kegiatan
Senin Observasi tanda-tanda vital
Terapi aktivitas kelompok (tari, penyuluhan, baca
Selasa
tulis, paduan suara)
Rabu Keterampilan
Kebersihan diri lansia (oral hygine dan personal
Kamis
hygine total care)
Jumat Kebersihan kamar lansia
Sabtu senam
Minggu Jalan-jalan sehat

2.3.5 Hubungan Lintas Program dan Sektoral


1. Lintas program
a. Bidang kesehatan (Puskesmas Kebonsari, RSUD Dr Soewandhi, RS. MM,
RSU Haji dan RSUD Dr. Soetomo)
b. Sekolah/perguruan tinggi/akademi dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai pusat informasi masyarakat
c. Keamanan (LINMAS)
2. Lintas sektoral
Saat ini UPTD Griya Werdha Surabaya sedang membuka kerjasama seluas-
luasnya untuk mencapai visi dan misi
2.3.6 Distribusi Pendanaan
Swadana: Pendanaan berasal dari APBD II Pemerintah Kota Surabaya
2.4 Struktur organisasi “UPTD Griya Werdha Surabaya”

Ka. UPTD Griya Werdha


Surabaya

Kasub Bag TU

Koor Kesekretariatan

Koordinator I Koordinator II
Bu Ratna Pak Siswo

Koor Pembina Koor Juru Koor Koor Koor


Mental Masak Keamanan Pendamping/Perawat Kebersihan
Pk Huda Bu Puji Pk Catur Bu Ana Pak Dwi

Wakil Ketua Bendahara


Pk Bagus Bu Ana

Koor Program Koor Obat dan Alkes Koor Adm. Lanisa


Mas Oki Mbak Vita dan Mbak Mas Evan
Rizki

Koor Humas Koor Adm Perawat


Bu Lusiana Pak Noki

SDM yang ada di “UPTD Griya Werdha Surabaya” ada 47 pegawai dengan
perincian sebagai berikut :
1. Tenaga PNS
a. Kepala UPTD : 1 orang
b. Staff : 3 orang
2. Tenaga Honorer
a. Perawat : 22 orang
b. Ustadz : 2 orang
c. Admin : 2 orang
d. Keamanan : 5 orang
e. Petugas kebersihan : 9 orang
f. Pramu Saji : 4 orang
BAB 3
HASIL PENGKAJIAN

3.1 Pengkajian Panti


Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Februari – 11 Februari 2020 pada setiap
individu di semua kamar lansia yang di bagi menjadi tiga blok ABC. Pengkajian atau
pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer
dengan wawancara dan observasi. Wawancara yang dilakukan dengan menanyakan nama,
usia, kemandirian, keluhan utama, test TUGT, PSQI, GDS, MMSE dan Status Nutrisi
yang terjadi pada lansia. Pengumpulan data sekunder dengan cara pengumpulan data yang
didapat dari pihak panti.
3.1.1 Lingkungan Fisik
1. Lantai
Lantai ruangan panti Griya Werdha yang meliputi lantai kamar, teras, kamar
mandi, ruang perawat, ruang tindakan, lobby, ruang makan, musholla, semua
berbahan dari keramik. Lantai keramik jika basah terkena air, maka lantai menjadi
sedikit lebih licin. Lantai yang sering tampak licin adalah lantai depan kamar mandi
yang tidak memiliki keset, lantai disekitar tempat cuci tangan, dan lantai dibawah
kran air minum yang tidak memiliki keset serta terdapat atap yang rusak sehingga
berisiko terjadinya bocor. Sedangkan halaman depan ruangan, lapangan dan tempat
parkir terbuat dari paving serta batu alam yang dapat digunakan lansia untuk terapi.

Gambar 3.1 Lantai Griya Werdha yang Beresiko Licin


2. Pencahayaan
Griya WerdhaJambangan memiliki pencahayaan yang cukup baik pada pagi
dan siang hari. Setiap kamar dan ruangan lainnya memiliki jendela sehingga cahaya
masih bisa masuk kedalam kamar pada siang hari. Terdapat lampu pada setiap
ruangan, jalan, dan sarana lainnya seperti mushola, aula, dapur, sehingga aman
apabila ada lansia yang berjalan pada malam hari. Akan tetapi, pada lapangan panti
dan halaman depan kamar memiliki pencahayaan yang kurang pada malam hari.

Gambar 3.2 Tempat dengan Pencahayaan yang Kurang


3. Ventilasi
Griya Werdha Jambangan memiliki ventilasi yang baik. Setiap wisma di Griya
Werdha Jambangan memiliki ukuran kurang lebih 32m2. Setiap wisma memiliki
kurang lebih 4 jendela, dan beberapa diantaranya memiliki 2 AC. Pada saat siang hari
AC selalu dimatikan sedangkan pintu serta jendela terbuka. Pada malam hari, AC
dinyalakan dan pintu serta jendela ditutup rapat, namun terdapat jendela yang rusak
sehingga pada malam hari jendela terbuka. Prosentase ventilasi di setiap wisma adalah
15 % dari luas lantainya.
.

Gambaar 3.3 Ventilasi di Wisma Griya Werdha


4. Kebersihan
Kebersihan di lingkungan sekitar Griya Werdha Jambangan (lantai, halaman,
taman, dan lapangan) cukup baik.Akan tetapi kebersihan tempat tidur lansia, tampak
kurang terjaga. Pada tempat tidur lansia terdapat banyak tumpukan baju dan makanan.
Sebagian juga ada yang kotor spreinya. Adapun kebersihan griya werdha yang
meliputi lantai kamar, teras, selasar dan dapur selalu dibersihkan dan di pel 2 kali
dalam sehari.
Pada selokan tampak mampet dan terdapat beberapa sampah yang
menghambat laju air. Jika hujan turun dengan kapasitas tinggi maka lapangan dan
disekitar halaman depan kamar lansia akan tergenang air. Hal ini dapat disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi dan tidak diimbangi oleh luas selokan. Selain itu terdapat
beberapa kucing yang tinggal didalam kamar tidur dengan lansia.

Gambar 3.4 Air di Selokan yang Menggenang

5. Sarana Sumber Air Bersih


Sarana sumber air bersih di Griya Werdha Jambanganberasal dari saluran air
PDAM. Kualitas air di Griya Werdha Jambangan jernih, tidak berbau dan tidak
berasa. Suplai air bersih di Griya Werdha Jambangan dapat mencukupi kebutuhan
lansia dan tidak pernah mengalami kekurangan. Sarana air bersih PDAM digunakan
untuk mandi, mencuci, wudhu, dan memasak. Sedangkan air yang digunakan untuk
minum berasal dari air galon isi ulang, namun terdapat tempat air minum yang rusak
sehingga tidak dapat digunakan dengan baik. Galon yang berisi air isi ulang terdapat
pada hampir setiap depan ruang wisma lansia.
Gambar 3.5 Sarana Sumber Air Bersih

6. Sarana Pembuangan Sampah


Sarana pembuangan sampah atau tempat sampah tersedia di setiap depan
wisma. Akantetapi tempat sampah tidak dikelompokkan berdasarkan jenis sampah
(seperti tempat sampah organik, anorganik, basah dan kering). Setiap pagi sampah
tersebut diangkut oleh petugas kebersihan panti kemudian dibawa ke TPA. Selokan
didepan selasar ruang tindakan tercium bau yang tidak sedap yang kemungkinan
berasal dari hasil limbah kamar mandi karena nampak air mengalir, jika ada yang
menggunakan kamar mandi dekat laundry.

Gambar 3.6 Tempat Sampah di Griya Werdha Jambangan


7. Sarana Mandi
Setiap wisma di Griya Werdha Jambangan memiliki sarana kamar mandi.
Total kamar mandi sejumlah 22 kamar mandi. Diantaranya 1 kamar mandi petugas, 2
kamar mandi lansia diluar ruangan, 1 kamar mandi disetiap ruangan di Blok A (total 5
kamar mandi), 1 kamar mandi disetiap ruangan di Blok B (total 4 kamar mandi), 2
kamar mandi disetiap ruangan di Blok C (total 10 kamar mandi). Tidak semua kamar
mandi di Griya Werdha Jambangan (baik yang diluar maupun didalam wisma)
memiliki keset. Hal ini menyebabkan lantai menjadi basah, licin, dan berpotensi untuk
lansia mengalami jatuh ketika selesai menggunakan kamar mandi. Terdapat salah satu
kamar mandi yang ada didalam kamar wisma sengaja ditutup oleh lansia karena
merasa bau. Selain itu didalam kamar mandi terdapat washlap yang digunakan untuk
menyeka lansia dengan tingkat ketergantungan berat atau yang tidak dapat mandiri.

