Anda di halaman 1dari 85

Pertemuan : Pertama

Tanggal : 13 Agustus 2015


Pokok Bahasan : Pengertian kesehatan, lingkungan dan kesehatan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.

Pengertian kesehatan, lingkungan dan kesehatan


lingkungan

A. Pengertian
1. Pengertian kesehatan
a. Menurut WHO
“Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu
keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”
b. Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan
“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”

2. Pengertian lingkungan
Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
“Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta
segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”

3. Pengertian kesehatan lingkungan


Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
“Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.”
Menurut WHO (World Health Organization)
“Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi,
WHO dan Sumengen)
“Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”
B. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.

C. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia


1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu


Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat
proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri
penyebab.

6. Makanan dan Minuman


Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi
:
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara.Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out
door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta
gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan
yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang
berada di jalanan.Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai
analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok
resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5
kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil
kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi
pada mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
D. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia
a. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
b. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
c. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.
Pertemuan : Kedua
Tanggal : 20 Agustus 2015
Pokok Bahasan : Sejarah kesehatan lingkungan di dunia dan Indonesia
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.

SEJARAH KESEHATAN LINGKUNGAN

Sejarah Perkembangan Kesehatan Lingkungan di :


A. Umum (di dunia)
1. Tahun 3000 sm (Minoa & Kreta) dan 1500 sm (Mesir & Yahudi) : telah
ada pembuangan air limbah, pengaturan air minum, WC umum.
2. Zaman Romawi Kuno : ada semacam IMB, pencatatan hewan piaraan.
3. Abad I – VII : mulai memperhatikan lingkungan dalam mengatasi
epidemi/endemi penyakit.
4. Buku Zon airs, waters and places (Hipocrates, 2400 t yl) : hubungan timbal balik antar
penyakit dan lingkungan.
5. Abad XVII : beberapa negara di Eropa membuat UU Sanitary Legeslation
serta penerapan military hygiene.
6. Abad XVII : Pada masa ini telah diterapkan lapangan hygiene dan social medicine.
Terjadi gerakan secara besar-besaran bidang kesehatan masyarakat di Inggris
yangdisebut Public hygiene.
7. Di Perancis lahir sebuah dewan yang bernama : Council of Publick Hygiene (UU1789
– 1791)
8. Sanitary Condition of The Labouring Population of Great Britain (Edwin
Chadwick,1842) : Dewan Umum Kesehatan mengontrol kondisi perumahan, SPAL, air
bersihdan tenaga kesehatan.
9. Sanitary Condition of The Labouring Population in New York (John C. Griscom,1848)
dan Report of The Sanitary Commission on Massachussets (Samuel Shattuck,1850)
10. Di Inggris dibentuk kementrian : Ministri of Pablick Health (1 Juli 1919)
11. Gordon dan Le Richt (1950) : teori ekologi untuk menjelaskan peristiwa penyakit.
12. Blum (1974) : Planning For Health, Development and Application of Social
ChangeTheory.
13. Perhatian masyarakat yang luar biasa terhadap kasus-kasus pencemaran
lingkunganal. smog di Inggris (1952), Minamata, Jepang (1973), dll.
14. Deklarasi WHO di Alma alta tentang Kesehatan Untuk Semua Tahun 2000
15. 4 Desember 2006, PBB menetapkan Tahun Sanitasi Internasional 2008

B. Khusus (di Indonesia)


1. Tahun 1882 : diundangkannya UU Hygiene oleh Belanda
2. 1916. Di Bandung telah dibangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang
kemudian dikembangkan melalui Proyek BUDP (Bandung Urban
DevelopmentProject) I, II dan III, dengan daerah layanan seluruh Bandung sekitar
2.800 Ha atau sekitar 17% dari luas kota.; meliputi 90.000 pelanggan atau sekitar
450.000 jiwa(20% penduduk kota), 22.000 pelanggan dilayani oleh sambungan
langsung , namun masih adanya industri rumahan dan rumah sakit yang membuang
langsungwalaupun itu termasuk tindakan illegal.
3. 1920. Di Kota Cirebon pemerintah kolonial Belanda telah membangun IPAL
padatahun 1920 untuk melayani daerah komersial, kemudian pada tahun 1978
dilanjutkan pembangunan IPAL untuk melayani daerah Perumnas, dan pada tahun
1996 dengan bantuan Pemerintah Swiss dibangun pula IPAL yang baru , sehingga
cakupan pelayanannya telah mencapai 384 Ha (9,7 dari luas kota) dan total
pelanggan sekitar 19.000 pelanggan atau 90.000 jiwa ( 32 % jumlah penduduk
kotanya
4. 1924 Dinas Higiene dibentuk oleh pemerintah Belanda. Kegiatan
berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten dengan cara mendorong ra
kyatuntuk membuat kakus / jamban sederhana. Pendirian Rival Hygiene Work di
Banyuwangi dan Kebumen atas prakarsa Rochefeller Foundation
5. 1933 di Banyumas dibentuk organisasi higiene tersendiri dengan nama Percontohan
Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto (Demonstratie Regentschaps
Gezondheid Dienst (DRGD). Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif yang telah ada
sebelumnya. Kegiatan utamanya adalah pemberantasan cacing tambang yang
menekankan anjuran pembangunan jamban dan perbaikan pelayanan air minum
(Bodemen water verontriniging).
6. Proyek ini mendapat bantuan dari Rockoveller foundation dengan Professor Hedrick
sebagai menegernya.
7. 1936 didirikanlah Sekolah Mantri Hygiene atau Hygiene Mantri School (HMS)
bertempat di Purwokerto. Lulusannya dikenal sebagai mantri kakus.
8. 1942 – 1947 Lulusan HMS telah disebar ke pelosok jawa dan madura. Lulusan yang
masih tinggal di Purwokerto ditugasi untuk mengajar di Sekolah Mantri Kesehatan
(SMK). SMK merupakan perubahan bentuk dari HMS. Pada periode ini dr R.Moehtar
membentuk Juru Hygiene Desa yang disebar di seluruh desa di kabupaten Banyumas.
Juru Hygiene Desa diupah /dibiayai oleh desa setempat dengan mendapatkan tanah
bengkok (tanah garapan). Lingkup tugasnya adalah water supply dan latrine
(penyediaan air bersih dan jamban)
9. 1935 Di Yogyakarta pembangunan IPAL pertama kali dilakukan oleh Belanda dan
kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan Pemerintah Jepang sehingga
saat ini pelayanannya telah mencapai 1.250 Ha (sekitar 6% luas wilayah greater
Yogyakarta) dan melayani 10.000 pelanggan atau 85.000 jiwa (10% populasi)
10. 1940. Di Surakarta bagian selatan tahun 1940 Belanda telah mebangun IPAL
kemudian dilanjutkan oleh Perumnas yang membangun tahun 1984 kemudian
dikembangkan lagi dengan pinjaman IBRD (SSUDP, Semarang Surakarta Urban
Development Project) yang dapat melayani 8.000 pelanggan sekitar 70.000 jiwa pada
area 1.165 Ha (sekitar 26 % luas kota
11. Tahun 1950an Berdiri institusi pendidikan dibawah Departemen Kesehatan RI
yang bernama Pendidikan Kontrolir Kesehatan di Jakarta dan Surabaya.
Institusi ini mengajarkan materi tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan.
Lulusannya langsung diangkat menjadi PNS yang bertugas mengurusi masalah
sanitasi/kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan penyuluhan
kesehatan.
12. 1955 Percontohan Usaha Hygiene dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (PUH/PKR)
menjadi bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sebagai embrio Seksi
Kesehatan Lingkungan.
13. 5 September tahun 1955 berdiri Ikatan Kontrolier Kesehatan Indonesia ( IKKI).
14. 1956 : adanya integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lengkungan di
Bekasi hingga didirikan Bekasi Training Center
15. 12 November 1959 : pencanangan program pemberantasan malaria sebagai
program kesehatan lingkungan di tanah air (12 November 1959 : hari Kesehatan
Nasional)
16. 1968 : Program Kesehatan Lingkungan masuk dalam upaya pelayanan PUSKESMAS
17. 1974 Terbit instruksi presiden ( INPRES) tentang SAMIJAGA (sarana air minum dan
jamban keluarga)
18. 1975 – 1985an diselenggarakan Crash Training Program Tenaga Hygiene & Sanitasi
dan didirikan Sekolah Pembantu Penilik Hygiene (SPPH) dibeberapa propinsi.
Pesertanya dari lulusan SMA Paspal dididik dan dipersiapkan untuk menjadi tenaga
lini depan proyek SAMIJAGA (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga).
19. 1977 Jakarta mulai menyusun Rencana induk Air Limbah pada tahun 1977, dan mulai
membangun tahun 1983 dan pada tahun 1992 pembangunan fisik selesai, kapasitas
yang dibangun sebesar 300 liter/detik dimana BOD influent sekitar 200 mg/lt dan
effluent yang diharapkan adalah 50 mg/lt atau terjadi “removal” sebesar 70 % dan
pada saat ini dikelolah PDPAL (Perusahaan Daerah Air Limbah) yang merupakan satu-
satunya PD AL di Indonesia. Jumlah pelanggan sekitar 2.300 (220.000 jiwa) sekitar
2,8 % penduduk kota.
20. 12 April 1980, di Bandung berdiri organisasi Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia (HAKLI)
21. 1980 dimulai perbaikan Kampung yang kita kenal dengan program KIP (Kampung
Improvement Program) dimana prasarana dan sarana lingkungan merupakan salah
satu komponen yang masuk dalam program. Kota Medan pada tahun 1980 mulai
menyusun Rencana Induk Air Limbahnya.
22. 1982 terbit SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
23. 1982 Di Kota Tangerang mulai dibangun IPAL type “carrousel” ini merupakan satu-
satunya di Indonesia dan diuji coba tahun 1985, serta mulai dioperasikan tahun
1992. Konsultan dari Belanda DHV Cons. Eng. dan Has Koning yang bertindak
sebagai perencana. IPAL Tanah Tinggi yang merupakan bantuan pemerintah Belanda
tersebut mempunyai cakupan pelayanan 3.000 sambungan rumah atau ekivalen
15.000 jiwa melayani Kelurahan Sukasari dan babakan.
24. Selain IPAL Tanah Tinggi Kota Tangerang juga mempunyai prasarana dan
sarana pengolahan air limbah domestik lainnya yang terdiri dari; kolam
oksidasi sebanyak 8unit dengan total luas sebesar 44,5 Ha terdapat di Perumnas I
melayani 7.932 sambungan rumah atau ekivalen 31.728 jiwa.
25. Sistem Terpusat ( Offsite System) di IPAL Tanah Tinggi melayani KelurahanSukasari
dan Babakan; seluruh limbah rumah tangga baik yang berasal dari kamar mandi,
kakus maupun dapur diproses menjadi satu secara alamiah terpadu degan sistim
Carrousel yang pengalirannya sebagian menggunakan perpompaan yang
memerlukan biaya O/M yang tinggi sehingga menyebabkan IPAL ini
tidak dioperasikan saat ini.
26. Sistem Setempat (Onsite system) melayani rumah tangga yang masih belum
terjangkau oleh sistem terpusat, yaitu dengan menyedot lumpur tinja dari septik
tank disetiap rumah yang selanjutnya diolah di IPLT Karawaci.Dari kedua system
tersebut dapat melayani 9.800 pelanggan atau 46.000 jiwa (4% penduduk kota)
27. 1985 Kota Medan dengan pinjaman dari ADB (Asian Development Bank) melalui
MUDP (Medan Urban Development Project) I dan II mulai membangun IPALUASB
(Upflow Anaerobic Sludge Blanket) kapasitas 60.000 m3/hari atau 700 lt/dt yang
dilanjutkan pengaliran effluentnya ke kolam aerasi (aerobic ponds) dan terakhir ke
kolam fakultatif (facultative ponds), untuk melayani sekitar 530 HA (1,9 % luasKota)
untuk 7.400 pelanggan atau 49.000 jiwa (2,25 % penduduk kota)
28. 1985 Di Tlogomas Kota Malang masyarakat secara mandiri dengan dimotori
olehAgus Gunarto membangun IPAL skala komunitas akibat merasakan
ketidaknyamanan akibat ulah masyarakat sekitar yang BAB sembarangan, dan upaya
ini sangat diapresiasi oleh semua pihak bahkan oleh pihak
internasional dengan berbagai undangan untuk presentasi keluar negri yang
diperolehnya.
29. 1992 mulailah disusun Rencana Induk Air Limbah Kota Denpasar (DSDP=
Denpasar Sewerage Development Project), lima tahun kemudia disusunlah detail
engineering design dan pada tahun 2004 dimulailah pembangunan fisiknya. IPAL
Denpasar mempunyai kapasitas 51.000 m3/hari, dengan total panjang jaringan pipa
130 km (dia200-1.200 mm) untuk melayani sekitar 10.000 pelanggan atau 103.200
jiwa (1.145HA luas pelayannya). Berdasarkan Peraturan. Bersama antara Gubernur
Bali,Walikota Denpasar dan Bupati Badung dengan nomor 37 A tahun 2006, nomor
1tahun 2006 dean nomor 36A tahun 2006 ditetapkanlah BLU PAL yang mengelola
IPAL tersebut.
30. 1995 Dimulailah pembangunan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
disebagian besar kota di Indonesia, namun keberadaan IPLT ini banyak yang tidak be
rfungsi dengan baik, akibat lemahnya lembaga pengelola yang ada disamping faktor
lainnya.
31. 1999 Visi Indonesia Sehat 2010 dicanangkan dan ditandatangani Presiden BJHabibie.
Visi Indonesia sehat 2010 secara umum berisi keinginan agar masyarakatIndonesia
berperilaku hidup bersih dan sehat, berada di lingkungan yang sehat dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang adil dan merata.
32. 2002 Di Propinsi Bali tepatnya di Kantor Gubernur Renon, di Kecamatan Kuta,
danSunrise School Krobokan Denpasar telah dibangun Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) dengan menggunakan media tanaman alias Fythoremediasi,
teknologi sederhana hasilnya cukup memuaskan namun memerlukan lahan yang
cukup luas,teknonolgi ini cocok diterapkan di skala komunal.
33. Juli 2003 WASPOLA (Water Suply and Sanitation Policy Formulation and
ActionPlanning) dibawah koordinasi BAPPENAS melahirkan Kebijakan
NasionalPembanguan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Berbasis
Masyarakat.
34. Desember 2003
(a) Telah disusun Pekerjaan Studi National Action Plan Bidang Air Limbah. (b) disusun
pula Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, untuk eksekutif dan legislative
Pemerintah Kabupaten/Kota, Ditjen Kotdes, Depkimpraswil. (c) Telah terbit pula
Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, untuk untuk Pelaksana Lapangan
di Pemerintah Kabupaten/Kota, Ditjen Kotdes, Depkimpraswil,.(d) Telah disusun
Perumusan Rencana Tindak National Bidang Air Limbah 2005-2015. Ditjen
Kotdes, Depkimpraswil, (e) Mulai dilakukan uji coba program SANIMAS (Sanitasi
Berbasis Masyarakat) di propinsi Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta
35. 2004 Terbit Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan
terbentuk Tim interdep (Bappenas,Depkes, Depdagri dan Dep PU) yang ditugaskan
untuk belajar CLTS (Community Lead Total Sanitation atau STBM = Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat). Tim ini selanjutnya belajar CLTS ke India dan Bangladesh
dengan sponsor IBRD
36. 2005 Terbit Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum dan di Kabupaten Lumajang, tepatnya di Kecamatan
Guci Alit telah memproklamirkan sebagai daerah bebas BAB dengan menerapkan
CLTS alias STBM
37. 2006 Dilakukan replikasi program SANIMAS di 20 propinsi (69 lokasi) dan
dimulai program ISSDP (Indonesia Sanitation Development Program)
38. 19-21 November 2007 di Jakarta di selenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional(KSN).
Juga dilakukan kembali replikasi program SANIMAS di 22 propinsi (128lokasi)
39. 2008 terbit Permen PU Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman, Depar
tmPekerjaan Umum dan diterbitkannya Buku Pedoman SANIMAS, oleh Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Dep. PU. Pada tahun ini juga Telah disusun National Strategy
for Community Lead Total Sanitation (CLTS), Ministry of Health
40. 2009. Terbit UU 36 Tahun 2009 tetang Kesehatan. Pada tahun ini juga
diselenggarakan Kongres Sanitasi Nasional (KSN II)
Pertemuan : Ketiga
Tanggal : 27 Agustus 2015
Pokok Bahasan : Landasan keilmuan dasar kesehatan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.

