Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR

GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012


MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

CLEAT PADA LAPISAN BATUBARA DAN


APLIKASINYA DI DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN
Bambang Kuncoro P.
Program Studi Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta

P
Sari
enelitian ini dilakukan pada cleat di dalam lapisan batubara yang dikendalikan oleh sesar dan
lipatan asimetri. Lokasinya di Satui (antiklin, Formasi Tanjung), Kalimantan Selatan serta Palaran
(antiklin, Formasi Balikpapan) dan Busui (sinklin, Formasi Warukin), keduanya di Kalimantan
Timur. Pengamatan batubara dilakukan di zona sesar, sayap curam dan landai lipatan asimetri pada lapisan
batubara yang sama di masing-masing lokasi. Pengamatan megaskopis di lapangan dan mikroskopis
menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM) untuk mengetahui karakteristik geometri cleat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh sesar dan lipatan terhadap cleat ditunjukkan oleh
perbedaan jumlah frekuensi cleat di zona sesar paling besar, kemudian semakin kecil di sayap curam dan
di sayap landai. Akibat perbedaan jumlah frekuensi cleat tersebut, maka derajat fragmentasi batubara
menjadi berbeda-beda. Batubara di zona sesar terfragmenkan, di sayap curam agak terfragmenkan,
sedangkan di sayap landai kurang terfragmenkan.

Cleat dipelajari karena berhubungan dengan kehadiran mineral pirit di dalam lapisan batubara, kualitas
batubara, eksplorasi dan eksploitasi CBM (Coal Bed Methan), aktivitas penambangan (penentuan arah
penambangan, pemilihan tata letak tambang, penerapan teknologi penambangan, dan kestabilan lereng),
penumpukan, hingga pemasaran batubara.

Kata-kata kunci: zona sesar, sayap curam, sayap landai, frekuensi cleat.

Abstract - This research at cleat in coal seam which controlled by fault and asymetri fold in Satui
(anticline, Tanjung Formation) South Kalimantan, Palaran (anticline, Balikpapan Formation), and Busui
(sincline, Warukin Formation) East Kalimantan. The coal observation has taken in fault zone, steep and
slope flank in each location at the same coal seam. Megascopic observation has done to know
characteristic of cleat geometry and supported by Scanning Electrone Microscope.

Results of the present study indicate that influence of fault and fold structures to the cleats that shown by
difference of cleat frequency on fault zone is biggest, then successively smaller in steep flank and slope
flank. As a result degree of fragmentation of coal becomes different. Coal in fault zone is fragmented, in
steep flank rather fragmented, while in slope flank unproperly is fragment

Cleats are natural fractures in coal beds, which is studied in relation to pyrite mineral in coal bed, coal
quality, exploration and exploitation of CBM, and mining activity (mine design, mine technology, and
slope stability), stock piling, and coal marketing.

Key words: fault zone, steep flank, slope flank, cleat frequency.

PENDAHULUAN membentuk sudut siku atau agak siku satu sama


lain dan tegak lurus terhadap permukaan lapisan
Menurut Laubach (1998), cleat adalah rekahan batubara atau mempunyai orientasi berbeda
alami di dalam lapisan batubara yang bersifat dengan kedudukan lapisan batubara. Face cleat
terbuka, terdiri atas face cleat dan butt cleat. adalah sistem cleat primer, biasanya dominan
Kedua jenis cleat ini pada umumnya dengan bidang individu yang lurus dan kokoh