Gambar 3.7 Kamar Mandi Tanpa Keset


31.2 Transportasi, Keamanan, dan Keselamatan
1. Sarana Jalan dan Transportasi di lingkungan kelompok lansia
Griya Werdha Jambangan memiliki 1 mobil ambulans yang dapat digunakan
pada saat ada lansia yang sedang mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun
psikologis yang gawat darurat.
2. Keamanan lingkungan
a. Security
Lingkungan panti diamankan oleh security yang jaga setiap hari. Total terdapat 5
security yang bertugas di panti, tiap shift terdapat 1-2 security yang bertugas
menjaga keamanan dengan menjaga gerbang depan dan memantau CCTV.
Gerbang hanya dibiarkan terbuka sedikit dan selalu diawasi security yang selalu
berjaga di pos depan.

Gambar 3.8 Ruang Security


b. Pencegahan kebakaran
Terdapat 4 APAR yang dapat digunakan untuk mencegah kemungkinan terjadi
kebakaran. APAR di Griya Werdha Jambangan terletak di ruang security, kamar
mandi luar, ruang cleaning service, dan dapur.

Gambar 3.9 APAR di Griya Werdha Jambangan


c. Kualitas air dan udara
Kualitas air buruk dan keruh. Ditemukan adanya binatang didalam tandon,
dapat saja dikarenakan kurang tertutupnya dengan rapat tutup tandon sehingga
binatang dapat masuk kedalam. Kualitas udaranya segar karena banyak tanaman
hijau di lapangan tengah panti. Selain itu juga terdapat tanaman di depan kamar
lansia yang blok C.

Gambar 3.9 Tandon dan tanaman didepan kamar


3. Keselamatan
a. Penggunaan alat bantu jalan
Griya Werdha Jambangan menyediakan alat bantu jalan yang dapat digunakan
oleh lansia yang benar-benar membutuhkan. Alat bantu jalan yang tersedia di
Griya Werdha Jambangan diantaranya yaitu tripod (6), walker (9), dan kursi roda
(16). Jumlah alat bantu jalan di Griya Werdha Jambangan dapat mencukupi
jumlah lansia yang membutuhkan alat bantu jalan.

Gambar 3.10 Alat Bantu Jalan di Griya Werdha Jambangan


b. Lingkungan yang berisiko terjadi risiko jatuh pada lansia
Lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh pada lansia di Griya Werdha
Jambangan yaitu kamar mandi, sekitar tempat cuci tangan depan ruang makan dan
lorong Block C. Hal ini disebabkan karena keramik yang terdapat di depan kamar
mandi menjadi licin ketika terkena air. Sedangkan di beberapa kamar mandi di
wisma belum tersedia keset. Tempat cuci tangan juga mengalami kebocoran
sehingga mengakibatkan lantai menjadi licin. Selain itu di sepanjang lorong Block C
dan di setiap kamar mandi block C belum terdapat pegangan untuk lansia dan jika
hujan, plavon menjadi bocor sehingga menggenangi lantai seluruh lorong block C.
Disepanjang jalan menuju musholla juga terdapat sandal dan sepatu yang
berserakan, hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah rak sepatu. Kondisi ini
memungkinkan terjadinya lansia untuk jatuh karena terkena sandal atau sepatu yang
ada di tengah jalan.
Di lapangan juga ditemukan paving dengan kondisi yang telah masuk ke
dalam sehingga membuat permukaan jalan menjadi tidak rata dan dapat berisiko jatuh
pada lansia serta kesulitan untuk mentransport lansia yang dijemur menggunakan bed
dan kursi roda.

Gambar 3.10 : Lingkungan kamar mandi tanpa keset berisiko jatuh pada lansia

Gambar 3.11 Wastafel yang bocor


Gambar 3.12 Atap yang bocor membuat lantai menjadi licin

Gambar 3.12 Sandal dan sepatu petugas yang berserakan

Gambar 3.13 Permukaan paving yang tidak rata


31.3 Perlengkapan dan lain-lain
a. Kalender dan jam tiap ruangan
Beberapa ruangan di Panti Griya Werdha sudah dilengkapi dengan kalender dan
jam dinding, namun masih banyak ruangan yang belum menyediakan kalender dan
jam tersebut. Kedua barang tersebut sangat berguna dalam memudahkan lansia
untuk mengingat orientasi waktu.

Gambar 3.11 Kalender dan jam setiap ruangan

b. Kipas angin atau AC


Beberapa ruangan di Panti Griya Werdha terdapat kipas angina ataupun AC, namun
beberapa ruangan lain terutama di ruangan block A dan B masih banyak yang tidak
terdapat kipas angin dan AC. Ruangan lainnya juga sudah ada yang terdapat AC
namun rusak dan tidak dapat berfungsi, sehingga ruangan menjadi panas dan tidak
ada udara yang segar. Terkadang jika malam hari dan pintu ditutup namun jendela
dibuka lebar, maka banyak nyamuk yang berkeliaran.

Gambar 3.12 Kipas angin atau AC


c. Tempat sampah
Beberapa kegiatan lansia seperti memandikan bersama-sama membutuhkan tempat
sampah khusus. Panti Griya Werdha menyiapkan tempat sampah berupa plastik
besar berwarna hitam untuk membuang pampers lansia. Kegiatan memandikan ini
membuat perawat menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan handscoen.
Namun, di panti ini hanya menyediakan tempat sampa umum, plastik besar khusus
dan safety box. Tempat sampah medis belum tersedia untuk membuang masker dan
handscoen yang telah digunakan memandikan lansia.

Gambar 3.13 Tempat Sampah di Panti Griya Werdha

3.2 Pengkajian Kelompok Lansia


Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Februari 2020 di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya meliputi jumlah lansia, perhitungan jenis kelamin, usia, kemampuan
ADL indeks Barthel, aspek kognitif, pengkajian depresi, dan status nutrisi. Total lansia yang
berhasil dikaji sejumlah 161 orang dari jumlah lansia keseluruhan.
1) Distribusi Frekuensi Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan
Tabel 3.1 Distribusi frekuensi lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Tanggal 10 Februari 2020
10 Februari 2020
No Blok Kamar Ruangan Keterangan F Prosentase
(%)
1 Blok A Melati Laki-laki 13 8,1
2 Wijaya Kusuma Laki-laki 10 6,2
3 Tulip Laki-laki 9 5,6
4 Kamboja Laki-laki 12 7,5
5 Kenanga Laki-laki 17 10,6
6 Blok B Lavender Perempuan 13 8,1
7 Anggrek Perempuan 12 7,5
8 Mawar Perempuan 13 8,1
9 Teratai Perempuan 14 8,7
10 Blok C Seruni Perempuan 8 5,6
11 Sedap Malam Perempuan 9 5,6
12 Sakura Perempuan 12 8,1
13 Bougenvil Perempuan 10 6,2
14 Dahlia Perempuan 7 4,3
10 Februari 2020
No Blok Kamar Ruangan Keterangan F Prosentase
(%)
Total 159 100

Berdasarkan tabel 3.1 pada tanggal 10 Februari 2020 lansia terbanyak tinggal di ruang
kenanga yaitu sebanyak 17 orang dengan jenis kelamin laki-laki, sedangkan lansia paling
sedikit tinggal di ruang dahlia sebanyak 7 orang dengan jenis kelamin perempuan.

2) Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin

Tabel 3.2 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya tanggal 10 Februari 2020

10 Februari 2020
No Jenis Kelamin
F %
1 Laki-laki 61 38,4
2 Perempuan 98 61,6
TOTAL 159 100

Sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 100 lansia dan
prosentasenya 61,6 %.
3) Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Usia
Tabel 3.3 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan usia menurut WHO di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya Tanggal 10 Februari 2020
No Usia 10 Februari 2020
F %
1 Elderly (usia 60-74 tahun) 62 39
2 Old (usia 75-90 tahun) 51 32
3 Very Old (Usia >90 tahun) 4 2,5
4 Tidak terkaji 42 26,4
TOTAL 159 100
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui dari 159 lansia yang berhasil dikaji, sebagian besar
berusia 60-74 tahun dengan jumlah 62 lansia.
4) Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Berdasarkan Indeks Barthel pada Lansia
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Berdasarkan Indeks Barthel pada
Lansia di wisma kelolaan di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 10
Februari 2020

10 Februari 2020
No Keterangan
f %
1 Mandiri 103 64,7
2 Ketergantungan ringan 21 13,2
3 Ketergantungan sedang 10 6,3
4 Ketergantungan Berat 2 1,2
5 Ketergantungan Total 23 14,5
Total 159 100
Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui dari 159 lansia yang berhasil dikaji, sebagian besar
masih mandiri dalam melaksanakan ADL, yaitu sebanyak 103 lansia.
5) Distribusi Frekuensi Tingkat keseimbangan Berdasarkan Time Up Go Test pada
lansia
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Keseimbangan Berdasarkan Time Up Go Test
(TUGT) pada Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 10 Februari
2020
10 Februari 2020
No Keterangan
Frekuensi Prosentase (%)
1. Tidak ada risiko jatuh 74 46,5
2. Risiko tinggi jatuh 53 33,3
Diperkirakan jatuh dalam waktu 6
3. 1 0,6
bulan
4. Diperkirakan membutuhkan bantuan 7 4,4
6. Tidak terkaji (lansia imobilitas) 24 15
Total 159 100

Berdasarkan tabel diatas pada tanggal 10 Februari 2020 diketahui dari 159 lansia yang
berhasil dikaji, sebanyak 53 mengalami risiko tinggi jatuh, dan 74 lansia tidak ada
risiko jatuh, sedangkan terdapat 24 lansia yang sulit untuk dievaluasi dikarenakan
lansia telah mengalami kontraktur dan kelemahan pada ekstremitas. Berdasarkan hasil
data dari petugas kesehatan di ruangan, dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, lansia
yang jatuh yaitu sebanyak 3 lansia
6) Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Tidur Berdasarkan The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI)
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Tidur Berdasarkan The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) pada Lansia di wisma kelolaan di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tanggal 10 Februari 2020
10 Februari 2020
No Keterangan
F %
1 Kualitas tidur baik 112 70,4
2 Kualitas tidur buruk 42 26,4
3 Tidak terkaji 5 3,1
Total 159 100
Berdasarkan tabel diatas pada tangal 10 Februari 2020 diketahui dari 159 lansia yang
berhasil dikaji, lansia dengan kualitas tidur yang baik sebanyak 112 lansia dan kualitas
tidur buruk sebanyak 42 lansia. Lansia dengan kualitas tidur yang buruk memiliki
hambatan yaitu terkena gigitan nyamuk. Hal ini disebabkan karena kondisi kamar yang
kurang bersih, tempat tidur yang sempit dan saling berdekatan, barang pribadi yang
menumpuk di tempat tidur.
7) Distribusi Frekuensi Keluhan Utama Lansia
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Keluhan utama yang dialami Lansia di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya pengkajian tanggal 10 Februari 2020

10 Februari 2020
No Jenis Penyakit
f %
1 Nyeri sendi 48 30,1
2 Kontraktur dan kelemahan ekstremitas 48 30,2
3 Gangguan pendengaran 19 11,9
4 Bosan 18 11,3
5 Badan pegal pegal 16 10,6
6 Tidak terkaji 16 10
7 Gangguan pola tidur 15 9,4
8 Mudah Lupa 14 8,8
9 Gatal-gatal (kulit kering) 10 6,3
10 Batuk 8 5,3
11 Gangguan penglihatan 7 4,4
12 Badan panas dingin 4 2,5
13 Menarik diri 2 1,3
14 Tidak ada keluhan 2 1,3
Total 159 100

Berdasarkan tabel pada tanggal 10 Februari 2020 diketahui dari 159 lansia yang dikaji,
masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah nyeri sendi pada kaki (lutut) kanan dan
kiri dengan skala 2-3, kelemahan ekstremitas, gangguan pendengaran. Namun
sebanyak 2 lansia mengatakan tidak mengalami keluhan selama di Griya Werdha.
8) Ditribusi Frekuensi Lansia yang dilakukan Pemeriksaan GDS
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi GDS pada Lansia di UPTD Griya Werdha jambangan
Surabaya tanggal 10 Februari 2020
10 Februari 2020
No. Keterangan
F (%)
1 Depresi 39 24,5
2 Tidak depresi 113 71,1
3 Tidak terkaji 7 4,4
Total 159 100

Berdasarkan tabel diatas, pada tanggal 10 Februari 2020, dari 159 lansia yang dikaji
diketahui bahwa mayoritas lansia tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 113 lansia.
Diketahui saat dilakukan pengkajian, lansia yang mengalami depresi dikarenakan
merasa bosan dan sedih karena jarang dijenguk oleh keluarganya. Lansia merasa
bosan karena kegiatan di panti dilakukan berulang-ulang dan monoton seperti makan
lalu tidur, mandi dan lainnya. Diketahui hasil observasi pengkajian, beberapa lansia
yang mengalami depresi tampak menunjukkan ekspresi wajah yang murung, berdiam
diri di kamar
9) Distribusi Frekuensi Aspek Kognitif Berdasarkan MMSE pada Lansia
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Aspek Kognitif berdasarkan MMSE pada Lansia di
UPTD Griya Werdha jambangan Surabaya tanggal 10 Februari 2020
10 Februari 2020
No. Keterangan
F (%)
1 Tidak Ada Gangguan 71 44,7
Kemungkinan Terjadi
2 36 22,6
Gangguan Kognitif
3 Gangguan Kognitif 43 27
4 Tidak terkaji 9 5,6
Total 159 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 159 lansia yang dikaji, didapatkan 71
lansia yang tidak mengalami gangguan kognitif. Berdasarkan hasil pengkajian, sebagian
besar lansia sudah mengalami gangguan memori. Lansia yang memiliki gangguan
kognitif sudah dalam kondisi disorientasi tempat, waktu dan pengulangan kata yang
diajarkan

10) Distribusi Status Nutrisi Lansia


Tabel 3.10 Distribusi status nutrisi lansia menggunakan skrining MNA (Mini Nutritition
Assessment) di UPTD Griya Werdha jambangan Surabaya tanggal 10 Februari 2020
10 Februari 2020
No Kategori
F (%)
1. Normal 109 68,5
2. Risiko malnutrisi 41 25,8
3. Malnutrisi 8 5
4. Tidak terkaji 1 0,7
Total 159 100

Berdasarkan tabel diatas, pada 10 Februari 2020 dari 159 lansia yang dikaji, lansia
mengalami risiko malnutrisi dengan jumlah 41 lansia. Hal ini didukung oleh hasil
skrinning kuesioner MNA, dimana salah satunya adalah pengukuran IMT. Pada lansia
yang tidak dapat diukur berat badan dan tinggi badannya dapat diatasi dengan
pengukuran lingkar betis lansia.
11) Distribusi data dekubitus
Tabel 3.11 Distribusi data dekubitus didapatkan observasi saat memandikan lansia

10 Februari 2020
No Keterangan
F %
1 Dekubitus 3 1,9
2 Tidak ada dekubitus 156 98,1
TOTAL 159 100
Berdasarkan tabel diatas, pada 10 Februari 2020 dari 159 lansia yang dikaji, lansia
mengalami dekubitus dengan jumlah 3 lansia.