LANDASAN KEILMUAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Dasar keilmuan kesehatan lingkungan adalah mengidentifikasi, mengukur,


menganalisis, menilai, memprediksi bahaya berbagai pajanan di lingkungan, dan melakukan
pengendalian dengan tujuan mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat dan
ekosistem.
Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari interaksi dinamis berbagai pajanan atau agen
lingkungan (fisik, radiasi, kimia, biologi, dan perilaku) melalui wahana udara, air, limbah,
makanan dan minuman, vektor atau binatang pembawa penyakit, dan manusia di
lingkungan pemukiman, tempat kerja atau sekolah, tempat-tempat umum maupun
perjalanan dengan risiko dampak kesehatan (kejadian penyakit) pada kelompok manusia
atau masyarakat.
Pengajaran, penelitian, dan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Depertemen
Kesehatan Lingkungan dilakukan menurut konsentrasi pada tujuh bidang ilmu utama: polusi
udara, polusi air, vektor dan binatang pembawa penyakit, kontaminasi makanan dan
minuman, toksikologi lingkungan, epidemiologi kesehatan lingkungan, dan prakiraan risiko
kesehatan.
Departemen Kesehatan Lingkungan mengasuh pendidikan untuk Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Kesehatan Lingkungan serta Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan kekhususan Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Lingkungan.

DASAR ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN


A. Ilmu Kesehatan Lingkungan
Adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan
faktor lingkungan
1. Ilmu Kesehatan Lingkungan didukung oleh :
a. Ekologi
b. Ekosistem
c. Pencemaran Lingkungan
d. Amdal
e. Dasar dasar pengelolaan Lingkungan.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang
mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek
sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu
poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain
untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara
umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena)
dan situasi yang lebih spesifik. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa
dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas
apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran
yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian
hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang
biologi, kimia dan fisika. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan
penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam
(mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang
kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan.
ASAS 14

Sumber alam, ialah ASAS 5 Derajat pola


segala sesuatu yang keteraturan
memungkinkan fluktuasi
Peningkatan
organisme hidup populasi
pengadaan
bergantung
suatu sumber
kepada
alam mungkin
pengaruh
dapat
sejarah
terangsang
populasi itu
penggunaan
ASAS 11 sendiri
sumber alam
tersebut
Sistem yang
ASAS 3 mantap
(dewasa)
mengeksploitas
Materi, energi, ruang, i sistem yang
waktu dan ASAS 9 belum dewasa ASAS 13
keanekara-gaman
adalah kategori
sumber alam Keanekaraga- Lingkungan fisik
man sebanding yang stabil
dengan bio- memungkinkan
masa/produk- keanekaragaman
tivitas biologi berlaku
ASAS 1 dalam ekosistem
mantap, yang
kemudian
Energi tak pernah menggalakkan
hilang, hanya ASAS 8 stabilitas populasi
berubah
lebh jauh lagi
Tingkat ma-kanan
atau takson
menjadi jenuh
ASAS 2
oleh keanekaraga
man, dengan
Semua proses kecepatan yang
pengubahan tidak ditentukan oleh ASAS 10
cermat sifat mic,
diferensiasi Biomassa/
produktivitas
meningkat
dalam
ASAS 4 lingkungan
yang stabil
Mengenai kejenuhan
dan ketidakjenuhan ASAS 7

Keanekaragaman ASAS 12
yang kekal lebih
tinggi pada
ASAS 6 lingkungan yang
Kesempurnaan
adaptasi tiap
stabil
tabiat/sifat ber-
Ketupan (genotip) (Rosenzwelg)
gantung ke-pada
dengan daya
kepenti-ngan
pembiakan tertinggi
relatifnya dalam
akan sering dijumpai
suatu lingkungan
pada generasi
tertentu
berikutnya

Gambar. Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)


ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem
dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat
diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang,
dihancurkan atau diciptakan.
ASAS 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah
dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini
terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi
maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan
digunakan oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan
konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya
konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun
energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu
termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi,
atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga
akan meningkatkan daya pengubahan energi.

ASAS 3. Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori
sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun
termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber
alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam
punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya
ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak
karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting,
yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik
turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada
jumlah tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang
penggunaan lebih lanjut.
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak

ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan


yang mudah diramal.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada
pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-
naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk
diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya
penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan
lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang
sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut.
Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies
yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut
(secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh
spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna
dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang
sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan
Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah
semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak
keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi.
Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja
melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan
keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.

ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson
tersebut.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena
satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila
ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

ASAS 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi


produktivitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan
antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat
dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat
digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi,
rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang
masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan
ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan
jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan
pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.

ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang
belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang
lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya

ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak
perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung
menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.

ASAS 13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan
demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan
fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik
itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas
yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi
pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Pertemuan : Keempat
Tanggal : 03 September 2015
Pokok Bahasan : Hubungan manusia dengan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN

A. Pengertian manusia dengan lingkungan


1. Pengertian manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya
yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu
menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang
merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa
yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia
pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan
lingkungan dan tempat tinggalnya
2. Pengertian lingkungan
Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk hidup tinggal, mencari
penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang terkait secara timbal
balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks.kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya.
Komponen Lingkungan bisa d bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Lingkungan abiotik
yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya, matahari dan
sebagainya.
Faktor-faktor abiotik :
a. Tanah
manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun
rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik
seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.

b. Suhu Atau Temperatur


Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran
suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau
diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena
memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas
panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara
umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik
ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal,
dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan
temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan
pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan
mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan
kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor
penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi
ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah
penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat
menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak.
c. Sinar / Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari
menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

2. Lingkungan biotik
yaitu terdiri dari mahkluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
Faktor biotik, yaitu :
a. Bernapas.
b. Tumbuh.
c. Berkembang biak.
d. Iritabilita.
e. Makan dan minum.
f. Melakukan ekskresi.
g. Beradaptasi dgn lingkungannya.
Contoh hubungan manusia dengan lingkungan disekitar nya :
a. Manusia sangat bergantung pada udara unutk bernapas, juga air dan makanan untuk
proses kehidupan.
b. Makhluk hidup bergantung pada tumbuhan karena hanya tumbuhanlah yang membuat
makanannya sendiri.
c. Tumbuahan memerlukan benda-benda mati seperti air, sinar matahari, dan karbon
dioksida untuk membuat makanan dengan berfotosintesis.
d. Manusia dan hewan juda seling berhubungan. Manusia membutuhkan hasil dari hewan
berupa telur, daging, dan susu untuk dikomsumsi. Sedangkan bulu – bulu domba, kulit
binatang untuk dijual.

Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain sebagai berikut :
1. Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan Sumber Daya Alam makin
menciut (depletion)
2. Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota
3. Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan
yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi
4. Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga
menimbulkan longsor
5. Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang
menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.

Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain :


1. Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana terutama SDA
yang tidak dapat diperbaharui
2. Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora
serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir
3. Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan pencemar
yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang batasnya
4. Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk menjaga
kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat sengkedan guna
mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus
5. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan
keanekaan jenis makhluk hidup.