1-50
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

sepanjang beberapa meter. Butt cleat adalah rekahan-rekahan di dalam batubara telah
sistem cleat sekunder, retakannya lebih pendek, dikenal, tetapi pembahasan rekahan yang
kadang melengkung dan cenderung berakhir sistematis masih terbatas. Di samping itu,
pada bidang face cleat (Gambar 1). Istilah cleat pembahasan tentang cleat dan CBM (coal bed
dikemukakan oleh Dron (1925, dalam Laubach methane) telah mendapatkan perhatian, karena
et al., 1998) dan sejumlah pengamat dikaitkan dengan permeabilitas dan porositas
menganggap bahwa retak-retak pada lapisan batubara serta sebagai tempat akumulasi dan
batubara yang menyerupai kekar pada batuan lalunya gas. Demikian pula hubungan antara
disebut sebagai cleat. Menurut Ward (1984), cleat dan sulfur, mengingat kandungan sulfur
face cleat hadir dominan, memiliki bidang pada lapisan batubara berhubungan erat dengan
individu yang lurus dan kokoh sebagai hasil aspek industri, lingkungan, perdagangan, dan
perpanjangan rekahan dalam bidang yang teknis.
sejajar dengan paleostress kompresif
maksimum. Pembentukan butt cleat berkaitan
dengan sejarah pembentukan batubara dan GENESA CLEAT
proses pengendapan lapisan batubara. Tidak ada
penjelasan mengapa cleat hanya terbatas pada Menurut sejumlah peneliti (Ward, 1984;
lapisan batubara. Laubach et al., 1998; Frodsham,1999; Charles,
2002; Cristina et al., 2003; Paul, 2003), cleat
Menurut Laubach et al. (1998), ciri dan kejadian dapat terbentuk pada periode yang berbeda di
cleat di dalam batubara telah terlupakan selama dalam sejarah pembentukan batubara akibat
kurun 1966-1996 oleh literatur-literatur yang berbagai mekanisme seperti pengaruh proses
berhubungan dengan geologi. Sebagai contoh, dehidrasi atau desiccation, devolatilisasi,
hanya dua dokumen dalam jurnal AAPG yang mekanisme pengendapan, tebal lapisan
secara rinci membahas rekahan di dalam batubara, kandungan maseral, litotip batubara,
batubara yang diterbitkan pada kurun waktu derajat batubara, lingkungan pengendapan
tersebut. Demikian juga, pada jurnal terkemuka batubara, kontraksi termal, tektonik regional,
tentang geologi batubara, yaitu International struktur geologi, dan aktivitas pekerjaan
Journal Coal Geology, hanya menerbitkan satu tambang.
artikel yang memfokuskan cleat di dalam 10
tahun terakhir. Jurnal-jurnal lain dan buku teks Ammosov (1963 dalam Ryan, 2003)
geologi juga hanya memberi perhatian kecil menggunakan klasifikasi genetik, membagi cleat
terhadap cleat. Pengabaian ini sebagian menjadi endogenetik dan eksogenetik.
mencerminkan suatu jalan buntu yang Selanjutnya Jeremic (1986), membedakan cleat
bersejarah di dalam pemahaman ilmiah berdasarkan genesanya menjadi tiga jenis, yaitu:
mengenai rekahan di dalam batubara. 1. Endogenic cleat terbentuk awal coalification
di bawah kondisi tarikan oleh gaya internal
Cleat telah menjadi isu menarik di dalam akibat pengeringan atau pengurangan air
penambangan batubara, tetapi data kuantitatif (dewatering) dan penyusutan matriks
tentang cleat sangat terbatas. Sesungguhnya ada batubara (material organik). Berhubungan
beberapa data yang tersedia pada cleat, yaitu dengan tingkat kematangan batubara,
orientasi, jarak antar cleat, bukaan, tinggi, orientasinya mencerminkan paleo-cleat dan
panjang, keterhubungan antar bidang cleat, serta hampir selalu tegak lurus perlapisan (Ryan,
hubungan cleat dan diagenesis. Keseluruhan 2003). Umumnya tegak lurus bidang
ciri-ciri tersebut sangat penting di dalam perlapisan, sehingga bidang cleat cenderung
permeabilitas dan porositas batubara. Rekahan membagi lapisan batubara menjadi fragmen-
(cleat) pada lapisan batubara, merupakan fragmen tipis yang tabular.
pengendali kestabilan lereng penambangan, 2. Exogenic cleat terbentuk setelah
tempat mengalirnya gas dan cairan. Sehingga coalification, dihubungkan oleh gaya
tidaklah mengejutkan jika cleat telah dikenal eksternal yang berhubungan dengan tegasan
sejak lama pada tambang batubara dan pemerian regional. Cleat ini terorientasi pada arah
tentang cleat telah diterbitkan berikut dugaan- tegasan utama dan dapat terdiri atas dua
dugaan kejadian rekahan sejak abad 19 pasang kekar yang saling membentuk sudut.
(Mammatt, 1834; dikutip dari Kendall dan 3. Induced cleat bersifat lokal akibat
Briggs, 1933, dalam Laubach et al., 1998). penambangan, yaitu adanya perpindahan
Meski berbagai terminologi tambang untuk beban ke dalam struktur tambang atau