3.3 Analisa Data

No. Analisa Data Etiologi Masalah


1. DS: Proses penuaan Gangguan
Lansia mengeluhkan sering lupa ↓ memori
Penurunan fungsi otak (D.0062)
DO: ↓
- Dari 159 lansia yang dikaji Penurunan fungsi kognitif lansia
berdasarkan MMSE didapatkan ↓
hasil sebanyak 43 lansia Lansia menjadi pelupa

mengalami gangguan kognitif
Gangguan memori
dengan prosentase rata-rata 27%
dan sebanyak 36 lansia
kemungkinan mengalami
gangguan kognitif dengan
prosentase 22,6%
- Berdasakan hasil pengkajian,
lansia yang memiliki gangguan
kognitif sudah dalam kondisi
disorientasi tempat, waktu dan
pengulangan kata yang diajarkan.
2. DS: Kerusakan SSP dan kerusakan Gangguan
beberapa lansia mengatakan sulit muskuloskeletal Mobilitas
bergerak dan berpindah ↓ Fisik
sehingga aktivitasnya perlu Kekakuan sendi (D. 0054
bantuan ↓
Gerakan terbatas
DO: ↓
Dari 159 lansia yang dikaji Kesulitan bergerak dan berpindah
didapatkan sebanyak 23 lansia yang ↓
tingkat kemadiriannya Gangguan mobilitas fisik
ketergantungan total dengan
prosentase 14,5%, sebanyak 2 lansia
ketergantungan berat denagn
prosentase 1,2 %, 10 lansia dengan
ketergantungan sedang dengan
prosentase 6,3 %, dan 21 lansia
dengan ketergantungan ringan
dengan prosentase 13,2 %

3. DS: Degenerasi tulang dan sendi Nyeri


Beberapa lansia mengatakan bahwa ↓ Kronis
sendinya ngilu-ngilu dan sering nyeri Inflamasi dan peradangan (D.0078)

DO: Nyeri kronis
- Dari 159 lansia yang dikaji
didapatkan sebanyak 48 lansia
mengalami nyeri-nyeri pada sendi
dengan prosentase 30,1%
P: inflamasi pada sendi
Q: cekot- cekot
R: nyeri sendi pada kaki (lutut)
kanan dan kiri
S: Skala 2-3 dari 10
T: hilang timbul
4. DS: Penurunan fungsi saraf substantia Risiko
Beberapa lansia mengatakan pernah nigra Jatuh
jatuh di lingkungan sekitar panti atau ↓ (D.0143)
memiliki riwayat jatuh Defisiensi dopamine

Beberapa lansia mengatakan Gerak tubuh melambat
badannya merasa kaku dan susah ↓
berjalan Penurunan kemampuan bergerak
dan fungsi otot

DO:
Ekstremitas gemetar
- Dari 159 lansia yang dikaji ↓
berdasarkan TUGT didapatkan Risiko jatuh
hasil sebanyak 53 lansia
mengalami risiko jatuh tinggi
dengan prosentase 33,3%,
sebanyak 1 lansia diperkirakan
jatuh dalam waktu 6 bulan
dengan prosentase 0,6%, dan
sebanyak 7 lansia diperkirakan
membutuhkan bantuan dengan
prosentase 4,4%
- Berdasarkan data wawancara
dari petugas ruangan, dalam
kurun waktu 3 bulan terakhir
lansia yang jatuh yaitu sebanyak
3 lansia

5. DS: Lingkungan yang tidak Gangguan


Beberapa lansia mengatakan pernah mendukung rasa
mengeluh banyak nyamuk dan sering (banyak nyamuk) nyaman
gatal-gatal ↓ (D.0074)
Lansia digigit nyamuk
DO: ↓
- Dari 159 lansia yang dikaji, Tidak kenyamanan (tidur, gatal-
lansia dengan kualitas tidur yang gatal)
baik sebanyak 112 lansia dan ↓
kualitas tidur buruk sebanyak 42 Gangguan rasa nyaman
lansia.
- Berdasarkan hasil observasi
pengkajian, lansia dengan
kualitas tidur yang buruk
memiliki hambatan yaitu terkena
gigitan nyamuk. Hal ini
disebabkan karena kondisi kamar
yang kurang bersih, tempat tidur
yang sempit dan saling
berdekatan, barang pribadi yang
menumpuk di tempat tidur
6. DS : Lansia lama di panti Koping
beberapa lansia yang mengalami ↓ tidak
depresi mengeluh merasa bosan dan merasa kesepian dan tidak ada efektif
sedih karena jarang dijenguk oleh kegiatan yang menyenangkan (D.0096)
keluarganya. Lansia juga ↓
mengatakan merasa bosan karena rasa sedih dan bosan muncul
kegiatan di panti dilakukan berulang- ↓
ulang dan monoton seperti makan koping tidak efektif
lalu tidur, mandi dan lainnya.
DO :
Dari 159 lansia yang dikaji diketahui
bahwa mayoritas lansia tidak
mengalami depresi yaitu sebanyak
113 lansia.
Diketahui hasil observasi pengkajian,
beberapa lansia yang mengalami
depresi tampak menunjukkan
ekspresi wajah yang murung,
berdiam diri di kamar
BAB 4
PLANING OF ACTIONS (POA)

