A. Pengertian
1. Pengertian kesehatan
a. Menurut WHO
“Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu
keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”
b. Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan
“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”
2. Pengertian lingkungan
Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
“Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta
segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara.Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out
door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta
gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan
yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang
berada di jalanan.Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai
analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok
resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5
kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di
masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil
kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi
pada mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
D. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia
a. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
b. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
c. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.
Pertemuan : Kedua
Tanggal : 20 Agustus 2015
Pokok Bahasan : Sejarah kesehatan lingkungan di dunia dan Indonesia
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.
Keanekaragaman ASAS 12
yang kekal lebih
tinggi pada
ASAS 6 lingkungan yang
Kesempurnaan
adaptasi tiap
stabil
tabiat/sifat ber-
Ketupan (genotip) (Rosenzwelg)
gantung ke-pada
dengan daya
kepenti-ngan
pembiakan tertinggi
relatifnya dalam
akan sering dijumpai
suatu lingkungan
pada generasi
tertentu
berikutnya
ASAS 3. Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori
sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun
termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber
alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam
punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya
ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak
karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting,
yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik
turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada
jumlah tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang
penggunaan lebih lanjut.
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson
tersebut.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena
satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila
ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat
dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat
digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi,
rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang
masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan
ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan
jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan
pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang
belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang
lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak
perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung
menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan
demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan
fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik
itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas
yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi
pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Pertemuan : Keempat
Tanggal : 03 September 2015
Pokok Bahasan : Hubungan manusia dengan lingkungan
Dosen Pembimbing : Mahaza, SKM, MKM.
2. Lingkungan biotik
yaitu terdiri dari mahkluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan manusia.
Faktor biotik, yaitu :
a. Bernapas.
b. Tumbuh.
c. Berkembang biak.
d. Iritabilita.
e. Makan dan minum.
f. Melakukan ekskresi.
g. Beradaptasi dgn lingkungannya.
Contoh hubungan manusia dengan lingkungan disekitar nya :
a. Manusia sangat bergantung pada udara unutk bernapas, juga air dan makanan untuk
proses kehidupan.
b. Makhluk hidup bergantung pada tumbuhan karena hanya tumbuhanlah yang membuat
makanannya sendiri.
c. Tumbuahan memerlukan benda-benda mati seperti air, sinar matahari, dan karbon
dioksida untuk membuat makanan dengan berfotosintesis.
d. Manusia dan hewan juda seling berhubungan. Manusia membutuhkan hasil dari hewan
berupa telur, daging, dan susu untuk dikomsumsi. Sedangkan bulu – bulu domba, kulit
binatang untuk dijual.
Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antara lain sebagai berikut :
1. Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan Sumber Daya Alam makin
menciut (depletion)
2. Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota
3. Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan
yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi
4. Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga
menimbulkan longsor
5. Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang
menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.
1. Pengertian Ekologi
5. Pembagian Ekologi
Ekologi pada masa kini menjadi luas cakupannya, namun dapat digolongkan menurut
bidang kajiannya :
a. Auteknologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Biaasanya ditekankan pada aspek siklus hidup,
adptasi terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan lain-lain.Misalnya
seorang ahli ekologi hanya mengkaji seluk beluk ekologi orang (Pongo pygmeaus) di
alam asli, dan sebagainya.
b. Sinekologi adalah ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu
kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Sering pula kita dengar
dengan istilah lain seperti : ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas, dan
ekologi ekosistem.
c. Pembagian menurut habitat.
Ada di antara para pengamat lingkungan yang membuat kajian ekologi menurut habitat
atau tempat suatu jenis atau kelompok jenis tertentu. Oleh karena itu ada istilah :
1. Ekologi bahari atau kelautan
2. Ekologi perairan tawar
3. Ekologi darat atau terrestrial
4. Ekologi estuaria (muara sungai ke laut)
5. Ekologi padang rumput
Pembagian menurut taksonomi, yaitu sesuai dengan sistematika makhluk hidup,
misalnya :
1. Ekologi tumbuhan
2. Ekologi hewan, seperti ekologi serangga dan ekologi burung.
3. Ekologi mikroba, jasad renik dan sebagainya.
6. Ekosistem
Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik
(hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini,
kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan hewan
dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu
kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-
masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem
ini akan terus terjaga.
Komponen Dalam Ekosistem
Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem dapat dibedakan menjadi dua
komponen, yaitu sebagai berikut.