1-52
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

karena pengaruh peledakan. Oleh karena itu, lipatan: di sayap-sayap struktur antiklin dan
pemahaman tentang karakteristik dan genesa sinklin (sayap landai dan curam untuk lipatan
cleat menjadi penting. asimetri). Kenyataan di lapangan cukup sulit
mendapatkan lokasi di puncak antiklin karena
umumnya sudah tererosi, sedangkan lokasi di
METODOLOGI puncak sinklin umumnya masih tertimbun
lapisan penutup, kecuali bila sudah ditambang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif- Lokasi di struktur sesar: di zona sesar dan bukan
observasi, yaitu berdasarkan pada hasil zona sesar. Batasan zona sesar memang sangat
pengamatan di lapangan, kemudian diuji dan relatif, karena tergantung besaran dari sesar
diamati di laboratorium, serta didukung oleh tersebut. Oleh karena itu, digunakan pendekatan
hasil analisis. Jadi berusaha melakukan lapangan berdasarkan perubahan karakteristik
pengamatan karakteristik cleat secara rinci pada geometri cleat atau pengaruh perkekaran akibat
posisinya di struktur lipatan dan sesar. sesar sudah tidak dijumpai lagi.
Penelitian ini bertumpu pada pengamatan cleat
di lapangan maupun di laboratorium, sehingga
mempunyai keluasan pemahaman mengenai KARAKTERISTIK CLEAT
karakteristik cleat pada lapisan batubara.
Data geometri cleat pada lapisan batubara dapat
Obyek penelitian terdiri atas lapisan batubara diperoleh langsung di lapangan berdasarkan
dan karakteristik cleat. Obyek pengamatannya pengamatan terhadap jenis cleat, jarak antar
adalah cleat pada lapisan batubara dalam satu cleat (frekuensi), lebar bukaan, pengisi,
kesatuan kendali struktur lipatan dan sesar panjang, orientasi bidang cleat, dan derajat
dengan pendekatan megaskopis dan fragmentasi cleat pada posisinya di sayap
mikroskopis. Secara kasat mata, parameter cleat landai dan curam lipatan serta di zona sesar dan
yang diamati terdiri atas jenis, kenampakan fisik, bukan zona sesar. Berikut ini data karakteristik
panjang, tinggi, jarak bukaan, material pengisi, cleat hasil pengamatan secara megaskopis dan
jarak antar bidang dan frekuensi cleat. mikroskopis di zona sesar, sayap curam dan
Pengamatan micro-cleat menggunakan alat SEM sayap landai Antiklin Palaran dan Sinklin Busui
merk JEOL JSM-6360LA buatan Jepang tahun (Kuncoro dkk., 2007) serta Antiklin Satui
2003 yang kondisinya masih sangat baik milik (Tabel 1). Selanjutnya perolehan data
Pusat Survey Geologi. Tujuannya adalah untuk karakteristik cleat dari daerah Palaran, Busui,
mengetahui karakter micro-cleat dan dan Satui, kemudian dikelompokkan kedalam
komposisinya. Metode dan prosedur pengujian zona sesar, sayap curam, dan sayap landai
adalah contoh dipreparasi terlebih dahulu, lipatan (Tabel 2).
sebelum diuji dan diamati. Contoh dipotong
hingga ukuran 20 mm3 dan dibersihkan dari debu Tinggi cleat pada lapisan batubara secara
dengan semprotan udara secara hati-hati. Contoh megaskopis hanya 1-2 meter, sedangkan secara
ditempelkan dengan lem konduksi mengandung mikroskopis hanya beberapa mikron. Tinggi
bubuk metal di atas tempat dari kuningan atau cleat dibatasi oleh roof, floor, hadirnya
tembaga, selanjutnya dilapisi secara elektrolisis parting/clay band, dan perubahan frekuensi
dengan emas di dalam vacuum evaporative cleat. Pengukuran panjang cleat tidak mudah
coater. dilakukan, karena cleat harus diukur kearah
down dip singkapan yang umumnya masih
tertutup lapisan penutup. Pengukuran panjang
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN cleat dapat dilakukan bila lapisan penutup baru
saja di kupas (stripping), sehingga bagian atas
Lokasi obyek pengamatan terdiri atas lapisan lapisan batubara menjadi tampak jelas.
batubara di Antiklin dan Sesar Palaran dan di
Sinklin dan Sesar Busui dan di Lipatan dan Sesungguhnya untuk mengukur lebar bukaan
Sesar Satui (Gambar 2). Pemilihan lokasi relatif cleat dan mendapatkan data yang
berbasis struktur geologi, bertujuan agar dapat representatif di permukaan tidaklah mudah.
diketahui keseluruhan perkembangan Mengingat data bukaan cleat di permukaan sulit
karakteristik cleat dalam kaitannya dengan dipercaya, terutama di lokasi tambang. Data
derajat fragmentasi dalam satu kesatuan kendali bukaan cleat di lokasi tambang belum tentu
struktur geologi. Lokasi di daerah struktur mencerminkan pengaruh struktur. Umumnya