B. KONSEP DASAR TERHADAP PERMASALAHAN DAN STUDI GEOLOGI LINGKUNGAN


YAITU :
1. Konsep Pertama
Pada dasarnya bumi merupakan suatu system tertutup.suatu system merupakan
suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian atau komponen sehingga membentuk
suatu kelompok besar yang menjalankan suatu fungsi tertentu.
Contohnya adalah system yang meliputi planet,vulkanik,atau daur air.
Oleh karena itu,meskipun Nampaknya bumi ini merupakan suatu system terbuka terkait
hubunganya dengan energy material,tetapi pada dasarnya bumi adalah suatu system
tertutup dalam hubungannya dengan siklus daur alami.
2. Konsep kedua
Bumi yang kita tempati ini merupakan satu-satunya tempat yang cocok untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena bumi didukung oleh kondidi yang
memungkinkan untuk berlangsungnyya kehidupan yaitu adanya air,uadara (dalam hal ini
adalah oksigen ),suhu yang sesuai yang memungkinkan terjadinya kehidupan,adanya lapisan
atmosfer yang komposisinya dapat mendukung kehidupan,dan factor-faktor lain serta
segala sumber daya yang tidak dimiliki oleh planet ataupun tempat manpun di alam
semesta ini.
3. Konsep ketiga
Proses-proses alam yangterjadi sekarang mengubah bentang alam yang telah
tersusun selama periode geologi,baik secara alamiah maupun buatan.proses-proses
perubahan yang dapat mengubah bentang ala mini dapat terjadi secara alamiah ataupun
karena perbuatan manusia.proses yang terjadi secara alamiah ini contohnya suatu lembah
sungai larena terkena erosi secara trus-menerus dan berkesinambungan dapat berubah atau
terangkat menjadi suatu puncak pengunugan.ataupun contoh yang nayta nya yaitu
peristiwa terpecahnya lempengan benua yang sebelumnya merupakan suatu kestuan
daratan menjadi beberapa benua dan pulau-pulau yang ada di bumi pada saat ini,serta ada
fakta bahwa masing-masing lempengan tersebut mengalami pergerakan secar perlahan-
lahan.fenomena seperti ini dapat sukar di pastikan dengan teliti bila hal itu bukan prisip
kesergama.
4. Konsep keempat
Selau ada proses alam yang membahayakan dan mengancam kehidupan manusia.
Dibumi ini terkadang terjadi proses yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Proses
tersebut terjadi karena aktivitas alamiah bumi itu sendiri.
Proses tersebut ada 2 macam,yaitu :
 Proses eksogen : jika proses itu terjadi di permukaan bumi.
contohnya : erosi,banjir,cuaca,krisis air,dll.
 Proses endogen : jika proses itu terjadi di dalam kerak bumi.
Contohnya : aktivitas gunung berapi,gempa bumi,pergeseran lempengan,dll.
Proses-proses tersebut pada umumnya merugikan bagi kehidupan manusia. Oleh karena
itu kita harus dapat mempredeksi untuk meminimalkan ancaman yang ditimbilkan dari
proses alam tresebut.
5. Proses kelima
Perencanaan tata guna lahan dan penggunaan air harus diusahakan agar
mendapatkan keimbangan antara pertimbangan ekonomi dan penilaian estetika. Saat
ini,pemandangan alam dapat dianggap sebagai sumber daya alam karena saat ini keindahan
mempunyai nilai yang tinggi dalam kehidupan manusia di samping nilai-nilai vital lainnya.
Pertimbangan factor abstark seperti estetika dewasa ini menjadi lazim,seperti halnya
untung rugi. Namun,masih banyak proyek-proyek yang hanya didasarkan pada
pertimbangan kutungan,tanpa memperhatika aspek lingkungan. Pada kenyataannya
memang sulit untuk menyelaraskan antara pertimbangan ekonomi ekonomi dengan
penialaian estetika.
Menyelaraskan pertimbangan ekonomi dengan penilaian estetika adalah dengan
memperhatikan tahap-tahap :
- Mengatur skala tingkat ekonomi denagan menyamakan skala tingkat evolusi estetika
- Mengembangkan metode kuantitatif,tentang analisis data yang diperoleh
- Mengembangkan teknik pemetaan dan mengembangkan sumber daya alam yang
berestetika tersebut.
6. Konsep keenam
Komponen dasar dari setiap lingkungan manusia adalah factor geologi,dan
pemahaman terhadap lingkungannya membutuhkan wawasan dan penafsiran yang luas
terhadap ilmun bumi dan ilmu lain nya yang berkaitan. Lingkungan yang kita tempati ini
berkaitan erat dengan ilmu geologi. Secara langsung ataupun tidak langsung,sadar atau
tidak sadar,kehidupan kita di pengaruhi oleh proses-prose geologi.
Untuk memahami tentang lingkungan kita yang kompekls ini diperlukan bantuan dari
displin ilmu yang lain,seperti:
 Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tantang bentang alam dan prose
pembentukan permukaan bumi
 Petrologi adalah ilmu yang mempelajari bantuan dan mineral
 Sediamentologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan sedimen
 Tetonik adalah studi yang mempelajari proses terjadinnya cekungan laut,gunung,dan
kenampakan struktur alam lainnya
 Hidrologi adalh studi yang mempelajari tentang permukaan dan subpermukaan air
 Pedologi adalah studi yang mempelajari tentang tanah
Pertemuan : Kelima
Tanggal : 10 September 2015
Pokok Bahasan : Pendekatan ekologis dalam kesehatan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza,SKM,MKM

PENDEKATAN EKOLOGIS DALAM KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Pengertian Ekologi

Ekologi adalah ilmu yangmempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan


nya dan yang lainnya.Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) danlogos (“ilmu”).Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan
oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Berdasarkan didalam ekologi, makhluk hidup dipelajari
sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem yang dimana dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
seperti pada faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif
baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya
dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam
tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
a. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang
lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
b. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.
c. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada


Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.
Ilmu lingkungan atau Environmental Science (ES) merupakan suatu ilmu yang
mempelajari interaksi antara komponen – komponen fisik, kimia dan biologi yang ada di
lingkungan serta merupakan suatu disiplin ilmu yang saling melengkapi dengan ilmu alam,
ilmu teknik dan ilmu sosial.Dalam keterkaitannya dengan Ilmu lingkungan, ES berfokus pada
polusi dan penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan dengan aktivitas manusia yang
berpengaruh pada perubahan biologis dan lingkungan berkelanjutan, serta melibatkan
aspek ilmu ekonomi, ilmu hukum dan ilmu – ilmu sosial.Keseluruhan aspek ilmu tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan berpengaruh pada lingkungan.
Ilmu lingkungan dalam konteks arstitektur erat kaitannya dengan istilah Ecological
Design atau Arsitektur Ekologis, dimana dalam setiap perencanaan arsitektur selalu
mempertimbangkan kaidah atau aspek lingkungan yang ada untuk dapat memberikan
kontribusi di dalam pembangunan sehingga mampu meminimalkan dampak negatif dalam
pembangunan demi kelestarian lingkungan dan alam tetap terjaga. Dalam hal ini konteks
ilmu lingkungan tidak lepas dari prilaku manusia itu sendiri sebagai suatu komponen
lingkungan yang paling dominan karena manusia senantiasa mengolah, mengambil dan
mengembangkan sesuatu yang ada di alam itu sendiri.Untuk mencapai keseimbangan
lingkungan tentu diperlukan kesadaran dari manusia agar merasa memiliki dan mencintai
segenap makhluk hidup dan alam lingkungannya sebagai tempat hidupnya.
2. Konsep Ekologi
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus
dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap
salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah
kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan.Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya
komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat
dianggap suatu cibernetik dialam. Namun manusia cenderung mengganggu dalam sistem
pengendalian alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam
tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia.
3. Hubungan Ekologi dengan lainnya
Ekologi dalam politik menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan
pergerakan politik – termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan, dan ekologi yang
kita kenal sekarang.Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam
Asas, disebut gerakan hijau.Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada
daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia
dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.Orang yang memiliki kepercayaan-
kepercayaan itu disebut ekolog politik.
Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada benar-benar ekolog
politik dalam kebanyakan partai politik.Sangat sering mereka memakai argumen dari ekologi
buat melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali argumen-
argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan akademisi juga.
Ekologi dalam kacamata Antropologi terkadang apabila dibandingkan keduanya
menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa
itu.Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan kita,
ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran
kita.Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun paradigma mekanistik
bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek ekologi — masalah subyek-
obyek.Namun dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya jelas jika
kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama.
4. Cabang ilmu Ekologi
Ekologi Tingkah Laku, Ekologi Komunitas dan Sinekologi, Ekologi Fisiologi, Ekologi
Ekosistem, Ekologi Evolusi, Ekologi Global, Ekologi Manusia, Ekologi Populasi, Ekologi
Akuatik, Ekologi Api, Ekologi Fungsional, Ekologi Polinasi, Ekologi Hutan, Ekologi Laut,
Ekologi Laut Tropis, Ekologi Pangan dan Gizi, Ekologi Hutan Mangrove, Ekologi Kesehatan,
Ekologi Antariksa, Ekologi Pedesaan, Ekologi Serangga, Ekologi Habitat, Ekologi Pelestarian,
Ekologi Hewan, Ekologi Produksi, Ekologi Purbakala, Ekologi Sosial, Ekologi Radiasi, Ekologi
Tumbuhan Penganggu, Ekologi Lanskap, Ekologi Molekuler, Ekologi Robot, Ekologi Industri.

5. Pembagian Ekologi
Ekologi pada masa kini menjadi luas cakupannya, namun dapat digolongkan menurut
bidang kajiannya :
a. Auteknologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Biaasanya ditekankan pada aspek siklus hidup,
adptasi terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan lain-lain.Misalnya
seorang ahli ekologi hanya mengkaji seluk beluk ekologi orang (Pongo pygmeaus) di
alam asli, dan sebagainya.
b. Sinekologi adalah ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu
kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Sering pula kita dengar
dengan istilah lain seperti : ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas, dan
ekologi ekosistem.
c. Pembagian menurut habitat.
Ada di antara para pengamat lingkungan yang membuat kajian ekologi menurut habitat
atau tempat suatu jenis atau kelompok jenis tertentu. Oleh karena itu ada istilah :
1. Ekologi bahari atau kelautan
2. Ekologi perairan tawar
3. Ekologi darat atau terrestrial
4. Ekologi estuaria (muara sungai ke laut)
5. Ekologi padang rumput
Pembagian menurut taksonomi, yaitu sesuai dengan sistematika makhluk hidup,
misalnya :
1. Ekologi tumbuhan
2. Ekologi hewan, seperti ekologi serangga dan ekologi burung.
3. Ekologi mikroba, jasad renik dan sebagainya.
6. Ekosistem
 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik
(hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini,
kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan hewan
dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu
kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-
masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem
ini akan terus terjaga.
 Komponen Dalam Ekosistem
Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua
komponen, yaitu sebagai berikut.
Komponen Abiotik, yaitu komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup
(nonhayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air, matahari, udara,
dan energi.
Ada 2 pembagian komponen biotik dalam suatu ekosistem, yaitu Organisme Autotrof dan
Organisme Heterotrof.
Organisme Autotrof adalah semua organisme yang mampu membuat atau mensintesis
makanannya sendiri, berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan
energi matahari melalui proses fotosintesis. Semua organisme yang mengandung klorofil
terutama tumbuhan hijau daun disebut organisme autotrof. Ada dua pembagian atas
Organisme autotrof ini yaitu :
1. Fotoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi cahaya untuk mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik.
2. Kemoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi dari reaksi kimia untuk
membuat bahan makanan sendiri dari bahan organik. Contohnya adalah bakteri besi,
dalam menjalankan proses ini mereka membutuhkan oksigen.
Organisme Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri, akan tetapi meman faat kan bahan-bahan organik dari organisme lainnya sebagai
bahan makanannya. Organisme ini terdiri atas 3 tingkatan yaitu :
1. Konsumen yang secara langsung memakan organisme lain
2. Pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari bangkai
3. Detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah
membusuk, contoh nya adalah lintah dan cacing
 Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem
1. Individu merupakan satu makhluk hidup, contohnya seekor burung.
2. Populasi merupakan sekumpulan makhluk hidup yang menetap disuatu tempat
dalam jangka waktu tertentu dan mampu berkembangbiak, contohnya sekumpulan
semut.
3. Komunitas merupakan kumpulan dari populasi yang menempati daerah yang sama
dalam waktu jangka waktu yang panjang.
4. Ekosistem merupakan kumpulan dari komunitas tadi yang melibatkan interaksi yang
muantap antara makhluk hidup.
 Macam-Macam Ekosistem
Ada dua macam ekosistem yang terbentuk di bumi kita ini, yaitu
1. Ekosistem alamiah
Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sencirinya tanpa ada campur
tangan dari manusia, oleh karena itu lah kita sebut sebagai ekosistem Alamiah. Contohnya
adalah ekosistem laut dan sungai.
2. Ekosistem Buatan
Seperti namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan adanya campur
tangan manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun
keanekaragaman hayati di sini terbatas, karena bukan itu tujuan dari membuat ekosistem
ini. Contohnya adalah sawah.
 Interaksi Dalam Ekosistem
Tentunya setelah mengetahui komponen dalam suatu ekosistem kita bertanya-tanya
bagaimana sesungguhnya hubangan antara makhluk hdup yang tinggal menetap dalam
suatu ekositem, nah begini nih sahabat
Setiap makhluk hidup akan berusaha untuk mempertahankan populasinya, tentu
dengan cara mencari makanan dan terus berkembang biak, seperti yang kita ketahui ada
makhluk hidup karnivora dan herbivora hal ini akan menimbulkan hubungan erat yang biasa
dinamakan rantai makanan dan jaring jaring makanan.
 Pencemaran Ekosistem
Ekosistem ini sebenarnya memberikan banyak keuntungan dalam kehidupan manusia,
namun banyak dari kita tidak menyadarinya sehingga bertindak hanya demi kepentingan
pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi kehidup anak cucu kita, betapa tidak, banyak
orang melakukan penebangan liar, pembakaran hutan, membuang limbah berbahaya ke
laut.
7. Sistem
 Sistem Kesehatan
Sistem adalah suatu keterkaitan
(1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan
(2) interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.
Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun,
jika tidakmempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi
tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota di antara elemen-elemen
pembentuknya dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is
interconnected parts or elements in certain pattern of work). Berdasarkan pengertian ini
dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni:
suatu sistem.
 Tujuan Sistem Kesehatan
Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka
Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator
lainnya.
2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.
 Elemen-Elemen Sistem Kesehatan
Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or elements in certain
pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni: (1)
elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku; dan (2)
interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan dimiliki oleh elemen-
elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam Sistem Kesehatan berdasarkan berbagai
referensi dapat dibagi menjadi:
a. Regulator dan/atau stewardship
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembiayaan Kesehatan
d. Pengembangan Sumber Daya