1. PLANING OF ACTION

Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung


Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
Nyeri kronis 1. Pelatihan Memberikan pelatihan Tujuan: 60% lansia yang Jumat,14 Sie Kesehatan:
manajemen tentang manajemen nyeri - Memberikan sedang Februari 2020 1. Qurrata A’yuni
nyeri non non farmakologis kepada pelatihan mengalami nyeri s.d Kamis, 20 Rasyidah
farmakologis lansia UPTD Griya tentang dapat mengikuti Februari 2020. 2. Nuril Laily
(pijat refleksi). Werdha yang mengalami manajemen dan Setiap sore Pratiwi
nyeri terkait cara memijat nyeri non mempraktikkan setelah mandi. 3. Cintya Della
yang benar farmakologis teknik manajemen Widyanata
(pijat refleksi) nyeri non 4. Rizky Sekartaji
- Lansia dapat farmakologis
mempraktekkan (pijat refleksi)
pijat refleksi sehingga skala
nyeri yang
Sasaran: dirasakan
- Lansia berkurang
mandiri, aktif
beraktifitas
dan
kooperatif
2. Senam Gerakan yang dilakukan Tujuan 60% lansia sesuai 16,18, dan 20 Sie Olahraga:
Rematik sesuai dengan 1. Mengajak lansia sasaran mengikuti Februari 2020 1. Unza Noor
kemampuan gerak lansia aktif beraktivitas kegiatan senam Pukul 08.00 Rahmadhanti,
yang bertujuan untuk 2. Mengajak lansia rematik WIB S. Kep.
mengurangi rasa nyeri untuk senam 2. Achmad Fahri
rematik guna Ali, S.Kep
menjaga 3. Ferly Anas
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
kesehatan Priambodo, S.
jasmansi dan/atau Kep.
mengatasi nyeri 4. Wahyu
sendi Agustin Eka L,
Sasaran: S. Kep.
Lansia mandiri yang
bisa aktif
beraktivitas
Koping tidak 3. “Happy Kegiatan ini didalamnya Tujuan: 70% lansia sesuai Kamis, 19 Sie Rekreasi
efektif Together” terdapat permainan dan - Meningkatkan sasaran mampu Februari 2020 1. Nyuasthi
karaoke bersama. kekompakan mempertahankan Pukul 08.00 Genta S.
antar lansia kekompakan antar WIB 2. Farida Norma
Permainan disini dengan
- Menjalin tim 3. Meidina
menggunakan bahan hubungan yang Dewati
yang sederhana berupa baik sesama 4. Ima Matul K.
sedotan dan karet. lansia
Peserta dibagi menjadi Sasaran:
beberapa tim dan setiap Lansia mandiri, aktif
tim berbaris ke belakang. beraktifitas dan
kooperatif
Peserta pertama yang
berada di baris paling
depan akan diberi karet
dan sedotan di mulut.
Kemudian peserta
tersebut memberikan
karet kepada peserta lain
di dalam timnya dan
tidak boleh terjatuh
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
hingga sampai pada
peserta di baris terakhir
dan dikumpulkan di
sebuah piring.
Pengumpulan karet
menggunakan sedotan
dilakukan hingga waktu
yang ditentukan telah
habis. Selanjunya
dilakukan permainan
sambung lagu dan
terakhir karaoke bersama
4. Menanam dan Lansia diajak untuk 1. Mengalihkan 1. 80 % lansia Rabu, 19 Sie Lingkungan
merawat menanam dan merawat perasaan bosan sesuai sasaran Februari 2020 1. Riris Medawati
tanaman soroh tanaman suroh bersama atau sedih lansia mampu aktif 08.00 2. Fara Farina
yang ditanam dibotol dan dengan dan merasa 3. Dwi Eri Retno
kemudian diletakkan di melakukan senang diajak 4. Elma Karamy
tempat tanaman hias kegiatan yang menanam 5. Itsnaini Lina K.
yang tidak dipakai. positif tanaman hias
2. Melatih
kemampuan
lansia untuk
meningkatkan
kemampuan
kognitifnya
dengan peduli
terhadap
lingkungan
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
5. “Walking Jalan-jalan Bersama Tujuan: 80% lansia sesuai Sabtu, 22 Sie Rekreasi
Day” lansia di sekitar panti dan - Memberikan sasaran ikut Februari 2020 1. Nyuasthi
didampingi oleh hiburan untuk berpartisipasi Pukul 09.00 Genta S.
mahasiswa keperawatan dalam kegiatan 2. Farida Norma
lansia
unair dan perawat di ini 3. Meidina
panti werda. Dilanjutkan - Meningkatkan Dewati
dengan acara fashion semangat dan 4. Ima Matul K.
show menggunakan batik suasana hati
yang telah dibuat oleh yang baik untuk
para lansia lansia
Sasaran:
Lansia mandiri, aktif
beraktifitas dan
kooperatif
Gangguan 6. Mengingat dan Lansia diajak mengingat Tujuan: 70 % lansia yang Jumat, 14 Sie Kerohanian
memori menghafal dan meghafal bacaan 1. Menjelaskan hadir mampu Febuari 2020 – 1. Dyah Puddya
bersama-sama sholat, gerakan wudhu pada lansia menghafal bacaan Rabu, 19 2. Tyas D.R
bacaan sholat, dan doa sehari-hari. tujuan kegiatan sholat, gerakan Februari 2020 3. Erlinna Nur S.P
gerakan Kegiatan untuk 2. Mengajak lansia wudhu dan doa Pukul 16.00 4. Gali Wulan Sari
wudhu, dan meningkatkan kognitif melatih daya sehari-hari. WIB
doa sehari- terhadap kegiatan sehari- kognitif dengan
hari. hari dan aktivitas menghafal
spiritual lansia . bacaan sholat,
Durasi 20 menit gerakan wudhu
Frekuensi 6 kali/minggu dan doa sehari-
hari.
Sasaran:
Lansia mandiri, aktif
beraktifitas dan
kooperatif
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
7. Senam Otak Gerakan yang ditujukan Tujuan 60% lansia sesuai 15,17, dan 19 Sie Olahraga:
untuk melatih fungsi 1. Memperbaiki sasaran mengikuti Februari 2020 1. Unza Noor
keseimbangan, memori, fungsi memori kegiatan senam pukul 08.00 Rahmadhanti,
dan koordinasi otak 2. Mempertahankan otak S. Kep.
sesuai dengan gerak sendi 2. Achmad Fahri
kemampuan gerak lansia 3. Melatih Ali, S.Kep
pernapasan 3. Ferly Anas
Priambodo, S.
Sasaran
Kep.
Lansia mandiri yang
4. Wahyu
bisa aktif
Agustin Eka L,
beraktivitas
S. Kep.
8. Membuat batik Pembuatan batik celup Pembuatan batik 70% lansia sesuai Rabu, 18 Sie Keterampilan
celup untuk untuk sapu tangan celup untuk sapu sasaran mampu Februari 2020 1. Diki Alifta R.
sapu tangan dengan teknik ikatan tangan dengan menghasilkan Pukul 09.00 2. Ika Zulkafika
menggunakan batu teknik ikatan batik celup WIB Mahmudah
kerikil dan karet menggunakan batu 3. Cherlys Tin
kerikil dan karet Lutfiandini
4. Sagita Wulan
Sari
5. Fina Ainur R.
9. Mengecat pot Mengecat botol bekas Tujuan: 70% lansia sesuai Minggu, 16 Sie Keterampilan
botol yang digunakan untuk - Mengekspresikan sasaran mampu Februari 2020 1. Diki Alifta R.
pot bunga sesuai kreativitas lansia mengecat botol Pukul 09.00 2. Ika Zulkafika
kreativitas lansia - Melatih lansia bekas WIB Mahmudah
memanfaatkan 3. Cherlys Tin
barang bekas Lutfiandini
Sasaran: 4. Sagita Wulan
Lansia mandiri, aktif Sari
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
beraktivitas 5. Fina Ainur R.
Gangguan 10. ROM Latihan range of motion Tujuan 60% lansia sesuai 15,17, dan 19 Sie Olahraga:
Mobilitas Fisik (ROM) adalah latihan 1. Meningkatkan sasaran mengikuti Februari 2020 1. Unza Noor
yang dilakukan untuk atau kegiatan latihan Pukul 09.00 Rahmadhanti,
mempertahankan atau mempertahankan ROM WIB S. Kep.
memperbaiki tingkat fleksibiltas dan 2. Achmad Fahri
kesempurnaan kekuatan otot Ali, S.Kep
kemampuan 2. Mempertahankan 3. Ferly Anas
menggerakan persendian fungsi jantung Priambodo, S.
secara normal dan dan pernapasan Kep.
lengkap untuk 3. Mencegah 4. Wahyu
meningkatkan massa otot kekakuan pada Agustin Eka L,
dan tonus otot sendi S. Kep.
Sasaran:
Lansia bedres yang
kurang aktivitas
Gangguan 11. Senam Senam ini biasanya Tujuan 60% lansia sesuai Minggu, 16 Sie Olahraga:
Mobilitas Fisik maumere diiringi oleh lagu 1. Mengajak lansia sasaran mengikuti Februari 2020 1. Unza Noor
berirama dari berbagai aktif beraktivita kegiatan senam Pukul 08.00 Rahmadhanti,
provinsi yang 2. Mengajak lansia maumere WIB S. Kep.
diaransemen ulang dan untuk menjaga 2. Achmad Fahri
biasanya dilakukan oleh kesehatan Ali, S.Kep
sekelompok orang untuk jasmani 3. Ferly Anas
kebugaran jasmaninya. Sasaran: Priambodo, S.
Lansia mandiri yang Kep.
bisa aktif 4. Wahyu
beraktivitas Agustin Eka
L, S. Kep.
Tujuan dan Indikator Waktu Penanggung
Masalah Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Sasaran Kegiatan Keberhasilan Pelaksanaan Jawab
Risiko Jatuh 12. Kerja bakti Mahasiswa bekerjasama 1. Risiko jatuh 1. Permukaan Selasa, 18 Sie lingkungan
(merapikan dengan panti untuk lansia yang paving yang Februari 2020 1. Riris Medawati
paving) merapikan paving diakibatkan tidak rata Pukul 08.00 2. Fara Farina
dilingkungan panti karena menjadi rata 3. Dwi Eri R.
sebagai paya pencegahan permukaan lantai 2. Tidak ada 4. Elma Karamy
jatuh yang tidak rata kejadian jatuh 5. Itsnaini Lina K.
tidak terjadi akibat
permukaan
paving yang
tidak rata
Gangguan Rasa 13. Membuat Lansia diajak membuat 1. Lansia dapat 1. Lansia Senin, 17 Sie lingkungan
Nyaman spray anti spray anti nyamuk mengetahui cara mampu Februari 2020 1. Riris Medawati
nyamuk berbahan alamiah dari membuat spray mengetahui Pukul 09.00 2. Fara Farina
berbahan alami daun serai anti nyamuk cara 3. Dwi Eri R.
alamiah pembuatan 4. Elma Karamy
2. Lansia terhindar dan mengikuti 5. Itsnaini Lina K.
dari rasa gatal kegiatan
akibat gigitan dengan aktif
nyamuk 2. Tercipta spray
anti nyamuk
hasil karya
lansia
minimal 1
botol
Lampiran 1
SUSUNAN KEPANITIAAN
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
DI UNIT PELAYANAN TEKNIS GRIYA WERDHA JAMBANGAN
SURABAYA

Penanggung Jawab : PJMA Keperawatan Gerontik


Dr. Retno Indarwati, S.Kep, Ns.,M.Kep
NIP. 198707172015042002

Organizing Committe Nama Mahasiswa NIM


Ketua : Adhe Kukuh Sukma Lanang, S.Kep 131913143001
Sekretaris : Ayu Septia Malinda, S.Kep 131913143004
Bendahara : Malinda Kurnia Putri, S.Kep 131913143013
Sie Kerohanian : Dyah Puddya Haningtyas, S.Kep 131913143002
: Erlinna Nur Syah Putri, S.Kep 131913143009
: Tyas Dwi Rahmadhani, S.Kep 131913143015
: Gali Wulan Sari, S.Kep 131913143021
Sie Kesehatan : Cintya Della Widyanata, S.Kep 131913143007
: Nuril Laily Pratiwi, S.Kep 131913143010
: Qurrata A’yuni Rasyidah, S.Kep 131913143011
: Rizky Sekartaji, S.Kep 131913143024
Sie Rekreasi : Meidina Dewati, S.Kep. 131913143003
: Nyuasthi Genta S, S.Kep. 131913143014
: Ima Matul K, S.Kep. 131913143026
: Farida Norma, S.Kep. 131913143029
Sie Lingkungan : Riris Medawati, S.Kep. 131913143005
: Fara Farina, S. Kep. 131913143018
: Dwi Eri Retno Widowati, S. Kep. 131913143020
: Elma Karamy, S. Kep. 131913143022
: Itsnaini Lina Khoiriyyah, S.Kep 131913143025
Sie Olahraga : Unza Noor Rahmadhanti, S. Kep. 131913143016
: Achmad Fahri Ali, S.Kep 131913143019
: Ferly Anas Priambodo, S. Kep. 131913143023
: Wahyu Agustin Eka L, S. Kep. 131913143028
Sie Ketrampilan : Diki Alifta Rachmat, S.Kep. 131913143006
: Ika Zulkafika M, S. Kep. 131913143008
: Cherlys Tin Lufiandini, S. Kep 131913143012
: Sagita Wulan Sari, S.Kep. 131913143017
: Fina Ainur Rocmah, S. Kep. 131913143027
Lampiran 2

