Anda di halaman 1dari 4

PRESS RELEASE

PERNYATAAN SIKAP DAN TUNTUTAN


ALIANSI TRUNOJOYO BERGERAK!
“Singkirkan egosentris golongan, kedepankan kemaslahatan rakyat, Indonesia
sedang berduka” –

Dewan Perwakilan Rakyat sebagai representatif rakyat Indonesia. Namun


marwahnya sebagai penampung aspirasi rakyat berubah menjadi “Dewan
Pemberantas Rakyat”. Diam-diam semua fraksi dalam DPR setuju terkait Revisi
Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bertabur pasal yang akan
mengebiri kewenangan KPK. Pengaturan ijin penyadapan, pembentukan dewan
pengawas, kewenangan pemberhentian kasus, serta urusan kepegawaian KPK yang
justru bukan akan memperbaiki kinerja KPK namun justru memperlemah fungsi
komisi anti rasuah tersebut dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Dalam Rancangan Revisi UU No.30 Tahun 2002, Dewan Perwakilan Rakyat


Republik Indonesia (DPR RI) sebagai inisiatif pembahasan revisi ini tidak
memperhatikan prolegnas masa bakti 2014-2019. Bahwasannya dalam prolegnas
tersebut tidak ada pembahasan terkait revisi UU KPK. Hal ini ditambah lagi dengan
keluarnya Surat Presiden (Surpres) oleh Presiden Joko Widodo beserta Draft Daftar
Inventaris Masalah (DIM), hal ini tambah memperkeruh proses pembahasan yang
dinilai Presiden Joko Widodo sebagai pihak dari pemerintah tidak memperhatikan
dan terkesan tergesa-gesa mengingat Pemerintah dan DPR tidak melibatkan
Pimpinan KPK, tokoh masyarakat, para ahli, maupun para pegiat anti korupsi dlam
pembahasannya di DPR RI. Seharusnya DPR RI mencabut kembali UU KPK yang
baru disahkan ini dengan Presiden mengeluarkan Perpu karena dirasa harus butuh
waktu yang tidak terkesan tergesa-gesa dan dimasukan kepada prolegnas pada masa
kerja DPR RI 2019-2024.

Dalam Surpres pastinya akan dilampirkan juga DIM, namun yang terjadi higga
saat ini draft itu belum juga di beritahukan secara terbuka kepada publik apa
sebenarnya isi dari DIM tersebut. Hal ini Revisi UU KPK yang saat ini sudah
disahkan menjadi UU KPK yang baru cacat secara formal dan sosial, hal ini
masyarakat yang sebenarnya menjadi korban dari kejatan korupsi.

Selain itu Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) merupakan


bentuk kekacauan berpikir yang dialami DPR dan Pemerintah. Kritik terhadap
Presiden dapat dikriminalisasi atas dasar penghinaan. Rakyat dipaksa bungkam
terhadap segala kezaliman dan kebatilan yang terjadi. Dengan ini esensi Demokrasi
sebagai hasil dari reformasi telah dikorupsi, Pembatasan dilakukan bukan hanya
mengebiri hak rakyat namun juga mengebiri hak menyuarakan pendapat atau kritik
kepada pemerintahan sebagai bentuk pengawasan dari rakyat sang pemegang
kedaulatan tertinggi di Indonesia.

Saat ini Indonesia sebagai negara hukum yang tidak sehat. Undang-Undang
Perlindungan Kekerasan Seksual telah digaungkan sekitar tahun 2016 namun tak
kunjung disahkan dan dianggap kurang strategis dan kurang memberikan
keuntungan bagi anggota dewan. Selain itu UU tentang Pemasyarakatan dinilai
memberikan kelonggaran terhadap narapidana yang berbuat salah.