1-53
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

bukaan cleat telah dipengaruhi oleh peledakan, maksimum horisontal atau dipengaruhi tegasan
benturan alat berat saat penggalian, dibukanya kompresif regional. Menurut Ward, 1984;
lapisan penutup oleh kegiatan pengupasan Laubach et al., 1998; Frodsham, 1999; Nelson,
lapisan penutup, atau akibat proses pelapukan 2002; Cristina et al., 2003; dan Paul, 2003, cleat
pada lapisan batubara yang telah tersingkap. dapat terbentuk pada periode yang berbeda di
Akibat semua itu, cenderung membuat bidang dalam sejarah pembentukan batubara akibat
cleat menjadi semakin terbuka. Lebar bukaan berbagai mekanisme seperti pengaruh proses
cleat yang dapat diamati secara kasat mata perlu dehidrasi atau desiccation, devolatilisasi,
menggunakan kaca pembesar, karena hampir mekanisme pengendapan, tebal lapisan
tidak terlihat mata. Menurut Laubach et al. batubara, kandungan maseral, litotip batubara,
(1998), umumnya lebar bukaan cleat kurang dari derajat batubara, lingkungan pengendapan,
0,1 mm, meskipun kadang hadir mineral-mineral kontraksi termal, tektonik regional, struktur
diagenetik yang mengisi rekahan cleat dan dapat geologi, dan aktivitas pekerjaan tambang.
mencapai 0,5 cm. Menurut Gamson (1993 dalam Dengan kata lain, salah satu fungsi cleat adalah
Laubach et al., 1998), lebar bukaan cleat in situ tektonik dan struktur geologi.
berkisar 0,001-20 mm. Menurut Massaroto (2000
dalam Fraillon, 2000), lebar bukaan cleat adalah Kekar dapat terjadi oleh gejala tektonik maupun
0,1-2 mm. Di daerah penelitian, pada singkapan non tektonik. Menurut Suppe (1985), systematic
in situ yang segar, bukaan cleat kurang dari 1 joints adalah kekar sejajar dengan jarak teratur,
mm kecuali bila terisi mineral pirit atau mineral terdiri atas joint set yaitu joints yang memiliki
sekunder lain (Gambar 3), pada batubara lapuk, orientasi sama dan joint system yaitu dua atau
bekas peledakan, maka bukaannya dapat lebih joint set di daerah yang sama. Selanjutnya
mencapai lebih dari 1 mm. mengacu definisi cleat menurut Laubach (1998),
maka bila dikaitkan dengan pengertian kekar
Jarak antar bidang cleat dipengaruhi oleh faktor- sistematis adalah sebagai berikut:
faktor seperti derajat batubara, komposisi 1. Kekar akibat tektonik dibedakan menjadi
batubara, tebal lapisan batubara, mineral kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik
pengisi, derajat deformasi tektonik dan (extension joint). Kekar tarik atau extension
kompaksi, serta umur batubara. Sejumlah joint terdiri atas tension joint (kekar tarik
peneliti telah mengamati variasi jarak cleat yang yang bidang rekahnya searah dengan tegasan
berkait dengan derajat batubara, yaitu mulai dari dan bersifat terbuka) dan release joint (kekar
lignit sampai batubara bituminus bervolatil tarik akibat pengurangan tekanan,
menengah dan batubara antrasit, hasilnya orientasinya tegak lurus terhadap gaya
masing-masing batubara akan membentuk suatu utama). Cleat sebagai rekahan alami yang
sebaran jarak cleat tertentu (Laubach et al., bersifat terbuka pada lapisan batubara dapat
1998). Peneliti yang lain menyatakan bahwa dibandingkan dengan tension joint.
jarak antar bidang cleat bervariasi dari 1 mm 2. Cleat yang terdiri atas face cleat dan butt
sampai 30 cm (Ward, 1984; Paul, 2003), cleat serta bersifat terbuka berperan penting
sedangkan menurut Massaroto (2000 dalam di dalam transport fluida (Nelson, 2002;
Fraillon, 2000), jarak antar face cleat 10-25 mm Rodrigues, 2003), sebagai media transport
dan butt cleat 10-22 mm. Di daerah penelitian, larutan polisulfida maupun gas pada
jarak antar cleat di sayap landai 1-12 cm batubara (Demchuk, 1992).
(umumnya 2-5 cm) memberikan kenampakan 3. Mengacu kejadian kekar, maka face cleat
yang kurang terfragmenkan. Di sayap curam pada batubara yang orientasinya sejajar arah
jarak antar cleat 1-10 cm (umumnya 1-3 cm) tegasan, dapat disebandingkan dengan
yang memberikan kenampakan agak kejadian kekar tarik akibat tension dan
terfragmenkan, sedangkan di zona sesar 1-8 cm bersifat terbuka. Face cleat permukaannya
(umumnya 1-2 cm) yang memberikan relatif halus, berupa bidang rata (planar),
kenampakan terfragmenkan. menerus dan memanjang, hadir pada jarak
yang teratur, sedangkan butt cleat
permukaannya kasar dan berakhir pada face
TEGASAN KOMPRESIF REGIONAL DAN cleat.
CLEAT SISTEMATIS 4. Cleat memperlihatkan rangkaian rekahan
yang sejajar dan secara individu, kedua cleat
Menurut sejumlah peneliti, orientasi optimal tersebut umumnya saling tegaklurus atau
cleat batubara adalah sejajar terhadap tegasan membentuk sudut siku sampai agak siku