Komponen Abiotik, yaitu komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup
(nonhayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air, matahari, udara,
dan energi.
Ada 2 pembagian komponen biotik dalam suatu ekosistem, yaitu Organisme Autotrof dan
Organisme Heterotrof.
Organisme Autotrof adalah semua organisme yang mampu membuat atau mensintesis
makanannya sendiri, berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan bantuan
energi matahari melalui proses fotosintesis. Semua organisme yang mengandung klorofil
terutama tumbuhan hijau daun disebut organisme autotrof. Ada dua pembagian atas
Organisme autotrof ini yaitu :
1. Fotoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi cahaya untuk mengubah
bahan anorganik menjadi bahan organik.
2. Kemoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi dari reaksi kimia untuk
membuat bahan makanan sendiri dari bahan organik. Contohnya adalah bakteri besi,
dalam menjalankan proses ini mereka membutuhkan oksigen.
Organisme Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri, akan tetapi meman faat kan bahan-bahan organik dari organisme lainnya sebagai
bahan makanannya. Organisme ini terdiri atas 3 tingkatan yaitu :
1. Konsumen yang secara langsung memakan organisme lain
2. Pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari bangkai
3. Detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah
membusuk, contoh nya adalah lintah dan cacing
Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem
1. Individu merupakan satu makhluk hidup, contohnya seekor burung.
2. Populasi merupakan sekumpulan makhluk hidup yang menetap disuatu tempat
dalam jangka waktu tertentu dan mampu berkembangbiak, contohnya sekumpulan
semut.
3. Komunitas merupakan kumpulan dari populasi yang menempati daerah yang sama
dalam waktu jangka waktu yang panjang.
4. Ekosistem merupakan kumpulan dari komunitas tadi yang melibatkan interaksi yang
muantap antara makhluk hidup.
Macam-Macam Ekosistem
Ada dua macam ekosistem yang terbentuk di bumi kita ini, yaitu
1. Ekosistem alamiah
Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sencirinya tanpa ada campur
tangan dari manusia, oleh karena itu lah kita sebut sebagai ekosistem Alamiah. Contohnya
adalah ekosistem laut dan sungai.
2. Ekosistem Buatan
Seperti namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan adanya campur
tangan manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun
keanekaragaman hayati di sini terbatas, karena bukan itu tujuan dari membuat ekosistem
ini. Contohnya adalah sawah.
Interaksi Dalam Ekosistem
Tentunya setelah mengetahui komponen dalam suatu ekosistem kita bertanya-tanya
bagaimana sesungguhnya hubangan antara makhluk hdup yang tinggal menetap dalam
suatu ekositem, nah begini nih sahabat
Setiap makhluk hidup akan berusaha untuk mempertahankan populasinya, tentu
dengan cara mencari makanan dan terus berkembang biak, seperti yang kita ketahui ada
makhluk hidup karnivora dan herbivora hal ini akan menimbulkan hubungan erat yang biasa
dinamakan rantai makanan dan jaring jaring makanan.
Pencemaran Ekosistem
Ekosistem ini sebenarnya memberikan banyak keuntungan dalam kehidupan manusia,
namun banyak dari kita tidak menyadarinya sehingga bertindak hanya demi kepentingan
pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi kehidup anak cucu kita, betapa tidak, banyak
orang melakukan penebangan liar, pembakaran hutan, membuang limbah berbahaya ke
laut.
7. Sistem
Sistem Kesehatan
Sistem adalah suatu keterkaitan
(1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan
(2) interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.
Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun,
jika tidakmempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi
tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai anggota di antara elemen-elemen
pembentuknya dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is
interconnected parts or elements in certain pattern of work). Berdasarkan pengertian ini
dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu sistem, yakni:
suatu sistem.
Tujuan Sistem Kesehatan
Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain Angka
Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan berbagai indikator
lainnya.
2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.
Elemen-Elemen Sistem Kesehatan
Berdasarkan pengertian bahwa System is interconnected parts or elements in certain
pattern of work, maka di sistem kesehatan ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni: (1)
elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem yang berupa aktor-aktor pelaku; dan (2)
interconnection berupa fungsi dalam sistem yang saling terkait dan dimiliki oleh elemen-
elemen sistem. Secara universal fungsi di dalam Sistem Kesehatan berdasarkan berbagai
referensi dapat dibagi menjadi:
a. Regulator dan/atau stewardship
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pembiayaan Kesehatan
d. Pengembangan Sumber Daya
Sumber-sumber Pencemaran Air Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya
disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah
industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata
semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu
disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air
ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses
pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil
tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri,
pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan,
sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi
tingkat pencemarannya. Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.)
maupun cairan (air cucian, minyak goring bekas, dll.).