Pertemuan : Keenam dan ketujuh


Tanggal : 15 & 17 September 2015
Pokok Bahasan : Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan dan prinsip dan macam
fasilitas kesehatan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.

RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 17 ruang lingkup kesehatan


lingkungan, yaitu :

1. Penyediaan Air Minum


Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-
puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar,
danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu
siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air
tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Syarat fisik, antara lain:
 Air harus bersih dan tidak keruh
 Tidak berwarna
 Tidak berasa
 Suhu antara 10o-25oC (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain:
 Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
 Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
 Cukup yodium.
 pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat bakteriologi, antara lain:
 Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.

2. Pengelolaan Air Buangan Dan Pengendalian Pencemaran

Sumber-sumber Pencemaran Air Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya
disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah
industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata
semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu
disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air
ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses
pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil
tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri,
pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan,
sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi
tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.)
maupun cairan (air cucian, minyak goring bekas, dll.).

b. Limbah Lalu Lintas


Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal
tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori
air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan.
Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan
misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah
pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak terurai di alam
sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan
selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di dalamnya. Pada
pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan
air/perairan terbuka

3.Pembuangan Sampah Padat


Menurut Kamus Istilah Lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau
ditolak atau buangan. Sedangkan Dr. Tandjung, M.Sc. mengatakan bahwa sampah adalah
sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.
Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah
cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,
gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-
potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada
waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Secara umum sampah didapat dari pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat
perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerinta, indusr=tri berat dan ringan serta
pertanian. Pengolahan kembali secara fisik. Metode ini adalah aktivitas paling populer dari
daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang,
contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan
bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang
dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-
bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.
Pengolahanbiologis Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau
kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Metode penghindaran dan pengurangan Sebuah metode yang penting dari pengelolaan
sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan
sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai,
memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa
digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak
konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan
mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama
(contoh, pengurangan bobot kalengminuman)

4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu “infectious
agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang
ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor. Tujuan pengendalian vector
adalah untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak
membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor
Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan
atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia dengan maksud
untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak
antara manusia dengan vektor.
a. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesuatu
transformasi fisik yang farmanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air dan tumbuh-
tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau menurunkan habitat larva
tampa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap kualitas lingkugan
manusia. Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air
dari perkembangan vektor.
b. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi sementara
yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya. Misalnya perubahan
kadar garam dari air, penyentoran saluran air secara periodik, menghilangkan vegetasi dll.

5. Pencegahan/Pengendalian Pencemaran Tanah Oleh Ekskreta Manusia


Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi
oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernafasan.
Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya
tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus
(Notoatmodjo, 2003). Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat
jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
1. Tidak mencemari air
2. Tidak mencemari tanah permukaan
3. Bebas dari serangga
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
5. Aman digunakan oleh pemakainya
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or
in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.” Batasan makanan
tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk
tujuan pengobatan.
a. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
- Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
- Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
- Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
- Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

6. Pengendalian pencemaran udara


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara
umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pengertian pencemaran udara berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan
yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal
dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam
seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan
panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,
dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya.
Klasifikasi Pencemar Udara :
1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.
2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer.
Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik
Penyebab Utama Pencemaran Udara :
Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 %
pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.

8. Pengendalian Radiasi

Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi bergerak melalui
media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering
menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zatradioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi
elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra
violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat
radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke
segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem
pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi
dapat berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh
alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai satu sistem
biologi di antara system biologi lainnya, selalu terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik mempunyai spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dan
listrik, yaitu frekuensi 60 Hz . Berbagai penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk
mengetahui efek medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Medan elektromagnetik
berpotensi menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem
kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat karsinogenik.

9. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya dunia
industri yang bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami
betapa penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini
memiliki kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan
aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.

10. Pengendalian Kebisingan


Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan pada fungsi
pendengaran manusia. Risiko terbesar adalah hilangnya pendengaran (hearing loss) secara
permanen. Dan jika risiko ini terjadi (biasanya secara medis sudah tidak dapat
diatasi/"diobati"). Sudah barang tentu akan mengurangi efisiensi pekerjaan si penderita
secara signifikan.
Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Dampak auditorial (Auditory effects)
Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran,
seperti hilangnya/berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/ berfrekuensi tinggi
dalam telinga.
2. Dampak nonauditorial (Nonauditory effects)
Dampak ini bersifat psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan,
stres, dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang bisa
dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja :
1. Percakapan biasa (45-60 db)
2. Bor listrik (88-98 db)
3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 db)
4. Gergaji mesin (110-115 db)
5. Musik rock (metal) (115 db)
6. Sirene ambulans (120 db)
7. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 db)
8. Pesawat terbang jet (140 db).
11. Perumahan Dan Pemukiman Rumah
Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti :
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari
b. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam
c. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini
e. Sebagai tempat untuk meletakkan barang2 berharga yang dimiliki

Sifat Pemukiman
a. Pemukiman/perkampungan tradisional
b. Perkampungan darurat
c. Perkampungan kumuh (slum area)
d. Pemukiman transmigrasi
e. Perkampungan untuk klpok2 khusus
f. Pemukiman baru

12. Aspek Kesling Dan Transportasi Udara


Sebenarnya bukan hanya pencemaran lingkungan yang terlihat secara kasat mata saja
yang dapat membahayakan dan menimbulkan penyakit, pencemaran suara juga dapat
menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Apabila tidak segera
ditanggulangi, mungkin pencemaran suara ini dapat sangat menggangu kehidupan.
Pencemaran suara ini sebenarnya dapat ditanggulangi apabila setiap manusia yang hidup di
dunia sadar akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mungkin pencemaran
suara dampaknya tidak terlihat secara kasat mata, namun dampaknya dapat di rasakan
langsung oleh organ tubuh.
Untuk menanggulangi pencemaran suara tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu misalnya apabila ingin membangun suatu bandara di dalam suatu negara,
pemerintah harus dapat memperhitungkan dampak dari pembangunan bandara tersebut.
Pembangunan bandara dapat di dilakukan di daerah yang jarang pemukiman penduduk agar
tidak mengganggu penduduk yang tinggal disekitar bandara dan bagi seorang pengusaha
yang ingin membangun suatu pabrik, agar dapat membangun pabrik mereka di wilayah yang
memang benar – benar hanya untuk kawasan industri. Selain pencemaran suara yang
ditimbulkan oleh suatu pabrik ada pencemaran lainnya yang dapat ditimbulkan, yaitu
pencemaran udara dan lingkungan dari limbah pabrik tersebut. Maka dari itu agar
lingkungan dan bumi kita tetap terlindung dari pencemaran, manusia harus sangat
memperhatikan lingkungan dan kesehatan.

13. Perencanaan Daerah Dan Perkotaan


Pengertian Perencanaan Perencanaan memiliki banyak definisi. Menurut Dror (1963),
perencanaan merupaka suatu proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan unutk
melakukan tindakan dimasa depan. Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Perencanaan
Kota, Gallion dan Eisner menuliskan bahwa perencanaan adalah suatu upaya untuk
menciptakan perkembangan yang teratur di daerah perkotaan dan mengurangi konflik-
konflik sosial dan ekonomi yang akan membahayakan kehidupan dan hak milik.
Pola Perencanaan Kota Sebuah kota harus dibangun berdasarkan empat dasar. Dasar
fisik sebuah kota adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman,
dan benda-benda lain yang menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota
memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah kota sangat penting bagi
ketertiban. Dasar sosial sangat penting supaya kota ada artinya.
Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
a. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah
slum/kumuh>>>sanitasi kesehatan lingkungan buruk
b. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>>dibuang tanpa
pengolahan (ke sungai) >>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
kakus>>>penyakit menular.
c. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap)
>>>mencemari udara kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA.

14. Pencegahan Kecelakaan


Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor lingkungan adalah
pemikiran standart persyaratan kualitas lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga
industri yang aman, yang dilakukan melalui :
a. Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan mengacu pada
standar pemeliharaan rumah tangga perusahaan / industri yang aman
b. Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan dengan
menerapkan model manajemen keselamatan kerja yang sesuai
c. Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu pada model
manajemen pengendalian factor fisisk tempat kerja yang sesuai.
Tujuan dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan suatu sistem Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diharapkan
adanya penempatan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia,
meningkatnya komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja,
meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan
global, proteksi terhadap industri dalam negeri, meningkatnya daya saing dalam
perdagangan internasional, mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor
nasional, meningkatnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem,
perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang terkait dengan
penerapan K3.

15. Rekreasi Umum Dan Pariwisata


Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya
konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan yang lestari.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam Flora dan fauna serta jasa lingkungannya di
kawasan Pelestarian Alam dan Hutan Lindung mengacu kepada prinsip-prinsip social forest
management yang dalam pemanfaatannya berazaskan kelestarian ekologi, social dan
ekonomi.
Pemanfaatan yang tidak memperhatikan faktor kelestarian fungsi hutan, akan menimbulkan
laju degradasi hutan. Sebagai illustrasi angka deforestrasi mencapai 1, 6 juta hektar per
tahun.
Potensi jasa lingkungan hutan baik langsung ataupun tidak langsung dapat dimanfaatkan
secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk : wisata alam, pemanfaatan
sumberdaya air, supply oksigen, perlindungan system hidrologis dan carbon offset
(Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen PHKA, 2003.)
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan Pelestarian
alam seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata Alam yang memiliki
gejala keunikan alam, keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata alam, disamping sebagai
wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Agar objek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan
teknologi yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya diperlukan pengelolaan yang
arif agar tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan kawasan dan social
budaya masyarakat sekitar. Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan wisata alam,
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata alam yakni konservasi,
edukasi, ekonomi, rekreasi dan peran / partisipasi masyarakat.