1-54
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

satu sama lain. Menurut Groshong dkk. tegak lurus sumbu lipatan. Atas dasar bentuk
(2008), kekar sistematik planar ditandai oleh cleat yang lurus, sejajar, jarak yang teratur, dan
permukaan halus, paralel, secara lateral dan memiliki orientasi yang sejajar tegasan utama
vertikal menerus. Cross joint ditandai struktur lipatan, maka dapat disimpulkan bahwa
permukaan agak kasar, agak melengkung, face cleat di ketiga daerah penelitian telah
secara lateral dan vertikal kurang menerus, berkembang sebagai sistematis cleat yang
biasanya berakhir di planar joint (Pashin dikendalikan oleh tegasan utama lipatan
dkk., 1999 dalam Groshong dkk., 2008). (Gambar 5).
Kekar sistematik planar tidak berasosiasi
dengan cross joint, hal ini menyiratkan Karakteristik geometri cleat di zona sesar, sayap
bahwa cross joint terbentuk kemudian curam, dan sayap landai/bukan zona sesar
selama pengangkatan dan erosi. adalah berbeda. Hal ini dapat dijelaskan karena
adanya perbedaan proses-proses geologi yang
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa face cleat berlangsung setelah pembentukan awal cleat,
dapat dibandingkan dengan kekar sistematik yaitu perbedaan intensitas perlipatan, pensesaran,
planar, sedangkan butt cleat dengan cross joint. dan perkekaran. Lapisan batubara di zona sesar
Face cleat orientasinya sejajar arah tegasan telah mengalami proses perlipatan kuat,
regional, sedangkan butt cleat sejajar atau pensesaran, dan perkekaran, sedangkan di sayap
berlawanan dengan face cleat. curam terlipat kuat, dan terakhir di sayap landai
terlipat lemah.
Cleat di Daerah Lipatan dan Sesar
Cleat dan Kehadiran Mineral Pirit
Orientasi cleat lebih mudah dikenali dibanding
rekahan di dalam batuan pada skala regional Mineral pirit (FeS2) merupakan salah satu
dan megaskopis. Peta regional cleat dapat mineral yang memberikan kontribusi cukup
sangat jelas membedakan keseragam dan variasi besar terhadap kandungan sulfur di dalam
jurus cleat. Pada daerah yang berasosiasi batubara. Berdasarkan genesanya, dapat
dengan struktur lipatan atau sesar, maka transisi dibedakan menjadi pirit syngenetik dan
antara keseragaman pola umum jurus cleat epigenetik. Pirit epigenetik terbentuk setelah
dapat berubah secara berangsur maupun tiba- atau saat terjadi pembatubaraan, biasanya dapat
tiba. Keseragaman atau kesejajaran jurus cleat diamati sebagai pirit pengisi cleat batubara. Pirit
di struktur lipatan maupun zona sesar dapat juga terbentuk sebagai hasil reduksi sulfur
merupakan respon cleat terhadap pola tegasan oleh airtanah yang mengandung ion besi.
regional. Studi kekar dan orientasinya dapat Bentuk pirit hasil reaksi reduksi ini umumnya
mengungkap urutan dan waktu kejadian framboidal. Pirit epigenetik umumnya hadir
tektonik serta memberi informasi orientasi arah dalam bentuk masif, sebarannya tidak seragam,
tegasan utama pada batuan brittle, proses melainkan dapat tersebar sebagai butiran kecil,
pengangkatan dan perlipatan, atau geometri kristal euhedral sampai anhedral yang
cekungan. Menurut Ryan (2003), arah tegasan berkelompok atau membentuk lapisan yang
pada lipatan berhubungan dengan orientasi cleat mengisi permukaan cleat batubara,
(Gambar 4). Orientasi optimal face cleat pada menggantikan material asli tumbuhan
bagian sumbu dan sayap lipatan adalah sejajar (replacement), berupa lembaran (platy) yang
terhadap arah tegasan maksimum horisontal mengisi sepanjang face cleat (vertical joint),
atau tegasan utama regional. Pada butt cleat dapat pula mengandung kristal pirit yang luas
biasanya berorientasi sejajar poros sumbu atau yang dibangun oleh permukaan kristal bersifat
jurus perlapisan. masif, kumpulan dari kristal halus (framboids
pyrite), dan sebagai nodul atau urat di dalam
Pengamatan orientasi cleat di Antiklin Palaran cleat (Gluskoster, 1970; Horne, 1978; Cook,
dan Antiklin Satui dilakukan pada daerah 1999).
bukaan tambang, sedangkan di Sinklin Busui
pada daerah yang belum ditambang. Hasil pengamatan megaskopis di zona sesar,
Kenampakan cleat di ketiga tempat tersebut diketahui bahwa pirit hadir mengisi bidang cleat
tersingkap sangat baik. Orientasi cleat di sayap- dan sesar, berupa lembaran yang tersebar tidak
sayap Antiklin Palaran, Sinklin Busui, dan merata (Gambar 6). Selanjutnya dari
Antiklin Satui asimetri memperlihatkan adanya kenampakan optis SEM, dapat dikenali
pola sejajar arah tegasan utama lipatan atau kehadiran mineral pirit framboidal dan euhedral