4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu “infectious
agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).
Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang
ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor. Tujuan pengendalian vector
adalah untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak
membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor
Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha perencanaan,
organisasi, pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan
atau manipulasi faktor-faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia dengan maksud
untuk mencegah atau menurunkan perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak
antara manusia dengan vektor.
a. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesuatu
transformasi fisik yang farmanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air dan tumbuh-
tumbuhan, dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau menurunkan habitat larva
tampa menyebabkan pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap kualitas lingkugan
manusia. Misalnya drainage perpipaaan untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air
dari perkembangan vektor.
b. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng terdiri atas
kegiatan berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi sementara
yang tidak cocok untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya. Misalnya perubahan
kadar garam dari air, penyentoran saluran air secara periodik, menghilangkan vegetasi dll.
8. Pengendalian Radiasi
Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi bergerak melalui
media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering
menghubungkan kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir,
reaktor nuklir, dan zatradioaktif), tetapi juga dapat merujuk kepada radiasi
elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra
violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang membuat
radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis lurus ke
segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem
pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi
dapat berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh
alam maupun peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai satu sistem
biologi di antara system biologi lainnya, selalu terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik mempunyai spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dan
listrik, yaitu frekuensi 60 Hz . Berbagai penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk
mengetahui efek medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Medan elektromagnetik
berpotensi menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap sistem darah, sistem
kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat karsinogenik.
9. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya dunia
industri yang bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami
betapa penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini
memiliki kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan
aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal tersebut dalam rangka
meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Sifat Pemukiman
a. Pemukiman/perkampungan tradisional
b. Perkampungan darurat
c. Perkampungan kumuh (slum area)
d. Pemukiman transmigrasi
e. Perkampungan untuk klpok2 khusus
f. Pemukiman baru
(TEORI SIMPUL)
-Binatang dll
A B C D
3. Erosi Tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain.
Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan
pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya
mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan
kimia tanah.
Erosi merupakan penyebab utama kerusakan lahan dan lingkungan. Permasalahan degradasi
lahan dan beratnya erosi disebabkan oleh:
a. Curah hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi,
b. Tanah peka erosi,
c. Kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk tanaman pangan,
d. Cara pengelolaan tanah dan tanaman yang salah termasuk kebiasaan membakar
dan cara pembukaan lahan yang salah, dan
e. Tindakan konservasi lahan yang belum memadai.
B. Dari Segi Biologi Tanah
1. Keanekaragaman biota dan fauna tanah
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi,
aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah
mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman, mikroba sangat
berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba
penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula),
memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit
(penghasil antibiotik, antipatogen).
Biota tanah memegang peranan penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga
dalam jangka panjang sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Salah satu
biota tanah yang berperan sebagai saprofagus maupun geofagus adalah cacing tanah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah. Kascing (pupuk organik bekas cacing atau
campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N,
P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori
total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali). Penggunaan cacing Pheretima hupiensis,
yang merupakan cacing tanah anagaesis (cacing yang memakan bahan organik di
permukaan dan hidup di dalam tanah) dengan populasi 1 ekor/kg tanah, disertai pemberian
bahan organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung varietas Sukmaraga hingga 40%.
Secara alami, ketersediaan nutrisi cacing tanah dipenuhi oleh hasil aktivitas organisme lain
seperti mesofauna tanah.
Pemanfaatan biota tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan
peluang yang sangat besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah. Oleh
karena itu, di samping diperlukan pengetahuan tentang kemampuan dan keunggulan biota
tanah dalam menjalankan fungsi ekologis, juga perlu diciptakan teknologi aplikasi biota yang
tepat dalam pengelolaan lahan kering.
Pertemuan : Kesembilan
Tanggal : 15 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Persyaratan dan kriteria teknis pada media lingkungan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.
1. Pengertian Udara
Udara merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan makhluk hidup. Sehingga
kualitas udara harus tetap dijaga.Karena kualitas udara berdampak signifikan bagi
kesehatan. Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi.
Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon
dioksida, dan gas-gas lain.
Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak menghabiskan waktu
untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah menjadi sangat penting sebagai
lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari pencemaran udara.
Dampak dari adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan dapat
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan secara langsung
dapat terjadi setelah terpapar, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi hidung dan tenggorokan,
serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas
pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus lainnya. Sedangkan gangguan kesehatan secara
tidak langsung dampaknya dapat terjadi beberapa tahun kemudian setelah terpapar, antara
lain penyakit paru, jantung, dan kanker, yang sulit diobati dan berakibat fatal (USEPA, 2007).
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan
karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali
dibebaskan.
Ada beberapa zat-zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:
Karbon monoksida
Nitrogen dioksida
Sulfur dioksida
Partikulat
Hidrokarbon
CFC
Timbal
Karbon dioksida
2. Kriteria kualitas udara
Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain,
bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk
furniture serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar
rumah (ambient air quality), radiasi dari Radon (Rd), formaldehid, debu, dan kelembaban
yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah
seperti dalam hal penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi
yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak,
residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan
bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan
polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama.
a. Kualitas Fisik Udara
Kualitas Fisik Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang mengindikasikan
kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban, pencahayaan, suhu, dan partikulat.
Persyaratan Fisik
No Jenis Parameter Satuan Kadar yang dipersyaratkan
1 Suhu oC 18 - 30
2 Pencahayaan Lux Minimal 60
3 Kelembaban % Rh 40 – 60
4 Laju Ventilasi m/dtk 0,15 – 0,25
5 PM2,5 μg/m3 35 dalam 24 jam
6 PM10 μg/m3 ≤ 70 dalam 24 jam
Contoh kriteria:
Kriteria bahan pencemar dalam media air untuk kehidupan ikan:
Konsentrasi Pencemar (mg/l) Pengaruh terhadap Ikan:
Konsentrasi Pencemar (mg/l) Pengaruh terhadap Ikan
0,01 Tidak ada pengaruh
0,05 Ikan menderita dalam taraf rendah
0,1 Kematian telah terjadi masih dalam
tingkat rendah
0,5 Tidak ada yang dapat hidup
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemara
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Pada saat ini, pencemaran terhadap
lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban
pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga mengakibatkan baku mutu
lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.Kemampuan lingkungan
sering diistilahkan dengan daya dukung lingkungan, daya toleransi dan daya tenggang, atau
istilah asingnya disebut carrying capacity. Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada
istilah nilai ambang batas yang merupakan batas-bata daya dukung, daya tenggang dan daya
toleransi atau kemampuan lingkungan.
Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup
atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan
khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang
telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang telah ditetapkan
berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah
tercemar.
Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku mutu
serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif karena
toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat
ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau
telah melampaui. Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang No.
4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut: “Perlindungan lingkungan hidup
dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan.”
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
“Agar dapat ditentukan telah terjadi kerusakan lingkungan hidup perlu ditetapkan baku
mutu lingkungan, baik penetapan kriteria kualitas lingkungan hidup maupun kualitas
buangan atau limbah. Kriteria dan pembakuan ini dapat berbeda untuk setiap lingkungan,
wilayah atau waktu mengingat akan perbedaan tata gunanya. Perubahan keadaan
lingkungan setempat serta perkembangan teknologi akan mempengaruhi kriteria dan
pembakuan yang telah ditetapkan.”
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke lingkungan dan telah
memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan tersebut mengganggu
kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan industrinya. Apabila hal tersebut
terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang perlu dilihat kembali, hal ini mengingat
penjelasan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas.
Adapun langkah-langkah penyusunan baku mutu lingkungan:
1. Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus dilindungi
(objektif sumber daya tersebut tercapai).
2. Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan
pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.
3. Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.
4. Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan yang akan
menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah ditetapkan.
5. Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah
objektif yang telah ditetapkan tercapai lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal menentukan apakah
telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik dipergunakan dua buah sistem
baku mutu lingkungan yaitu:
1. Effluent Standard
Effluent Standard merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan untuk
dibuang ke lingkungan.
2. Stream Standard
Stream Standard merupakan batas kadar untuk sumberdaya tertentu, seperti sungai,
waduk, dan danau. Kadar yang diterapkan ini didasarkan pada kemampuan
sumberdaya beserta sifat peruntukannya. Misalnya batas kadar badan air untuk air
minum akan berlainan dengan batas kadar bagi badan air untuk pertanian.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah
cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas kadar yang
diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, namun air tetap
berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air,
sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air;
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau
bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda;
4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara, sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien;
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar yang
ditenggang adanya dalam air laut.
