Anda di halaman 1dari 4

4.

Penatalaksanaan Medis

1. Toxsoplasmosis
Adanta infeksi ini biasanya Pada individu yang imunokompeten dengan
toksoplasmosis akut biasanya diterapi menggunakan pengobatan spesifik apabila
ditemukan gejala dan tanda yang berat atau menetap atau pada kasus korioretinitis
aktif. Pasien dengan imunokompromais harus segera ditatalaksana selama kira-kira 4-
6 minggu setelah gejala muncul. Penatalaksanaan infeksi baru pada wanita hamil
masih kontroversial dikarenakan tingkat toksisitas dari obat-obatan, namun
pengobatan tetap harus didukung. Infeksi toksoplasmosis kongenital biasanya diterapi
secara agresif. Pengobatan farmakologi pada toksoplasmosis meliputi Pirimetamin
(25-100 mg/hari selama 3-4 minggu) ditambah Trisulfapirimidin atau Sulfadiazin (1-
1,5 gr qid selama 3-4 minggu) (Retmanasari, 2017).
Wanita hamil biasanya diberikan Spiramisin. Pengobatan tambahan lainnya
yaitu Sulfonamid, Asam folinat, Klindamisin, dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.
Pada orang dewasa imunokompeten dan neonatus dengan korioretinitis,
Kortikostreroid dapat diberikan untuk menekan inflamasi akut pada badan vitreous.
Pengobatan pada ODHA dilanjutkan selama individu masih dianggap
imunokompromais, biasanya hingga jumlah sel CD4+ lebih dari 200 sel/uL untuk
mencegah reaktivasi parasit. Namun pada penggunaan obat- obatan tersebut
menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut sehingga perlu disiasati dengan
meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan (Satoskar, Simon,
Hotez, et al., 2009).
2. Rubella
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya
denagan cara pemberian vaksinisasi rubella secara subkutan yang dilemahkan dapat
memberikan kekebalan yang lama bahkan seumur hidup Jika didapatkan virus rubella
pada ibu hamil, ibu diberikan pengertian bahwa adanya dampak yang besar bagi bayi
yang akan dilahirkan oleh sebab itu jika ibu hamil masih dalam trimester I maka klien
dapat memilih mengakhiri kehamilan bila diagnosis dibuat secara cepat (Fitriany,
2018).
Ada pun pencegahan infeksi rubella pada ibu hamil yaitu dengan Vaksinasi sejak
kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah
tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk
mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps,
Measles,Rubella). Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus
mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6
tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak
dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
a. Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadapRubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH
lainnya.
b. Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah
divaksinasi terhadapRubella. Anda tidak mungkin terkenaRubellalagi.
c. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG
positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella.
Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi
negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
d. Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai
kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan
vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa
mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang dapat
dikerjakan adalah mencegah anda terkenaRubella.
e. Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan
apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG dan IgM Rubella setelah 1 minggu.
Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru.
f. Bila ibu hamil mengalamiRubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak.
g. Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian
virus Rubella dengan teknik PCR. Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih
dari 22 minggu (Fitriany, 2018).

Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella.
Vaksinasi sebaiknya tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang
yang mengalami gangguan sistem kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid
maupun penyinaran. Jika tidak memiliki antibodi, diberikan imunisasi dan baru boleh
hamil 3 bulan kemudian (Fitriany, 2018).
3. Cytomeglovirus
Menurut Reeder (2011) pada pengobatan infeksi cytomegalovirus (CMV) yaitu
dengan pemberian antivirus berupa:
a. Ganciclovir (Cytovene)
Ganciclovir adalah sintetis guanine turunan nukleosida analog aktif sebagai
antivirus yang digunakan sebagai pengobatan infeksi cytomegalovirus yang
mampu menghambat replikasi dari cytomegalovirus. Efek samping dari pengunaan
obat ini berupa mual, pusing, anemia, gatal-gatal, dan mati rasa ataupun
kesemutan. Tetapi tidak semua orang dapat mengalami efek samping dari
pengunaan obat ini.
b. Valganciclovir (Valcyte)
Valganciclovir merupakan suatu antivirus terhadap cytomegalovirus yang aktif di
dalam usus dan hati yang merupakan prodrug dari ganciclovir. Biasanya obat ini
digunakan pada cytomegalovirus yang disebabkan oleh transplantasi ginjal dan
pancreas dan pasien AIDS yang memiliki retinitis CMV.
c. Foscarnet (Foscavir)
Foscarnet adalah antivirus yang mengunakan rantai DNA inhibitor fosforilasi yang
mampu menhambat replikasi dari CMV di pirofosfat dengan mengikat pada bagian
spesifik virus DNA polimerase. Pemberian obat ini dianjurkan jika ganciclovir
diangap tidak efektif dalam penanganan CMV. Efek samping dari obat ini berupa
anemia, sakit kepala, mual dan dapat menyebabkan perubahan metabolisme
kalsium dan fosfor.
d. Cidofir (Vistide)
Cidofir merupakan alternative dari ganciclovir dan foscarnet, yang mengandung
nukleutida analog yang metabolit aktif menghambat polymerase virus herpes.
Cidofir merupakan alternatif dari Ganciclovir dan Foscarnet. Namun penggunaan
Cidofir harus dibatasi karena sifatnya yang toksik terhadap ginjal. Cidofir terutama
digunakan dalam pengobatan CMV pada mata dan pada penderita AIDS.
Dalam pencegahan penularan dari ibu hamil yang terinfeksi CMV pada bayi
dengan memastikan dengan mendeteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi
kongenital. Untuk mencegah penyebaran virus dalam lingkungan maka penting
untuk menjaga kehigienisan dan sanitasi pada lingkungan, dan juga menjaga pola
hidup dengan mengkonsumsi makanan sehat dan olahraga yang teratur (Reeder,
2011).
Daftar Pustaka
Fitriany, Julia.( 2018). Sindromrubella Kongenital. Jurnal Averrous Vol.4 No.1.
Redder, S.J., Leonide, LM., Deborah, K. G. (2011). Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Volume 2. Edisi 18. Jakarta. EGC
Retmanasari A, Widartono BS, Wijayanti MA, dan Artama WT. (2017). Prevalence
and Risk Factors for Toxoplasmosis in Middle Java, Indonesia. EcoHealth
Springer US:162–70.
Satoskar AR, Simon GL, Hotez PJ, dan Tsuji M. 2009. Medical Parasitology. Texas,
USA: Landes Bioscience.

Anda mungkin juga menyukai