1-55
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

yang mengisi bidang cleat dan rongga, baik di atau Fe3S4 membentuk pirit. Cleat bertindak
sayap curam maupun zona sesar (Gambar 7). sebagai sistem jaringan airtanah yang
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tampak mengangkut kation-kation terlarut, yaitu ion-
adanya hubungan antara kandungan sulfur pada ion Fe. Pembentukan mineral pirit sangat
lapisan batubara dan karakteristik cleat yang dipengaruhi oleh adanya sulfur primer yang
dikendalikan oleh struktur geologi. telah tereduksi, kation besi, dan tempat yang
cocok untuk pembentukannya.
Kehadiran mineral pirit pada bidang cleat atau 2. Kualitas batubara: karakteristik cleat
di dalam lapisan batubara perlu mendapat mempengaruhi besarnya kandungan pirit
perhatian pada kegiatan tahap eksplorasi, dan pengotor di dalam lapisan batubara,
penggalian, pengolahan, penumpukan, dan sehingga akhirnya akan mempengaruhi
pemasaran. Hal ini penting karena berkait kandungan kalori batubara.
dengan permasalahan lingkungan dan 3. Eksplorasi dan eksploitasi CBM (Coal Bed
pemanfaatan batubara. Oksida-oksida sulfur Methan): pemahaman tentang cleat akan
yang dilepas pada saat pembakaran batubara membantu di dalam penentuan arah bergeraknya
merupakan sumber utama dari hujan asam dan gas, sebagai tempat lalu dan akumulasi gas, serta
unsur-unsur jejak beracun yang berhubungan estimasi cadangan.
dengan pirit. 4. Aktivitas penambangan pada tambang
terbuka: sebagai salah satu dasar penentuan
Cleat dan CBM arah penambangan, pemilihan tata letak
tambang, penerapan teknologi
Diketahuinya hubungan antara struktur geologi penambangan, dan kestabilan lereng
dan karakteristik geometri cleat akan memberi (Gambar 8). Pada operasi penggalian, arah
manfaat kepada bidang eksplorasi dan penggalian sejajar atau tegak lurus face
pemanfaatan CBM. Bidang cleat berfungsi cleat, tentunya akan berbeda dalam
sebagai rongga pori, tempat akumulasi, dan kecepatan dan kemudahan kerja alat.
lalunya gas metan dan air atau sebagai saluran Bukaan cleat dapat dipengaruhi oleh
pokok untuk perpindahan gas metana dari perpindahan beban ke dalam struktur
reservoir batubara. Permeabilitas CBM yang tambang atau karena pengaruh peledakan,
melalui lapisan batubara sangat dipengaruhi akibatnya orientasi cleat menjadi tidak
oleh frekuensi cleat dan derajat perkembangan teratur dan bidang cleat semakin terbuka.
fragmentasi cleat. 5. Aktivitas penambangan pada tambang
dalam: cleat menjadi penting dalam efisiensi
Berdasarkan penyelidikan yang lebih baik desain dan keselamatan tambang batubara
tentang orientasi cleat dan jenis rekahan telah bawah tanah (Gambar 9).
berhasil mempelajari parameter-parameter yang 6. Pengangkutan, penumpukan, dan
dapat menghasilkan pengertian mendalam pemasaran batubara: cleat berkaitan dengan
mengenai permeabilitas di dalam batubara ukuran batubara, material pengisi bidang
(Laubach et al., 1998; Fraillon, 2000; Nelson, cleat, karena bidang cleat sering diisi oleh
2002; Charles, 2003; Amy et al., 2003; Lyons, unsur mineral epigenetik pirit, karbonat, dan
2003). Menurut Charles (2003), ketika derajat lempung jenis sulfida atau sulfat. Pada
batubara meningkat, maka jarak antar cleat akhirnya akan berpengaruh terhadap lama
semakin rapat, pada akhirnya dapat penumpukan dan pada spesifikasi batubara
meningkatkan porositas efektif cleat dan saat akan dipasarkan.
permeabilitas. Dengan kata lain, cleat
mempunyai arti penting di dalam pemanfaatan
CBM. KESIMPULAN

Cleat dan Industri Pertambangan Batubara Pola cleat di daerah Palaran, Busui, dan Satui
telah berkembang sebagai cleat sistematis yang
Karakteristik geometri cleat dapat berpengaruh orientasinya dikendalikan oleh struktur lipatan
terhadap: dan sesar sebagai hasil tegasan kompresif
1. Kehadiran mineral pirit: bukaan dan regional. Perbedaan karakteristik geometri cleat
frekuensi cleat merupakan fungsi dari dan derajat fragmentasi batubara di zona sesar,
tempat lalu dan akumulasi larutan sayap curam, dan sayap landai lipatan atau
polisulfida yang dapat bereaksi dengan FeS bukan zona sesar, menunjukkan adanya