BLOK A

Ruang : Melati Jumlah Lansia: 13


Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Tidak ada gangguan Resiko jatuh Tidak Nyeri pada lutut kiri terutama
Akup L 79 th Mandiri Baik Status gizi normal
kognitif tinggi depresi saat berjalan
Membutuhkan
Ketergantungan Tidak ada gangguan Tidak Linu pada kedua lutut terus
Djeje L 77 th bantuan buruk Status gizi normal
ringan kognitif depresi menerus
mobilisasi
Resiko
Resiko jatuh Sulit Sulit
Amatsyo L 83 th mandiri Sulit dievaluasi mengalami Gangguan pendengaran
tinggi dievaluasi dievaluasi
malnutrisi
Tidak ada gangguan Tidak resiko Tidak
Sudarto L 98th Mandiri Baik Status gizi normal Rindu keluarga
kognitif jatuh depresi
Resiko
Ketergantungan Kemungkinan terjadi Resiko jatuh
Akeman L 91th Depresi Buruk mengalami Linu pada kaki
ringan gangguan kognitif tinggi
malnutrisi
Tidak ada gangguan Tidak resiko Tidak
Ismail L 65th Mandiri baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh depresi
Resiko
Tidak ada gangguan Tidak resiko Tidak
Mugiono L Mandiri Baik mengalami Menarik diri
kognitif jatuh depresi
malnutrisi
Tidak ada gangguan Tidak resiko Ingin pulang, merasa di panti
Rebo L 75 th Mandiri Depresi Buruk Status gizi normal
kognitif jatuh adalah hukuman
Tidak resiko Tidak
Amar L Mandiri Gangguan kognitif baik Status gizi normal Gangguan kognitif
jatuh depresi
83 Tidak ada gangguan Tidak ada resiko Tidak
Suparno L Mandiri Baik Resiko malnutrisi Sulit dievaluasi
tahun kognitif jatuh depresi
Tidak ada gangguan Tidak ada resiko Tidak
Dwi Hasta L Mandiri Baik Status gizi normal Merasa bosan
kognitif jatuh depresi
Ketergantungan Tidak ada gangguan Resiko jatuh Tidak
Sarlim L 78th Baik Status gizi normal Linu pada kaki
sedang kognitif tinggi depresi
Tidak ada gangguan Tidak ada resiko Tidak
Hasyim L 84th Mandiri Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh depresi
Ruang : Wijaya Kusuma Jumlah Lansia :
10
Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Nursam L 76 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Obesitas Nyeri pada kedua lutut
kognitif jatuh depresi
Ngatino L 77 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Buruk Baik Sesak
kognitif risiko jatuh depresi
Gusti L 73 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak ada Tidak Baik Baik Tidak ada keluhan
gangguan kognitif resiko jatuh depresi
Slamet L 90 Mandiri Gangguan kognitif Resiko tinggi Depresi Buruk Risiko Batuk dan gatal pada
jatuh mengalami seluruh tubuh sudah 1
malnutrisi bulan
Suprapto L 69 Ketergantungan Tidak ada gangguan Risiko tinggi Tidak Baik Baik 6x jatuh
ringan kognitif jatuh depresi
Kurnen L 74 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko tinggi Tidak Baik Baik Tidak ada keluhan
gangguan kognitif jatuh depresi
Saderi L 81 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Buruk Risiko Gatal sudah 1 bulan,
kognitif risiko jatuh depresi mengalami tidak bisa tidur
malnutrisi
Engkuh L 73 Mandiri Gangguan kognitif Risiko tinggi depresi Buruk Baik Sering lupa, jalan
Kusnadi jatuh dituntun
Osman L 64 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Baik Nyeri pada kedua kaki
kognitif risiko jatuh depresi
Umar L 67 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko tinggi depresi Buruk Baik Tidak ada keluhan
kognitif jatuh
Ruangan : TULIP Jumlah Lansia : 9
SKOR
No Nama L/P Usia Keluhan Utama
ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi
Pandangan kabur, linu
Tidak ada Status gizi
1 Sudarsono L 70 tahun Mandiri Gangguan kognitif Depresi Baik tangan, pendengaran
resiko jatuh normal
berkurang
Tidak ada Tidak ada Status gizi
2 Suroso L 64 tahun Mandiri Depresi Buruk Tangan dan kaki kaku
gangguan kognitif resiko jatuh normal
Kemungkinan Tidak ada Status gizi
3 Eko L 81 tahun Mandiri Depresi Buruk Sakit gigi
gangguan kognitif resiko jatuh normal
Tidak ada Tidak ada Tidak Status gizi
4 Abdur Rohim L 63 tahun Mandiri Baik Penglihatan kabur
gangguan kognitif resiko jatuh depresi normal
Slamet Risiko tinggi Tidak Status gizi
5 L 69 tahun Mandiri Tidak terkaji Baik Tidak bisa berbicara
Harianto jatuh depresi normal
Tidak ada Tidak ada Status gizi
6 Saniman L 77 tahun Mandiri Depresi Baik Pendengaran berkurang
gangguan kognitif resiko jatuh normal
Tidak ada Tidak Status gizi Tidak betah berada di
7 Ngatemin L 72 tahun Mandiri Gangguan kognitif Baik
resiko jatuh depresi normal panti
Risiko
Tidak ada Tidak ada Tidak
8 Agus L 71 tahun Mandiri Baik mengalami Lemas
gangguan kognitif resiko jatuh depresi
malnutrisi
Kemungkinan Tidak ada Tidak Status gizi
9 Kustiono L 72 tahun Mandiri Baik Tidak ada
gangguan kognitif resiko jatuh depresi normal
Ruang : Kamboja Jumlah Lansia : 12