Dalam ranah perburuhan, buruh terancam dengan adanya revisi UU


Ketenagakerjaan. Di mana dalam draft yang hendak disahkan ini cenderung
condong kepada kepentingan pengusaha dan semakin menindas buruh. Salah
satunya ialah penghapusan perlindungan Negara terhadap buruh, tidak ada batasan
tenaga kerja asing menduduki jabatan apa pun di perusahaan, upah minimum
memperhatikan kemampuan perusahaan dan tidak mengacu lagi pada UMR dan
UMK serta dikuranginya pesangon kepada buruh yang pensiun. Hal tersebut jelas
sangat membuat buruh semakin tercekik dan negara malah semakin membela
kepentingan para korporasi melalui upaya revisi UU Ketenagakerjaan.

Janji Presiden dalam menangani kasus Hak Asasi Manusia hanya janji manis.
Kasus Munir, Marsinah, Wiji Thukul, dan deretan kasus HAM lain masih menjadi
misteri dan mandeg jalan di tempat. Terbaru kasus yang menimpa saudara-saudara
kita di Papua merupakan respon agar pemerintah hadir ke dalamnya. Merangkul
mereka bukan untuk mendorong perpecahan dalam kesatuan Bineka Tunggal Ika.
Belum lagi masalah kebakaran hutan Riau yang hingga saat ini belum terselesaikan,
rakyatlah yang menderita, tak ada yang dapat menjamin siapa yang salah dalam
insiden ini? siapa yang harus bertanggungjawab? Pemerintah? DPR? atau
perusahaan? Semua ogah-ogahan dan angkat tangan.

Kini Indonesia sedang tidak waras. KPK dilemahkan, hutan dibakar, Papua
ditindas, tanah untuk kaum pemodal kapitalis, privasi terancam, petani digusur,
demokrasi dikebiri, dan bahkan Aktivis Demokrasi di tindas secara semena-mena
tanpa ada adanya Pri kemanusiaan. Dari berbagai macam permasalahan yang ada
pada bangsa kita semua elemen terpanggil, Mahasiswa, organisasi internal dan
eksternal kampus, komunitas motor, organisasi daerah, pemuda Bangkalan dan
segala lapisan yang tergabung dalam Aliansi Trunojoyo Bergerak untuk bersama-
sama bersatu mengembalikan peranan Jalanan sebagai panggung aspirasi Rakyat.
Berikut tuntutan kami:

1. Batalkan dan menolak seluruh Revisi Rancangan Undang-Undang KPK


2. Mendesak Presiden Joko Widodo untuk mempublikasikan secara
transparansi isi draft Daftar Iventaris Masalah (DIM) dalam lampiran yang
diberikan kepada DPR RI.
3. Batalkan Revisi UU Ketenagakerjaan versi pengusaha dan sahkan Revisi
UU Ketenagakerjaan versi Rakyat.
4. Batalkan dan menolak seluruh Revisi Rancangan Undang-Undang KUHP
5. Sahkan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual
6. Batalkan dan menolak seluruh Revisi Rancangan Undang-Undang
Pemasyarakatan.
7. Menagih janji Presiden untuk menyelesikan kasus HAM di Indonesia dan
menyelesaikan konflik saudara kita di Papua.
8. Melakukan pengusutan dan penyelesian serta bertanggungjawaban
pemerintah terhadap kebakaran hutan di Riau.
9. Menolak tindakan REPRESIF yang dilakukan oleh aparat kepolisian
terhadap Aktivis Demokrasi.

Sekali lagi kami mengajak untuk rapatkan barisan. Serentak satu suara dan
komando untuk mengawal isu ini dengan memanggil seluruh mahasiswa
khususnya yang ada di Bangkalan serta pemuda sekaligus masyarakat dalam
aksi yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2019 sebagai
bentuk rasa solidaritas, panggilan hati nurani, satu hati, satu kesamaan, satu
bangsa, bahasa, dan atas nama rakyat Indonesia.

Sekian terimakasih!
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Senin, 23 September 2019

TTD

Aliansi Mahasiswa Trunojoyo Bergerak

Anda mungkin juga menyukai