1-56
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

hubungan genetik antara karakteristik geometri in the Southern Appalachian Black


cleat dan struktur geologi yang Warrior Foreland Basin, Journal of
mengendalikannya. Structural geology, Elesevier, 1-13.
10. Horne J.C. et al., 1978. Depositional models
Cleat dipelajari karena berhubungan dengan in coal exploration and mining planning
kehadiran mineral pirit di dalam lapisan in Appalachian Region: AAPG Bull.,
batubara, kualitas batubara, eksplorasi dan vol. 62, p. 2379-2411.
eksploitasi CBM, aktivitas penambangan 11. Jeremic, M.L., 1985, Strata Mechanics in
(penentuan arah penambangan, pemilihan tata Coal Mining, A.A. Balkema Rotterdam.
letak tambang, penerapan teknologi 12. Kuncoro, P.B., Notosiswoyo S., dan
penambangan, dan kestabilan lereng), Anggayana K. (2007) : Karakteristik
penumpukan, hingga pemasaran batubara. Cleat pada Lapisan Batubara yang
Terlipat dan Tersesarkan di Daerah
Palaran dan Busui, Kalimantan Timur,
PUSTAKA Jurnal Geoaplika, Kelompok Keahlian
1. Amy E. Whitaker, 2003, A Methodology to Geologi Terapan, Fakultas Ilmu
Predict Fracture Permeability at Depth Kebumian dan Teknologi , ITB, 2, 53-
in Coalbed Methane Prospects, with the 66.
Ferron Coal, Utah as an Example: 13. Laubach S.E., R.A. Marrett, J.E. Olson, A.R.
AAPG Annual Meeting. Scott, 1998, Characteristics and origins
2. Casagrande, D.J., Siefert, K., Berschinski, of coal cleat: A review, International
C., Sutton, N., 1977, Sulfur in peat- Journal of Coal Geology 35, p 175–207.
forming systems of the Okefenokee 14. Lyons, P.C. (2003) : Coalbed Methane
Swamp and Florida Everglades: origins Potential in the Appalachian States of
of sulfur in coal: Geochimica et Pennsylvania, West Virginia, Maryland,
Cosmochimica 44. Ohio, Virginia, Kentucky, and
3. Cook, Alan, 1999, Coal Geology and Coal Tennessee - An overview, Open-File
Properties, Keiraville Consultants, 7 Report 96-735, http://pubs.usgs.gov/of/
Dallas St Keiraville NSW 2500 1996/of96-735/cleats.htm.
Australia. 15. Nelson, Charles R., 2002, Cleat property
4. Demchuk, T.B., 1992, Epigenetic pyrite in a trends in San Juan Basin Fruitland
low sulpfur, sub bituminous coal from Formation coalbed reservoirs, Rocky
Central Alberta Plains: International Mountain Section Meeting Technical
Journal of Coal Geology 21, Elsevier. Program.
5. Diessel C.F.K., 1992, Coal bearing 16. Rodrigues, C., Laiginhas C., Fernandes M.,
depositional systems, Springer-Verlag dan Lemos Sousa M.J. (2003) : The
Berlin, 721 p. Role of Coal Cleat System in Coalbed
6. Fraillon Medrica, 2000, The Numerical Methane Prospecting/ Exploring, AAPG
Modeling of Fluid Flow In Coal As A International Conference and Exhibition
Porous Media, Department of Chemical Technical Program.
Engineering, The University of 17. Ryan Barry, 2003, Cleat Development in
Queensland. Some British Columbia Coals, New
7. Frodsham K., R.A. Gayer, 1999, The Ventures Branch, Geological Fieldwork
impact of tectonic deformation upon 2002, Paper 2003-1, British Columbia
coal seams in the South Wales coalfield, Geological Survey.
UK, International Journal of Coal 18. Suits and Arthur, 2000, Sulfur diagenesis
Geology 38, p 297–332. and partitioning in Holocene Peru Shelf
8. Gluskoster H.J., and Hopkins M.E., 1970. and Upper slope sediments, Chemical
Distributions of sulphur in Illinois coal Geology, Isotope Geoscience, Vol. 163,
in depositional environments in parts of Elsevier.
Carbondale Formation, Western and 19. Suppe, J. (1995) : Principles of Structural
Northern Illinois: Illinois State Geology, Prentice Hall, Inc, Englewood
Geological Survey Guidebook, No. 8. Cliffs, 537.
9. Groshong, Jr R.H., Pashin J.C., dan 20. Ward, C.R., 1984, Coal Geology and Coal
McIntyre R.M. (2008) : Structural Technology, Blackwell Scientific
Controls on Fractured Coal Reservoirs Publications, Singapore.

1-57
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Gambar 1 Kenampakan cleat tampak atas dan


penampang melintang (Laubach, 1998).
Gambar 4 Orientasi cleat berdasarkan arah
tegasan dan perlipatan (Ryan, 2003).

LAPISAN LAPISAN
KETERANGAN FORMASI BATUBARA KETERANGAN FORMASI BATUBARA
Aluvium(Holosen,sungai,rawa Formasi Kampungbaru(Miosen
delta):kerikil, pasir,danlumpur. Qa Akhir-Pliosen, delta dan laut
FormasiKampungbaru(Pliosen dangkal): blp, bps kuarsa, bln
delta-laut dangkal):bpskuarsa sisipan batubara dan bgp.
bersisipan blp, serpihbln, dan Tpkb Tebal 700-800 m.
Tebal 4,44-6,58 m

lignit (1-2 m). Tebal 150 m Formasi Warukin (Miosen Ten


Tebal 40,92 m

Tebal 2,57 m
Formasi Balikpapan(Miosen gah-Akhir,delta): perselingan

Tebal 40 m
Tengah-Akhir,delta front-delta bps dan blp bersisipan batu
plain):perselingan bps dan blp, Tmbp bara. Tebal 300-500 m.
bersisipan bln, serpih, bgp, Formasi Berai (Oligosen Awal
batubara.Tebal 1000 m. Miosen Tengah, neritik): bgp,
FormasiPulau Balang (Miosen napal, serpih. Tebal 1100 m.
Tengah-Akhir, delta front-delta Formasi Tanjung (Eosen Akhir
plain): perselingan grewake paralik-neritik): perselingan,
danbps kuarsa bersisipan bgp Tmpb bps, blp,kgl, bgp,napal, dan
blp, batubara, dan tuf dasit. sisipan batubara.Tebal1000-
Tebal 1000-1500 m. 1500 m.

Gambar 2
Lapisan batubara yang diamati di daerah Palaran,
struktur antiklin asimetri, Formasi Balikpapan
(kiri atas), daerah Busui, struktur sinklin asimetri,
Formasi Warukin (kanan atas), dan daerah Satui,
struktur antiklin asimetri, Formasi Tanjung
(kanan bawah).