Pertemuan : Kesebelas
Tanggal : 29 Oktober 2015
Pokok Bahasan : Baku mutu pada media lingkungan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.
Perjalanan agen dari sumber sampai menimbulkan penyakit dapat dilihat pada gambar
berikut:
Bibit penyakit yang berasal dari sumbernya (simpul A) menjalar melalui media yang ada
di lingkungan (simpul B) yang disebut ambien. Selanjutnya sampai ditubuh manusia (simpul
C) kuman tersebut melekat (adsorbsi) dan meresa masuk (absorbsi) yang akhirnya muncul
sakit atau sehat (simpul D).
Menurut WHO (1997) dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia tergantung
pada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing-masing individu berbeda-beda.
Secara umum, efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan sistem
pernapasan.
Pertemuan : Keduabelas
Tanggal : 05 November 2015
Pokok Bahasan : Mengenal dan cara penggunaan instrumen pengawasan air, limbah
cair, dan udara
Dosen Pembimbing : Dr. Sumihardi, SKM, M. Kes.
1. Pengertian inspeks
Inspeksi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik
atau rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima atau tidak
berdasarkan metode & standard yang sudah ditentukan.Dengan kata lain inspeksi adalah
kegiatan operasional untuk memeriksa material atau part yang diperlukan oleh proses
produksi untuk dapat memenuhi spesifikasi pada proses berikutnya atau memenuhi
spesifikasi pelanggan sebelum produk tersebut dikirim.
Limbah industri kecap umumnya terdiri dari limbah cair, emisi udara dan limbah padat.
Limbah cair polutan utamanya berupa bahan organik,sedangkan limbah padat berupa
secara biologis dan jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan pencemaran
lingkungan.
Masalah-masalah yang mungkin timbul dalam operasi industri kecap antara lain:
a. Dampak lingkungan dari industri kecap yang membuang air limbah secara langsung
atau dengan kata lain tidak ditangani secara memadai sehingga menurunkan
kandungan oksigen terlarut perairan umum;
b. Bau busuk yang menyengat akibat biodegradasi limbah cair maupun padat 10 Panduan
Inspeksi Industri Kecap
c. Kerusakan tanah akibat dari :
o Penguraian sisa-sisa bahan buangan oleh mikroorganisme
o Penumpukan bahan-bahan padat (yang dapat menimbulkan leachate
o Perubahan pH.
5. Pelaksanaan Inspeksi
Pelaksanaan inspeksi merupakan sebuah rangkaian pekerjaan dalam rangka
memperoleh bahan keterangan mendalam tentang industri, evaluasi proses produksi,
ketaatan terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang tercantum dalam
izin, evaluasi terhadap cara pabrik mengelola lingkungan dan menjaga kebersihan pabrik
(house keeping), serta hubungan maupun pengembangan masyarakat disekitarnya. Kegiatan
ini merupakan pelaksanaan dari berbagai persiapan maupun perencanaan yang telah
dilakukan pada saat pra inspeksi. Strategi pelaksanaan inspeksi dituangkan dalam inspection
form yang sangat penting dalam membantu kelancaran pelaksanaan inspeksi.
6. Inspeksi Lapangan
Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam inspeksi industry disajikan dibawah ini:
a. Air Limbah
Air limbah yang perlu diperhatikan, sebagaimana sumber dan potensi yang telah
dijelaskan pada bab III. Air limbah yang masuk IPAL, baku mutunya harus mengikuti
ketentuan BMAL Kepmen 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri untuk
Industri dan peraturan daerah serta persyaratan yang ada dalam izin.
b. Emisi
Industri kecap menggunakan boiler sebagai alat perebusan. Emisi udara
daricerobong boiler harus diukur dan nilainya harus sesuai ketentuan Baku MutuEmisi
Udara Sumber Tidak Bergerak. Selain itu cerobong dari pembangkit tenaga / genset juga
harus diukur.
c. Data-data yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat Peraturan yang diacu
dalam pelaksanaan inspeksi industri kecap adalah :
Peraturan perundang-undangan pengelolaan air limbah :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air 12 Panduan Inspeksi Industri Kecap
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Kegiatan Industri.
c. Peraturan Daerah seperti SK Gubernur.