16. Tindakan-Tindakan Sanitasi Yang Berhubungan Dengan Keadaan Epidemi/Wabah,


Bencana Alam Dan Perpindahan Penduduk
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi perkembangan
fisik,kesehatan,dan daya tahan hidup manusia.
Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi
penyakit tinja kemulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektr dengan melkasanakan
penyuluhan raktek kebersiha yang baik,penyediaan air minum yang aman dan pengurangan
kesehtan linkungan dengan mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang
untuk hidup dengan kesehatan,martabat, kenyamanan,dan keamanan yang memadai.
Adapun untuk mengurangi resko dari bencana yang ditimbulkan hal yang dilakukan
dalam kegiatan sanitasi adalah sebagai beikut:
a. Pasokan/penyediaan air bersih
b. Pembuangan Tinja
c. Pengendalian Vektor
d. Manajemen Sampah
e. Pemeliharaan Drainase
f. Penyuluhan Kesehatan

17. Tindakan Pencegahan Yang Diperlukan Untuk Menjamin Lingkungan.


Kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas baik secara kuantitas
maupun kualitasnya sehingga pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup membuat
aturan yang dituangkan dalam UU No. 23 tahun 1997 pengertian lingkungan hidup yang
tercantum dalam
UU No. 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun 1997 adalah sebagai suatu kesatuan ruang yang
terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya.
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Merupakaan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting dari suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup (PPRI No. 27 tahun 1999
tentang AMDAL). Penelaahan dampak penting dari aktivitas atau kegiatan pembangunan
merupakan hal pokok yang mendominasi kegiatan studi AMDAL. Dampak penting adalah
perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang disebabkan oleh suatu usaha kegiatan
(PP 51/1993 pasal 1 dan 9)
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
Merupakan perangkat preventif dalam pencegahan dan penanggulangan dampak
lingkungan yang merupakan dokumen yang dibuat pada fase perencanaan suatu kegiatan
pembangunan. Sebagai kelengkapan dalam memperoleh perizinan. Penyelenggaraan
pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan perangkat sukarela dianggap sebagai
gambaran kepeduliaan yang lebih tinggi dalam upaya pengelolaan lingkungan, karena
datangnya dari hati nurani yang memikirkan kerugiannya atau dampak negatif. Masalah
lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara sejak dasawarsa 1970-an
hingga sekarang.
3) Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan baik yang direncanakan
maupun diluar rencana, tidak akan menurunkan atau menghapus kemampuan lingkungan
untuk mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi
Untuk mencapai tujuan ini hasil AMDAL haruslah berupa rencana pengelolaan lingkungan,
rencana pengelolaan lingkungan tersebut terdiri dari dua bagian yaitu rencana penanganan
dampak dan pemantauan dampak.
Tujuan penanganan adalah untuk memperbesar dampak positif dan memperkecil
dampak negatif. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dampak adalah :
Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana serta
dampaknya sangatlah kecil terhadap lingkungan sehingga dampak penanganan tersebut
dapat diabaikan
- Penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proyek
- Penanganan dampak memerlukan biaya
- Penanganan dampak mencakup penanganan dampak positif, pihak pemrakarsa
sering tidak tertarik untuk memanfaatkan dampak positif.

PRINSIP DAN FASILITAS KESEHATAN LINGKUNGAN

DINAMIKA KESEHATAN LINGKUNGAN

(TEORI SIMPUL)

SUMBER AMBIENT MANUSIA DAMPAK

Alamiah Melalui Komponen -Sehat

-Penderita wahana: lingkungan -Samar

penyakit -Udara berada dlm -Subklinik

infeksi -Air darah, -Akut

-Industri -Makanan lemak,

-Mobil -Tanah urine,

-Binatang dll

A B C D

- Pada simpul A: pengukuran pada sumbernya (pengukuran emisi)


- Pada simpul B: pengukuran komponen penyebab sakit pada ambient
- Pada simpul C: pengukuran pada spesimen tubuh manusia (biomarker atau
bioindikator)
- Pada simpul D: sudah terjadi outcome berupa kejadian penyakit, misal jumlah
penderita keracunan

Fasilitas dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :


a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

sarana sanitasi dasar


 dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih,
kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah keseluruhan hal
tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Pertemuan : Kedelapan
Tanggal : 08 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Persyaratan dan kriteria teknis pada media lingkungan air dan tanah
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.

Persyaratan dan kriteria teknis pada media lingkungan air dan


tanah

1. Persyaratan Teknis Pada Media Lingkungan Air


a. Syarat Kuantitas
Adalah jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita. Pada umumnya di
Negara maju lebih banyak daripada Negara berkembang.
b. Syarat Kualitas
Syarat kualitas air harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tanggal 3 September 1990 beserta lampirannya, meliputi syarat
fisik, kimiawi, mikrobiologis dan radioaktif adalah sebagai berikut :
 Syarat Fisik
 Jernih
 Tidak berbau.
 Tidak berasa.
 Tidak berwarna, kadar maksimal 15 skala TCU (True Color Units).
 Jernih, kadar maksimal kekeruhan 5 skala NTU (Nephelometric Turbidity Units).
 Suhu sama dengan suhu udara, dengan maksimal 3° C, diatas atau dibawahnya.
 Jumlah zat terlarut maksimal 1000 mg/L.
 Syarat Kimiawi
 Tidak mengandung bahan-bahan berbahaya beracun.
 Tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
 Tidak boleh mengandung zat dengan kadar yang melebihi batas tertentu,
sehingga menimbulkan gangguan fisiologis, tehknis dan ekonomis.
 NAB (Nilai Ambang Batas) untuk bahan – bahan kimia anorganik
 Syarat Mikrobiologis
Air memenuhi syarat mikrobiologis bila bebas dari segala bakteri pathogen. Jika hasil
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 Bakteri Coli maka air tersebut memenuhi
syarat kesehatan.
 Syarat Radioaktif
Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk aktivitas sinar Alpha = 0,1 Bq/L, dan
aktivitas sinar Beta = 1,0 Bq/L.
2. Kriteria Teknis Pada Media Lingkungan Air
Kriteria mutu air diterapkan untuk menentukan kebijaksanaan perlindungan
sumberdaya air dalam jangka panjang, sedangkan baku mutu air limbah (effluent standard)
dipergunakan untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dan berbagai
sektor seperti pertambangan dan lain-lain.
Kriteria kualitas sumber air di Indonesia ditetapkan berdasarkan pemanfaatan sumber-
sumber air tersebut dan mutu yang ditetapkan berdasarkan persyaratan suatu sumber air
dan pemanfaatannya seperti sumber air penampungan.
3. Pengertian Tanah
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan
tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam bentuk maupun
jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) dan tembaga (Cu)
merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat dalam tanah.
4. Persyaratan Teknis Pada Media Lingkungan Tanah
Persyaratan Tanah yang sehat adalah tanah yang baik untuk penanaman suatu
tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
5. Kriteria Teknis Pada Lingkungan Tanah
A. Dari Segi Kimia Tanah
1. Bahan Organik Tanah
Bahan organik sendiri merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa
tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan
kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa
serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap
sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Secara langsung bahan organik tanah merupakan sumber senyawa-senyawa organik
yang dapat diserap tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, seperti alanin, glisin dan asam-
asam amino lainnya, juga hormone/zat perangsang tumbuh dan vitamin.
2. pH Tanah (Keasaman Tanah) dan Adanya Unsur Beracun
Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam
tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini
berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih
banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH=7.
Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan
Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah
atau hilang diserap oleh tanaman.
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah
gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di
daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak
mengandung garam natrium.
3. Ketersediaan Unsur Hara
Batas pengertian tentang unsur hara sebagai berikut : bahwa unsur hara merupakan ion
atau molekul tertentu yang diserap oleh tanaman bagi keperluan faal atau fisiologisnya,
atau secara singkat ion misalnya : K+, Ca++, NO3-, (SO4)2- dan mengenai molekul misalnya : O2,
CO2, H2O yang diasimilasikan.
Unsur hara merupakan zat makanan untuk tanaman di bagi dalam 2 golongan, yaitu :
a. Unsur hara makro : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S
b. Unsur hara mikro : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co
Unsur hara tersebut merupakan unsur hara esesnsial yaitu unsure hara yang sangat
diperlukan oleh tanaman, dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsure
lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak
dapat tumbuh dengan normal.

A. Dari Segi Fisika Tanah


1. Kompaksi / Pemadatan Tanah
Berkurangnya pori-pori tanah umumnya disebabkan pemadatan/kompaksi tanah, makin
padat tanah itu makin berkurangnya pori-pori tanah dan infiltrasi air ke dalam tanah akan
lebih menurun pula.
Terjadinya pemadatan tanah, terutama dikarenakan :
a. Tumbukan butir-butir hujan pada permukaan tanah
b. Pengolahan tanahd engan menggunakan mesin-mesin berat
c. Penggembalaan ternak dan seringnya terinjak-injak
Tertutupnya lubang pori-pori atau berkurangnya pori-pori karena terjadinya pemadatan
akan menurunkan kegiatan infiltarasi, air di permukaan tidakdiberi kesempatan untuk
merembes sehingga aliran permukaan akan terus berlangsung. Menurut penelitian,
kapasitas infiltrasi dapat pula menurun jika di dalam tanah terdapat lapisan kedap, yang
biasanya merupakan lapisan tanah liat, menjadi penghalang perembesan air ke dalam
tanah. Pemadatan-pemadatan tanah hanya dapat dihilangkan dengan melakukan
pengolahan tanah yang aktif (sering dilakukan pencangkulan) dan menanaminya dengan
jenis tanaman yang bermanfaat.
2. Drainase
Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut. Air
dapat hilang melalui permukaan tanah maupun melalui peresapan ke dalam tanah. Berdasar
klas drainasenya, tanah dibedakan menjadi kelas drainase terhambat (tergenang) sampai
sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah).
Kelas drainase ditentukan di lapang dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air
dalam penampang tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna pucat, kelabu,
atau adanya bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan
adanya pengaruh genangan air yang kuat sehingga merupakan petunjuk adanya tanah
berdrainase buruk.
Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh,
padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase buruk, tetapi jagung, karet, cengkeh,
kopi dan lain-lain yang biasanya tumbuh pada lahan kering tidak akan dapat tumbuh dengan
baik kalau tanahs elalu tergenang air.

3. Erosi Tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain.
Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan
pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya
mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan
kimia tanah.
Erosi merupakan penyebab utama kerusakan lahan dan lingkungan. Permasalahan degradasi
lahan dan beratnya erosi disebabkan oleh:
a. Curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi,
b. Tanah peka erosi,
c. Kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk tanaman pangan,
d. Cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk kebiasaan membakar
dan cara pembukaan lahan yang salah, dan
e. Tindakan konservasi lahan yang belum memadai.
B. Dari Segi Biologi Tanah
1. Keanekaragaman biota dan fauna tanah
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi,
aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah
mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman, mikroba sangat
berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba
penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula),
memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit
(penghasil antibiotik, antipatogen).
Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga
dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Salah satu
biota tanah yang berperan sebagai saprofagus maupun geofagus adalah cacing tanah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah. Kascing (pupuk organik bekas cacing atau
campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N,
P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori
total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali). Penggunaan cacing Pheretima hupiensis,
yang merupakan cacing tanah anagaesis (cacing yang memakan bahan organik di
permukaan dan hidup di dalam tanah) dengan populasi 1 ekor/kg tanah, disertai pemberian
bahan organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung varietas Sukmaraga hingga 40%.
Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil aktivitas organisme lain
seperti mesofauna tanah.
Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan
peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh
karena itu, di samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan biota
tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan teknologi aplikasi biota yang
tepat dalam pengelolaan lahan kering.
Pertemuan : Kesembilan
Tanggal : 15 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Persyaratan dan kriteria teknis pada media lingkungan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.