Gambar 3 Bukaan cleat secara kasat mata di sayap landai umumnya tertutup (kiri), di sayap curam
sebagian terbuka (tengah), dan di zona sesar umumnya terbuka (kanan). Jarak antar cleat di sayap landai
1-12 cm (umumnya 2-5 cm) yang kurang terfragmenkan (kiri), di sayap curam 1-10 cm (1-3 cm) yang
agak terfragmenkan (tengah), dan di zona sesar 1-8 cm (1-2 cm) yang terfragmenkan (kanan).

1-58
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Gambar 6 Cleat tertutup di sayap landai, pengisi tidak teramati (kiri), cleat terbuka di sayap curam terisi
oksida besi dan lempung (tengah), dan di zona sesar terisi pirit (kanan).

Gambar 7 Kenampakan microcleat hasil pengamatan SEM di sayap landai yang terbuka dan tidak
tampak adanya pengisi (atas), di sayap curam terbuka dan terisi oleh mineral lempung (tengah),
di zona sesar terbuka dan terisi mineral pirit (bawah).

Gambar 8 Cleat fragmental di zona sesar yang Gambar 9 Frekuensi cleat yang rapat dan
terbuka telah menimbulkan kebocoran dan
memacu ketidakstabilan lereng di Palaran. ketidakstabilan atap terowongan.

Sayap landai Sayap curam


(barat) (timur)
Tegasan
m aks.

Tegasan
maks
Sayap landai Sayap curam
(barat) (tim ur)

Gambar 5 Orientasi cleat sistematis yang tegak lurus sumbu lipatan

1-59
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Tabel 1 Karakteristik cleat hasil pengamatan megaskopis dan mikroskopis di zona sesar, sayap curam dan
sayap landai Antiklin Palaran (AP), Sinklin Busui SB), dan Antiklin Satui (AS).
Sayap landai antiklin Sayap curam antiklin Zona sesar
Cleat
AP SB AS AP SB AS AP SB AS
Karakterstik secara megaskopis
Jenis Face cleat
>1.10
Panjang (cm) > 1.700 >2.000 >1.500
0
40-
Tinggi (cm) 23-131 10-38 15-60 18-64 20-40 38-90 18-51 15-60
152
Bukaan (cm) 0,1-0,2 dan memperlihatkan kenampakan yang sebagian tertutup dan terbuka
Jarak antar cleat 1-12 1-10 1-10 1-10 1-5 1-5 1-10 1-8 1-8
(cm) (2-5) (2-3) (1,5-2) (1-5) (1-3) (1-2) (1-2) (1-2) (1-2)
Frekuensi cleat 16-19 19-21 18-25 16-23 20-24 21-26 22-27 22-25 21-28
N270- N60- N90- N110- N230- N70- N317- N60- N120-
Kedudukan 340oE/ 130oE/ 150oE/ 180oE/ 360oE/ 140oE/ 322oE// 70oE/ 180oE/
55-88o 64-88o 74-88o 59-88o 74-90o 84-90o 81-85o 75-87o 70-85o
Orientasi (jurus N290- N90- N110- N120- N280- N110- N140o
o o o o o o N320o N64oE
cleat) 300 E 100 E 120 E 130 E 290 E 120 E E
Lempung, oksida besi,
Pengisi Lempung, oksida besi
pirit
Derajat
Kurang terfragmenkan Agak terfragmenkan Terfragmenkan
fragmentasi
Karakterstik secara mikroskopis
Jenis - bidang
Face cleat - terbuka
cleat
180- 30- 40- 600- 600-900 600-
Panjang (µm) 30-90 40-750 40-120
400 400 750 900 900
Bukaan (µ m) 1-10 1-10 1-3 5-15 2-15 2-5 5-15 5-15 3-10
Bukaan (%) 90 90 95 95 85 90 90 90 90
Silika, sulfida, mineral
Pengisi cleat Silika, mineral lempung, sulfida, dan molibdenit pirit, lempung,
molibdenit, kuarsa

1-60
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Tabel 2 Deskripsi karakteristik cleat pada posisinya di sayap landai, sayap curam, dan zona sesar.
Sayap landai Sayap curam
Cleat Zona sesar
lipatan lipatan
Karakterstik secara megaskopis
Jenis Face cleat
Panjang (cm) >2.000 >1.500
Tinggi (cm) 10-131 20-152 18-90
0,1-0,2 dan memperlihatkan kenampakan yang sebagian tertutup dan
Bukaan (cm)
terbuka
Jarak antar cleat
1-12 (2-5) 1-10 (1-3) 1-8 (1-2)
(cm)
Frekuensi cleat 16-25 20-26 22-28
Pengisi Lempung, oksida besi Lempung, oksida besi, pirit
Kurang
Derajat fragmentasi Agak terfragmenkan Terfragmenkan
terfragmenkan
Berarah sejajar dengan arah tegasan utama lipatan atau tegak lurus sumbu
Orientasi jurus cleat
lipatan
Karakterstik secara mikroskopis
Jenis dan bidang
Face cleat dan terbuka
cleat
Panjang (µm) 30-400 40-750 600-900
Bukaan (µ m) 1-10 2-15 5-15
Bukaan (%) 90-95 85-95 90
Silika dan sulfida, mineral
Silika, mineral lempung, sulfida, dan
Pengisi cleat pirit, lempung, molibdenit,
molibdenit
kuarsa

1-61

Anda mungkin juga menyukai