Anda di halaman 1dari 7

“How to Find the Fluida Through the Well Data using Stratigraphic Correlation and

Structure Correlation”
Mandala Tunggul Sinaga
Fisika – Geofisika
University of Brawijaya
Malang
Tunggul.sng@gmail.com

Abstrak :

laut secara tiba-tiba dan pelamparannya ke


Pendahuluan : arah lateral.
Korelasi merupakan suatu metode
yang menghubungkan 2 data atau lebih Ada 2 macam mekanisme yang dapat
dengan mengacu pada sebuah persamaan membentuk parasikuen yaitu:
 Pertambahan kedalaman laut secara
antara data. Sandi Stratigrafi Amerika Utara
(1983) mengakui adanya tiga tipe utama relatif cepat,
 Kenaikan muka air laut secara cepat
korelasi :
Macam – macam teori pengendapan secara
1. Litokorelasi (lithocorrelation) yang stratigrafi :
mengungkapkan kemiripan litologi dan a. Progradasi : Suplai sedimen >
posisi stratigrafi. Akomodasi
2. Biokorelasi (biocorrelation) yang b. Aggradasi : Suplai Sedimen =
mengungkapkan kemiripan kandungan fosil Akomodasi
dan posisi biostratigrafi. c. Retrogradasi : Suplai Sedimen <
3. Kronokorelasi (chronocorrelation) yang Akomodasi
mengungkapkan korespondensi umur dan
posisi kronostratigraf. Manfaat dari korelasi
adalah untuk mengetahui struktur bawah
permukaan melalui data sumur , jika tidak
ada korelasi antar data sumur maka ,
penelaahan stratigrafi tidak lebih dari sekedar
pemerian stratigrafi lokal.