Persyaratan dan kriteria teknis pada media lingkungan udara

1. Pengertian Udara
Udara merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan makhluk hidup. Sehingga
kualitas udara harus tetap dijaga.Karena kualitas udara berdampak signifikan bagi
kesehatan. Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi.
Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon
dioksida, dan gas-gas lain.
Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak menghabiskan waktu
untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah menjadi sangat penting sebagai
lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari pencemaran udara.
Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan dapat
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan secara langsung
dapat terjadi setelah terpapar, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi hidung dan tenggorokan,
serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas
pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus lainnya. Sedangkan gangguan kesehatan secara
tidak langsung dampaknya dapat terjadi beberapa tahun kemudian setelah terpapar, antara
lain penyakit paru, jantung, dan kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal (USEPA, 2007).
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan
karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali
dibebaskan.
Ada beberapa zat-zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:
 Karbon monoksida
 Nitrogen dioksida
 Sulfur dioksida
 Partikulat
 Hidrokarbon
 CFC
 Timbal
 Karbon dioksida
2. Kriteria kualitas udara
Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain,
bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk
furniture serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar
rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban
yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah
seperti dalam hal penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi
yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak,
residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan
bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan
polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama.
a. Kualitas Fisik Udara
Kualitas Fisik Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang mengindikasikan
kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban, pencahayaan, suhu, dan partikulat.
Persyaratan Fisik
No Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan

1 Suhu oC 18 - 30
2 Pencahayaan Lux Minimal 60
3 Kelembaban % Rh 40 – 60
4 Laju Ventilasi m/dtk 0,15 – 0,25
5 PM2,5 μg/m3 35 dalam 24 jam
6 PM10 μg/m3 ≤ 70 dalam 24 jam

b. Kriteria kualitas kimia udara


Kualitas Kimiawi Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi kimiawi udara dalam rumah seperti Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen
dioksida (NO2), Ozon, Karbon dioksida (CO2), Karbon monoksida (CO), Timbal
(Plumbum=Pb), dan Asbes.
Persyaratan Kimia
No Jenis Parameter Satuan Kadar yg Ket
dipersyaratkan
1 Sulfur dioksida (SO2) ppm 0,1 24 jam
2 Nitrogen dioksida (NO2) ppm 0,04 24 jam
3 Carbon monoksida (CO) ppm 9,00 8 jam
4 Carbondioksida (CO2) ppm 1000 8 jam
5 Timbal (Pb) μg/m3 1,5 15 menit
6 Asbes serat/ml 5 Panjang
serat 5μ
7 Formaldehid ppm 0,1 30 menit
(HCHO)
8 ppm 3 8 jam
Volatile Organic
Compound (VOC)
9 μg/m3 35 24 jam
Environmental Tobaco
Smoke (ETS)

c. Kualitas Biologi Udara


Kualitas Biologi Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi biologi udara dalam rumah seperti bakteri dan jamur. Laju ventilasi
adalah laju pertukaran udara melalui ventilasi (lubang udara permanen selain jendela dan
pintu.
Persyaratan Kontaminan Biologi
Parameter kontaminan biologi dalam rumah adalah parameter yang mengindikasikan
kondisi kualitas biologi udara dalam rumah seperti bakteri, dan jamur.
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimal

1 Jamur CFU/m3 0 CFU/m3


2 Bakteri patogen CFU/m3 0 CFU/m3
3 Angka kuman CFU/m3
< 700 CFU/m3
Catatan :
 CFU= Coloni Form Unit
 Bakteri patogen yang harus diperiksa : Legionela, Streptococcus aureus, Clostridium
dan bakteri patogen lain bila diperlukan.
Pertemuan : Kesepuluh
Tanggal : 22 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Baku mutu pada media lingkungan air dan tanah
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.

BAKU MUTU PADA MEDIA LINGKUNGAN AIR DAN TANAH

1. Pengertian Baku Mutu Lingkungan


Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk
hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah yang
harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang
atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien. Secara objektif, baku mutu
merupakan sasaran ke arah mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan.
Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang
akan digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat
digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.

Contoh kriteria:
Kriteria bahan pencemar dalam media air untuk kehidupan ikan:
Konsentrasi Pencemar (mg/l) Pengaruh terhadap Ikan:
Konsentrasi Pencemar (mg/l) Pengaruh terhadap Ikan
0,01 Tidak ada pengaruh
0,05 Ikan menderita dalam taraf rendah
0,1 Kematian telah terjadi masih dalam
tingkat rendah
0,5 Tidak ada yang dapat hidup
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemara
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Pada saat ini, pencemaran terhadap
lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban
pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:

1. Pencemaran air

2. Pencemaran udara

3. Pencemaran tanah

Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu
lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.Kemampuan lingkungan
sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi dan daya tenggang, atau
istilah asingnya disebut carrying capacity. Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada
istilah nilai ambang batas yang merupakan batas-bata daya dukung, daya tenggang dan daya
toleransi atau kemampuan lingkungan.
Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup
atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan
khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang
telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang telah ditetapkan
berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah
tercemar.

Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu
serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena
toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat
ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau
telah melampaui. Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang No.
4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut: “Perlindungan lingkungan hidup
dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan.”
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
“Agar dapat ditentukan telah terjadi kerusakan lingkungan hidup perlu ditetapkan baku
mutu lingkungan, baik penetapan kriteria kualitas lingkungan hidup maupun kualitas
buangan atau limbah. Kriteria dan pembakuan ini dapat berbeda untuk setiap lingkungan,
wilayah atau waktu mengingat akan perbedaan tata gunanya. Perubahan keadaan
lingkungan setempat serta perkembangan teknologi akan mempengaruhi kriteria dan
pembakuan yang telah ditetapkan.”
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah
memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu
kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut
terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat
penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas.
Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:
1. Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi
(objektif sumber daya tersebut tercapai).
2. Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan
pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.
3. Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.
4. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan
menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan.
5. Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah
objektif yang telah ditetapkan tercapai lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.

2. Jenis-Jenis Baku Mutu Lingkungan

Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah
telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem
baku mutu lingkungan yaitu:
1. Effluent Standard
Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk
dibuang ke lingkungan.
2. Stream Standard
Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai,
waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada kemampuan
sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar badan air untuk air
minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah
cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang
diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap
berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air,
sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air;
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau
bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda;
4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien;
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang
ditenggang adanya dalam air laut.
Pertemuan : Kesebelas
Tanggal : 29 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Baku mutu pada media lingkungan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.

BAKU MUTU PADA MEDIA LINGKUNGAN UDARA


Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap mahluk hidup,
tumbuh-tumbuhan dan atau benda.
Baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan maksud untuk melindungi
kualitas udara di suatu daerah.
Baku mutu udara ambien dan emisi limbah gas yang dibuang ke udara harus
mencantumkan secara jelas dalam izin pembuangan gas. Semua kegiatan yang membuang
limbah gas ke udara ditetapkan mutu emisinya dalam pengertian:
1. Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak melampaui baku mutu
udara emisi yang telah ditetapkan.
2. Tidak menyebabkan turunnya kualitas udara.
Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:
1. Sulfur dioksida;
2. Karbon monoksida;
3. Oksida nitrogen;
4. Oksida;
5. Hidrogen sulfida;
6. Hidrokarbon;
7. Amoniak;
8. Timah hitam/timbal;
9. Debu.

Baku mutu udara ambient:


Parameter Baku mutu Waktu

SO2, ug/M3 (ppm) 260 (0.1) 24 jam

CO ug/M3 (ppm) 2.260 (20) 8 jam

NOx ug/M3 (ppm) 92.5 (0.05) 24 jam


O3 ug/M3 (ppm) 200 (1.0) 1 jam

Debu ug/M3 (ppm) 260 24 jam

Pb ug/M3 (ppm) 60 24 jam

H2S ug/M3 (ppm) 42 (0.03) 30 menit


NH3 ug/M3 (ppm) 1.360 (2) 24 jam

HC ug/M3 (ppm) 160 (0.24) 3 jam

. (KepMen KLH. No. 02/MENKLH/1988): 9


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tangal 26
Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional, menyatakan bahwa kadar SO2, NO2, H2S, CO
dan PM10 di udara yang memenuhi syarat berturut-turut adalah tidak melebihi dari 900
μg/m3, 400 μg/m3, 30.000 μg/m3, 150 μg/m3. Sedangkan menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan Kadar
H2 S di udara yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 0,02 ppm.
Paparan udara yang mengandung polutan dapat memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia. Perjalanan polutan dari sumber pencemar sampai timbulnya suatu
penyakit terhadap manusia dan masyarakat dapat dilihat dari teori simpul kejadian
penyakit. Menurut Achmadi (2005) gangguan kesehatan terhadap seseorang atau
masyarakat disebabkan oleh adanya agen penyakit yang sampai pada tubuhnya. Agen yang
berasal dari sumbernya menyebar melalui simpul media atau wahana yang meliputi udara,
air, tanah, makanan dan vektor atau manusia itu sendiri. Setelah agen sampai pada tubuh
manusia kemudian berinteraksi dan pada akhirnya memberikan dampak sakit mulai dari
yang ringan sampa berat.

Perjalanan agen dari sumber sampai menimbulkan penyakit dapat dilihat pada gambar
berikut:

Bibit penyakit yang berasal dari sumbernya (simpul A) menjalar melalui media yang ada
di lingkungan (simpul B) yang disebut ambien. Selanjutnya sampai ditubuh manusia (simpul
C) kuman tersebut melekat (adsorbsi) dan meresa masuk (absorbsi) yang akhirnya muncul
sakit atau sehat (simpul D).
Menurut WHO (1997) dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia tergantung
pada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing-masing individu berbeda-beda.
Secara umum, efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan sistem
pernapasan.
Pertemuan : Keduabelas
Tanggal : 05 November 2015
Pokok Bahasan : Mengenal dan cara penggunaan instrumen pengawasan air, limbah
cair, dan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.

Mengenal dan cara penggunaan instrumen pengawasan air, limbah


cair, dan udara

1. Pengertian inspeks
Inspeksi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik
atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima atau tidak
berdasarkan metode & standard yang sudah ditentukan.Dengan kata lain inspeksi adalah
kegiatan operasional untuk memeriksa material atau part yang diperlukan oleh proses
produksi untuk dapat memenuhi spesifikasi pada proses berikutnya atau memenuhi
spesifikasi pelanggan sebelum produk tersebut dikirim.

2. Persiapan pelaksanaan inspeksi


a. Menyiapkan kelengkapan administrasi, antara lain:
o Surat Penugasan
o Tanda Pengenal
o Dokumen Perjalanan (Surat Perintah PerjalananDinas) dan
o Formulir Berita Acara yang diperlukan dalam pelaksanaan inspeksi

b. Mempelajari peraturan / dokumen / referensi yang terkait.Sebelum melakukan inspeksi


ke lokasi kegiatan. Dokumen-dokumen ini antara lain adalah
o Riwayat ketaatan usaha dan atau kegiatan yang menjadi obyek inspeksi
o Izin-izin yang terkait;
o peraturan/literature yang terkait dengan obyek inspeksi
o Peta situasi versi penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dan atau peta situasi
versi Pejabat Pengawas yang pernah melakukan inspeksi di tempat yang sama atau
bersebelahan
o Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan status ketaatan kegiatan yang
bersangkutan.

c. Menyiapkan perlengkapan, antara lain:


o alat pencatat (buku catatan/note book)
o kamera atau handycam
o perlengkapan keselamatan kerja seperti sepatu boot, jas, hujan, helm
o Alat sampling yang diperlukan
o sarana transportasi
o format laporan inspeksi
o alat perekam suara apabila pihak yang dimintai keterangan menolak diambil
gambarnya atau menolak menandatangani berita acara inspeksi; dan
o perlengkapan lain yang dianggap perlu.

3. Dampak Lingkungan dan Sumber Limbah Proses

Limbah industri kecap umumnya terdiri dari limbah cair, emisi udara dan limbah padat.

Limbah cair polutan utamanya berupa bahan organik,sedangkan limbah padat berupa

bahan-bahan organik seperti ampas kedelai/bungkil. Bahan-bahan ini mudah terdegradasi

secara biologis dan jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan pencemaran

lingkungan.

Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam operasi industri kecap antara lain:

a. Dampak lingkungan dari industri kecap yang membuang air limbah secara langsung
atau dengan kata lain tidak ditangani secara memadai sehingga menurunkan
kandungan oksigen terlarut perairan umum;
b. Bau busuk yang menyengat akibat biodegradasi limbah cair maupun padat 10 Panduan
Inspeksi Industri Kecap
c. Kerusakan tanah akibat dari :
o Penguraian sisa-sisa bahan buangan oleh mikroorganisme
o Penumpukan bahan-bahan padat (yang dapat menimbulkan leachate
o Perubahan pH.