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Joko Sulityo L 67 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Depresi Buruk Status gizi normal Pegal-pegal seluruh
kognitif jatuh tubuh
Soemarto L 75 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Tidak Buruk Status gizi normal Stroke, sering lupa
gangguan kognitif tinggi depresi
Joni Suryantoko L 87 Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Depresi Buruk Kemungkinan Pendengaran kurang,
jatuh mengalami malnutrisi susah tidur, gatal jika
makan telur
Kasijan L 72 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Depresi Baik Kemungkinan Tidak bisa melihat,
ringan gangguan kognitif tinggi mengalami malnutrisi pusing
Supriyo B. P. L 76 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh depresi
Tarsono L Isos Mandiri Isos Tidak risiko Sulit Buruk Status gizi normal Menarik diri
jatuh dievaluasi
Binardi Ongko L 75 Ketergantungan Gangguan kognitif Risiko jatuh Depresi Buruk Status gizi normal Penglihatan kurang
ringan tinggi
Bambang S. L 70 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Tidak Baik Kemungkinan Parkinson, tidak bisa
sedang gangguan kognitif tinggi depresi mengalami malnutrisi menahan kencing
Miun L 65 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Kemungkinan Bicara pelo
gangguan kognitif jatuh depresi mengalami malnutrisi
Soepriyanto L 68 Ketergantungan Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Buruk Kemungkinan Penyakit tulang
ringan kognitif tinggi depresi mengalami malnutrisi belakang
Sayuti L Lupa Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Depresi Buruk Status gizi normal Pikun, gatal-gatal,
jatuh ngelantur
Sudarman L 66 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Tidak risiko Depresi Buruk Kemungkinan Glaukoma, susah tidur
ringan gangguan kognitif jatuh mengalami malnutrisi
Ruang : Kenanga Jumlah Lansia: 17
Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Gusti Darma L 70 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif tinggi depresi
Ahmad Chodin L 88 Total care Tidak ada gangguan Tdk dpt Tidak Baik Status gizi normal Stroke, kaki tdk bisa
kognitif dievaluasi depresi diangkat, hipertensi
Kurnan L 71 Total care Tidak ada gangguan Tdk dpt Depresi Baik Status gizi normal Linu pada kaki
kognitif dievaluasi
Soewarno L 85 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif risiko jatuh depresi
Ridwan L 68 Ketergantungan Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
Lasmono ringan kognitif tinggi depresi
Eko Djatmiko L 69 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh depresi
Moh. Hasyim L 70 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak ada Depresi Baik Status gizi normal Punggung kanan ada
gangguan kognitif risiko jatuh hernia, gatal gatal
Soekadi L 75 Ketergantungan Gangguan kognitif Tdk dpt Tidak Baik Status gizi normal Pendengaran menurun
ringan dievaluasi depresi
Sahri L Lupa Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Penurunan
jatuh depresi pendengaran
Waluyo L 70 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif tinggi depresi
Soekandar L 87 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Tdk dpt Tidak Baik Status gizi normal Kaki sakit, linu linu
sedang gangguan kognitif dievaluasi depresi
Sadikun L 60 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Buruk Status gizi normal Gatal gatal,
gangguan kognitif jatuh depresi pendengaran menurun
Sutrisno L 71 Ketergantungan Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Kaki kesemutan
sedang kognitif tinggi depresi
Nurjanto L 70 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Status gizi normal Penurunan
kognitif risiko jatuh depresi pendengaran
Katimin L 72 Total care Gangguan kognitif Tdk dpt Depresi Baik Kemungkinan Imobilisasi
dievaluasi mengalami malnutrisi
Musjianto L 65 Total care Kemungkinan terjadi Tdk dpt Tidak Buruk Kemungkinan Sering lupa,
gangguan kognitif dievaluasi depresi mengalami malnutrisi imobilisasi
Ahmad Dawam L 71 Total care Gangguan kognitif Tdk dpt Tidak Baik Status gizi normal Pendengaran menurun,
dievaluasi depresi imobilisasi
BLOK B

Ruang : Teratai Jumlah Lansia : 14

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Markamah P Lupa Mandiri Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut
kognitif tinggi Depresi
Kusmiati P Lupa Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal nyeri punggung, dan
kognitif jatuh Depresi pipis saat batuk sudah
2 hari ini
Sumini P 67 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Kaki nyeri saat turun
kognitif jatuh Depresi dari tempat tidur dan
sulit berjalan
Yuli P 68 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Nyeri pada kedua lutut
kognitif jatuh Depresi
Musamah P 77 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal TPusing, Tekanan
gangguan kognitif jatuh Depresi darah meningkat,
maag
Isah P 88 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko Jatuh Tidak Buruk Status gizi normal Nyeri pada kedua
kognitif Tinggi Depresi lutut, skala nyeri 4
Sri Kusnaini P 76 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Buruk Kemungkinan Nyeri pada kedua
kognitif jatuh Depresi mengalami malnutrisi lutut, skala 3, ada
katarak di mata kiri
sehingga pandangan
kabur
Anik P 70 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut
gangguan kognitif jatuh Depresi
Oetari P 65 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Kemungkinan Kadang merasa sesak
kognitif jatuh Depresi mengalami malnutrisi saat malam hari
Suliyah P 74 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Buruk Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh Depresi
Tasmi P 69 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Buruk Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh Depresi
Marnakem P Lupa Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Buruk Kemungkinan Batuk
gangguan kognitif jatuh depresi mengalami malnutrisi
Sunarti P Lupa Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut kadang
kognitif resiko jatuh depresi kanan kadang kiri
Suparti P 60 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut terutama
kognitif resiko jatuh depresi setelah duduk ke
berdiri
Ruang : Mawar Jumlah Lansia : 13

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Aminah P 74 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko tinggi Tidak Normal Status gizi normal Mata buram, lutut
kognitif jatuh depresi nyeri
Sariyah P 65 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Sesak sejak 2 minggu,
kognitif risiko jatuh depresi susah tidur
Boelkidjah P 76 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Sering Status gizi normal Nyeri kedua lutut,
kognitif risiko jatuh depresi kencing gatal-gatal
pada
malam
hari
Kastini P 81 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Pusing, kaki cekot-
kognitif risiko jatuh depresi cekot
Sri Sumarijani P 72 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko tinggi Depresi Normal Status gizi normal Nyeri lutut, vertigo
kognitif jatuh
Habiah P 55 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif risiko jatuh depresi
Atim P 84 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif risiko jatuh depresi
Rena P 61 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif risiko jatuh depresi
RR.Sukesi P 74 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko tinggi Tidak Normal Status gizi normal Badan pegal-pegal
kognitif jatuh depresi
Murtiningrum P 75 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif risiko jatuh depresi
Ngatinah P 79 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko tinggi Tidak Normal Status gizi normal Nyeri punggung
gangguan kognitif jatuh depresi
Saenah P Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Tidak ada keluhan
gangguan kognitif risiko jatuh depresi
Tini P 83 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Normal Status gizi normal Pusing, kadang-
kognitif risiko jatuh depresi kadang lutut nyeri
Ruang : Anggrek Jumlah Lansia : 12

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Wiji P Lupa Ketergantungan Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat Depresi Baik Mengalami Malnutrisi Batuk
Total dievaluasi
Kasri P 90 Ketergantungan Gangguan Kognitif Tidak dapat Depresi Baik Mengalami Malnutrisi Tidak bisa berjalan
Total dievaluasi
Kalipah P 83 Ketergantungan Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat Tidak dapat Baik Tidak dapat dievaluasi Gatal-gatal
Ringan dievaluasi dievaluasi
Siti Sumijati P Lupa Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Depresi Baik Tidak mengalami Nyeri kepala
kognitif jatuh malnutrisi
Siti Aminah P 75 Ketergantungan Gangguan Kognitif Tidak dapat Tidak Baik Resiko mengalami Asam urat, kaki cekot-
Sedang dievaluasi Depresi malnutrisi cekot
Sukarti P 78 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Tidak dapat Depresi Baik Mengalami Malnutrisi Tidak ada keluhan
Sedang gangguan kognitif dievaluasi
Hasinah P 88 Ketergantungan Gangguan Kognitif Tidak dapat Depresi Buruk Mengalami malnutrisi Nyeri pada kaki
Total dievaluasi
Juwariyah P 47 Ketergantungan Tidak terjadi gangguan Tidak resiko Tidak Baik Mengalami malnutrisi Nyeri lutut
ringan kognitif jatuh Depresi
Sulami P 68 Ketergantungan Tidak ada gangguan Tidak dapat Depresi Buruk Resiko mengalami Kaki kesemutan, asam
sedang kognitif dievaluasi malnutrisi urat, cekot-cekot
Minten P 77 Ketergantungan Gangguan Kognitif Tidak dapat Tidak Baik Mengalami malnutrisi Nyeri dada
Total dievaluasi Depresi
Warsinem P 85 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Tidak dapat Depresi Buruk Mengalami malnutrisi Kaki linu dan punda
Total gangguan kognitif dievaluasi linu
Supinah P 70 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Tidak dapat Depresi Baik Mengalami ma;nutrisi Nyeri kepala
Total gangguan kognitif dievaluasi
Ruang : Lavender Jumlah Lansia : 12
No. Nama L/P Usia Skor Keluhan
ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi
1. Ponisah P 74 tahun Ketergantungan Tidak dapat Tidak Tidak Tidak Risiko Tidak terkaji
Total dievaluasi dapat dapat dapat mengalami
dievaluasi dievaluasi dievaluasi malnutrisi
2. Moeslikah P 78 tahun Ketergantungan Kemungkinan Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri lutut
Total ada gangguan dapat depresi tidur mengalami kanan dan kiri
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi skala 4
baik
3. Sriah P 78 tahun Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri lutut
Total gangguan dapat depresi tidur mengalami kanan dan kiri
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi skala 3, serta
baik pusing
4. Sutik P 84 tahun Ketergantungan Tidak dapat Tidak Tidak Tidak Risiko Tidak terkaji
Total dievaluasi dapat dapat dapat mengalami
dievaluasi dievaluasi dievaluasi malnutrisi
5. Pi’ah P 79 tahun Ketergantungan gangguan Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri lutut
Total kognitif dapat depresi tidur mengalami kanan dan kiri
dievaluasi lansia malnutrisi skala 3, serta
buruk pusing
6. Patri P 85 tahun Ketergantungan Kemungkinan Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri mata
Total ada gangguan dapat depresi tidur mengalami dan pusing
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
buruk
7. Astuti P 77 tahun Ketergantungan Kemungkinan Tidak Tidak Kualitas Risiko Tidak dapat
Total ada gangguan dapat depresi tidur mengalami menggerakkan
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi kaki
baik
8. Suprapti P 65 tahun Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri lutut
Total gangguan dapat depresi tidur mengalami kanan skala 3
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
baik
9. Sulastri P 84 tahun Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri kaki
Total gangguan dapat depresi tidur mengalami kanan skala 4
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
baik
10. Satinem P Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri kaki
Total gangguan dapat depresi tidur mengalami skala 3
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
baik
11. Waisah P 91 tahun Ketergantungan Tidak dapat Tidak Tidak Tidak Risiko Tidak terkaji
Total dievaluasi dapat dapat dapat mengalami
dievaluasi dievaluasi dievaluasi malnutrisi
12. Mujiati P Tidak Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Pusing
diketahui Total gangguan dapat depresi tidur mengalami
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
baik
13. Sunarsih P Tidak Ketergantungan Tidak ada Tidak Tidak Kualitas Risiko Nyeri perut
diketahui Total gangguan dapat depresi tidur mengalami dan diare
kognitif dievaluasi lansia malnutrisi
buruk
BLOK C