Dasar Teori :
Pengedapan secara stratigrafi
terdiri dari 3 parasekuen (Parasequence
Set).Definisi dari parasekuen adalah
beberapa lapisan atau kumpulan lapisan yang
relative selaras yang terbentuk oleh proses
pengedapan dan yang du batasi oleh
permukaan yang setara (Wagoner,1990).
Parasikuen ini dibatasi di atas dan di
bawahnya oleh bidang permukaan marine
flooding yaitu bidang batas yang
memisahkan lapisan muda dan tua yang
dihasilkan oleh bertambahnya kedalaman air
Elektrofasies meupakan pola – pola Karakter ini juga mengindikasikan adanya
yang terbentuk pada log gamma ray yang di perubahan yang cepat dalam lapisan itu.
pengaruhi oleh sedimentology batuan, ruang Perubahan yang terjadi yang terekam dalam
akomodasinya. karakter ini adalah adanya progradasi serta
retrogradasi yang sinergis dan cepat.
Serrated
Bentuk kurva pada jenis ini memperlihatkan
adanya agradasi dari shale dan lanau. Fase
air laut yang terjadi berupa konstan
dan parasikuen set yang dibentuk adalah
aggradasi. Bentuk kurva ini
merepresentasikan area pengendapan yang
beragam seperti fluvial floodplain, alluvial
plain, shelf .
Penjelasan dari jenis – jenis respon log
Gamma Ray :
Jenis – jenis respon log gamma ray a. Aggrading : menunjukan
bahwa terakumulasinya sand
Cylindrical pada satu zona yang memiliki
Bentuk log ini merupakan bentuk dengan jumlah banyak di bandingkan
karakter GR yang relatif stabil. Fase air laut shalenya.
yang terjadi stabil danparasikuen set yang b. Prograding : menunjukan
dibentuk adalah aggradasi. Bentuk seperti ini semakin ke atas (pada
diasosiasikan dengan endapan gambar) maka semakin kasar
sedimenfluvial channel, braided sebab memiliki jumlah sand
channel, estuarine. yang semakin banyak.
Funnel c. Retrogradding : menunjukan
Menunjukan dominasi yang berubah semakin ke atas (pada
misalnya dari shale ke arah sand (mengkasar gambar) maka semakin halus
keatas). Fase air laut yang terjadi berupa atau lunak sebab memiliki
regresi dan parasikuen set yang dibentuk jumlah shale yang semakin
adalah progradasi. Lingkungan banyak .
pengendapannya meliputi estuarine d. Progradding & Retrogradding
shelf, delta front. : menunjukan bahwa sand
Bell terakumulas pada sartu zona
Menunjukkan perubahan dominasi besar yang sempit maka menjadi
butiran misalnya dari batupasir ke shale atau menonjol ke kiri (pada
merupakan aspek penghalusan keatas. Fase gambar )
air laut yang terjadi berupa transgresi Hubungan Elektrofasies dengan
dan parasikuen set yang dibentuk adalah Sekuen Stratigrafi adalah Elektrofasies
retrogradasi Daerah dengan mendeskripsikan besar atau kecilnya
dominasi meandering, tidal channel, fluvial penaikan muka air laut jika dibandingkan
point bar. dengan sedimentasinya maka jika semakin
Symmetrical banyak sedimen yang terendapkan maka
Bentuk karakteristik dari kurva GR ini penaikan muka air laut lebih banyak di
menunjukkan adanya penurunan bandingkan sedimentasinya, maka dari itu
kadar shale dilanjutkan kenaikan kembali.
strata stratigrafinya melihat pada tiap weel log dihubungkan kemudian untuk
sedimentnya yang secara umum pasti menentukan lithostratigrafi maka litologi
sedimen yang paling atas akan semakin lunak batuan tiap well log di hubungkan dengan
karena masih mengandung air yang banyak syarat pengkorelasian harus dari bawah sebab
dan yang paling bawah semakin keras karena dari lapisan yang paling terendapkan ,
sdah terendapkan cukup lama. kemudian untuk korelasi struktur bedasarkan
Cara mengidentifikasi keberadaan pada kadungan resistivitas , yang
fluida pada data sumur adalah di lihat dari mendeskripsikan hidrokarbon water contact.
nilai resistivitasnya dan nilai neutron pula,
jika nilai resistivitas mendadak berubah maka Pembahasan
dapat di lihat bahwa ada kontak antara Pada gambar A , hasil interpretasi
hidrokarbon dengan air. Maka dari itu data tiap sumur ( Well Name 1 , 2, 3,4), pada
identifikasi fluida tergantung pada nilai data sumur Well Name 1 , memiliki litologi
resistivitas . sediment sand lebih banyak daripada shale,
dan sekuen stratigrafi menurut respon
Metodologi Gamma Ray masuk dalam jenis prograding,
Input data pada Gambar A ,langkah dimana semakin ke atas maka litologi
awal nya menginterpretasi data sumur sedimentnya bersifat semakin keras. Pada
dengan memberi warna dengan berdasarkan data sumur Well Name 2 , memiliki litologi
litologi batuan , hijau pada shale dan warna sediment lebih banyak daripada shale. Pada
kuning sand, kemudian menetukan sekuen Well Name 3 dan 4 memiliki litologi
stratigrafinya dan menentukan Sequence sedimentasi yang sam degnan sand lebih
Boundary (SB) untuk langkah banyak daripada shale. Pada studi kasus
pengkorelasian. Gambar A dapat dilihat bahwa lapisan paling
Input data pada Data WELL 1,2,3 bawah terdapat endapan sand dan lapisan
langkah awalnya menginterpretasi tiap – tiap paling atas ada endapan sediment shale. Jadi
data well dengan memberi warna dengan jika di lihat masing – msing sumur memang
berdasarkan litologi batuan hijau pada shale terlihat bahwa lapisan paling atas ialah shale
dan kuning pada sand , kemudian menetukan yang paling dominan, tetapi pada saat data
sekuen strtigrafinya dengan menentukan sumur di korelasikan satu dengan yang lain
Sequence Boundary (SB) untuk langkah maka terlihat bahwa sand terendapkan lalu
pengkorelasian . terintrusi ke atas namun terjadi retrogradding
Tahapan pengkorelasian pada yang mengakibatkan lapisan paling atas
Gambar A berdasarkan Sequence Boundary adalah shale yang bersifat lebih halus
dari tiap weel log dihubungkan kemudian daripada lapisan di bawahnya yang
untuk menentukan lithostratigrafi maka merupakan sand. Jika di lihat dari
litologi batuan tiap well log di hubungkan biostratigrafi yang merupakan di dasari oleh
dengan syarat pengkorelasian harus dari jumlah kandungan fossil yang terendapkan
bawah sebab dari lapisan yang paling maka urutan fossil yang terndapkan adalh
terendapkan , kemudian untuk penentuan A.roticulata Spiniferinities S.magnifica –
biostratigrafi , maka di lihat dari data tabel P.Pyrophorum – A.margarita S.rhomboideus
fossil pada data sumur (terletak di sebelah – Conscinodiscus . Dengan persentase yang
atas ) , dengan melakukan pengkorelasian paling banyak ialah biozones yang
data tiap sumur . A.margarita S. rhomboideus.
Tahapan pengkorelasian data well Pada studi kasus Data Well 1 ,2, 3
1,2,3 berdasarkan Sequence Boundary dari pada data sumur Well 1 di dapatkan pola
exshape yang menandakan bahwa Lampiran
terdapatnya fining dan coarsening, pada data 1. Studi Kasus Gambar A
sumur ini tidak terlihat adanya hidrokarbon
water contact. Pada data sumur Well 2
terlihat adanya fluida gas dan oil serta water
karena adanya perubahan resistivity yang
crossing serta membentuk pola silinder
dengan neutron. Pada data sumur Well 3
terlihat samar – samar adanya hidrokarbon
gas . Maka dari itu di korelasikan antara
semua data sumur sehingga terbentuk
korelasi stratigrafi dan korelasi struktur. Pada
korelasi stratigrafi berdasarkan litologi
sedimentasinya dan korelasi struktur
bedasarkan akumulasi dari hidrokarbon,
sehingga di dapatkan pada studi kasus data
sumur Well 1, 2, 3 di dapatkan potensi gas,
oil dan water dengan potensi gas yang lebih
tersebar karena gas bersifat lebih ringan dan
lingkungan terendapkannya terletak di
lapisan yang lebih atass di bandingkan air dan
minyak . Minyak terakumulasi di bawah
lapisan sand di daerah shale dan di bawah
minyak terdapat akumulasi air yang cukup
banyak.

Kesimpulan
Dari 2 studi kasus dapat
disimpulkan bahwa pada data sumur Well 1,
2, 3 terdapat potensi gas , oil sebab data yang
di dapatkan terdapat data resistrivitynya,
tetapi pada studi kasus Gambar A tidak di
ketahui akumulasi hidrokarbon namun di
ketahui biostratigrafi , dari biostratigrafi
mungkin dengan adanya tabel korelasi antara
endapan fossil dengan hidrokarbon dapat di
ketahuin pula potensi hidrokarbonnya.

Daftar Pustaka
Catuneanu, O., 2006 “Principles of
Sequence Stratigraphy“
Emery, D. & Myers K.J., et al, 1996
“Sequence Stratigraphy“
Posamentier, H.W., 2010 “Sequence
Stratigraphy Concepts and Application
Relevant to Exploration and Development”
2. Studi Kasus Well Name 1, 2, 3

Anda mungkin juga menyukai