4. Kualitas Udara dan Kebisingan


Sumber emisi udara utama industri kecap adalah bau (odor) dan partikulat.Partikulat
tersebut terbawa gas buang dari cerobong boiler dan merupakansenyawa-senyawa karbon
sisa pembakaran. Sementara emisi bau dihasilkandari proses pengolahan air limbah secara
biologis yang lazim digunakan diindustri kecap.
Partikel-partikel senyawa karbon biasanya berasal dari keluaran cerobongboiler hasil
dari pembakaran bahan bakar padat maupun cair (IDO, IndustrialDiesel Oil). Sebagai
informasi tambahan, spora yang berasal dari proses penjamuran yang mudah melayang di
udara juga memberikan sumbangan besar pada pencemaran udara industri kecap.Panduan
Inspeksi Industri Kecap 11 Selain permasalahan kualitas udara, faktor kebisingan pada
industri kecap juga menimbulkan dampak signifikan terhadap lingkungan kerja dalam
pabrik, seperti : gangguan pendengaran, emosi yang tidak stabil dan gangguan kejiwaan
lainnya, serta gangguan dalam pembicaraan.

5. Pelaksanaan Inspeksi
Pelaksanaan inspeksi merupakan sebuah rangkaian pekerjaan dalam rangka
memperoleh bahan keterangan mendalam tentang industri, evaluasi proses produksi,
ketaatan terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang tercantum dalam
izin, evaluasi terhadap cara pabrik mengelola lingkungan dan menjaga kebersihan pabrik
(house keeping), serta hubungan maupun pengembangan masyarakat disekitarnya. Kegiatan
ini merupakan pelaksanaan dari berbagai persiapan maupun perencanaan yang telah
dilakukan pada saat pra inspeksi. Strategi pelaksanaan inspeksi dituangkan dalam inspection
form yang sangat penting dalam membantu kelancaran pelaksanaan inspeksi.

6. Inspeksi Lapangan
Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam inspeksi industry disajikan dibawah ini:
a. Air Limbah
Air limbah yang perlu diperhatikan, sebagaimana sumber dan potensi yang telah
dijelaskan pada bab III. Air limbah yang masuk IPAL, baku mutunya harus mengikuti
ketentuan BMAL Kepmen 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri untuk
Industri dan peraturan daerah serta persyaratan yang ada dalam izin.
b. Emisi
Industri kecap menggunakan boiler sebagai alat perebusan. Emisi udara
daricerobong boiler harus diukur dan nilainya harus sesuai ketentuan Baku MutuEmisi
Udara Sumber Tidak Bergerak. Selain itu cerobong dari pembangkit tenaga / genset juga
harus diukur.
c. Data-data yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat Peraturan yang diacu
dalam pelaksanaan inspeksi industri kecap adalah :
Peraturan perundang-undangan pengelolaan air limbah :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air 12 Panduan Inspeksi Industri Kecap
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Kegiatan Industri.
c. Peraturan Daerah seperti SK Gubernur.
Peraturan perundang-undangan untuk pengelolaan emisi udara :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13/MENLH/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
c. Peraturan Daerah seperti SK Gubernur
Contoh Formulir Inspeksi untuk Industri Kecap disajikan pada lampiran.
Secara detail akan diuraikan dalam pembahasan pada bab ini.
1. Informasi Umum
Data tentang informasi umum sebenarnya dapat diperoleh sebelum pelaksanaan
inspeksi lapangan, data dapat berasal dari data sekunder atau informasi laporan yang
diperoleh dari industri pada periode sebelumnya. Namun informasi umum tentang industri
belum lengkap, dapat dilengkapi pada saat inspeksi. Data yang perlu dicatat atau
dikumpulkan adalah:
1. Data Perusahaan, terdiri dari:
a. Nama perusahaan (dilokasi kegiatan), hal ini berhubungan dengan industri yang sedang
diinspeksi, perusahaan di lokasi tersebut dapat merupakan induk dari berbagai cabang
perusahaan ditempat lain, atau sebaliknya. Apabila industri merupakan cabang, maka nama
industry induknya perlu dicatat juga.
b. Jenis industri, dalam hal ini adalah industri kecap. Selanjutnya usaha dari perusahaan
induknya perlu dicatat.
c. Pemimpin perusahaan (pada industri yang di inspeksi), nama lengkap. Dicatat pula pemilik
perusahaan (perusahaan induk) meliputi komisaris dan direksinya.
d. Alamat perusahaan industri yang diinspeksi dan alamat perusahaan induknya (jika ada)
lengkap dengan nomor telepon, faximili, e-mail serta posisi geografisnya
e. Contact person yang dapat dihubungi, (dicatat pula jabatan, no. telepon rumah, HP. dan
e-mail). Contact person diusahakan yang mempunyai tanggungjawab dibidang pengelolaan
lingkungan hidup.
f. Tahun mulai operasi
g. Kapasitas produksi terpasang, baik produk utama maupun produk sampingan. Misal:
produk utama kecap 3.000 tm3/bln, Nama produk utama dan produk samping dapat lebih
dari satu (apabila inspeksi dilakukan pada pabrik yang terintegrasi), sehingga perlu dicatat
pula jenis produk utama dan jenis produk sampingnya (nama produk) Panduan Inspeksi
Industri Kecap 13
h. Keterangan lain tentang perusahaan yang dianggap perlu, sebaiknya apabila
diperkenankan petugas dapat meminta company profile dari industri tersebut.
2. Status Perusahaan
a. Status Permodalan, apakah merupakan BUMN, BUMS, Joint Venture, BUMD, koperasi
atau perorangan
b. Perusahaan Publik, tercatat di bursa efek mana, serta informasi status lainnya. Apabila
kontrak karya perlu dicatat tahun mulai dan berakhir serta waktu perpanjangan (apabila
dilakukan perpanjangan
2. Perizinan, Studi Lingkungan dan Penghargaan
1.Perizinan :
Dalam perizinan perlu di catat secara lengkap tentang nomor izin, tanggal penerbitan
izin, tanggal berakhir atau perpanjangannya, instansi penerbit izin dan informasi lain yang
terkait dengan masingmasing perizinan, adapun perizinan yang perlu diinventarisir adalah:
(a) Izin Usaha Industri Kecap;
(b) Izin Mendirikan Bangunan (1MB);
(c) Izin HO (Hinder Ordonantie atau Surat lzin Tempat Usaha)
(d)Izin lokasi;
(e)Izin pengambilan air/izin penggunaan air, meliputi air permukaan dan air tanah;
(f) Izin pembuangan limbah;
(g)Izin Pemanfaatan Air Limbah (land aplication)
(h)Beberapa perizinan lainnya. Kemudian pelajari persyaratan-persyaratan vang tercantum
dalam masing-masing perizinan tersebut, catat pelanggaran yang dilakukan dan pasal-pasal
ketentuan perundang-undangan dan atau persyaratan perizinan yang dilanggar.
2.Studi Lingkungan
antara lain AMDAL, SEMDAL, UKL/UPL atau Dokumen Pengelolaan Lingkungan (DPL).
Dokumen disertai tanggal persetujuan dan konsultan penyusunnya. Studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal) yang dilakukan perlu ditanyakan, apakah sudah disetujui
komisi Amdal. Lakukan pengecekan terhadap persyaratan-persyaratan yang tercantum
dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
maupun Standard Operation Procedure (SOP). Catat pelanggaran yang dilakukan dan point-
point penting yang belum dilaksanakan oleh perusahaan, sehubungan dengan persyaratan
yang tercantum dalam RKL, RPL maupun SOP. 14 Panduan Inspeksi Industri Kecap Selain
perizinan dan studi lingkungan, perlu diperhatikan pula
Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang dilaporkan ke BKPM enam bulan
sekali bagi kegiatan yang mendapat fasilitas atau laporan sejenis yang disampaikan ke
Departemen Perindustrian bagi kegiatan non fasilitas atau laporan yang disampaikan ke
Departemen lainnya, misal Departemen Pertambangan, Departemen Pertanian,
Departemen Kesehatan dan lain lain. Selain itu laporan pajak dan laporan akuntan publik
terhadap perusahaan ini dapat juga dikumpulkan, bila diperlukan untuk mengecek jumlah
produksi yang
sesungguhnya dilaporkan.
3. Proses Produksi
Sebagaimana yang telah dipelajari sebelum melaksanakan inspeksi lapangan, serta berbagai
pengalaman yang diperoleh dari hasil inspeksi, khususnya industri yang sejenis, maka perlu
ditelusuri kesesuaian proses produksi termasuk kapasitasnya dengan perizinan yang
diperoleh.
Pada industri kecap yang harus dilihat , antara lain:
(a) Produksi senyatanya perbulan, cek apakah cukup, kurang atau melebihi dari izin yang
diperoleh. Melakukan pengecekan terhadap log book atau catatan produksi harian.
* Lay out pabrik, tata letak pabrik dan luas pabrik
* Peta drainase pabrik dan sistem pemipaannya.
* Jenis dan jumlah limbah (cair, padat, gas) periksa flow meternya dan neraca airnya. Jika
belum ada neraca airnya, maka kita harus membuat neraca air (water balance) tersebut,
sehingga dapat diketahui berapa air yang digunakan dan berapa yang diolah atau dibuang ke
lingkungan, dengan demikian kita dapat mengetahui apakah ada buangan bypass atau tidak.
(b) Proses yang digunakan pada pabrik atau kegiatan tersebut, tahapan prosesnya
menggunakan sistem sesaat atau menerus (batch/kontinyu.)?. lakukan pengecekan
Peralatan proses produksi dan gambarkan diagram alir proses.
(c) Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi, Berapa
banyaknya, dipasok dari perusahaan sendiri atau orang lain, bagaimana cara pengirimannya,
bagaimana penyimpanannya, apakah ada bahan berbahaya dan beracun.
(d) Penggunaan air dan sumbernya. (check flow meter dan log book atau catatan
penggunaan air harian). Lakukan pengecekan neraca airnya (water balance).
(e) Penggunaan energi dan sumbernya. Cek kebutuhan dalam satuan pengukuran maupun
rupiah yang dikeluarkan.
(f) Pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya saluran bypass, upaya minimalisasi limbah
atau teknologi proses yang memungkinkan daur ulang limbah ataupun dapat menghindari
adanya limbah. Selain itu dalam inspeksi untuk mengetahui proses produksi, perlu juga
dilakukan pengecekan terhadap adanya perubahan proses produksi, dalam hal ini yang
dilakukan adalah: (1) memeriksa kemungkinan adanya Panduan Inspeksi Industri Kecap 15
perubahan-perubahan kualitas dan kuantitas terhadap kapasitas produksi;
(2) Jumlah produk jadi;
(3) Penggunaan air;
(4). Pengelolaan limbah. Perlu juga memeriksa jika terjadi modifikasi pada proses produksi
yang dapat menimbulkan perubahan pada limbah/emisi dan B3 yang harus dikelola.
4. Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Air
Proses pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, perlu dilakukan pengecekan
terhadap sumber air limbah dan kapasitasnya (hal ini dapat di perinci berdasarkan proses
produksi dan air limbah yang dihasilkan pda tiap tahapan proses). Berdasarkan teknologi
yang tersedia dan alir proses produksi dapat diketahui berapa besar atau volume air limbah
yang masuk ke dalam IPAL. Perlu kehati-hatian dalam melacak sumber dan saluran air
limbah ini. Selanjutnya dalam pengendalian pencemaran air limbah yang perlu diinspeksi
antara lain adalah:
a. Cara pengelolaan air limbah yang diterapkan dan teknologinya
b. Bahan kimia dan biologi yang digunakan dalam pengelolaan air limbah
c. Pengecekan terhadap kondisi fisik IPAL (bangunan permanent kedap air atau tidak)
d. Pengecekan kondisi kerja IPAL (apakah ada peralatan yang tidak bekerja, ada busa
pada klarifier, atau tanda-tanda pengoperasian yang kurang baik lainnya).
e. Kapasitas Instalasi Pengolah Limbah (IPAL) dan designnya
f. Kapasitas limbah yang dihasilkan dari masing-masing unit kegiatan(proses)
g. Pengecekan terhadap air pendingin boiler, apakah dicampur dengan limbah atau
dimanfaatkan lagi (reuse)
h. Skema pengelolaan air limbah
i. Debit air limbah yang dikeluarkan dari IPAL, lihat catatan harian pabrik tentang hal ini.
j. Pengecekan terhadap saluran air limbahnya
k. Pengecekan terhadap alat ukur debit air limbah (flow meter) yang dimiliki pabrik
l. Data analisa air limbah, baik hasil swapantau pabrik maupun hasil pengawasan instansi
yang bertanggungjawab di daerah
m. Pengecekan terhadap pengelolaan flock atau lumpur sediment dan sludge dari IPAL
n. Pengecekan terhadap upaya pemanfaatan air limbah (reuse, recycle dan reduce).
Kemudian dilakukan cek silang terhadap pemanfaatan limbah diluar proses produksi
misal untuk aplikasi lahan (land aplication)