Ruang : Dahlia Jumlah Lansia : 6

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Mariana P 67 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko tinggi Tidak Baik Status gizi normal Linu bagian tangan
gangguan kognitif jatuh depresi dan kaki kiri bekas
kecelakaan
Jumaatin P 65 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Nyeri sendi lutut
kognitif jatuh depresi kaki dan pusing
Karni P 75 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
gangguan kognitif jatuh depresi
Sukartun P - Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko tinggi Tidak Baik Kemungkinan Penurunan
gangguan kognitif jatuh depresi mengalami malnutrisi pendengaran dan
pengelihatan
Tukina P - Mandiri Gangguan kognitif Risiko tinggi Tidak Baik Status gizi normal Pusing
jatuh depresi
Sarpijah P 79 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Kemungkinan Pegal-pegal di kaki
gangguan kognitif jatuh depresi mengalami malnutrisi
Maisonah P 67 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Telinga berdenging,
gangguan kognitif jatuh depresi kaki linu dan rabun
jauh
Ruangan : Bougenville

Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Mardiyah P 65 Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak risiko Tidak Buruk Status gizi normal Pipis di malam hari
gangguan kognitif jatuh depresi kurang lebih 5x
Supiyah P 82 Mandiri Gangguan kognitif Risiko tinggi Depresi Baik Status gizi normal Nyeri pinggang dan
jatuh sakit perut
Tukirah P 85 Mandiri Gangguan kognitif Risiko tinggi Tidak Baik Kemungkinan Pusing
jatuh depresi mengalami malnutrisi
Kholina P 63 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Buruk Kemungkinan Pegal-pegal
kognitif jatuh depresi mengalami malnutrisi
Riani P 85 Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Tidak Buruk Status gizi normal Kadang gatal setelah
jatuh depresi mandi
Leginem P 77 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Depresi Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh
Yatemi P 84 Mandiri Gangguan kognitif Risiko tinggi Tidak Baik Kemungkinan Nyeri kaki, linu dan
jatuh depresi mengalami malnutrisi pegal-pegal
Paisa P 80 Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Depresi Baik Kemungkinan Pusing
jatuh mengalami malnutrisi
Riseh P - Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Nyeri punggung
jatuh depresi
Sumiati P 81 Mandiri Gangguan kognitif Tidak risiko Depresi Baik Kemungkinan Nyeri pinggang
jatuh mengalami malnutrisi
Ruangan : Sakura
Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Esah P - Sebagian dibantu Gangguan Kognitif Tidak resiko Tidak Baik Status gizi baik Tidak ada keluhan
jatuh Depresi
Mudjianah P - Dibantu sebagian Gangguan kognitif Resiko tinggi Depresi Buruk Status gizi baik nyeri di hidung
jatuh
Mudjiarsih P 60 Sebagian dibantu Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik Nyeri kaki
jatuh Depresi
Karsiah P - Dibantu total Gangguan kognitif Resiko tinggi Depresi Baik Status gizi baik Tidak ada keluhan
jatuh
Surip P 65 Sebagian dibantu Gangguan kognitif Risiko tinggi Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
jatuh depresi
Nyi Mas P 72 Sebagian dibantu Gangguan kognitif Resiko tinggi Depresi Buruk Resiko mengalami Tidak ada keluhan
jatuh malnutrisi
Supatmi P - Sebagian dibantu Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Resiko mengalami Tidak ada keluhan
jatuhh Depresi malnutrisi
Muntamah P - Sebagian dibantu Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik Nyeri perut
jatuh depresi
Siti Munah P - Dibantu sebagian Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik tidak ada keluhan
jatuh depresi
Rumiati P - Sebagian dibantu Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik Tidak ada keluhan
jatuh depresi
Saini P - Dibantu sebagian Gangguan kognitif Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik Nyeri kaki
jatuh depresi
Siti Sumiati P 61 Sebagian dibantu Kemungkinan terjadi Resiko tinggi Tidak Baik Status gizi baik Pusing
ganguan kognitif jatuh Depresi
Sujarni P - Mandiri Kemungkinan terjadi Tidak resiko Depresi Baik Status gizi baik Gatal dan bengkak di
gangguan kognitif jatuh kaki
Ruangan : Seruni
Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Sugiarti P 74 Mandiri Tidak ada gangguan Tidak ada Tidak Baik Status gizi normal Badan pegel linu dan
kognitif risiko jatuh Depresi nyeri lutut kiri
Sumarni P Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Depresi Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
gangguan kognitif rendah
Soehartijah P 69 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Batuk
gangguan kognitif tinggi depresi
Hartining P 74 Ketergantungan Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
sedang gangguan kognitif tinggi epresi
Satimah P 71 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Batuk dan gatal-gatal
kognitif tinggi depresi
Nurhayati P 71 Mandiri Kemungkinan terjadi Risiko jatuh Depresi Buruk Status gizi normal Gatal-gatal
gangguan kognitif tinggi
Munah P 67 Mandiri Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif rendah depresi
Sumidjah P Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut dan badan
tinggi depresi gatal-gatal
Sumiati P 79 Ketergantungan Tidak ada gangguan Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut
sedang kognitif tinggi depresi
Ruangan : Sedap malam
Nama L/P Usia ADL MMSE TUGT GDS PSQI Nutrisi Keluhan
Kalsum P 82 Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Batuk, nyeri pinggang
Depresi dan lutut
Darmi P 80 Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Tidak Buruk Status gizi normal Nyeri pinggang,
depresi gangguan pendengaran
Sukesih P 74 Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Depresi Buruk Status gizi normal Gangguan
pendengaran, neyri
lutut
Sariani P - Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Depresi Buruk Status gizi normal Nyeri lutut dan
pinggang
Sriyani P - Mandiri Gangguan kognitif Risiko jatuh Tidak Buruk Status gizi normal Badan panas dingin
depresi
Merri P - Mandiri Tidak ada gangguan Tidak risiko Tidak Baik Status gizi normal Tidak ada keluhan
kognitif jatuh depresi
Jaenah P 75 Ketergantungan Gangguan kognitif Tidak dapat Tidak Baik Status gizi normal Gangguan
sedang dievaluasi depresi pendengaran
Manisih P 73 Mandiri Tidak dapat dievaluasi Tidak risiko Tidak dapat Tidak Status gizi normal Gangguan
jatuh dievaluasi dapat pendengaran
dievaluas
i
Dirah P 80 Ketergantungan Gangguan kognitif Risiko jatuh Tidak Baik Status gizi normal Nyeri lutut
sedang tinggi depresi
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Depkes: Jawa Timur
Kemenkes RI. (2017). Health Profile of Indonesia 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali.
Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf
Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults (6th Ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. Jakarta: EGC
Nugroho, Wahyudi, SKM, 2010, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta: EGC
Wreksoatmodjo, B.R. (2014). Beberapa kondisi fisik dan penyakit yang merupakan faktor
risiko gangguan fungsi kognitif. CDK-212, 41 (1), 25–32.
World Health Organization. (2014). Regional strategy for healthy ageing. India: WHO
Publications.

Anda mungkin juga menyukai