Peraturan perundang-undangan untuk pengelolaan emisi udara :
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi,
yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk
tanah, yaitu :
1. Iklim
2. Kehidupan
3. Bahan induk
4. Topografi
5. Waktu.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu
pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis besar
proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses
perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan
tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan
gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk
mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan
dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama dalam mempertahankan
keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).
Proses Pelapukan
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam tanah dari bahan
penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan
tanah yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari masing – masing jenis
tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah,
latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Peralatan untuk pengambilan contoh sampel tanah
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastik untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic untuk
label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Kondisi tanah
a. produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi
b. kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai
lebih baik
c. ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih
baik
d. status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik
b. Kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :
Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak
layak sebagai berikut :
1. Kondisi geologi
a. tidak berlokasi di zona holocene fault.
b. tidak boleh di zona bahaya geologi.
2. Kondisi hidrogeologi
a. tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.
b. tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.
c. jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.
d. dalam hal tidak ada zona yang memenuhii kriteria-kriteria tersebut diatas, maka
harus diadakan masukan teknologi.
3. kemiringan zona harus kurang dari 20%.
4. jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan
turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain
5. tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode
ulang 25 tahun
b. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik yaitu terdiri
dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut :
1. Iklim
a. hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik
b. angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin baik
2. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik
3. Lingkungan biologis
4. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik
5. Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik
6. Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
7. Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
8. Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik
9. Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai
semakin baik.
b. Kriteria penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang bewrenang
untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan
instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang berlaku
Masalah yang timbul akibat sampah.
1.Pencemaran Lingkungan
Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat,
udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya
ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit,
sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap
dipandang mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak
sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida
(CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak dan asap di
udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen,
artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.
Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya
perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme
yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari
sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul
ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu
berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale,
cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada
syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter,
kamera, sepatu menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang
disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.
2.Penyebab Penyakit
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik bagi hewan
penyebar penyakit penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus, dan bakteri patogen (penyebab
penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar penyakit tersebut mudah tersebar dan
menajalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu misalnya kolera, disentri, tipus, diare,
dan malaria.
3.Penyumbatan Saluran Air dan banjir
Sampah jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika turun hujan akan terbawa
ke got/sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya banjir dapat
menyebarkan penyakit, banyak got di musim hujan menjadi mampet karena penduduk
membuang sampah disembarang tempat.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).
Pengawasan Sanitasi Makanan
Pada prinsipnya langkah-langkah pelaksanaan, pengawasan terhadap sanitasi suatu
produk makanan dimulai dari proses produksi, penyimpanan, distribusi dan penjualan ke
konsumen. Dengan demikian, konsumen akan mendapat makanan yang berkualitas baik dan
terhindar dari bahaya yang mungkin diakibatkan oleh makanan tersebut.
Di Indonesia, pengawasan sanitasi produk makanan masih tumpang tindih. Belum ada
kepastian mengenai undang-undang atau peraturan yang berlaku dibudang makanan dan
minumnan, selain masih kurang jelasnya institusi yang berwenang dan kurang berfungsinya
kendali masyarakat atau yayasan lembaga konsumen Indonesa (YLKI) terhadap kasus yang
terjadi yang dapat merugikan masyarakat. Landasan hokum pengawasan sanitasi adalah
undang-undang dan peraturan seperti UU no.9/1960 tentang pokok-pokok kesehatan, UU
no.11/1962 tentang hygiene untuk usaha-usaha bagi umum, UU no.2/1966 tentang hygiene
peraturan-peraturan daerah tingkat satu dan dua. Penegakan hukum bidang pengawasan
sanitasi ini juga dapat dilaksanakan melalui pemberian wewenang oleh unit kesehatan
propinsi kepada unit kesehatan kabupaten atau kota madya.
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious
agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu
phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan
penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes.
Pengawasan Makanan Minuman dan Pengendalian Vektor
Pengelolaan Minuman
Langkah mensterilkan air pada umumnya terbagi tiga yakni:
a. ozonisasi yakni proses pengolahan air dengan menggunakan ozon yang lazim
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan air minum dalam kemasan berskala besar
b. Dengan menggunakan sinar ultra violet sebagaimana digunakan oleh usaha depot air
minum isi ulang
c. Merebusnya, lazim digunakan di rumah tangga-rumah tangga di Indonesia
Selain minuman yang dimaksud, juga hidangan minuman yang beraneka ragam yang
disajikan baik dalam acara-acara resmi, rihat atau break, ataupun acara santai, baik di
rumah bersama keluarga maupun di pertemuan-pertemuan.