5. Pengelolaan Limbah Padat Non B3


Proses penanganan dan pengelolaan limbah padat non B3, perlu diperiksa dan dicek
apakah benar limbah yang dikatakan masuk kategori non B3 telah melewati analisis
karakteristik limbah B3 atau telah dapat dipastikan bukan termasuk limbah B3. 16 Panduan
Inspeksi Industri Kecap Untuk mengetahui jumlah atau kapasitas limbah yang dihasilkan
perlu
dilakukan pengecekan terhadap sumber limbah padat non B3 tersebut (hal ini dapat di
perinci berdasarkan proses produksi dan limbah yang dihasilkan pada tiap tahapan proses).
Berdasarkan teknologi yang tersedia dan alir proses produksi dapat diketahui berapa besar
atau volume limbah padat yang dihasilkan, berapa yang dimanfaatkan kembali, berapa yang
ditimbun, atau bahkan berapa yang dijual. Selanjutnya dapat dibuat neraca keseimbangan.
Dalam pemanfaatan limbah padat non B3 perlu dirinci dan dicatat pihak mana yang
memanfaatkan, untuk tujuan apa, dan berapa jumlah yang dimanfaatkan. Apabila hasil
pemanfaatan berupa produk yang memberi nilai tambah pada perusahaan, apakah ada
dampak samping dari produk tersebut (cek limbahnya), dan seterusnya.

6. Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Udara


Pada unit pengelolaan buangan gas atau debu (emisi udara), suara dan getaran yang
perlu dilakukan pengecekan adalah :
a. Proses yang diterapkan untuk mengolah emisi gas dan debu, adakah alat treatment
untuk mengurangi pencemaran udara
b. Peralatan yang digunakan dan kapasitasnya, sumber peralatan yang menghasilkan
limbah gas serta kapasitas limbahnya
c. Lokasi cerobong dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar,
d. Masalah perizinan yang berkaitan dengan pembuangan emisi gas
e. Usaha untuk mengurangi kebisingan, getaran dan bau.
f. Pemantauan kualitas emisi gas, debu, kebisingan, getaran baik didalam pabrik maupun
di luar pabrik. Apakah terdapat alat untuk mengambil sampel pada cerobong,
intensitas pemantauannya dan kapasitas analisisnya
g. Masalah bau atau kebauan di sekitar pabrik (dapat pula dilakukan cek silang terhadap
masyarakat sekitar (data sekunder). Hal tersebut dapat dilakukan secara terpisah
dengan kegiatan inspeksi ke industri.
Pertemuan : Ketigabelas
Tanggal : 12 November 2015
Pokok Bahasan : Mengenal dan cara penggunaan instrument pengawasan tanah dan
sampah
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes

Mengenal dan cara penggunaan instrument pengawasan


tanah dan sampah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi,
yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk
tanah, yaitu :
1. Iklim
2. Kehidupan
3. Bahan induk
4. Topografi
5. Waktu.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu
pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis besar
proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses
perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan
tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan
gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk
mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan
dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama dalam mempertahankan
keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).
Proses Pelapukan
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam tanah dari bahan
penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan
tanah yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari masing – masing jenis
tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah,
latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastik untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic untuk
label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Kondisi tanah
a. produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi
b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai
lebih baik
c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih
baik
d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik
b. Kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :

Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak
layak sebagai berikut :
1. Kondisi geologi
a. tidak berlokasi di zona holocene fault.
b. tidak boleh di zona bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi
a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.
b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.
c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.
d. dalam hal tidak ada zona yang memenuhii kriteria-kriteria tersebut diatas, maka
harus diadakan masukan teknologi.
3. kemiringan zona harus kurang dari 20%.
4. jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan
turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain
5. tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode
ulang 25 tahun

b. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri
dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut :
1. Iklim
a. hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik
b. angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik
2. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik
3. Lingkungan biologis
4. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik
5. Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik
6. Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
7. Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
8. Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik
9. Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai
semakin baik.
b. Kriteria penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang bewrenang
untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan
instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku
Masalah yang timbul akibat sampah.
1.Pencemaran Lingkungan
Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat,
udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya
ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit,
sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap
dipandang mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak
sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida
(CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak dan asap di
udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen,
artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.
Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme
yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari
sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul
ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu
berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale,
cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada
syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter,
kamera, sepatu menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang
disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.
2.Penyebab Penyakit
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik bagi hewan
penyebar penyakit penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus, dan bakteri patogen (penyebab
penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar penyakit tersebut mudah tersebar dan
menajalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera, disentri, tipus, diare,
dan malaria.
3.Penyumbatan Saluran Air dan banjir
Sampah jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika turun hujan akan terbawa
ke got/sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya banjir dapat
menyebarkan penyakit, banyak got di musim hujan menjadi mampet karena penduduk
membuang sampah disembarang tempat.

Pertemuan : Keempat belas


Tanggal : 19 November 2015
Pokok Bahasan : Mengenal dan cara penggunaan instrument pengawasan makanan,
minuman dan vektor
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes

Mengenal dan cara penggunaan instrument pengawasan makanan,


minuman dan vektor
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan perlu
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO
makanan adalah food include all substance, whether in a natural state or in a
manufacturedor preparedfrom,wich are part of human diet. Makanan yang dikonsumsi
hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak
menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).
Pengawasan Sanitasi Makanan
Pada prinsipnya langkah-langkah pelaksanaan, pengawasan terhadap sanitasi suatu
produk makanan dimulai dari proses produksi, penyimpanan, distribusi dan penjualan ke
konsumen. Dengan demikian, konsumen akan mendapat makanan yang berkualitas baik dan
terhindar dari bahaya yang mungkin diakibatkan oleh makanan tersebut.
Di Indonesia, pengawasan sanitasi produk makanan masih tumpang tindih. Belum ada
kepastian mengenai undang-undang atau peraturan yang berlaku dibudang makanan dan
minumnan, selain masih kurang jelasnya institusi yang berwenang dan kurang berfungsinya
kendali masyarakat atau yayasan lembaga konsumen Indonesa (YLKI) terhadap kasus yang
terjadi yang dapat merugikan masyarakat. Landasan hokum pengawasan sanitasi adalah
undang-undang dan peraturan seperti UU no.9/1960 tentang pokok-pokok kesehatan, UU
no.11/1962 tentang hygiene untuk usaha-usaha bagi umum, UU no.2/1966 tentang hygiene
peraturan-peraturan daerah tingkat satu dan dua. Penegakan hukum bidang pengawasan
sanitasi ini juga dapat dilaksanakan melalui pemberian wewenang oleh unit kesehatan
propinsi kepada unit kesehatan kabupaten atau kota madya.
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan
penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes.
Pengawasan Makanan Minuman dan Pengendalian Vektor
Pengelolaan Minuman
Langkah mensterilkan air pada umumnya terbagi tiga yakni:
a. ozonisasi yakni proses pengolahan air dengan menggunakan ozon yang lazim
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan air minum dalam kemasan berskala besar
b. Dengan menggunakan sinar ultra violet sebagaimana digunakan oleh usaha depot air
minum isi ulang
c. Merebusnya, lazim digunakan di rumah tangga-rumah tangga di Indonesia
Selain minuman yang dimaksud, juga hidangan minuman yang beraneka ragam yang
disajikan baik dalam acara-acara resmi, rihat atau break, ataupun acara santai, baik di
rumah bersama keluarga maupun di pertemuan-pertemuan.
1. Tujuan Pengolahan Makanan
Tercipta makanan yang sehat, punya cita rasa yang tinggi dan juga merangsang
selera makan.
2. Cara mengolah makanan agar tercipta makanan sehat, cita rasa tinggi dan merangsang
selera diantaranya:
a. Masak dalam waktu yang cukup
b. Buang bagian makanan yang berbahaya dan tidak bermanfaat dibuang
c. Pelihara kebersihan bahan makanan, alat dan penjamah
d. Hindari mengolah bahan makanan yang mengandung racun atau berdekatan dengan
racun
3. Sistem Pengawasan Makanan Oleh Pemerintah Indonesia
a. Izin produksi diberikan dari Departeman Perindustrian, Ditjen Aneka Industri
b. Pengawasan terhadap proses produksi di lakukan oleh siapa ?
c. Hasil produksi makanan berlabel diawasi oleh BPOM-RI, sedangkan makanan tidak
berlabel oleh Dinas Kesehatan Kab/kota.
4. Sistem Pengawasan Makanan Oleh BPOM-RI
1.Pemberian Nomer Registrasi BPOM-RI
- Makanan/Minuman : MD (dalam), ML (import) 12 digits
- Obat-obatan : D (dalam), DL (obat import)
- Kosmetika : CD (dalam), CL (kosmetik import)
- Alat kesehatan : KD (dalam), KL (alat import)
- Obat tradisional : TR
2. Melakukan uji laboratorium sampel makanan
- Uji kandungan (komposisi) gizi
- Uji fisika kimia
- Uji mikrobiologi
- Uji bahan berbahaya dan beracun
5. Pengawasan Makanan Secara Nasional
a. Sampel makanan/minuman diambil secara acak dari pabrik atau dibeli di pasar bebas
tanpa setahu pabrik (harus ada alokasi dana)
b. Dilakukan uji laboratorium di Balai POM di masing-masing regional, kalau perlu
dilakukan rujukan untuk konfirmasi ke BPOM-RI di Jakarta
6. Beberapa Peraturan Perundangan tentang Makanan yang perlu diketahui
a. Undang-Undang No. 9 Th. 1960 ttg Pokok-Pokok Kesehatan
b. Undang-Undang No. 2 Th. 1966 ttg Higiene
c. Undang-Undang No 11 Th. 1962 ttg Higiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
d. Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya (STBL 1949 No.377)
e. Undang-Undang No. 10 Th. 1961 ttg barang menjadi Undang-Undang
f. Undang- Undang No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan
g. Undang-Undang No. 7 Th. 1996 (2003: ?) Tentang Pangan
7. Makanan dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak dapat dipasarkan apabila:
a. Mengandung racun dan zat lain yg membahayakan kesehatan
b. Penambahan bahan yang bersifat racun seperti pengawet, pemanis dan pewarna
yang bersifat racun
c. Bahan makanan yangg kadaluwarsa
d. Berasal dari hewan sakit atau mati karena sakit
e. Pengolahannya tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi
8. Makanan Kaleng (Canned Food)
a. Pada umumnya ada tanggal kadaluwarsa (expired date)
b. Patokan apabila rusak :
o Menggelembung, biasa karena Clostridium botulinum, apabila keracunan beri
gejala kejang-kejang
o Tutup kaleng terlepas atau seal pengaman rusak
o Kalengnya bocor
o Karatan karena korosif
o Kalengnya penyok
9. Higiene Daging (Meat Hygiene)
Untuk mengetahui daging masih baik :
1.Warna daging sama luar dengan bagian dalam
2.Bau :
- Bau busuk terutama pada sendi : rusak
- Membusuk bila dikerumuni lalat
- Permukaan daging berlendir berarti telah busuk
3.Konsistensi :
- Mastis : bila ditekan agak berdenyut  baik
- Mempunyai turgor
- Terasa basah – kering (terasa basah tapi tak berair)
Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan
binatang pengganggu tersebut.
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada
tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan
tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan
pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh
rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk
secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja
yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang
keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut
keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak
dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada
nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan
kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak
lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secara individual sampai saat ini adalah
jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
84

Anda mungkin juga menyukai