1. Tujuan Pengolahan Makanan
Tercipta makanan yang sehat, punya cita rasa yang tinggi dan juga merangsang
selera makan.
2. Cara mengolah makanan agar tercipta makanan sehat, cita rasa tinggi dan merangsang
selera diantaranya:
a. Masak dalam waktu yang cukup
b. Buang bagian makanan yang berbahaya dan tidak bermanfaat dibuang
c. Pelihara kebersihan bahan makanan, alat dan penjamah
d. Hindari mengolah bahan makanan yang mengandung racun atau berdekatan dengan
racun
3. Sistem Pengawasan Makanan Oleh Pemerintah Indonesia
a. Izin produksi diberikan dari Departeman Perindustrian, Ditjen Aneka Industri
b. Pengawasan terhadap proses produksi di lakukan oleh siapa ?
c. Hasil produksi makanan berlabel diawasi oleh BPOM-RI, sedangkan makanan tidak
berlabel oleh Dinas Kesehatan Kab/kota.
4. Sistem Pengawasan Makanan Oleh BPOM-RI
1.Pemberian Nomer Registrasi BPOM-RI
- Makanan/Minuman : MD (dalam), ML (import) 12 digits
- Obat-obatan : D (dalam), DL (obat import)
- Kosmetika : CD (dalam), CL (kosmetik import)
- Alat kesehatan : KD (dalam), KL (alat import)
- Obat tradisional : TR
2. Melakukan uji laboratorium sampel makanan
- Uji kandungan (komposisi) gizi
- Uji fisika kimia
- Uji mikrobiologi
- Uji bahan berbahaya dan beracun
5. Pengawasan Makanan Secara Nasional
a. Sampel makanan/minuman diambil secara acak dari pabrik atau dibeli di pasar bebas
tanpa setahu pabrik (harus ada alokasi dana)
b. Dilakukan uji laboratorium di Balai POM di masing-masing regional, kalau perlu
dilakukan rujukan untuk konfirmasi ke BPOM-RI di Jakarta
6. Beberapa Peraturan Perundangan tentang Makanan yang perlu diketahui
a. Undang-Undang No. 9 Th. 1960 ttg Pokok-Pokok Kesehatan
b. Undang-Undang No. 2 Th. 1966 ttg Higiene
c. Undang-Undang No 11 Th. 1962 ttg Higiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum
d. Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya (STBL 1949 No.377)
e. Undang-Undang No. 10 Th. 1961 ttg barang menjadi Undang-Undang
f. Undang- Undang No. 23 Th 1992 Tentang Kesehatan
g. Undang-Undang No. 7 Th. 1996 (2003: ?) Tentang Pangan
7. Makanan dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak dapat dipasarkan apabila:
a. Mengandung racun dan zat lain yg membahayakan kesehatan
b. Penambahan bahan yang bersifat racun seperti pengawet, pemanis dan pewarna
yang bersifat racun
c. Bahan makanan yangg kadaluwarsa
d. Berasal dari hewan sakit atau mati karena sakit
e. Pengolahannya tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi
8. Makanan Kaleng (Canned Food)
a. Pada umumnya ada tanggal kadaluwarsa (expired date)
b. Patokan apabila rusak :
o Menggelembung, biasa karena Clostridium botulinum, apabila keracunan beri
gejala kejang-kejang
o Tutup kaleng terlepas atau seal pengaman rusak
o Kalengnya bocor
o Karatan karena korosif
o Kalengnya penyok
9. Higiene Daging (Meat Hygiene)
Untuk mengetahui daging masih baik :
1.Warna daging sama luar dengan bagian dalam
2.Bau :
- Bau busuk terutama pada sendi : rusak
- Membusuk bila dikerumuni lalat
- Permukaan daging berlendir berarti telah busuk
3.Konsistensi :
- Mastis : bila ditekan agak berdenyut baik
- Mempunyai turgor
- Terasa basah – kering (terasa basah tapi tak berair)
Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan
binatang pengganggu tersebut.
Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Pengendalian kimiawi
Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada
tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan
tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan
pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh
rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk
secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja
yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang
keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut
keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak
dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada
nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan
kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak
lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secara individual sampai saat ini adalah
jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
84